• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas pemaparan Involuntary Attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas pemaparan Involuntary Attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa"

Copied!
159
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PEMAPARAN

INVOLUNTARY ATTENTION

TERHADAP TINGKAT ATENSI PADA MAHASISWA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun oleh: Lindi Oktavia Dewi

NIM: 129114121

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI

JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN MOTTO

For I know the

plans

I have for

you

, declares the Lord,

plans to

prosper you

and

not to harm you

,

plans to give you

hope

and a

future

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ini ku persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus

Alam Semesta

Papa Didik, Mama Enny, Dikky

Saudara, Sahabat

dan untuk para Guru yang telah mengenalkanku pada

(6)
(7)

vii

EFEKTIVITAS PEMAPARAN INVOLUNTARY ATTENTION TERHADAP

PERBEDAAN TINGKAT ATENSI MAHASISWA

Lindi Oktavia Dewi ABSTRAK

Penelitian eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan involuntary attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa. Peneliti memiliki hipotesis bahwa pemaparan involuntary attention berupa video lanskap vegetasi dapat membantu peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan video lanskap urban. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah 63 mahasiswa kategori dewasa awal. Eksperimen kuasi dengan tipe eksperimen laboratorium ini menggunakan desain within subject dengan dua kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol. Kelompok eksperimen diberi pemaparan berupa video lanskap vegetasi dan video lanskap urban. Data dianalisis menggunakan uji beda Wilcoxon menunjukkan adanya perbedaan penurunan milisekon pada fungsi atensi executive control (p = 0,006) dengan demikian hipotesis diterima. Sedangkan pada kelompok video lanskap urban tidak terdapat berbedaan yang signifikan (p = 0,675).

(8)

viii

EFFECTIVENESS OF EXPOSURE INVOLUNTARY ATTENTION TO

UNIVERSITY STUDENT’S ATTENTION LEVEL

Lindi Oktavia Dewi ABSTRACK

This experimental study aim to determine the effectiveness of exposure

involuntary attention to university student’s attention level. Researchers have hypothesized that the exposure of involuntary attention in the form of vegetation video landscape can help to increase direct attention to the students rather than urban landscape video. The subjects in this study were sixty-three early-adult-students. This quasi experiment with type of experiment laboratory used the design from within subject, with two experimenta l groups and one control group. The experimental group was given a presentation in the form of vegetation video landscape and urban video landscape. The data were analyzed using the differential test of Wilcoxon which indicate differences in declining milliseconds within the attention function of executive control (p = 0,006) so that the hypothesis is accepted. In the group of urba n video landscape, there is no significant difference (p = 0,675).

(9)
(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala

berkat dan tuntunanNya saya dapat melalui proses penulisan skripsi hingga akhir

dan dapat terselesaikan dengan baik. Atas bimbinganNya melalui perantara Dosen

pembimbing dan orang-orang yang telah membantu bertukar pikiran, saya dapat

menemukan jalan keluar atas segala permasalahan yang saya hadapi selama

proses penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis

hendak mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si. selaku Dekan Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak P. Eddy Suhartanto, S. Psi., M. Si. selaku Kepala Program Studi

Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Terima kasih atas

waktu dan bimbingan Bapak saat penulis mengalami kesulitan saat proses

penulisan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Hadrianus Wahyudi, M. Si., selaku Dosen Pembimbing Akademik

selama penulis menempuh studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata

Dharma Yogyakarta.

4. Bapak TM. Raditya Hernawa, M. Psi., Psi. selaku Dosen Pembimbing Skripsi

yang mau mendengarkan dan meluangkan waktunya untuk membimbing saya

meskipun di luar jadwal yang seharusnya dan Bapak belum resmi menjadi

(11)

xi

Terima kasih Bapak bersedia bertukar pikiran saat saya menemui kendala dan

masalah. Terima kasih juga sudah membantu mencari subjek penelitian.

5. Bapak Dr. Yohannes Babtista Cahya Widiyanto M. Si., selaku Dosen mata

kuliah seminar, terima kasih Bapak sudah tertarik dengan judul saya sehingga

saya merasa percaya diri untuk melanjutkan rancangan penelitian saat seminar

hingga menjadi judul skripsi.

6. Ibu Maria Magdalena Nimas Eki Suprawati M. Si., Psi., terima kasih Ibu mau

membantu saya mendapatkan jurnal utama yang sangat saya butuhkan.

7. Dr. A. Priyono Marwan, S.J., yang telah membantu saya telah meluangkan

waktu untuk bertukar pikiran terkait penulisan skripsi saya.

8. Segenap Dosen Fakultas Psikologi yang telah mendidik dan memberikan

pengetahuan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

9. Segenap karyawan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta: Pak Gi, Mas Muji, Mas Gandung, dan Bu Nanik dengan ramah

membantu saya selama perkuliahan hingga akhir penulisan skripsi ini.

10.Dr. Terry Hartig selaku pembuat Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi

asli dan telah memberikan ijin untuk menggunakan PRS untuk keperluan

skripsi saya. Selain itu, juga memberikan jurnal pendukung skripsi saya.

11.William, selaku native speaker yang telah bersedia meluangkan waktu untuk

mengoreksi bahasa dari skala PRS asli dan skala PRS adaptasi. Abraham

Muria S. Ked., yang terlebih dahulu menggunakan Attention Network Test

(12)

xii

12.Bapak Susilo dan mas Chandra selaku Kepala Lab. Komputer Dasar dan

asisten Lab. Komputer Dasar yang mau bekerja sama dan mendukung

penelitian saya dengan memberikan ijin untuk menggunakan Lab. Komputer

Dasar dengan segala fasilitas di dalamnya.

13.Kedua Orang Tua dan Adikku yang menjadi sumber semangat dan selalu

menemaniku disaat aku menghadapi masalah, tempatku bercerita tentang

permasalahan dan keceriaan yang sedang ku alami selama proses penulisan

skripsi ini.

14.Gabriel Gradi yang telah memberikan ide skripsi yang sedikit gila namun

akhirnya menjadi kenyataan.

15.Rekan saya selama penulisan skripsi Regina Giovanny Sujadiyanto. Terima

kasih atas dukungan, kegilaannya, keluh kesah, deg-degannya, kepanikannya,

keceriaannya. Terima kasih sudah mau menjadi pelanggan perpus bersamaku.

Terima kasih tidak bosan mendengar kata-kata “Pie ki Ge”, “Pusing aku” dll.

16.Sahabat ku Sesilia Pradita yang selalu memberiku semangat dan tidak pernah

meninggalkan ku dalam keadaan suka maupun duka. Sisilia Paulina yang

selalu mengingatkanku untuk membuka laptop dan memberiku semangat saat

mengerjakan skripsi.

17.Teman-teman yang mendukung berjalannya eksperimen ini, terimakasih

Maria Vita yang menjadi teman berbagi dan bersedia menjadi asisten dalam

penelitian ini dan juga Ratna Indraswari, Ari, Shella, Jessica Dhoria, Clara,

(13)
(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACK ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiv

DAFTAR TABEL ... xix

DAFTAR SKEMA ... xxi

DAFTAR GAMBAR ... xxii

DAFTAR LAMPIRAN ... xxiii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 10

C. Tujuan Penelitian ... 10

D. Manfaat penelitian ... 10

(15)

xv

2. Manfaat Praktis ... 11

BAB II. LANDASAN TEORI ... 12

A. Atensi ... 12

1. Definisi Atensi ... 12

2. Fungsi Atensi ... 13

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi ... 15

B. Attention Restoration Theory (ART) ... 17

1. Definisi Attention Restoration Theory (ART) ... 17

2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART) ... 19

3. Directed Attention Fatigue (DAF) ... 20

4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed Attention Fatigue (DAF) ... 22

5. Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban ... 24

C. Micro-break ... 29

1. Definisi Micro-Break ... 29

2. Tipe Micro-Break ... 30

D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif ... 31

E. Dinamika Penelitian ... 33

F. Skema Penelitian ... 38

G. Hipotesis ... 38

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 39

A. Jenis Penelitian ... 39

(16)

xvi

C. Variabel Penelitian ... 40

1. Variabel Bebas ... 40

2. Variabel Terikat ... 41

3. Upaya Kontrol ... 41

D. Definisi Operasional... 43

1. Atensi ... 43

2. Involuntary Attention ... 43

E. Subjek Penelitian ... 44

F. Metode Pengumpulan Data ... 44

1. Alat dan Bahan Penelitian ... 44

2. Prosedur Persiapan Penelitian ... 44

3. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 46

4. Tim Pelaksanaan Penelitian ... 46

G. Alat Pengumpulan Data ... 47

1. Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 48

2. Attention Network Test (ANT) ... 49

H. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 52

1. Validitas ... 52

2. Reliabilitas ... 56

I. Metode Analisis Data ... 60

1. Uji Asumsi ... 60

2. Uji Hipotesis ... 61

(17)

xvii

A. Persiapan Penelitian ... 63

1. Persiapan Alat Penelitian ... 63

2. Persiapan Teknis Penelitian ... 66

B. Pelaksanaan Penelitian ... 67

1. Waktu Pelaksanaan Penelitian ... 67

2. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 68

3. Observasi Pelaksanaan Penelitian ... 69

C. Deskripsi Subjek Penelitian ... 70

D. Deskripsi Data Penelitian ... 71

E. Hasil Analisis Data ... 71

1. Uji Normalitas ... 71

2. Uji Homogenitas ... 73

3. Uji Hipotesis ... 73

4. Analisis Tambahan ... 77

F. Pembahasan ... 79

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 86

A. Kesimpulan ... 86

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 87

1. Bagi Penelitian Selanjutnya ... 87

2. Bagi Mahasiswa ... 88

3. Bagi Pemerintah ... 88

(18)

xviii

(19)

xix

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Desain Eksperimen Efektivitas Pemaparan Involuntary Attention

terhadap Tingkat Atensi pada Mahasiswa... 40

Tabel 2. Blue print Skala Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 49

Tabel 3. Reliabilitas Perceived Restorativeness Scale (PRS) versi adaptasi ... 57

Tabel 4. Uji Normalitas Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59

Tabel 5. Hasil Korelasi Test-retest Attention Network Test Versi Adaptasi ... 59

Tabel 6. Seleksi Video menggunakan Perceived Restorativeness Scale (PRS) ... 65

Tabel 7. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 68

Tabel 8. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia ... 70

Tabel 9. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 71

Tabel 10. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Program Studi ... 71

Tabel 11. Uji Normalitas masing-masing Kelompok Penelitian Berdasarkan Fungsi Atensi ... 72

Tabel 12. Uji Homogenitas... 73

(20)

xx

Tabel 14. Uji Beda Wilcoxon masing-masing Fungsi Atensi pada Kelompok

Penelitian tahap pre-test dan post-test ... 75

Tabel 15. Uji One Way Anova pada Tiga Kelompok Penelitian ... 76

Tabel 16. Rata-rata Keakuratan (%) Kelompok Penelitian tahap pre-test

(21)

xxi

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Efek Pemulihan dalam Attention Restoration Theory (ART) ... … 18

Skema 2. Skema Penelitian tentang Efektivitas Pemaparan Video Lanskap

Vegetasi sebagai stimulus Involuntary Attention dan video lanskap

(22)

xxii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi .... 15

Gambar 2. Proses Eksperimen dalam Attention Network Test (ANT) ... 49

Gambar 3. Dasar perhitungan dari tiga fungsi atensi dalam Attention

(23)

xxiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1. Hasil Uji One Way Anova (seleksi video), Uji Reliabilitas

Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan Attention Network

Test (ANT) ... . 94

LAMPIRAN 2. Hasil Analisis Attention Network Test (ANT) Pre-test

dan Post-test ... 99

LAMPIRAN 3. Hasil Uji Analisis Tambahan ... 106

LAMPIRAN 4. Perceived Restorativeness Scale (PRS) dan instruksi Attention

Network Test (ANT) versi 1.3.0 ... 108

LAMPIRAN 5. Hasil Direct-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 112

LAMPIRAN 6. Hasil Back-Translation Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 115

LAMPIRAN 7. Hasil Pemeriksaan Perceived Restorativeness Scale (PRS)

dan instruksi Attention Network Test (ANT) ... 117

LAMPIRAN 8. Skala Adaptasi PRSdan instruksi Attention Network Test (ANT)

dan tabel hasil ANT ... 123

LAMPIRAN 9. Lembar Informed Consent... 130

LAMPIRAN 10. Deskripsi Data penelitian ... 131

(24)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perpindahan penduduk dari desa ke kota atau akrab disebut urbanisasi,

mengalami peningkatan yang pesat diseluruh dunia. Lebih dari setengah umat

manusia kini tinggal di daerah perkotaan. Pada tahun 2050 proporsi ini

diperkirakan akan melebihi 70% (Heilig dalam Bratman, Daily, Levy, &

Gross, 2015). Menurut catatan Divisi Populasi PBB, hampir dua pertiga dari

populasi dunia akan tinggal di daerah perkotaan dalam 30 tahun ke depan

(Vlahov & Galea dalam Maas, Verheij, Groenewegen, Vries, &

Spreeuwenberg, 2006) sehingga membuat lingkungan tempat tinggal semakin

padat dengan berbagai aktivitas dan permasalahan di dalamnya.

Negara berkembang yang mulai mengalami dampak dari urbanisasi adalah

Indonesia. Salah satu ciri dari urbanisasi adalah tingginya aktivitas yang

menuntut mobilitas yang tinggi sehingga kebutuhan akan sarana transpotasi

menjadi penting (Iskandar, 2013). Kepadatan penduduk di Indonesia terlihat

dari meningkatnya pemenuhan sarana transportasi yang ditunjukkan dari data

perkembangan jumlah kendaraan bermotor oleh Badan Pusat Statistik

Indonesia tahun 2013 yang mencapai 104.118.969 buah

(25)

jumlah kendaraan, membuat tingkat kemacetan dan kepadatan lingkungan

semakin bertambah.

Dampak urbanisasi mengakibatkan penurunan kualitas lingkungan yang

dapat mempengaruhi kesehatan seseorang (Lee, Williams, Sargent, Williams,

& Johnson, 2015). Menurut World Health Organization tahun 1948, definisi

kesehatan adalah seseorang yang memiliki keadaan fisik, mental, dan

kesejahteraan sosial yang baik bukan hanya diakibatkan oleh penyakit atau

gangguan tertentu (Steg, Van Den Berg, & De Groot, 2013). Kepadatan

penduduk dengan banyaknya aktivitas di lingkungan perkotaan, membuat

keadaan lingkungan tempat tinggal dan tempat bekerja dapat berpengaruh

terhadap kesehatan dan kesejahteraan seseorang.

Lingkungan yang “sakit” dapat mengancam kesehatan secara fisiologis

maupun psikologis (Largo-Wight, Chen, Dodd, & Weiler, 2011). Dampak

fisiologis yang ditimbulkan adalah polusi udara dalam ruangan dan racun yang

dapat menyebabkan penyakit seperti Sick Building Syndrome (Samet &

Spengler dalam Largo-Wight dkk., 2011). Kemudian, dampak psikologis

akibat lingkungan yang tidak sehat, misalnya lingkungan yang padat dan

berisik. Lingkungan yang padat dan berisik dapat mengakibatkan kelelahan

mental dan stres kronis (Brennan, Chugh, & Kline; Raffaello & Maass dalam

Largo-Wight dkk., 2011).

Kelelahan mental yang dialami oleh seseorang yang tinggal di daerah

perkotaan dapat menurunkan fungsi kognitif seseorang sedangkan stres kronis

(26)

ketegangan, kemarahan, kebingungan, dan perubahan perilaku (Liu, Mattson,

& Kim, 2004).

Penelitian terbaru mengatakan bahwa seseorang yang tinggal di daerah

perkotaan dengan segala aktivitas dan permasalahan di dalamnya, membuat

pengolahan sistem informasi yang diterima terlalu banyak (Lee dkk., 2015).

Seseorang yang mengolah informasi terlalu banyak dapat berpotensi

mengalami kelelahan mental sehingga membuat kontrol terhadap atensi

menjadi berkurang (Kaplan, Bardwell, & Slakter, 1993).

Fungsi kognitif khususnya atensi, berkaitan dengan otak sebagai bagian

dari organ dalam tubuh manusia. Otak memiliki fungsi untuk mengontrol

pikiran, emosi, dan motivasi seseorang (Gloor; Rockland; Shephred dalam

Sternberg, 2008). Selain itu, otak memiliki sistem saraf yang digunakan

sebagai dasar kemampuan seseorang untuk memahami, beradaptasi, dan

berinteraksi dengan dunia sekitar (Gazzaniga; Gazzaniga, Ivry, & Mangun,

dalam Sternberg, 2008). Sistem syaraf tersebut membuat seseorang dapat

menerima, memproses, dan merespon informasi dari lingkungan sekitar

(Pinker; Rugg dalam Sternberg, 2008).

