• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pengobatan Demam Berdarah Dengue pada pasien dewasa di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola pengobatan Demam Berdarah Dengue pada pasien dewasa di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta."

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

i

POLA PENGOBATAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA PASIEN DEWASA DI RUMAH SAKIT PANTI NUGROHO SLEMAN YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Diajukan oleh : Kadek Ida Krisnadewi

NIM : 138114024

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

vi

When I look back on my life, I see pain, mistake and heart ache.

When I look in the mirror, I see strength, learned, lessons, and

(7)

vii PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan, karena atas berkat dan perlindunganNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta” sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan motivasi, bimbingan, perhatian, saran, kritik, dan bantuan materi hingga selesainya skripsi ini, terutama kepada:

1. Ibu Aris Widayati M.Si., Ph.D., Apt. selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma dan Dosen Pembimbing skripsi atas perhatian, kesabaran, bimbingan, masukan dan motivasi kepada penulis dalam proses penyusunan skripsi.

2. Ibu dr. Fenty, M.Kes., Sp.PK. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi

3. Ibu Dita Maria Virginia, S.Farm, Apt., M.Sc. sebagai dosen penguji yang telah memberikan kritik dan saran yang membangun selama proses pembuatan skripsi

4. Bapak, Ibu dan Kakak tersayang atas doa, kasih sayang, semangat dan dukungan bagi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Pak Tata dan Ibu Paulin selaku pegawai bagian rekam medik yang sudah abnyak membantu dalam proses perizinan penelitian di RS. Panti Nugroho. 6. Putri dan Gita teman seperjuangan sekaligus sahabat. Terimakasih untuk

kerjasama, bantuan, semangat serta informasi yang selalu dibagikan dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga akhir.

(8)
(9)

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... iv

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

PRAKATA ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

ABSTRAK ... xii

ABSTRACT ... xiii

PENDAHULUAN ... 1

METODE PENELITIAN ... 2

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 3

KESIMPULAN ... 10

DAFTAR PUSTAKA ... 11

LAMPIRAN ... 14

(10)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Dewasa ... 3 Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa ... 4

(11)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

(12)

xii

ABSTRAK

Insiden terjadinya kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi sehingga membutuhkan perhatian serius. Pada proses pengobatan demam berdarah pada pasien demam berdarah sangat mungkin ditemukan kesalahan, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan obat lebih dari satu dan pengobatan cenderung berlangsung lama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola pengobatan pasien DBD dewasa pada Rumah Sakit Panti Nugroho pada periode Juli-Desember 2015.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada pola pengobatan pasien DBD dewasa. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan pada pasien dewasa ≥18 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.

Terdapat 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dan diperoleh hasil yakni dengan obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.

(13)

xiii

ABSTRACT

The incidence of dengue fever cases in Indonesia is high. Many error has been found in the treatment process of dengue fever. This problem occure because the patient receive more than one drug and the treatment process is too long. The main objective in this study is to describe the prescription pattern of dengue fever in patient at Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.

This research describes the prescription pattern of Dengue Haemorrage Fever (DHF) adult patients. Research data was obtained retrospectively with patient charactization. The characterization include adult patients ≥18 years old with a diagnosis of dengue fever that hospitalized in Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.

There are 43 cases that met the inclusion criteria. The drug most widely used in the treatment was the rehydration fluid (Ringer Lactate) and analgesic-antipyretic (Sanmol®). On this research, Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs) often used as analgesic-antipyretic. DHF patients condition were contraindicated with NSAIDs. Therefore, health professionals need to pay attention to using NSAIDs as analgesic-antipyretic in patients with DHF.

(14)

1

PENDAHULUAN

Insiden terjadinya demam berdarah di dunia meningkat 30 kali lipat dalam kurun waktu 50 tahun (WHO, 2009). Demam berdarah dengue di Indonesia muncul pertama kali pada tahun 1968. Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama di Indonesia. Sejak tahun tersebut terjadi peningkatan persebaran kasus ke-32 provinsi (97%) dan 382 kabupaten/kota (77%). Di Indonesia ditemukan rekor tertinggi terjadi pada tahun 2007-2009 dengan jumlah kasus berkisar 150.000-160.000 (WHO, 2009 dan Kementrian Kesehatan RI, 2010).

Pada tahun 2012, jumlah kasus DBD di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebanyak 1000 kasus dengan jumlah kematian 2 orang di Kota Yogyakarta. Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta memilki 5 kabupaten, salah satunya adalah Kabupaten Sleman. Kabupaten Sleman memiliki jumlah kasus kejadian DBD cukup tinggi pada tahun tersebut, dengan angka kejadian 236 kasus (Dinas Kesehatan Yogyakarta, 2012). Menurut data Profil Kesehatan Indonesia (2014), angka kejadian DBD sudah memenuhi target Renstra 2014 dengan angka target Renstra yakni ≤ 51 per 100.000 penduduk dan realisasi di tahun 2014 yaitu 39.8 per 100.000 penduduk.

Proses penyembuhan penyakit DBD membutuhkan terapi bersifat suportif. Proses terpai DBD membutuhkan waktu yang panjang dan melibatkan banyak pihak antara lain dokter, apoteker, perawat, pasien dan keluarga pasien. Penatalaksanaan yang sesuai guna mendapatkan kualitas terapi yang maksimal. Tenaga kesehatan terutama farmasis wajib untuk memberikan pelayanan kesehatan dan mutu perawatan kepada pasien untuk mencegah terjadinya masalah dalam terapi pengobatan pasien. Masalah tekait penggunaan obat terapi merupakan fokus bagi seorang farmasis dan juga tenaga kesehatan lainnya.

Penyakit demam berdarah dengue memerlukan penelaahan secara seksama dikarenakan hal-hal adanya beberapa problem sebagai berikut, kecenderungan meningkatnya jumlah kasus penderita dewasa, perubahan lingkungan yang menyebabkan meningkatnya jumlah vektor penyakit demam berdarah, dan kemampuan vektor tersebut untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan (Nasronudin, 2007 dan Riskesdas, 2007).

(15)

2

periode tahun 2015 belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik dan mendeskripsikan pola pengobatan DBD pada pasien dewasa Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.

