• Tidak ada hasil yang ditemukan

Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V semester 2 SD Negeri se Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman."

Copied!
258
0
0

Teks penuh

(1)

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN KABUPATEN SLEMAN

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika siswa kelas V yang mengakibatnya terjadinya miskonsepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan pada kompetensi dasar semester 2.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang berjumlah 324 siswa. Sampel penelitian ini adalah 169 siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada kompetensi dasar IPA kelas V semester 2. Miskonsepsi terjadi pada konsep gaya, sifat-sifat cahaya, pesawat sederhana, dan proses pembentukan tanah. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda paling banyak terjadi pada konsep proses pembentukan tanah, sedangkan pada soal uraian miskonsepsi banyak terjadi pada konsep gaya. Miskonsepsi paling sedikit terjadi pada konsep pesawat sederhana.

(2)

STUDENTS IN THE FIFTH GRADE OF STATE ELEMENTARY SCHOOL THROUGHOUT CANGKRINGAN SUB DISTRICT, DISTRICT SLEMAN

By:

Onestya Inggi Asmarani

NIM: 121134047

Sanata Dharma University

This research is based on the low understanding of science-physics concept of the

fifth grade students which caused the misconception. The aim of this research is to describe

the misconception on science-physics in the basic competence of the second semester students

in the fifth grade of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District.

The type of this research is quantitative descriptive and using survey as the method.

The population of the research was students in the fifth grade of state elementary school

throughout Cangkringan Sub-District, District Sleman. There were 324 students in total. The

sample was 109 students. Research instruments it uses about multiple choice and the

discussion. The data were analyzed using descriptive analysis.

The result of the research shows that there were students in the fifth grade of state

elementary school throughout Cangkringan Sub-District who had misconception in

science-physics on the basic competence of the second semester. Misconception can be found in the

subject of force, the characteristic of light, a simple machine, and soil formulation process.

The mistakes can be found in a great amount on multiple choices with soil as the topic,

besides on the essay part the observer finds that the students mostly make a mistake in

questions about force. Misconceptions less occur in simple machine concept.

(3)

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani 121134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(4)

i

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2

SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh gelar sarjana pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani 121134047

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(5)
(6)
(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Hasil karyaku ini ku persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dalam setiap kegiatanku

Keluargaku bapak Bowo Suratno, ibu Cicilia Winarni, adik Lorendra Mahandhika yang selalu memberikan semangat, mencukupi kebutuhan ekonomi yang ku

perlukan, serta selalu mendoakanku

Kakung F. Hartiya dan uti Tatiana Ngatijem yang selalu memberikan motivasi dan semangat selama kuliah

(8)

v MOTTO

Lakukanlah semuanya dengan baik, sungguh-sungguh, dan ikhlas. Jika orang lain membalas tidak baik kepadamu, itu urusan Tuhan.

Berdoa dan bermimpilah setinggi-tingginya karena Tuhan akan memeluk semua mimpi-mimpimu itu.

Kamu adalah pencipta takdirmu sendiri. Jangan mengeluh dan jadilah wanita tangguh.

(9)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar referensi sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 10 Maret 2016 Penulis,

(10)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Onestya Inggi Asmarani

Nomor Mahasiswa : 121134047

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal : 10 Maret 2016 Yang menyatakan,

(11)

viii ABSTRAK

MISKONSEPSI IPA FISIKA SISWA KELAS V SEMESTER 2 SD NEGERI SE KECAMATAN CANGKRINGAN

KABUPATEN SLEMAN

Oleh:

Onestya Inggi Asmarani NIM: 121134047 Universitas Sanata Dharma

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya pemahaman konsep IPA Fisika siswa kelas V yang mengakibatnya terjadinya miskonsepsi. Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan pada kompetensi dasar semester 2.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode survey. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman yang berjumlah 324 siswa. Sampel penelitian ini adalah 169 siswa. Instrumen penelitian ini menggunakan soal pilihan ganda dan uraian. Data dianalisis menggunakan analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ada siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang mengalami miskonsepsi IPA Fisika pada kompetensi dasar IPA kelas V semester 2. Miskonsepsi terjadi pada konsep gaya, sifat-sifat cahaya, pesawat sederhana, dan proses pembentukan tanah. Miskonsepsi pada soal pilihan ganda paling banyak terjadi pada konsep proses pembentukan tanah, sedangkan pada soal uraian miskonsepsi banyak terjadi pada konsep gaya. Miskonsepsi paling sedikit terjadi pada konsep pesawat sederhana.

(12)

ix ABSTRACT

MISCONCEPTION ON SCIENCE-PHYSICS OF THE SECOND SEMESTER STUDENTS IN THE FIFTH GRADE OF STATE ELEMENTARY SCHOOL

THROUGHOUT CANGKRINGAN SUB DISTRICT, DISTRICT SLEMAN

By:

Onestya Inggi Asmarani

NIM: 121134047

Sanata Dharma University

This research is based on the low understanding of science-physics

concept of the fifth grade students which caused the misconception. The aim of

this research is to describe the misconception on science-physics in the basic

competence of the second semester students in the fifth grade of state elementary

school throughout Cangkringan Sub-District.

The type of this research is quantitative descriptive and using survey as

the method. The population of the research was students in the fifth grade of state

elementary school throughout Cangkringan Sub-District, District Sleman. There

were 324 students in total. The sample was 109 students. Research instruments it

uses about multiple choice and the discussion. The data were analyzed using

descriptive analysis.

The result of the research shows that there were students in the fifth grade

of state elementary school throughout Cangkringan Sub-District who had

misconception in science-physics on the basic competence of the second semester.

Misconception can be found in the subject of force, the characteristic of light, a

simple machine, and soil formulation process. The mistakes can be found in a

great amount on multiple choices with soil as the topic, besides on the essay part

the observer finds that the students mostly make a mistake in questions about

force. Misconceptions less occur in simple machine concept.

(13)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi yang berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman” ditulis sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis dengan rendah hati mengucapkan terimakasih kepada:

1. Rohandi, Ph. D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Christiyanti Aprinastuti, S.Si., M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

3. Apri Damai Sagita Krissandi, S.S., M.Pd., selaku Wakil Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

4. Maria Melani Ika Susanti, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing I yang memberikan bimbingan dan dukungan dalam penyelesaian skripsi ini. 5. Kintan Limiansih, S.Pd., M.Pd. Dosen pembimbing II yang dengan sabar

telah meluangkan waktu untuk membimbing dan memberi saran dalam penelitian skripsi ini.

6. UPT Pelayanan Kecamatan Cangkringan yang memberikan izin penelitian di seluruh SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.

7. Seluruh Kepala Sekolah dan guru-guru di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan yang memberikan izin, waktu, dan tenaganya untuk mengawasi siswa dalam mengisi instrumen penelitian.

(14)

xi

9. Kedua orangtua terkasih Bowo Suratno dan Cicilia Winarni yang selalu mendoakan, memberikan semangat, dukungan, dan memenuhi kebutuhan ekonomi penulis.

10.Adikku Lorendra Mahandhika yang memberikan semangat, doa, dan selalu membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian dan skripsi ini. 11.Chrissandy Yudha Pratama sebagai salah satu penyemangat penulis dalam

menyelesaikan skripsi.

12.Sahabat dan teman-teman terkasih (Agustina Witasari, Febri Hari Wibawa, Eka Rahayu Wardayanti, Lois Suprobo, Iqbal Wahyudi, Christina Wulandari, Diyan Krisnawati, Alga Jalu Sadewa, Andreas Winata, Yoppi Kurniawan) yang memberikan semangat, bantuan, dukungan, dan doa bagi penulis.

13.Teman-teman satu kelompok studi penelitian (Annas Susilo, Bernadeta Ratna, Ardi Wibowo, Yohana Asri, Gracia Maharani, Pungky Gupitawati, Lukas Restu, Veronica Tyas, Dita, Luky, Marcelina Yunita, Luciana Puput, Sabdarey, Yosephin Maynanda) yang telah membantu dalam penelitian dan kesulitan penulis.

