UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KONEKSI MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP
NURUL ISLAM INDONESIA MEDAN MELALUI PENDEKATAN REALISTIK
TESIS
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Matematika
Oleh: NUR AZIZAH NIM. 8136172061
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
i ABSTRAK
NUR AZIZAH. Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui Pendekatan Realistik. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pascasarjana Universitas Negeri Medan, 2016.
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa (2) meningkatkan kemandirian belajar siswa (3) mengetahui aktivitas aktif siswa (4) mengetahui kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran (5) menganalisis proses jawaban siswa dalam menyelesaikan tes kemampuan koneksi matematis siswa. Jenis penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dilaksanakan di SMP Nurul Islam Indonesia Medan kelas VIII-2 sebanyak 30 orang. Instrument yang digunakan terdiri dari: tes kemampuan koneksi matematis dan angket kemandirian belajar siswa. Analisis data yang dilakukan dengan menentukan persentase ketuntasan belajar. Penelitian ini terdiri dari dua siklus yaitu siklus I dan siklus II terdiri dari 6 pertemuan. Berdasarkan hasil analisis tersebut diperoleh hasil penelitian yaitu: (1) meningkatnya kemampuan koneksi matematis siswa. (2) meningkatnya kemandirian belajar siswa. (3) Aktifitas aktif siswa meningkat pada siklus II dengan kategori baik. (4) Proses penyelesaian jawaban siswa menyelesaikan tes kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa lebih baik. Sehingga pembelajaran menggunakan pendekatan realistik dapat meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat dijadikan salah satu alternatif bagi guru matematika dalam menyajikan materi pelajaran.
ii ABSTRACT
Nur Azizah. Effort to Improve The Mathematics Connection Ability and Self Regulated students Junior Class VIII Nurul Islam Indonesia Medan Throght Realistic Approach, Thesis Mathematics Education Graduate Medan State University, 2016.
This study aims: (1) improve the mathematics connection ability (2) increase the independence of student learning (3) determine the activities of active students (4) determine the ability of teachers manage learning (5) analyzes the responses of the students in solving mathematical connection ability of students. This research is the Classroom Action Research held at SMP Nurul Islam Indonesia Medan. Research subjects in class VIII-2 as many as 30 people. The study consisted of two cycles of the first cycle and the second cycle consist of 6 meetings. The results of this study are (1) improve of mathematics student connection ability. (2) increasing independence of student. (3) activ in activity increased in the second cycle student in both categories. (4) the process of settlement of the answers the students completed tests of mathematics connection ability and self regulated of student better. So learning to use the realistic approach can improve the mathematical connection capability and independence of student learning. Learning with a realistic approach can be used as an alternative for mathematics teachers in presenting the subject matter.
iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillaahi robbil ‘aalamiin, segala puji dan syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, karena berkat segala rahmat dan izin-Nya penulis dapat
menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan
Koneksi Matematis dan Kemandirian Belajar Siswa Kelas VIII SMP Nurul Islam
Indonesia Medan Melalui Pendekatan Realistik”. Tesis ini disusun dalam rangka
memenuhi persyaratan dalam memperoleh gelar Magister Pendidikan pada
Program Studi Pendidikan Matematika di Program Pasca Sarjana Universitas
Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dengan segala
ketulusannya baik langsung maupun tidak langsung sampai selesainya tesis ini.
Semoga Allah SWT memberikan balasan kebaikan tersebut dengan kebaikan yang
lebih banyak. Terima kasih dan penghargaan khususnya penulis sampaikan
kepada:
1. Terutama kepada Ayahanda Zulhanuddin, kakakku Ummi Hanifah S.Pd ,
Abanganda Rahmat Tua S.Pd dan adikku Khoirul Syarip, S.Pd yang telah
memberikan doa, rasa kasih sayang, perhatian dan dukungan serta dorongan
selama pendidikan hingga terselesaikannya studi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan, arahan serta motivasi yang sangat berarti bagi penulis
iv
3. Bapak Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd, sebagai Pembimbing II yang telah
mengarahkan dan memberikan motivasi yang sangat berarti bagi penulis
sehingga terselesaikannya tesis ini.
4. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, selaku Ketua Prodi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED yang telah banyak membantu dalam
memberikan arahan kepada penulis dalam penulisan tesis ini.