Peran atensi dapat dilihat berdasarkan sudut pandang fungsi atensi.

Terdapat tiga fungsi atensi yang didasarkan pada fungsi anatomi otak yaitu

Alerting, Orienting, dan Executive Control (Bratman dkk., 2015; MacLeod,

McConnell, Lawrence, Eskes, Klein, & Shore, 2010; Berman, Jonides, &

Kaplan, 2008; Fan, McCandliss, Sommer, Raz, & Posner, 2002; Emfield &

(27)

menanggapi rangsangan, kemudian fungsi orienting terkait penyeleksian

stimulus dan mengalokasikan perhatian. Terakhir, fungsi executive control

terkait penyelesaian konflik. Dari ketiga fungsi atensi tersebut, fungsi

executive control merupakan fungsi yang paling banyak membutuhkan upaya

mental dibandingkan ketiga fungsi lainnya (Bratman dkk, 2015; Berman dkk,

2008).

Atensi memiliki peranan yang penting dalam kehidupan sehari-hari,

khususnya dalam proses kognitif dan fungsi emosi seseorang (Berman dkk.,

2008). Peran atensi ini membantu seseorang dalam proses belajar di sekolah.

Disisi lain, atensi juga berperan dalam proses penyimpanan memori jangka

pendek (Jonides, Lewis, Nee, Lustig, Berman, & Moore dalam Berman dkk.,

2008).

Pada dasarnya atensi dapat mengalami penurunan akibat proses kognitif

yang dilakukan secara terus menerus sehingga membuat seseorang dapat

mengalami kelelahan mental atau biasa disebut dengan Directed Attention

Fatigue (DAF) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Varkovetski, 2015).

Kelelahan mental juga dapat terjadi karena terlalu banyak isyarat atau stimulus

yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Penurunan atensi dapat terjadi akibat

kapasitas neurologis seseorang terbatas untuk dapat mendeteksi jutaan

stimulus yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Seandainya seluruh jutaan

stimulus tersebut dapat terdeteksi, otak tidak akan mampu memproses seluruh

(28)

Sejak jaman dahulu, unsur alam dipercaya dapat membantu memperbaiki

kesehatan fisik maupun psikis seseorang yang tinggal didaerah perkotaan

(Olmsted dalam Vivi, 2011). Seseorang rela mengeluarkan biaya yang mahal

hanya untuk melihat lautan (Lange & Schaeffer dalam Vivi, 2011). Selain itu,

unsur alam dapat membantu pemulihan pasien paska operasi (Ulrich dalam

Kaplan & Kaplan, 1989). Pengalaman bersinggungan dengan lingkungan alam

atau vegetasi terasa ketika, banyak orang mencari tempat untuk beristirahat

dan berekreasi karena tekanan tugas, lingkungan yang gaduh, dan akibat

stresor lainnya (Knopf; Schreyer dalam Hartig, Evans, Jamner, Davis, &

Garling, 2003).

Respon fisik dan psikis seseorang terhadap vegetasi tidak lepas dari

pandangan estetika berdasarkan pengalaman yang dialami seseorang (Ulrich,

1986). Pandangan estetika menitikberatkan pada beberapa pilihan atau

perasaan suka atau tidak suka yang diasosiasikan dengan emosi dan keadaan

neurofisiologis seseorang (Berlyn; Ulrich dalam Ulrich, 1986). Dari hasil

penelitian berdasarkan pandangan estetika, pengalaman seseorang dengan

unsur alam atau vegetasi membuat seseorang jauh lebih positif, baik secara

emosi maupun fisik.

Dampak negatif dari lingkungan perkotaan dapat membuat seseorang

cenderung mengalami kelelahan mental. Hal tersebut mendorong para peneliti

untuk melakukan penelitian yang memanfaatkan kontak visual dengan

lingkungan alam atau vegetasi sebagai stimulus untuk memulihkan atensi dari

(29)

Kaplan & Kaplan, 1989; Lee dkk., 2015; Lohr, Pearson-Mims, & Goodwin,

1996; Mancuso, Rizzitelli, & Azzarello, 2006; Pasini, Berto, Brondino, Hall,

& Ortner, 2014; Steg dkk., 2013).

Beberapa pendekatan teoritis terkait dengan psikologi lingkungan

menjelaskan tentang manfaat lingkungan alam bagi kesehatan psikologis

manusia, terlebih dalam memberikan efek pemulihan akibat kelelahan mental

dan menurunkan tingkat stres seseorang (Steg dkk., 2013). Kaitan antara

lingkungan alam atau vegetasi dengan proses kognitif manusia, dikonsepkan

oleh Stephan Kaplan dan Rachel Kaplan dalam Attention Restorative Theory

(ART). ART didasarkan pada terminologi dari William James (1892)

membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary attention dan involuntary

attention (Kaplan & Kaplan, 1989). Proses efek pemulihan akibat kelelahan

mental pada ART berfokus pada involuntary attention seseorang (Kaplan &

Kaplan, 1989).

Voluntary attention biasa disebut dengan direct attention. Direct

attention memiliki peranan penting dalam proses kognitif dan fungsi emosi

seseorang (Berman dkk., 2008; Varkovetski, 2015). Kemudian, involuntary

attention adalah pemusatan perhatian seseorang terhadap suatu objek tanpa

membutuhkan upaya mental. Objek dalam Attention Restorative Theory

(ART) adalah lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan (Kaplan &

Kaplan, 1989). Lingkungan yang dimaksud dalam ART adalah lingkungan

dengan adanya unsur tanaman, lanskap alam terbuka, vegetasi atau yang

(30)

Jika involuntary attention berhubungan dengan objek yang menarik dan

cenderung tidak membutuhkan upaya mental, maka voluntary attention atau

direct attention memiliki potensi untuk mengalami kelelahan atau Directed

Attention Fatigue (DAF) (Kaplan dkk., 1993; Varkovetski, 2015). Jika tidak

disadari, DAF memiliki dampak serius pada kualitas hidup seseorang,

misalnya mudah mengalihkan perhatian, kurang bersabar, mudah marah, dan

cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih dahulu (Kaplan &

Kaplan, 1989; Kaplan, 1995; Kaplan dkk., 1993).

Dalam Attention Restoration Theory (ART) objek untuk memunculkan

stimulus involuntary attention berupa lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan

& Kaplan, 1989). Untuk itu, ART mengkategorikan empat komponen

lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dari kelelahan mental.

Empat komponen tersebut adalah pesona(fascination), menjauh(being away),

kesesuaian(compatibility), dan luas (extent) (Kaplan & Kaplan, 1989; Kaplan

1995; Berman dkk., 2008; Kaplan dkk., 1993; Steg dkk., 2013). Fascination

merupakansuatu lingkungan yang membuat seseorang terpesona atau kagum.

Selain itu, fascination merupakan komponen utama dalam memunculkan

involuntary attention seseorang. Kemudian being away merupakan gambaran

suatu lingkungan yang berbeda dari kehidupan sehari-hari. Selain itu,

komponen extent yaitu lingkungan yang membuat seseorang dapat

menghabiskan waktu dan bereksplorasi. Terakhir, compatibility yaitu adanya

(31)

lingkungan sehingga tidak memerlukan upaya mental yang berlebihan untuk

memproses infomasi tentang suatu lingkungan (Steg dkk., 2013).

Banyak penelitian yang memanfaatkan lingkungan alam atau vegetasi

untuk memulihkan atensi. Penelitian sebelumnya menggunakan tanaman

hidup, kumpulan foto, dan, video tentang lingkungan alam sebagai media

memunculkan stimulus involuntary attention (Berto, 2014; Berman dkk.,

2008). Seseorang yang melakukan kontak visual, seperti berjalan di taman

dengan durasi 55 menit dan melihat gambar lingkungan vegetasi dengan

durasi 10 menit secara signifikan dapat mengurangi kelelahan mental (Berman

dkk., 2008). Penelitian terbaru mengatakan bahwa dengan melihat screensaver

bergambar taman bunga di atap gedung selama 40 detik dapat meningkatkan

atensi (Lee dkk., 2015). Selain berjalan di taman dan melihat gambar,

menonton video juga dapat menjadi stimulus involuntary attention. Video

dalam penelitian sebelumnya memiliki durasi 10 menit dengan kualitas

rekaman yang kurang memadai, khusunya suara (Hartig, Korpela, Evans, &

Garling, 1997).

