• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG."

Copied!
52
0
0

Teks penuh

(1)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

pada Departemen Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan

Disusun oleh:

(2)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DEPARTEMEN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2015

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Oleh

R. Agung Ismail S.

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Psikologi pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© R. Agung Ismail S. 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

(3)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

(5)

R Agung Ismail S, 2016

(6)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

(7)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

ABSTRAK

R. Agung Ismail S. (1002950). Hubungan Humor Styles dengan Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung. Skripsi. Departemen Psikologi. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung (2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran humor styles, subjective well-being, dan hubungan humor styles dengan subjective well-being pada remaja awal yang tergabung di SMP Negeri 15 Bandung. Sampel dalam penelitian ini 99 orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Data diperoleh melalui instrumen Humor Styles Questionnaire (HSQ) yang disusun oleh Martin (2003) yang diadaptasi ke dalam Bahasa Indonesia oleh peneliti sendiri untuk mengukur jenis humor, Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2006, 2009) untuk mengukur subjective well-being. Pendekatan yang digunakan untuk menguji hipotesis penelitian adalah pendekatan kuantitatif melalui metode korelasional dengan teknik analisis Pearson-product Moment yang berfungsi untuk mengetahui korelasi antar variabel. Hasil dari penelitian ini menunjukan: 1) Mayoritas humor styles yang dimiliki remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung adalah affiliative humor, 2) Tingkat subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung tergolong tinggi, 3) Humor styles jenis affiliative dan

self-enhancing memiliki korelasi positif yang signifikan dengan subjective well-being, 4) Humor styles jenis self–defeating memiliki korelasi negatif yang signifikan dengan subjective well-being, 5) Humor styles jenis aggressive tidak memiliki korelasi yang signifikan dengan subjective well-being. Temuan ini memberikan rekomendasi bagi pihak sekolah dalam memberikan konseling bagi siswa, bagi pihak orang tua dalam memberikan dukungan pada anak, dan bagi peneliti selanjutnya dalam pengambilan data yang lebih efektif, pemilihan kata dalam instrumen adaptasi, juga metode yang lebih lengkap dalam menguji faktor sosio-demografis.

(8)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

R. Agung Ismail S. (1002950). Corelation of Humor Styles and Subjective Well-being among Early Adolescence in 15 Junior High School Bandung. Research Paper. Departement of Psychology. Faculty of Education. Indonesia University of Education. Bandung (2015).

This research aims to get the description of humor styles, subjective well-being, and determine the relationship of humor styles and subjective well-being among early adolescence in 15 Junior High School Bandung. The samples on this research conducted 99 student with purposive sampling technique. Data were obtained using Humor Styles Questionnaire (HSQ) instrument made by Martin (2003) which had been translated to Bahasa Indonesia by the writer to measure humor styles, Satisfaction with Life Scale (SWLS) instrument and Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) instrument made by Diener (2006, 2009) to measure subjective well-being. The approach method to test the hypothesis is quantitative with correlational method and Pearson-product Moment analysis technique which is used to find out the correlation between variables. Result of this research are 1) Mostly Early Adolescence in 15 Junior High School have a affiliative humor styles 2) Subjective well-being level of Early Adolescence in 15 Junior High School were in high level 3) Affiliative and self-enhancing humor styles showed that had significant positive correlation with subjective well-being 4) Self-defeating humor styles showed that had significant negative correlation with subjective well-being 5) Aggressive humor styles showed that had no significant correlation with subjective well-being. This finding recommends some points for the school to give some counseling for student, then for the parents to provide support for them children, and then for the next researchers in obtaining data to be more effective, choice of words in translated instrument, also a more complete method to test socio-demographic factor.

(9)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN KATA PENGANTAR

UCAPAN TERIMA KASIH ABSTRAK

ABSTRACT DAFTAR ISI DAFTAR BAGAN DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN 1

A. Latar Belakang Penelitian 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 3

C. Tujuan Penelitian 3

D. Manfaat Penelitian 3

1. Manfaat Teoritis 3

2. Manfaat Praktis 3

E. Sistematika Penulisan Skripsi 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5

A. Kajian Pustaka 5

1. Remaja 5

2. Humor 8

3. Subjective Well-being 13

B. Hasil Penelitian yang Relevan 28

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian 29

(10)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

2. Hipotesis Penelitian 32

BAB III METODE PENELITIAN 34

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 34

1. Lokasi Penelitian 34

2. Subjek Penelitian 34

3. Populasi dan Sampel 34

B. Metode dan Desain Penelitian 35

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 36

1. Variabel Peneltian 36

2. Definisi Operasional 36

D. Instrumen Penelitian 38

1. Instrumen Humor Styles (Humor Styles Questionnaire) 38

2. Instrumen Subjective Well-being 39

3. Pengembangan Instrumen 40

E. Teknik Pengumpulan Data 49

F. Teknik Analisa Data 49

1. Uji Normalitas 49

2. Uji Korelasi 50

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 51

A. Hasil Penelitian 51

1. Gambaran Humor Styles pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

51

2. Gambaran Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

56

3. Hubungan antara Humor Styles dengan Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

65

B. Pembahasan 67

(11)

Negeri 15 Bandung

2. Gambaran Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

71

3. Hubungan antara Humor Styles dengan Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

75

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 83

A. Kesimpulan 83

B. Saran 84

DAFTAR PUSTAKA 86

LAMPIRAN

(12)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penyekoran Item Humor Styles Questionnaire (HSQ) 38 Tabel 3.2 Penyekoran Satisfaction with Life Scale (SWLS) 39 Tabel 3.3 Penyekoran Scale of Positiveand Negative Experience

(SPANE)

40

Tabel 3.4 Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach 42 Tabel 3.5 Koefisien Reliabilitas Instrumen HSQ, SWLS, dan SPANE 44 Tabel 3.6 Kategorisasi Skala pada Subjective Well-being 45 Tabel 3.7 Kategorisasi Aspek Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup

Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale (SWLS)

45

Tabel 3.8 Kategorisasi Aspek Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positiveand Negative Experience

(SPANE)

48

Tabel 3.9 Hasil Uji Normalitas Variabel Humor Styles dan Subjective Well-being

50

Tabel 4.1 Frekuensi Humor Styles pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

51

Tabel 4.2 Frekuensi Humor Styles Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

53

Tabel 4.3 Frekuensi Humor Styles Berdasarkan Usia pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

(13)

Tabel 4.4 Frekuensi Subjective Well-being Pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

56

Tabel 4.5 Frekuensi Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

57

Tabel 4.6 Frekuensi Subjective Well-being Berdasarkan Usia pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

59

Tabel 4.7 Frekuensi Aspek Kognitif Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

60

Tabel 4.8 Frekuensi Aspek Afektif Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

63

Tabel 4.9 Nilai Korelasi dan Signifikansi Humor Styles dan Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung

65

Tabel 4.10 Frekuensi Kategori Subjective Well-being dengan Dimensi

(14)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Persentase Humor Styles pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