14.Salah satu band tua Sheila On7 yang lagu-lagunya sudah menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi.

15.Teman-teman PGSD angkatan 2012 terimakasih atas segala dukungan, kebaikan, dan kerjasama dengan penulis.

16.Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan karya ilmiah ini.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan masukan dari semua pihak demi sempurnanya karya ilmiah ini. Besar harapan penulis karya ilmiah ini dapat berguna bagi pembaca.

(15)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... B. Identifikasi Masalah ……….. C. Batasan Masalah... D. Rumusan Masalah ... E. Tujuan Penelitian ... F. Manfaat Penelitian ... G. Definisi Operasional...

1 BAB II LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka ... B. Hasil Penelitian yang Relevan ... C. Kerangka Berpikir ... BAB III METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian ... B. Tempat dan Waktu ... 1. Tempat Penelitian... 2. Waktu Penelitian ...

(16)

xiii

C. Populasi dan Sampel ... 1. Populasi ... 2. Sampel ... D. Variabel Penelitian ... E. Teknik Pengambilan Data ... F. Instrumen Penelitian... G. Teknik Pengujian Instrumen ... H. Teknik Analisis Data ... BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ... 1. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian ... 2. Deskripsi Responden Penelitian ... 3. Deskripsi Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V SD Negeri

Se-Kecamatan Cangkringan ... B. Pembahasan ... B. Keterbatasan Penelitian ... C. Saran ...

102 102 103

DAFTAR REFERENSI ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... BIODATA PENELITI ...

(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Populasi Penelitian ...44

Tabel 3.2 Hasil Penghitungan Sampel ...45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Soal Pilahan Ganda dan Uraian ...48

Tabel 3.4 Ketentuan Pelaksanaan Revisi Instrumen ...51

Tabel 3.5 Hasil Validitas Muka ...52

Tabel 3.6 Hasil validitas soal pilihan ganda ...54

Tabel 3.7 Hasil validitas soal uraian ...56

Tabel 3.8 Tabel koefisien reliabilitas ...57

Tabel 3.9 Reliabilitas soal pilihan ganda ...57

Tabel 3.10 Reliabilitas soal uraian ...58

Tabel 4.1 Jenis kelamin siswa ...65

Tabel 4.2 Instrumen pilihan ganda ... 66

Tabel 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 1 Soal Uraian ...90

Tabel 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Uraian ...92

Tabel 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Uraian ...94

Tabel 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Uraian ...96

(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Contoh gaya gravitasi bumi ...21

Gambar 2.2 Contoh gaya gesek ...22

Gambar 2.3 Contoh gaya magnet ...23

Gambar 2.4 Contoh tuas golongan pertama ...24

Gambar 2.5 Contoh tuas golongan kedua ...25 Contoh tuas golongan ketiga ……….... Contoh penggunaan prinsip bidang miring ………... Contoh jenis katrol ……… Contoh periskop ……… Proses pembentukan tanah akibat pelapukan batuan ………… Susunan bumi ……… Gambar 2. 12 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan ...38

Gambar 3.1 Rumus product moment ...54

Gambar 4.1 Grafik miskonsepsi pada soal pilihan ganda ...67

Gambar 4.2 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika Pada Item 1 Soal Pilihan Ganda ...68

Gambar 4.3 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 2 Soal Pilihan Ganda ...69

Gambar 4.4 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 3 Soal Pilihan Ganda ...70

Gambar 4.5 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 4 Soal Pilihan Ganda ...71

Gambar 4.6 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 5 Soal Pilihan Ganda ...72

Gambar 4.7 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 6 Soal Pilihan Ganda ...73

(19)

xvi

Gambar 4.9 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 8 Soal Pilihan Ganda ...75 Gambar 4.10 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 9 Soal Pilihan

Ganda ...76 Gambar 4.11 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 10 Soal

Pilihan Ganda ...77 Gambar 4.12 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 11 Soal

Pilihan Ganda ...78 Gambar 4.13 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 12 Soal

Pilihan Ganda ...79 Gambar 4.14 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 13 Soal

Pilihan Ganda ...80 Gambar 4.15 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 14 Soal

Pilihan Ganda ...81 Gambar 4.16 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 15 Soal

Pilihan Ganda ...82 Gambar 4.17 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 16 Soal

Pilihan Ganda ...83 Gambar 4.18 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 17 Soal

Pilihan Ganda ...84 Gambar 4.19 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 18 Soal

Pilihan Ganda ...85 Gambar 4.20 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 19 Soal

Pilihan Ganda ...86 Gambar 4.21 Persentase Miskonsepsi IPA Fisika pada Item 20 Soal

(20)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat-Surat Ijin Penelitiaan ……….... 107 Lampiran 1.1 Surat Izin Penelitian dari Universitas Sanata Dharma ...108 Lampiran 1.2 Surat Rekomendasi Izin Penelitian dari Kantor Kesatuan

Bangsa ...109 Lampiran 1.3 Surat Izin Penelitian dari BAPPEDA Kab. Sleman ...110 Lampiran 1.4 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari UPTD

Kecamatan Cangkringan ...111 Lampiran 2 Data Penelitian ...112 Lampiran 2.1 Rangkuman Data SD Negeri di Kecamatan Cangkringan,

Kabupaten Sleman...113 Lampiran 2.2

Lampiran 2.3

Krejcie dan Morgan ………...

Data hasil tes siswa kelas V pada Soal Pilihan Ganda ... 114 115 Lampiran 2.4 Data hasil tes siswa kelas V pada Soal Pilihan Uraian …….. 120 Lampiran 2.5 Hasil Validitas Isi Instrumen Pilihan Ganda dan Uraian ...125 Lampiran 2.6 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Pilihan

Ganda ...132 Lampiran 2.7 Rekapan Data Miskonsepsi Untuk Instrumen Soal Uraian.... 142 Lampiran 3 Instrumen Penelitian ...147 Lampiran 3.1 Kisi-kisi Instrumen Soal Pilihan Ganda untuk Expert

Judgment ...148 Lampiran 3.2

Lampiran 3.3

Kisi-kisi Instrumen Soal Uraian untuk Expert Judgment…… Pedoman Penskoran Soal Uraian ...

170

Petunjuk Pengisian Soal dan Identitas Responden …………. Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ... Soal Uraian Uji Empiris ……….

Hasil Pekerjaan Siswa Instrumen Soal Pilihan Ganda dan

Uraian Uji Empiris ……….

Soal Pilihan Ganda Penelitian ………..

181 183 192

195

(21)

xviii Lampiran 3.9

Lampiran 3.10

Soal Uraian Penelitian ……….. Hasil Pekerjaan Siswa Instrumen Soal Pilihan Ganda dan

Uraian Penelitian ………..

208

210

Lampiran 4 Hasil uji validitas ahli ...217

Lampiran 4.1 Permohonan Izin Validasi Ahli ...218

Lampiran 4.2 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Pilihan Ganda ...219

Lampiran 4.3 Hasil Rekap Nilai Expert Judgment Instrumen Uraian ...226

Lampiran 5 Uji validitas dan Reliabilitas ...228

Lampiran 5.1 Hasil Validitas Instrumen Soal Pilihan Ganda Uji Empiris ...229

Lampiran 5.2 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda ...232

Lampiran 5.3 Hasil Validitas Instrumen Soal Uraian Uji Empiris ...233

Lampiran 5.4 Hasil Reliabilitas Instrumen Soal Uraian ... 234

(22)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I pendahuluan membahas mengenai latar belakang masalah, identifikasi

masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan pengalaman belajar yang berlangsung

dalam segala lingkungan dan sepanjang hidup (Mudyahardjo dalam

Ahmadi, 2014 : 36-37). Secara sempit dapat didefinisikan bahwa

pendidikan adalah sekolah. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal

yang mengupayakan manusia agar memiliki kemampuan yang kesadaran

penuh terhadap hubungan dan tugas-tugas manusia.