Manfaat yang diberikan oleh lingkungan dengan unsur alam berbanding

terbalik dengan dampak visual yang mengaitkan unsur bangunan. Dampak

negatif dari lingkungan perkotaan ini muncul karena persepsi seseorang

tentang aktivitas di lingkungan perkotaan yang ramai dan penuh dengan

keributan (Magi, Rowntree, & Brush dalam Ulrich, 1986). Beberapa fitur

buatan manusia, seperti tiang bangunan dan saluran listrik dapat mengurangi

(32)

Manfaat bersinggungan dengan lingkungan alam atau vegetasi sebagai

media pemulihan, dapat dirasakan tanpa membutuhkan biaya yang banyak

(Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015) dan dapat dilakukan secara efektif.

Berdasarkan sudut pandang ergonomi, beristirahat disela-sela waktu

mengerjakan tugas merupakan aktivitas yang baik untuk dilakukan (Hedge,

2002). Aktivitas yang digunakan untuk beristirahat biasa disebut dengan

micro-break. Micro-break merupakan salah satu jenis istirahat singkat yang

dapat dilakukan oleh seseorang disela-sela waktu mengerjakan tugas (Kim,

Park, & Niu, 2016). Jenis micro-break yang digunakan dalam penelitian ini

adalah relaksasi, karena pada penelitian sebelumnya relaksasi merupakan

salah satu jenis micro-break yang efektif untuk memulihkan diri dari tuntutan

pekerjaan (Kim dkk., 2016).

Penelitian ini akan memanfaatkan perangkat komputer sebagai media

untuk memunculkan stimulus involuntary attention seseorang. Perangkat

komputer dimanfaatkan sebagai media dalam memunculkan stimulus

involuntary attention karena pada era globalisasi ini, aktivitas masyarakat di

perkotaan pada umumnya menggunakan peralatan elektronik seperti

komputer. Khususnya mahasiswa yang menggunakan komputer untuk

mendukung kegiatan perkuliahan, misalnya untuk mengerjakan tugas. Selain

itu, komputer juga digunakan untuk mendukung kegiatan operasional di dalam

perusahaan, sekolah, maupun instansi pemerintahan. Berdasarkan hasil survei

(33)

menunjukkan bahwa 92 % perusahaan di Indonesia telah menggunakan

komputer sebagai pendukung kegiatan bisnisnya.

Manfaat berinteraksi dengan lingkungan alam terhadap atensi seseorang,

akan diukur oleh peneliti menggunakan Attention Network Test (ANT) versi

1.3.0 yang dibuat oleh Dr. Jin Fan dari Amerika Serikat pada tahun 2002.

ANT digunakan untuk mengevaluasi tiga fungsi atensi yaitu alerting,

orienting, dan executive control berdasarkan anatomi dan fungsi bagian otak

(Bratman dkk., 2015; MacLeod dkk., 2010; Berman dkk., 2008; Fan dkk.,

2002; Emfield & Neider, 2014).

B. Rumusan Masalah

Apakah secara empiris pemaparan involuntary attention berupa video lanskap

vegetasi dapat meningkatkan atensi mahasiswa ?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pemaparan involuntary

attention terhadap tingkat atensi pada mahasiswa.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoretis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi bagi ilmu

(34)

pengetahuan mengenai efektivitas pemaparan involuntary attention dalam

upaya meningkatkan atensi pada mahasiswa.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi kepada pembaca,

tentang keefektifan pemaparan involuntary attention terhadap tingkat

(35)

12

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Atensi

Pada sub bab ini akan dibahas mengenai atensi sebagai bagian dari proses

kognitif seseorang. Penelitian sebelumnya mengatakan bahwa atensi

seseorang dapat mengalami penurunan akibat kelelahan mental. Namun, atensi

dapat dipulihkan kembali dengan memanfaatkan lingkungan vegetasi alam.

Sebelum kita mengetahui kaitan antara manfaat lingkungan alam dalam

memulihkan penurunan atensi akibat kelelahan mental, berikut akan

dijelaskan tentang definisi atensi, fungsi atensi, dan faktor-faktor yang

mempengaruhi atensi.

1. Definisi Atensi

Atensi adalah fokus dan konsentrasi dari usaha mental yang biasanya

menghasilkan kesadaran oleh rangsangan sensorik eksternal, yang

ditangkap melalui panca indra atau pengalaman yang membutuhkan upaya

mental (Hill dalam Brown, 2007). Atensi dapat dipahami sebagai sumber

daya mental yang sangat terbatas (Anderson, 1980). Definisi lain juga

mengatakan bahwa, atensi adalah sumber daya mental yang sangat terbatas

dan hanya dapat dialokasikan paling banyak untuk proses kognitif dalam

satu waktu tertentu (Anderson, 1980).

Atensi adalah cara kita secara aktif memproses sejumlah informasi

(36)

indra, memori yang tersimpan, dan oleh proses-proses kognitif kita yang

lain (De Weerd; Duncan; Motter; Posner & Fernandez-Duque; Rao dalam

Steinberg, 2008). Atensi merupakan pemusatan upaya mental pada

peristiwa-peristiwa yang membutuhkan upaya mental. (Schneider &

Shiffrin dalam Steinberg, 2008).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa atensi

adalah suatu cara yang dilakukan seseorang untuk memproses sejumlah

informasi yang ditangkap oleh panca indra dan diproses dengan

menggunakan sumber daya mental yang terbatas, kemudian diolah oleh

proses-proses kognitif lainnya.

2. Fungsi Atensi

Dalam beberapa tahun terakhir, tiga jaringan atensi dijelaskan dari segi

anatomi dan fungsi bagian otak. Fungsi tersebut meliputi alerting,

orienting, dan executive control (Fan dkk., 2002). Berikut akan dijelaskan

mengenai ketiga jenis fungsi tersebut.

a. Siaga (Alerting)

Alerting adalah aktivitas yang melibatkan seseorang dalam

menjaga sensitivitas untuk menanggapi rangsangan yang diberikan

oleh lingkungan (Ishigami, 2011). Alerting juga diartikan sebagai

fungsi untuk mencapai dan mempertahankan perhatian dan terkait

dengan kesiagaan seseorang.

Sistem alerting dikaitkan dengan frontal dan bagian parietal pada

(37)

berbagai tingkat kewaspadaan sehingga otak mengaktifkan frontal dan

bagian parietal pada otak bagian kanan. Hal ini diduga juga

disebabkan oleh distribusi kortikal sistem norepinefrin otak (NE)

(Coull, Frith, Frackowiak, & Grasby; Marrocco, Witte, dan Davidson

dalam Fan dkk., 2002).

b. Orientasi (Orienting)

Orienting melibatkan aktivitas dalam menyeleksi stimulus dan

mengalokasikan perhatian terhadap rangsangan stimulus yang terjadi

di lingkungan (Ishigami, 2011). Jaringan orienting bertanggung jawab

untuk gerakan berdasarkan stimulus sensorik yang muncul (McLeod,

2009).

Sistem orienting berkaitan dengan kinerja lobus parietal superior

yang berhubungan erat dengan bagian intraparietal lateralis pada

monyet, yaitu untuk menghasilkan gerakan mata (Anderson, Synder,

Bradley, dan Xing dalam Fan dkk., 2002). Ketika atensi berpindah

pada stimulus yang diperhatikan, maka aktivitas otak berpindah pada

junction temporal-parietal (Corbetta dalam Fan dkk., 2002).

c. Kontrol Eksekutif (Executive Control)

Kontrol Eksekutif atau Conflict Effect adalah pemantauan suatu

peristiwa atau kejadian dan meliputi penyelesaian konflik (Ishigami,

2011). Penyelesaian konflik meliputi berbagai jenis tugas dan aktivitas

yang membutuhkan paling banyak usaha mental (Brush dalam Fan

(38)

aktivitas pemantauan dan penyelesaian konflik antara ekspektasi,

stimulus, dan respon (MacLeod dkk., 2010). Kontrol eksekutif

mengaktifkan anterior cingulate dan korteks prefrontal (Bush, Luu, dan

Posner; MacDonald, Cohen, Stenger, & Carter dalam Fan dkk., 2002).

Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi diadaptasi dari Ishigami, Y. (2011). The Attention Network Test (ANT): Individual Differences Components Of Attention Across The Life Span. 2011. Thesis. Dalhousie University.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Atensi

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi atensi seseorang,

diantaranya faktor usia, lingkungan, dan gangguan pada otak. Berikut

penjelasan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi atensi.

a. Usia

Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi atensi.

