• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan cooperative learning tipe numbered head together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi SMK YPKK 2 Sleman.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penerapan cooperative learning tipe numbered head together untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi SMK YPKK 2 Sleman."

Copied!
217
0
0

Teks penuh

(1)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK YPKK

2 SLEMAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan pada Siswa Kelas X Akuntansi 5 SMK YPKK 2 Sleman

Yohanes Arga Pribadi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered head together; (2) peningkatan hasil belajar siswa pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered head together.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi 5 SMK 2 YPKK Sleman yang berjumlah 22 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered head together adalah materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(2)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEAD TOGETHER TYPE TO INCREASE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT ON ACCOUNTING

AND FINANCE SUBJECTS

A Classroom Action Research Conducted on The Tenth Grade Students of Accounting 5 State Vocational School YPKK 2 Sleman

Yohanes Arga Pribadi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aims of this research are to find out: (1) the improvement of student learning motivation on adjustment journal entries by applying cooperative learning of numbered head together type; (2) the improvement of student learning achievement on adjustment journal entries by cooperative learning of numbered head together type.

This research is a classroom action research. This research was done on the tenth grade 22 students of Accounting 5 Departement of State Vocational School 2 YPKK Sleman. The main components of the cooperative learning numbered head together type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(3)

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED

HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI

DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

AKUNTANSI SMK YPKK 2 SLEMAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi

Oleh:

YOHANES ARGA PRIBADI

NIM: 11 1334 040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN EKONOMI

BIDANG KEAHLIAN KHUSUS PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(4)
(5)
(6)

iv

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk:

Tuhan Yesus Kristus

Alm. Sujanto ayah terbaik

Supadmi ibu terhebat

Nita Krisnandari dan Yuli Kristanto kakak yang luar biasa

(7)

v

MOTTO

Dan Ketahuilah, Aku Menyertai kamu senantiasa

sampai kepada akhir zaman.

(Matius 28 : 20 )

Jangan Panik Mari Piknik

(Yohanes Arga Pribadi)

(8)
(9)
(10)

viii

ABSTRAK

PENERAPAN COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKUNTANSI SMK YPKK

2 SLEMAN

Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dilakukan pada Siswa Kelas X Akuntansi 5 SMK YPKK 2 Sleman

Yohanes Arga Pribadi Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta 2015

Tujuan dari penelitian adalah untuk mengetahui: (1) peningkatan motivasi belajar pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered head together; (2) peningkatan hasil belajar siswa pada materi jurnal penyesuaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif tipe numbered head together.

Jenis penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X Akuntansi 5 SMK 2 YPKK Sleman yang berjumlah 22 orang. Komponen-komponen utama dalam pembelajaran kooperatif tipe numbered head together adalah materi, pembagian kelompok, diskusi kelompok, kuis, dan penghargaan terhadap kelompok. Pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini dilakukan dengan menggunakan dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan observasi, kuesioner, tes, wawancara, dan dokumentasi. Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis komparatif.

(11)

ix

ABSTRACT

IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING NUMBERED HEAD TOGETHER TYPE TO INCREASE STUDENT LEARNING MOTIVATION AND LEARNING ACHIEVEMENT ON ACCOUNTING

AND FINANCE SUBJECTS

A Classroom Action Research Conducted on The Tenth Grade Students of Accounting 5 State Vocational School YPKK 2 Sleman

Yohanes Arga Pribadi Sanata Dharma University

Yogyakarta 2015

The aims of this research are to find out: (1) the improvement of student learning motivation on adjustment journal entries by applying cooperative learning of numbered head together type; (2) the improvement of student learning achievement on adjustment journal entries by cooperative learning of numbered head together type.

This research is a classroom action research. This research was done on the tenth grade 22 students of Accounting 5 Departement of State Vocational School 2 YPKK Sleman. The main components of the cooperative learning numbered head together type were material presentation, group division, group sharing, quiz and the appreciations to the group. The implementation of this class room action research was done in two cycles and each cycle consisted of four stages: planning, action, observation, and reflection. The data were collected through monitoring, testing, interviewing, and documenting methods. The data were analyzed by using descriptive and comparative analysis.

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Penerapan Cooperative Learning Tipe Numbered Head Together Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman” pada Kompetensi Dasar Ayat Jurnal Penyesuaian. Skripsi ini disusun untuk memenuhi syarat dalam memperoleh gelar sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi di Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, dukungan, semangat, dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Ignatius Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

(13)

xi

saran, menyemangati, serta memotivasi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan di Program Studi Pendidikan Ekonomi BKK. Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan bimbingan serta pelayanan kepada penulis selama melaksanakan studi di Universitas Sanata Dharma.

6. Ibu Dra. Tri Muljani selaku guru mitra yang telah berkenan dengan sepenuh hati meluangkan waktu dan tenaganya untuk bersama menyusun dan melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

7. Para guru dan karyawan SMK 2 YPKK Sleman yang telah bersedia memberikan bantuan pada penulis dalam melaksanakan penelitian tindakan kelas ini.

8. Siswa-siswi SMK 2 YPKK Sleman khususnya kelas X Akuntansi 5 yang telah berkenan dengan sepenuh hati untuk mengambil bagian dan berpartisipasi dalam penelitian ini.

9. Ibu Supadmi yang selalu mendampingi, memberikan doa, semangat, dukungan baik moril maupun materiil.

10. Mianti Dian Pertiwi yang selalu memberikan motivasi dan semangat agar menyelesaikan skripsi dengan baik.

(14)

xii

12. Sahabat seperjuangan dan tempat berbagi canda, tawa, duka serta dukungan, Fajar, Willi, Irwan, Ali, Abah, Hery, Theo, Endah, Radyt, Alfon, Resa. Terimakasih atas segala hal yang berkesan.

13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah membantu sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun guna penyempurnaan skripsi ini. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Yogyakarta, 24 November 2015 Penulis,

(15)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vii

ABSTRAK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Batasan Masalah ... 4

C. Rumusan Masalah ... 4

D. Tujuan Penelitian ... 5

E. Manfaat Penelitian ... 5

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Tindakan Kelas ... 7

BAB III METODELOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 33

C. Subjek dan Objek Penelitian ... 34

(16)

xiv

E. Prosedur Penelitian ... 35

F. Instrumen Penelitian ... 40

G. Definisi Operasional Variabel dan Indikator ... 42

H. Teknik Pengujian Instrumen ... 45

I. Teknik Analisis Data ... 46

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH A. Sejarah Berdirinya SMK YPKK 2 Sleman ... 50

B. Identitas Sekolah ... 51

C. Visi, Misi SMK YPKK 2 Sleman ... 52

D. Fasilitas Pendidikan dan Latihan ... 54

E. Kegiatan SMK 2 YPKK Sleman ... 55

F. Prestasi ... 57

G. Kelulusan ... 58

H. Bursa Kerja Khusus (BKK) ... 58

I. Keunggulan SMK YPKK 2 Sleman ... 58

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi penelitian 1. Kegiatan Pra Penelitian ... 60

2. Siklus I ... 70

3. Siklus II ... 93

B. Analisis Komparatif ... 109

C. Pembahasan ... 112

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 115

B. Keterbatasan ... 116

C. Saran ... 117

DAFTAR PUSTAKA ... 118

(17)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK ... 11

Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

Tabel 3.1 Indikator Motivasi Belajar ... 43

Tabel 3.2 Indikator Tes evaluasi ... 44

Tabel 3.3 Penilaian Acuan Patokan PAP tipe II ... 48

Tabel 5.1 Hasil Observasi Motivasi belajar Sebelum Penerapan NHT ... 61

Tabel 5.2 Hasil Observasi Siswa di dalam Kelompok Sebelum NHT ... 62

Tabel 5.3 Hasil Observasi Terhadap Kondisi Kelas... 64

Tabel 5.4 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Sebelum NHT ... 70

