• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan Karakter Bagi Siswa Di SMP.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan Karakter Bagi Siswa Di SMP."

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA

UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAGI SISWA DI SMP

NASKAH PUBLIKASI

Diajukan Kepada

Program Studi Magister Pengkajian Bahasa

Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Oleh:

Nama : Suprihatin NIM : S.200.100.047

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(2)

NASKAH PUBLIKASI

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA

UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAGI SISWA DI SMP

Oleh:

SUPRIHATIN S.200.100.047

Telah disetujui oleh:

Pembimbing I Pembimbing II

Prof. Dr. H.A Ngalim, M.M, M.Hum Dr. Ali Imron, M.Hum

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

(3)

PEMBELAJARAN KESANTUNAN BERBAHASA UNTUK PENANAMAN PENDIDIKAN KARAKTER

BAGI SISWA DI SMP

1Suprihatin, 2A.Ngalim, 2Ali Imron

Abstract

The purpose of this research are (1) To describe the learning plan of speak politeness to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. (2) To describe the implementation of learning of speak politeness to planting character education for students in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. This study is a qualitative research that conducted in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. The main subjects in this research are principals and teachers. Data collection techniques used in this research is the observation, interview and documentation. Data analysis techniques in this research used the model of analysis, namely data collection, data reduction, data display, and conclusion. The validity of the data in this research used triangulation.

The results of this research (1) Planning of planting character education in learning speak politeness in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar conducted by Indonesian teachers. Teachers prepare the character values that will be imparted to the students to write on the device in the form of learning syllabus and lesson plans. These values include the value of honesty, tolerance, and communication. Besides setting up those things, teachers also prepare teaching materials such as textbooks from the Department of Education. (2) The implementation of character education planting in learning speaks politeness in SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar be integrated with Indonesian subjects. The teacher inserts honest value, tolerance, and communication on the sidelines in doing learning activities. learning method that is used by the teacher is asked and questions and discussion method. Assessment is done by teachers in two forms, namely the assessment of results and assessment process.

Keywords: Learning, politeness, character education

PENDAHULUAN

(4)

yang satu berbeda dengan pemakaian bahasa dalam segi kehidupan yang lain. Termasuk di dalamnya bahasa yang dipakai dalam suatu pembelajaran di lembaga pendidikan.

Keberhasilan suatu program pembelajaran ditentukan oleh beberapa komponen dan semua komponen tersebut harus saling berinteraksi. Salah satu komponen tersebut adalah bahasa. Sejalan dengan pendapat di atas Nababan (2005:68) berpendapat bahwa alat utama dalam interaksi belajar mengajar antara murid, guru, dan pelajaran adalah bahasa. Dalam proses belajar mengajar terjadilah komunikasi timbal balik atau komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan siswa.

Pada umumnya, komunikasi dilakukan secara lisan atau verbal yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. apabila tidak ada bahasa verbal yang dapat dimengerti oleh keduanya, komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini disebut komunikasi nonverbal. Austin (dalam Tarigan, 2008:196-46) menyatakan bahwa komunikasi adalah serangkaian tindak ujar yang dipakai secara bersistem untuk menyelesaikan tujuan tertentu.

Adanya interaksi guru dan murid dalam proses belajar mengajar tidak ter-lepas dari peran guru dalam usahanya mendidik dan membimbing para siswa agar mereka dapat dengan sungguh-sungguh mengikuti proses belajar mengajar dengan baik. Untuk mendapatkan hasil yang optimal, banyak pengaruh komponen belajar cukup banyak. Sebagai contoh, bagaimana cara mengorganisasikan materi ajar dapat dipahami oleh siswa, metode yang diterapkan serta media yang digunakan.

(5)

Pembelajaran akan mudah dilakukan jika murid-muridnya sejak kecil sudah terbiasa untuk berbahasa Indonesia atau bahkan menjadi bahasa pertamanya. Akan tetapi, hal tersebut menjadi sebuah permasalahan tersendiri jika murid-muridnya belum terbiasa menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi sehari-hari. Misalnya anak-anak yang tinggal di daerah pedesaan, meraka belum menggunakan bahasa Indonesia sebagai alat komunikasi. Berkaitan dengan hal ini, Soemiarti (2003:37) berpendapat bahwa guru hendaknya peka terhadap kondisi anak yang memiliki kemampuan berbahasa Indonesia berbeda yang disebabkan karena datang dari daerah sehingga terhambat sosialisasinya.

