HUKUM ACARA
PERSAINGAN USAHA
Ditha Wiradiputra
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Pendahuluan
Latar belakang lahirnya UU No.5/1999
Latar belakang perlunya hukum acara tersendiri
terhadap perkara Hukum Persaingan Usaha
Proses penegakkan Hukum Persaingan Usaha
Gambar Proses Penegakkan Hukum
Persaingan Usaha
PN MA
Penuntut PT
PT
Individu KPPU
Perdata UU No.5/99 Pidana
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Dasar Hukum
Undang-Undang No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat
Peraturan Perundang-undangan yang tidak
bertentangan dengan Undang-undang No.5 Tahun1999
Keputusan Presiden No.75 Tahun 1999 tentang Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Pengawas Persaingan Usaha
Peraturan Mahkamah Agung No.3 Tahun 2005 tentang Tata Cara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan
Terhadap Putusan KPPU
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
UU No.5/1999
Mengawasi & menegakkan UU No.5/1999 di Seluruh
Wilayah Indonesia
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Tugas (Pasal 35 UU No.5/1999) :
1. Melakukan penilaian terhadap perjanjian yang dapat mengakibatkan terjadinya
praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 4 sampai dengan Pasal 16;
2. Melakukan penilaian terhadap kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 17 sampai dengan Pasal 24;
3. Melakukan penilaian terhadap ada atau tidak adanya penyalahgunaan posisi dominan yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau
persaingan usaha tidak sehat sebagaimana diatur dalam Pasal 25 sampai dengan Pasal 28;
4. Mengambil tindakan sesuai dengan wewenang KPPU sebagaimana diatur dalam Pasal 36;
5. Memberikan saran dan pertimbangan terhadap kebijakan Pemerintah yang berkaitan dengan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
6. Menyusun pedoman dan atau publikasi yang berkaitan dengan Undang-Undang ini; 7. Memberikan laporan secara berkala atas hasil kerja KPPU kepada Presiden dan
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Wewenang (Pasal 36 UU No.5/1999):
1. menerima laporan dari masyarakat dan atau dari pelaku usaha tentang dugaan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
2. melakukan penelitian tentang dugaan adanya kegiatan usaha dan atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya atau tindakan pelaku usaha yang dapat mengakibatkan terjadinya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
3. melakukan penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap kasus dugaan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat yang dilaporkan oleh masyarakat atau oleh pelaku usaha atau yang ditemukan oleh KPPU sebagai hasil dari penelitiannya;
4. menyimpulkan hasil penyelidikan dan atau pemeriksaan tentang
ada atau tidak adanya praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat;
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Wewenang (Pasal 36 UU No.5/1999):
6. memanggil dan menghadirkan saksi, saksi ahli dan setiap orang yang
dianggap mengetahui pelanggaran terhadap ketentuan undang-undang ini; 7. meminta bantuan penyidik untuk meghadirkan pelaku usaha, saksi, saksi
ahli atau setiap orang yang tidak bersedia memenuhi panggilan KPPU; 8. meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan 8. meminta keterangan dari instansi pemerintah dalam kaitannya dengan
penyelidikan dan atau pemeriksaan terhadap pelaku usaha yang melanggar ketentuan undang-undang ini;
9. mendapatkan, meneliti dan atau menilai surat, dokumen, atau alat bukti lain guna penyelidikan dan atau pemeriksaan;
10. memutuskan dan menetapkan ada atau tidak adanya kerugian di pihak pelaku usaha lain atau masyarakat ;
11. memberitahukan putusan KPPU kepada pelaku usaha yang diduga melakukan praktek monopoli dan atau persaingan usaha tidak sehat; 12. menjatuhkan sanksi berupa tindakan administratif kepada pelaku usaha
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
KPPU Berwenang menjatuhkan sanksi tindakan administratif, berupa:
a. Penetapan pembatalan perjanjian;
b. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan integrasi vertikal; c. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan kegiatan yang
terbukti menimbulkan praktek monopoli dan/atau menyebabkan persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat; persaingan usaha tidak sehat dan/atau merugikan masyarakat;
d. Perintah kepada pelaku usaha untuk menghentikan penyalahgunaan posisi dominan;
e. Penetapan pembatalan atas penggabungan atau peleburan badan usaha dan pengambilalihan saham;
f. Penetapan pembayaran ganti rugi;
g. Pengenaan denda serendah-rendahnya Rp 1.000.000.000,00 dan setinggi-tingginya Rp 25.000.000.000,00.