52

Grafik 4.2 Persentase Humor Styles Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

53

Grafik 4.3 Frekuensi Humor Styles Berdasarkan Usia pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

55

Grafik 4.4 Persentase Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

57

Grafik 4.5 Persentase Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

58

Grafik 4.6 Frekuensi Subjective Well-being Berdasarkan Usia pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

59

Grafik 4.7 Persentase Aspek Kognitif Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

61

Grafik 4.8 Persentase Aspek Kognitif Subjective Well-being

Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

61

Grafik 4.9 Persentase Aspek Afektif Subjective Well-being pada Remaja Awal di SMP Negeri 15 Bandung Kelas VIII dan IX

63

Grafik 4.10 Persentase Aspek Afektif Subjective Well-being Berdasarkan Jenis Kelamin pada Remaja Awal di SMP Negeri 15

Bandung Kelas VIII dan IX

64

Grafik 4.11 Persentase Kategori Subjective Well-being dengan Dimensi

(15)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Hubungan antar Variabel 35

Gambar 4.1 Pola Hubungan variabel humor styles dengan subjective well-being

(16)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Demografis

Lampiran 2 Skoring Data Humor Styles

Lampiran 3 Skoring Data Subjective Well-being

Lampiran 4 Blueprint Instrumen

Lampiran 5 Uji Korelasi

Lampiran 6 Uji Normalitas

Lampiran 7 A. Surat Keputusan Pengangkatan Pembimbing Skripsi B. Pernyataan Expert Judgement

(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Setiap manusia mengharapkan sebuah kesejahteraan atau kebahagiaan. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa kebahagiaan merupakan tujuan tertinggi dari kehidupan manusia (dalam Bertens, 1999). Dengan itu mereka mencari jalan bagaimana mendapatkan kebahagiaan tersebut dalam segala perbuatannya.

Kebahagiaan merupakan konsep yang abstrak seperti halnya inteligensi, maka dari itu dalam ranah psikologi positif, konsep ini diolah kembali, sehingga saat ini lebih mudah dipahami, diteliti, dan diukur tanpa menghilangkan makna dasar dari kebahagiaan tersebut. Konsep ini disebut sebagai subjective well-being (Seligman, 2012). Andrews dan Withey; Diener; Myers dan Diener (dalam Eryilmaz, 2011) menerangkan bahwa subjective well-being atau kebahagiaan mempunyai tiga komponen yang ketiganya saling terkait, diantaranya yaitu afeksi emosi (positif dan negatif), dan kognitif.

Penelitian mengenai kebahagiaan yang dilakukan oleh Program for International Student Assessment (PISA) terhadap 510 ribu orang pelajar berusia antara 15-16 tahun yang berasal dari 65 negara, menghasilkan temuan bahwa negara Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai negara paling bahagia di dunia (RDA, 2013). Salah satu dampak dari kebahagiaan bagi remaja menurut sebuah penelitian yang dilakukan oleh Huebner dan Diener (2008), bahwa remaja yang memiliki tingkat kebahagian yang tinggi secara umum menampilkan hubungan intrapersonal dan interpersonal yang baik.

(18)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

mendefinisikan humor sebagai kebiasaan individu yang berbeda-beda pada setiap perilaku, pengalaman, perasaan, kesenangan, sikap, kemampuan untuk menghubungkan sesuatu hal dengan kesenangan, tertawa, bercanda dan sebagainya. Maka humor dinyatakan dapat meningkatkan afeksi positif pada seseorag. Dalam observasi dan wawancara yang dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung, dikabarkan bahwa siswa siswi mereka menggunakan humor

sebagai “pelepas penat” atau coping mereka terhadap masalah yang dihadapi, seperti bercanda dengan temannya ketika terlambat sekolah, mengejek temannya yang lebih sering terlambat dan tertawa bersama, dan bercerita lucu mengenai kejadian-kejadian yang mungkin akan terjadi setelah mereka diperbolehkan masuk kelas oleh gurunya.

Hal ini sejalan dengan pernyataan Brown dan Keegan (1999), dimana humor dapat menjadi cara untuk mengurangi ketegangan emosional, juga membantu seseorang untuk mengatasi masalah dengan lebih baik. Humor juga diasumsikan dapat meningkatkan subjective well-being dengan fungsinya yaitu mengurangi afeksi negatif dan meningkatkan afeksi positif pada seseorang. Remaja yang memiliki rasa humor baik, diharapkan dapat memiliki subjective well-being yang baik pula. Demikian rasa humor dapat menjadikan suatu kehidupan lebih variatif, sehat dan lebih bahagia, juga memandang hidup lebih menyenangkan.

Menurut Martin (2007) cara humor yang digunakan seseorang selain sebagai metode coping atau untuk mengembangkan kualitas diri, humor juga digunakan sebagai cara untuk mempererat hubungan dengan orang lain. Dengan demikian, Martin (2007) membagi humor menjadi empat jenis, yaitu

(19)

R Agung Ismail S, 2016

Dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa siswa SMP Negeri 15 Bandung sudah menggunakan humor sebagai

coping atas masalah yang dihadapi, namun jenis humor atau humor styles

seperti apa, dan bagaimana humor styles ini berhubungan dengan subjective well-being pada siswa SMP Negeri 15 Bandung dianggap perlu diteliti lebih dalam, sehingga kesimpulan bagaimana humor styles berhubungan dengan

subjective well-being pada siswa SMP Negeri 15 Bandung dapat diperoleh. B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat diketahui bahwa subjective well-being dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, salah satunya yaitu oleh humor. Demikian seseorang memandang hidup dan menangkap sisi variatifnya dengan bagaimana humor styles atau jenis humor mereka. Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk menjawab pertanyaan: bagaimana hubungan

humor styles dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui gambaran humor styles pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.

2. Untuk mengetahui gambaran subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan humor styles dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

(20)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

kontribusi dalam mengembangkan konsep humor styles dan subjective well-being dalam bidang psikologi dan bidang-bidang keilmuan lainnya yang berhubungan (sosial dan kesehatan).

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai intervensi pada humor styles juga diterapkannya unsur humor dan memahami humor styles dalam komunikasi dan perilaku pada remaja di setiap kegiatan atau acara, tidak lain untuk meningkatkan subjective well-being bagi para remaja.

E. Struktur Penulisan Skripsi

Berikut adalah struktur penulisan dari setiap bab dalam penelitian ini. BAB I: Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Struktur Penulisan Skripsi

BAB II: Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran A. Kajian Pustaka

B. Hasil Penelitian yang Relevan

C. Kerangka Berpikir dan Hipotesis Penelitian BAB III: Metodologi Penelitian

A. Lokasi dan Subjek Penelitian B. Metode dan Desain Penelitian

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional D. Instrumen Penelitian

(21)

R Agung Ismail S, 2016

BAB IV: Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian

B. Pembahasan Pembahasan BAB V: Kesimpulan dan Saran

(22)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metodologi penelitian yang terdiri atas lokasi dan subjek penelitian, metode dan desain yang digunakan dalam penelitian, variabel penelitian dan definisi operasional dari variabel tersebut. Selain itu, akan dijelaskan pula mengenai isntrumen yang digunakan untuk memperoleh data, prosedur pengambilan data, serta teknik analisis data yang berguna untuk menjawab hipotesis penelitian.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 15 Bandung yang bertempat di Jalan Setiabudhi No. 89 Cidadap, Bandung. Lokasi ini dipilih dengan beberapa pertimbangan yang dilakukan oleh peneliti, diantaranya yaitu peneliti telah melakukan pra-penelitian dengan mendapatkan informasi dasar mengenai kondisi siswa dan sekolah yang dapat menunjang penelitian, juga kemudahan jangkauan dan akses dengan sekolah.

2. Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji bagaimana humor styles

dan subjective well-being pada remaja awal. Maka dari itu subjek penelitian dalam peneilitian ini yaitu siswa SMP Negeri 15 Bandung, baik itu putra maupun putri. Secara psikologis, siswa SMP umumnya berada pada rentang usia 12-15 tahun yang termasuk dalam kategori remaja awal (Hurlock, dalam Desmita, 2009).

(23)

35

R Agung Ismail S, 2016

Populasi merupakan subjek ataupun objek, yang mempunyai karakteristik tertentu yang dimana sebelumnya telah ditetapkan oleh peneliti (Sugiyono, 2008). Dalam penelitian ini terdapat beberapa kriteria sebagai subjek dalam penelitian, yaitu siswa dengan kategori remaja awal dan bertempat tinggal di Bandung. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan teknik sampel purposif atau judgmental sampling. Teknik ini digunakan dengan cara menentukan kriteria khusus terhadap sampel yang telah ditentukan oleh peneliti, sehingga pada penelitian ini peneliti mendapatkan 99 siswa yang masuk kriteria dari total 616 siswa (total 18 kelas dari kelas VIII dan IX).

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu metode yang menekankan pada pengujian teori melalui pengukuran variabel penelitian dengan angka dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik. Pendekatan ini mengukur humor styles sebagai variabel independen (X) dan

subjective well-being sebagai variabel dependen (Y) dengan menggunakan instrumen. Penelitian ini bersifat non eksperimental (ex post facto) sehingga penelitian ini tidak dilakukan pengontrolan atau manipulasi terhadap variabel-variabel yang akan diteliti, sehingga bertujuan untuk menguji teori yang ada (Latipun, 2010).

Skor dari masing-masing variabel kemuadian akan dilakukan uji korelasi untuk menyelidiki nilai-nilai pada dua variabel, kemudian menguji dan menentukan hubungan dari kedua variabel tersebut (Silalahi, 2010). Visualisasi desain penelitian ini adalah sebagai berikut:

(24)

36

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1

Hubungan variabel independen X humor styles dengan variabel dependen Y subjective well-being

C. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah segala hal yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi mengenai hal tersebut untuk kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Terdapat 2 (dua) variabel utama dalam penelitian ini, yaitu:

X : Humor Styles

Y : Subjective Well-Being

2. Definisi Operasional

Untuk memperoleh pengukuran yang relevan dengan tujuan dari penelitian, maka diperlukan definisi dari setiap variabel sehingga dapat disusun alat ukur mengenai variabel tersebut. Berikut definisi operasional dalam penelitian ini, yaitu:

a. Definisi Operasional Humor Styles

(25)

37

R Agung Ismail S, 2016

Terdapat 4 (empat) jenis humor atau humor styles yang berkaitan dengan variasi seseorang dalam menggunakan humor (Martin et al., 2003),yaitu:

1) Affiliative humor: Menceritakan hal-hal lucu, menciptakan lelucon pada orang lain. Bertujuan untuk merperkuat hubungan dengan orang lain (interpersonal), dan tidak ada unsur untuk menyakiti orang lain.

2) Self-enhancing humor: Memikirkan atau menggunakan humor mengenai pandangan tentang kehidupan, meskipun saat seorang diri. Bertujuan untuk mengurangi situasi sedih, stress, atau saat menghadapi kesulitan.

3) Aggressive humor: Menggunakan humor dengan bentuk mengkritik, sarkasme, mengejek, menggoda, bahkan meremehkan atau merendahkan orang lain. Humor ini bersifat offensive, dan tidak bertujuan untuk meningkatkan hubungan dengan orang lain, bahkan cenderung untuk menunjukan bahwa mereka merasa superior.

4) Self-defeating humor: Menggunakan humor dengan merendakan atau meremehkan dirinya sendiri, bercerita lucu atau menertawakan diri saat disindir atau diremehkan. Humor ini bertujuan untuk mendekatkan diri dengan orang lain, sarana agar terhindar dari masalah atau perasaan negatif.

b. Definisi Operasional Subjective Well-Being

(26)

38

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

penilaian afektif (emosi positif dan negatif) sebagaimana ditunjukkan oleh skor yang diperoleh dalam Satisfaction with Life Scale (SWLS), Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE).

D. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Humor Styles (Humor Styles Questionnaire)

Dalam penelitian ini digunakan alat ukur Humor Styles Questionnaire (HSQ) milik Rod Martin (2003) yang telah diadaptasi ke dalam bahasa Indonesia oleh peneliti. HSQ ini terdiri dari 32 butir soal berbentuk pernyataan atau self-report yang terdiri dari 4 dimensi humor styles yang terdiri dari affiliative humor, self-enhancing humor, aggressive humor, self-defeated humor, yang dimana masing-masing dimensi terbagi menjadi 8 item. Respon partisipan pada alat ukur ini menggunakan skala likert dengan 7 pilihan jawaban pada setiap item yang terdiri dari skala 1

―sangat tidak setuju‖ (STS), hingga 7 ―sangat setuju‖ (SS). Pilihan atau

yang mengarah ke ―sangat setuju‖ (SS) menunjukan bahwa pernyataan

item tersebut sesuai dengan gambaran diri, sedangkan pilihan atau yang

mengarah ke ―sangat tidak setuju‖ (STS) menunjukan bahwa pernyataan

tersebut tidak sesuai dengan gambaran diri indvidu tersebut.

Tabel 3.1. Penyekoran Item Humor Styles Questionnaire (HSQ) Item

Skor Pernyataan 1

(STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)

(27)

39

R Agung Ismail S, 2016

Unfavorable 7 6 5 4 3 2 1

Kategorisasi pada instrumen HSQ ini dilakukan dengan cara menjumlahkan skor dari setiap dimensi atau jenis humor yang didapat, sehingga akan dihasilkan 4 (empat) total skor dari setiap dimensi. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana humor styles yang dimiliki oleh subjek dengan melihat skor yang paling dominan.

Koefisien reliabilitas pada HSQ yang telah di adaptasi ini menunjukan nilai yang cukup reliabel, untuk affiliative humor

menunjukan nilai 0.690, 0.636 pada self-enhancing humor, 0.460 pada

aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor.

