• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA Kesejahteraan Siswa Dari Keluarga Pra Sejahtera.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA Kesejahteraan Siswa Dari Keluarga Pra Sejahtera."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

i

KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun Guna Memenuhi Sebagai Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh:

RIZKY ANISA F 100 104 019

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

ii

KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi

Untuk Memenuhi Sebagaian Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi

Diajukan oleh : RIZKY ANISA

F 100 104 019

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

v

KESEJAHTERAAN SISWA DARI KELUARGA PRA SEJAHTERA

ABSTRAKSI

Rizky Anisa

Fakultas Psikologi Universitas Muhammdiyah Surakarta

Keluarga pra sejahtera merupakan keluarga yang belum mampu memenuhi kebutuhan dasar minimal seperti pengajaran, agama, sandang, papan, kesehatan. Namun demikian siswa dari keluarga pra sejahtera mendambakan kesejahteraan walaupun dengan kondisi keluarga yang kekurangan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami dan mendeskripsikan kesejahteraan siswa yang tinggal pada keluarga pra sejahtera. Informan utama dalam penelitian ini adalah siswa SMP, tinggal bersama orang tua, orang tua siswa yang tidak tamat SD, lulus SD dan SMP serta bekerja sebagai buruh, kuli bangunan, petani, tukang becak, atau pemulung. Metode pengambilan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah menggunakan screening kuesioner terbuka, wawancara, dan observasi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum pengertian sejahtera menurut siswa dari kleuarga pra sejahtera adalah hidup tentram, damai, dan bahagia ketika tidak ada gangguan dari orang lain. Penilaian diri siswa terhadap kesejahteraan meliputi bahagia memiliki keluarga, mendapat perhatian teman, dan patuh terhadap peraturan sekolah. Faktor pendorong kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera meliputi faktor internal; memiliki hubungan baik dengan orang lain seperti bermain dengan teman dan membantu orang tua, melakukan hal yang positif, sedangkan faktor eksternal: melakukan kegiatan positif, dan bermain bersama teman, serta mendapat dukungan dari teman, saudara, dan orang tua. Faktor penghambat kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera meliputi faktor internal; Selain itu kurang dapat membangun hubungan yang baik dengan orang lain. seperti tidak mengerjakan PR dari guru, menarik diri dari pergaulan, dan mengganggu orang lain, sedangkan faktor eksternal; kurang mendapat dukungan dari teman seperti diganggu, diusili, dan diejek.

(6)

1

PENDAHULUAN

Kesejahteraan merupakan tujuan hidup yang didambakan oleh setiap manusia dan dapat diraih dengan usaha yang keras. Bahkan anak-anak sekalipun berhak mendapatkan kesejahteraan. Seorang anak merupakan tanggung jawab orang tua. Oleh karena itu untuk mencapai kesejahteraan perlu mendapat dukungan orang tua misalnya memenuhi kebutuhan anak seperti kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani. Selain itu ada hal yang tidak kalah penting untuk diberikan kepada anak yaitu pendidikan, dengan pendidikan, anak akan memiliki masa depan yang lebih baik.

Sistem Pendidikan Nasional yang diatur dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 menyebutkan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah berkembangnya potens i peserta didik. Salah satu sarana untuk mencapai tujuan pendidikan nasional adalah adanya institusi yang disebut dengan sekolah. Sekolah memiliki perencanaan untuk mengembangkan potensi peserta didik, yang mengedepankan kesejahteraan, dengan

menggunakan sistem kegiatan belajar mengajar berharap peserta didik dapat mengembangkan kemampuan yang dimiliki serta dapat memperoleh hasil yang memuaskan di dalam pendidikan

Menurut Eckersley (2005) kesejahteraan merupakan makna yang dimiliki seseorang tentang cara menjalani hidup dengan menggali potensi yang dimiliki, serta merasa bahwa hidupnya begitu berharga. Mengenai definisi kesejahteraan siswa menurut De Fraine, dkk (2005) yakni ketika siswa di lingkungan sekolahnya merasa baik dalam hal emosi dan perasaan maka siswa tersebut merupakan siswa yang sejahtera. Pendapat lain yang dikemukakan oleh Huebner, dkk (2003) salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kepuasan hidup anak sehingga kesejahteraan siswa dapat tercapai adalah keluarga. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Fraillon (2004) bahwa siswa memperhitungkan pentingnya peran keluarga dan lingkungan sekitar untuk mencapai kesejahteraan.