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Proses Hukum di KPPU
Laporan
Pemeriksaan pendahuluan
Pemeriksaan lanjutan
Putusan
Putusan
Proses Hukum di KPPU
Sumber Perkara
Laporan:
1. Setiap orang yg mengetahui terjadinya dugaan
pelanggaran terhadap UU {Pasal 38 ayat (1) UU No.5/1999}
pelanggaran terhadap UU {Pasal 38 ayat (1) UU No.5/1999}
2. Pihak yang dirugikan {Pasal 38 ayat (2) UU No.5/1999}
Proses Hukum di KPPU
Pemeriksaan Pendahuluan:
Jangka waktu 30 hari
{Pasal 39 ayat (1) UU No.5/1999}
Untuk menetapkan perlu atau tidaknya
dilakukan pemeriksaan lanjutan
{Pasal 39 ayat (1) UUProses Hukum di KPPU
Pemeriksaan Lanjutan
:
Jangka waktu 60 hari dan dapat diperpanjang paling lama 30 hari {Pasal 43 ayat (1) dan (2) UU No.5/1999}
KPPU wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku
KPPU wajib melakukan pemeriksaan terhadap pelaku usaha yg dilaporkan {Pasal 39 ayat (2) UU No.5/1999}
KPPU wajib menjaga kerahasian informasi yg diperoleh dari pelaku usaha yg dikatagorikan rahasia perusahaan
{Pasal 39 ayat (3) UU No.5/1999}
Proses Hukum di KPPU
Pemeriksaan Lanjutan:
Pelaku usaha dan atau pihak lain yg diperiksa wajib menyerahkan alat bukti yg diperlukan dalam
penyelidikan & pemeriksaan {Pasal 41 ayat (1) UU No.5/1999}
Pelaku usaha dilarang menolak diperiksa, memberikan informasi atau menghambat proses pemeriksaan {Pasal 41 ayat (2) UU No.5/1999}
KPPU dapat menyerahkan kepada penyidik untuk
Proses Hukum di KPPU
Pemeriksaan lanjutan:
Alat bukti pemeriksaan KPPU berupa
:
Keterangan saksi
Keterangan ahli
Keterangan ahli
Surat dan atau dokumen
Petunjuk
Keterangan pelaku usaha
Proses Hukum di KPPU
Putusan:
Selambat-lambatnya 30 hari terhitung sejak
selesainya pemeriksaan lanjutan
{Pasal 43 ayat (3) UU No.5/1999}
Harus dibacakan dalam suatu sidang yang
dinyatakan terbuka untuk umum dan segera
Proses Hukum di KPPU
Pasca Putusan:
Pelaku usaha menerima dan melaksanakan putusan
{Pasal 44 ayat (1) UU No.5/1999}
Pelaku usaha tidak menerima dan mengajukan
Pelaku usaha tidak menerima dan mengajukan keberatan ke PN {pasal 44 ayat (2) UU No.5/1999}
Pelaku usaha tidak menerima dan tidak juga
mengajukan keberatan ke PN maka KPPU menyerahkan putusan kepada Penyidik untuk melakukan penyidikan
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Proses Hukum di PN
Keberatan terhadap Putusan KPPU hanya diajukan pelaku usaha terlapor kepada PN ditempat kedudukan usaha pelaku usaha tersebut {Pasal 2 ayat (1) PERMA
No.3/2005}
Jika Keberatan diajukan lebih dari 1 pelaku usaha untuk putusan KPPU yg sama, dan memiliki kedudukan hukum
Jika Keberatan diajukan lebih dari 1 pelaku usaha untuk putusan KPPU yg sama, dan memiliki kedudukan hukum yg sama, perkara tersebut harus didaftar dengan nomor yg sama {Pasal 4 ayat (3) PERMA No.3/2005}
Namun jika berbeda tempat kedudukan hukumnya, KPPU dapat mengajukan permohonan tertulis kepada MA untuk menunjuk salah satu PN disertai usulan
