EFEKTIVITAS PEMAPARAN INVOLUNTARY ATTENTION TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT ATENSI MAHASISWA
Lindi Oktavia Dewi ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan
involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa. Peneliti memiliki
hipotesis bahwa pemaparan involuntary attention berupa video lanskap vegetasi dapat membantu peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan video lanskap urban. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 63 mahasiswa kategori dewasa awal. Eksperimen kuasi dengan tipe eksperimen laboratorium ini menggunakan desain
within subject dengan dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
Kelompok eksperimen diberi pemaparan berupa video lanskap vegetasi dan video lanskap urban. Data dianalisis menggunakan uji beda Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan penurunan milisekon pada fungsi atensi executive control (p = 0,006) dengan demikian hipotesis diterima. Sedangkan pada kelompok video lanskap urban tidak terdapat berbedaan yang signifikan (p = 0,675).
EFFECTIVENESS OF EXPOSURE INVOLUNTARY ATTENTION TO UNIVERSITY STUDENT’S ATTENTION LEVEL
Lindi Oktavia Dewi ABSTRACK
This experimental study aim to determine the effectiveness of exposure involuntary
attention to university student’s attention level. Researchers have hypothesized that the exposure of involuntary attention in the form of vegetation video landscape can help to increase direct attention to the students rather than urban landscape video. The subjects in this study were sixty-three early-adult-students. This quasi experiment with type of experiment laboratory used the design from within subject, with two experimental groups and one control group. The experimental group was given a presentation in the form of vegetation video landscape and urban video landscape. The data were analyzed using the differential test of Wilcoxon which indicate differences in declining milliseconds within the attention function of executive control (p = 0,006) so that the hypothesis is accepted. In the group of urban video landscape, there is no significant difference (p = 0,675).
EFEKTIVITAS PEMAPARAN INVOLUNTARY ATTENTION
TERHADAP TINGKAT ATENSI PADA MAHASISWA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh: Lindi Oktavia Dewi
NIM: 129114121
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN MOTTO
For I know the
plans
I have for
you
, declares the Lord,
plans to
prosper you
and
not to harm you
,
plans to give you
hope
and a
future
v
HALAMAN PERSEMBAHAN
Karya ini ku persembahkan untuk
Tuhan Yesus Kristus
Alam Semesta
Papa Didik, Mama Enny, Dikky
Saudara, Sahabat
dan untuk para Guru yang telah mengenalkanku pada
vii
EFEKTIVITAS PEMAPARAN INVOLUNTARY ATTENTION TERHADAP PERBEDAAN TINGKAT ATENSI MAHASISWA
Lindi Oktavia Dewi ABSTRAK
Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan
involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa. Peneliti memiliki
hipotesis bahwa pemaparan involuntary attention berupa video lanskap vegetasi dapat membantu peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan video lanskap urban. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 63 mahasiswa kategori dewasa awal. Eksperimen kuasi dengan tipe eksperimen laboratorium ini menggunakan desain within subject dengan dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi pemaparan berupa video lanskap vegetasi dan video lanskap urban. Data dianalisis menggunakan uji beda Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan penurunan milisekon pada fungsi atensi executive
control (p = 0,006) dengan demikian hipotesis diterima. Sedangkan pada
kelompok video lanskap urban tidak terdapat berbedaan yang signifikan (p = 0,675).
viii
EFFECTIVENESS OF EXPOSURE INVOLUNTARY ATTENTION TO
UNIVERSITY STUDENT’S ATTENTION LEVEL
Lindi Oktavia Dewi ABSTRACK
This experimental study aim to determine the effectiveness of exposure
involuntary attention to university student’s attention level. Researchers have hypothesized that the exposure of involuntary attention in the form of vegetation video landscape can help to increase direct attention to the students rather than urban landscape video. The subjects in this study were sixty-three early-adult-students. This quasi experiment with type of experiment laboratory used the design from within subject, with two experimental groups and one control group. The experimental group was given a presentation in the form of vegetation video landscape and urban video landscape. The data were analyzed using the differential test of Wilcoxon which indicate differences in declining milliseconds within the attention function of executive control (p = 0,006) so that the hypothesis is accepted. In the group of urban video landscape, there is no significant difference (p = 0,675).
x
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
berkat dan tuntunanNya saya dapat melalui proses penulisan skripsi hingga akhir
dan dapat terselesaikan dengan baik. Atas bimbinganNya melalui perantara Dosen
pembimbing dan orang-orang yang telah membantu bertukar pikiran, saya dapat
menemukan jalan keluar atas segala permasalahan yang saya hadapi selama
proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
hendak mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas
waktu dan bimbingan Bapak saat penulis mengalami kesulitan saat proses
penulisan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik
selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
4. Bapak TM. Raditya Hernawa, M. Psi., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi
yang mau mendengarkan dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya
meskipun di luar jadwal yang seharusnya dan Bapak belum resmi menjadi
xi
Terima kasih Bapak bersedia bertukar pikiran saat saya menemui kendala dan
masalah. Terima kasih juga sudah membantu mencari subjek penelitian.
5. Bapak Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M. Si., selaku Dosen mata
kuliah seminar, terima kasih Bapak sudah tertarik dengan judul saya sehingga
saya merasa percaya diri untuk melanjutkan rancangan penelitian saat seminar
hingga menjadi judul skripsi.
6. Ibu Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati M. Si., Psi., terima kasih Ibu mau
membantu saya mendapatkan jurnal utama yang sangat saya butuhkan.
7. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., yang telah membantu saya telah meluangkan
waktu untuk bertukar pikiran terkait penulisan skripsi saya.
8. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan
pengetahuan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
9. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta: Pak Gi, Mas Muji, Mas Gandung, dan Bu Nanik dengan ramah
membantu saya selama perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.
10.Dr. Terry Hartig selaku pembuat Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi
asli dan telah memberikan ijin untuk menggunakan PRS untuk keperluan
skripsi saya. Selain itu, juga memberikan jurnal pendukung skripsi saya.
11.William, selaku native speaker yang telah bersedia meluangkan waktu untuk
mengoreksi bahasa dari skala PRS asli dan skala PRS adaptasi. Abraham
Muria S. Ked., yang terlebih dahulu menggunakan Attention Network Test
xii
12.Bapak Susilo dan mas Chandra selaku Kepala Lab. Komputer Dasar dan
asisten Lab. Komputer Dasar yang mau bekerja sama dan mendukung
penelitian saya dengan memberikan ijin untuk menggunakan Lab. Komputer
Dasar dengan segala fasilitas di dalamnya.
13.Kedua Orang Tua dan Adikku yang menjadi sumber semangat dan selalu
menemaniku disaat aku menghadapi masalah, tempatku bercerita tentang
permasalahan dan keceriaan yang sedang ku alami selama proses penulisan
skripsi ini.
14.Gabriel Gradi yang telah memberikan ide skripsi yang sedikit gila namun
akhirnya menjadi kenyataan.
15.Rekan saya selama penulisan skripsi Regina Giovanny Sujadiyanto. Terima
kasih atas dukungan, kegilaannya, keluh kesah, deg-degannya, kepanikannya,
keceriaannya. Terima kasih sudah mau menjadi pelanggan perpus bersamaku.
Terima kasih tidak bosan mendengar kata-kata “Pie ki Ge”, “Pusing aku” dll.