5. Bapak Dr. Mulyono, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED sekaligus narasumber yang telah banyak
memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
6. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd
dan Ibu Dr. Yulita Moliq Rangkuti, M.Sc selaku narasumber yang telah
banyak memberikan arahan dalam penyempurnaan tesis ini.
7. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan Prodi Pendidikan Matematika Program
Pascasarjana UNIMED yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan
yang bermakna dan membantu penulis selama menjalani pendidikan.
8. Bapak Dapot Tua Manullang, SE, M.Si selaku Staf Prodi Pendidikan
Matematika Pascasarjana UNIMED.
9. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED.
10.Bapak Erwanto, S.Pd selaku Kepala Sekolah SMP Nurul Islam Indonesia
Medan dan seluruh guru yang telah memberikan kesempatan dan izin kepada
v
11.Sahabat seperjuangan angkatan XXII Prodi Pendidkan Matematika khususnya
teman-teman R.B-4, yang setia mengingatkan dan berdiskusi bersama,
memberikan dorongan, semangat serta bantuan lainnya kepada penulis.
12.Semua pihak yang telah membantu dan memberikan masukan serta arahan
dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Semoga Allah SWT memberikan balasan yang baik atas bantuan dan
bimbingan yang diberikan. Dengan segala kekurangan dan keterbatasan, penulis
berharap semoga tesis ini dapat memberi sumbangan dalam memperkaya
penelitian-penelitian sebelumnya dan menjadi masukan bagi penelitian lebih
lanjut.
Medan, Februari 2017
Penulis
vi 2.1 KemampuanKoneksi Matematis ... 16
2.1.1Proses Penyelesaian Siswa Dalam Mengoneksikan Matematika.21 2.2 Kemandirian Belajar Siswa ... 22
2.2.1Karakteristik Siswa yang Memiliki kemandirian Belajar ... 27
2.2.2Strategi Kemandirian Belajar ... 27
2.2.3Pengembangan Kemandirian Belajar Matematika Siswa ... 30
2.3 Pendekatan Realistik Matematika ... 33
2.3.1Prinsip-Prinsip Realistik ... 35
2.3.2Karakteristik PMR ... 39
2.3.3Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Matematika Realistik ... 40
2.3.4Sajian Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ... 46
2.3.5Teori-Teori yang Mendukung PMR... 48
2.3.6Respon Siswa ... 52
2.4 Kerangka Konseptual ... 54
2.5 Penelitian yang Relevan ... 55
2.6 HipotesisTindakan ... 59
BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 61
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 62
3.3 Subjek dan Objek Penelitian... 63
3.4 Mekanisme dan rancangan penelitian... 63
3.5 Perangkat Pembelajaran dan Instrumen Penelitian ... 67
3.6 Instrumen danTeknik Pengumpulan Data ... 74
3.6.1InstrumenTes Kemampuan Koneksi Matematis ... 74
3.6.2Angket Kemandirian Belajar... 79
3.6.3Observasi ... 81
3.6.4Dokumen ... 81
vii
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas ... 90 4.1.1 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 92 4.1.2 Deskripsi Hasil Penelitian Tindakan Kelas Siklus II………...122 4.2 Temuan Penelitian ...146 4.3 Pembahasan Penelitian ...148
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan ...159 5.2 Saran ...160
viii
DAFTAR TABEL
Tabel
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Pembelajaran Matematika dengan PMR ... 42
Tabel 2.2 Sintaks Pendidikan Matematika Realistik ... 45
Tabel 3.1 Rerata Skor Validasi ... 66
Tabel 3.2 Hasil Validasi RPP ... 67
Tabel 3.3 Hasil Validasi LAS ... 70
Tabel 3.4 Kisi-kisi Soal Tes Kemampuan Koneksi Matematis Materi SPLDV ... 72
Tabel 3.5 Rubrik Penskoran ... 73
Tabel 4.1 Hasil Analisis Angket Kemandirian Belajar Siswa Sebelum ... 91
Tabel 4.2 Hasil Analisis Angket kemandirian Siswa Sesudah ... 95
Tabel 4.10 Proses penyelesaian Jawaban Siswa ... 136
Tabel 4.11 Refleksi Siklus II... 141
Tabel 4.12 Perbandingan Antara Siklus I dan Siklus II ... 142
ix
Gambar 4.5 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi siklus I ... 104