Tabel 5.5 Hasil Perhitungan Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe II... 66

Tabel 5.6 Skor hasil belajar sebelum Penerapan NHT ... 70

Tabel 5.7 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I. ... 78

Tabel 5.8 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 80

Tabel 5.9 Hasil Perhitungan Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe II... 80

Tabel 5.10 Refleksi Siswa terhadap Komponen Model NHT Siklus I ... 81

Tabel 5.11 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus I ... 83

Tabel 5.12 Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus I ... 87

Tabel 5.13 Hasil Observasi Perilaku Siswa dalam Kelompok Siklus I ... 88

Tabel 5.14 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen Pembelajaran dan Metode NHT ... 90

Tabel 5.15 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 100

Tabel 5.16 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus II . ... 101

Tabel 5.17 Hasil Perhitungan Kuesioner Motivasi Belajar Berdasarkan PAP Tipe II pada Siklus II. ... 102

Tabel 5.18 Refleksi Siswa terhadap Komponen Model NHT Siklus II. ... 103

Tabel 5.19 Instrumen Pengamatan Kelas Siklus II. ... 104

Tabel 5.20 Hasil Observasi Perilaku Siswa Siklus II. ... 106

Tabel 5.21 Hasil Observasi Siswa dalam Kelompok Siklus II... 106

Tabel 5.22 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen NHT Siklus II. ... 108

Tabel 5.23 Perbandingan Hasil Kuesioner Motivasi Belajar Siswa sebelum dan sesudah Penerapan NHT berdasar PAP Tipe II ... 109

(18)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Observasi Terhadap Guru mitra ... 121

Lampiran 2 Lembar Observasi Kegiatan Siswa dalam Kelompok ... 122

Lampiran 3 Lembar Observasi Kondisi Fisik Kelas ... 123

Lampiran 4 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar ... 136

Lampiran 5 Pedoman Wawancara Terhadap Guru sebelum Tindakan... 127

Lampiran 6 Pedoman Wawancara Terhadap Siswa sebelum Tindakan ... 128

Lampiran 7 Pedoman Wawancara Terhadap Guru setelah Tindakan ... 129

Lampiran 8 Pedoman Wawancara Terhadap Siswa setelah Tindakan ... 130

Lampiran 9 Lembar Refleksi Guru Mitra ... 131

Lampiran 10 Lembar Refleksi Siswa ... 132

Lampiran 11 Hasil Observasi Motivasi belajar Siswa sebelum Penerapan ... 133

Lampiran 12 Hasil Observasi Siswa dalam kelompok ... 135

Lampiran 13 Hasil Observasi terhadap kondisi kelas ... 136

Lampiran 14 Lembar Kuesioner Motivasi Belajar Siswa ... 137

Lampiran 15 Hasil Wawancara Pada Guru Mitra Sebelum Tindakan ... 140

Lampiran 16 Hasil Wawancara Pada Siswa Sebelum Tindakan ... 142

Lampiran 17 Pembagian Kelompok diskusi ... 144

Lampiran 18 Rencana Perencanaan Pembelajaran (siklus I) ... 145

Lampiran 19 Contoh Nomor Kepala ... 154

Lampiran 20 Media Komik JuPe ... 155

Lampiran 21 Soal Evaluasi Siklus I ... 156

Lampiran 22 Kunci jawaban Tes Evaluasi Siklus I ... 158

Lampiran 23 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa saat Penerapan NHT Siklus I ... 160

Lampiran 24 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus I ... 163

Lampiran 25 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen NHT Siklus I ... 164

Lampiran 26 Refleksi Siswa Terhadap Komponen NHT Siklus I ... 165

Lampiran 27 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus I ... 166

Lampiran 28 Hasil Tes Evaluasi Siklus I ... 167

Lampiran 29 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (siklus II) ... 171

Lampiran 30 Soal Evaluasi Siklus II... 180

Lampiran 31 Kuesioner Motivasi Belajar Siswa saat Penerapan NHT Siklus II ... 182

Lampiran 32 Skor Kuesioner Motivasi Belajar Siswa Siklus II ... 185

Lampiran 33 Refleksi Guru Mitra Terhadap Komponen NHT Siklus II ... 186

Lampiran 34 Refleksi Siswa Terhadap Komponen NHT Siklus II ... 187

(19)

xvii

Lampiran 36 Hasil Wawancara Guru Siswa setelah NHT ... 189

Lampiran 37 Skor Hasil Belajar Siswa Siklus II ... 191

Lampiran 38 Hasil Tes evaluasi Siklus II ... 193

Lampiran 39 Output Uji Validitas Product Moment SPSS 16... 194

Lampiran 40 Output Reliabilitas SPSS ... 195

Lampiran 41 Dokumentasi Penerapan NHT ... 196

Lampiran 42 Surat Ijin Penelitian ... 197

(20)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Proses pendidikan yang dialami oleh individu merupakan bekal bagi dirinya dalam mempersiapkan masa depannya. Pendidikan dapat diperoleh dimana saja dan kapan saja, salah satu pendidikan yang penting untuk dipersiapkan yaitu pendidikan formal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terjadi di lingkungan sekolah yang memiliki sistem yang terstruktur dan memiliki peraturan dan syarat-syarat yang jelas, hal ini yang akan mempengaruhi individu dalam berfikir dan bertindak. Proses pendidikan yang dialami setiap individu akan memberikan manfaat bagi kehidupannya, misalnya memberikan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan, menjadi individu yang memiliki keribadian baik untuk bersosialisasi dalam masyarakat. Perbedaan cara berpikir setiap individu dalam mengikuti proses pendidikan yang berbeda-beda akan mengakibatkan perbedaan hasil yang diperoleh, meskipun tujuan dari pendidikan adalah untuk menata keberhasilan setiap individu di masa depan.

(21)

rancangan pembalajaran terdapat metode pembelajaran yang di pilih dan digunakan oleh guru, guna penunjang dalam menyampaikan materi pembelajaran. Metode pembelajaran menjadi sangat penting karena menjadi sarana untuk memberikan ilmu bagi para peserta didik (siswa), akan tetapi tidak semua metode dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses belajar mengajar maka dibutuhkan pemilhan yang tepat agar metode yang digunakan dapat digunakan dengan baik agar materi pelajaran dapat disampaikan dengan lancar dan diterima dengan baik pula oleh peserta didik. Metode pembelajaran harus saling mendukung dengan materi pelajaran, apabila metode yang diterapkan kurang tepat akan berdampak pada hasil belajar peserta didik.

Pada semester genap, kelas X SMK mempelajari mengenai Ayat Jurnal Penyesuaian. Pada materi ini, media penunjang masih sangat minim, hanya berupa buku paket dan buku latihan (buku praktek) sehingga proses belajar mengajar cenderung kurang menarik dan membosankan. Media pembelajaran dibutuhkan sebagai penunjang dalam proses kegiatan belajar mengajar agar penyampaian materi dapat lebih mudah dipahami oleh peserta didik.

(22)

secara aktif dan bersikap “pasrah” ketika mengikuti proses belajar mengajar. Hal lain yang menjadi kendala yaitu metode pembelajaran yang kurang menarik, Guru mengakui nahwa selama ini metode pembelajaran yang diterapkan masih monoton dan kurang bervariasi walaupun dirasa metode yang pilih cukup efektif, namun banyak siswa yang belum sepenuhnya bisa memahami materi yang disampaikan. Dari penjelasan guru, ditemukan kendala lain yakni kurangnya buku pembantu yang menunjang proses belajar mengajar. Hal ini disebabkan dengan perubahan kurikulum dengan keteresediaan buku yang tidak seimbang, sehingga guru masih menggunakan buku – buku edisi lama untuk dapat dijadikan sumber referensi bagi para peserta didik.