16.Sahabat ku Sesilia Pradita yang selalu memberiku semangat dan tidak pernah
meninggalkan ku dalam keadaan suka maupun duka. Sisilia Paulina yang
selalu mengingatkanku untuk membuka laptop dan memberiku semangat saat
mengerjakan skripsi.
17.Teman-teman yang mendukung berjalannya eksperimen ini, terimakasih
Maria Vita yang menjadi teman berbagi dan bersedia menjadi asisten dalam
penelitian ini dan juga Ratna Indraswari, Ari, Shella, Jessica Dhoria, Clara,
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACK ... viii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xix
DAFTAR SKEMA ... xxi
DAFTAR GAMBAR ... xxii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 10
C. Tujuan Penelitian ... 10
D. Manfaat penelitian ... 10
xv
2. Manfaat Praktis ... 11
BAB II. LANDASAN TEORI ... 12
A. Atensi ... 12
1. Definisi Atensi ... 12
2. Fungsi Atensi ... 13
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi ... 15
B. Attention Restoration Theory (ART) ... 17
1. Definisi Attention Restoration Theory (ART) ... 17
2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART) ... 19
3. Directed Attention Fatigue (DAF) ... 20
4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed Attention Fatigue (DAF) ... 22
5. Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban ... 24
C. Micro-break ... 29
1. Definisi Micro-Break ... 29
2. Tipe Micro-Break ... 30
D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif ... 31
E. Dinamika Penelitian ... 33
F. Skema Penelitian ... 38
G. Hipotesis ... 38
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 39
A. Jenis Penelitian ... 39
xvi
C. Variabel Penelitian ... 40
1. Variabel Bebas ... 40
2. Variabel Terikat ... 41
3. Upaya Kontrol ... 41
D. Definisi Operasional... 43
1. Atensi ... 43
2. Involuntary Attention ... 43
E. Subjek Penelitian ... 44
F. Metode Pengumpulan Data ... 44
1. Alat dan Bahan Penelitian ... 44
2. Prosedur Persiapan Penelitian ... 44
3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 46
4. Tim Pelaksanaan Penelitian ... 46
G. Alat Pengumpulan Data ... 47
1. Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 48
2. Attention Network Test (ANT) ... 49
H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 52
1. Validitas ... 52
2. Reliabilitas ... 56
I. Metode Analisis Data ... 60
1. Uji Asumsi ... 60
2. Uji Hipotesis ... 61
xvii
A. Persiapan Penelitian ... 63
1. Persiapan Alat Penelitian ... 63
2. Persiapan Teknis Penelitian ... 66
B. Pelaksanaan Penelitian ... 67
1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 67
2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68
3. Observasi Pelaksanaan Penelitian ... 69
C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 70
D. Deskripsi Data Penelitian ... 71
E. Hasil Analisis Data ... 71
1. Uji Normalitas ... 71
2. Uji Homogenitas ... 73
3. Uji Hipotesis ... 73
4. Analisis Tambahan ... 77
F. Pembahasan ... 79
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86
A. Kesimpulan ... 86
B. Keterbatasan Penelitian ... 86
C. Saran ... 87
1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 87
2. Bagi Mahasiswa ... 88
3. Bagi Pemerintah ... 88
xviii
xix
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Desain Eksperimen Efektivitas Pemaparan Involuntary Attention
terhadap Tingkat Atensi pada Mahasiswa... 40
Tabel 2. Blue print Skala Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 49
Tabel 3. Reliabilitas Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi adaptasi ... 57
Tabel 4. Uji Normalitas Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59
Tabel 5. Hasil Korelasi Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59
Tabel 6. Seleksi Video menggunakan Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 65
Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 68
Tabel 8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 70
Tabel 9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71
Tabel 10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Program Studi ... 71
Tabel 11. Uji Normalitas masing-masing Kelompok Penelitian Berdasarkan Fungsi Atensi ... 72
Tabel 12. Uji Homogenitas... 73
xx
Tabel 14. Uji Beda Wilcoxon masing-masing Fungsi Atensi pada Kelompok Penelitian tahap pre-test dan post-test ... 75
Tabel 15. Uji One Way Anova pada Tiga Kelompok Penelitian ... 76 Tabel 16. Rata-rata Keakuratan (%) Kelompok Penelitian tahap pre-test
xxi
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Efek Pemulihan dalam Attention Restoration Theory (ART) ... … 18 Skema 2. Skema Penelitian tentang Efektivitas Pemaparan Video Lanskap Vegetasi sebagai stimulus Involuntary Attention dan video lanskap
xxii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi .... 15 Gambar 2. Proses Eksperimen dalam Attention Network Test (ANT) ... 49 Gambar 3. Dasar perhitungan dari tiga fungsi atensi dalam Attention
xxiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1. Hasil Uji One Way Anova (seleksi video), Uji Reliabilitas
Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan Attention Network
Test (ANT) ... . 94
LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Attention Network Test (ANT) Pre-test
dan Post-test ... 99
LAMPIRAN 3. Hasil Uji Analisis Tambahan ... 106 LAMPIRAN 4. Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan instruksi Attention
Network Test (ANT) versi 1.3.0 ... 108
LAMPIRAN 5. Hasil Direct-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 112
LAMPIRAN 6. Hasil Back-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 115
LAMPIRAN 7. Hasil Pemeriksaan Perceived Restorativeness Scale (PRS)
dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 117
LAMPIRAN 8. Skala Adaptasi PRS dan instruksi Attention Network Test (ANT) dan tabel hasil ANT ... 123
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau akrab disebut urbanisasi,
mengalami peningkatan yang pesat diseluruh dunia. Lebih dari setengah umat
manusia kini tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2050 proporsi ini
diperkirakan akan melebihi 70% (Heilig dalam Bratman, Daily, Levy, &
Gross, 2015). Menurut catatan Divisi Populasi PBB, hampir dua pertiga dari
populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan dalam 30 tahun ke depan
(Vlahov & Galea dalam Maas, Verheij, Groenewegen, Vries, &
Spreeuwenberg, 2006) sehingga membuat lingkungan tempat tinggal semakin
padat dengan berbagai aktivitas dan permasalahan di dalamnya.
Negara berkembang yang mulai mengalami dampak dari urbanisasi adalah
Indonesia. Salah satu ciri dari urbanisasi adalah tingginya aktivitas yang
menuntut mobilitas yang tinggi sehingga kebutuhan akan sarana transpotasi
menjadi penting (Iskandar, 2013). Kepadatan penduduk di Indonesia terlihat
dari meningkatnya pemenuhan sarana transportasi yang ditunjukkan dari data
perkembangan jumlah kendaraan bermotor oleh Badan Pusat Statistik
Indonesia tahun 2013 yang mencapai 104.118.969 buah
(http://bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1413). Jumlah tersebut mengalami
jumlah kendaraan, membuat tingkat kemacetan dan kepadatan lingkungan
semakin bertambah.
Dampak urbanisasi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang
dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Lee, Williams, Sargent, Williams,
& Johnson, 2015). Menurut World Health Organization tahun 1948, definisi
kesehatan adalah seseorang yang memiliki keadaan fisik, mental, dan
kesejahteraan sosial yang baik bukan hanya diakibatkan oleh penyakit atau
gangguan tertentu (Steg, Van Den Berg, & De Groot, 2013). Kepadatan
penduduk dengan banyaknya aktivitas di lingkungan perkotaan, membuat
keadaan lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja dapat berpengaruh
terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang.