METODE

Penelitian ini bersifat non ekperimental, dengan jenis penelitian deskriptif yang memberikan gambaran terkait evaluasi pada pengobatan pasien DBD dewasa. Rancangan penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian dilakukan di Rumah Sakit Panti Nugroho Kabupaten Sleman, dengan menggunakan data restropektif berupa rekam medik pasien DBD dewasa periode Juli-Desember 2015.

Kriteria inklusi objek penelitian ini adalah rekam medik pasien dewasa yang terdiagnosis DBD berdasarkan diagnosis yang ditulis oleh dokter pada rekam medik. Usia pasien dewasa yaitu ≥18 tahun dan menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho. Menurut Mutiara (2003), usia dewasa adalah usia ≥ 18 tahun. Kriteria eksklusi dari penelitian ini adalah rekam medik yang tidak lengkap dan pasien yang menmiliki penyakit lain (komorbiditas).

Pengumpulan data dilakukan dengan menyalin data rekam medik pada lembar form pengambilan data penelitian. Lembar form kemudian diuji coba sehingga instrumen penelitian tersebut dapat digunakan untuk mencatat yang benar-benar dibutuhkan. Terdapat populasi kasus sebanyak 50 kasus rawat inap RS Panti Nugroho periode Juli-Desember 2013. Kasus yang tidak dimasukan dalam objek penelitian sebanyak 7 kasus, 4 kasus karena dijadikan sebagai objek uji instrumen dan 3 kasus karena pasien mende rita diabetes, hipertensi dan ISK. Jadi, total kasus yang dianalisis sejumlah 43 kasus.

Data yang diperoleh diolah dalam bentuk deskriptif meliputi karakteristik pasien dan pola pengobatan yang ditampilkan dalam bentuk tabel. Wawancara dilakukan ke satu orang dokter penulis resep untuk bertanya maksud dan tujuan terapi.

Karakteristik pasien dilakukan dengan penggambaran umum dari pasien DBD dewasa meliputi jenis kelamin, lama perawatan dan usia. Pengelompokan usia pasien dewasa dibagi sebagai berikut : usia 18-25 tahun dewasa muda (young adult), usia 25-64 tahun (middle

years) (Mutiara, 2003). Gambaran pola pengobatan dilakukan dengan mendeskripsikan

(16)

3

cara pemberian obat dan bentuk sediaan obat. Pengelompokan golongan obat mengacu pada ISO Indonesia (2012). Pedoman utama yang digunakan adalah Modul Pengendalian Demam Berdarah Dengue di Indonesia (2011), Guidelines on Clinical Management of DF dan Dengue

Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention, And Control (2009).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pasien DBD Dewasa

Jumlah keseluruhan objek penelitian dalam penelitian ini adalah 43 rekam medik pasien. Karakteristik pasien dibagi menjadi 3 bagian yakni, jenis kelamin, usia dan lama perawatan. Karakteristik pasien DBD dewasa disajikan pada Tabel 1.

Pasien DBD dewasa pada penelitian ini lebih banyak laki-laki. Menurut Kemenkes (2010), angka kejadian DBD tidak tergantung dari jenis kelamin yang artinya resiko untuk terkena penyakit DBD untuk laki-laki dan perempuan hampir sama.

Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Dewasa

No Pengolongan Demografi Jumlah n=43 Persentase %

1 Jenis Kelamin Laki-laki 28 65,1

Perempuan 15 34,9

2 Usia Dewasa muda (18-25

tahun) 22 51,2

Dewasa penuh (25-64

tahun) 21 48,8

3 Lama Perawatan 2 hari 1 2,3

3 hari 3 7,0

4 hari 7 16,2

5 hari 12 28,0

6 hari 7 16,2

7 hari 9 21,0

8 hari 3 7,0

9 hari 1 2,3

Usia menurut pembagian Mutiara (2003) yakni, 18-25 tahun dewasa muda (young

adult) sebanyak 51,2% dan usia 25-64 tahun (middle years) sebanyak 48,8% (Mutiara, 2003).

Lama perawatan pasien DBD dewasa didapatkan pasien dengan lama perawatan 5 hari merupakan jumlah yang paling tinggi dengan persentase 28 % kemudian diikuti dengan lama perawatan 7 hari dengan persentase 16,2 %. Menurut WHO (2009), perjalanan penyakit DBD sampai ke fase penyembuhan yakni 10 hari.

(17)

4

Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa

Hasil deskripsi pola pengobatan pasien DBD dewasa dapat dilihat pada Tabel. 2. Jenis cairan rehidrasi yang diberikan adalah kristaloid yakni ringer laktat. Dosis pemberian cairan pada pasien DBD dewasa RS Panti Nugroho adalah 500 cc tiap 4-5 jam dengan 40 tetes permenit. Pemberian dosis ini sudah sesuai dengan Kemenkes (2004) yakni, pemberian cairan rehidrasi pada orang dewasa adalah 500 cc tiap 4 jam.

Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa

No Pola Pengobatan Jenis obat Dosis Obat Jumlah Persentase (%) 1 Golongan

Obat

Rehidrasi Ringer laktat 500 cc/4-5 jam 43 100

Analgesik-antipiretik

Paracetamol 3x1 tablet/hari

(500 mg) 12 28

Sanmol® 2x1/hari (1g/100 ml)

3x1/hari (1g/100 ml)

3x1 tablet/hari (500mg)

18 41,8

Antrain® 1 ampul/hari (1g/2ml) 1x1 tablet/hari (500 mg)

6 14

Pethidin® 1 ampul/hari

(50mg) 1 2,3

Analsik® 3x1 tablet/hari 4 9,3 Procolic® 2x1 tablet/hari 1 2,3 Sumagesic® 1x1 tablet/hari

(600mg) 1 2,3

Sistenol® 3x1 kaplet/hari

5 11,6 4x1 kaplet/hari

Vitamin dan mineral

Curcuma FCT® 3x1 tablet/hari 9 21 Lesichol® 3x1 kapsul/hari

(300mg) 5 11,6

Formuno® 1x1 kaplet/hari 7 16,2 Isprinol® 3x1 tablet/hari

(500mg) 3 7

Elkana® 3x2 sendok

teh/hari 3 7

Imunos® 1x1 tablet/hari 1 2,3 Sanfuliq® 2x1 kaplet/hari 4 9,3 Proza® 2x1 kaplet/hari 7 16,2 Kalipar® 3x1 tablet/hari

(300mg) 1 2,3

Antibiotik Cefriaxon 1x1 vial/hari(500

(18)