2. Instrumen Subjective Well-being

Pada penelitian ini digunakan 2 (dua) instrumen untuk mengukur kedua aspek dari subjective well-being, yaitu aspek kognitif menggunakan instrumen Satisfaction with Life Scale (SWLS), dan aspek afektif atau emosi menggunakan instrumen Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE).

a. Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Satisfaction with Life Scale (SWLS) merupakan instrumen baku yang disusun oleh Diener, Emmons, Larsen, dan Griffin pada tahun 1985. Instrumen ini digunakan untuk mengukur penilaian kognitif individu mengenai kehidupannya. Satisfaction with Life Scale

(SWLS) terdiri atas 5 item dengan 7 skala jawaban yang memiliki kategorisasi 1 (sangat tidak setuju) sampai dengan 7 (sangat setuju). Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.

Tabel 3.2. Penyekoran Satisfaction with Life Scale (SWLS)

(28)

40

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

1 (STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)

Favorable 1 2 3 4 5 6 7

Unfavorable 7 6 5 4 3 2 1

Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91 (Diener, 2006). Satisfaction with Life Scale (SWLS) ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,733 (Wahyudin, 2011).

b. Scale of Positiveand Negative Experience (SPANE)

Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) disusun oleh Diener dan Biswas-Diener untuk mengukur penilaian afektif individu mengenai mood dan emosi yang dirasakan dalam hidup. Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) merupakan instrumen baku yang terdiri atas 12 item dan 5 skala jawaban dengan kategorisasi 1 (sangat jarang atau hampir tidak pernah) sampai dengan 5 (sangat sering atau selalu). Instrumen ini disusun dengen menggunakan jenis skala Likert dan menghasilkan data yang bersifat ordinal.

Tabel 3.3. Penyekoran Scale of Positive and Negative Experience

(SPANE) Item

Skor Pernyataan 1

(STS)

2 3 4 5 6 7

(SS)

Favorable 1 2 3 4 5 6 7

(29)

41

R Agung Ismail S, 2016

Sejumlah hasil penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa instrumen ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten berkisar antara 0,83-0,86 (Diener, 2009). Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) ini telah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dan memiliki reliabilitas sebesar 0,846 (Wahyudin, 2011). 3. Pengembangan Instrumen

a. Uji Validitas

Asal kata validitas adalah dari kata validity, yang dapat diartikan dengan sejauhmana ketepatan atau kecermatan suatu alat ukur melakukan fungsi ukurnya. Suatu alat ukur dikatakan memiliki validitas yang tinggi apabila alat tersebut menjalankan fungsi ukurnya, atau benar-benar mengukur aspek yang diukurnya. Sebaliknya, alat ukur yang memiliki nilai validitas rendah dapat diartikan bahwa data yang dihasilkan tidak relevan dengan tujuan pengukuran alat ukur tersebut (Azwar, 2010).

Dalam uji validitas isi, sesuai dengan namanya, yakni merupakan validitas yang diestimasi melalui pengujian terhadap isi atau konten tes dengan analisis rasional. Validitas isi berkaitan dengan kemampuan suatu instrument mengukur isi (konsep) yang harus diukur (Anastasi, 1988). Validitas isi dalam penelitian ini akan dilakukan oleh

professional judgement. Inti dari validitas ini adalah untuk menjawab

pertanyaan ―sejauhmana item-item dalam tes mencakup keseluruhan

kawasan isi objek yang hendak diukur‖, atau juga ―sejauhmana isi tes

(30)

42

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Dalam penelitian ini, instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS merupakan alat ukur yang sudah teruji secara metodologis. Berbeda dengan instrumen SPANE dan SWLS yang sudah teruji validitasnya dengan Bahasa Indonesia, bahasa pada instrumen HSQ masih menggunakan Bahasa Inggris, maka item-item pada instrumen ini perlu diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia. Agar validitas isi dari intrumen terjaga, maka penerjemah instrumen harus merupakan seorang yang memiliki ekpertisi atau profesional dibidang bahasa dan psikologi.

Untuk professional judgement atau expert judgment dari segi bahasa di lakukan oleh Dr. Doddy Rusmono, MLIS. Setelah menerjemahkan HSQ kedalam bahasa Indonesia, maka secara konstruk dan konsep psikologi pada instrumen HSQ ini dikaji ulang oleh bantuan dari pakar bidang psikologi yaitu Helli Ihsan S.Ag,. M.Si., dan Dr. Tina Hayati Dahlan, S.Psi., M.Pd., Psikolog.

Kemudian instrumen HSQ, SPANE, dan SWLS ini diujikan kepada 163 remaja awal di kota Bandung dengan rentang umur 12-15 tahun, karena instrumen-instrumen ini merupakan adaptasi, maka tidak dilakukan pengurangan atau penambahan item, sehingga pada beberapa item hanya dilakukan perubahan redaksi kata agar tidak mempengaruhi penilaian pada instrumen.

b. Uji Reliabilitas

(31)

43

R Agung Ismail S, 2016

instrumen yang bila dilakukan dalam beberapa kali pelaksanaan pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama akan diperoleh hasil yang sama (Anastasi, 1988).

. Berikut kriteria dari Guillford pada tabel di bawah yang menjadi acuan dalam menentukan kriteria dalam penelitian ini, (Sugiyono, 2008):

Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach

Kriteria Koefisien Reliabilitas α

Sangat Reliabel > 0,900

Reliabel 0,700 – 0,900

Cukup Reliabel 0,400 – 0,700

Kurang Reliabel 0,200 – 0,400

Tidak Reliabel < 0,200

Pada penelitian-penelitian sebelumnya, koefisien reliabilitas pada HSQ ini menunjukan nilai yang konsisten reliabel, untuk

affiliative humor menunjukan nilai 0.80, 0.81 pada self-enhancing humor, 0.77 pada aggressive humor, dan 0.80 pada self-defeated humor (Martin, et al., 2003). Pada penelitian ini, reliabilitas HSQ kembali diujikan menggunakan alpha cronbach dengan bantuan

software SPSS 20 for windows dan mengacu pada kriteria dari Guillford, menghasilkan nilai reliabilitas untuk affiliative humor 0.690,

pada self-enhancing humor menunjukan nilai 0.636, 0.460 pada

aggressive humor, dan 0.666 pada self-defeated humor. Pada dimensi

affiliative humor, self-enhancing humor, dan self-defeated humor,

termasuk kedalam kategori cukup reliabel, begitu pula pada dimensi

[image:31.596.128.518.258.369.2]
(32)

44

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Untuk pengukurun pada variabel subjective well-being,

digunakan dua (2) instrumen, yaitu SWLS dan SPANE. Sejumlah penelitian menyebutkan bahwa instrumen SWLS ini memiliki koefisien reliabilitas yang konsisten tinggi, yaitu berkisar antara 0,78-0,91, sedangkan instrumen SPANE berkisar antara 0,83-0,86 (Diener, 2009). Kedua instrumen ini telah diadaptasi kedalam bahasa Indonesia (Wahyudin, 2011) dan tergolong dalam kategori reliabel dengan koefisien reliabilitas sebesar 0,733 pada instrumen SWLS, dan untuk instrumen SPANE memiliki koefisien reliabilitas sebesar 0,846. Pada penelitian ini, kedua instrumen yang telah diadaptasi tersebut menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.630 untuk instrumen SWLS, sedangkan untuk instrumen SPANE menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0.496. Dalam kriteria guillford, kedua instrumen ini tergolong pada kriteria cukup reliabel.