Dampak positif perkembangan zaman adalah semakin mudahnya manusia dalam kehidupan sehari-hari baik dari segi komunikasi, tranportasi, serta fasilitas kehidupan lainnya. Di samping itu kebutuhan manusia juga dengan mudah dipenuhi. Teknologi canggih semakin mambantu kehidupan manusia dalam kehidupan sehari-hari. Dengan semakin mudahnya memenuhi kebutuhan hidup manusia, seharusnya perilaku mereka semakin baik, sopan santun yang tinggi serta tata krama yang sesuai dengan etika dan estetika tertentu. Kondisi iniberarti tujuan pembangunan tercapai baik material maupun spiritual. Tujuan pendidikan ingin mewujudkan manusia yang berkarakter yang luhur. Dengan adanya perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) yang canggih harus diimbangi dengan IMTAQ (Iman dan Taqwa) yang tinggi pula.

Kesopansantunan dalam berbahasa dapat terlihat dari kondisi riil dilapangan khususnya ketika siswa berbicara dengan temannya, dengan guru atau dengan orang yang lebih tua usianya. Bahasa gaul mendominasi gaya bahasa siswa, terkadang ketika siswa berbicara dengan guru atau orang yang lebih tua di lingkungan sekolah, karyawan TU misalnya, siswa sering kebablasan menggunakan bahasa gaul yang pasti mmembuat jengah para pendengar yang paham perilaku bahasa yang baik dan santun, terutama bagi guru bahasa Indonesia. Tapi sebaliknya, guru pun kadang tercetus bahasa-bahasa kasar ketika ia dalam keadaan emosi.

(6)

perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi prasyarat yang disepakati oleh perilaku sosial. Oleh karena itu, kesantunan berbahasa ini juga disebut “tata krama” berbahasa (Muslich, 2006:1).

Kesantunan berbahasa seseorang, dapat diukur dengan beberapa jenis skala kesantunan. Chaer (2010:63) menyatakan bahwa yang dimaksud dengan skala kesantunan adalah peringkat kesantunan, mulai dari yang tidak santun sampai dengan yang paling santun. Rahardi (2005:66-67) menyebutkan bahwa sedikitnya terdapat tiga macam skala pengukur peringkat kesantunan yang sampai saat ini banyak digunakan sebagai dasar acuan dalam penelitian kesantunan.

Temuan berbahasa di kalangan siswa, yaitu kosakata kesantunan berbahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan guru, adalah kosakata bahasa biasa atau wajar, yaitu kosakata bahasa yang digunakan siswa dalam berkomunikasi dengan siswa yang lain, kosakata bahasa tidak santun dalam komunikasi siswa biasanya terjadi bila siswa berkomunikasi dengan teman akrabnya. Terdapat perbedaan persepsi tentang kesantunan berbahasa di kalangan siswa, guru, dan karyawan Pandangan siswa terhadap kesantunan berbahasa lebih ditekankan kepada segi pragmatis, sedangkan menurut guru dan karyawan kesantunan berbahasa lebih cenderung normatif (berkaitan dengan nilai-nilai norma) antara lain kebenaran, kejujuran, keadilan, kebaikan, lurus, halus, sopan, pantas, penghargaan, khidmat, optimisme, indah menyenangkan, logis, fasih, terang, tepat, menyentuh hati, selaras, mengesankan, tenang, efektif, lunak, dermawan, lemah lembut, dan rendah hati.

(7)

Pendidikan karakter bagi siswa diperlukan sekali untuk menyeimbangkan antara perkembangan IPTEK (Ilmu Pengetahuan dan Teknologi) dan IMTAQ (Imam dan Taqwa). Pendidikan karakter merupakan proses yang ditujukan untuk mengembangkan nilai, sikap, dan perilaku siswa yang memancarkan akhlak mulia atau karakter luhur yang menunjukkan ciri khas bangsa Indoesia. Pendidikan karakter sering juga dipadankan dengan pendidikan moral, atau pendidikan watak, atau pendidikan budi pekerti, atau bahkan pendidikan akhlak (Suud, 2010:7). Pelaksanaan pendidikan karakter bagi siswa sesuai dengan program Manajemen Peningkatan Mutu Pendidikan Berbasis Sekolah (MPMBS) maupun pendidikan yang berbasis kompetensi.