Gambar 4.6 Proses Jawaban Siswa LAS 3 ... 106
Gambar 4.7 Grafik Persentase Aktivitas Siswa I ... 109
Gambar 4.8 Grafik Persentasi Aktivitas Guru I ... 109
Gambar 4.9 Grafik Persentase TKKM I ... 112
Gambar 4.10 Proses Penyelesaian Jawaban TKKM Butir 1 ... 114
Gambar 4.11 Aktivitas Guru Menjelaskan ... 124
Gambar 4.12 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 125
Gambar 4.13 Aktivitas Siswa Mempersentasikan Hasil Diskusi Siklus II ... 126
Gambar 4.14 Aktivitas Siswa dalam Kelompok ... 128
Gambar 4.15 Proses Jawaban Siswa TKKM II ... 129
Gambar 4.16 Persentase Aktivitas Siswa Siklus II ... 133
Gambar 4.17 Persentase Aktivitas Guru Siklus II ... 133
Gambar 4.18 Persentase TKKM Siklus II ... 136
Gambar 4.19 Proses Penyelesaian Jawaban Siswa Siklus II ... 138
1 BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Tujuan pembelajaran di sekolah menurut kurikulum 2013 adalah untuk
mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai
pribadi yang beriman dan produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu
berkonstribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Menurut
NCTM 2000 (Van de walle, 2008 : 3) kurikulum lebih dari sekedar kumpulan
aktivitas, kurikulum harus koheren, difokuskan pada matematika yang penting dan
berkaitan dengan baik antar tingkat kelas.
Matematika sebagai ratunya ilmu pengetahuan (queen of sciences) sangat
dibutuhkan dalam era globalisasi, karena melalui matematika ilmu pengetahuan
yang lain menjadi sempurna dalam menjawab berbagai masalah kehidupan
sehari-hari. Melihat pentingnya peranan matematika dalam ilmu pengetahuan dan
teknologi serta dalam kehidupan sehari-hari maka matematika perlu dipahami
oleh peserta didik mulai dari tingkat pendidikan prasekolah hingga tingkat
perguruan tinggi.
Maka pendidikan di Indonesia mengalami perkembangan dari tahun ke
tahun, salah satunya matematika. Pendidikan matematika dari hari ke hari
semakin berkembang dan senantiasa menjadi penyokong dalam perkembangan
teknologi, sains dan dalam dunia bisnis.
Dengan perkembangan IPTEK yang semakin pesat diperlukan adanya
sumber daya manusia yang handal dan mampu berkompetisi secara global. Untuk
2
mempersiapkan insan yang dapat berpartisipasi dalam meningkatkan pendidikan
matematika. Setidaknya seseorang itu bisa dalam matematika dasar dan untuk
lebih spesifiknya mempunyai kemampuan berpikir tingkat tinggi (higher order
thinking). Akan tetapi pada kenyataannya, kita tidak dapat memungkiri bahwa
masih banyak guru matematika sekarang ini yang masih menganut paradigma
transfer of knowledge dalam hal mengambil keputusan di kelas, di mana interaksi
dalam pembelajaran hanya terjadi satu arah yaitu dari guru sebagai sumber
informasi dan siswa sebagai penerima informasi, dalam hal ini siswa tidak
diberikan banyak kesempatan untuk berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan
belajar mengajar (KBM) di kelas, dengan kata lain pembelajaran lebih berpusat
pada guru, bukan pada siswa. Pembelajaran matematika yang dilaksanakan
dewasa ini orientasinya lebih cenderung ditujukan pada pencapaian target materi
ataupun pencapaian hasil belajar.
Salah satu mata pelajaran yang merefleksikan tujuan dari kurikulum 2013
adalah matematika. Teknologi penting dalam belajar dan mengajar matematika,
teknologi mempengaruhi matematika yang diajarkan dan meningkatkan proses
belajar siswa (Van de walle, 2008: 3). Karena matematika merupakan ilmu yang
berkembang sesuai dengan perkembangan IPTEK menyebabkan matematika
dipandang sebagai ilmu yang terstruktur, hubungan cara berpikir dan memahami
dunia sekitar. Siswa diharapkan dapat menggunakan matematika dan pola pikir
matematika dalam kehidupan sehari-hari, dan dalam mempelajarai berbagai ilmu
lainnya yang penekanannya pada penataan kemampuan berpikir tingkat tinggi dan
pembentukan sikap siswa serta keterampilan dalam penerapan matematika.