Untuk memperkuat pernyataan guru, maka peneliti melakukan obeservasi untuk mengetahui kegiatan pembelajaran yang berlangsung. Dalam observasi tersebut ditemukan banyak siswa bersikap acuh terhadap buku pelajaran dan mengabaikan proses belajar mengajar. Keadaan tersebut diakibatkan pemilihan metode pembelajaran yang kurang menarik. Akibatnya banyak siswa yang cenderung bermain dengan teman sebangkunya, dan para peserta didik tidak sepenuhnya mengikuti proses pembelajaran dengan sungguh – sungguh dan antusias, terbukti dari kurangnya siswa yang berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran.

(23)

atau keterlibatan yang baik pula. Model pembelajaran NHT merupakan sebuah model pembelajaran yang pada dasarnya terdiri dari 4 tahapan, yakni penomoran, mengajukan pertanyaan, berfikir bersamaan, dan menjawab. Pada tahap menjawab ini, semua siswa akan menjawab pertanyaan yang diajukan guru berdasarkan ketentuan (penomoran) yang ditetapkan guru, sehingga akan meningkatkan partisipasi belajar mereka. Mereka harus berkompetisi dengan kelompok yang lain untuk lebih dahulu menjawab dengan tepat.

Melihat permasalahan yang ada, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Cooperative Learning

Tipe Numbered Heads Together Untuk Meningkatkan Motivasi dan

Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Akuntansi SMK YPKK 2

Sleman.

B. Batasan Masalah

Ada banyak model cooperetive learning yang dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan difokuskan pada penerapan pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran akuntansi di SMK YPKK 2 Sleman.

C. Rumusan Masalah

(24)

1. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMK 2 YPKK Sleman?

2. Bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMK 2 YPKK Sleman?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan berbagai rumusan masalah yang telah teridentifikasi di atas, penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan motivasi siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMK 2 YPKK Sleman?

2. Untuk mengetahui bagaimana penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Akuntansi di SMK 2 YPKK Sleman?

E. Manfaat Penelitian

1. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan untuk meningatkan kualitas pembelajaran dan mengembangkan ilmu pengetahuan pembelajaran akuntansi dengan model pembelajaran NHT.

2. Bagi Guru

(25)

3. Bagi Siswa

a. Meningkatkan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi dan memecahkan masalah dalam pembelajaran akuntansi.

b. Penelitian ini dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran akuntansi dengan menggunakan model pembelajaran NHT.

4. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti khususnya berkaitan dengan hubungan penerapan model pembelajaraan kooperatif khususnya NHT untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada mata pelajaran akuntansi.

5. Bagi Universitas Sanata Dharma

(26)

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian Tindakan Kelas

1. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas (PTK)

Mills dalam Saur Tampubolon (2014: 18-19) mengemukakan bahwa penelitian tindakan kelas (classroom action research) adalah penelitian tindakan yang bersifat systemic inquiry, yaitu penelitian tindakan kelas (PTK) dilakukan oleh pendidik (guru dan dosen) dan kepala sekolah atau pejabat struktural di lingkungan perguruan tinggi, karena kepala sekolah dan pejabat struktural mempunyai jabatan fungsional pendidik yaitu wajib membelajarkan peserta didik.

Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh pendidik di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri. Tujuannya adalah untuk memperbaiki kinerjanya sebagai pendidik, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat; dan secara sistem, mutu pendidikan pada suatu pendidikan juga meningkat.

(27)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas merupakan suatu penelitian yang mengangkat masalah-masalah aktual yang dihadapi oleh guru dilapangan. Arikunto dalam Tukiran dkk (2010: 15-16) mengartikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan oleh guru yang dilakukan oleh siswa.

Menurut Wiria atmadja dalam Tukiran dkk (2010: 16), penelitian tindakan kelas adalah bagaimana sekelompok guru dapat mengorganisasikan kondisi praktik pembelajaran mereka, dan belajar dari pengalaman mereka sendiri. Mereka dapat mencobakan suatu gagasan perbaikan dalam praktik pembelajaran mereka, dan melihat pengaruh nyata dari upaya itu.

(28)

2. Tujuan Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Grundy dan Kemmis dalam Sanjaya (2011: 30-32) tujuan PTK meliputi tiga hal, yaitu:

a. Peningkatan praktik

Pada umumnya tujuan penelitian adalah untuk menemukan atau untuk menggeneralisasikan sesuatu terlepas dari kebutuhan dan tuntutan masyarakat pada umumnya. Tujuan yang ingin di capai oleh PTK adalah untuk meningkatkan kualitas praktik di lapangan. Dimana guru terlibat secara langsung dari mulai merancang sampai melaksanakan PTK itu sendiri, terlepas dari siapa yang melaksanakan PTK itu.

b. Pengembangan profesional

PTK adalah salah satu sarana yang dapat mengembangkan sikap profesional guru. Melalui PTK guru akan selalu berupaya meningkatkan kemampuannya dalam pengelolaan proses pembelajaran. Guru akan selalu dituntut untuk mencoba hal-hal yang dianggap baru dengan mempertimbangkan pengaruh perubahan dan perkembangan sosial. c. Peningkatan situasi tempat praktik berlangsung

(29)

3. Karakteristik penelitian tindakan kelas

Menurut Kunandar dalam Tukiran dkk (2010: 18-19) menuliskan bahwa PTK berbeda dengan penelitian formal (konvensional) pada umumnya. PTK mempunyai karakteristik sebagai berikut :

a. On the job problem oriented (masalah yang diteliti dan masalah riil atau nyata yang muncul dari dunia kerja peneliti atau yang ada dalam kewenangan atau tanggung jawab peneliti).

b. Problem-solving oriented (berorientasi pada pemecahan masalah). c. Improvement-oriented (berorientasi pada peningkatan mutu).

d. Clicic (siklus). Konsep tindakan (action) dalam PTK diterapkan melalui urutan yang terdiri dari beberapa tahap berdaur ulang (cyclical).

e. Action oriented. Dalam PTK selalu didasarkan pada adanya tindakan (treatment) tertentu untuk memperbaiki PBM di kelas.

f. Pengkajian terhadap dampak tindakan.

g. Specifics contextual. Aktivitas PTk dipicu oleh permasalahan praktis yang dihadapi guru dalam PBM di kelas.

h. Partisipator (collaborative). PTK dilaksanakan secara kolaboratif dan bermitra dengan pihak lain, seperti teman sejawat.

i. Peneliti sekaligus sebagai praktisi yang melakukan praktisi yang melakukan refleksi.

(30)

pengamatan (observation), dan refleksi (reflection) dan selanjutnya diulang kembali dalam beberapa siklus.

4. Perbandingan PTK dan Penelitian kelas Non-PTK

Menurut Hamzah, dkk (2011: 46) secara umum penelitian tindakan kelas merupakan bagian dari penelitian kelas. Untuk mengetahui perbedaannya, dikemukakan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK

No Aspek PTK Non-PTK

1. Peneliti Guru Orang luar

2. Rencana penelitian Oleh guru (mungkin dibantu orang luar)

Dirasakan oleh orang luar 8. Hasil penelitian Langsung dimanfaatkan

oleh guru dan dirasakan oleh kelas

Menjadi milik peneliti

belum tentu

(31)

5. Prinsip Penelitian Tindakan Kelas

Ada beberapa prinsip dasar yang melandasi PTK. Menurut Hopkins dalam Tukiran dkk (2010: 17) prinsip yang dimaksud adalah:

a. Tugas pendidik dan tenaga kependidikan yang utama adalah menyelenggarakan pembelajaran yang baik dan berkualitas.

b. Meneliti merupakan bagian integral dari pembelajaran yang tidak menuntut kekhususan waktu maupun metode pengumpulan data.

c. Kegiatan peneliti yang merupakan bagian integral dari pembelajaran harus diselenggarakan dengan tetap bersandar pada alur dan kaidah ilmiah.

d. Masalah yang ditangani adalah masalah-masalah pembelajaran yang riil merisaukan tanggung jawab professional dan komitmen terhadap diagnosis masalah bersandar pada kejadian nyata yang berlangsung dalam konteks pembelajaran yang sesungguhnya.

e. Konsistensi sikap dan kepedulian dalam memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran sangat diperlukan.