Hidayatullah (2010:12) karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang menjadi pendorong dan penggerak, serta yang membedakan dengan individu lain. Menurut Samani & Hariyanto (2011:44) pendidikan karakter adalah pendidikan yang mengembangkan karakter mulia (character good) dari siswa dengan mempraktikkan dan mengajarkan nilai-nilai moral dan pengambilan keputusan yang beradab dalam hubungan dengan sesama manusia maupun dalam hubungannya dengan Tuhannya.

Pendidikan karakter harus diberikan pada siswa dengan baik. Dalam hal ini guru sebagai pelaksana pendidikan di sekolah diharapkan mengadakan kegiatan pembelajaran yang lebih menarik perhatian dan mudah dipahami siswa serta mengadakan evaluasi secara berkala dari semua komponen yang meliputi nilai-nilai dalam pendidikan karakter. Hal ini mengacu pada pendapat Koesoema (2010:205) yang menjabarkan tentang nilai-nilai pendidikan karakter meliputi nilai agama, nilai moral, nilai-nilai umum, dan nilai-nilai kewarganegaraan. Dengan adanya pendidikan karakter ini tugas guru untuk menanamkan sembilan pilar pendidikan karakter mutlak diperlukan. Model pembelajaran yang diberikan guru hendaknya mengacu pada 9 pilar pendidikan karakter yang sesuai dengan materi pelajaran yang diberikan.

(8)

adalah formasi guru. Penanaman nilai-nilai dalam pendidikan karakter dapat ditanamkan oleh guru melalui model pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang mencerminkan pendidikan karakter hendaknya direncanakan dengan matang dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Berkaitan dengan hal di atas, perlu kiranya dirumuskan model pembelajaran yang dapat mengakomodasi dua hal, yaitu (a) penyampaian substansi materi sesuai dengan matapelajaran yang diajarkan dan (b) sekaligus mampu menjadi wadah pengembangan nilai-nilai karakter.

Mata pelajaran Bahasa Indonesia, sebagai salah satu mata pelajaran pokok pada semua jenjang sekolah, tentunya saat ini juga mengemban kedua tugas tersebut. Adanya tambahan tugas tersebut, dirasakan semakin berat beban yang harus dipikul oleh para guru mata pelajaran Bahasa Indonesia. Sebelum ada tambahan muatan pendidikan karakter saja, sebagai kritik yang ditujukan terhadap ketidakberhasilan mata pelajaran Bahasa Indonesia banyak dilontarkan masyarakat maupun cendekia akademis. Untuk itu, perlu kiranya dirumuskan model pembelajaran mata pelajaran Bahasa Indonesia yang mampu mengemban dua tugas tersebut, lebih-lebih di tengah isu otonomi daerah sekarang ini.

SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar merupakan salah satu sekolah yang memiliki guru Bahasa Indonesia santun dalam bertutur kata (berbahasa) dalam melakukan kegiatan pembelajarannya. Para guru tersebut selalu berusaha untuk menjadi teladan bagi siswa dalam bertutur bahasa. Hal itu terbukti dari tutur bahasa yang diucapkan oleh para siswa baik di kelas maupun di lingkungan rumah. Dengan tutur bahasa yang sopan dapat menjadi pencerminan karakter siswa yang baik. Ada 3 alasan peneliti melakukan penelitian di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.

a. Guru di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar sudah menerapkan pembelajaran kesantunan yang terlihat pada saat guru bertutur kata (berbahasa) dalam melakukan kegiatan pembelajarannya.

(9)

c. Nilai karakter yang ditanamkan pada siswa oleh guru terlihat pada tutur bahasa siswa yang ramah dan menghormati orang yang lebih tua.

Terdapat beberapa penelitian yang berkaitan dengan pendidikan karakter dan kesantunan berbahasa yaitu Agbola dan Tsai (2012) dalam penelitiannya yang berjudul “Bring Character Education into Classroom” menyatakan bahwa “The

outcome of character education has always been encouraging, solidly, and

continually preparing the leaders of tomorrow.” (Hasil dari pendidikan karakter

selalu mendorong, kokoh, dan terus mempersiapkan pemimpin masa depan.)