3
meliputi pertama tujuan yang bersifat formal, yang memberi tekanan pada
penataan nalar anak serta pembentukan pribadi anak kedua tujuan yang bersifat
material yang memberi tekanan pada penerapan matematika serta kemampuan
memecahkan masalah matematika. Hal ini di perkuat oleh NCTM (2000: 67) yang
merekomendasikan lima kompetensi standar matematika yaitu kemampuan
pemecahan masalah (Problem Solving), Komunikasi (Communication), Koneksi
(Connection),Penalaran(Reasoning), dan Representasi (Representation). Kelima
standar kompetensi yang dikenal sebagai keterampilan matematika (Doing Math )
ini diharapkan mampu memenuhi kebutuhan peserta didik pada masa kini dan
masa datang melalui tugas matematika yang dapat mendukung tujuan di atas.
Masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika di Indonesia adalah
rendahnya penguasaan siswa tentang matematika.Hal ini dapat dilihat dari
rendahnya prestasi siswa di tingkat nasional maupun internasional. Berdasarkan
rangking TIMSS 2011 Indonesia jauh di bawah Internasional yaitu menempati
rangking ke 52 dari 56 negara yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika
(http://nces.ed.gov/timss/tables11.asp) sedangkan dalam rangking PISA 2012
Indonesia menempati rangking 64 dari 65 negara
(http://www.kopertis12.or.id/2013/12/05/skor-pisa-posisi-indonesia-nyaris-jadi-juru-kunci.html). Keberhasilan belajar siswa di pengaruhi oleh beberapa faktor,
ada yang berasal dari diri siswa itu sendiri dan ada juga faktor dari luar seperti
dalam pembelajaran.
Peneliti pernah bertanya kepada siswa SMP NURUL ISLAM INDONESIA
MEDAN tentang bagaimana tanggapan siswa terhadap pelajaran matematika.
4
karena itu siswa menjadi malas dan enggan untuk membuka pelajaran
matematika.Jadi pada akhirnya dari ketidaksukaan siswa dalam mempelajari
matematika, maka menurunlah prestasi belajar matematika siswa. Rata-rata nilai
yang diperoleh siswa disekolah hanya mencapai KKM yang ditentukan oleh
sekolah.Dimana nilai matematika yang diperoleh siswa masih banyak yang hanya
sebatas KKM sementara KKM yang ditentukan sekolah adalah 70. Hal ini dilihat
dari nilai rapor siswa dimana dari 30 siswa dalam kelas tersebut masih 40 % siswa
yang mendapatkan nilai di atas KKM.
Salah satu yang menjadi permasalahan dalam pembelajaran matematika
adalah rendahnya koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Kurikulum
2013 tentang matematika SMP siswa dituntut memiliki kemampuan berpikir
tingkat tinggi. Menurut Fauzi (2011 : 1) pemahaman erat kaitannya dengan
koneksi matematis (mathematics conection), dikarenakan dalam pemahaman
siswa dituntut untuk memahami lebih dari satu konsep dan merelasikannya.
Dalam pembelajaran matematika siswa harus menguasai kemampuan koneksi
matematis yaitu siswa harus mampu mengaitkan antara ide-ide dan konsep yang
ada dalam pelajaran matematika.
Matematika sebagai ilmu yang terstruktur dan sistematik mengandung arti
bahwa konsep dan prinsip dalam matematika adalah saling berkaitan antara satu
dengan lainnya.Dalam belajar matematika untuk mencapai pemahaman yang
bermakna siswa harus memiliki kemampuan koneksi matematis yang memadai.
Menurut NCTM (2000) berpikir matematis melibatkan mencari koneksi dan
membuat koneksi untuk membangun pemahaman matematik. Tanpa koneksi,
5
Melalui koneksi matematis siswa juga bisa membangun pemahaman baru pada
pengetahuan sebelumnya.Agar siswa lebih berhasil dalam belajar matematika,
maka siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melihat keterkaitan
antara konsep-konsep yang satu dengan yang lainnya.