Pada tabel berikut akan ditunjukan koefisien reliabilitas dari instrument HSQ, SWLS dan SPANE.

Tabel 3.5. Koefisien Reliabilitas Instrumen HSQ, SWLS, dan SPANE Instrumen Koefisien Reliabilitas Humor Styles

Affiliative humor 0.690

Self-enhancing humor 0.636

Aggressive humor 0.460

Self-defeating humor 0.666

Subjective Well-being

SWLS 0.630

[image:32.596.191.496.541.703.2]
(33)

45

R Agung Ismail S, 2016

c. Kategorisasi Skala

Kategorisasi skala bertujuan untuk menempatkan subjek penelitian atau responden ke dalam kelompok-kelompok yang terpisah secara berjenjang berdasarkan atribut yang diukur (Azwar, 2010). Kategorisasi skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen subjective well-being, yaitu kategorisasi skala berdasarkan skor ideal dari instrumen yang telah ditetapkan terlebih dahulu (Azwar, 2010). Secara umum, sampel atau responden dalam penelitian ini akan dibagi ke dalam dua kategori, yaitu kategori subjective well-being tinggi dan kategori subjective well-being rendah.

Pada penelitian ini, untuk mengetahui skor dimensi subjective well-being digunakan dua instrumen, yaitu Satisfaction with Life Scale

(SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE). Dengan demikian, kategorisasi skala dalam penelitian ini diperoleh menggunakan langkah-langkah sebagai berikut (Santoso, 2003):

1) Menentukan skor ideal atau sering disebut juga dengan skor maksimal dan skor minimal dengan cara sebagai berikut:

Skor Ideal = skor ideal SWLS + skor ideal SPANE = 35 + 24 = 59

Skor Minimal =

skor minimal SWLS + skor minimal SPANE = 5 + (- 24) = -19

2) Menentukan rentang kategori dengan cara sebagai berikut: Rentang Kategori =

= [59 - (-19)]/2 =

78/2 = 39

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka diperoleh norma atau kategorisasi skala pada subjective well-being ini sebagai berikut:

(34)

46

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Skor Kategori

-19 ≤ X ≤ 20 subjective well-being rendah

X >20 subjective well-being tinggi

Selanjutnya akan disajikan tabel kategorisasi aspek kognitif mengenai kepuasan hidup dan aspek afektif mengenai mood dan emosi beserta deskripsi dari masing-masing kategori tersebut berdasarkan norma baku Satisfaction with Life Scale (SWLS) dan Scale of Positive and Negative Experience (SPANE) yang disusun oleh Diener (2006; 2009).

Tabel 3.7. Kategorisasi Aspek Kognitif Mengenai Kepuasan Hidup Berdasarkan Skor Satisfaction with Life Scale (SWLS)

Skor Kategori Deskripsi

30.00 ≤ X ≤

35.00 Sangat Puas

[image:34.596.106.516.113.177.2]
(35)

47

R Agung Ismail S, 2016

kelompok ini, kehidupan bersifat menyenangkan dan hampir semua aspek kehidupan mereka—pekerjaan, sekolah, keluarga, teman, waktu luang, dan lain-lain—berjalan dengan baik.

25.00 ≤ X ≤

29.00 Puas

Responden yang berada dalam kategori ini menyukai kehidupan mereka dan merasa bahwa segala sesuatu berjalan dengan baik. Kehidupan mereka tentu saja tidak sempurna, tetapi mereka merasa bahwa sebagian besar aspek kehidupan mereka berjalan dengan baik. Pada beberapa aspek kehidupan, mereka merasa kurang puas. Namun, perasaan kurang puas tersebut masih dapat dikurangi dengan cara pemberian motivasi.

20.00 ≤ X ≤

24.00 Cukup Puas

(36)

48

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

menjadi lebih baik.

15.00 ≤ X ≤

19.00 Kurang Puas

Responden yang berada dalam kelompok ini biasanya memiliki beberapa permasalahan kecil yang bersifat signifikan pada beberapa aspek kehidupan atau memiliki permasalahan yang besar hanya pada salah satu aspek kehidupan.

10.00 ≤ X ≤

14.00 Tidak Puas

Responden yang berada dalam kategori ini secara umum merasa tidak puas dengan kehidupan mereka. Responden dalam kelompok ini biasanya memiliki sejumlah aspek kehidupan yang tidak berjalan dengan baik atau memiliki satu sampai dua aspek kehidupan yang berjalan dengan sangat buruk. Responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk sering berbincang-bincang dengan teman-teman, mengikuti kegiatan kerohanian, atau bahkan menghubungi konselor agar mereka dapat bergerak dan berubah ke arah yang lebih positif.

5.00 ≤ X ≤ 9.00 Sangat Tidak Puas

(37)

49

R Agung Ismail S, 2016

kehidupan mereka. Bahkan, responden yang berada dalam kategori ini dapat dikatakan memiliki gangguan dalam fungsi kehidupan mereka. Oleh karena itu, responden yang berada dalam kategori ini dianjurkan untuk menghubungi psikolog atau psikiater.

Tabel 3.8. Kategorisasi Aspek Afektif Mengenai Mood dan Emosi Berdasarkan Skor Scale of Positiveand Negative Experience (SPANE)

Skor Kategori Keterangan

X ≤ -9 Kurang Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek negatif daripada afek positif atau terdapat salah satu afek yang lebih sering dirasakan secara ekstrim.

-8 ≤ X ≤ 8 Seimbang

Responden merasakan afek positif dan afek negatif secara seimbang.

X ≥ 9 Sangat Seimbang

Responden lebih sering merasakan afek positif daripada afek negatif, tetapi masih dalam kategori seimbang.

Pada instrumen humor styles, kategorisasi skala yang digunakan berfungsi untuk mengetahui jenis humor atau humor styles

[image:37.596.108.515.112.261.2]
(38)

50

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik kuisoner atau angket. Kuisoner merupakan sejumlah pertanyaan tertulils yang digunakan untuk mendapatkan informasi dari responden (Arikunto, 2002). Kuisoner diberikan kepada subjek penelitian secara klasikal dengan terlebih dahulu peneliti memberikan instruksi dan informasi mengenai cara mengisi, juga poin-poin atau item yang ada pada lembar kuisoner secara bertahap selama pengisian berlangsung. Subjek pun dapat bertanya langsung bila terdapat kata atau kalimat yang tidak dapat dimengerti selama proses pengisian lembar kuisoner agar tidak salah dalam penafsiran kata atau kalimat. F. Teknik Analisis Data

1. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui distribusi dari sebuah data telah mendekati distribusi normal. Data yang ‗baik‘ yaitu data yang memiliki pola seperti lonceng atau bell shaped (Santoso, 2003). Pada penelitian ini, uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan

software SPSS 20 for windows dengan metode One-Sample Kolmogorov-Smirnov. Dengan demikian sebuah data dapat dikatakan berdistribusi normal jika memiliki nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05. Berikut tabel dari hasil perhitungan dari penelitian ini.