Lingkungan yang “sakit” dapat mengancam kesehatan secara fisiologis
maupun psikologis (Largo-Wight, Chen, Dodd, & Weiler, 2011). Dampak
fisiologis yang ditimbulkan adalah polusi udara dalam ruangan dan racun yang
dapat menyebabkan penyakit seperti Sick Building Syndrome (Samet &
Spengler dalam Largo-Wight dkk., 2011). Kemudian, dampak psikologis
akibat lingkungan yang tidak sehat, misalnya lingkungan yang padat dan
berisik. Lingkungan yang padat dan berisik dapat mengakibatkan kelelahan
mental dan stres kronis (Brennan, Chugh, & Kline; Raffaello & Maass dalam
Largo-Wight dkk., 2011).
Kelelahan mental yang dialami oleh seseorang yang tinggal di daerah
perkotaan dapat menurunkan fungsi kognitif seseorang sedangkan stres kronis
ketegangan, kemarahan, kebingungan, dan perubahan perilaku (Liu, Mattson,
& Kim, 2004).
Penelitian terbaru mengatakan bahwa seseorang yang tinggal di daerah
perkotaan dengan segala aktivitas dan permasalahan di dalamnya, membuat
pengolahan sistem informasi yang diterima terlalu banyak (Lee dkk., 2015).
Seseorang yang mengolah informasi terlalu banyak dapat berpotensi
mengalami kelelahan mental sehingga membuat kontrol terhadap atensi
menjadi berkurang (Kaplan, Bardwell, & Slakter, 1993).
Fungsi kognitif khususnya atensi, berkaitan dengan otak sebagai bagian
dari organ dalam tubuh manusia. Otak memiliki fungsi untuk mengontrol
pikiran, emosi, dan motivasi seseorang (Gloor; Rockland; Shephred dalam
Sternberg, 2008). Selain itu, otak memiliki sistem saraf yang digunakan
sebagai dasar kemampuan seseorang untuk memahami, beradaptasi, dan
berinteraksi dengan dunia sekitar (Gazzaniga; Gazzaniga, Ivry, & Mangun,
dalam Sternberg, 2008). Sistem syaraf tersebut membuat seseorang dapat
menerima, memproses, dan merespon informasi dari lingkungan sekitar
(Pinker; Rugg dalam Sternberg, 2008).
Peran atensi dapat dilihat berdasarkan sudut pandang fungsi atensi.
Terdapat tiga fungsi atensi yang didasarkan pada fungsi anatomi otak yaitu
Alerting, Orienting, dan Executive Control (Bratman dkk., 2015; MacLeod,
McConnell, Lawrence, Eskes, Klein, & Shore, 2010; Berman, Jonides, &
Kaplan, 2008; Fan, McCandliss, Sommer, Raz, & Posner, 2002; Emfield &
menanggapi rangsangan, kemudian fungsi orienting terkait penyeleksian
stimulus dan mengalokasikan perhatian. Terakhir, fungsi executive control
terkait penyelesaian konflik. Dari ketiga fungsi atensi tersebut, fungsi
executive control merupakan fungsi yang paling banyak membutuhkan upaya
mental dibandingkan ketiga fungsi lainnya (Bratman dkk, 2015; Berman dkk,
2008).
Atensi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,
khususnya dalam proses kognitif dan fungsi emosi seseorang (Berman dkk.,
2008). Peran atensi ini membantu seseorang dalam proses belajar di sekolah.
Disisi lain, atensi juga berperan dalam proses penyimpanan memori jangka
pendek (Jonides, Lewis, Nee, Lustig, Berman, & Moore dalam Berman dkk.,
2008).
Pada dasarnya atensi dapat mengalami penurunan akibat proses kognitif
yang dilakukan secara terus menerus sehingga membuat seseorang dapat
mengalami kelelahan mental atau biasa disebut dengan Directed Attention
Fatigue (DAF) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Varkovetski, 2015).
Kelelahan mental juga dapat terjadi karena terlalu banyak isyarat atau stimulus
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penurunan atensi dapat terjadi akibat
kapasitas neurologis seseorang terbatas untuk dapat mendeteksi jutaan
stimulus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya seluruh jutaan
stimulus tersebut dapat terdeteksi, otak tidak akan mampu memproses seluruh
Sejak jaman dahulu, unsur alam dipercaya dapat membantu memperbaiki
kesehatan fisik maupun psikis seseorang yang tinggal didaerah perkotaan
(Olmsted dalam Vivi, 2011). Seseorang rela mengeluarkan biaya yang mahal
hanya untuk melihat lautan (Lange & Schaeffer dalam Vivi, 2011). Selain itu,
unsur alam dapat membantu pemulihan pasien paska operasi (Ulrich dalam
Kaplan & Kaplan, 1989). Pengalaman bersinggungan dengan lingkungan alam
atau vegetasi terasa ketika, banyak orang mencari tempat untuk beristirahat
dan berekreasi karena tekanan tugas, lingkungan yang gaduh, dan akibat
stresor lainnya (Knopf; Schreyer dalam Hartig, Evans, Jamner, Davis, &
Garling, 2003).
Respon fisik dan psikis seseorang terhadap vegetasi tidak lepas dari
pandangan estetika berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang (Ulrich,
1986). Pandangan estetika menitikberatkan pada beberapa pilihan atau
perasaan suka atau tidak suka yang diasosiasikan dengan emosi dan keadaan
neurofisiologis seseorang (Berlyn; Ulrich dalam Ulrich, 1986). Dari hasil
penelitian berdasarkan pandangan estetika, pengalaman seseorang dengan
unsur alam atau vegetasi membuat seseorang jauh lebih positif, baik secara
emosi maupun fisik.
Dampak negatif dari lingkungan perkotaan dapat membuat seseorang
cenderung mengalami kelelahan mental. Hal tersebut mendorong para peneliti
untuk melakukan penelitian yang memanfaatkan kontak visual dengan
lingkungan alam atau vegetasi sebagai stimulus untuk memulihkan atensi dari
Kaplan & Kaplan, 1989; Lee dkk., 2015; Lohr, Pearson-Mims, & Goodwin,
1996; Mancuso, Rizzitelli, & Azzarello, 2006; Pasini, Berto, Brondino, Hall,
& Ortner, 2014; Steg dkk., 2013).
Beberapa pendekatan teoritis terkait dengan psikologi lingkungan
menjelaskan tentang manfaat lingkungan alam bagi kesehatan psikologis
manusia, terlebih dalam memberikan efek pemulihan akibat kelelahan mental
dan menurunkan tingkat stres seseorang (Steg dkk., 2013). Kaitan antara
lingkungan alam atau vegetasi dengan proses kognitif manusia, dikonsepkan
oleh Stephan Kaplan dan Rachel Kaplan dalam Attention Restorative Theory
(ART). ART didasarkan pada terminologi dari William James (1892)
membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary attention dan involuntary
attention (Kaplan & Kaplan, 1989). Proses efek pemulihan akibat kelelahan
mental pada ART berfokus pada involuntary attention seseorang (Kaplan &
Kaplan, 1989).