Hasil penelitian menyatakan bahwa Pendidikan karakter adalah disiplin ilmu yang berkembang dengan usaha yang disengaja untuk mengoptimalkan perilaku etis dari para siswa.

Narvaez dan Lapsley (2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Teaching

Moral Character: Two Strategies for Teacher Education” menyatakan bahwa

“Student moral development is both implicit and inevitable in standard

educational practice.”(Perkembangan moral siswa dapat dilakukan secara

implisit dan tak terelakkan dalam praktek pendidikan standar.) Hasil penelitian

ini menyatakan bahwa dalam pelaksanaan pendidikan nilai diperlukan adanya strategi khusus yang sesuai dengan kemampuan guru. Setidaknya terdapat lima langkah dalam pengembangan pendidikan nilai yaitu iklim yang mendukung, keterampilan etika, instruksi magang, self-regulation, dan mengadopsi pendekatan sistem perkembangan.

Berdasarkan uraian di atas peneliti akan melakukan penelitian dengan judul “Pembelajaran Kesantunan Berbahasa Untuk Penanaman Pendidikan Karakter bagi siswa Di SMP”.

(10)

METODE PENELITIAN

Penelitian ini tergolong penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Menurut Mahsun (2007:233), penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata bertujuan untuk memahami fenomena sosial termasuk fenomena kebahasaan. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan strategi studi kasus terpancang (embedded research

and case study). Sutopo (2000: 112) memaparkan bahwa pada penelitian

terpancang, peneliti di dalam proposalnya sudah memilih dan menentukan variabel yang menjadi fokus utama sebelum memasuki lapangan.

Moleong (2007: 157) menjelaskan bahwa sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Nara sumber dalam penelitian ini ada 3 yaitu kepala sekolah, guru dan siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah terdiri dari tiga langkah yaitu wawancara mendalam, observasi dan dokumentasi. Pengujian data dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi. Menurut Moleong (2006: 330), triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain.

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Model Interaktif dari Miles dan Huberman (2007:20), yang membagi langkah-langkah dalam kegiatan analisis data dengan beberapa bagian yaitu reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan atau verifikasi (conclutions).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.

(11)

nilai kesantunan akan menjadikan berbahasa santun sebagai bagian penting dari proses pendidikan, khususnya pendidikan persekolahan.

Pembentukan karakter anak memang semestinya dilakukan oleh orang tua. Namun, ketika anak berada di sekolah, maka yang menjadi orang tua anak adalah guru. Sehubungan dengan perannya sebagai pembentuk karakter anak di sekolah, maka guru dituntut untuk sungguh-sungguh menjalankan peran tersebut, karena salah membentuk karakter anak akan berakibat fatal bagi kehidupan anak. Pembentukan karakter siswa merupkan salah satu kegiatan yang saat ini sedang dilaksanakan oleh sekolah.

Pendidikan karakter mempunyai makna lebih tinggi dari pendidikan moral, karena bukan sekedar mengajarkan mana yang benar dan mana yang salah, lebih dari itu pendidikan karakter menanamkan kebiasaan (habituation) tentang hal yang baik sehingga peserta didik menjadi paham (domain kognitif) tentang mana yang baik dan salah, mampu merasakan (domain afektif) nilai yang baik dan biasa melakukannya (domain perilaku). Jadi pendidikan karakter terkait erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dipraktekan atau dilakukan (Ditjen, 2010:10).

Pendidikan karakter menjadi bagian penting dalam proses pendidikan, sehingga manakala pendidikan gagal dalam mencetak manusia-manusia yang berkarakter maka sudah semestinya ada sebuah evaluasi terhadap pelaksanaan pendidikan yang ada, adapun secara epistimologis beberapa pakar memberikan definisi pendidikan karakter sebagai berikut:

Mustakin (2011:29) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai suatu proses internalisasi sifat-sifat utama yang menjadi ciri khusus dalam sebuah masyarakat ke dalam peserta didik sehingga dapat tumbuh dan bekembang menjadi manusia dewasa sesuai dengan nilai-nilai tersebut.