Menurut NCTM oleh Yulianti (Rendya, dkk, 2012 : 1) koneksi matematik
merupakan bagian penting yang harus mendapatkan penekanan disetiap jenjang
pendidikan. Sedangkan tujuan koneksi matematis menurut NCTM dalam Herdian
(Rendya, dkk, 2012 : 1) yang diberikan pada siswa di sekolah menengah adalah
agar siswa dapat: 1) Mengenali representasi yang ekuivalen dari suatu konsep
yang sama, 2) Mengenali hubungan prosedur satu representasi ke prosedur
representasi yang ekivalen, 3) Menggunakan dan menilai koneksi beberapa topik
matematika, 4) Menggunakan dan menilai koneksi antara matematika dan disiplin
ilmu yang lain
Kenyataan yang terjadi, kemampuan koneksi matematis siswa masih belum
baik. Hasil pekerjaan siswa masih tidak sesuai dengan prosedur penyelesaian yang
diajarkan, dimana siswa belum mampu mengaitkan konsep-konsep yang telah
mereka pelajari sebelumnya dalam pemecahan masalah yang berkaitan dengan
topik pelajaran. Salah satu hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kemampuan
koneksi matematis masih rendah adalah hasil penelitian Ruspiana (Nurul, ddk ,
2013 :151) yang menunjukkan nilai rata-rata kemampuan koneksi matematis
siswa sekolah menengah masih rendah yaitu kurang dari 60 pada skor 100 (22,2%
untuk koneksi matematis pada pokok bahasan lain, 44% untuk koneksi pada
bidang studi lain, dan 67,3% untuk koneksi matematika pada kehidupan
6
Dari hal di atas diperkuat oleh hasil penelitian awal yang dilakukan peneliti
dengan memberikan soal kepada siswa untuk melihat bagaimana siswa
menyelesaikan soal tersebut. Dari 30 orang siswa hanya 5 orang yang menjawab
benar dan lengakap. Jawaban siswa tentang soal yang diberikan sebagai berikut.
Pada tempat parkir yang luasnya 870 terdapat bus dan mobil dimana jumlah
bus dan mobil adalah 40 buah. Jika tiap bus membutuhkantampat 24 dan tiap
mobil membutuhkan tempat 6 . Maka banyak bus pada tempat parkir tersebut
adalah…(jika model semua parkir bus dan mobil sama).
Gambar: 1.1 Model penyelesaian yang dibuat oleh siswa dalam tes kemampuan koneksi matematis
Dari jawaban soal siswa tersebut terlihat bahwa siswa mengalami kesulitan
untuk memahami maksud soal tersebut, mengidentifikasi unsur-unsur yang
7
tersebut, menentukan rumus yang digunakan, dan rencana penyelesaian siswa
tidak terarah dan strategi penyelesaian dari jawaban yang dibuat siswa tidak
benar. Kemampuan koneksi matematis siswa belum nampak dari penyelesaian
yang dibuat oleh siswa. Dimana siswa belum bisa menghubungkan
penyelesaiannya menggunakan sistem persamaan linear dua variabel dengan
kehidupan sehari-hari. Siswa juga belum mampu menguraikan langkah-langkah
dalam menggunakan strategi koneksi matematis serta belum bisa memberikan
argumentasi yang baik dalam pembuktian kebenaran pilihan jawaban yang
disajikan. Dari uraian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa kemampuan koneksi
matematis siswa masih kurang. Siswa menunjukkan kemampuan koneksi
matematis ketika mereka memberikan bukti bahwa mereka dapat memenuhi
indikator matematis menurut NCTM yaitu: 1) Mengenali dan menggunakan
hubungan antar ide-ide dalam matematika, 2) Memahami keterkaitan ide-ide
matematika dan membentuk ide satu dengan yang lain sehingga mengahsilkan
suatu keterkaitan yang menyeluruh, 3) Mengenali dan mengaplikasikan
matematika ke dalam dan lingkungan di luar matematika.
Dengan koneksi matematis diharapkan siswa mampu memahami apa yang
menjadi akar persoalan dan mencari strategi yang tepat untuk persoalan yang
dimaksud, serta memiliki kemampuan untuk memeriksa kembali hasil yang
diperoleh. Oleh karenanya penelitian ini diharapkan akan mampu memperbaiki
proses pembelajaran. Selain dari koneksi matematis kemandirian belajar siswa
sangat dibutuhkan dalam penyelesaian masalah dan prestasi belajar siswa.