5

2x1 vial/hari (250mg) Thiampenicol 3x1 kapsul/hari

(500 mg)

2

4,6

Obat untuk Saluran Cerna

1.Antitukak

Omeprazole 1x1 ampul/hari (40mg) 1 ampul/12 jam (40mg)

2 4,6

Pumpisel® 2x1 vial/hari (40mg) 1x1 vial/hari (40mg)

Pantozol® 1x1 tablet/hari

(40mg) 2 4,6

Pumpitor® 2x1 kapsul/hari

(20mg) 3 7

Acran® 1 ampul/hari

(50mg/2ml) 3 7

Ranitidin 2x1 tablet/hari (150mg) 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml

12 28

Episan® 3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml)

5 11,6

2.Antiemetik

Ondansentron 3x1 ampul/hari (4mg)

2x1 ampul/hari 4 mg

15 34,8

Lametic® 1 ampul/12 jam (2mg/ml) sediaan 4 ml

1 2,3

Kliran® 2x1 ampul/hari

(4mg) 4 9,3

Kortikosteroid Metilprednisolon 2x1 vial/hari (125mg) 3x1 tablet/hari (4mg)

4 9,3

Diuretik Lasix® 2x1

ampul/hari(20mg /2ml)

1 ampul/hari (20mg/2ml)

3 7

(19)

6

1x1 tablet/hari (20mg)

2 Cara Oral

43 100

Pemberian

Obat Parenteral 43 100

3 Bentuk Sediaan

Oral Kaplet 1 2,3

Tablet 3 7,0

Sirup 7 16,2

Kapsul 12 28,0

Parenteral Injeksi 7 16,2

Infus 9 21,0

A. Golongan dan Jenis Obat

1. Analgesik-Antipiretik

Pada penelitian ini analgesik-antipiretik digunakan pada kasus (69,8%). Kasus DBD biasanya diawali dengan fase demam, fase demam akan berlangsung 2-7 hari. Pemberian analgesik-antipiretik diberikan untuk mengatasi demam, sakit kepala dan nyeri perut yang sering muncul pada pasien DBD. Penggunaan analgesik-antipiretik yang direkomendasikan paling tepat adalah Paracetamol (Kementrian Kesehatan RI, 2011).

Dari data hasil penelitian antipiretik dana analgesik digunakan yakni, Paracetamol, Sanmol®, Antrain®, Analsik®, Procolic®, Sumagesic®, dan Sistenol®. Sumagesic® dan Sanmol® adalah analgesik antipiretik dengan zat aktif Paracetamol. Paracetamol merupakan obat analgesik yang paling aman bagi pasien DBD, karena analgesik lain seperti asetosal dan ibuprofen yang bersifat antiplatelet berkontraindikasi dengan pasien DBD.

Sistenol® merupakan analgesik-antipiretik dengan kombinasi antara Paracetamol dan n-acetylcysteine. Pemberian kombinasi Parcetamol pada pengobatan DBD tidak sesuai dengan protokol penatalaksanaan DBD, karena antipiretik yang digunakan seharusnya adalah obat tunggal, tanpa adanya campuran dengan zat aktif lain (Setyoputranto, 2005).

Antrain®, Analsik® dan Procolic® merupakan obat analgesik-antipiretik dengan zat aktif golongan dipiron (NSAID). Antrain® adalah obat dengan komposisi zat aktif yakni Metamozole HCl. Analsik® adalah obat analgesik dengan kombinasi Methampyrone, diazepam, Echinacea purpurea, Phyllanthus niruri, Black elderberry, Zn picolinate dan vitamin C. Procolic® adalah obat analgesik dengan zat aktif yakni Metamizole, hyoscine-N-butylbromide (MIMS, 2017).

(20)

7

Pethidin® merupakan obat analgesik kuat golongan opioid dengan zat aktif meperidine untuk mengatasi nyeri sedang hingga berat. Analgesik ini biasa digunakan apabila pemberian analgesik biasa tidak menunjukan respon. Dosis penggunaan dapat ditingkatkan apabila terjadi toleransi. Pada tatalaksana DBD tidak dicantumkan penggunan analgesik opioid sebagai pilihan mengatasi nyeri yang dirasakan pasien DBD (MIMS,2017).

Metampyron dan metamizole merupakan obat dipiron yang termasuk golongan obat NSAID, penggunaan NSAID diindikasikan untuk mengatasi nyeri pasien dan sebagai antipiretik. Penggunaan NSAID dari data yang diperoleh paling banyak menggunakan Analsik® dan Antrain®. Penggunaan obat dipyron pada pasien DBD dapat menyebabkan penurunan jumlah platelet dan meningkatkan resiko dari penyakit DBD (Quijano et al., 2005). Pasien DBD sebaiknya dihindarkan dari penggunaan NSAID, karena penderita DBD umumnya terjadi trombositopenia dan hal ini kontraindikasi dengan penggunaan NSAID (Ministry of Health, 2009).

Mekanisme dari NSAID adalah menghambat enzim siklooksigenase 1 (COX-1) dan siklooksigenase 2 (COX-2). Enzim COX-1 dapat menginduksi tromboksan A2. Fungsi tromboksan A2 yakni memperkuat agregasi trombosit untuk mencegah terjadinya perdarahan. Penggunaan obat NSAID pada pasien DBD, sebaiknya dihindarkan karena dapat memperparah kondisi pendarahan yang dialami pasien (Kotter et al., 2014 dan Patterson et al, 2016).

2. Vitamin dan Mineral

Bedasarkan data penelitian vitamin yang diberikan yakni Curcuma FCT®, Formuno®, Elkana®, Imunos®, Sanfuliq®, Proza® dan Lesichol®. Pemberian vitamin untuk pasien DBD bersifat suportif untuk memulihkan kondisi pasien (Kalayanarooj, 2011). Pemberian vitamin dan mineral pada pasien DBD juga untuk membantu memelihara fungsi hati. Pasien DBD cendrung mengalami hepatomegali (pembesaran hati), pembesaran hati pada umumnya dapat ditemukan pada permulaan penyakit. Derajat pembesaran hati tidak sejajar dengan beratnya penyakit, namun nyeri saat ditekan pada daerah hati berhubungan dengan adanya pendarahan (Kemenkes, 2004).