[image:38.595.85.511.214.631.2]
(39)

Engle dan Funke pada tahun 2007, terdapat perbedaan yang signifikan

antara orang yang lebih tua dengan orang yang jauh lebih muda dalam

hal kesiagaan untuk menanggapi stimulus. Orang yang lebih muda

memiliki kesiagaan yang lebih baik dibandingkan pada orang yang

lebih tua. Dalam penelitian tersebut kategori usia yang lebih tua adalah

61 sampai 87 tahun sedangkan usia yang lebih muda 18-21 tahun

(Jennings, Dagenbach, Engle, Funke, 2007).

b. Lingkungan

Tingkat atensi juga tidak lepas dari faktor lingkungan. Berdasarkan

hasil penelitian terbaru yang dilakukan oleh Lee, Williams, Sargent,

dan Williams tahun 2015, lingkungan yang identik dengan suasana

perkotaan yang padat bangunan dan aktivitas di dalamnya, dapat

menurunkan tingkat atensi seseorang (Lee dkk., 2015). Lingkungan

yang memiliki unsur vegetasi dapat meningkatkan atensi seseorang.

Hasil penelitian tersebut didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Bratman, Daily, Levy, dan Gross pada tahun 2015, yang juga

mengatakan bahwa tingkat atensi seseorang dipengaruhi oleh

lingkungan sekitar (Bratman dkk., 2015).

c. Gangguan pada Otak

Otak adalah pusat fungsi atensi. Jika otak mengalami gangguan

maka akan berpengaruh pada fungsi atensi. Terdapat beberapa

penelitian yang mengatakan bahwa individu gangguan atau kerusakan

(40)

menggunakan Attention Network Test (ANT). Misalnya individu

dengan gangguan klinis memiliki kecenderungan lemah pada fungsi

yang lebih spesifik, misalnya lemahnya fungsi executive control terjadi

pada individu yang memiliki gangguan Borderline Personality

Disorder (Posner, Rothbart, Vizueta, Levy, Evans, Thomas, & Clarkin

dalam MacLeod dkk., 2010) kemudian lemahnya fungsi orienting

biasanya terjadi pada individu yang mengalami benturan atau gegar

otak (Donkelaar, Langan, Rodriguez, Drew, Halterman, Osternig, &

Chou dalam MacLeod dkk., 2010).

B. Attention Restoration Theory (ART)

Attention Restoration Theory (ART) merupakan salah satu teori tentang

Psikologi Lingkungan. ART dikonsepkan menjadi sebuah teori oleh Rachel

Kaplan dan Stephan Kaplan dalam bukunya yang berjudul The Experience of

Nature yang terbit pada tahun 1989. Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa

lingkungan dapat berpengaruh terhadap sistem kognitif seseorang khususnya

lingkungan dengan vegetasi. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi ART,

jenis atensi dalam ART, Directed Attention Fatigue, dan komponen

lingkungan yang memberikan efek memulihkan.

1. Definisi Attention Restoration Theory (ART)

Attention Restoration Theory (ART) merupakan penjelasan tentang

analisis dari berbagai macam lingkungan. Lingkungan dapat mengarahkan

(41)

mental (voluntary attention). Voluntary attention dalam ART biasa disebut

dengan direct attention (Kaplan & Kaplan, 1989). ART mengidentifikasi

bahwa atensi sebagai sumber daya mental yang terbatas sehingga dapat

mengalami kelelahan mental. Sedangkan lingkungan alam khususnya

vegetasi dapat menyediakan daya tarik yang lembut (involuntary attention)

untuk memulihkan atensi seseorang dari kelelahan mental (Kaplan, 1995;

Kaplan & Kaplan, 1989; Berman dkk., 2010). ART mengidentifikasi

direct attention sebagai bagian dari mekanisme kognitif dan dapat

dipulihkan oleh interaksi seseorang dengan lingkungan alam (Berman

dkk., 2008).

Berdasarkan beberapa definisi tentang Attention Restoration Theory

(ART), dapat disimpulkan bahwa ART adalah proses atensi yang

membutuhkan upaya mental dan memiliki kecenderungan mengalami

kelelahan mental sedangkan stimulus involuntary attention berupa

lingkungan alam dimanfaatkan untuk memulihkan diri dari kelelahan

mental.

(42)

2. Jenis Atensi dalam Attention Restoration Theory (ART)

ART didasarkan pada terminologi yang dijelaskan oleh William James

tentang perbedaan atensi pada manusia (Berman dkk., 2008; Kaplan

&Kaplan, 1989). James membagi atensi menjadi dua yaitu voluntary

attention dan involuntary attention. Berikut penjelasan mengenai definisi

voluntary attention, dan involuntary attention dalam ART.

a. Voluntary Attention

Voluntary attention atau direct attention adalah atensi yang

diarahkan oleh kontrol proses kognitif. Direct attention memaksa

seseorang untuk memperhatikan sesuatu yang tidak terlalu menarik

dan memerlukan usaha yang baik dalam proses kognitif (Kaplan &

Kaplan, 1989). Definisi lain mengatakan bahwa direct attention

merupakan proses kognitif bottom-up yang meliputi penyelesaian

masalah ketika seseorang berusaha menekan stimulus yang

mengganggu (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Direct attention

merupakan salah satu pendukung terjadinya kelelahan mental. Hal ini

dapat terjadi karena banyak kegiatan sehari-hari yang menuntut upaya

mental (Hartig, Mang, & Evans, 1991).

Dari beberapa definisi tentang voluntary attention di atas, dapat

disimpulkan bahwa voluntary attention atau direct attention adalah

atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif

bottom-up yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga

(43)

b. Involuntary Attention

Involuntary attention merupakan atensi yang tidak membutuhkan

upaya mental dan dipusatkan oleh sesuatu yang berhubungan erat

dengan hal-hal yang menarik atau stimulus yang penting, misalnya

sesuatu yang bergerak, kata-kata, sesuatu berbahan metal, hewan buas,

dll (Kaplan & Kaplan, 1989). Definisi lain menjelaskan bahwa,

involuntary attention merupakan stimulus yang ditangkap oleh atensi

seseorang dan atensi tersebut berhubungan erat dengan sesuatu yang

menarik atau penting (Berman dkk., 2008; Lee dkk., 2015). Selain itu,

involuntary attention merupakan atensi yang terlibat ketika voluntary

attention mengalami kelelahan mental. Involuntary attention juga

merupakan aspek penting dalam upaya pemulihan dari kelelahan

mental dengan memunculkan stimulus yang mempesona (fascination)

(Hartig dkk., 1991).

Dari beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa

involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan

atensi dimana atensi tersebut tidak membutuhkan upaya mental karena

berhubungan erat dengan sesuatu yang menarik dan mempesona untuk

memulihkan direct attention.

3. Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue atau biasa disingkat dengan DAF berkaitan

dengan penggunaan direct attention untuk mendukung kegiatan

(44)

seseorang. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi DAF dan dampak

yang ditimbulkan oleh DAF.

a. Definisi Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala neurologis

atau biasa disebut dengan kelelahan mental yang menyerang sistem

otak central executive (Steg dkk, 2013). Definisi lain mengatakan

bahwa DAF adalah kelelahan mental yang dialami oleh seseorang

akibat penggunaan upaya mental yang terjadi secara berkepanjangan.

Intensitas mengerjakan tugas atau bekerja yang tinggi merupakan

penyebab dari kelelahan mental (Kaplan dkk., 1993).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kelelahan

mental atau DAF merupakan gejala neurologis yang menyerang sistem

otak central executive karena disebabkan oleh intensitas bekerja yang

tinggi dan berkepanjangan.

b. Dampak Directed Attention Fatigue (DAF)

Directed Attention Fatigue (DAF) memiliki dampak serius pada

kualitas hidup seseorang jika tidak disadari. Gejala yang terlihat adalah

mudah mengalihkan perhatian, kurang memiliki kesabaran, mudah

marah dan cenderung mengambil resiko tanpa memikirkannya terlebih

dahulu (Kaplan dkk., 1993). Seseorang yang mengalami kesulitan

untuk memusatkan perhatian adalah karakteristik dari kelelahan

mental. Kelelahan mental pada seseorang merupakan sesuatu yang

(45)

Dampak lain yang ditimbulkan adalah prestasi yang memburuk,

mudah marah, berperilaku kasar, dan menurunnya tingkat konsentrasi

(Ojobo, Mohamad, & Said, 2014).