(32)

6. Langkah-Langkah Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Hamzah, dkk (2011: 74-76) ada beberapa langkah-langkah yang harus diikuti oleh guru/peneliti saat melakukan penelitian tindakan kelas, yaitu sebagai berikut:

a. Ide awal

Ide awal yang mengganyut di PTK adalah terdapatnya suatu permasalahan yang berlangsung di dalam kelas. Ide awal tersebut diantaranya berupa suatu upaya yang dapat ditempuh untuk mengatasi permasalahan tersebut, dengan penerapan PTK itu peneliti mau berbuat apa demi suatu perubahan dan perbaikan.

b. Prasurvei

Prasurvei dimaksudkan untuk mengetahui secara detail kondisi yang terdapat di suatu kelas yang akan diteliti.

c. Diaknosis

Diaknosis dilakukan oleh peneliti yang tidak terbiasa mengajar di suatu kelas yang dijadikan sasaran penelitian. Peneliti dari luar lingkungan kelas/sekolah perlu melakukan diagnose atau dugaan-dugaan sementara mengenai timbulnya suatu permasalahan yang muncul di dalam suatu kelas.

d. Perencanaan

(33)

dimaksudkan untuk menyusun rancangan yang meliputi keseluruhan aspek yang terkait PTK. Sementara itu perencanaan khusus dimaksudkan untuk menysun rancangan dari siklus per siklus.

e. Implementasi tindakan

Implementasi tindakan pada prinsipnya merupakan realisasi dari suatu tindakan yang sudah direncanakan sebelumnya. Strategi apa yang digunakan, materi apa yang diajarkan atau dibahas, dan sebagainya. f. Pengamatan

Pengamatan, observasi atau monitoring dapat dilakukan sendiri oleh peneliti atau kolaborator, yang memang di beri tugas untuk hal itu. Pada saat memonitoring, pengamat haruslah mencatat semua peristiwa atau hal yang terjadi di kelas penelitian. Misalnya, mengenai kinerja guru, situasi kelas, perilaku dan sikap siswa, penyajian dan pembahasan meteri, penyerapan siswa terhadap materi yang diajarkan, dan sebagainya.

g. Refleksi

(34)

7. Manfaat Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Arikunto, Suhardjono, dan Supardi dalam Tukiran dkk (2010: 21) menyebutkan bahwa manfaat PTK antara lain dapat dilihat dan dikaji dalam beberapa komponen pendidikan dan pembelajaran di kelas, antara lain mencakup inovasi pembelajaran, pengembangan kurikulum di tingkat regional/nasional, dan peningkatan profesionalisme pendidikan.

Manfaat penelitian tindakan kelas menurut Direktorat Pembinaan Pendidikan Tenaga Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi (2005: 2) meliputi:

a. Peningkatan kompetensi guru dalam mengatasi masalah pembelajaran dan pendidikan di dalam dan di luar kelas.

b. Peningkatan sikap profesionalisme guru dan dosen.

c. Perbaikan dan/atau peningkatan kinerja belajar dan kompetensi siswa. d. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas proses pembelajaran di kelas. e. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penggunaan media, alat bantu

belajar, dan sumber belajar lainnya.

f. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas prosedur dan alat evaluasi yang digunakan untuk mengukur proses dan hasil belajar siswa.

g. Perbaikan dan/atau meningkatkan masalah-masalah pendidikan anak di sekolah.

h. Perbaikan dan/atau peningkatan kualitas penerapan kurikulum

B. Model Pembelajaran Kooperatif

1. Pengertian pembelajaran kooperatif.

(35)

dalamnya setiap pembelajar bertanggungjawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain.

Menurut Nurulhayati dalam Rusman (2011: 211) pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melihatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil dan saling berinteraksi. Dalam sistem belajar yang kooperatif, siswa belajar bekerja sama dengan anggota lainnya. Dalam model ini siswa mempunyai dua tanggung jawab, yaitu mereka belajar untuk dirinya sendiri dan membantu sesama anggota kelompok untuk belajar. Sedangkan menurut Sanjaya (2006: 239), cooperative learning merupakan kegiatan belajar siswa yang dilakukan dengan cara berkelompok. Model pembelajaran kelompok adalah rangkaian kegiatan belajar yang dilakukan oleh siswa dalam kelompok-kelompok tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.

(36)

2. Karakteristik model pembelajaran kooperatif

Karakteristik atau ciri-ciri pembelajaran kooperatif dapat dijelaskan sebagai berikut (Rusman, 2011:207-208):

a. Pembelajaran Secara Tim

Pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran dilakukan secara tim. Tim merupakan tempat untuk mencapai tujuan. Oleh karena itu, tim harus mampu membuat setiap siswa belajar. Setiap anggota tim harus saling membantu untuk mencapai tujuan pembelajaran.

b. Didasarkan pada Manajemen Kooperatif

Manajemen mempunyai tiga fungsi, yaitu: (a) fungsi manajemen sebagai perencanaan pelaksanaan menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif dilaksanakan sesuai dengan perencanaan, dan langkah-langkah pembelajaran yang sudah ditentukan. (b) Fungsi manajemen sebagai organisasi, menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif memerlukan perencanaan yang matang agar proses pembelajaran berjalan dengan efektif. (c) Fungsi manajemen sebagai kontrol, menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif perlu ditentukan criteria keberhasilan baik melalui bentuk tes maupun non tes.

c. Kemampuan untuk Bekerja Sama

(37)

kerjasama yang baik, pembelajaran kooperatif tidak akan mencapai hasil yang optimal.

d. Kemampuan untuk Bekerja Sama

Kemampuan bekerja sama itu dipraktikkan melalui aktivitas dalam kegiatan pembelajaran secara kelompok. Dengan demikian, siswa perlu didorong untuk mau dan sanggup berinteraksi dan berkomunikasi dengan anggota lain dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

3. Unsur-unsur dalam pembelajaran kooperatif

Unsur-unsur dasar pembelajaran kooperatif (Rusman, 2011: 208) adalah: a. Siswa dalam kelompoknya haruslah beranggapan bahwa mereka

sehidup sepenanggungan bersama.

b. Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri.

c. Siswa haruslah melihat bahwa bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama.

d. Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

e. Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok.

f. Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

g. Siswa diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

4. Langkah-langkah pembelajaran kooperatif

(38)

Tabel 2.2

Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1: Present goal and set Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan peserta didik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan peserta didik siap untuk belajar

Fase 2 : Present information Menyajikan informasi

Mempresentasikan informasi kepada peserta didik secara verbal

Fase 3 : Organize students into learning teams

Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien

Fase 4 : Assist team work and study

Membantu kerja tim dan belajar

Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya

Fase 5 : Test on the materials Mengevaluasi

Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran atau kelompok-kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

Fase 6 : Provide recognition Memberikan pengakuan atau penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok

5. Prinsip-prinsip pembelajaran kooperatif.

Menurut Hamdayama (2014: 64) terdapat empat prinsip dasar pembelajaran kooperatif, seperti dijelaskan sebagai berikut:

(39)

kelompok. Anggota yang mempunyai kemampuan lebih diharapkan mau dan mampu membantu temannya untuk menyelesaikan tugasnya. b. Tanggung jawab perseorangan, yaitu keberhasiln kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. Oleh karena itu, setiap anggota kelompok mempunyai tugas dan tanggung jawab yang harus dikerjakan dalam kelompok tersebut.

c. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota lainnya.

d. Partisipasi dan komunikasi (participation communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran.