Voluntary attention biasa disebut dengan direct attention. Direct
attention memiliki peranan penting dalam proses kognitif dan fungsi emosi
seseorang (Berman dkk., 2008; Varkovetski, 2015). Kemudian, involuntary
attention adalah pemusatan perhatian seseorang terhadap suatu objek tanpa
membutuhkan upaya mental. Objek dalam Attention Restorative Theory
(ART) adalah lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan (Kaplan &
Kaplan, 1989). Lingkungan yang dimaksud dalam ART adalah lingkungan
dengan adanya unsur tanaman, lanskap alam terbuka, vegetasi atau yang
Jika involuntary attention berhubungan dengan objek yang menarik dan
cenderung tidak membutuhkan upaya mental, maka voluntary attention atau
direct attention memiliki potensi untuk mengalami kelelahan atau Directed
Attention Fatigue (DAF) (Kaplan dkk., 1993; Varkovetski, 2015). Jika tidak
disadari, DAF memiliki dampak serius pada kualitas hidup seseorang,
misalnya mudah mengalihkan perhatian, kurang bersabar, mudah marah, dan
cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih dahulu (Kaplan &
Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Kaplan dkk., 1993).
Dalam Attention Restoration Theory (ART) objek untuk memunculkan
stimulus involuntary attention berupa lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan
& Kaplan, 1989). Untuk itu, ART mengkategorikan empat komponen
lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dari kelelahan mental.
Empat komponen tersebut adalah pesona (fascination), menjauh (being away),
kesesuaian (compatibility), dan luas (extent) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan
1995; Berman dkk., 2008; Kaplan dkk., 1993; Steg dkk., 2013). Fascination
merupakan suatu lingkungan yang membuat seseorang terpesona atau kagum.
Selain itu, fascination merupakan komponen utama dalam memunculkan
involuntary attention seseorang. Kemudian being away merupakan gambaran
suatu lingkungan yang berbeda dari kehidupan sehari-hari. Selain itu,
komponen extent yaitu lingkungan yang membuat seseorang dapat
menghabiskan waktu dan bereksplorasi. Terakhir, compatibility yaitu adanya
lingkungan sehingga tidak memerlukan upaya mental yang berlebihan untuk
memproses infomasi tentang suatu lingkungan (Steg dkk., 2013).
Banyak penelitian yang memanfaatkan lingkungan alam atau vegetasi
untuk memulihkan atensi. Penelitian sebelumnya menggunakan tanaman
hidup, kumpulan foto, dan, video tentang lingkungan alam sebagai media
memunculkan stimulus involuntary attention (Berto, 2014; Berman dkk.,
2008). Seseorang yang melakukan kontak visual, seperti berjalan di taman
dengan durasi 55 menit dan melihat gambar lingkungan vegetasi dengan
durasi 10 menit secara signifikan dapat mengurangi kelelahan mental (Berman
dkk., 2008). Penelitian terbaru mengatakan bahwa dengan melihat screensaver
bergambar taman bunga di atap gedung selama 40 detik dapat meningkatkan
atensi (Lee dkk., 2015). Selain berjalan di taman dan melihat gambar,
menonton video juga dapat menjadi stimulus involuntary attention. Video
dalam penelitian sebelumnya memiliki durasi 10 menit dengan kualitas
rekaman yang kurang memadai, khusunya suara (Hartig, Korpela, Evans, &
Garling, 1997).
Manfaat yang diberikan oleh lingkungan dengan unsur alam berbanding
terbalik dengan dampak visual yang mengaitkan unsur bangunan. Dampak
negatif dari lingkungan perkotaan ini muncul karena persepsi seseorang
tentang aktivitas di lingkungan perkotaan yang ramai dan penuh dengan
keributan (Magi, Rowntree, & Brush dalam Ulrich, 1986). Beberapa fitur
buatan manusia, seperti tiang bangunan dan saluran listrik dapat mengurangi
Manfaat bersinggungan dengan lingkungan alam atau vegetasi sebagai
media pemulihan, dapat dirasakan tanpa membutuhkan biaya yang banyak
(Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015) dan dapat dilakukan secara efektif.
Berdasarkan sudut pandang ergonomi, beristirahat disela-sela waktu
mengerjakan tugas merupakan aktivitas yang baik untuk dilakukan (Hedge,
2002). Aktivitas yang digunakan untuk beristirahat biasa disebut dengan
micro-break. Micro-break merupakan salah satu jenis istirahat singkat yang
dapat dilakukan oleh seseorang disela-sela waktu mengerjakan tugas (Kim,
Park, & Niu, 2016). Jenis micro-break yang digunakan dalam penelitian ini
adalah relaksasi, karena pada penelitian sebelumnya relaksasi merupakan
salah satu jenis micro-break yang efektif untuk memulihkan diri dari tuntutan
pekerjaan (Kim dkk., 2016).
Penelitian ini akan memanfaatkan perangkat komputer sebagai media
untuk memunculkan stimulus involuntary attention seseorang. Perangkat
komputer dimanfaatkan sebagai media dalam memunculkan stimulus
involuntary attention karena pada era globalisasi ini, aktivitas masyarakat di
perkotaan pada umumnya menggunakan peralatan elektronik seperti
komputer. Khususnya mahasiswa yang menggunakan komputer untuk
mendukung kegiatan perkuliahan, misalnya untuk mengerjakan tugas. Selain
itu, komputer juga digunakan untuk mendukung kegiatan operasional di dalam
perusahaan, sekolah, maupun instansi pemerintahan. Berdasarkan hasil survei
menunjukkan bahwa 92 % perusahaan di Indonesia telah menggunakan
komputer sebagai pendukung kegiatan bisnisnya.
Manfaat berinteraksi dengan lingkungan alam terhadap atensi seseorang,
akan diukur oleh peneliti menggunakan Attention Network Test (ANT) versi
1.3.0 yang dibuat oleh Dr. Jin Fan dari Amerika Serikat pada tahun 2002.
ANT digunakan untuk mengevaluasi tiga fungsi atensi yaitu alerting,
orienting, dan executive control berdasarkan anatomi dan fungsi bagian otak
(Bratman dkk., 2015; MacLeod dkk., 2010; Berman dkk., 2008; Fan dkk.,
2002; Emfield & Neider, 2014).
B. Rumusan Masalah
Apakah secara empiris pemaparan involuntary attention berupa video lanskap
vegetasi dapat meningkatkan atensi mahasiswa ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan involuntary
attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu
pengetahuan mengenai efektivitas pemaparan involuntary attention dalam
upaya meningkatkan atensi pada mahasiswa.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca,
tentang keefektifan pemaparan involuntary attention terhadap tingkat
12 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Atensi
Pada sub bab ini akan dibahas mengenai atensi sebagai bagian dari proses
kognitif seseorang. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa atensi
seseorang dapat mengalami penurunan akibat kelelahan mental. Namun, atensi
dapat dipulihkan kembali dengan memanfaatkan lingkungan vegetasi alam.
Sebelum kita mengetahui kaitan antara manfaat lingkungan alam dalam
memulihkan penurunan atensi akibat kelelahan mental, berikut akan
dijelaskan tentang definisi atensi, fungsi atensi, dan faktor-faktor yang
mempengaruhi atensi.
1. Definisi Atensi
Atensi adalah fokus dan konsentrasi dari usaha mental yang biasanya
menghasilkan kesadaran oleh rangsangan sensorik eksternal, yang
ditangkap melalui panca indra atau pengalaman yang membutuhkan upaya
mental (Hill dalam Brown, 2007). Atensi dapat dipahami sebagai sumber
daya mental yang sangat terbatas (Anderson, 1980). Definisi lain juga
mengatakan bahwa, atensi adalah sumber daya mental yang sangat terbatas
dan hanya dapat dialokasikan paling banyak untuk proses kognitif dalam
satu waktu tertentu (Anderson, 1980).