Dari beberapa penjelasan tentang dampak DAF di atas, dapat

disimpulkan bahwa DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas

hidup seseorang karena jika seseorang mengalami DAF. DAF dapat

menurunkan performa dan konsentrasi seseorang. Selain itu, DAF

membuat seseorang kurang memiliki kesabaran, mudah mengambil

keputusan tanpa memikirkan resikonya, berperilaku kasar, dan mudah

marah.

4. Komponen Lingkungan yang Berdampak Memulihkan Directed

Attention Fatigue (DAF)

Setiap orang berpotensi mengalami DAF. Seseorang yang memiliki

tugas dan pekerjaan yang berlebihan membuat seseorang ingin beristirahat

(Kaplan & Kaplan, 1989). ART merumuskan empat komponen

lingkungan sebagai stimulus involuntary attention yang dapat memberikan

dampak memulihkan bagi direct attention seseorang. Keempat komponen

tersebut adalah Being Away, Extent, Fascination, Compatibility. Berikut

penjelasan mengenai keempat komponen tersebut.

a. Menjauh (Being Away)

Istilah “melarikan diri” sering digunakan pada orang-orang yang

ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Misalnya ketika

(46)

melakukan rutinitas sehari-hari. Seseorang berupaya untuk berisitirahat

dari kelelahan mental yang dialami akibat proses kognitif saat bekerja.

Maka lingkungan yang diciptakan adalah lingkungan yang jauh dari

rutinitas sehari-hari.

b. Luas (Extent)

Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah

lingkungan yang melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas, baik

dalam hal waktu dan tempat. Hal ini dapat dipersepsikan bahwa

seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat berkeliling dan

menjelajahi tempat tersebut. Extent atau luas tidak hanya diartikan

sebagai suatu hal yang bersifat geografis, namun juga interaksi sosial

yang terjadi di lingkungan (Miligram & Jodelet; Stokols & Shumaker

dalam Hartig, Korpela, Evans, & Garling, 1997).

c. Mempesona (Fascination)

Komponen fascination merupakan komponen yang penting dan

utama dalam menciptakan lingkungan yang memberikan dampak

memulihkan. Lingkungan yang dapat memberikan dampak

memulihkan adalah lingkungan yang tidak dapat dipisahkan dari

sesuatu yang menyenangkan, memikat, dan menawan. Lingkungan

yang memberikan efek memulihkan, dikatakan sebagai daya tarik

“lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan

(47)

merupakan komponen utama untuk mengistirahatkan direct attention

akibat kelelahan mental.

d. Kesesuaian (Compatibility)

Pengalaman seseorang bersinggungan dengan lingkungan alam

akan memunculkan efek memulihkan jika terjadi kesesuaian antara

tujuan yang dimiliki oleh seseorang dan manfaat lingkungan alam

yang dapat diberikan. Kesesuaian ini tidak membutuhkan usaha yang

besar dalam hal kognitif dan dapat membantu dalam memberikan efek

yang memulihkan. Adanya kesesuaian juga membuat seseorang tidak

memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga mampu

memberikan efek yang dapat memulihkan.

Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi

merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention

seseorang. Unsur tumbuhan yang ada dalam sebuah vegetasi merupakan

unsur yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam (Kaplan &

Kaplan, 1989).

5. Definisi Video Lanskap Vegetasi dan Video Lanskap Urban

Lingkungan yang dapat memberikan efek memulihkan dalam upaya

menciptakan involuntary Attention pada seseorang, akan dihadirkan dalam

bentuk video pada perangkat komputer. Berikut penjelasan mengenai

(48)

a. Definisi Video dan Definisi Lanskap

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, video adalah bagian yang

memancarkan gambar pada pesawat televisi. Video juga dapat

didefinisikan sebagai susunan dari serangkaian gambar-gambar yang

ditampilkan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga gambar

pada layar terlihat hidup (Arsyad, 2014).

Dari kedua definisi video di atas, dapat disimpulkan bahwa video

merupakan bagian yang dapat memunculkan serangkaian

gambar-gambar yang ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar-gambar pada

layar terlihat hidup.

Definisi selanjutnya mengenai lanskap. Menurut Kamus Besar

Bahasa Indonesia, lanskap adalah tata ruang di luar gedung. Definisi

lain menjelaskan bahwa lanskap adalah daerah yang dipersepsikan

oleh banyak orang sebagai hasil dari interaksi dari faktor alam dan atau

manusia (Steg dkk., 2013) dan persepsi merupakan bagian utama dari

definisi lanskap. Lanskap merupakan bagian penting dari kehidupan

seseorang. Lanskap merupakan bentuk yang melatar belakangi

aktivitas seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan manusia

(Antrop; Council of Europe dalam Steg dkk., 2013).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa lanskap

adalah tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang

[image:48.595.87.515.232.635.2]
(49)

belakangi ekspresi yang dinamis dari seseorang dengan lingkungan

alam dan kegiatan manusia.

b. Definisi Video Lanskap Vegetasi

Vegetasi menggambarkan perpaduan berbagai jenis tumbuhan di

suatu wilayah atau daerah (Sastroutomo, 1990). Vegetasi merupakan

suatu kumpulan tumbuh-tumbuhan yang terdiri dari beberapa jenis

tumbuhan yang hidup bersama-sama pada suatu tempat (Arief, 1994).

Tipe vegetasi suatu hutan diperlukan adanya pengetahuan tentang

satuan formasi. Satuan formasi didasarkan pada kenampakan

(fisiognomi) dan komposisi floristiknya (Arief, 1994).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa video

lanskap vegetasi merupakan serangkaian gambar tata ruang di luar

gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang sebagai kumpulan

beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu sesuai

dengan komposisi floristiknya. yang ditampilkan pada pesawat televisi

sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup.

c. Definisi Video Laskap Urban

Urban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia dapat diartikan

sebagai kota. Kota merupakan suatu ruang yang berisikan pemukiman

dan dihuni sejumlah besar manusia. Aktivitas yang terjadi di dalam

kota terkait fungsi ekonomi, fungsi kesehatan, fungsi kemasyarakatan,

fungsi pendidikan, fungsi bekerja, dll. Dalam memenuhi fungsi-fungsi

(50)

tinggal di dalam kota (Iskandar, 2013). Kota pada umumnya adalah

pusat kekuasaan dimana kota menjadi pusat industri, perdagangan, dan

kebudayaan (Sarwono, 1992).

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa urban

atau kota merupakan ruang yang berisikan sejumlah besar manusia

dimana kota sebagai pusat industri, perdagangan, dan kebudayaan

sehingga dibutuhkan mobiltas dalam memenuhi fungsi-fungsi yang

berkaitan dengan aktivitas di dalamnya.

Stres terhadap lingkungan dirasakan oleh seseorang dalam

kehidupan sehari-hari, terutama jika mereka tinggal di kota besar.

Terdapat lima stresor lingkungan urban secara umum (Steg dkk., 2013)

yaitu kebisingan, kesesakan, kualitas pemukiman yang buruk, kualitas

lingkungan yang buruk, dan kemacetan.

Kebisingan didefinisikan sebagai suara yang tidak diinginkan dan

memiliki karakteristik berdasarkan intensitas (decibel), frekuensi

(nada), berkelanjutan dan durasi (akut atau kronis). Intensitas

kebisingan yang tinggi dapat menimbulkan afek yang negatif seperti

kejengkelan (Steg dkk., 2013). Kesesakan adalah keadaan psikologis

yang terjadi ketika kebutuhan akan ruang melebihi dari ruang yang

telah disediakan. Ketika seseorang merasakan kesesakan, mereka akan

menunjukkan afek negatif, ketegangan, kecemasan, dan tanda-tanda

(51)

Penelitian menunjukkan korelasi kualitas pemukiman yang buruk

dengan permasalahan kesehatan mental seperti gejala kecemasan

(Hiscock, Macintyr, Kearns, & Ellaway dalam Steg dkk., 2013) dan

depresi (Shenassa, Daskalakis, Liebhaber, Braubach, & Brown dalam

Steg dkk., 2013). Karakteristik fisik dari lingkungan yang dapat

mengasilkan stress kronis adalah kualitas layanan, rekreasi, lalu lintas,

akses transportasi, pemeliharaan sarana dan prasarana yang buruk,

kualitas pendidikan, dan kesehatan, kebisingan, kesesakan, dan polusi

(Steg dkk., 2013). Tingginya angka kemacetan dapat menyebabkan

stes dan memunculkan afek negatif (Kozlowsky, Kluger, & Reich

dalam Steg dkk., 2013). Sebuah Penelitian menunjukkan tingkat

kemacetan berhubungan dengan stres, afek negatif, dan gangguan

motivasi (Novaco, Kliewer, Broquet, 1991 dalam Steg dkk., 2013).