(12)

estetika. Dan pembentukan karakter bangsa adalah upaya untuk menjadikan peserta didik mengenal, peduli, dan menginternalisasi nilai-nilai sehingga peserta didik berperilaku sebagai insan yang berpancasila. Penanaman karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa adalah agar para siswa lebih sopan dalam berkomunikasi dengan orang lain baik dengna teman sebaya maupun dengan orang orang yang lebih tua.

Maksud dan tujuan dari pendidikan karakter adalah membimbing dan mengarahkan anak berdisiplin dalam mengerjakan segala sesuatu yang baik, dan meninggalkan yang buruk atas kemauan sendiri dalam segala hal dan setiap waktu. Dengan singkat, dapat dikatakan bahwa pendidikan karakter adalah mendidik anak menjadi orang yang berkepribadian dan berwatak baik.

Pendidikan karakter/akhlak memang wajib diberikan kepada anak didik, tetapi Pendidikan Karakter/Akhlak tidak perlu dijadikan program pengajaran yang berdiri sendiri (Sutrisno 2005:93-94). Nilai karakter yang dapat ditanamkan untuk tingkat sekolah menengah atas meliputi 18 nilai karakter. Kedelapan eblas nilai tersebut yaitu yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin, (5) Kerja keras, (6) Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15) Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, & (18) Tanggung Jawab. Dari kedelapan belas nilai tersebut, nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar hanya beberapa saja yaitu nilai jujur, toleransi, dan komunikasi. Alasan dipilihnya beberapa nilai karakter tersebut adalah mengingat waktu belajar sedikit dan kemampuan peserta yang terbatas.

(13)

hubungan. Kesantunan berbahasa tercermin dalam tata cara berkomunikasi lewat tanda verbal atau tata cara berbahasa.

Pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP 1 Gondangrejo Karanganyar di ajarkan oleh guru Bahasa Indonesia. Pembelajaran kesantunan berbahasa yang dilakukan oleh guru bertujuan untuk untuk penanaman nilai karakter pada siswa.

Kesantunan dalam berbahasa memang sangat penting karena dapat membantu dalam berkomunikasi, agar tidak tidak terjadi kesalahpahaman ketika berkomunikasi. Oleh karena itu, para guru bahasa Indonesia di SMP 1 Gondangrejo Karanganyar memberikan pembelajaran kesantunan berbahasa pada siswa yang diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia. Selain bertujuan untuk berbahasa yang santun dalam berkomunikasi, pembelajaran kesantunan berbahasa juga digunakan untuk menanamkan nilai-nilai karakter kepada siswa.

Perencanaan merupakan tindakan menetapkan terlebih dahulu apa yang akan dikerjakan, bagaimana mengerjakannya, apa yang harus dikerjakan dan siapa yang akan mengerjakannya. Perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan serta sumber yang diperlukan untuk seefisien dan seefektif mungkin. Memang tidak bisa dipungkiri bahwa dalam membuat perencanaan membutuhkan data dan informasi agar keputusan yang diambil tidak lepas kaitannya dengan masalah yang dihadapi pada masa yang akan datang.

(14)

Setelah guru menentukan nilai-nilai pendidikan karakter yang akan di tanamkan pada siswa dalam pembelajaran kesantunan bahasa pada pembelajaran Bahasa Indonesia kemudian dituangkan dalam perangkat pembelajaran yang merupakan langkah perencanaan dalam penanaman nilai karakter dalam pembelajaran. Perangkat pembelajaran tersebut meliputi silabus dan RPP. Dalam silabus guru membuat tabel tentang nilai karakter yang akan ditanamkan pada siswa yaitu toleransi, komunikasi dan jujur. Penyusunan perangkat pembelajaran tersebut berpedoman pada kurikulum Nasional. Dengan adanya RPP yang menggambarkan pelaksanaan penanaman pendidikan karakter, guru tidak akan bingung karakter apa yang akan disampaikan atau yang akan ditanamkan kepada peserta didik.

Selain silabus dan RPP, dalam kegiatan perencanaan pembelajaran guru juga harus mempersiapkan bahan ajar. Bahan ajar yang digunakan oleh guru Bahasa Indonesia adalah buku paket disediakan oleh Dinas Pendidikan yang dimiliki sekolah serta beberapa buku yang dimiliki oleh siswa.Tujuannya adalah agar para siswa memiliki banyak referensi materi pelajaran.