Tujuan dari pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan guna

memberikan rumusan hasil yang diharapkan siswa setelah melakukan

belajar bersama (Sudirman, 2004 : 4). Dalam Undang-undang Dasar juga

dituliskan bahwa tujuan dari pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan

bangsa. Adanya tujuan pendidikan menjadikan kegiatan pembelajaran

menjadi jelas dan memiliki arah untuk dituju.

Salah satu mata pelajaran yang ada di sekolah dasar adalah mata

pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). IPA adalah mata pelajaran yang

(23)

sehari-hari. Dalam penelitian ini, peneliti mengamati mata pelajaran IPA

di sekolah dasar Kuwang. Peneliti melakukan wawancara dengan guru dan

dari wawancara yang telah dilakukan, guru mengalami kesulitan dalam

menyampaikan materi dimata pelajaran IPA terutama IPA Fisika. Siswa

kurang mampu memahami materi IPA Fisika sehingga menyebabkan

rendahnya prestasi belajar yang kurang dari KKM.

Rendahnya KKM mengakibatkan mutu pendidikan di sekolah yang

satu dengan yang lain menjadi berbeda. Baswedan (2014 : 2) mengatakan

bahwa kondisi pendidikan di Indonesia dalam keadaan gawat darurat.

Beberapa hasil buruk yang dicapai dunia pendidikan Indonesia beberapa

tahun terakhir adalah: 1) Sebanyak 75% sekolah di Indonesia tidak

memenuhi standar layanan minimal pendidikan. 2) Nilai rata-rata

kompetensi guru di Indonesia 44,5 sedangkan nilai standar kompetensi

guru adalah 75. 3) Indonesia masuk dalam peringkat 40 dari 40 negara

pada pemetaan kualitas pendidikan menurut lembaga The Learning Curve.

Guru hendaknya meningkatkan kompetensi yang dimiliki agar tidak terjadi

miskonsepsi terhadap materi yang disampaikan kepada siswa terutama

pada mata pelajaran IPA Fisika. Mata pelajaran IPA Fisika dapat digali

melalui contoh nyata yang terdapat dikehidupan siswa sehari-hari agar

siswa juga dapat memahami dengan mudah.

Salah satu sumber kesulitan utama dalam pelajaran IPA fisika

adalah akibat terjadinya kesalahan konsep dan anggapan bahwa IPA Fisika

(24)

yang memiliki minat rendah terhadap fisika cenderung memiliki

miskonsepsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang berminat

tinggi.

Miskonsepsi menurut Brown (dalam Yuliati, 2006 : 248-249)

menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak

sesuai dengan pengertian dan pemahaman para ilmuwan. Miskonsepsi

sering terjadi di dalam mata pelajaran IPA. Trianto (2010 : 10-11)

mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan Alam hakikatnya merupakan

suatu proses, produk, dan aplikasi. IPA merupakan proses yang digunakan

untuk mempelajari mempelajari, menemukan, dan mengembangkan

produk yang berhubungan dengan sains. Miskonsepsi dalam IPA adalah

salahnya pemahaman atau konsep yang tertanam di dalam diri siswa

sehingga siswa merasa bahwa konsep pemikiran mereka benar.

Berdasarkan dari wawancara yang telah peneliti lakukan, terdapat

miskonsepsi IPA Fisika pada siswa sekolah dasar. Akan tetapi dari 4

penelitian yang relevan yang telah peneliti baca, belum ada yang meneliti

tentang miskonsepsi IPA Fisika di Kecamatan Cangkringan. Untuk itu,

peneliti melakukan penelitian tentang miskonsepsi IPA Fisika di

Kecamatan Cangkringan karena adanya miskonsepsi yang dialami siswa

kelas V SD. Penelitian ini dilakukan guna mengetahui kesalahan konsep

yang dialami siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan.

(25)

Siswa Kelas V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman”. Penelitian ini dapat mengetahui miskonsepsi yang terjadi pada siswa kelas

V SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman.

B. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang mendasari penelitian ini sebagai berikut:

1. Prestasi belajar IPA Fisika yang masih tergolong rendah di SD Negeri

Kecamatan Cangkringan.

2. Siswa kelas V di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan memiliki

pemahaman konsep IPA Fisika yang salah (miskonsepsi).

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu peneliti meneliti tentang miskonsepsi IPA Fisika pada siswa kelas V SD semester 2.

Penelitian dikhususkan pada SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan,

Sleman yang menerapkan KTSP atau Kurikulum 2006 dengan Standar

Kompetensi (SK) 5. Memahami hubungan antara gaya, gerak, dan energi,

serta fungsinya dan Kompetensi Dasar (KD) 5.1 Mendeskripsikan hubungan

antara gaya, gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek,

gaya magnet), 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

cahaya, 6.2 Membuat suatu karya/model, misalnya periskop atau lensa dari

(26)

Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan, serta 7.3

Mendeskripsikan struktur bumi.

D. Rumusan Masalah

Latar belakang masalah dan batasan masalah yang dikemukakan

melandasi rumusan masalah dalam penelitian ini. Rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut.

“Bagaimana miskonsepsi IPA Fisika siswa kelas V SD Negeri semester 2

se-Kecamatan Cangkringan, Sleman?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk:

Mendeskripsikan miskonsepsi IPA siswa kelas V SD Negeri semester 2

se-Kecamatan Cangkringan, Sleman.

F. Manfaat Penelitian

Peneliti bisa lebih mengetahui kompetensi dasar (KD) yang rentan

terhadap miskonsepsi. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat yang bermakna bagi:

1. Siswa

Penelitian ini dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman

mengerjakan soal tes kepada siswa tentang IPA Fisika dengan materi

(27)

cahaya, periskop, proses pembentukan tanah, proses pembentukan

tanah karena pelapukan dan susunan bumi.

2. Guru

Penelitian ini memberikan masukan dan membantu guru dalam

mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi IPA Fisika pada materi

semester 2. Guru dapat mengetahui materi mana yang belum dipahami

siswa sehingga guru dapat memperbaikinya menggunakan metode,

media ajar, atau sumber ajar yang lain.

3. Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk

sekolah guna meningkatkan mutu pendidikan sekolahnya.

4. Peneliti

Penelitian ini dapat menambah pengalaman dan wawasan tentang

miskonsepsi IPA Fisika bagi peneliti yang telah berproses selama

penelitian. Peneliti juga bisa lebih tahu KD yang rentan terhadap

(28)

G. Definisi Operasional

Definisi operasional berisi tentang istilah-istilah yang digunakan

dalam penelitian ini. Definisi operasional yang digunakan dalam penelitian

ini antara lain:

1. Miskonsepsi adalah salahnya pemahaman atau konsep yang tertanam

di dalam diri siswa dan diyakini benar oleh siswa, tetapi pemahaman

itu tidak sesuai dengan pemahaman atau konsep ahli.

2. IPA merupakan produk, proses, dan sikap yang digunakan untuk

mempelajari, menemukan, dan mengembangkan produk yang

berhubungan dengan fenomena alam.

3. Miskonsepsi IPA adalah salahnya pemahaman atau konsep yang

tertanam di dalam diri siswa namun siswa merasa bahwa konsep

pemikiran mereka benar mengenai fenomena alam.

4. Miskonsepsi IPA Fisika adalah kesalahan pemahaman suatu konsep

tentang IPA dalam bidang fisika yang telah dibangun dan diyakini

oleh seseorang tetapi berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.

5. Siswa Kelas V SD adalah sejumlah anak yang berada pada tingkatan

kelas V sekolah dasar dengan rentang usia 10-11 tahun.