Dalam pembelajaran matematika kemandirian sangat penting karena
8
Kebanyakan siswa masih banyak yang belum mampu secara mandiri menemukan,
mengenal, merinci hal-hal yang berlawanan dan menyusun pertanyaan-pertanyan
yang timbul dari masalahnya. Dikarenakan siswa masih terfokus terhadap guru
dan masih tergantung kepada guru. Hal ini senada dengan Fauzi (2011)
pentingnya kemandirian belajar matematika karena dituntut kurikulum agara
siswa dapat menghadapi persoalan di dalam kelas maupun di luar kelas yang
semakin kompleks dan mengurangi ketergantungan siswa dengan orang lain
dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, peserta didik mengatur pembelajarannya sendiri
dengan mengaktifkan kognitif, afektif dan perilakunya yang ada pada dirinya
sehingga tercapai tujuan belajar yang diinginkan. Pada kemandirian belajarhal
yang paling penting adalah adanya inisiatif dan motivasi dalam diri siswa sendiri
sehingga pembelajaran akan lebih efektif. Ada beberapa indikator yang dapat
digunakan untuk mengukur kemandirian belajar yaitu: 1) inisiatif belajar, 2)
mendiagnosa kebutuhan belajar, 3) menetapkan target dan tujuan belajar, 4)
memonitor, mengatur dan mengontrol kemajuan belajar, 5) memandang kesulitan
sebagai tantangan, 6) memanfaatkan dan mencari sumber yang relevan, 7)
memilih dan menerapkan strategi belajar, 8) mengevaluasi proses dan hasil belajar
dan 9) memiliki self -concept atau konsep diri (Sumarmo:2010).
Perlunya pengembangan kemandirian belajar pada individu yang belajar
matematika juga didukung oleh beberapa hasil studi temuan antara lain adalah
individu yang memiliki kemandirian belajar yang tinggi cenderung belajar lebih
baik, mampu memantau, mengevaluasi, dan mengatur belajarnya secara efektif;
9
secara efisien, dan memperoleh skor yang lebih tinggi dalam pelajaran sains
(Hargis dalam Sumarmo, 2010).
Guru dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar harus mampu
memilih metode yang sesuai dengan materi pelajaran. Kesulitan belajar yang di
rasakan oleh siswa bukan semata – mata sulitnya materi pelajaran matematika,
tetapi disebabkan juga oleh metode penyampaian guru dalam mengelola
pembelajaran matematika kurang efektif. Menurut Turmudi (2008 : 24)
pembelajaran matematika yang efektif memerlukan pemahaman apa yang siswa
ketahui dan perlukan untuk dipelajari, kemudian memberikan tantangan dan
dukungan kepada mereka agar siswa dapat belajar dengan baik.
Untuk mengoptimalkan kemampuan koneksi matematis siswa dan
kemandirian belajar siswa khususnya siswa kelas VIII SMP NURUL ISLAM
INDONESIA MEDAN dengan solusi memperbaiki strategi pembelajaran
matematikanya.Perbaikan yang dilakukan adalah mencari pendekatan
pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan koneksi matematis siswa
dan kemandirian belajar siswa yakni pendekatan yang lebih bermakna.Melalui
pendekatan tersebut siswa mampu menemukan sendiri pengetahuan dan
keterampilan yang dibutuhkanya.
Untuk menyikapi permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran
matematika, perlu dicari solusi pendekatan pembelajaran yang dapat
mengakomodasi peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika dan
minat belajar siswa terhadap pelajaran matematika. Menyarankan perubahan
10
siswa aktif belajar dalam pencarian pengetahuan dan belajar yang menyenangkan
yang akan mencegah kebosanan ketika belajar.
NCTM (Van de Walle, 2008) menyarankan reformasi pembelajaran
matematika:
“Mengubah kelas dari sekedar kumpulan siswa menjadi komunitas matematika, menjauhkan otoritas guru untuk memutuskan suatu kebenaran,mementingkan pemahaman daripada hanya mengingat prosedur. Mementingkan membuat dugaan, penemuan, pemecahan masalah dan menjauhkan dari tekanan pada penemuan jawaban secara mekanis, mengaitkan matematika ide-ide dan aplikasinya dan tidak memperlakukan matematika sebagai kumpulan konsep dan prosedur yang terasingkan”
Untuk merealisasikan reformasi pembelajaran matematika seperti yang
dikemukakan di atas, diperlukan suatu pengembangan materi pembelajaran
matematika yang dekat dengan kehidupan siswa, sesuai dengan tahap berpikir
siswa, serta metode evaluasi yang terintegrasi pada proses pembelajaran yang
tidak hanya berujung pada tes akhir.