(7)

2 keluarga dari segi materi ada yang mampu dan kurang mampu dala m memenuhi kebutuhan hidup. Hal yang sering dikeluhkan di Indonesia yakni kurangnya pemerataan ekonomi dalam pentingnya masalah pendidikan, dengan memprioritaskan pelayanan pendidikan keluarga pra sejahtera dapat mampu menikmati pemerataan akses pendidikan (Tigayanti, 2009). Menurut Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) (2011) keluarga pra sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasar secara minimal seperti kebutuhan akan pangan, sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan dalam program BKKBN pembangunan keluarga sejahtera dibedakan menjadi dua yaitu keluarga sejahtera dan keluarga pra sejahtera.

Menurut penelitian di Amerika bahwa remaja dari keluarga miskin lebih mungkin memiliki perilaku negatif daripada remaja yang berasal dari keluarga kaya diantaranya yaitu pernah melakukan hubungan seks sebelum usia 16 tahun, menjadi anggota geng, terlibat perkelahian, terlibat pencurian senilai lebih dari 50 dolar, dan pernah melarikan diri dari

rumah maupun sekolah, serta pernah menggunakan alkohol dan ganja, menjual obat-obatan terlarang, bahkan melakukan pengrusakan di tempat umum. Lebih lanjutnya bahwa presentase remaja yang berasal dari keluarga miskin yang memilih untuk melanjutkan sekolah hanya sebesar 44%, 56% diantaranya memilih untuk tidak melanjutkan pendidikan mereka (Human Services Policy, 2009)

Selain itu Pollard & Lee (2003) mengemukakan bahwa ada lima

domain yang berbeda dari

kesejahteraan anak yaitu fisik, psikologis, kognitif, sosial, dan ekonomi. Indikator positif lebih sering digunakan yaitu fisik, kognitif, sosial, dan ekonomi, sementara indikator negatif yaitu psikologis.

(8)

3 Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa tertarik untuk mengadakan penelitian untuk mengetahui bagaimana kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera.

METODE PENELITIAN

Informan penelitian

Siswa SMP yang tinggal bersama orang tua., dimana orang tua siswa pendidikan terakhir yang tidak tamat SD, lulus SD dan SMP serta bekerja sebagai buruh, kuli bangunan, petani, tukang becak, atau pemulung. Alat pengumpul data

Dalam penelitian ini alat pengumpul data mengunakan kuesioner terbuka, wawancara. Hasil dari kuesioner terbuka dan wawancara akan dianalisis dengan cara sebagai berikut :

1. Organisasai Data

Organisasi data merupakan proses mendokumentasikan analisis yang dilakukan, dan menyimpan data yang berkaitan dalam penyelesaian penelitian dalam penelitian ini hal- hal yang disimpan dan diorganisasikan adalah data mentah (catatan lapangan dan kaset), data yang sudah ditulis dalam verbatim, data

yang sudah ditandai dengan kode-kode, teks lapangan (yang masih terus akan ditambah jika perlu, dan diperbaiki sesuai perkembangan dan temuan lapangan).

2. Koding

Koding merupakan usaha untuk mengklasifikasikan jawaban responden menurut macamnya dalam penelitian ini klasifikasi dilakukan dengan jalan menandai masing- masing jawaban itu dengan tanda kode tertentu 3. Menentukan tema

Berdasarkan pada isi cerita informan, setelah memberikan nama dan kode pada berkas, maka penulis membaca isi cerita dan memahami transkrip yang sudah dikoding, untuk mencari tema-tema yang dapat dikategorisasikan atau dikelompokan berdasarkan tema yang sama.

4. Kategorisasi

(9)

4 sudah tersedia, akan dimasukkan ke dalam kategorisasi baru. Kategorisasi dilakukan dengan pengambilan kesimpulan secara induksi, yaitu kesimpulan ditarik dari keputusan khusus untuk mendapat kesimpulan yang umum berdasarkan data yang diperoleh. Hasil dari pengkategorian tersebut kemudian disajikan dalam bentuk uraian deskriptif.

5. Pembahasan hasil penelitian

Setelah menggunakan uraian deskriptif yang informatif, kemudian dapat mengembangkan analisis yang lebih akurat saat menginterpretasi keseluruhan data dengan mendeskripsikan yang sudah diperoleh dan dapat dibahas dengan mengaitkan teori teori mengenai kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera. Adapun

pembahasannya adalah sebagai berikut :

a. Pengertian sejahtera menurut siswa dari keluarga pra sejahtera Setiap orang memiliki pandangan tentang sejahtera yang berbeda-beda, dalam membahas kesejahteraan tentu harus diketahui dahulu tentang pengertian kesejahteraan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pengertian sejahtera menurut siswa dari keluaraga pra sejahtera adalah hidup damai, tentram, dan bahagia, serta memiliki hubungan baik dengan teman. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh The Department of Education and Early

Childhood Development (DEECD)

(dalam Frost, 2010) bahwa kesejahteraan siswa sebaga i suasana hati yang positif baik dalam sikap, kesehatan, ketahanan, dan kepuasan terhadap diri serta memiliki pengalaman dan hubungan baik di sekolah.