6. Kecamatan Cangkringan adalah sebuah kecamatan yang terletak di

Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kecamatan ini

(29)

8 BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II pendahuluan membahas mengenai kajian pustaka, hasil penelitian

yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka 1. Konsep

Amien (dalam Suryanto & Hewindati, 2002 : 7) mengemukakan

bahwa konsep adalah gagasan atau ide berdasarkan suatu pengalaman

yang relevan dan dapat digeneralisasikan. Ausubel (dalam Tyubi, 2005 :

5) menuliskan bahwa konsep adalah benda-benda, ciri-ciri,

situasi-situasi, atau kejadian-kejadian yang memiliki kekhasan. Konsep

merupakan abstraksi dari ciri suatu hal yang memudahkan manusia

dalam berkomunikasi dan berpikir. Pemaparan kedua tokoh mengenai

konsep dapat disimpulkan bahwa konsep merupakan gagasan, ide,

ciri-ciri, terhadap pemahaman suatu hal yang memudahkan manusia

berkomunikasi dan berpikir terhadap suatu hal. Misalnya seorang siswa

memahami sebuah konsep bahwa gaya itu harus mengakibatkan suatu

perubahan atau gerak.

2. Konsepsi

Yuliati (2006 : 248) menuliskan bahwa konsepsi merupakan

(30)

dimiliki oleh siswa disebut dengan konsepsi. Konsep-konsep yang

diberikan kepada siswa harus benar sehingga siswa dapat memahami

suatu konsep dengan benar (Clara, 2008 : 3). Kedua pemaham tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa konsepsi merupakan pemahaman atau

konsep awal yang telah dimiliki siswa. Konsep yang disampaikan

kepada siswa harus sedemikian rupa sehingga siswa dapat memahami

konsep dengan baik tanpa terjadi kesalahan pemahaman. Konsep yang

diterima oleh siswa baiknya dibangun melalui pengalaman lapangan

atau contoh yang sebenarnya agar siswa lebih mudah dalam menerima

konsep yang diberikan.

3. Miskonsepsi

a. Pengertian Miskonsepsi

Miskonsepsi menurut Brown (dalam Yuliati 2008 : 248-249)

menyatakan bahwa miskonsepsi merupakan suatu gagasan yang tidak

sesuai dengan pengertian dan pemahaman para ilmuwan. Miskonsepsi

dapat terjadi disebabkan oleh pemahaman konsep yang salah,

pengelompokan contoh-contoh yang tidak benar, penerapan konsep

yang salah, dan hubungan antar konsep yang keliru.

Clement (dalam Suparno, 2005 : 6-7) mengemukakan bahwa

miskonsepsi terjadi bukan karena pengertian yang salah selama proses

(31)

awal. Sejak awal bahkan dari kecil siswa telah membangun konsep

melalui pengalaman hidup mereka.

Penjelasan kedua ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa

miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan

membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami.

Miskonsepsi merupakan kesalahpahaman suatu konsep yang telah

dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.

Miskonsepsi tidak bisa diabaikan dalam mata pelajaran IPA Fisika.

Suparno (2005 : 11) menuliskan dalam bukunya bahwa

miskonsepsi banyak terjadi dalam bidang fisika. Wandersee, Mintzes,

dan Novak (dalam Suparno 2005 : 11) menjelaskan bahwa konsep

alternatif terjadi dalam semua bidang fisika. Dari 700 studi mengenai

konsep alternatif bidang fisika, ada 300 yang meneliti tentang

miskonsepsi dalam mekanika; 159 tentang listrik; 70 tentang panas,

optika, dan sifat-sifat materi; 35 tentang bumi dan antariksa; serta 10

studi mengenai fisika modern. Telah jelas bahwa dalam semua bidang

fisika terjadi miskonsepsi atau konsep alternatif. Miskonsepsi IPA Fisika

adalah kesalahpahaman suatu konsep tentang IPA dalam bidang fisika

yang telah dibangun dan diyakini oleh seseorang tetapi berbeda dari

(32)

b. Penyebab Miskonsepsi

Suparno (2005 : 29-52) menuliskan bahwa penyebab miskonsepsi

secara garis besar dapat dikelompokkan menjadi lima yaitu

siswa/mahasiswa, guru, buku teks, konteks, dan metode mengajar.

1) Siswa/Mahasiswa

Miskonsepsi yang berasal dari siswa/mahasiswa dikelompokkan

menjadi beberapa hal, yaitu:

a) Konsepsi awal

Sejak awal siswa telah memiliki konsep yang mereka bangun

dengan pengalaman hidup mereka. Konsep awal seringkali

mengandung miskonsepsi sehingga pemahaman siswa akan

sulit untuk diubah. Miskonsepsi akan bertambah jika

dipengaruhi oleh pembentukan yang salah dari beberapa pihak

misalnya orang tua, tetangga, teman, dan lain-lain.

b) Pemikiran asosiatif

Asosiasi siswa terhadap istilah sehari-hari kadang

menimbulkan miskonsepsi. Marshall dan Gilmour (dalam

Suparno, 2005 : 36) mengemukakan bahwa pengertian yang

berbeda antara siswa dengan guru juga dapat menyebabkan

terjadinya miskonsepsi. Kata dan istilah yang dikemukakan

oleh guru diasosiasikan berdeda oleh siswa karena dalam

kehidupan siswa kata dan istilah baru itu memiliki arti yang

(33)

c) Pemikiran humanistik

Siswa sering melihat suatu benda dari sudut pandang

manusiawi. Benda-benda dan situasi dipikirkan dalam diri

seseorang dan secara manusiawi. Tingkah laku benda dipahami

seperti tingkah laku manusia yang hidup sehingga tidak pas

atau tidak cocok.

d) Reasoning yang tidak lengkap/salah

Reasoning atau penalaran siswa yang tidak lengkap atau salah

dikarenakan informasi yang mereka peroleh tidak lengkap

dapat mengakibatkan terjadinya miskonsepsi. Pemahaman

yang salah juga dapat dikarenakan logika yang keliru dalam

mengambil kesimpulan atau dalam menggeneralisasi sehingga

dapat terjadi miskonsepsi. Selain itu miskonsepsi juga dapat

terjadi karena siswa kurang teliti dalam pengamatan ataupun

pengambilan data.

e) Intuisi yang salah

Intuisi adalah perasaan di dalam diri seseorang yang secara

spontan mengungkapkan sikap atau gagasan tentang sesuatu

sebelum diteliti secara objektif dan rasional. Pemikiran intuitif

berasal dari pengamatan yang terjadi terus-menerus dan secara

spontan jika menghadapi permasalahan, yang muncul di dalam

(34)

f) Tahap perkembangan kognitif siswa

Siswa secara umum masih dalam tahap operational concrete

yang jika mempelajari sesuatu konsep yang abstrak sulit untuk

mencerna, menangkap, dan salah mengerti tentang konsep

tersebut. Siswa baru dapat berpikir berdasarkan dengan hal-hal

nyata yang dapat dilihat atau dirasakan dengan alat indra.

g) Kemampuan siswa

Kemampuan siswa dalam berpikir dan memahami konsep

berpengaruh besar terhadap adanya miskonsepsi atau tidak.

Meskipun guru telah menjelaskan dengan benar dan gamblang,

buku teks ditulis berdasarkan pengertian para ilmuwan, jika

kemampuan daya tangkap siswa kurang atau tidak lengkap

dapat menyebabkan miskonsepsi.

h) Minat belajar siswa

Dapat dikatakan bahwa siswa yang berminat pada suatu hal

cenderung memiliki miskonsepsi yang lebih rendah jika

dibandingkan dengan siswa yang tidak berminat pada hal yang

sama tersebut. Siswa yang tidak berminat terhadap suatu mata

pelajaran juga tidak mau mendengarkan penjelasan yang

disampaikan oleh guru dan bahkan mereka tidak mau belajar

(35)

2) Guru

Miskonsepsi yang dialami oleh siswa dapat juga diakibatkan oleh

guru. Guru yang tidak siap dan tidak menguasai materi dapat

menjadikan siswanya mengalami miskonsepsi. Beberapa guru yang

mengajarkan materi secara keliru tetapi siswa menganggap konsep

dari materi yang disampaikan oleh guru benar, maka siswa akan

memegang konsep itu kuat-kuat. Hal tersebut mengakibatkan

miskonsepsi yang sangat kuat yang ada di dalam diri siswa dan

sulit untuk diperbaiki. Dengan demikian, sangat penting untuk guru

dalam penguasaan materi dan penyampaian materi yang benar

kepada siswa. Media elektronik seperti video atau media gambar

dan praktek langsung dapat menguatkan materi serta konsep yang

diterima oleh siswa.