Agar siswa lebih mudah memahami dan menghubungkan konsep-konsep
dalam belajar matematika digunakan pendekatan realistik. Pendekatan realistik,
ini dipilih karena di dalam pendekatan ini terkandung proses yang bersifat
membangun pemahaman konsep matematika siswa melalui pengetahuan informal
yang mereka miliki. Pendekatan matematika realistik adalah pendekatan dalam
pendidikan matematika yang berdasarkan pada ide bahwa matematika adalah
aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap
konteks sehari-hari. De corte, dkk. (dalam Dar dan Fisher, 2004), mengemukakan
komponen-komponen pengajaran yang membantu perkembangan kemandirian,
yaitu: 1) Memberikan tugas-tugas realistik dan menantang. 2) Adanya variasi
11
pengajaran klasikal. 3) Menciptakan ruang kelas yang membantu perkembangan
disposisi positif terhadap pembelajaran matematika.
Memberikan masalah yang kontekstual dan melihat keterkaitan antara
materi matematika dan bidang lainnya pada siswa yang merupakan karakteristik
dari PMR.Karakteristik dari PMR diduga dapat memberikan korelasiyang positif
dalam meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan perkembangan
kemandirian belajar siswa.
Dalam pembelajaran dengan pendekatan realistik tidak hanya berhubungan
dengan dunia nyata saja, tetapi juga menekankan pada masalah nyata yang dapat
dibayangkan. Artinya penekanannya pada membuat sesuatu masalah itu menjadi
nyata dalam pikiran siswa. Dengan demikian konsep-konsep yang abstrak dapat
sesuai dan menjadi masalah siswa selama konsep itu nyata dan dapat diterima
pikiran siswa.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Koneksi Matematis Dan Kemandirian Belajar Siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan Melalui
Pendekatan Matematika Realistik”.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dikemukakan beberapa
permasalahan yakni:
1. Hasil belajar matematika siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih
rendah
2. Kemampuan koneksi matematis siswa SMP Nurul Islam Indonesia Medan
12
3. Kurangnya kemandirian belajar siswa dalam pembelajaran matematika
4. Pembelajaran di SMP Nurul Islam Indonesia Medan masih bersifat
konvensional
5. Pemilihan strategi dalam peningkatan kemampuan koneksi matematis kurang
efektif
6. Kurangnyainteraksi antara guru dengan siswa pada saat proses pembelajaran.
1.3. Batasan Masalah
Beberapa masalah yang sudah teridentifikasi di atas, peneliti perlu
membatasi penelitian ini supaya yang diteliti bisa terfokus pada permasalahan
yang mendasar dan member dampak yang luas terhadap hasil belajar apabila
permasalahan ini di teliti. Penelitian ini dibatasi pada permasalahan:
1. Kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa SMP Nurul
Islam Indonesia Medan
2. Pembelajaran matematika yang digunakan adalah pendekatan matematika
realistik.
3. Respon siswa terhadap pendekatan matematika realistik
4. Tidak nampaknya proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan
masalah matematika
1.4. Rumusan masalah
Sesuai pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah pada penelitian
ini adalah:
1. Bagaimana efektivitas pembelajaran melalui pendekatan realistik dalam
meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa
13
2. Bagaimana peningkatan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian
belajar siswa kelas VIII SMP Nurul Islam Indonesia Medan di pokok bahasan
sistem persamaan linear dua variabel pada pembelajaran dengan pendekatan
realistik?
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran matematika dengan
pendekatan matematik realistik?
4. Bagaimana proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan
matematika pada sub bahasan sistem persamaan linear dua variabel?
1.5. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui efektivitas pembelajaran menggunakan pendekatan realistik pada
sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel kelas VIII SMP
Nurul Islam Indonesia Medan.
2. Mengetahui peningkatan kemampuan koneksi matematis siswa setelah
mengikuti pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education
3. Mengetahui peningkatan kemandirian belajar siswa setelah mengikuti
pembelajaran melalui pendekatan realistic mathematics education
4. Mendiskripsikan proses penyelesaian jawaban yang dibuat siswa dalam
mengkoneksikan konsep-konsep dalam sistem persamaan linear dua variabel
1.6. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi:
1. Siswa untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan koneksi
matematis dan kemandirian belajar serta memperoleh informasi cara belajar
14
2. Guru diharapkan dapat menyumbangkan pemikiran tentang upaya merancang
pembelajaran menggunakan pendekatan realistic mathematics education pada
materi lain yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat
tinggi pada siswa
3. Peneliti dapat dijadikan referensi untuk penelitian selanjutnya.
1.7. Defenisi Operasional
Untuk menghindari adanya perbedaan penafsiran, perlu adanya penjelasan
dari beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini. Beberapa istilah dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kemampuan koneksi matematis siswa adalah keahlian siswa dalam
mengaitkat atau menghubungkan konsep-konsep matematika baik antar
konsep matematika sendiri, dengan konsep bidang lain maupun dengan
kehidupan sehari-hari.