(10)

5 teori Masters (2004) mengemukakan bahwa salah satu aspek kesejahteraan siswa adalah spiritual dimana nilai agama berperan penting dalam kesejahteraan karena nilai agama mengajarkan tentang moral yang berprinsip pada kebenaran.

b. Penilaian diri terhadap kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera

Kesejahteraa siswa dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran, dan tindakan positif pada siswa. Alasan untuk mencapai kesejahteraan didapatkan dari sumber yang berbeda. Seperti yang terlihat pada hasil penelitian bahwa alasan siswa yang menilai sudah sejahtera karena bahagia memiliki keluarga, mendapat perhatian teman, dan patuh terhadap peraturan sekolah. Hal ini sesuai dengan teori Masters (2004) yang mengemukakan bahwa salah satu aspek kesejahteraan adalah sosial dimana ketergantungan antara individu dan sekolah untuk membangun hubungan yang sehat dengan orang lain baik individu, kelompok, dan lembaga.

Sedangkan alasan siswa yang belum sejahtera karena masih

melakukan hal yang tidak baik misalnya melanggar tata tertib sekolah seperti tidak mengerjakan PR dan saat pelajaran tidak memperhatikan guru. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Fraillon (2004) bahwa kesejahteraan siswa dapat dipengaruhi oleh hubungan baik siswa dengan guru mereka, jika hubungan baik dengan guru dianggap sebagai ukuran kesejahteraan siswa maka siswa yang memiliki hubungan buruk dengan guru mereka, akan diukur sebagai siswa yang memiliki kesejahteraan rendah. c. Faktor pendorong kesejahteraa

(11)

6 meraih tujuan, hal ini dilakukan dengan melibatkannya dalam pendidikan, contohnya seperti memotivasi agar berhasil dalam mendapatkan nilai yang baik saat di sekolah dan memberikan reward ketika mendapat nilai yang baik.

Mengenai faktor pendorong kesejahteraan siswa hubungan yang baik dengan orang lain menjadi salah satu hal yang mendorong untuk mencapai suatu kesejahteraan. Denagn demikian siswa yang sudah memiliki hubungan baik tehadap orang lain dapat dikatakan siswa ya ng sudah sejahtera. Berdasarkan hasil penelitian yang membuat siswa menjadii sejahtera adalah kebersamaan dengan orang terdekat seperti teman dan keluarga. Hasil tersebut dapat dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Rees, Goswani, dan Bradshaw (2010) bahwa faktor penting yang berkontribusi pada kesejahteraan anak adalah keluarga dan teman.

d. Faktor penghambat

kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera

Cara berinteraksi seseorang menjadi salah satu hal yang penting

dalam bergaul di lingkungan sekitar. Sekalipun demikian terdapat hambatan untuk memiliki peran dalam pergaulan itu. Hasil penelitian yang telah dilakukan mengungkapkan bahwa pengertian siswa yang tidak sejahtera menurut siswa dari keluarga pra sejahtera adalah menarik diri dari pergaulan. Sebagaimana pendapat yang dikemukakanoleh Brooks – Gunn (1997) (dalam Zialanawala & Pilkauskas, 2010) bahwa anak-anak yang berada dalam keluarga miskin skor signifikan lebih tinggi pada menarik diri.

Masalah keuangan juga dirasakan menjadi salah satu hambatan dalam mencapai kesejahteraan, untuk siswa sekalipun. Hal ini terkait adanya hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa hal yang membuat tidak sejahtera adalah masalah ekonomi. Hal tersebut sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Pollard & Lee (2003) bahwa salah satu aspek yang menunjang kesejahteraan adalah ekonomi. Apabila ekonomi kurang tercukupi maka kebutuhan anak kurang terpenuhi.

(12)

7 yang mudah, termasuk terjadinya masalah kehidupan sehari- hari. Masalah siswa yang terjadi sehari- hari dapat timbul dari keluarga, teman dan lingkungan sekitar. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa pengalaman yang tidak sejahtera adalah konflik dengan teman. Sebagaimana hal tersebut dapat dikaitkan dengan teori yang dikemukakan oleh Human Service Policy (2009) bahwa perilaku negatif remaja yang bersal dari keluarga miskin yakni pernah terlibat perkelahian.

Hal tersebut juga sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Hurlock (2004) bahwa remaja merupakan masa peralihan dari kanak-kanak menjadi dewasa, dimana masa remaja dianggap sebagai masa labil yaitu individu berusaha mencari jati dirinya dan mudah sekali menerima informasi dari luar dirinya tanpa ada pemikiran lebih lanjut.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan maka dapat disimpulkan : 1. Pengertian sejahtera menurut siswa dari keluaraga pra sejahtera adalah hidup tentram, damai, dan bahagia

ketika tidak ada gangguan dari orang lain.