Atensi adalah cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi
indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang
lain (De Weerd; Duncan; Motter; Posner & Fernandez-Duque; Rao dalam
Steinberg, 2008). Atensi merupakan pemusatan upaya mental pada
peristiwa-peristiwa yang membutuhkan upaya mental. (Schneider &
Shiffrin dalam Steinberg, 2008).
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa atensi
adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk memproses sejumlah
informasi yang ditangkap oleh panca indra dan diproses dengan
menggunakan sumber daya mental yang terbatas, kemudian diolah oleh
proses-proses kognitif lainnya.
2. Fungsi Atensi
Dalam beberapa tahun terakhir, tiga jaringan atensi dijelaskan dari segi
anatomi dan fungsi bagian otak. Fungsi tersebut meliputi alerting,
orienting, dan executive control (Fan dkk., 2002). Berikut akan dijelaskan
mengenai ketiga jenis fungsi tersebut.
a. Siaga (Alerting)
Alerting adalah aktivitas yang melibatkan seseorang dalam
menjaga sensitivitas untuk menanggapi rangsangan yang diberikan
oleh lingkungan (Ishigami, 2011). Alerting juga diartikan sebagai
fungsi untuk mencapai dan mempertahankan perhatian dan terkait
dengan kesiagaan seseorang.
Sistem alerting dikaitkan dengan frontal dan bagian parietal pada
berbagai tingkat kewaspadaan sehingga otak mengaktifkan frontal dan
bagian parietal pada otak bagian kanan. Hal ini diduga juga
disebabkan oleh distribusi kortikal sistem norepinefrin otak (NE)
(Coull, Frith, Frackowiak, & Grasby; Marrocco, Witte, dan Davidson
dalam Fan dkk., 2002).
b. Orientasi (Orienting)
Orienting melibatkan aktivitas dalam menyeleksi stimulus dan
mengalokasikan perhatian terhadap rangsangan stimulus yang terjadi
di lingkungan (Ishigami, 2011). Jaringan orienting bertanggung jawab
untuk gerakan berdasarkan stimulus sensorik yang muncul (McLeod,
2009).
Sistem orienting berkaitan dengan kinerja lobus parietal superior
yang berhubungan erat dengan bagian intraparietal lateralis pada
monyet, yaitu untuk menghasilkan gerakan mata (Anderson, Synder,
Bradley, dan Xing dalam Fan dkk., 2002). Ketika atensi berpindah
pada stimulus yang diperhatikan, maka aktivitas otak berpindah pada
junction temporal-parietal (Corbetta dalam Fan dkk., 2002).
c. Kontrol Eksekutif (Executive Control)
Kontrol Eksekutif atau Conflict Effect adalah pemantauan suatu
peristiwa atau kejadian dan meliputi penyelesaian konflik (Ishigami,
2011). Penyelesaian konflik meliputi berbagai jenis tugas dan aktivitas
yang membutuhkan paling banyak usaha mental (Brush dalam Fan
aktivitas pemantauan dan penyelesaian konflik antara ekspektasi,
stimulus, dan respon (MacLeod dkk., 2010). Kontrol eksekutif
mengaktifkan anterior cingulate dan korteks prefrontal (Bush, Luu, dan
Posner; MacDonald, Cohen, Stenger, & Carter dalam Fan dkk., 2002).
Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi
diadaptasi dari Ishigami, Y. (2011). The Attention Network Test (ANT): Individual Differences Components Of Attention Across The Life Span. 2011. Thesis. Dalhousie University.
3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi
Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atensi seseorang,
diantaranya faktor usia, lingkungan, dan gangguan pada otak. Berikut
penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atensi.
a. Usia
Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atensi.
[image:40.595.86.511.214.631.2]Engle dan Funke pada tahun 2007, terdapat perbedaan yang signifikan
antara orang yang lebih tua dengan orang yang jauh lebih muda dalam
hal kesiagaan untuk menanggapi stimulus. Orang yang lebih muda
memiliki kesiagaan yang lebih baik dibandingkan pada orang yang
lebih tua. Dalam penelitian tersebut kategori usia yang lebih tua adalah
61 sampai 87 tahun sedangkan usia yang lebih muda 18-21 tahun
(Jennings, Dagenbach, Engle, Funke, 2007).
b. Lingkungan
Tingkat atensi juga tidak lepas dari faktor lingkungan. Berdasarkan
hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lee, Williams, Sargent,
dan Williams tahun 2015, lingkungan yang identik dengan suasana
perkotaan yang padat bangunan dan aktivitas di dalamnya, dapat
menurunkan tingkat atensi seseorang (Lee dkk., 2015). Lingkungan
yang memiliki unsur vegetasi dapat meningkatkan atensi seseorang.
Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh
Bratman, Daily, Levy, dan Gross pada tahun 2015, yang juga
mengatakan bahwa tingkat atensi seseorang dipengaruhi oleh
lingkungan sekitar (Bratman dkk., 2015).
c. Gangguan pada Otak
Otak adalah pusat fungsi atensi. Jika otak mengalami gangguan
maka akan berpengaruh pada fungsi atensi. Terdapat beberapa
penelitian yang mengatakan bahwa individu gangguan atau kerusakan
menggunakan Attention Network Test (ANT). Misalnya individu
dengan gangguan klinis memiliki kecenderungan lemah pada fungsi
yang lebih spesifik, misalnya lemahnya fungsi executive control terjadi
pada individu yang memiliki gangguan Borderline Personality
Disorder (Posner, Rothbart, Vizueta, Levy, Evans, Thomas, & Clarkin
dalam MacLeod dkk., 2010) kemudian lemahnya fungsi orienting
biasanya terjadi pada individu yang mengalami benturan atau gegar
otak (Donkelaar, Langan, Rodriguez, Drew, Halterman, Osternig, &
Chou dalam MacLeod dkk., 2010).
B. Attention Restoration Theory (ART)
Attention Restoration Theory (ART) merupakan salah satu teori tentang
Psikologi Lingkungan. ART dikonsepkan menjadi sebuah teori oleh Rachel
Kaplan dan Stephan Kaplan dalam bukunya yang berjudul The Experience of
Nature yang terbit pada tahun 1989. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa
lingkungan dapat berpengaruh terhadap sistem kognitif seseorang khususnya
lingkungan dengan vegetasi. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi ART,
jenis atensi dalam ART, Directed Attention Fatigue, dan komponen
lingkungan yang memberikan efek memulihkan.
1. Definisi Attention Restoration Theory (ART)
Attention Restoration Theory (ART) merupakan penjelasan tentang
analisis dari berbagai macam lingkungan. Lingkungan dapat mengarahkan
mental (voluntary attention). Voluntary attention dalam ART biasa disebut
dengan direct attention (Kaplan & Kaplan, 1989). ART mengidentifikasi
bahwa atensi sebagai sumber daya mental yang terbatas sehingga dapat
mengalami kelelahan mental. Sedangkan lingkungan alam khususnya
vegetasi dapat menyediakan daya tarik yang lembut (involuntary attention)
untuk memulihkan atensi seseorang dari kelelahan mental (Kaplan, 1995;
Kaplan & Kaplan, 1989; Berman dkk., 2010). ART mengidentifikasi
direct attention sebagai bagian dari mekanisme kognitif dan dapat
dipulihkan oleh interaksi seseorang dengan lingkungan alam (Berman
dkk., 2008).