Proses Hukum di PN
PN harus memeriksa keberatan pelaku usaha dalam waktu 14 hari sejak diterimanya keberatan {Pasal 45 ayat (1) UU No.5/1999}
Ketua PN menunjuk hakim yg sedapat mungkin terdiri dari hakim yg mempunyai pengetahuan yg cukup di bidang hukum persaingan usaha {Pasal 5 ayat (1) PERMA No.3/2005}
KPPU wajib menyerahkan putusan dan berkas perkaranya kepada PN yg memeriksa perkara keberatan pada hari persidangan
pertama {Pasal 5 ayat (2) PERMA No.3/2005}
Proses Hukum di PN
Dalam hal Majelis hakim berpendapat perlu pemeriksaan tambahan maka melalui putusan sela memerintahkan
kepada KPPU untuk dilakukan pemeriksaan tambahan
{Pasal 6 ayat (1) PERMA No.3/2005}
Dalam hal perkara dikembalikan sisa waktu pemeriksaan
Dalam hal perkara dikembalikan sisa waktu pemeriksaan keberatan ditangguhkan {Pasal 6 ayat (3) PERMA No.3/2005}
PN harus memberikan putusan dalam waktu 30 hari
Agenda
Pendahuluan
Dasar Hukum
Komisi Pengawas Persaingan Usaha
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di KPPU
Proses Hukum di Pengadilan Negeri
Proses Hukum di MA
KPPU (termohon keberatan) maupun pelaku
usaha (pemohon keberatan) dapat mengajukan
kasasi
{Pasal 45 ayat (3) UU No.5/1999}
MA harus memberikan putusan dalam waktu 30
tambahan
SANKSI PIDANA
PIDANA POKOK
Pasal 48
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 4, Pasal 9sampai dengan Pasal 14, Pasal 16 sampai dengan Pasal 19, Pasal 25, Pasal 27, dan Pasal 28 diancam pidana denda serendah-rendahnya Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp.
Rp. 25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) dan setinggi-tingginya Rp. 100.000.000.000,00 (seratus milar rupiah), atau pidana kurungan pengganti denda selamalamanya 6 (enam) bulan.
(2) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 5 sampai dengan Pasal 8, Pasal 15, Pasal 20 sampai dengan Pasal 24, dan Pasal 26 Undang-Undang ini diancam pidana denda serendahrendahnya Rp.5.000.000.000,00 (lima miliar) rupiah dan setinggi-tingginya
Rp.25.000.000.000,00 (dua puluh lima miliar rupiah) denda selama-lamanya 5 (lima) bulan. (3) Pelanggaran terhadap ketentuan Pasal 41 Undang-Undang ini diancam pidana denda
serendah-rendahnya Rp. 1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah) dan setinggi-tingginya
tambahan
PIDANA TAMBAHAN Pasal 49
Dengan menunjuk ketentuan Pasal 10 Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana, terhadap pidana sebagaimana diatur dalam Pasal 48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa:
48 dapat dijatuhkan pidana tambahan berupa: a. pencabutan izin usaha
b. larangan kepada pelaku usaha yang telah terbukti melakukan pelanggaran terhadap Undang-Undang ini untuk menduduki jabatan direksi atau komisaris sekurang-kurangnya 2 (dua) tahundan selama-lamanya 5 (lima) tahun; atau