6. Prosedur pembelajaran kooperatif

Prosedur atau langkah-langkah pembelajaran kooperatif pada prinsipnya terdiri atas empat tahap (Rusman, 2011: 212-213), yaitu sebagai berikut:

(40)

b. Belajar kelompok, tahapan ini dilakukan setelah guru memberikan penjelasan materi, siswa bekerja dalam kelompok yang telah dibentuk sebelumnya.

c. Penilaian, penilaian dalam pembelajaran kooperatif bias dilakukan melalui tes atau kuis, yaitu dilakukan secara individu atau kelompok. Tes individu akan memberikan penilaian kemampuan individu, sedangkan kelompok akan memberikan penilaian pada kemampuan kelompoknya, seperti dijelaskan Sanjaya (2006: 247). “Hasil aktif setiap siswa adalah penggabungan keduanya dan dibagi dua. Nilai setiap kelompok memiliki nilai sama dalam kelompoknya. Hal ini disebabkan nilai kelompok adalah nilai bersama dalam kelompoknyayang merupakan hasil kerja ama setiap anggota kelompoknya.

(41)

C. Model Pembelajaran Kooperatif tipe Numbered Head Together (Untuk

selanjutnya disingkat NHT)

1. Pengertian dan langkah NHT

Terdapat beberapa pengertian NHT dari para ahli antara lain (Agus Suparjiono,2009) merupakan pembelajaran dengan menggunakan metode yang diawali dengan Numbering. Guru membagi kelas menjadi dua kelompok-kelompok kecil. jumlah keompok sebaiknya mempertimbangkan jumlah konsep yang dipelajari. Jika jumlah peserta didik dalam satu kelas terdiri dari 40 siswa dan terbagi menjadi 5 kelompok berdasarkan jumlah kosep yang dipelajari, maka tiap kelompok terdiri dari 8 orang. Tiap-tiap orang dalam tiap kelompok diberi nomor 1-8.

Setelah kelompok terbentuk guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Berikan kesempatan kepada tiap-tiap kelompok menemukan jawaban. Pada kesempatan ini tiap-tiap kelompok meyatukan kepalanya “heads together” berdiskusi menemukan jawaban atas

pertanyaan dari guru tersebut.

(42)

mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai pengetahuan yang utuh.

2. Manfaat Model Pembelajaran NHT

Berikut ini merupakan beberapa manfaat dari NHT : a. Rasa harga diri menjadi lebih tinggi

b. Memperbaiki kehadiran

c. Penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar d. Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil

e. Konflik antar pribadi menjadi lebih berkurang

f. Meningkatkan kepekaan, akal budi, kepekaan dan toleransi g. Hasil belajar menjadi lebih tinggi

3. Kelebihan NHT

a. Terjadinya interaksi antara siswa melalui diskusi/siswa secara bersama dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi.

b. Siswa pandai maupun siswa lemah sama-sama memperoleh manfaat melalui aktifitas belajar kooperatif.

c. Dengan bekerja secara kooperatif ini, kemungkinan konstruksi pengetahuan akan manjadi lebih besar/kemungkinan untuk siswa dapat sampai pada kesimpulan yang diharapkan.

(43)

4. Kelemahan NHT

a. Siswa yang pandai akan cenderung mendominasi sehingga dapat menimbulkan sikap minder dan pasif dari siswa yang lemah.

b. Proses diskusi dapat berjalan lancar jika ada siswa yang sekedar menyalin pekerjaan siswa yang pandai tanpa memiliki pemahaman yang memadai. c. Pengelompokkan siswa memerlukan pengaturan tempat duduk yang

berbeda-beda serta membutuhkan waktu khusus.

D. Motivasi Belajar

1. Pengertian Motivasi Belajar

(44)

2. Peranan Motivasi Belajar

Menurut Uno (2007:27), ada beberapa peranan penting dari motivasi dalam belajar dan pembelajaran, antara lain :

a. Peran motivasi dalam menentukan penguatan belajar

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang anak yang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang memerlukan pemecahan, dan hanya dapat dipecahkan berkat bantuan hal-hal yang pernah dilaluinya.

b. Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar

Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati manfaatnya bagi anak.

c. Motivasi menentukan ketekunan belajar

Seorang anak yang telah termotivasi untuk belajar sesuatu, berusaha mempelajarinya dengan baik dan tekun, dengan harapan memperoleh hasil yang baik. Dalam hal itu, tapak bahwa motivasi untuk belajar menyebabkan seseorang tekun belajar.

3. Teknik-teknik Motivasi

Menurut Uno (2007:34) beberapa teknik motivasi yang dapat dilakukan dalam pembelajaran adalah sebagai berikut :

a. Pernyataan penghargaan secara verbal.

b. Menggunakan nilai ulangan sebagai pemicu keberhasilan c. Menimbulkan rasa ingin tahu.

d. Memunculkan sesuatu yang tidak diduga oleh siswa. e. Menjadikan tahap dini dalam belajar mudah bagi siswa.

f. Menggunakan materi yang dikenal siswa sebagai contoh dalam belajar. g. Gunakan kaitan yang unik dan tak terduga untuk menerapkan suatu

konsep dan prinsip yang telah dipahami.

h. Menuntut siswa untuk menggunakan hal-hal yang telah dipelajari sebelumnya.

i. Menggunakan simulasi dan permainan.

j. Memberi kesempatan kepada siswa untuk memperlihatkan kemahiran di depan umum.

(45)

l. Membuat suasana persaingan yang sehat di antara siswa.

4. Ciri-ciri Motivasi Belajar

Menurut Sardiman (2008:83), motivasi yang ada dalam diri seseorang memiliki ciri-ciri sebgai berikut :

a. Tekun menghadapi tugas (dapat bekerja terus menerus dalam waktu yang lama, tidak pernah berhenti sebelum selesai).

b. Ulet menghadapi kesulitan (tidak lekas putus asa)

c. Menunjukan minat terhadap bermacam-macam masalah (minat untuk sukses)

d. Mempunyai orientasi ke masa depan. e. Lebih senang bekerja mandiri.

f. Cepat bosan pada tugas-tugas yang rutin (hal-hal yang bersifat mekanis, berulang-ulang begitu saja, sehingga kurang kreatif).

g. Dapat mempertahankan pendapatnya (kalau sudah yakin akan sesuatu). h. Tidak pernah mudah melepaskan hal yang sudah diyakini.

i. Senang mencari dan memecahkan masalah soal-soal.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri diatas maka orang tersebut sudah memiliki motivasi yang cukup kuat. Dalam proses pembelajaran akan berhasil dengan baik, apabila siswa dengan tekun mengerjakan tugas yang diberikan, ulet dalam memecahkan berbagai masalah dan hambatan secara mandiri.

(46)

E. Hasil belajar

1. Pengertian Hasil Belajar

Menurut Purwanto (2009:44) hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”.