3) Buku Teks

a) Buku teks

Bahasa tulis, penjelasan yang sulit dipahami, dan penjelasan

yang tidak benar dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

Buku teks yang terlalu sulit untuk siswa pada levelnya dapat

menyebabkan terjadinya miskonsepsi karena siswa sulit dalam

(36)

b) Buku Fiksi Sains

Buku ini dianggap baik karena membuat anak senang

membaca dan mau belajar, akan tetapi disisi lain banyak hal

yang dapat menyesatkan dan memunculkan miskonsepsi pada

siswa. Pengarang membuat gagasan secara sederhana dan

bahkan ekstrem yang kurang berdasarkan ilmu yang

sesungguhnya.

c) Kartun

Kartun sangat menarik bagi siswa, namun jika konsep yang

ada di dalam gambar-gambar kartun tersebut tidak ilmiah atau

melenceng dari pendidikan dapat membuat siswa memiliki

miskonsepsi. Guru atau orang tua yang menganjurkan untuk

bacaan kartun sebagai salah satu sarana belajar sebaiknya juga

melakukan pengawasan dan dampingan terhadap siswa.

4) Konteks

a) Pengalaman

Gagasan yang diperoleh dari pengalaman siswa sehari-hari

dapat menyebabkan miskonsepsi karena adanya salah dalam

(37)

b) Bahasa sehari-hari

Bahasa sehari-hari dapat mempengaruhi terjadinya

miskonsepsi dalam bidang IPA dikarenakan bahasa sehari-hari

biasanya memiliki arti yang berbeda dengan bahasa ilmiah.

c) Teman lain

Teman lain atau teman sejawat misalnya dalam mengerjakan

kerja kelompok dapat menjadi penyebab miskonsepsi jika

salah satu dari mereka menjadi leader atau seseorang yang

dianggap paling benar atau paling pintar.

d) Keyakinan dan ajaran agama

Commins (dalam Suparno, 2005 : 49) mengemukakan bahwa

keyakinan ataupun ajaran agama yang diyakini kurang tepat

sering membuat siswa tidak dapat menerima ilmu pengetahuan

yang lain.

5) Metode Mengajar

Guru diharapkan untuk tidak membatasi diri hanya dengan

satu metode saja. Guru perlu kreatif dan kritis dalam memilih

metode yang akan digunakan dalam pembelajaran dan jangan

sampai metode yang digunakan oleh guru menimbulkan terjadinya

(38)

a. Metode ceramah

Jika guru menggunakan metode ceramah tanpa memperhatikan

dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya atau

mengemukakan pendapat mereka, itu dapat memupuk

miskonsepsi siswa.

b. Metode praktikum

Metode praktikum sangat membantu dalam proses pemahaman

siswa, akan tetapi abstraksi yang lebih luas sering sulit ditangkap

karena data yang ditemukan dalam praktikum sangat terbatas.

c. Metode demonstrasi

Metode demostrasi yang sellau menampilkan yang benar, karena

sudah direkayasa, dapat juga membuat siswa salah mengerti

dalam memahami data.

d. Metode diskusi

Metode ini sangat membantu siswa untuk mengembangkan dan

memeriksa kembali konsep dan pemahaman yang mereka

bangun dengan membandingkan dengan konsep teman lain.

Tetapi dengan membandingkan beberapa konsep dari teman,

dapat menyebabkan terjadinya miskonsepsi.

6) Mengatasi Miskonsepsi

Secara garis besar menurut Suparno, (2005 : 55-82) dapat

(39)

a) Mencari atau mengungkap miskonsepsi yang dilakukan siswa

b) Mencoba menemukan penyebab miskonsepsi

c) Mencari perlakuan yang sesuai untuk mengatasi

4. Hakikat Pembelajaran IPA

Trianto (2010 : 10-11) mengemukakan bahwa Ilmu Pengetahuan

Alam hakikatnya merupakan suatu proses, produk, dan aplikasi. IPA

merupakan proses yang digunkan untuk mempelajari, menemukan, dan

mengembangkan produk yang berhubungan dengan sains. Sebagai

produk, IPA adalah sekumpulan pengetahuan dan konsep yang nantinya

dapat dibangun dalam diri siswa. IPA sebagai aplikasi adalah teori-teori

IPA akan menghasilkan teknologi yang dapat memberikan kemudahan

bagi kehidupan manusia.

Fowler (dalam Djojosoediro, 2006 : 17) mendefinisikan ilmu

pengetahuan alam sebagai pengetahuan yang sistematis dan disusun

dengan menghubungkan gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan

didasarkan pada hasil pengamatan dan induksi. Djojosoediro (2006 : 18)

mengatakan dalam artikelnya bahwa IPA adalah cabang pengetahuan

yang dibangun berdasarkan pengamatan dan klasifikasi data. Disusun

dan diverifikasi dalam hukum-hukum yang bersifat kuantitatif, yang

melibatkan aplikasi penalaran matematis dan analisis data terhadap

gejala-gejala alam. Kedua pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan

(40)

mempelajari gejala-gejala alam yang bersifat kebendaan dan didasarkan

pada hasil pengamatan.

IPA merupakan cabang pengetahuan yang mengkaji tentang

fenomena atau gejala-gejala alam. IPA secara menyeluruh membahas

mengenai bidang biologi, kimia, fisika, maupun astronomi. Bab ini

hanya akan membahas IPA dalam bidang fisika saja. Hakikat fisika

menurut Sutrisno (2006 : 1) adalah sebagai produk (“a body of knowledge”), fisika sebagai sikap (“a way of thinking”), dan fisika sebagai proses (“a way of investigating”).

Fisika sebagai proses atau “a way of investigating” merupakan gambaran para ilmuwan bekerja untuk menemukan dan melakukan

penemuan-penemuan. IPA merupakan proses pemberian gambaran

tentang pendekatan yang dugunakan untuk menyusun pengetahuan.

Fisika sebagai produk atau “a body of knowledge” adalah hasil-hasil penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan kreatif dari para ilmuwan

yang diinventarisir, dukumpulkan, dan disusun secara sistematik

menjadi kumpulan pengetahuan. Pemikiran-pemikiran para ilmuwan

menggambarkan rasa ingin tahu mereka yang besar dengan diiringi rasa

percaya, sikap objektif, jujur, terbuka, serta mau mendengarkan

pendapat orang lain. Sikap-sikap tersebutlah yang kemudian dimaknai

(41)

5. Pembelajaran IPA di SD kelas V semester 2

Menurut Depdiknas Ditjen Manajemen Dikdasmen Ditjen

Pembinaan TK dan SD (2007 : 14) secara garis besar terdapat empat

kelompok yang dibahas di dalam Ruang lingkup mata pelajaran IPA di

sekolah dasar, yaitu:

a. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, tumbuhan,

hewan, interaksi makhluk hidup dengan lingkungan, serta

kesehatan.

b. Benda, sifat-sifat benda dan kegunaannya meliputi antara lain

benda padat, benda cair, dan gas.

c. Energi dan perubahannya meliputi antara lain gaya, bunyi,

magnet, listrik, panas, cahaya, dan pesawat sederhana.

d. Bumi beserta alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan

benda-benda langit lainnya.