Tabel 3.9. Hasil Uji Normalitas Variabel Humor Styles

dan Subjective Well-being

(39)

51

R Agung Ismail S, 2016

Affiliative SE Aggressive SD SWB

N 99 99 99 99 99

Normal Parametersa,b

Mean 42.5354 34.1212 30.1616 28.6869 26.4343

Std. Deviation 7.19596 6.95360 5.13632 7.21626 7.30831

Most Extreme Differences

Absolute .101 .079 .067 .063 .100

Positive .059 .079 .038 .049 .100

Negative -.101 -.045 -.067 -.063 -.059

Kolmogorov-Smirnov Z 1.010 .788 .668 .624 .996

Asymp. Sig. (2-tailed) .260 .564 .764 .830 .274

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Berdasarkan tabel 3.9 di atas mengenai nilai signifikansi (Asymp. Sig.) dari variabel Subjective Well-Being dan Humor Styles yang terdiri dari Affiliative, Self-Enhancing, Aggressive, dan Self-Defeating. Masing-masing dari seluruh variabel memiliki nilai signifikansi 0.260, 0.564, 0.764, 0.830, dan 0.274. Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel berdistribusi normal, dikarenakan nilai Assym. Sig. (2-tailed) > 0.05.

2. Uji Korelasi

(40)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai humor styles

dan subjective well-being pada remaja awal yang tergabung di dalam SMP Negeri 15 Bandung yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Humor styles atau jenis humor yang dominan dimiliki oleh remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung adalah affiliative humor sebesar 79,80%. Hal tersebut menggambarkan bahwa remaja awal cenderung menggunakan humornya untuk meningkatkan hubungan interpersonal dan tidak unsur menyakiti orang lain.

2. Kategori subjective well-being yang dominan dimiliki oleh remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung berada pada kategori tinggi yaitu 80,81%. Hal tersebut menggambarkan bahwa aspek kognitif yang dimiliki remaja awal tergolong puas, dan aspek afektif tergolong seimbang.

3. a) Terdapat hubungan positif yang signifikan antara humor styles affiliative dan self-enhancing humor dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.

b) Terdapat hubungan negatif yang signifikan antara humor styles self-defeating dengan subjective well-being pada remaja awal di SMP Negeri 15 Bandung.

(41)

84

R Agung Ismail S, 2016 B. Saran

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada penelitian ini, maka terdapat saran bagi beberapa pihak yang akan dipaparkan sebagai berikut.

1. Bagi pihak sekolah, sebagai guru dan orang tua siswa di sekolah hendaknya memberikan konseling yang dapat meningkatkan pemikiran optimisme dan kepercayaan diri pada anak didiknya, hal tersebut dapat mengurangi kecemasan dan membantu siswa khususnya remaja awal dalam mempersiapkan jenjang pendidikan atau kehidupan selanjutnya. 2. Bagi pihak keluarga atau orang tua, hendaknya dapat lebih meningkatkan

kesadaran dan dukungan terhadap putra-putrinya mengenai perkembangan dan kebutuhan mereka sebagai remaja awal. Tidak lain karena orang tua sebagai role model yang secara langsung dapat berpengaruh pada tingkat

subjective well-being atau kebahagiaan anak-anaknya.

3. Bagi peneliti selanjutnya, mengenai pengambilan data di instansi pendidikan hendaknya dapat lebih mempersiapkan perizinan terhadap pihak-pihak yang terkait. Hal tersebut agar tidak terjadi kesulitan dalam proses penentuan waktu, tempat, juga lamanya proses pengambilan data, sehingga proses pengambilan data tidak mengganggu waktu sekolah, siswa, dan peneliti selanjutnya.

4. Bagi peneliti selanjutnya, dalam proses pengambilan data disarankan dengan melakukan wawancara dan observasi untuk menghindari adanya

social desireability. Hal tersebut juga dapat berguna sebagai data tambahan yang lebih mendalam karena banyak faktor yang dapat mempengaruhi variabel, khususnya pada variabel humor yang bersifat

(42)

85

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

5. Bagi peneliti selanjutnya, dalam proses penggunaan alat ukur diharapkan dapat menggunakan item yang tidak terlalu banyak agar responden tidak merasa bosan untuk menghindari data yang bersifat random atau tidak representatif. Selain itu juga diharapkan dapat menggunakan kata-kata atau kalimat yang lebih mudah dimengerti terkait karakteristik atau jenis responden, agar tidak menimbulkan bias kata atau kebingungan dalam mengisi data.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

Anastasi, A. (1988). Psychological Testing (Sixth Edition). Canada: Macmillan Publishing Company.

Apte, M. (2002). Humor and Laugher: An Anthropological Approach (4th Edition). London: Cornell University Press.

Argyle, M. (1999). Causes and Correlates of Happiness. Well-Being: The Foundation of Hedonic Psychology. New York: Russel Sage Foundation. Arikunto, Suharsimi. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek.

Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Azwar, Saifudin. (2010). Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Bertens, K. (1999). Sejarah Filsafat Yunani (Edisi Revisi). Yogyakarta: KANISIUS.

Boehm, J. K. & Lyubomirsky, S. (2008). Does Happines Promote Career Success.

Journal of Career Assessment, 16(1), 101-116.

Boeree, G. (2008). Psikologi Sosial. Jogjakarta: Prismasophie.

Brown & Keegan. (1999) Stress Women in Workplace. Journal of Clinical Psychology, 49(1), 13-23.

Campbell, L., Martin, R. A., & Ward, J. R. (2008). An Observational Study of Humor Use During a Conflict Discussion. Personal Relationships, 15, 41– 55.

Casas, F., Malo, S., Bataller, S., Gonza´lez, M., & Figuer, C. (2009). Personal Well-being among 12 to 18 Year-old Adolescents and Spanish University Students, Evaluated through the Personal Well-Being Index (PWI).

Conference presentation. International Society for Quality of Life Studies: Florence.

(44)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Chapman, Anthony J. & Hugh C. Foot. (1996). Humor and Laughter: theory, research, and applications. New York: John Wiley & Sons, Ltd.

Costa, P. T. & McCrae, R. R. (1988). Personality in Adulthood: A Six-Year Longitudinal Study of Self-Reports and Spouse Ratings on The NEO Personality Inventory. Journal of Personality and Social Psychology, 54

(5), 853-863.

Compton, William C. (2005). An Introduction to Positive Psychology. Belmont: Thomson Wadsworth.