3. Obat untuk Saluran Cerna

(21)

8

didapatkan obat anti tukak yanng diberikan yakni, Omeprazole, Pumpisel®, Panloc®,

Pantozol®, Pumpitor®, Episan® dan Ranitidin. Pumpisel®, Panloc®, Pumpitor® dan

Pantozol® merupakan obat antitukak golongan Proton Pump Inhibitor (PPI) sedangkan Episan® merupakan antitukak denganz at aktif sucralfat. Pasien paling banyak mendapatkan obat antitukak golongan H2RA yakni Ranitidin.

Pertimbangan pemberian antitukak yakni manifestasi klinis yang paling sering muncul pada pasien DBD adalah terjadinya pendarahan pada gastrointestinal (Wulandari, 2009). Oleh sebab itu, obat antitukak diperlukan untuk melindungi lambung dari asam yang dapat menimbulkan tukak lambung parah, akibat kondisi mukus lambung yang rusak akibat pendarahan serta untuk mengatasi keluhan nyeri lambung (Rajapakse et al, 2014). Pemberian antitukak yang direkomendasikan adalah Ranitidin IV atau PPI yakni Pantoprazol (Ministry of

Health, 2009).

Pasien juga mengkonsumi antiemetik untuk mengatasi mual, antiemetik yang paling sering digunakan adalah Ondansentron (Lihat Tabel 2). Pertimbangan pemberian antiemetik ialah pasien DBD cendrung sering merasa mual dan rasa tidak nyaman di perut. Pemberian antiemetik yang direkomendasikan oleh Ministry of Health, (2009) adalah Domperidon. 4. Antibiotik

Antibiotik biasanya digunakan untuk mengatasi infeksi bakteri. Pada kasus terdapat penggunaan antibiotik sebanyak 11,6 %. Pada pasien DBD pertahanan tubuh menurun dan dapat terjadi leukopenia, pada kondisi tersebut tubuh cendrung rentan terkena infeksi bakteri (profilaksis). Obat antibiotik yang digunakan pasien rawat inap RS. Panti Nugroho adalah Thiampenicol dan Cefriaxon (Lihat Tabel 2).

5. Kortikosteroid

Penggunaan kortikosteroid pada pasien DBD di RS. Panti Nugroho sebesar 9,3%. Kortikosteroid yang digunakan di RS Panti Nugroho adalah metilprednisolon. Pemberian metilprednisolon ada secara oral dan parenteral.

Kortikosteroid biasanya digunakan untuk menangani edema otak pada enselopati

dengue yang merupakan manifestasi syok berkepanjangan, tetapi kontraindikasi pada DSS

(22)

9

kortikosteroid juga biasanya untuk mengatasi reaksi alergi misal gatal-gatal dan kemerahan dikulit akibat injeksi ataupun transfusi (Wulandari, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Tham et al., (2012), pemberian kortikosteroid pada pasien DBD tidak lebih efektif daripada tanpa pemberian kortikosteroid dalam memperbaiki manifestasi klinis, hasil pemeriksaan laboratorium, lama perawatan, kebutuhan transfusi darah, serta kejadian mual muntah. Kortikosteroid juga dikatakan tidak efektif untuk menangani syok pada DBD dan dapat menyebabkan pendarahan gastrointestinal (Ministry of

Health, 2009). Pada kasus pasien tidak mengalami edema otak ataupun reaksi alergi, hal ini

mungkin karena pencatatkan data rekam medik yang tidak lengkap. 6. Diuretik

Diuretik yang digunakan adalah Lasix®, penggunaan diuretik di RS. Panti Nugroho sebesar 9,3%. Pemberian diuretik pada pasien ada secara oral dan parenteral (Lihat Tabel 2).

Penggunaan Lasix® sebagai diuretik pada kasus 6 dan 16 tidak diperlukan. Hasil wawancara dengan dokter, pemberian diuretik karena pasien DBD mengalami kebocoran plasma sehingga terjadi pembengkakkan dan biasa ditandai dengan rasa sesak pada pasien. Diuretik biasanya digunakan untuk mengatasi tanda-tanda kelebihan cairan seperti, asites (pengumpulan cairan di rongga abdomen) dan udem paru (pengumpulan cairan dalam pleura). Diuretik digunakan untuk segera mengeluarkan cairan tersebut agar tidak timbul komplikasi lain yang membahayakan seperti sesak nafas (Kalayanarooj, 2011). Pada kasus tidak dijelaskan pasien mengalai sesak atau pembengkakkan, hal ini mungkin karena informasi data rekam medik yang tidak lengkap.

B. Cara Pemberian dan Obat Bentuk Sediaan Obat

(23)

10

Pemberian obat secara oral mempunyai segi keuntungan yakni mudah digunakan, tidak memerlukan peralatan tertentu dalam penggunaannya, pasien merasa lebih nyaman dalam penggunaannya karena tidak ada rasa sakit, efektif dan praktis. Kekurangan pemberian obat secara oral adalah respon yang lambat jika dibandingkan dengan parenteral dan tidak memungkinkan diberikan pada pasien dalam kedaaan tidak sadar (Sanjoyo, 2015).

Pemberian obat secara parenteral mempunyai segi keuntungan yakni, kecepatan efek obat jika dibandingkan dengan pemberian secara oral lebih cepat kemudian dapat diberikan pada pasien bisa dalam keadaan tidak sadar. Kerugian dari cara pemberian parenteral adalah pemberiannya memberikan rasa tidak nyaman pada pasien dalam hal ini nyeri saat pemberian obat (Ningrum, 2015 dan Sanjoyo, 2015).

KESIMPULAN

Dari penelitian mengenai “Pola Pengobatan Demam Berdarah Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman Yogyakarta” obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan

(24)

11

Daftar Pustaka

American Pharmacists Association and the National Association of Chain Drug Stores Foundation, 2008. Medication therapy management in pharmacy practice: Core elements of an MTM service model (version 2.0), Journal of the American

Pharmacists Association. (3), p.348.

Badan Pengawasan Obat dan Makanan Republik Indonesia, 2006, Tentang Obat Tradisional

Mengandung Bahan Kimia Obat, BPOM Indonesia, Jakarta.

Cipolle,R.J., Strand,L.M., and Morley,P.C., 2012. Pharmaceutical Care Pratice: The

Patient-centered Approach to Medication Management Service. Third Edition, McGraw-Hill

Education, pp.178-179.