Perencanaan kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa juga membahas tentang metode pembelajaran yang akan digunakan oleh guru. Dalam kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa metode yang sering digunakan adalah metode Tanya jawab dan demonstrasi. Hasil observasi peneliti di lapangan pada saat guru melakukan pembelajaran dapat diketahui bahwa guru sedang bertanya kepada siswa tentang materi yang telah dijelaskan. Kemudian siswa menjawab dengan menggunakan bahasa yang sopan.

(15)

Kegiatan di awal kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa, kita memang sudah harus merencanakan jenis penilaian seperti apa yang akan kita gunakan. Rencana penilaian yang kami gunakan adalah tes tertulis dan praktek. Penilaian tertulis digunakan pada saat siswa menjawab soal secara tertulis. Sedangkan tets praktek biasa kami gunakan pada saat siswa menjawab pertanyaan, pada saat siswa menyampaikan pendapat serta pada saat siswaberkomunikasi dengan teman-temannya atau dengan orang yang lebih tua yaitu guru, kepala sekolah serta karyawan lainnya.

2. Pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar.

Pendidikan karakter merupakan hal yang baru sekarang ini meskipun bukan sesuatu yang baru. Penanaman nilai-nilai sebagai sebuah karakteristik seseorang sudah berlangsung sejak dahulu kala. Akan tetapi, seiring dengan perubahan jaman, agaknya menuntut adanya penanaman kembali nilai-nilai tersebut ke dalam sebuah wadah kegiatan pendidikan di setiap pengajaran. Penanaman nilai-nilai tersebut dimasukkan (embeded) ke dalam RPP dengan maksud agar dapat tercapai sebuah karakter yang selama ini semakin memudar. Setiap mata palajaran mempunyai nilai-nilai tersendiri yang akan ditanamkan dalam diri anak didik. Hal ini disebabkan oleh adanya keutamaan fokus dari tiap mapel yang tentunya mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Penanaman pendidikan karakter siswa pada pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar diintegrasikan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Pengintegrasian tersebut bertujuan agar nilai-nilai karakter bangsa dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari siswa yang bersangkutan yang disesuaikan dengan mata pelajaran yang diajarkan.

(16)

belajar akademik peserta juga belajar bagaimana mengimplementasikan nilai-nilai pendidikan karakter. Nilai-nilai-nilai karakter diberikan di sela-sela kegiatan pembelajaran. Jadi siswa tidak hanya mendapatkan materi pelajaran tetapi juga sekaligus mengaplikasikan karakter.

Penanaman nilai karakter dalam pembelajaran difokuskan pada nilai-nilai yang memang dianggap penting bagi siswa yang disesuaikan dengan mata pelajaran. Tidak semua nilai ditanamkan secara praktis, pihak pengelola memberikan rambu-rambu nilai-nilai yang akan diberikan kepada peserta. Pemilihan nilai-nilai karakter di seseuaikan dengan materi yang akan diajarkan oleh guru sehingga penyampaiannya dapat berjalan lancar. Pemilihan nilai-nilai karakter yang akan diberikan kepada siswa disesuaikan dengan materi yang diajarkan. Tidak semua nilai ditanamkan dalam pemelajaran kesantunan berbahasa. Dari 18 nilai karakter, para guru hanya fokus pada 3 nilai karakter. Nilai karakter tersebut meliputi toleransi, komunikasi, dan jujur.

Dalam pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa dimulai dengan persiapan guru mengenai materi dan metode yang akan diajarkan. Guru mempersiapkan materi yang nantinya akan disisipkan nilai-nilai karakter dalam pelaksanannya sehingga diperlukan adanya metode pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan. Karena pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa diintegrasikan dalam pembelajaran Bahasa Indonesia sehingga para guru harus mempersiapkan materi yang akan diajarkan kepada siswa. Misalnya untuk materi mengekspresikan pikiran dan perasaan melalui kegiatan bercerita. Siswa diminta untuk bercerita dengan jujur tentang pengalaman liburan sekolah. Pada saat bercerita tersebut guru dapat mengetahui apakah siswa mampu menggunakan bahasa yang sopan atau tidak?.

(17)

pembelajaran yang berbeda dengan kelas lain dan tiap-tipa mata pelajaran juga dapat menggunakan metode yang berbeda pula. Untuk itu seorang guru harus mampu menerapkan berbagai metode pembelajaran.

Pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar menggunakan metode Tanya jawab dan demonstrasi. Alasan paar guru bahasa Indonesia di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar memilih metode tersebut adalah ketika siswa bertanya atau menjawab pertanyaan guru dapat mengetahui bahasa yang digunakan oleh siswa sudah sopan atau belum, apakah siswa ketika mengemukakan pendapatnya dapat mengahargai pendapat orang lain atau tidak.

Selain metode yang digunakan oleh guru dalam pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa, keberadaan guru dikelas juga sangat penting. Keberadaan guru dalam kegiatan pembentukan karakter siswa adalah sebagai contoh bagi siswa. Karena dengan adanya teladan yang dapat dicontoh oleh siswa diharapkan lebih memudahkan siswa dalam memahami nilai-nilai karakter.

Pembentukan karakter siswa juga dapat dilakukan melalui keteladanan guru yang dapat dicontoh oleh siswanya. Karena kita sedang membahas tentang kesantunan berbahasa dengan nilai karakter toleransi, komunikasi dan jujur. Keteladan yang dapat di contohkan guru kepada siswa adalah penggunaan kalimat yang sopan seperti “Alvin, tolong kamu ceritakan kembali dengan menggunakan bahasa kamu tentang cerita yang telah kita baca bersama tadi.”

(18)

biasanya guru selalu mengingatkan tentang penggunaan bahasa yang sopan ketika siswa akan berdiskusi. Dalam diskusi siswa juga diminta untuk selalu menghargai pendapat dari teman yang berbeda.

Setelah pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa dilakukan maka diperlukan adanya evaluasi. Fungsi evaluasi di dalam pendidikan tidak dapat dilepaskan dan tujuan evaluasi itu sendiri. Tujuan evaluasi pendidikan ialah untuk mendapat data pembuktian yang akan menunjukkan sampai di mana tingkat kemampuan dan keberhasilan siswa dalam pencapaian tujuan-tujuan kurikuler. Di samping itu, juga dapat digunakan oleh guru-guru dan para pengawas pendidikan untuk mengukur atau menilai sampai di mana keefektifan pengalaman-pengalaman mengajar, kegiatan-kegiatan belajar, dan metode-metode mengajar yang digunakan. Dengan demikian, dapat dikatakan betapa penting peranan dan fungsi evaluasi itu dalam proses belajar-mengajar.

Evaluasi merupakan kegiatan untuk mengetahui apakah tujuan dari kegiatan tersebut sudah tercapai atau belum. Evaluasi merupakan kegiatan yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya. Dari evaluasi kemudian akan tersedia informasi mengenai sejauh mana suatu kegiatan tertentu telah dicapai sehingga bisa diketahui bila terdapat selisih antara standar yang telah ditetapkan dengan hasil yang bisa dicapai. Kegiatan evaluasi yang dilakukan oleh guru bahasa Indonesia dalam pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman karakter siswa.

(19)

tindakan yang menghargai perbedaan agama, suku, etnis, pendapat, sikap, dan tindakan orang lain yang berbeda dari dirinya.”

Evaluasi kegiatan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter siswa merupakan suatu usaha untuk menilai efisiensi dan efektifitas pelaksanaan pembelajaran demi peningkatan hasil. Evaluasi dalam pembelajaran kesantunan berbahasa teridi dari dua jenis penilaian yaitu penilaian hasil dan penilaian proses. Untuk penilaian hasil meliputi penilaian segera, penilaian jangka pendek dan penilaian jangka panjang. Sedangkan untuk penilaian proses digunakan untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa.

SIMPULAN

1. Perencanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman

pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar. Perencanaan penanaman pendidikan karakter dalam pembelajaran kesantunan berbahasa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar dilakukan oleh guru Bahasa Indonesia. Guru menyiapkan nilai-nilai karakter yang akan ditanamkan kepada siswa dengan menuliskannya pada perangkat pembelajaran yang berupa silabus dan RPP. Nilai-nilai tersebut meliputi nilai jujur, toleransi, dan komunikasi. Disamping menyiapkan hal tersebut, guru juga menyiapkan bahan ajar berupa buku paket dari Dinas Pendidikan.