Daukantantie, D. (2006). Subjective Well-being in Swedish Women. Disertasi dari Departement of Psychology, Stockholm University, Sweden. Stockholm: US-AB. Diterima pada tanggal: 18 Februari 2015, dari

http://.www.divaportal.org/diva/get_Document?urn_nbn_se_su_diva-1278-2_fulltext.pdf.

Desmita. (2009). Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Diener, E. (1994). Assessing Subjective Well-being: Progress and Opportunities.

Social Indicators Research, 31, 103-157.

Diener, Ed. (2000). Subjective well-being: The Science of Happiness and a Proposal for a National Index. American Psychologist55(1), 34–43. DOI: 10.1037/0003-066X.55.1.34.

Diener, Ed. (2005). Guidelines for National Indicators of Subjective Well-Being and Ill-Being. Applied Research in Quality of Life, 1(2), 151-157.

Diener, Ed. (2006). Satisfaction with Life Scale. Diterima pada 21 Januari 2015, dari http://www.positivepsychology.com

Diener, Ed. (2009). Scale of Positive and Negative Experience. Diterima pada 21 Januari 2015, dari http://www.positivepsychology.com

Diener, Ed & Lucas, R. E. (1999). Personality and Subjective Well-Being. USA: Russel Sage Foundation.

(45)

on Well-Being. Diterima pada 18 Februari 2015, dari

http://www.tc.umn.edu/~tiberius/workshop_papers/Diener.pdf

Diener, Ed. & Suh, E. M. (2000). Culture and Subjective Well-Being. Cambridge, MA: MIT Press.

Diener, Ed., Scollon, C. N., Oishi, S., Dzokoto, V., & Suh, M. (1997). Recent Findings on Subjective Well-Being. Indian Journal of Clinical Psychology, 1, 159 – 76.

Diener, E., Lucas, R. E., & Oishi, S. (2005). Subjective Well-Being: The Science of Happiness and Life Satisfaction. Handbook of Positive Psychology. NC: Oxford University Press.

Diener, Ed., Suh, E. M., Lucas, R. E., Smith, H. L. (1999). Subjective Well-Being: Three Decades of Progress. Psychological Bulletin, 125(2), 276-302.

Diener, Ed., Scollon, C. N., Oishi, S., Dzokoto, V., & Suh, E. M. (2000). Positivity and The Construction of Life Satisfaction Judgement: Global happiness is Not Sum of Its Parts. Journal of Happiness Studies, 1, 159-176.

Diener, Ed., Oishi, S., & Lucas, R. E. (2003). Personality, Culture, and Subjective Well-Being: Emotional and Cognitive Evaluations of Life. Annual Revision Psychological Journal. 54, 403 – 25.

Eryilmaz, A (2011). A Model Of Subjective Well-Being for Adolescents in High Scholl. Journal of Happiness Studies, 13, 275-289. DOI: 10.1007/s10902-011-9263-9.

Fujita, F., Diener, E. & Sandvik, E. (1991). Gender Differences in Negative Affect and Well-being: The Case for Emotional Intensity. Journal of Personality and Social Psychology, 61(3), 427-434.

(46)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Goodwin, R. & Plaza, S. H. (2000). Perceived and Received Social Support in Two Cultures: Collectivism and Support among British and Spanish Students. Journal of Social and Personal Relationship, 17, 282-291. Gunarsa, S. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Jakarta: BPK

Gunung Mulia.

Harahap, R. F. (17 Oktober 2013). Jam Masuk Sekolah di Indonesia, Terpagi di Dunia. Okezone. Diterima pada 28 Desember 2013, dari

http://kampus.okezone.com/read/2013/10/17/373/883088/jam-masuk-sekolah-di-indonesia-terpagi-di-dunia

Haring, M. J., Stock, W.A. & Okun, M. A. (1984). A Research Synthesis of Gender and Social Class as Correlates of Subjective Well-being. Human Relations, 37(8), 645-657.

Heady, B., Veenhoven, R., & Wearing, A. (1991). Top-Down versus Bottom-Up Theories of Subjective Well-Being. Social Indicators Research, 24, 81-100.

Henkin, B. & Fish, J. M. (1986). Gender and Personality Differences in the Appreciation of Cartoon Humor. The Journal of Psychology, 120(2), 157– 175.

Horley, J. & Lavery, J. J. (1995). Subjective Well-being and Age. Social Indicators Research, 34(2), 275–282.

Huebner, E. S. & Diener, C. (2008). Research on Life Satisfaction of Children and Youth: Implications for the Delivery of School-Related Services. In Eid, M., & Larsen, J.R. (Eds). The Science of Subjective Well Being. New York: Guilford Press.

Hurlock, B. Elizabeth. (2009). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Jakarta: Erlangga.

(47)

Keyes, Corey L. M. (2006). Subjective Well-Being in Mental health and Human Development Research Worldwide: An Introduction. Social Indicators Research, 77, 1-10.

Kirsh, G. A., & Kuiper, N. A. (2003). Humor Use in Adolescent Relationships.

Paper Presented at the Annual Conference of the Canadian Psychological Association. Hamilton, Ontario, Canada.

Kostanski, M. & Gullone, E. (1998). Adolescent Body Image Dissatisfaction: Relationships With Self-esteem, Anxiety, and Depression Controlling for Body Mass. Journal of Child Psychology Psychiatry, 39(2), 255-62. US National Library of Medicine, National Institutes of Health PMID: 9669238.

Kuiper, N.A. & McHale, N. (2009). Humor Styles as Mediators Between Self-evaluative Standards and Psychological Well-being. The Journal of Psychology, 143(4), 359-76.

Kuiper, N. A., Grimshaw, M., Leite, C. & Kirsh, G. (2004). Humor is not always the best medicine: Specifif components of sense of humor and psychological well-being. Humor: International Journal of Humor Research, 17(1/2), 135–168.

Larsen, R. J. & Ketelaar, T. (1991). Personality and Susceptibility to Positive and Negative Emotional States. Journal of Personality and Social Psychology, 61, 132-140.

Latipun. (2010). Psikologi Eksperimen (Edisi 2). Malang: UMM Press.

Lazarus R. & Folkman S. (1984). Stress Appraisal and Coping. New York: Springer Publishing Company.

Lestari, Sri. (2012). Psikologi Keluarga: Penanaman Nilai dan Penanganan Konflik dalam Keluarga. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Liu, K. (2012). Humor Styles, Self-Esteem and Subjective Happiness. Discovery

– Social Science Student E-Journal, 1, 2012, 21-41.

(48)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Lyons, J. A. (2002). General Strain Theory and Social Support: A Study of African Americans. Tesis pada Lousiana State University and Agricultural and Mechanical College. Diterima pada 17 Februari 2015, dari

http://www.etd.lsu.edu/docs/available/etd-0709102-115258/unrestricted/Lyons_thesis.pdf.