Berdasarkan beberapa definisi tentang Attention Restoration Theory
(ART), dapat disimpulkan bahwa ART adalah proses atensi yang
membutuhkan upaya mental dan memiliki kecenderungan mengalami
kelelahan mental sedangkan stimulus involuntary attention berupa
lingkungan alam dimanfaatkan untuk memulihkan diri dari kelelahan
mental.
2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART)
ART didasarkan pada terminologi yang dijelaskan oleh William James
tentang perbedaan atensi pada manusia (Berman dkk., 2008; Kaplan
&Kaplan, 1989). James membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary
attention dan involuntary attention. Berikut penjelasan mengenai definisi
voluntary attention, dan involuntary attention dalam ART.
a. Voluntary Attention
Voluntary attention atau direct attention adalah atensi yang
diarahkan oleh kontrol proses kognitif. Direct attention memaksa
seseorang untuk memperhatikan sesuatu yang tidak terlalu menarik
dan memerlukan usaha yang baik dalam proses kognitif (Kaplan &
Kaplan, 1989). Definisi lain mengatakan bahwa direct attention
merupakan proses kognitif bottom-up yang meliputi penyelesaian
masalah ketika seseorang berusaha menekan stimulus yang
mengganggu (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Direct attention
merupakan salah satu pendukung terjadinya kelelahan mental. Hal ini
dapat terjadi karena banyak kegiatan sehari-hari yang menuntut upaya
mental (Hartig, Mang, & Evans, 1991).
Dari beberapa definisi tentang voluntary attention di atas, dapat
disimpulkan bahwa voluntary attention atau direct attention adalah
atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif
bottom-up yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga
b. Involuntary Attention
Involuntary attention merupakan atensi yang tidak membutuhkan
upaya mental dan dipusatkan oleh sesuatu yang berhubungan erat
dengan hal-hal yang menarik atau stimulus yang penting, misalnya
sesuatu yang bergerak, kata-kata, sesuatu berbahan metal, hewan buas,
dll (Kaplan & Kaplan, 1989). Definisi lain menjelaskan bahwa,
involuntary attention merupakan stimulus yang ditangkap oleh atensi
seseorang dan atensi tersebut berhubungan erat dengan sesuatu yang
menarik atau penting (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Selain itu,
involuntary attention merupakan atensi yang terlibat ketika voluntary
attention mengalami kelelahan mental. Involuntary attention juga
merupakan aspek penting dalam upaya pemulihan dari kelelahan
mental dengan memunculkan stimulus yang mempesona (fascination)
(Hartig dkk., 1991).
Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa
involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan
atensi dimana atensi tersebut tidak membutuhkan upaya mental karena
berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik dan mempesona untuk
memulihkan direct attention.
3. Directed Attention Fatigue (DAF)
Directed Attention Fatigue atau biasa disingkat dengan DAF berkaitan
dengan penggunaan direct attention untuk mendukung kegiatan
seseorang. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi DAF dan dampak
yang ditimbulkan oleh DAF.
a. Definisi Directed Attention Fatigue (DAF)
Directed Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala neurologis
atau biasa disebut dengan kelelahan mental yang menyerang sistem
otak central executive (Steg dkk, 2013). Definisi lain mengatakan
bahwa DAF adalah kelelahan mental yang dialami oleh seseorang
akibat penggunaan upaya mental yang terjadi secara berkepanjangan.
Intensitas mengerjakan tugas atau bekerja yang tinggi merupakan
penyebab dari kelelahan mental (Kaplan dkk., 1993).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan
mental atau DAF merupakan gejala neurologis yang menyerang sistem
otak central executive karena disebabkan oleh intensitas bekerja yang
tinggi dan berkepanjangan.
b. Dampak Directed Attention Fatigue (DAF)
Directed Attention Fatigue (DAF) memiliki dampak serius pada
kualitas hidup seseorang jika tidak disadari. Gejala yang terlihat adalah
mudah mengalihkan perhatian, kurang memiliki kesabaran, mudah
marah dan cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih
dahulu (Kaplan dkk., 1993). Seseorang yang mengalami kesulitan
untuk memusatkan perhatian adalah karakteristik dari kelelahan
mental. Kelelahan mental pada seseorang merupakan sesuatu yang
Dampak lain yang ditimbulkan adalah prestasi yang memburuk,
mudah marah, berperilaku kasar, dan menurunnya tingkat konsentrasi
(Ojobo, Mohamad, & Said, 2014).
Dari beberapa penjelasan tentang dampak DAF di atas, dapat
disimpulkan bahwa DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas
hidup seseorang karena jika seseorang mengalami DAF. DAF dapat
menurunkan performa dan konsentrasi seseorang. Selain itu, DAF
membuat seseorang kurang memiliki kesabaran, mudah mengambil
keputusan tanpa memikirkan resikonya, berperilaku kasar, dan mudah
marah.
4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed Attention Fatigue (DAF)
Setiap orang berpotensi mengalami DAF. Seseorang yang memiliki
tugas dan pekerjaan yang berlebihan membuat seseorang ingin beristirahat
(Kaplan & Kaplan, 1989). ART merumuskan empat komponen
lingkungan sebagai stimulus involuntary attention yang dapat memberikan
dampak memulihkan bagi direct attention seseorang. Keempat komponen
tersebut adalah Being Away, Extent, Fascination, Compatibility. Berikut
penjelasan mengenai keempat komponen tersebut.
a. Menjauh (Being Away)
Istilah “melarikan diri” sering digunakan pada orang-orang yang
ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Misalnya ketika
melakukan rutinitas sehari-hari. Seseorang berupaya untuk berisitirahat
dari kelelahan mental yang dialami akibat proses kognitif saat bekerja.
Maka lingkungan yang diciptakan adalah lingkungan yang jauh dari
rutinitas sehari-hari.
b. Luas (Extent)
Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah
lingkungan yang melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas, baik
dalam hal waktu dan tempat. Hal ini dapat dipersepsikan bahwa
seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat berkeliling dan
menjelajahi tempat tersebut. Extent atau luas tidak hanya diartikan
sebagai suatu hal yang bersifat geografis, namun juga interaksi sosial
yang terjadi di lingkungan (Miligram & Jodelet; Stokols & Shumaker
dalam Hartig, Korpela, Evans, & Garling, 1997).
c. Mempesona (Fascination)
Komponen fascination merupakan komponen yang penting dan
utama dalam menciptakan lingkungan yang memberikan dampak
memulihkan. Lingkungan yang dapat memberikan dampak
memulihkan adalah lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari
sesuatu yang menyenangkan, memikat, dan menawan. Lingkungan
yang memberikan efek memulihkan, dikatakan sebagai daya tarik “lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan
merupakan komponen utama untuk mengistirahatkan direct attention
akibat kelelahan mental.
d. Kesesuaian (Compatibility)
Pengalaman seseorang bersinggungan dengan lingkungan alam
akan memunculkan efek memulihkan jika terjadi kesesuaian antara
tujuan yang dimiliki oleh seseorang dan manfaat lingkungan alam
yang dapat diberikan. Kesesuaian ini tidak membutuhkan usaha yang
besar dalam hal kognitif dan dapat membantu dalam memberikan efek
yang memulihkan. Adanya kesesuaian juga membuat seseorang tidak
memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga mampu
memberikan efek yang dapat memulihkan.
Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi
merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention
seseorang. Unsur tumbuhan yang ada dalam sebuah vegetasi merupakan
unsur yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam (Kaplan &
Kaplan, 1989).