Departemen Kesehatan RI, 2004. Pengobatan Demam Berdarah Dengue di Indonesia. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 51.

Dinas Kesehatan Daerah Istimewa Yogyakarta, 2012. Profil Kesehatan Daerah Istimewa

Yogyakarta Tahun 2012. Yogyakarta, hal.114.

Kalayanarooj,S., 2011. Clinical Manifestation and Management of Dengue/DHF/DSS,

Tropical Medical and Health. (39). pp. 83-87.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Profil Kesehatan Indonesia 2009. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 47.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2010. Buletin Jendela Epidemiologi Topik Utama

Demam Berdarah Dengue. Pusat Data dan Surveilans Epidemiologi Kementrian

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, hal. 1-4.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2011. Modul Pengendalian Demam Berdarah

Dengue. Kemenkes RI Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan

Lingkungan, Jakarta, hal.73-75.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2014. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

(25)

12

Lardo,S., 2013. Penatalaksaan Demam Berdarah Dengue dengan Penyulit, CDK, (40). hal. 656-650

Maher,R.,L., Hanlon,J., and Hajjar,E.,R., 2013. Clinical Consequences of Polypharmacy in Eldery, Expert Opinion Drug Safety. (9). hal 1-9

MIMS, 2017. Search Drug Information, MIMS (online), http://www.mims.com/indonesia diakses 3 April 2017

Ministry of Health, 2009., Guideline on Clinical Management of Dengue Fever/Dengue

Haemorrhagic Fever, Epidemiological Unit, India, pp. 10-11

Mutiara,E., 2003. Karakteristik Penduduk Lanjut Usia Di Provinsi Sumatera Utara Tahun 1990, USU Digital Library. hal. 2

Ningrum, R.,A., 2015. Sekali Merengkuh Interferon, Tiga Aktivitas Terlampaui, BioTrends, (1). Hal 22-25

Patterson,J., Sammon,M., and Garg,M., 2016. Dengue, Zika and Chikungunya: Emerging Arboviruses in the New World, Western Journal of Emergency Medicine. (17). pp. 671-679

Quijano,D., Centeno,V., and Vega, 2005. Effectiveness of Early Dipyrone Administration on Severityof Dengue Virus Infection in A Propective Cohort, Enferm Infecc Microbiol

Clinic (10) hal. 59-68

Rajapakse,S., Rodrigo,C., Maduranga,S., and Rajapakse, A.C., 2014. Corticosteroids in the Treatment of Dengue Shock Syndrome, Infection and Drug Resistance. (7). pp. 137-143.

Rizky,Z., Mukaddas,A., dan Faustine,I., 2011. Identifikasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Anak Demam Berdarah Dengue (DBD) di Instalasi Rawat Inap RSUD Undeta Palu Tahun 2011, Online Jurnal of Natural Science. (3). hal. 99-107.

Sanjoyo, R., 2015. Obat (Biomedik Farmakologi), Web UGM (Online), http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf, diakses 3 April 2017

Setyoputranto,N.,P.,W., 2005. Pola Peresepan Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Non Komplikasi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta Tahun 2002,

(26)

13

Singhi,S., Kissoon,N., and Bansal,A., 2007. Dengue and Dengue Hemorrhagic Fever: Management Issues in an Intensive Care Unit, Jornal de Pediatria. (83). p. 25.

Tam,D.T.H., Ngoc,T.V., Tien,N.T.H., Kieu,N.T.T., Thuy,T.T.T., Thanh,L.T.C., et al, 2012. Effect of Short-Course Oral Corticosteroid Therapy in Early Dengue Infection in Vietnames Patients: A Randomized, Placebo-Controlled Trial, Clinical Infection

Disease. Pp. 1-9

Wulandari,B.,A., 2009. Evaluasi Drug Related Problem (DRPs) pada Pasien Anak Dengue

Shock Syndrome (DSS) Di Instalasi Rawat Inap RSUP.DR. Sardjito Yogyakarta Tahun

2008, Skripsi, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

World Health Organization, 2009., Dengue Guidelines For Diagnosis, Treatment, Prevention,

And Control, WHO Press, France, pp. 3-5.

Yasin,N.M., Sunowo,J., dan Supriyanti,E.,2009, Drug Related Problem (DRP) dalam Pengobatan Dengue Hemoraggic Fever (DHF) pada Pasein Pediatrik, Majalah

(27)

14

(28)

15

(29)

16

Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg Echinacea purpurea dry extr 250 mg, 3x1 tablet/hari 1x1 kaplet/hari

2x1 vial/hari (40mg)

1-4 kaplet/hari 1-3 kaplet/hari

1 vial (40 mg) IV Paracetamol

Injeksi Ondansentron

Paracetamol

Ondansentron

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

3x1 ampul/hari (4mg)

500 mg –1000 mg/ hari.

Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari. Paracetamol

Injeksi Ondansentron Procolic®

Antasida Doen® Ranitidin

Metamizole 250 mg, hyoscine-N-butylbromide 10 mg

Ranitidin

Omeprazole

Omeprazole

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

3x1 ampul/hari (4mg) 2x1 tablet/hari

3x1 tablet/hari 2x1 tablet/hari (150mg)

2x1 kapsul/hari (20mg)

1 ampul/12 jam

500 mg –1000 mg/ hari.

Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari. 1-2 tablet 3x

3-4 tablet/hari 150 mg 2x sehari, 300mg/hari. Maksimal 300mg Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik 40mg/hari Injeksi Sanmol®

Pantoprazole

Paracetamol

500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 vial/hari (40mg)

2x1/hari (1g/100 ml)

(30)

17

1x1 kaplet/hari

3x1 tab/hari (500mg)

1-3 kaplet/hari

50mg/kgBB/hari

Injeksi Sanmol® Pumpitor®

Methampyrone 500 mg, diazepam 2 mg

Sucralfat

Paracetammol Omeprazole

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1/hari 1 g/100 ml 2x1 kapsul/hari

1-4 tablet/hari

10ml 4 kali sehari (4g)

500mg-4g/hari Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik

Infus Ondansentron Injeksi Panloc®

Injeksi

Metilprednisolon Lesichol®

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

K-I Aspartat

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Furosemid

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

3x1 ampul/hari (4mg)

1 ampul/24 jam (40mg)

2x1 vial/hari (125mg)

3x1 kapsul/hari (300mg)

3x1 tablet/hari (300mg) 2x1 kaplet/hari

1 ampul/12 jam

500 mg –1000 mg/ hari.