Pengertian hasil menunjukan pada suatu perolehan akibat dilakukan

2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Yudhi Munadi (2008:24-26), factor yang mempengaruhi hasil belajar ada yang bersifat internal da nada yang bersifat eksternal.

a. Faktor internal , merupakan factor-faktor yang berasal daro dalam diri peserta didik. Yang termasuk kedalam faktor-faktor internal tersebut, yaitu :

1) Faktor fisiologis

Secara umum, kondisi fisiologis seperti kesehatan yang prima, tidak dalam keadaan lemah dan capek, tidak dalam keadaan cacat jasmani, dan sebagainya, semuanya akan membantu dalam proses dan hasil belajar. Siswa yang kekurangan gizi misalnya, ternyata memiliki kemampuan yang lebih rendah dibandingkan dengan siswa yang gizinya cukup. Demikian juga kondisi saraf pengontrol kesadaran dapat berpengaruh pada proses dan hasil belajar. Oleh karena itu kondisi fisiologis sangat penting untuk diperhatikan agar prestasi belajar peserta didik dapat maksimum.

2) Faktor Psikologis

Faktor kedua dari factor internal adalah factor psikologis. Setiap manusia atau peserta didik memiliki konsisi psikologis yang berbeda-beda, terutama dalam hal kadar bukan dalam hal jenis, dan perbedaan-perbedaan ini akan berpengaruh pada proses dan hasil belajarnya masing-masing.

b. Faktor-faktor Eksternal, yaitu sebagai berikut : 1) Faktor lingkungan

(47)

Hiruk pikuk lingkungan sosial seperti suara mesin pabrik, lalu lintas, gemuruh pasar, dan lain-lain secara tidak langsung juga akan mempengaruhi hasil belajar siswa. Oleh karena itu kondisi fisik lingkungan sekolah harus mendapat perhatian khusus.

2) Faktor Instrumental

Faktor instrumental adalah faktor yang keberadaan dan penggunannya dirancang sesuai dengan hasil belajar yang diharapkan. Faktor-faktor ini diharapkan dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai tujuan-tujuan belajar yang telah direncanakan. Faktor-faktor instrumental ini dapat berupa kurikulum, fasilitas dan sarana, dan guru. Berbicara kurikulum berarti berbicara mengenai komponen-komponennya, yakni tujuan, bahan atau program, proses belajar mengajar dan evaluasi.

F. Akuntansi

Dalam Suwardjono (2009: 5-7), Akuntansi sangat erat kaitannya dengan informasi keuangan. Badan yang berwenang dan beberapa ahli memberi pengertian yang bervariasi bergantung pada sudut dan penekanan yang mereka anut. Akan tetapi pada prinsipnya apa yang diungkapkan oleh para ahli tersebut menunju ke satu pengertian akuntansi karena sebenarnya mereka membahas satu bahan olah yang sama yaitu informasi keuangan. Di samping itu pengertian akuntansi juga berubah sesuai dengan perkembangan jaman dan teknologi.

(48)

berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan menginterpretasikan hasil proses tersebut.

Makin luasnya fungsi akuntansi dan makin berkembangnya praktik akuntansi, definisi diatas dirasa tidak memadai lagi. Maka komite mendefinisikan akuntansi adalah seperangkat pengetahuan dan fungsi yang berkepentingan dengan masalah pengadaan, pengapsahan, pencatatan, pengklasfikasian, pemrosesan, peringkasan, penganalisisan, penginterpretasian, dan penyajian secara sistematik informasi yang dapat dipercaya dan berdaya guna tentang transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan yang diperlukan dalam pengelolaan dan pengoperasian suatu unit usaha yang diperlukan untuk dasar penyampaian pelaporan yang harus disampaikan untuk memenuhi pertanggungjawaban pengurus keuangan dan lainnya.

Definisi akuntansi menjadi lebih luas lagi sebagaimana yang dimuat dalam Statements of Accounting Principles Board No. 4 (1970) yaitu akuntansi adalah kegiatan atau fungsi penyediaan jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif tentang unit-unit usaha ekonomik, terutama yang bersifat keuangan, yang diperkirakan bermanfaat dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomik.

G. Hasil penelitian yang relevan

Hasil penelitian yang dijadikan acuan oleh peneliti dalam penelitian yang

berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Untuk

(49)

XI Akuntansi Pada Kompetensi Dasar Pencatatan Akuntansi Terhadap Piutang Tak Tertagihyang disusun oleh Septi Ane Tanjung mahasiswa Universitas Sanata Dharma jurusan pendidikan Akuntani angkatan 2010. Menurut hasil penelitian yang dilakukan peneliti, partisipasi siswa pada siklus pertama mengalami peningkatan pada siklus I terjadi sejumlah 10 siswa sebesar 52,63% dan pada siklus II peningkatan terjadi sejumlah siswa 5 siswa atau 26,23% dan untuk prestasi belajarnya meningkat pada siklus I, siswa yang mencapai KKM berjumlah 16 siswa atau 84,21% yang berarti terjadi peningkatan jumlah siswa yang mencapai KKM sesudah penerapan NHT siklus I. pada siklus II seluruh siswa yang mengikuti pembelajaran menggunakan NHT mampu mencapai KKM yaitu sebanyak 19 siswa atau 100%. Yang artinya terjadi peningkatan sebesar 15,79%.

H. Kerangka Berpikir

Dalam proses pembelajaran sering di jumpai guru yang masih menggunakan metode belajar konvensional. Di sini guru menyampaikan materi dengan cara berceramah. Siswa hanya diminta untuk memperhatikan apa yang diterangkan guru dan menghafal materi tanpa guru mempertimbangkan apakah siswa benar-benar memahaminya atau belum. Metode ceramah menurut peneliti kurang cocok jika diterapkan dalam pelajaran akuntansi. Karena dalam pelajaran akuntansi tidak hanya cukup dengan hafalan tetapi juga perlu pemahaman.

(50)

menghilangkan rasa jenuh yaitu dengan cara mengobrol dengan teman, mainan HP, atau bahkan siswa akan tidur saat berlangsungnya proses pembelajaran. Akibatnya nilai yang diperoleh siswa tidak maksimal. Selain itu dengan metode ceramah siswa tidak akan terbiasa bekerja dalam kelompok, keterampilan bertanya kurang, tidak dapat menyampaikan apa yang ada dalam pikirannya, dan siswa cenderung bersikap individu (egois).

Untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa maka peneliti akan menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe NHT. Model pembelajaran NHT lebih menekankan pada pembentukan kelompok. Siswa ditempatkan dalam tim belajar yang beranggotakan 4-5 siswa yang bersifat heterogen. Saat bekerja dalam kelompok, siswa ditugaskan untuk menyelesaikan tugas yang telah diberikan oleh guru.

Pada proses ini siswa saling berdiskusi dengan teman sekelompok untuk memecahkan juga yang telah diberikan. Siswa dituntut untuk dapat bekerja dalam kelompok dan memberikan konstribusi untuk kemajuan kelompok, sehingga siswa menjadi lebih terlatih untuk dapat menghargai pendapat dan keberadaan tim, sifat egois dan dominasi murid “pintar” berkurang. Jika ada salah satu siswa yang sudah memahami materi maka dia harus membantu teman sekelompoknya sampai teman tersebut paham terhadap materi.

(51)

maksimal maka akan dilanjutkan dengan siklus kedua. Jika siklus pertama sudah baik, maka siklus kedua dilakukan untuk menguatkan hasil dari siklus pertama

I. Pertanyaan peneliti

Dalam penelitian ini peneliti memiliki pertanyaan:

1. Berapakah tingkat motivasi belajar siswa sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT?

2. Berapakah tingkat motivasi belajar setelah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

3. Berapakan jumlah siswa yang lulus KKM sebelum menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT ?

(52)

33

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bertujuan untuk memperbaiki mutu praktik pembelajaran dikelas. Penelitian tindakan kelas muncul karena adanya adanya kesadaran pelaku kegiatan yang merasa tidak puas dengan hasil kerjanya. Penelitian ini berdasar pada kesadaran diri sendiri, mencoba menyempurnakan pekerjaannya, dengan cara melakukan percobaan secara berulang, mengamati proses dengan cermat hingga mendapatkan proses yang memberikan hasil lebih baik dari semula.