2. Pelaksanaan pembelajaran kesantunan berbahasa untuk penanaman pendidikan karakter bagi siswa di SMP N 1 Gondangrejo Karanganyar

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Agboola, Alex dan Tsai, Kaun Chen. 2012. Bring Character Education into Classroom. International Journal of Environmental & Science Ed. Vol. 1, No. 2, 163-170

Chaer, Abdul dan Agustina, Leonie. 2010. Sosiolinguistik: Suatu Pengantar. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Ditjen. 2010. Kerangka Acuan Pendidikan Karakter Tahun Anggaran 2010. Jakarta : Direktorat Ketenagaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional 2010

Hidayatullah, Furqon. 2010. Pendidikan Karakter: Membangun Peradaban

Bangsa. Surakarta : Yuma Pustaka.

Koesoema, Albertus Doni. 2010. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Global. Jakarta : PT. Grasindo.

Masnur Muslich. 2006. “Kesantunan Berbahasa Indonesia sebagai Pembentuk

Kepribadian Bangsa”. Dalam http://researchengines.com/1006

masnur2.html. Diunduh pada tanggal 5 Maret 2013 Pukul 09.48 WIB.

Miles, Mattew B dan Amichael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif Buku

Sumber tentang Metode-Metode Baru. Terjemahan Tjetjep Rohendi

Rohisi. Jakarta : Universitas Indonesia.

Moleong, L.J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rasda Karya.

Mustakim, Bagus. 2011. Pendidikan karakter: Membangun Delapan Karakter

Emas Menuju Indonesia Bermartabat, Yogyakarta : Samudra biru

Narvez, Darcia dan Lapsley, Daniel K. 2007.Teaching Moral Character: Two Strategies for Teacher Education. Running Head: Teaching For Moral

Character

Nababan ,P.W.J. 2005. Ilmu pragmatic(teori dan penerapannya). Jakarta : Departemen pendidikan dan kebudayaan.

Pala, Aynur. 2011. The Need For Character Education. International Journal of

Social Sciences and Humanity Studies. Vol 3, no 2, 2011 issn: 1309-8063

(21)

Raka, Gede, 2011 Pendidikan Karakter Karakter Disekolah. Jakarta: PT Gramedia.

Samani, A dan Harianto. 2011. Konsep dan model pendidikan karakter. Bandung : PT Remaja Rosda Karya.

Sutopo. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif; Dasar Teori dan Terapannya dalam Penelitian. Surakarta : Sebelas Maret University Press.

Sutrisno. 2005. Revolusi Pendidikan di Indonesia: Membedah Metode Dan

Tehnik Pendidikan Berbasis Kompetensi. Yogyakarta : Ar-Ruzz

Su'ud, Abu dkk. 2011. Pendidikan Karakter disekolah dan perguruan tinggi. Semarang : IKIP PGRI Semarang Press.

Referensi

Dokumen terkait

Bab ini membahas tentang teori penunjang dan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penerapan metode Support Vector Machine (SVM) untuk mengidentifikasi

Pada tahap ini dilakukan perancangan awal perangkat pembelajaran yaitu Lembar Kegiatan Siswa (LKS) berbasis penemuan terbimbing pada materi segiempat untuk

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pentingnya pesan pidato Khutbatul ‘Arsy Pimpinan Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 2017, 2018 dan 2019 karena berisi

Seperti yang telah dilaksanakan alumni jurusan arkeologi / fakultas ilmu budaya / universitas gadjah mada / bebrapa waktu yang lalu // dalam temu kangen dan ngumpulke balung pisah

Medical Center ITS (MC ITS) merupakan klinik yang dimiliki oleh Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Medical Center ITS melayani pasien dari civitas akademik ITS dan

Peserta didik berusaha mengoperasikan pada level yang tepat, tetapi dia menggunakan prosedur atau cara yang tidak tepat (menggunakan prinsip/rumus dengan cara

penyelamatan Rawa Tripa oleh TKPRT antara lain ialah; 1) menghasilkan kertas posisi penyelamatan Rawa Tripa (tahun 2009) dan 2) masyarakat yang berasal dari 21 desa

1) Media pembelajaran memiliki pengertian fisik yang dewasa ini dikenal sebagai hardware (perangkat keras), yaitu suatu benda yang dapat dilihar, didengar, atau diraba