Maksimal 4g/hari 4-8 mg/hari.

40 mg/hari

10-500 mg/hari

1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

1-3 tablet/hari

1-3 kaplet/hari

(31)

18

Pethidine Opioid

(20mg/2ml)

1 ampul/hari (50mg)

single dose Edema otak : 20-40mg 3x sehari Nyeri : 25-50mg tiap 4 jam

Injeksi Parenteral

7 172 909

50 P DF 4 Ringer laktat Proza®

Injeksi Ondansentron Sanmol®

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Paracetamol

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 kaplet/hari

2x1 ampul/hari 4 mg

3x1 tablet/hari (500mg)

1-3 kaplet/hari

4-8 mg/hari.

500mg-4g tablet/hari

Infus Ondansentron Thiampenicol

Paracetamol

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg)

3x1 ampul/hari (4mg)

3x1 kapsul/hari (500 mg)

500mg-4g tablet/hari 4-8 mg/hari.

1,5g/dosis terbagi

Infus

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ondansentron

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1 kaplet/hari

2x1 kaplet/hari (4mg)

500mg-4g tablet/hari 500mg-4g/hari

1 kaplet/hari

(32)

19

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Paracetamol

Sucralfatt

1 ampul/12 jam (40mg) 2x1 kaplet/hari

3x1 kapsul/hari

3x1 tablet/hari (500mg)

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml)

500 cc/tiap 4-5 jam

40 mg/hari

1-3 kaplet/hari

1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

500mg-4g

Injeksi Panloc® 1 ampul/24 jam

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg

Pantoprazol

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 kaplet/hari

3x1 kapsul/hari

3x1 kaplet/hari

1 ampul/24 jam (40mg)

1-3 kaplet/hari

1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

3x1 kaplet/hari

40mg/hari

Thiampenicol

Ondansentron Paracetamol

Thiampenicol

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 ampul/hari (4mg)

3x1 tablet/hari (500mg)

3x1 kapsul/hari (500 mg)

4-8mg/hari

500mg-1000mg Maksimal 4g/hari

1,5mg/ dosis

(33)

20

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

2x1 kaplet/hari

2x1 kapsul/hari

500 mg –1000 mg/ hari.

Maksimal 4g/hari 1-3 kaplet/hari

1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

Infus Ondansentron Injeksi Antrain

Injeksi Acran

Sanmol®

Lesichol®

Injeksi Panloc®

Proza®

Metamizole Na

Ranitidin HCl

Paraceamol

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Pantoprazol

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 ampul/hari (4mg)

1 ampul/hari (1g/2ml)

1 ampul/hari (50mg/2ml) 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 kapsul/hari

1 ampul/24 jam (40mg) 2x1 kaplet/hari

4-8mg/hari

500mg tiap 6-8 jam

50 mg 6-8 jam

500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

40 mg/hari

1-3 kaplet/hari

(34)

21

Ondansentron Sumagesic®

Paracetamol

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Ondansenttron

Paracetamol

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 kapsul/hari

3x1 ampul/hari (4mg)

1x1 tablet/hari (600mg)

500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

4-8mg/hari

3-4 kali/hari

Infus Ondansentron Sanmol®

Antrain®

Lasix®

Theragran®

Ondansentron

Paracetamol

Metamizole Na

Furosemid

Vit A 10,000 IU, vit B1 10 mg, vit B2 10 mg, vit B6 5 mg, vit B12 5 mcg, vit C 200 mg, vit D 400 IU, Ca pantothenate 20 mg, niacinamide 100 mg, K iodide 150 mcg, Fe 12 mg, Mg 65 mg, manganese 1 mg, copper 2 mg, Zn 1.5 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari

3x1 tablet/hari (500mg)

1x1 tablet/hari (500 mg)

1 ampul/hari (20mg/2ml)

1x1 tablet/hari

4-8mg/hari

500mg-1000mg/hari. Maksimal 4g 1 tablet/hari. Bila rasa nyyeri masih ada 1 tab 6-8 jam Edema : 20-80mg single dose Edema otak : 20-40mg 3x sehari 1x1 tablet/hari

(35)

22

Elkana®

Metilprednisolon

Vitamin A 2.400 IU, Vitamin B1 4 mg, Vitamin B2 1,2 mg, Vitamin B6 1,2 mg, Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 60 mg, Vitamin D 400 IU, Nikotinamid 16 mg, Kalcium Pantotenat 6 mg, Kolin 12 mg, Inositol 12 mg, Kalsium Glukonat 300mg, Kalsium Hipofosfit 20mg, Natrium Hipofosfit 20mg, I – Lisina HCl 200mg.

Metilprednisolon

3x2 sendok teh/hari

3x1 tablet/hari (4mg)

1-2 sendok/2 kali sehari Paracetamol

Curcuma FCT®

Ranitidin

Paracetamol

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

Ranitidin

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari

500-1000mg/hari. Maksimal 4g/hari 3 kali sehari 1-2 tablet

3-4 tablet/hari

Infus Paracetamol

Injeksi

Ondansentron Injeksi Omeprazol

Paracetamol

Ondansentron

Omeprazole

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

3x1 ampul/hari (4mg)

1x1 ampul/hari (40mg) Paracetamol

Analsik® Injeksi

Ondansentron Injeksi Cefriaxon

Paracetamol

Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg

Cefriaxon

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg

3x1 tablet/hari 2x1 ampul/hari (4mg)

1x1 vial/hari (500 mg)

(36)

23

20 142 264

43 L DF 6 Ringer laktat Injeksi Acran®

Injeksi Kliran® Injeksi Sanmol®

Episan®

Sanfuliq®

Isprinol® Injeksi Cefriaxon

Ranitidin HCl

Ondansentron Paracetamol

Sucralfat

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Methisoprinol

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (50mg/2ml)

2x1 ampul/hari (4mg) 2x1/hari (1g/100ml)

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1 kaplet/hari

3x1 tablet/hari 1x1 vial/hari (500 mg)

50 mg 6-8 jam

4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 10ml 4 kali sehari (4g)

1 kaplet/hari

50mg/kgBB/hari 1g/hari

Infus Injeksi

Injeksi Injeksi

Sirup

Kaplet

Tablet Injeksi

Parenteral Parenteral

Parenteral Parenteral

Oral

Oral

(37)

24

21 152 522

16 L DF 6 Ringer laktat Sanmol®

Ondansentron Imunos®

Echinacea (EFLA 894) 500 mg, Zn picolinate 10 mg, selenium 15 mcg, ascorbic acid 50 mg.