2. Penilaian diri siswa terhadap kesejahteraan meliputi bahagia memiliki keluarga, mendapat perhatian teman, dan patuh terhadap peraturan sekolah.

3. Faktor pendorong kesejahteraan siswa dari keluarga pra sejahtera meliputi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal; memiliki hubungan baik dengan orang lain seperti bermain dengan teman dan membantu orang tua, melakukan hal yang positif. Sedangkan faktor eksternal: melakukan kegiatan positif, dan bermain bersama teman. serta mendapat dukungan dari teman, saudara, dan orang tua.

(13)

8 teman seperti diganggu, diusili, dan diejek.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. (2011). Pemutakhiran Data Keluarga.http://aplikasi.bkk bn.go.id/mdk/BatasanMDK. aspx.Diakses pada tanggal 6 Maret 2014 pukul 12.20 WIB.

De Fraine, D.B., Landeghem, G.V., Damme, J.V., & Onghena, P. (2005). An Analysis of Well-Being in Secondary School with Multilevel GrowthCurve Models And Multilevel Multivariate Models.Quality & Quantity, 39 , 297-316.

Eckersley. (2005). The wellbeing Manifesto.http://www.wellb eingmanifesto.net. Diakses tanggal 9 Maret 2013 pukul 07.00 WIB.

Fraillon, J. (2004). Measuring Student Well-Being in The context of Australian

Schooling:Discussion

Paper. The Australian

Council for Educational Research.Australian:

Carlton South.

Frost, P. (2010). The effectiveness of Student Wellbeing Program

And Service. Melbourne:

Victorian Auditor-General's Report.

Huebner, E.S., Suldo, S.M., & Valois, R.F. (2003).Psychometric Properties of Two Brief Measures of Children’s Life Satifaction: The Students’ Life Satifaction Scale and The Brief Multidimensional Students’ Life Satifaction Scale. Paper Prepare for the Indicators of Positive Development Conference. Columbia: University of South Carolina.

Human Services Policy.(2009). Youth from Low-Income Families.http://aspe.hhs.gov /hsp/09/vulnerableyouth/3/i

ndex.shtml.Diakses pada

tanggal 12 Maret 2014 pikul 9.19 WIB.

Hurlock, E. B. (2004). Psikologi perkembangan: Suatu pendekatan sepanjang rentang kehidupan. Jakarta : Erlangga

Masters, G.N. (2004). Conceptualising and Researching Student

Wellbeing. Australia:

Research Conferences. Pollard, E & Lee, P. (2003). Child

Well-Being: A Systematic Review of The Literature. Social Indicators Research, vol. 61 no.1

Rees, G., Goswani, H. & Bradshaw, J. (2010).Developing an Index Of Children’s Subjective Well

Being in England. London:

(14)

9 Tigayanti.(2009). Upaya Peningkatan

Pelayanan Pendidikan Dasar pada Siswa Pra Sejahtera.Skripsi.Malang : Universitas Malang

Zilanawala, A & Pilkauskas, N.V. (2010).Low-Income

Mothers’ Material Hardship and Children’s

Socioemotional

WellBeing.Fragile Families

Working Paper.

Referensi

Dokumen terkait

Media dalam menjalankan salah satu prinsip pers yakni to educate atau mendidik serta memberikan pemahaman pada masyarakat bahwa KDRT yang dulunya hanya dimaknai sebagai per-

Kewenangan pemberian grasi oleh presiden menurut hukum nasional diatur dalam UUD 1945 yaitu dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan bahwa,

comprehension of second grade students in VIII D SMP Muhammadiyah Sumbang using Think Pair Share.. The participants of this research were 38female students of second grade

Pada sub bab berikutnya akan ditampilkan data-data output yang terjadi selama program aplikasi simulasi berjalan dan juga waktu tempuh elevator secara bertahap dengan

P Peem mu uttaarraan n handle handle eretan meja secara perlahan pada saat pemakanan benda eretan meja secara perlahan pada saat pemakanan benda kerja, akan menghasilkan permukaan

Tabel 27 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Barat 38 Tabel 28 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kelurahan di Kecamatan Payakumbuh Utara

Kegiatan Inti • Siswa menyimak video pembelajaran tentang proses terjadinya hujan yang ditampilkan melalui Aplikasi Zoom kemudian guru mengajukan pertanyaan tentang

Y ij = Jumlah produksi glukosa darah, laktosa susu dan produksi susu yang memperoleh perlakuan suplementasi tepung herbal dan mineral proteinat dalam pakan