Menurut Sanford dalam Tukiran dkk (2010: 16), penelitian tindakan kelas merupakan kegiatan siklus yang bersifat menyeluruh yang terdiri atas analisis, penemuan fakta, konseptualisasi, perencanaan, pelaksanaan, penemuan fakta tambahan, dan evaluasi.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah SMK 2 YPKK Sleman 2. Waktu Penelitian

(53)

C. Subjek Penelitian dan Objek Penelitian

1. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X Akuntansi SMK YPKK 2 Sleman, Yogyakarta.

2. Objek dalam penelitian ini adalah peningkatan motivasi belajar, hasil belajar siswa kompetensi dasar ayat jurnal penyesuaian melalui penerapan pembelajaran kooperatif NHT.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk mengamati pelaksanaan dan perkembangan pembelajaran akuntansi yang dilakukan oleh para siswa. Observasi yang akan digunakan adalah observasi terstruktur yaitu observasi yang telah dirancang secara sistematis tentang apa yang akan diamati, kapan, dan dimana tempatnya. Observasi ini digunakan sebagai alat pengumpul data yang dilakukan dengan mengamati situasi awal di dalam kelas yang mencakup observasi kegiatan guru, kegiatan kelas, kegiatan siswa, dan keterampilan sosial siswa. Dalam penelitian ini peneliti meminta bantuan teman peneliti untuk mengamati keterampilan sosial siswa saat diskusi kelompok menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

2. Kuesioner

(54)

digunakan untuk mengukur tingkat keterampilan sosial siswa sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

3. Teknik Evaluasi/Tes

Tes digunakan untuk mengetahui perkembangan atau keberhasilan pelaksanaan tindakan. Tes yang digunakan adalah soal uraian yang digunakan untuk mengumpulkan data tentang kemampuan awal dan hasil pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pelajaran akuntansi.

4. Dokumentasi

Merupakan pengumpulan data objektif sekolah yang berhubungan dengan masalah penelitian. Cara mengumpulkan data melalui bukti tertulis, yaitu berupa : daftar hadir, silabus, hasil karya peserta didik, hasil karya guru, arsip, lembar kerja, dan lain-lain.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian adalah tahapan-tahapan yang ditempuh dalam penelitian dari awal hingga akhir. Adapun prosedur penelitian ini terdiri dari beberapa tahapan kegiatan, yaitu:

1. Observasi

(55)

a. Observasi kegiatan siswa

Instrumen observasi yag digunakan adalah lembar observasi terhadap perilaku dan sikap siswa selama kegiatan pembelajaran. Lembar obervasi ini meliputi kegiatan awal, kegiatan inti, sampai dengan kegiatan penutup siswa selama pembelajaran berlangsung. Peneliti akan membagikan kuisioner kepada sswa guna untuk mengetahui keterampilan sosial awal siswa sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT.

b. Observasi Kondisi Fisik Kelas

Observasi ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas secara keseluruhan yang meliputi interaksi antar siswa dalam kelas, tata letak, lingkungan fisik kelas.

c. Kuesioner keterampilan sosial siswa

Siswa diminta mengisi kuesioner keterampilan sosial untuk mengetahui keterampilan awal siswa. Sehingga peneliti dapat menentukan target peningkatan keterampilan sosial siswa.

d. Wawancara pada guru

(56)

e. Wawancara pada siswa

Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui pendapat siswa terhadap metode pembelajaran yang sering digunakan guru, tingkat pemahaman siswa, serta mengetahui pembelajaran seperti apa yang diinginkan siswa.

2. Pelaksanaan penelitian a. Siklus I

(1) Perencanaan

Rangkaian kegiatan yang dilaksanakan/dilakukan pada tahap perencanaan adalah sebagai berikut:

a) Pembagian kelompok

Guru menggali data awal karakteristik siswa untuk mengetahui kemampuan dan tingkat pemahaman siswa. Kemudian siswa dibagi menjadi beberapa kelompok secara heterogen yang beranggotakan 4-5 siswa per kelompok. Pembagian kelompok ini didasarkan pada tingkat prestasi siswa.

b) Menyusun perangkat pembelajaran

(57)

c) Instrumen pengumpulan data

Peneliti menyusun instrumen pengumpulan data, meliputi: (1) Lembar observasi aktivitas siswa

(2) Lembar observasi kondisi kelas

(3) Lembar observasi motivasi belajar siswa (4) Soal post tes

(5) Lembar refleksi

(6) Kuesioner Motivasi belajar setelah NHT. 2) Pelaksanaan

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a) Pendahuluan

(1) Memeriksa kesiapan kelas (2) Guru menyampaikan apersepsi (3) Memotivasi siswa

(4) Menyampaikan kompetensi pembelajaran b) Kegiatan inti

(1) Guru menjelaskan mekanisme pembelajaran dengan model kooperatif tipe NHT

(58)

(3) Guru mempresentasikan materi di depan kelas dan meminta siswa untuk memperhatikan.

(4) Siswa bekerja sama di dalam kelompok untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan oleh guru. Setiap kelompok harus memastikan semua anggota kelompok paham dengan tugas dan jawaban mereka, karena setelah selesai mengerjakan tugas guru meminta setiap kelompok maju kedepan untuk mempresentasikan hasil diskusi mereka.

(5) Setiap kelompok maju ke depan kelas mempresentasikan hasil diskusi mereka sesuai dengan nomor undian.

c) Kegiatan penutup

(1) Siswa mengerjakan soal-soal tes evaluasi secara individu (2) Guru bersama siswa membuat kesimpulan pembelajaran (3) Konfirmasi

(4) Refleksi 3) Observasi

(59)

pembelajaran berlangsung siswa melakukan pembelajaran yang dirancang dengan baik atau tidak. Selain itu, peneliti juga melakukan observasi kondisi kelas untuk mengetahui bahwa fasilitas yang tersedia untuk menunjang proses pembelajaran. 4) Refleksi

Refleksi dilakukan setelah pembelajaran berakhir. Siswa dan guru diminta mengisi lembar refleksi. Hal ini digunakan untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan dalam pembelajaran dan pemecahannya untuk memperbaiki dalam pertemuan selanjutnya (Siklus II).

b. Siklus II

Siklus kedua dilakukan untuk melakukan perbaikan jika hasil siklus pertama tidak berhasil atau masih kurang baik. Tetapi jika hasil siklus pertama sudah baik maka siklus kedua dilakukan untuk memperkuat hasil dari siklus pertama.