Dari beberapa sumber stres lingkungan urban terdapat kesamaan

bahwa lingkungan urban dapat mengancam kesejahteraan seseorang.

Lingkungan urban juga berpotensi memunculkan afek negatif dan

sumber stres bagi seseorang sehingga dapat mengancam kesehatan

fisik maupun psikologis.

Dari beberapa penjelasan di atas, video lanskap urban merupakan

serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh

banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia

dan melatar belakangi aktivitas dari seseorang dengan lingkungan alam

(52)

manusia dengan aktivitas yang membutuhkan mobilitas sehingga

berpotensi memunculkan stres dan afek negatif bagi seseorang.

Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar

pada layar terlihat seakan-akan hidup.

C. Micro-break

Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang tidak lepas dari tuntutan tugas dan

pekerjaan. Terkadang, seseorang tidak sempat untuk beristirahat hingga

membuat mereka mengalami kelelahan mental. Penelitian ini ingin

memanfaatkan micro-break untuk memunculkan stimulus involuntary

attention dalam bentuk video. Berikut akan dijelaskan mengenai definisi

micro-break dan tipe micro-break.

1. Definisi Micro-break

Micro-break adalah istirahat pendek untuk melakukan gerakan,

misalnya berdiri, melakukan peregangan, atau melakukan tugas yang

berbeda. Istirahat singkat yang dapat dilakukan disela-sela waktu bekerja

(Hedge, 2002). Aktivitas micro-break diartikan sebagai aktivitas istirahat

pendek yang dilakukan secara sukarela atas dasar kebutuhan untuk

beristirahat diantara waktu mengerjakan serangkaian tugas yang dilakukan

kurang lebih lima menit (Kim dkk., 2016).

Berdasarkan kedua penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa

[image:52.595.85.515.210.619.2]
(53)

yaitu kurang lebih lima menit dan dilakukan diantara waktu mengerjakan

serangkaian tugas.

2. Tipe Micro-break

Micro-break memiliki beberapa tipe yang didasarkan dari berbagai

macam cara yang dapat dilakukan untuk melakukan micro-break ini.

Terdapat empat tipe memanfaatkan micro-break (Kim dkk., 2016). Berikut

akan dijelaskan keempat tipe tersebut.

a. Relaksasi

Relaksasi meliputi kegiatan fisik dan psikologis yang dapat

menenangkan pikiran dan tubuh seperti peregangan, berjalan-jalan

singkat, mendengarkan musik, dan memandang jendela ruangan.

b. Aktivitas Mengkonsumsi Asupan Gizi

Aktivitas mengkonsumsi asupan gizi adalah aktivitas Mengkonsumsi

makanan ringan dan minuman atas dasar kebutuhan fisiologis

misalnya, kebutuhan untuk memenuhi rasa lapar atau haus.

c. Aktivitas Sosial

Aktivitas sosial adalah aktivitas yang melibatkan seseorang untuk

bersosialisasi dengan teman atau rekan kerja melalui berbagai interaksi

tentang hal-hal yang tidak berkaitan dengan pekerjaan misalnya,

percakapan face to face, berinteraksi melalui telepon, atau jejaring

(54)

d. Aktivitas Kognitif

Aktivitas kognitif adalah waktu istirahat pendek yang memerlukan

proses kognitif dan usaha mental tetapi tidak melibatkan tututan

pekerjaan di dalamnya misalnya seperti membaca Koran, membuat

rencana pribadi, atau googling.

Dari beberapa tipe micro-break, penelitian ini akan menggunakan tipe

relaksasi dalam upaya memunculkan stimulus involuntary attention

dengan media video. Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, relaksasi

meliputi kegiatan fisik sekaligus psikologis yang digunakan untuk

menenangkan pikiran. Hal ini sesuai dengan tujuan dari munculnya

stimulus involuntary attention sebagai unsur yang memberikan efek

pemulihan dari kelelahan mental.

D. Mahasiswa dalam Tahap Perkembangan Kognitif

Penelitian ini akan menggunakan mahasiswa sebagai subjek penelitian.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa kebanyakan

mahasiswa mengerjakan tugas menggunakan media elektronik komputer atau

laptop. Selain itu, aktivitas mengerjakan tugas menggunakan komputer atau

laptop memiliki proporsi yang cukup tinggi. Hal tersebut yang mendasari

peneliti memilih mahasiswa sebagai subjek penelitian. Berikut akan dijelaskan

mengenai definisi mahasiswa yang termasuk dalam kategori perkembangan

(55)

Seseorang yang dikatakan memasuki tahap dewasa awal adalah ketika

seseorang mendapatkan pekerjaan dalam waktu yang penuh atau kurang lebih

tetap. Hal ini biasanya terjadi saat seseorang menyelesaikan sekolah

menengah atas untuk sebagian orang, dan untuk sebagian yang lain

melanjutkan jenjang pendidikan di Universitas atau sekolah pasca sarjana

(Santrock, 1995). Selain itu, dewasa awal dapat diartikan sebagai periode

transisional yang baru diajukan antara masa dewasa, biasanya rentang waktu

antara masa remaja akhir, hingga usia pertengahan dua puluh (Papalia, Olds,

& Feldman, 2009).

Berdasarkan model rentang kehidupan perkembangan kognitif milik K.

Warner Schaei (Schaei & Willis dalam Papalia, Olds, & Feldman, 2008)

dewasa awal adalah seseorang yang berada pada tahap pencapaian (achieving

stage). Seseorang tidak lagi mendapatkan informasi bagi kepentingan mereka

sendiri melainkan untuk mengejar target seperti karir dan keluarga. Kemudian

ditinjau dari perkembangan kognitif, seseorang yang berada pada tahap

dewasa awal adalah seseorang yang memiliki pikiran yang semakin rumit

serta dapat membuat pilihan pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan

perkembangan neurologis seseorang yang berada pada tahap dewasa awal

adalah mulai terbentuknya hubungan neuron, sinaps, dan dendrite baru

(Papalia dkk., 2009).

Dari beberapa definsi di atas dapat disimpulkan bahwa masa dewasa awal

adalah seseorang yang berada pada tahap transisional antara masa remaja

(56)

neuron, sinapsis, dan dendrite baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa

awal adalah seseorang yang memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas

pendidikan dan karirnya untuk mengejar target seperti karir dan keluarga.

E. Dinamika Penelitian

Penelitian ini didasarkan pada proses pemulihan atau restorasi akibat

kelelahan mental yang dijabarkan dalam Attention Restoration Theory (ART).

ART berpusat pada proses direct attention pada seseorang yang memiliki

sumber daya mental terbatas sedangkan lingkungan alam atau vegetasi

menyediakan daya tarik atau atensi yang tidak membutuhkan upaya mental,

sehingga direct attention dapat dipulihkan kembali.

Berdasarkan terminologi yang dijelaskan oleh William James (1892),

atensi memiliki dua jenis yaitu voluntary attention dan involuntary attention

(Kaplan & Kaplan, 1989). Voluntary attention atau direct attention adalah

atensi yang membutuhkan upaya mental berdasarkan proses kognitif top-down

yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari sehingga berpotensi mengalami

kelelahan mental.

Kelelahan mental atau Direct Attention Fatigue (DAF) merupakan gejala

neurologis atau kelelahan mental yang menyerang sistem otak eksekutif

sentral dan disebabkan oleh intensitas bekerja yang tinggi dan

berkepanjangan. DAF memiliki dampak yang serius bagi kualitas hidup

seseorang karena jika seseorang mengalami DAF, hal tersebut dapat

(57)

mengambil keputusan tanpa memikirkan resiko, berperilaku kasar, dan mudah

marah.

Menurut definisinya, dewasa awal adalah seseorang yang berada pada

tahap transisional antara masa remaja akhir hingga pertengahan usia dua

puluhan dan mulai terbentuknya hubungan neuron, sinapsis, dan dendrite

baru. Selain itu, seseorang pada tahap dewasa awal adalah seseorang yang

memiliki kemampuan untuk membuat pilihan atas pendidikan dan karirnya

untuk mengejar target seperti karir dan keluarganya.