Penelitian ini membahas beberapa materi IPA yang ada di sekolah

dasar antara lain:

a. Gaya

(42)

Azmiyawati (2008: 82-90) menuliskan bahwa gaya dibedakan

menjadi 3 yaitu:

1). Gaya Gravitasi

Gaya gravitasi bumi sering dikenal dengan gaya tarik bumi.

Gaya gravitasi bumi menyebabkan benda-benda yang ada di bumi

tidak terlempar ke luar angkasa. Selain itu, gaya gravitasi

membuat kita dapat berjalan di atas tanah. Gaya gravitasi juga

menyebabkan semua yang ada di bumi mempunyai berat sehingga

tidak melayang-layang di udara. Contoh gaya gravitasi berupa

buah yang jatuh dari pohonnya dan dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.1 Buah jatuh dari pohonnya

Sumber:

(43)

2). Gaya Gesek

Gaya gesek merupakan gaya yang menimbulkan hambatan

ketika dua permukaan benda saling bersentuhan. Penerapan gaya

gesek antara lantai dan almari dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 2.2 Gesekan antara lantai dan almari

Sumber:

https://2.bp.blogspot.com/-cdUkYgOjqLA/UtoKSTLNl9I/AAAAAAAAAoA/NzJ8Xz5wOro/w800-h800/s.gif

3). Gaya Magnet

Gaya tarik pada magnet dapat menarik benda-benda

tertentu. Bahan dari besi atau baja dapat ditarik magnet. Bahan

dari plastik dan kayu tidak dapat ditarik magnet. Magnet

mempunyai dua kutub. Pada keadaan bebas, magnet akan selalu

menunjuk ke arah utara dan selatan. Ujung magnet yang

mengarah ke utara disebut kutub utara, sedangkan ujung magnet

(44)

Gambar 2.3 : Contoh Gaya Magnet

Sumber:https://happychusnuraafi.files.wordpress.com/2015/06/images.jpg

b. Pesawat Sederhana

Semua jenis alat yang digunakan untuk memudahkan pekerjaan manusia disebut pesawat. Kesederhanaan dalam penggunaannya menyebabkan alat-alat tersebut dikenal dengan sebutan pesawat sederhana. Gabungan beberapa pesawat sederhana dapat membentuk pesawat rumit, contohnya mesin cuci, sepeda, mesin mobil, dan lain-lain. Pesawat sederhana dikelompokkan menjadi empat jenis, yaitu tuas, bidang miring, katrol, dan roda berporos (Sulistyanto, dkk., 2008 : 109-110).

1) Tuas

Tuas atau lebih sering disebut dengan nama pengungkit.

Berdasarkan posisi atau kedudukan beban, titik tumpu, dan

(45)

a) Tuas golongan pertama

Pada tuas golongan pertama, kedudukan titik tumpu

terletak di antara beban dan kuasa. Contoh alat yang

menggunakan prinsip tuas golongan pertama dapat dilihat

pada gambar berikut:

Gambar 2.4 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama

(46)

b) Tuas golongan kedua

Pada tuas golongan kedua, kedudukan beban terletak di

antara titik tumpu dan kuasa. Contoh alat yang menggunakan

prinsip tuas golongan kedua adalah:

Gambar 2.5 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan kedua

(47)

c) Tuas golongan ketiga

Pada tuas golongan ketiga, kedudukan kuasa terletak di

antara titik tumpu dan beban. Contoh alat yang menggunakan

prinsip tuas golongan ketiga dapat dilihat pada gambar

berikut:

Gambar 2.6 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan ketiga

Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-9jOeJCpPGvM/T4SMYNs0q8I/AAAAAAAAAh0/8v-ojpZgACI/s1600/Jenis+tuas.bmp

2) Bidang Miring

Bidang miring merupakan permukaan rata yang

menghubungkan dua tempat yang berbeda ketinggiannya.

Azmiyawati (2008: 101) mengungkapkan bidang miring

(48)

pekerjaan yang dilakukan oleh manusia. Contoh penggunaan

prinsip bidang miring dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

Gambar 2.7 Contoh penggunaan prinsip bidang miring

Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-YMqE4psFl0w/UPV8Q9iNjOI/AAAAAAAAAHA/o4-e51gYsQ8/s1600/6.PNG

3) Katrol

Katrol merupakan roda yang berputar pada porosnya. Biasanya pada katrol juga terdapat tali atau rantai sebagai penghubungnya. Azmiyawati (2008: 103) mengatakan ada beberapa jenis katrol sebagai berikut:

a). Katrol tetap : katrol yang tidak berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.

b). Katrol bebas : katrol yang berubah posisinya ketika digunakan untuk memindahkan benda.

c). Katrol rangkap : katrol yang terdiri dari lebih dari satu katrol yang disusun berjajar.

d). Katrol ganda atau takal : katrol yang terdiri dari beberapa katrol yang disatukan

(49)

Gambar 2.8 Jenis katrol

Sumber:

http://3.bp.blogspot.com/-cELuiIW96pQ/Vob9w5Z9r0I/AAAAAAAAA6Y/mPu4ivpVyHE/s1600/jenis-katrol.jpg

4) Roda Berporos

Roda berporos merupakan roda yang dihubungkan dengan

sebuah poros yang dapat berputar bersama-sama.

c. Cahaya dan Sifat-sifatnya

Cahaya adalah gelombang elektromagnetik yang dapat

ditangkap oleh mata. Gelombang elektromagnetik adalah

gelombang yang dihasilkan dari perpaduan medan listrik dan

medang magnet (Yousnelly, dkk., 2010: 104). Sumber cahaya

dapat dibedakan menadi dua yaitu buatan yang berasal dari alam

yaitu berupa matahari, sedangakan sumber cahaya buatan yang

berasal adri buatan manusia berupa lampu listrik, lampu minyak,

(50)

Cahaya juga memiliki sifat-sifat yaitu: 1) Cahaya dapat

merambat lurus, misalnya pada malam hari kemudian menyalakan

lampu senter sehingga cahaya dapat dilihat bahwa cahaya

merambat lurus; 2) Cahaya dapat menembus benda bening,

misalnya menyenteri air cahaya akan menembus air; 3) Cahaya

dapat dipantulkan, contohnya sinar senter diarahkan kecermin dan

diarahkan ke dinding, cahaya tersebut akan terlihat memantul

kedinding; 4) Cahaya dapat membias, misalnya pensil dimasukan

kedalam gelas yang terisi air akan terlihat patah. Hal tersebut

terjadi karena cahaya dibiaskan mendekati garis normal; 5) Cahaya

dapat diuraikan, misalnya peristiwa penguraian cahaya adalah

matahari (Yousnelly, dkk., 2010: 105-113).

Sifat-sifat cahaya dapat dimanfaatkan untuk membuat suatu

alat-alat optik yaitu 1) Kaca pembesar atau biasa disebut lup. Kaca

pembersar merupakan mikrkop yang paling sederhana untuk

melihat benda-benda kecil; 2) Kamera adalah alat yang digunakan

untuk membentuk suatu gambar; 3) Mikroskop adalah alat optik

yang digunakan untuk mengamati benda-bendak renik; 4)

Teropong adalah alat optik yang digunakan untuk mengamati

benda-benda yang letaknya jauh; 5) Periskop adalah sejenis

teropong yang biasa dipasang pada kapal selam untuk mengamati

(51)

digunakan pada gambar tembus cahaya untuk suatu media

pembelajaran, rapat, atau seminar (Haryanto, 2004: 153-154).

Periskop adalah sejenis teropong yang biasanya terdapat pada kapal selam untuk mengamati keadaan di permukaan laut. Periskop dapat digunakan untuk melihat benda yang berada di atas batas pandang (Sulistyanto, dkk., 2008 : 139). Gambar periskop dapat dilihat pada gambar 2.9.

Gambar 2.9 : Contoh Periskop

Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-O-bVzjYOzmA/Vmv3N853wI/AAAAAAAADTg/KsrtcU4rGOE/s1600/Periskop.jpg

d. Proses Pembentukan Tanah Karena Pelapukan Batuan

(52)

penbentukan tanah karena pelapukan batuan dapat dilihat pada gambar 2.10.