2. Kemandirian belajar siswa adalah keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
khususnya dalam bidang matematika.
3. Pendekatan realistik adalah salah satu pendekatan yang ada pada PMR yang
memiliki 5 karakteristik yaitu (1) menggunakan konteks dunia nyata, (2)
model-model, (3) produksi dan konstruksi, (4) interaktif, (5) keterkaitan
(intertwinment)
4. Respon siswa adalah tanggapan siswa tentang senang, tidak senang, baru,
tidak baru terhadap komponen dan kegiatan pembelajaran,
berminat,tidakberminat mengikuti pembelajaran berikutnya dan pendapat
15
5. Proses penyelesaian jawaban siswa dalam mengoneksikan matematika adalah
suatu rangkaian tahapan penyelesaian secara lebih rinci dan benar berdasarkan
indikator koneksi yaitu:
- Menyelesaikan masalah menggunakan grafik, hitungan numerik, ljabar
dan representasi verbal
- Menerapkan konsep dan prosedur yang telah diperoleh pada situasi baru
- Menyadari hubungan antar topik dalam matematika
159 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang dikemukakan dapat diambil kesimpulan
yang berkaitan dengan penerapan pemebelajaran matematika realistik untuk
meningkatkan kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa pada
pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel sebagai berikut:
1. Pembelajaran melalui pendekatan realistik efektif dalam meningkatkan
kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa. Hal ini
diketahui dari hasil observasi terhadap kemampuan guru mengelola
pembelajaran dari siklus I berkategori cukup meningkat menjadi baik pada
siklus II dan memenuhi indikator keberhasilan.
2. Penerapan pembelajaran matematika realistik dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa kelas VIII-2
SMP Nurul Islam Indonesia Medan. Hal ini diketahui dari persentase siswa
yang telah mampu mengoneksikan matematika pada siklus I adalah 50 %
meningkat menjadi 90 % pada siklus II. Sedangkan untuk kemandirian belajar
siswa meningkat diketahui dari persentase tiap indikator siswa yang memiliki
kemandirian belajar sebelum diberikan tindakan dan sesudah diberikan
tindakan dari kategori kurang menjadi baik.
3. Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat meningkatkan
160
aktivitas siswa pada siklus I 72,59% berada pada kategori cukup meningkat
menjadi 86.56% dengan kategori baik.
4. Berdasarkan hasil analisis terhadap proses penyelesaian jawaban siswa dalam
mengoneksikan matematika pada siklus I setiap aspek indikator koneksi
masih kurang dari 80% secara klasikal menjawab minimal benar. Sedangkan
pada siklus II terdapat secara klasikal 80% menjawab minimal benar pada
setiap aspek indikator koneksi.
5.2 SARAN
Berdasarkan simpulan penelitian yang diuraikan di atas, dapat dikemukan
beberapa saran sebagai berikut:
1) Penerapan pembelajaran dengan pendekatan realistik mampu meningkatkan
kemampuan koneksi dan kemandirian belajar siswa. Temuan penelitian, hasil
analisis data, perangkat pembelajaran, maupun intrumen yang dihasilkan
dalam penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam upaya meningkatkan
kemampuan koneksi matematis pada jenjang yang berbeda maupun mata
pelajaran yang berbeda dengan penelitian ini.
2) Dalam penelitian ini meneliti kemampuan koneksi matematis dan
kemandirian belajar siswa. Untuk penelitian lebih lanjut disarankan untuk
meneliti kemampuan lain yang belum terjangkau penulis, seperti kemampuan
penalaran dan kemampuan berfikir kritis melalui penerapan pembelajaran
161
3) Bagi guru matematika pembelajaran dengan pendekatan realistik dapat
menjadi salah satu alternatif dikelas yang dinilai dapat meningkatkan
kemampuan koneksi matematis dan kemandirian belajar siswa serta aktivitas