Kemampuan seseorang yang berada pada tahap dewasa awal dilihat dari

perkembangan otak yang optimal dan kemampuan kognitif seperti

kemampuan dalam membuat pilihan dan memiliki target dalam kehidupannya,

membuat seseorang dapat memiliki performa yang baik dalam mengerjakan

tugas atau bekerja. Namun, kemampuan tersebut juga dibarengi dengan

tuntutan target dan tugas yang cukup tinggi membuat seseorang memiliki

kecenderungan untuk mengalami DAF.

Rachel Kaplan dan Stephan Kaplan memanfaatkan lingkungan alam

sebagai stimulus untuk memunculkan involuntary attention seseorang yang

dapat memberikan efek pemulihan dari kelelahan mental atau DAF.

Involuntary attention adalah stimulus yang mampu memunculkan atensi dan

digunakan sebagai media untuk pemulihan dari kelelahan mental karena

involuntary attention tidak membutuhkan upaya mental serta berhubungan

(58)

Attention Restoration Theory (ART) membuat empat komponen tentang

gambaran suatu lingkungan yang dapat memberikan efek pemulihan Direct

Attention Fatigue (DAF). Empat komponen itu adalah menjauh (being away),

Luas (extent), Mempesona (fascination), Kesesuaian (compatibility).

Being away sering dikaitkan dengan istilah “melarikan diri”. Lingkungan

yang memulihkan adalah lingkungan yang sering digunakan pada orang-orang

yang ingin beristirahat dari tugas dan pekerjaannya. Pada komponen extent

Lingkungan yang memberikan efek memulihkan adalah lingkungan yang

melibatkan bentuk dari sesuatu yang sifatya luas dalam baik dalam hal waktu

dan tempat misalnya, seseorang dapat menghabiskan waktu dan dapat

menjelajahi tempat tersebut. Extent juga diartikan sebagai suatu hal yang

bersifat geografis namun, juga interaksi sosial yang terjadi di lingkungan

tersebut. Komponen fascination merupakan komponen utama untuk

mengistirahatkan direct attention akibat kelelahan mental. Dalam menciptakan

lingkungan yang memberikan efek melegakan, dikatakan sebagai daya tarik

“lembut”. Misalnya sinar matahari, awan, butiran salju, dan gerakan daun

yang tertiup angin. Compatibility adalah kesesuaian tujuan seseorang dengan

manfaat yang diberikan oleh lingkungan alam. Adanya kesesuaian membuat

seseorang tidak memerlukan usaha dalam memproses informasi sehingga

mampu memberikan efek yang dapat memulihkan.

Dari keempat komponen tersebut, lingkungan alam seperti vegetasi

merupakan lingkungan yang dapat menjadi stimulus involuntary attention

(59)

yang penting untuk mempersepsikan lingkungan alam atau vegetasi (Kaplan

& Kaplan, 1989).

Stimulus involuntary attention pada penelitian ini akan menggunakan

video lanskap vegetasi, sedangkan video lanskap urban sebagai pembanding.

Berdasarkan definisinya video lanskap vegetasi merupakan serangkaian

gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang

sebagai kumpulan beberapa jenis tumbuhan yang memiliki ciri khas tertentu

sesuai dengan komposisi floristiknya dan ditampilkan pada pesawat televisi

sehingga gambar pada layar seakan-akan terlihat hidup. Media video lanskap

vegetasi ini akan memunculkan involuntary attention seseorang yang dapat

memulihkan diri dari DAF sehingga direct attention meningkat.

Video lanskap urban memiliki perbedaan dalam definisi maupun

pengaruhnya terhadap direct attention seseorang. Definisi video lanskap urban

adalah serangkaian gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh

banyak orang sebagai hasil interaksi antara faktor alam atau manusia dan

melatar belakangi aktivitas seseorang dengan lingkungan alam dan kegiatan

manusia. Tata ruang tersebut berisi sejumlah besar manusia dengan aktivitas

yang membutuhkan mobilitas sehingga berpotensi memunculkan stres dan

afek negatif bagi seseorang. Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat

televisi sehingga gambar terlihat seakan-akan hidup. Media video lanskap

urban ini kurang memiliki pengaruh terhadap munculnya involuntary attention

seseorang. Hal tersebut disebabkan oleh tidak terpenuhinya keempat

[image:59.595.84.513.202.636.2]
(60)

seseorang yang berpotensi mengalami kelelahan mental atau DAF akan

semakin mengalami penurunan performa direct attention.

Berdasarkan hasil observasi, peneliti mengamati bahwa kebanyakan

mahasiswa mengerjakan tugas menggunakan media elektronik komputer atau

laptop. Selain itu, aktivitas mengerjakan tugas menggunakan komputer atau

laptop memiliki proporsi yang cukup tinggi. Berdasarkan usia mahasiswa

masuk ke dalam kategori dewasa awal.

Maka penggunaan video lanskap vegetasi mampu membantu mahasiswa

untuk memulihkan direct attention akibat memiliki kecenderungan mengalami

DAF saat melakukan kegiatan dengan proses kognitif yang membutuhkan

upaya mental.

Video lanskap vegetasi dan video lanskap urban akan diputar saat

micro-break. Hal ini didasarkan atas pemanfaatan waktu istirahat yang singkat

kurang lebih lima menit selama mengerjakan serangkaian tugas. Dari beberapa

tipe micro-break, penelitian ini akan menggunakan tipe relaksasi dalam upaya

memunculkan stimulus involuntary attention dengan media video.

Berdasarkan definisi yang telah dijabarkan, relaksasi meliputi kegiatan fisik

sekaligus psikologis yang digunakan untuk menenangkan pikiran. Hal ini

sesuai dengan tujuan dari munculnya stimulus involuntary attention sebagai

(61)

F. Skema Penelitian

Skema 2.Skema penelitian tentang Efektivitas pemaparan Video Lanskap Vegetasi sebagai stimulus Involuntary Attention dan video lanskap urbanterhadap tingkat Direct Attention pada Mahasiswa.

G. Hipotesis

Hipotesis pada penelitian ini adalah video lanskap vegetasi dapat membantu

peningkatan direct attention pada mahasiswa dibandingkan dengan video

lanskap urban. Video Lanskap Vegetasi VideoLanskap Urban Direct Attention meningkat Kecenderungan mengalami Kelelahan mental (Directed

Attention Fatigue) pada Mahasiswa Penurunan sumber daya mental mental Direct Attention menurun

Saat micro-break

Direct Attention (Voluntary Attention )

pada Mahasiswa

Involuntary Attention dengan 4

komponen lingkungan dalam

(62)

39

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode kuasi

eksperimen. Penelitian eksperimen meneliti hubungan kausal atau hubungan

sebab-akibat antara Variabel Bebas dan Variabel Terikat (Seniati, Yuli

Gambar

Gambar 1. Area Otak yang berkaitan dengan jaringan tiga fungsi Atensi  Ishigami, Y. (2011)
gambar yang ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar pada
Gambar tersebut ditampilkan pada pesawat televisi sehingga gambar
gambar tata ruang di luar gedung yang dipersepsikan oleh banyak orang
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran komitmen pengurus, gambaran efektivitas organisasi, dan pengaruh komitmen pengurus terhadap efektivitas organisasi

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN TEKS TERJEMAHAN DAN SULIH SUARA DALAM FILM TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN CERITA ANAK (Studi Eksperimen tentang Efektivitas Penggunaan Teks

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Pengaruh kualitas pelayanan proses penyusunan skripsi terhadap tingkat kepuasan mahasiswa; 2) Pengaruh keaktifan mahasiswa

Hipotesis dalam penelitian ini adalah mahasiswa laki-laki memiliki tingkat prokrastinasi akademik yang lebih rendah dibandingkan dengan mahasiswa perempuan.. Data penelitian

Berdasar pada pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terkait dengan bagaimana tingkat berpikir geometri mahasiswa semester 2 Program Studi Matematika

Penelitian mengenai tingkat kepedulian dan self ejjlcac_v mahasiswa Universitas Terbuka terhadap e-Learning bertujuan untuk memperoleh informasi tentang tingkat

Jadi hipotesis peneliti di DITERIMA yaitu terdapat hubungan negatif antara dukungan sosial dengan tingkat kecemasan dalam mengerjakan skripsi pada mahasiswa sekolah

Menurut hasil dari penelitian peneliti, kecenderungan yang terjadi pada responden mahasiswa tingkat IV S1 Keperawatan di Stikes Banyuwangi memiliki tingkat