Gambar 2.10 : Proses Pembentukan Tanah Akibat Pelapukan Batuan

Sumber:

http://1.bp.blogspot.com/-pCQ_LRKO0H4/VhgLl29PAiI/AAAAAAAABRQ/03pBzDQPDrA/s1600/daur%2Bbatu an.jpg

e. Susunan Bumi

(53)

Gambar 2.11 : Susunan Bumi

Sumber: https://fiflowers.files.wordpress.com/2012/10/picture13.png

Lapisan inti bumi dalam merupakan pusat bumi. Lapisan inti dalam memiliki diameter sebesar 2600 km. Lapisan ini terbentuk dari besi dan nikel padat dan merupakan lapisan yang paling panas.

(54)

Lapisan kerak bumi merupakan lapisan dimana makhluk hidup tinggal. Pada lapisan ini banyak terdapat batuan. Selain itu juga terdapat mineral dan tanah.

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Hasil penelitian yang relevan yang pertama dilakukan oleh

Suryanto & Hewindati (2002) dengan judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”. Metode yang

digunakan adalah metode penelitian survey. Hasil dari penelitian ini adalah

masih banyak miskonsepsi yang terjadi pada konsep-konsep yang diteliti.

Kriteria 75% pemahaman konsep murid yang benar, hanya ada satu konsep

yang mampu dikuasai dengan baik. Miskonsepsi yang terjadi dikarenakan

murid dalam memahami suatu konsep mengandalkan pengalaman

sehari-hari dan hasil pemikiran logis murid.

Penelitian yang kedua dilakukan oleh Pujayanto (2006) dengan judul penelitian “Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Guru SD” yang

menerapkan metode penelitian expose facto. Sumber data yang digunakan

merupakan sumber data primer, karena penelitian memperoleh data

langsung dari subjek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah semua

guru Kelas 5 Sekolah Dasar di Kecamatan Tasikmadu Kabupaten

(55)

Kecamatan Tasikmadu Kabupaten Karanganyar. Sampel terdiri dari 20

orang guru.

Teknik pengambilan data yang digunakan adalah tes. Instrumen tes

yang digunaka berupa tes diagnostik miskonsepsi pada pokok bahasan Gaya

dan Cahaya. Untuk menjawab hipotesis penelitian digunakan teknik analisis

deskriptif kuantitatif, yaitu berupa analisis kualitatif tentang ada tidaknya

miskonsepsi.

Dari hasil analisis data ternyata terbukti bahwa guru mengalami

miskonsepsi IPA (Fisika) pada pokok bahasan Gaya dan Cahaya. Adapun

profil miskonsepsi yang dimiliki guru (lebih dari 30%) dan besar persentase

miskonsepsinya sebagai berikut adalah sebagai berikut: 1). gaya dapat

berupa tarikan atau dorongan, gaya magnet selalu berupa tarikan (45%); 2).

gaya gravitasi dapat berupa dorongan maupun tarikan (40 %); 3). massa

benda di bumi sama dengan massa benda di bulan, berat benda di bumi

sama dengan berat benda di bulan (60%); 4). setiap dua benda bersentuhan

muncul gaya gesekan (60%); 5). pesawat sederhana meringankan kerja

manusia, berarti pada umumnya dengan menggunakan pesawat sederhana

gaya (kuasa) dan energi yang digunakan menjadi lebih kecil (100 %); 6).

cahaya merambat lurus, berarti cahaya tidak dapat dipantulkan oleh

permukaan tembok tetapi dapat dibiaskan oleh sebuah medium (85%); 7).

Benda dapat dilihat jika benda tersebut sebagai sumber cahaya atau ada

(56)

diurai menjadi cahaya warna pelangi, karena cahaya lampu neon adalah

cahaya putih seperti cahaya putih matahari (55%).

Penelitian yang ketiga dilakukan oleh Taufiq (2012) dengan judul penelitian ” Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E” Penelitian ini mengenai upaya identifikasi miskonsepsi mahasiswa

berkaitan dengan konsep gaya menggunakan Certainty of Response Index

(CRI) dan Wawancara. Dari hasil analisis data menunjukkan bahwa

mahasiswa mengalami miskonsepsi berkaitan dengan konsep gaya dengan

berbagai tingkatan yang berbeda-beda yaitu tingkat tinggi, sedang, dan

rendah. Penggunaan tes model Certainty of Response Index (CRI) dalam

penelitian ini sangat membantu peneliti khususnya untuk memetakan tingkat

miskonsepsi yang dialami oleh mahasiswa. Implementasi model

pembelajaran siklus belajar (learning cycle) 5E mampu menurunkan

proporsi siswa yang mengalami miskonsepsi mahasiswa pada konsep gaya,

yakni dari 46% menjadi 2,8%. Dengan demikian ada peningkatan proporsi

penurunan jumlah siswa yang mengalami miskonsepsi sebanyak 43,2%, Hal

ini menunjukkan bahwa model pembelajaran siklus belajar (learning cycle)

5E efektif mampu untuk meningkatkan proporsi penurunan jumlah siswa

yang mengalami miskonsepsi.

Penelitian yang keempat dilakukan oleh Tayubi (2005) dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan

(57)

miskonsepsi akan sangat berbeda dengan cara mengobati siswa yang tidak

tahu konsep. CRI dikembangkan untuk mengidentifikasi terjadinya

miskonsepsi sekaligus dapat membedakannya dengan tidak tahu konsep.

Secara sederhana CRI dapat diartikan sebagai ukuran tingkat

keyakinan/kepastian responden dalam menjawab setiap pertanyaan (soal)

yang diberikan.

Hasil ujicoba penggunaan CRI dalam pengajaran fisika,

menunjukkan bahwa metode ini cukup ampuh digunakan untuk

membedakan antara siswa yang mengalami miskonsepsi dan yang tidak tahu

konsep. Selain itu penggunaannya pada proses belajar mengajar sangat

dimungkinkan karena proses pengidentifikasian dan penganalisisan hasilnya

tidak memakan waktu yang lama. Satu hal yang sangat penting untuk

diperhatikan dalam penggunaan CRI adalah kejujuran siswa dalam mengisi

CRI untuk jawaban suatu soal, karena nantinya akan menentukan pada

keakuratan hasil identifikasi yang dilakukan.

C. Kerangka Berpikir

Belajar IPA adalah belajar tentang alam yang dapat diperoleh

seseorang sejak orang tersebut berinteraksi dengan alam melalui

pengalaman hidupnya. Banyak hal yang dapat diperoleh melalui

pengalaman dan hal tersebut menjadi sebuah pengetahuan awal ketika

seseorang tersebut memasuki pendidikan formal. Materi IPA di sekolah

(58)

materi yang dikembangkan berdasarkan pengalaman dan kegiatan-kegiatan

nyata yang ada di lingkungan siswa. Oleh karena itu, mata pelajaran IPA

tidak dapat diberikan dengan ceramah dan menulis saja tetapi harus

didasarkan pada pengalaman siswa dalam kehidupan sehari-hari dan

diperoleh melalui kegiatan praktikum atau langsung berinteraksi dengan

benda yang dipelajari.

Miskonsepsi terjadi sejak awal atau sejak masih kecil dengan

membangun konsep berdasarkan pengalaman hidup yang siswa alami.

Miskonsepsi merupakan kesalahan pemahaman suatu konsep yang telah

dibangun, yang berbeda dari pemahaman para ahli atau ilmuwan.

Pemahaman atau daya tangkap yang dimiliki siswa pun berbeda-beda.