Metamizole Na

Furosemid

Vitamin A 2.400 IU, Vitamin B1 4 mg, Vitamin B2 1,2 mg, Vitamin B6 1,2 mg, Vitamin B12 4 mcg, Vitamin C 60 mg, Vitamin D 400 IU, Nikotinamid 16 mg, Kalcium Pantotenat 6 mg, Kolin 12 mg, Inositol 12 mg, Kalsium Glukonat 300mg, Kalsium Hipofosfit 20mg, Natrium Hipofosfit 20mg, I – Lisina HCl 200mg

Metilprednisolon

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg)

2x1 tablet/hari (4 mg) 1x1 tablet/hari

1x1 tablet/hari

1 ampul/hari (20mg/2ml)

3x2 sendok teh/hari

3x1 tablet/hari (4mg)

500-1000mg/hari. Maksimal 4g 4-8mg/hari 1 tablet/hari

(38)

25

22 153 136

18 L DF 5 Ringer laktat Injeksi Sanmol® 3x1/hari

Sanfuliq®

Pumpitor®

Paracetamol

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Omeprazole

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1/hari (1g/100 ml)

2x1 kaplet/hari

2x1 kapsul/hari (20mg)

500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 1 kaplet/hari

Dosis awal 20mg/hari, selanjutnya bisa ditingkatkan bila belum membaik

Infus

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 vial/hari (40mg)

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 1x1 kaplet/hari

2x1 kaplet/hari

1 vial (40 mg) IV per hari

10ml 4 kali sehari (4g)

1-3 kaplet/hari

1 kaplet/hari

Infus Injeksi Acran®

Injeksi Antrain ®

Injeksi Panloc®

Lesichol®

Ranitidin HCl

Metamizole Na

Pantoprazole

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6

500 cc/tiap 4-5 jam 1 ampul/hari (50mg/2ml)

1 ampul/hari (1g/2ml)

1 ampul/24 jam (40mg) 3x1 kapsul/hari (300mg) sehari (300mg)

(39)

26

Proza®

Pantozol®

mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Echinacea extr (polinacea) 250 mg, vit C 250 mg, Zn picolinate 10 mg. Per 5 mL syr Echinacea extr (polinacea) 125 mg, Zn picolinate 5 mg

Pantoprazole

2x1 kaplet/hari

1x1 tablet/hari (40mg)

1-3 kaplet/hari

20-40 mg/hari

Kaplet Paracetamol

Injeksi Ondansentron

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500 mg)

3x1 ampul/hari (4mg/2ml) sediaan 2ml

Injeksi Antrain®

Formuno® 1x1 tablet/hari (20mg) 3x1 tablet/hari (500mg)

1 ampul/hari (1g/2ml)

1x1 kaplet/hari

20-80mg/hari

500-1000mg/hari. Maksimal 4g 500mg tiap 6-8 jam

1-3 kaplet/hari

Infus

Injeksi Lametic®

Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg

Pantoprazol

Ondansentron HCl

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 kaplet/hari

1x1 tablet/hari (40mg) 1 ampul/12 jam (2mg/ml) sediaan 4 ml

3x1 kaplet/hari

20-40 mg/hari

IV: 8mg 2x sehari Injeksi Ranitidin

Injeksi Ondansentron

Ranitidin

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml

2x1 ampul/hari (4mg/2ml) sediaan

(40)

27

Ranitidin

Injeksi Antrain®

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ranitidin

Metamizole HCl

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg)

1 ampul/hari (1g/2ml)

1 kaplet/hari

150 mg 2x sehari, 3x1 tablet/hari (500mg)

500-1000mg/hari. Mkasimal 4g

Infus

Ranitidin

Sistenol®

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

Ranitidin

Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg) 3x1 kaplet/hari

3 kali sehari 1-2 tablet

150 mg 2x sehari, 300mg/hari. 3x1 kaplet/hari

Infus Paracetamol

Curcuma FCT®

Ranitidin

Ondansentron

Paracetamol

Curcuma longa rhizome extr (Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg Ranitidin

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg)

2x1 tablet/hari (4mg)

500-1000mg/hari. Maksimal 4g 1 kaplet/hari

150 mg 2x sehari,

Curcuma FCT® Curcuma longa rhizome extr

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari

500-1000mg/hari. Maksimal 4 g 1 kaplet/hari

(41)

28

Injeksi Ranitidin

(Curcuminoid 95%) 150 mg, silybin phospholipids 140 mg, Schizandrae fructus extr 135 mg, choline L-bitartrate 150 mg, vit B1 1 mg, B2 1.2 mg, B6 2 mg, B12 2.4 mcg, vit E 15 mg

2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml

50mg/hari Injeksi Parenteral

34 111

Injeksi Ranitidin

Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg

Ondansentron

Paracetamol

500 cc/tiap 4-5 jam 4x1 kaplet/hari

1x1 ampul/hari (4mg/2m) 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 ampul/hari (25mg/ml) sediaan 2 ml

3x1 kaplet/hari

4-8mg/hari

Injeksi Sanmol®

Injeksi Cefriaxon Injeksi

Metilprednisolon

Echinacea purpurea dry extr 250 mg, 1x1 kaplet/hari

3x1 sendok teh/hari (500mg/5ml) 2x1/hari (1g/100ml)

2x1 vial/hari (250mg) 2x1 vial/hari (125mg)

1-3 kaplet/hari

10ml 4 kali sehari (4g)

500-1000mg/hari. Maksimal 4g 1g/hari

10-500 mg/hari

Infus

Ranitidin

Injeksi

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg)

1x1 ampul/hari (4mg)

(42)

29

Ondansentron

37 165 690

21 P DF 7 Ringer laktat Paracetamol

Curcuma FCT®

Ranitidin

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

Ranitidin

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 2x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg) Injeksi Kliran® Injeksi

Pumpisel® Formuno®

Isprinol®

Injeksi Sanmol®

Ondansentron 2x1 ampul/hari (4mg)

2x1 vial/hari (40mg) 1x1 kaplet/hari

3x1 tablet/hari (500mg)

2x1/hari (1g/100ml)