5. Definisi Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban
Lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dalam upaya
menciptakan involuntary Attention pada seseorang, akan dihadirkan dalam
bentuk video pada perangkat komputer. Berikut penjelasan mengenai
a. Definisi Video dan Definisi Lanskap
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video adalah bagian yang
memancarkan gambar pada pesawat televisi. Video juga dapat
didefinisikan sebagai susunan dari serangkaian gambar-gambar yang
ditampilkan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga gambar
pada layar terlihat hidup (Arsyad, 2014).
Dari kedua definisi video di atas, dapat disimpulkan bahwa video
merupakan bagian yang dapat memunculkan serangkaian
gambar-gambar yang ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar-gambar pada
layar terlihat hidup.
Definisi selanjutnya mengenai lanskap. Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia, lanskap adalah tata ruang di luar gedung. Definisi
lain menjelaskan bahwa lanskap adalah daerah yang dipersepsikan
oleh banyak orang sebagai hasil dari interaksi dari faktor alam dan atau
manusia (Steg dkk., 2013) dan persepsi merupakan bagian utama dari
definisi lanskap. Lanskap merupakan bagian penting dari kehidupan
seseorang. Lanskap merupakan bentuk yang melatar belakangi
aktivitas seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia
(Antrop; Council of Europe dalam Steg dkk., 2013).
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lanskap
adalah tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang
[image:50.595.87.515.231.635.2]belakangi ekspresi yang dinamis dari seseorang dengan lingkungan
alam dan kegiatan manusia.
b. Definisi Video Lanskap Vegetasi
Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di
suatu wilayah atau daerah (Sastroutomo, 1990). Vegetasi merupakan
suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis
tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat (Arief, 1994).
Tipe vegetasi suatu hutan diperlukan adanya pengetahuan tentang
satuan formasi. Satuan formasi didasarkan pada kenampakan
(fisiognomi) dan komposisi floristiknya (Arief, 1994).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa video
lanskap vegetasi merupakan serangkaian gambar tata ruang di luar
gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai kumpulan
beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu sesuai
dengan komposisi floristiknya. yang ditampilkan pada pesawat televisi
sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup.
c. Definisi Video Laskap Urban
Urban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan
sebagai kota. Kota merupakan suatu ruang yang berisikan pemukiman
dan dihuni sejumlah besar manusia. Aktivitas yang terjadi di dalam
kota terkait fungsi ekonomi, fungsi kesehatan, fungsi kemasyarakatan,
fungsi pendidikan, fungsi bekerja, dll. Dalam memenuhi fungsi-fungsi
tinggal di dalam kota (Iskandar, 2013). Kota pada umumnya adalah
pusat kekuasaan dimana kota menjadi pusat industri, perdagangan, dan
kebudayaan (Sarwono, 1992).
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa urban
atau kota merupakan ruang yang berisikan sejumlah besar manusia
dimana kota sebagai pusat industri, perdagangan, dan kebudayaan
sehingga dibutuhkan mobiltas dalam memenuhi fungsi-fungsi yang
berkaitan dengan aktivitas di dalamnya.
Stres terhadap lingkungan dirasakan oleh seseorang dalam
kehidupan sehari-hari, terutama jika mereka tinggal di kota besar.
Terdapat lima stresor lingkungan urban secara umum (Steg dkk., 2013)
yaitu kebisingan, kesesakan, kualitas pemukiman yang buruk, kualitas
lingkungan yang buruk, dan kemacetan.
Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dan
memiliki karakteristik berdasarkan intensitas (decibel), frekuensi
(nada), berkelanjutan dan durasi (akut atau kronis). Intensitas
kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan afek yang negatif seperti
kejengkelan (Steg dkk., 2013). Kesesakan adalah keadaan psikologis
yang terjadi ketika kebutuhan akan ruang melebihi dari ruang yang
telah disediakan. Ketika seseorang merasakan kesesakan, mereka akan
menunjukkan afek negatif, ketegangan, kecemasan, dan tanda-tanda
Penelitian menunjukkan korelasi kualitas pemukiman yang buruk
dengan permasalahan kesehatan mental seperti gejala kecemasan
(Hiscock, Macintyr, Kearns, & Ellaway dalam Steg dkk., 2013) dan
depresi (Shenassa, Daskalakis, Liebhaber, Braubach, & Brown dalam
Steg dkk., 2013). Karakteristik fisik dari lingkungan yang dapat
mengasilkan stress kronis adalah kualitas layanan, rekreasi, lalu lintas,
akses transportasi, pemeliharaan sarana dan prasarana yang buruk,
kualitas pendidikan, dan kesehatan, kebisingan, kesesakan, dan polusi
(Steg dkk., 2013). Tingginya angka kemacetan dapat menyebabkan
stes dan memunculkan afek negatif (Kozlowsky, Kluger, & Reich
dalam Steg dkk., 2013). Sebuah Penelitian menunjukkan tingkat
kemacetan berhubungan dengan stres, afek negatif, dan gangguan
motivasi (Novaco, Kliewer, Broquet, 1991 dalam Steg dkk., 2013).
Dari beberapa sumber stres lingkungan urban terdapat kesamaan
bahwa lingkungan urban dapat mengancam kesejahteraan seseorang.
Lingkungan urban juga berpotensi memunculkan afek negatif dan
sumber stres bagi seseorang sehingga dapat mengancam kesehatan
fisik maupun psikologis.
Dari beberapa penjelasan di atas, video lanskap urban merupakan
serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh
banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia
dan melatar belakangi aktivitas dari seseorang dengan lingkungan alam
manusia dengan aktivitas yang membutuhkan mobilitas sehingga
berpotensi memunculkan stres dan afek negatif bagi seseorang.
Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar
pada layar terlihat seakan-akan hidup.
C. Micro-break
Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak lepas dari tuntutan tugas dan
pekerjaan. Terkadang, seseorang tidak sempat untuk beristirahat hingga
membuat mereka mengalami kelelahan mental. Penelitian ini ingin
memanfaatkan micro-break untuk memunculkan stimulus involuntary
attention dalam bentuk video. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi
micro-break dan tipe micro-break.
1. Definisi Micro-break
Micro-break adalah istirahat pendek untuk melakukan gerakan,
misalnya berdiri, melakukan peregangan, atau melakukan tugas yang
berbeda. Istirahat singkat yang dapat dilakukan disela-sela waktu bekerja
(Hedge, 2002). Aktivitas micro-break diartikan sebagai aktivitas istirahat
pendek yang dilakukan secara sukarela atas dasar kebutuhan untuk
beristirahat diantara waktu mengerjakan serangkaian tugas yang dilakukan
kurang lebih lima menit (Kim dkk., 2016).
Berdasarkan kedua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa
[image:54.595.85.515.210.618.2]yaitu kurang lebih lima menit dan dilakukan diantara waktu mengerjakan
serangkaian tugas.
2. Tipe Micro-break
Micro-break memiliki beberapa tipe yang didasarkan dari berbagai
macam cara yang dapat dilakukan untuk melakukan micro-break ini.