Dari paparan yang telah disampaikan, untuk mengetahui ada atau

tidaknya miskonsepsi yang dilakukan oleh siswa pada mata pelajaran IPA

Fisika kelas V SD yang berhubungan dengan materi gaya, pesawat

sederhana, sifat cahaya, periskop, proses pembentukan tanah, dan susunan

bumi dilakukanlah penelitian. Penelitian ini berjudul “Miskonsepsi IPA Fisika Siswa Kelas V Semester 2 SD Negeri Se-Kecamatan Cangkringan Kabupaten Sleman Tahun 2015”. Alat penelitian yang digunakan yakni tes

pilihan gandan dan uraian. Dari hasil tes yang telah diujikan, jawaban siswa

dianalisis untuk mengetahui ada atau tidaknya miskonsepsi yang dilakukan

(59)

Gambar 2.12 Literature Map Penelitian-penelitian Relevan

Berdasarkan gambar 2.12 dapat dilihat bahawa keempat penelitian

yang telah dilakukan sebelumya digunakan oleh peneliti sebagai dasar

penelitian ini.

judul “Pemahaman Murid Sekolah Dasar (SD) Terhadap Konsep-Konsep Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) Berbasis Biologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi”

Tayubi (2005) dengan judul “ Identifikasi Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep Fisika Menggunakan Certainty of Response Index (CRI)”

Taufiq (2012) dengan judul penelitian ”Remediasi Miskonsepsi Mahasiswa Calon Guru Fisika pada Konsep Gaya Melalui Penerapan Model Siklus Belajar (Learning Cycle) 5E”

Pujayanto (2006) dengan judul penelitian “Miskonsepsi IPA (Fisika) pada Guru SD”

Penelitian Yang Dilakukan Oleh Peneliti

(60)

D. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Miskonsepsi IPA Fisika masih terjadi pada siswa kelas V semester 2 SD

Negeri se-Kecamatan Cangkringan, Sleman pada konsep gaya, konsep

sifat-sifat cahaya, konsep pesawat sederhana, dan konsep proses pembentukan

(61)

40 BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III metode penelitian membahas mengenai jenis penelitian, waktu dan

tempat penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, teknik pengumpulan

data, instrumen penelitian, teknik pengujian instrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode survey menurut

Margono (dalam Darmawan, 2013 : 37) adalah proses menemukan

pengetahuan yang menggunakan data angka sebagai alat menemukan

keterangan tentang apa yang ingin kita ketahui. Penelitian kuantitatif dapat

dilakukan dengan penelitian deskriptif, penelitian hubungan/korelasi,

penelitian kuasi-eksperimental, dan penelitian eksperimental. Sugiyono

(2011 : 8) mengatakan bahwa metode penelitian kuantitatif dapat diartikan

sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme,

biasanya digunakan untuk meneliti populasi atau sampel tertentu,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan. Penelitian kuantitatif pada umumnya dilakukan pada sampel

yang diambil secara random, sehingga kesimpulan hasil penelitian dapat

(62)

Berdasarkan paparan dari kedua ahli tersebut dapat ditarik kesimpulan

bahwa penelitian kuantitatif adalah proses pengumpulan data menggunakan

angka. Penelitian kuantitatif pada umumnya menggunakan sampel yang

diambil secara random atau acak. Pengumpulan data dilakukan dengan

instrumen tes tertulis melalui metode survey.

Metode survey menurut Sukmadinata (2008 : 82 – 83) sering digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang populasi yang

besar dengan menggunakan sampel yang relatif kecil. Tiga karakteristik dari

survey adalah: 1) Informasi dikumpulkan dari sekelompok besar orang

untuk mendiskripsikan beberapa aspek atau karakteristik tertentu seperti:

kemampuan, sikap, kepercayaan, pengetahuan dari populasi, 2) Informasi

diperoleh dari melalui pengajuan pertanyaan (umumnya tertulis bisa juga

lisan) dari suatu populasi, 3) Informasi diperoleh dari sampel, bukan dari

populasi.

Effendi (2012 : 3 – 4) memaparkan bahwa penelitian survey adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan

kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survey

dapat digunakan untuk maksud (1) penjajakan (eksploratif), (2) deskriptif,

(3) penjelasan, (4) evaluasi, (5) prediksi, (6) penelitian operasional, (7)

pengembangan indikator-indikator soaial.

Kedua pemaparan di atas dapat ditatrik kesimpulan bahwa metode

penelitian survey merupakan penelitian dengan populasi yang banyak akan

(63)

menggunakan metode survey sebagai alat untuk mengetahui miskonsepsi

IPA Fisika pada semester 2 siswa kelas V SD Negeri se-Kecamatan

Cangkringan, Sleman.

B. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri se-Kecamatan Cangkringan,

Kabupaten Sleman dengan melihat miskonsepsi IPA Fisika yang ada

di SD Negeri tersebut. Pemilihan tempat di SD se-Kecamatan

Cangkringan karena berdasar wawancara yang telah dilakukan dengan

guru dan kepala sekolah di SD Negeri kecamatan Cangkringan.

Berdasarkan hasil wawancara pra survei ditemukan permasalahan

mengenai miskonsepsi pada mata pelajaran IPA Fisika. Rendahnya

pemahaman siswa tentang materi IPA Fisika membuat rendahnya

KKM yang ditentukan. Penelitian dikhususkan pada SD Negeri

se-Kecamatan Cangkringan, Sleman yang menerapkan KTSP atau

kurikulum 2006 dengan Standar Kompetensi (SK) 5. Memahami

hubungan antara gaya, gerak, dan energi, serta fungsinya dan

Kompetensi Dasar (KD) 5.1 Mendeskripsikan hubungan antara gaya,

gerak dan energi melalui percobaan (gaya gravitasi, gaya gesek, gaya

magnet), 5.2 Menjelaskan pesawat sederhana yang dapat membuat

pekerjaan lebih mudah dan lebih cepat, 6.1 Mendeskripsikan sifat-sifat

(64)

dari bahan, 7.1 Pesawat sederhana dengan menerapkan sifat-sifat

cahaya, 7.2 Mendeskripsikan proses pembentukan tanah karena

pelapukan, serta 7.3 Mendeskripsikan struktur bumi.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan

Desember 2015. Penyusunan proposal dilakukan pada bulan Maret

yang dilanjutkan dengan mengurus perijinan di bulan April. Bulan

April juga dilakukan penyusunan instrumen penilaian dan melakukan

validasi instrumen beserta revisi dan uji coba instrumen pada bulan

Mei. Pengumpulan data dari seluruh SD Negeri se-Kecamatan

Cangkringan berlangsung selama satu bulan yaitu pada bulan Juni.

Bulan Juli dan bulan Agustus dilakukan pengolahan data untuk

disusun sebagai laporan pada bulan September, Oktober, dan

November. Bulan Desember dilakukan revisi-revisi dari skripsi

sebelum ujian.

C. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari

objek/subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian dapat ditarik

Gambar

Gambar 2.1 Buah jatuh dari pohonnya Sumber: http://1.bp.blogspot.com/-
Gambar 2.2 Gesekan antara lantai dan almari Sumber:  https://2.bp.blogspot.com/-
Gambar 2.3 : Contoh Gaya Magnet Sumber:https://happychusnuraafi.files.wordpress.com/2015/06/images.jpg
Gambar 2.4 Alat yang menggunakan prinsip tuas golongan pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu skripsi ini dibuat dengan tujuan untuk menciptakan aplikasi remote mikrotik yang dilengkapi dengan kemampuan setting hotspot otomatis dan menyediakan menu

In terms of influencing factors, members of cluster 2 show no significant factors that influence them to watch art performances. However, they tend to be more influenced by the

Pndiio hi etuj@.

Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini telah berkembang begitu pesat dalam segala aspek kehidupan, khususnya di bidang teknologi informasi dan komunikasi. Salah satunya

[r]

sMdsu@gedld tumfdin!.

yang berhubungan dengan aktivitas yang dilakukan dalam kesekretariatan.. Di dalam lingkup aktivitasnya, unit sekretariat diharuskan untuk

EKONOMICS FACULTY ANDALAS UNIVERSITV. OTVNERSHIP CONCENTL{TION AND DIVIDEND