4-8mg/hari

40-80mg 1-3 kaplet/hari

50mg/kgBB/hari

500-1000mg/hari. Maksimal 4g

Infus Paracetamol

Curcuma FCT®

Ranitidin

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari (500mg) 3x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg)

500-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2

Methampyrone 500 mg, diazepam 2mg Echinacea purpurea dry extr 250 mg, Phyllanthus niruri dry extr 50 mg, Black elderberry dry extr 300 mg, Zn picolinate 10 mg, vit C 100 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 tablet/hari 1x1 kaplet/hari

2x1 vial/hari (40mg)

1-4 kaplet/hari 1-3 kaplet/hari

(43)

30

Paracetamol 500 mg, n-acetylcysteine 200 mg

Pure lecithin (PPC 95%) 175 mg (300 mg for Lesichol-300 & 600 mg for Lesichol-600), vit B1 6 mg, vit B2 6 mg, vit B6 6 mg, vit B12 6 mcg, vit E 10 mg, nicotinamide 30 mg

Pantoprazol

Metamizole HCl

500 cc/tiap 4-5 jam 3x1 kaplet/hari

3x1 kapsul/hari

1 ampul/24 jam (40 mg/hari)

1x1 tablet/hari (40mg) 1x1 tablet/hari (500mg)

3x1 kaplet/hari

1-2 kap 3 kali sehari (300mg)

(40 mg/hari)

20-40 mg/hari

1 tablet/hari. Bila rasa nyeri masih ada 1 tab 6-8 jam Injeksi Antrain®

Paracetamol

Curcuma FCT®

Ranitidin

Metamozole HCl

Curcuma xanthorrhiza 20 mg

500 cc/tiap 4-5 jam 1x1 ampul/hari (1g/2ml) 3x1 tablet/hari (500mg)

2x1 tablet/hari

2x1 tablet/hari (150mg)

500mg tiap 6-8 jam

500mg-1000mg/hari. Maksimal 4g 3 kali sehari 1-2 Injeksi Kliran® Injeksi Sanmol®

Episan®

Ondansentron Paracetamol

Sucralfat

500 cc/tiap 4-5 jam 2x1 ampul/hari (4mg) 2x1/hari (1g/100ml)

3x1 sendok teh/hari (500/5ml)

4-8mg/hari 500-1000mg/hari. Maksimal 4g 10ml 4 kali sehari (4g)

(44)

31

BIOGRAFI PENULIS

Penulis skripsi dengan judul “Pola Pengobatan Demam Berdarah

Dengue Pada Pasien Dewasa Di Rumah Sakit Panti Nugroho Sleman

(45)

1

ABSTRAK

Insiden terjadinya kasus demam berdarah di Indonesia cukup tinggi sehingga membutuhkan perhatian serius. Pada proses pengobatan demam berdarah pada pasien demam berdarah sangat mungkin ditemukan kesalahan, hal ini dikarenakan pasien mendapatkan obat lebih dari satu dan pengobatan cenderung berlangsung lama. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gambaran pola pengobatan pasien DBD dewasa pada Rumah Sakit Panti Nugroho pada periode Juli-Desember 2015.

Jenis penelitian ini bersifat deskriptif yang mendeskripsikan pada pola pengobatan pasien DBD dewasa. Data diperoleh secara retrospektif berdasarkan pada pasien dewasa ≥18 tahun dengan diagnosis DBD yang menjalani rawat inap di Rumah Sakit Panti Nugroho periode Juli-Desember 2015.

Terdapat 43 kasus yang memenuhi kriteria inklusi dandiperoleh hasil yakni dengan obat yang paling banyak digunakan adalah cairan rehidrasi yakni Ringer Laktat dan analgesik-antipiretik yakni penggunaan Sanmol®. Pada hasil data penelitian cukup banyak ditemukan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik. Penggunaan NSAID berkontraindikasi dengan kondisi pasien DBD. Oleh karena itu, tenaga kesehatan perlu memperhatikan penggunaan NSAID sebagai analgesik-antipiretik pada pasien DBD.

(46)

2

ABSTRACT

The incidence of dengue fever cases in Indonesia is high.Many error has been found in the treatment process of dengue fever. This problem occur because the patient receives more than one drug and the treatment process is too long. The main objective in this study is to describe the prescription pattern of dengue fever in patient at Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.

This research describes the prescription pattern of Dengue Haemorrage Fever (DHF)in adult patients. Research data wasobtained retrospectively. The inclusion criteria is adult patients ≥18 years old with a diagnosis of dengue fever that hospitalized in Panti Nugroho Hospital on the period July-December, 2015.

There are 43 cases that met the inclusion criteria. The drug most widely used in the treatment was the rehydration fluid (Ringer Lactate) and analgesic-antipyretic (Sanmol®). On this research,Nonsteroidal Anti-Inflamatory Drugs (NSAIDs)often used as analgesic-antipyretic. DHF patients condition are contraindicated with NSAIDs. Therefore, health professionals need to pay attention in using NSAIDs as analgesic-antipyretic in patients with DHF.

Gambar

Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa ................................................
Tabel 1. Karakteristik Pasien DBD Dewasa
Tabel 2. Pola Pengobatan Pasien DBD Dewasa

Referensi

Dokumen terkait

Pada sistem informasi registrasi pasien rawat inap di RSUD Rantauprapat. yang

BAB III GAMBARAN UMUM DINAS PENDIDIKAN PROPINSI

Hasil penelitian ini menujukkan bahwa Pelaksanaan pengelolaan barang milik daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku di Kabupaten Bima belum dapat

(3) Peserta didik PAUD pada jalur pendidikan non formal adalah anak usia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun yang tidak terlayani pada PAUD jalur pendidikan formal..

Menimbang, bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut, Majelis Hakim berpendapat bahwa rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat telah pecah dan tidak ada harapan

Philips, TBK Surabaya Berdasarkan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya dengan Analisis Profil Multivariate , sedangkan pada penelitian ini membahas tentang kepuasan kerja

Serta data yang berasal dari referensi dan publikasi sumber yang relevan seperti LAN, PT Taspen, PT Asabri, Direktorat Perbendaharaan Negara, Direktorat Jenderal Perimbangan

Pendidikan di Indonesia saat ini cenderung lebih mengedepankan penguasaan aspek keilmuan dan kecerdasan, tetapi mengabaikan pendidikan karakter.Pengetahuan tentang