F. Instrumen Penelitian

Beberapa instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah: 1. Kegiatan Observasi

a. Lembar observasi motivasi siswa (Lampiran 1, halaman 121) b. Lembar observasi kondisi fisik kelas (Lampiran 3, halaman 123) c. Lembar observasi kegiatan siswa di dalam kelompok (Lampiran 2,

halaman 122)

(60)

e. Panduan wawancara terhadap guru dan siswa (Lampiran 5, halaman 127)

2. Kegiatan pelaksanaan pelaksanaan siklus I a. Tahap perencanaan

1) Pembagian kelompok (Lampiran 17 , halaman 144) 2) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

RPP dirancang untuk satu kali pertemuan (2x45 menit). RPP berisi tentang kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, pendekatan dan metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta penilaian. (Lampiran 18 , halaman 145 ) b. Tahap tindakan

1) Nomor undian

2) Komik pembelajaran (Lampiran 20, halaman 155 ) 3) Soal post test (Lampiran 21, halaman 156 )

4) Kuesioner motivasi belajar (Lampiran 23, halaman 160) c. Refleksi

1) Lembar refleksi guru (Lampiran 25 , halaman 164 ) 2) Lembar refleksi siswa (Lampiran 26, halaman 165) 3. Instrumen kegiatan pelaksanaan tindakan siklus II

a. Tahap perencanaan

1) Pembagian kelompok

(61)

RPP dirancang untuk satu kali pertemuan (2x45 menit). RPP berisi tentang kompetensi inti, kompetensi dasar dan indikator, tujuan pembelajaran, materi pokok, pendekatan dan metode pembelajaran, sumber dan media pembelajaran, kegiatan pembelajaran, serta penilaian. (Lampiran 29, halaman 171)

b. Tahap tindakan 1) Nomor undian

2) Soal post test (Lampiran 30, halaman 180)

3) Kuesioner motivasi belajar (Lampiran 31, halaman 182) c. Tahap evaluasi dan refleksi

1) Evaluasi

a) Panduan wawancara siswa (Lampiran 8, halaman 130) b) Panduan wawancara guru (Lampiran 7, halaman 129) 2) Refleksi

a) Lembar refleksi guru (Lampiran 33, halaman 186) b) Lembar refleksi siswa (Lampiran 34, halaman 187)

G. Definisi Operasional Variabel dan Indikator

(62)

Variabel bebas yang dutetapkan dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif NHT. Sedangkan variabel terikat yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X akuntansi SMK 2 YPKK Sleman.

1. Motivasi Belajar Siswa

Menurut Uno (2007:1), motivasi belajar adalah dorongan dasar yang menggerakan seorang bertingkah laku. Dorongan ini berada pada diri seseorang yang menggerakkan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan dorongan dalam dirinya. Pendapat lain diungkapkan oleh Winkel (Uno, 2007:3) yang menyatakan bahwa motivasi berasal dari kata motif yang berarti daya penggerak dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu, demi mencapai tujuan tertentu. Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar merupakan daya penggerak atau kekuatan yang mendorong seorang siswa untuk belajar.

Tabel 3.1

Indikator Motivasi Belajar Siswa

Dimensi No Indikator No Item Positif Negatif

Intrinsik

1 Adanya hasrat dan keinginan berhasil

3,4,5,11,13 8,17 2 Adanya dorongan dan kebutuhan

dalam belajar

1,2,14 6,10,18,20 3 Adanya harapan dan cita-cita

masa depan

15,23 19,24,25

Ekstrinsik

4 Adanya penghargaan dalam belajar

22,27,28 16 5 Adanya kegiatan yang menarik

dalam belajar

12,29 7,9,5 6 Adanya lingkungan yang

kondusif, sehingga

memungkinkan seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

33

(63)

Sumber : hasil penelitian Uno (2007:23)

Berdasarkan indikator di atas disusun lembar observasi siswa dan kuisioner motivasi belajar siswa.

2. Hasil Belajar

Variabel hasil belajar yang dimaksud oleh peneliti adalah tingkat keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika hasil ulangan materi sebelumnya atau sebelum penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dibandingkan dengan hasil tes evaluasi sikus I mengalami kenaikan dan melebihi target KKM berarti siklus I berhasil. Dan apabila hasil tes evaluasi siklus I dibandingkan dengan hasil tes siklus II apabila mengalami peningkatan dan melebihi target KKM dapat diartikan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT berhasil karena adanya peningkatan hasil belajar.

Untuk mengambil data hasil belajar siswa peneliti menggunakan tes evaluasi. Dibawah ini adalah indikator pada materi ayat jurnal penyesuaian.

Tabel 3.2

Indikator soal tes evaluasi

No Indikator Nomor Soal Siklus I

1. Peserta didik mampu menjelaskan pengertian jurnal penyesuaian

1 2. Peserta didik mampu menjelaskan tujuan jurnal

penyesuaian

2 3. Peserta didik mampu menyebutkan akun yang

diperlukan dalam jurnal penyesuaian.

3 4. Peserta didik mampu mencatat jurnal

penyesuaian

4,5,6,7,8,9,10

Siklus II

(64)

H. Teknik Pengujian Instrumen

Teknik Pengujian instrumen untuk pengujian validitas yaitu menggunakan validitas isi dan konstruk. Validitas isi menurut Masidjo (1950:243) adalah suatu validitas yang menunjukan sampai dimana isi tes atau alat ukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan. Menurut Purwanto (2009:128) untuk uji validitas isi melibatkan kesesuaian butir dengan kisi-kisi dalam hal muatannya. Pengujian validitas isi dapat dilakukan dengan meminta pertimbangan ahli untuk menilai ketepatan isi butir tes hasil belajar. Sedangkan validitas konstruk menurut Purwanto (2009:127-128) adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya. Hasil belajar dikonstruksikan oleh sebuah ranah. Pengujian validitas konstruk menguji konstruksi hasil belajar. Menurut Kusaeri (2012:81) prosedur yang digunakan untuk menguji validitas konstruk adalah sebagai berikut :

1. Mendefinisikan cakupan materi yang hendak diukur dengan membuat kisi-kisi soal.

(65)

I. Teknik Analisis Data

Teknik yang digunakan dalam menguji instrument data penelitian adalah:

1. Analisis Deskriptif

Analisis Deskriptif yang di lakukan bertujuan untuk memaparkan tentang informasi atau data yang diamati dalam proses pembelajaran dan tingkat keberhasilan dari penerapan media komik berbasis model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Motivasi belajar siswa dideskripsikan menggunakan Penilaian Acuhan Patokan (PAP). PAP merupakan acuan penilaian berupa kriteria untuk mengukur pencapaian tujuan intruksional yang telah dirumuskan. PAP dibedakan menjadi dua, yaitu PAP tipe I dan PAP tipe II.

Menurut Masidjo (1995:152) ada syarat untuk menentukan suatu patokan penguasaan bahan pelajaran yang merupakan kompetensi dalam suatu PAP yang perlu diperhatikan yaitu :

a) Seorang guru harus mampu mengidentifikasi tujuan instruksional dan merumuskan secara tepat sehingga tujuan instruksional bebar-benar operasional.

b) Guru menyelenggarakan program pembinaan dan pengayaan yang memadai.

Gambar

Tabel 2.1 Aspek Perbandingan PTK dan Penelitian Kelas Non-PTK
Tabel 2.2 Fase-fase Model Pembelajaran Kooperatif
Tabel 3.1 Indikator Motivasi Belajar Siswa
Tabel 3.2 Indikator soal tes evaluasi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak sedikit ibu rumah tangga bahkan kita sendiri sering kali lupa mematikan kran bak mandi, hal ini mengakibatkan air akan terbuang sia-sia bahkan yang lebih buruk tagihan

Ease the restrictions in section 7.6.5.5 on page 26 and section 7.9.2.4.4 on page 35 and Table 11 on page 48 of OGC 09-025r1 (WFS 2.0.0) by permitting a service to encode

Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi kader jumantik dalam upaya pemberantaan sarang nyamuk di Desa Wirogunan

Penelitian tentang Keanekaragaman Burung di Desa Telagah Taman Nasional Gunung Leuser Kabupaten Langkat Sumatera Utara telah dilaksanakan pada bulan Februari sampai

[r]

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 31, 32, 33 dan 34 Peraturan Presiden Nomor 10 Tahun 2006 tentang Badan Pertanahan Nasional dan Pasal 467 ayat (3)

Untuk menguji apakah matriks korelasi sederhana bukan merupakan suatu matriks identitas, maka digunakan uji Bartlett dengan pendekatan statistik chi square. Berikut ini