Terdapat empat tipe memanfaatkan micro-break (Kim dkk., 2016). Berikut
akan dijelaskan keempat tipe tersebut.
a. Relaksasi
Relaksasi meliputi kegiatan fisik dan psikologis yang dapat
menenangkan pikiran dan tubuh seperti peregangan, berjalan-jalan
singkat, mendengarkan musik, dan memandang jendela ruangan.
b. Aktivitas Mengkonsumsi Asupan Gizi
Aktivitas mengkonsumsi asupan gizi adalah aktivitas Mengkonsumsi
makanan ringan dan minuman atas dasar kebutuhan fisiologis
misalnya, kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar atau haus.
c. Aktivitas Sosial
Aktivitas sosial adalah aktivitas yang melibatkan seseorang untuk
bersosialisasi dengan teman atau rekan kerja melalui berbagai interaksi
tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan misalnya,
percakapan face to face, berinteraksi melalui telepon, atau jejaring
d. Aktivitas Kognitif
Aktivitas kognitif adalah waktu istirahat pendek yang memerlukan
proses kognitif dan usaha mental tetapi tidak melibatkan tututan
pekerjaan di dalamnya misalnya seperti membaca Koran, membuat
rencana pribadi, atau googling.
Dari beberapa tipe micro-break, penelitian ini akan menggunakan tipe
relaksasi dalam upaya memunculkan stimulus involuntary attention
dengan media video. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, relaksasi
meliputi kegiatan fisik sekaligus psikologis yang digunakan untuk
menenangkan pikiran. Hal ini sesuai dengan tujuan dari munculnya
stimulus involuntary attention sebagai unsur yang memberikan efek
pemulihan dari kelelahan mental.
D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif
Penelitian ini akan menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitian.
Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa kebanyakan
mahasiswa mengerjakan tugas menggunakan media elektronik komputer atau
laptop. Selain itu, aktivitas mengerjakan tugas menggunakan komputer atau
laptop memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal tersebut yang mendasari
peneliti memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian. Berikut akan dijelaskan
mengenai definisi mahasiswa yang termasuk dalam kategori perkembangan
Seseorang yang dikatakan memasuki tahap dewasa awal adalah ketika
seseorang mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang penuh atau kurang lebih
tetap. Hal ini biasanya terjadi saat seseorang menyelesaikan sekolah
menengah atas untuk sebagian orang, dan untuk sebagian yang lain
melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas atau sekolah pasca sarjana
(Santrock, 1995). Selain itu, dewasa awal dapat diartikan sebagai periode
transisional yang baru diajukan antara masa dewasa, biasanya rentang waktu
antara masa remaja akhir, hingga usia pertengahan dua puluh (Papalia, Olds,
& Feldman, 2009).
Berdasarkan model rentang kehidupan perkembangan kognitif milik K.
Warner Schaei (Schaei & Willis dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008)
dewasa awal adalah seseorang yang berada pada tahap pencapaian (achieving
stage). Seseorang tidak lagi mendapatkan informasi bagi kepentingan mereka
sendiri melainkan untuk mengejar target seperti karir dan keluarga. Kemudian
ditinjau dari perkembangan kognitif, seseorang yang berada pada tahap
dewasa awal adalah seseorang yang memiliki pikiran yang semakin rumit
serta dapat membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan
perkembangan neurologis seseorang yang berada pada tahap dewasa awal
adalah mulai terbentuknya hubungan neuron, sinaps, dan dendrite baru
(Papalia dkk., 2009).
Dari beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal
adalah seseorang yang berada pada tahap transisional antara masa remaja
neuron, sinapsis, dan dendrite baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa
awal adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas
pendidikan dan karirnya untuk mengejar target seperti karir dan keluarga.
E. Dinamika Penelitian
Penelitian ini didasarkan pada proses pemulihan atau restorasi akibat
kelelahan mental yang dijabarkan dalam Attention Restoration Theory (ART).
ART berpusat pada proses direct attention pada seseorang yang memiliki
sumber daya mental terbatas sedangkan lingkungan alam atau vegetasi
menyediakan daya tarik atau atensi yang tidak membutuhkan upaya mental,
sehingga direct attention dapat dipulihkan kembali.
Berdasarkan terminologi yang dijelaskan oleh William James (1892),
atensi memiliki dua jenis yaitu voluntary attention dan involuntary attention
(Kaplan & Kaplan, 1989). Voluntary attention atau direct attention adalah
atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif top-down
yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpotensi mengalami
kelelahan mental.
Kelelahan mental atau Direct Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala
neurologis atau kelelahan mental yang menyerang sistem otak eksekutif
sentral dan disebabkan oleh intensitas bekerja yang tinggi dan
berkepanjangan. DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas hidup
seseorang karena jika seseorang mengalami DAF, hal tersebut dapat
mengambil keputusan tanpa memikirkan resiko, berperilaku kasar, dan mudah
marah.
Menurut definisinya, dewasa awal adalah seseorang yang berada pada
tahap transisional antara masa remaja akhir hingga pertengahan usia dua
puluhan dan mulai terbentuknya hubungan neuron, sinapsis, dan dendrite
baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa awal adalah seseorang yang
memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas pendidikan dan karirnya
untuk mengejar target seperti karir dan keluarganya.
Kemampuan seseorang yang berada pada tahap dewasa awal dilihat dari
perkembangan otak yang optimal dan kemampuan kognitif seperti
kemampuan dalam membuat pilihan dan memiliki target dalam kehidupannya,
membuat seseorang dapat memiliki performa yang baik dalam mengerjakan
tugas atau bekerja. Namun, kemampuan tersebut juga dibarengi dengan
tuntutan target dan tugas yang cukup tinggi membuat seseorang memiliki
kecenderungan untuk mengalami DAF.
Rachel Kaplan dan Stephan Kaplan memanfaatkan lingkungan alam
sebagai stimulus untuk memunculkan involuntary attention seseorang yang
dapat memberikan efek pemulihan dari kelelahan mental atau DAF.
Involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan atensi dan
digunakan sebagai media untuk pemulihan dari kelelahan mental karena
involuntary attention tidak membutuhkan upaya mental serta berhubungan
Attention Restoration Theory (ART) membuat empat komponen tentang
gambaran suatu lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan Direct
Attention Fatigue (DAF). Empat komponen itu adalah menjauh (being away),
Luas (extent), Mempesona (fascination), Kesesuaian (compatibility).
Being away sering dikaitkan dengan istilah “melarikan diri”. Lingkungan
yang memulihkan adalah lingkungan yang sering digunakan pada orang-orang
yang ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Pada komponen extent
Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah lingkungan yang
melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas dalam baik dalam hal waktu
dan tempat misalnya, seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat
menjelajahi tempat tersebut. Extent juga diartikan sebagai suatu hal yang
bersifat geografis namun, juga interaksi sosial yang terjadi di lingkungan
tersebut. Komponen fascination merupakan komponen utama untuk
mengistirahatkan direct attention akibat kelelahan mental. Dalam menciptakan
lingkungan yang memberikan efek melegakan, dikatakan sebagai daya tarik “lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan daun
yang tertiup angin. Compatibility adalah kesesuaian tujuan seseorang dengan
manfaat yang diberikan oleh lingkungan alam. Adanya kesesuaian membuat
seseorang tidak memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga
mampu memberikan efek yang dapat memulihkan.
Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi
merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention
yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan
& Kaplan, 1989).
Stimulus involuntary attention pada penelitian ini akan menggunakan
video lanskap vegetasi, sedangkan video lanskap urban sebagai pembanding.
Berdasarkan definisinya video lanskap vegetasi merupakan serangkaian
gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang
sebagai kumpulan beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu
sesuai dengan komposisi floristiknya dan ditampilkan pada pesawat televisi
sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup. Media video lanskap
vegetasi