Lyubomirsky, S. & Dickerhoof, R. (2005). Subjective Well-Being. Handbook of

Girl’s and Women Psychological Health. NC: Oxford University Press. Martin, R. A. (2007). The Psychology of Humor: An Integrative Approach. San

Diego, CA: Elsevier Academic Press.

Martin, R. A. (2001). Humor, Laughter, and Physical Health: Methodological Issues and Research Findings. Psychological Bulletin, 127, 504-519. Martin, R.A. & H.M. Lefcourt. (1983). Sense of Humor as a Moderator of the

Relation between Stressor and Moods. Journal of Personality and Social Psychology, 45. 121-129.

Martin, R.A., Puhlik-Dris, P., Larsen, G., Gray, J. & Weir, K. (2003). Individual Differences in Uses of Humor and their relation to Psychological Well-Being. Development of the Humor Styles Questionnaire Journal of Research in Personality. 37(1), 48-78 DOI: 10.1016/S0092-6566(02)00534-2.

McCaskill, J. W. & Lakey, B. (2000). Perceived Support, Social Undermining, and Emotion: Idiosyncratic and Shared Perspectives of Adolescents and Their Families. Personality and Social Psychology Bulletin, 26(7), 820-832.

McGue, Matt; Bacon, Steve; Lykken, David. (1996). Happiness Is a Stochastic Phenomenon. Psychological Science7(3): 186. DOI: 10.1111/j.1467-9280.1996.tb00355.x.

McCrae, Robert R. & Costa, Paul T. (2006). Personality In Adulthood. New York: The Guilford Press.

(49)

Pavot, W., & Diener, E. (2004). Findings on Subjective Well-being: Applications to Public Policy, Clinical Interventions, and Education. In P. A. Linley & S. Joseph (Eds.), Positive psychology in practice, (pp. 679-692). Hoboken, NJ: Wiley and Sons, Inc.

Pavot, W., Diener, E., & Fujita, F. (1990). Extraversion and Happiness.

Personality and Individual Differences, 11, 1299-1306.

Peterson, C. (1999). Personal Control and Well-Being. The Foundations of Hedonic Psychology. New York: Russell Sage Foundation.

Peterson, C. & Seligman, M. (2004) Character Strengths and Virtues : a Handbook and Classification. New York: Oxford University Press, Inc. Prayitno, E. (2006). Psikologi Perkembangan Remaja. Padang : Angkasa Raya. Puspita, S. Y. (1998). Kesejahteraan Subjektif pada Ibu Rumah Tangga dan Ibu

Bekerja di Jakarta. Skripsi pada Jurusan Psikologi Universitas Indonesia Jakarta: tidak diterbitkan.

Radomska, A. (2011). Humor From The Perspective Of Positive Psychology. Implications For Research On Development In Adulthood. Polish Psychological Bulletin, 42(4), 215-225. DOI: 10.2478/v10059-011-0028-4.

RDA. (5 Desember 2013). Hore, Pelajar Indonesia Jadi yang Paling Bahagia di Dunia!. Mizan. Diterima pada 28 Desember 2013, dari

http://mizan.com/news_det/hore-pelajar-indonesia-jadi-yang-paling-bahagia-di-dunia.html

Rey, J. (2002). More than Just The Blues: Understanding Serious Teenage Problems. Sydney: Simon & Schuster.

Rusting, C. L. & Larsen, R. J.(1998). Personality and Cognitive Processing of Affective Information. Personality and Social Psychology Bulletin, 24(2), 200-213.

(50)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Rosidi, Ajip. (2008). Seuri Leutik: Kumpulan Lulucon. Bandung: PT Kiblat Buku Utama.

Ryan, R.M. & Deci, E. L. (2001). On Happiness and Human Potentials: A Review of Research on Hedonic and Eudaimonic Well-Being. Annual Reviews Psychology, 52, 141-166.

Santoso, Singgih. (2003). Statistika Deskriptif: Konsep dan Aplikasi Praktis. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Santrock, John W. (2003). Adolescence: Edisi Keenam. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Sarason, B.R., Sarason, I. G., & Pierce, G. R. (1990). Social Support: An Interactional View. New York: Wiley.

Scheier, M. F. & Carver, C. S. (1992). Effects of Optimism on Psychological and Physical Well-Being: Theoretical Overview and Empirical Update.

Cognitive Therapy and Research, 16, 201-228.

Schneider,S. (2001). In Search of Realistic Optimism: Meaning, Knowledge, and Warm Fuzziness. Journal of American Psychologist, 54(3), 250-263. Seligman, M. (2012). Flourish (Versi 2.0). Diterima pada 13 Desember 2013 dari

http://gen.lib.rus.ec/book/index.php?md5=b48ed8ac6c904fe2c646033934d 19720&open=0

Silalahi U.(2010). Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Snyder, C. R. (1994). The Psychology of Hope: You Can get There from Here. New York: Free Press.

Stice, E. & Whitenton, K. (2002). Risk Factors for Body Dissatisfaction in Adolescent Girls: A Longitudinal Investigation. Developmental Psychology, 38, 669-678.

(51)

Stock, W. A., Okun, M. A., Haring, M. J. & Wittr, R. A. (1983). Age and Subjective Well-being: A Metaanalysis. In R.J. Light (ed.), Evaluation studies: Review annual 8, 279-302. B. Hills, CA: Sage.

Sudrajat, A. (28 September 2013). Wali Kota Bandung Ingin Tingkatkan Indeks Kebahagian Warganya. Antara News. Diterima pada 23 Desember 2013, dari http://www.antaranews.com/berita/397900/wali-kota-bandung-ingin-tingkatkan-indeks-kebahagian-warganya

Sugiyono. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suryani, E. (2010). Ragam Pesona Budaya Sunda. Bogor: Ghalia Indonesia. Syabilurrosyad, M. (2012). Humor Sebagai Media Komunikasi Efektif. Koran

Jurnal PKSPD. Diterima pada 13 Desember 2013, dari

http://www.koranjurnal-pkspd.com/index.php?page=BeritaSelengkapnya&id=28#.UtTvIvQW1mw

Thorson, J., & Powell, F. (1993). Sense of Humor and Dimensions of Personality.

Journal of Clinical Psychology, 49(6), 799-809. DOI: 10.1002/1097-4679. Thorson, J.A., & Powell F. (1997). Relationship of Death Anxiety and Sense of

Humor. Psychological reports.

Tomyn, A. J. & Cummins, R. A. (2011). The Subjective Wellbeing of High-School Students: Validating the Personal Wellbeing Index—School Children. Social Indicators Research, 101, 405–418 DOI 10.1007/s11205-010-9668-6.

Treistman, D. L. (2004). Work-Family Conflict and Life satisfaction in Female Graduate Students: Testing Mediating and Moderating Hypothesis. Disertasi pada Faculty of the Graduate School di Universitas Maryland. Tumkaya, S. (2011). Humor Styles and Socio-Demographic Variables as

Predictors of Subjective Well-Being of Turkish University Students.

Journal of Science Education, 36(160), 158-170.

(52)

R Agung Ismail S, 2016

HUBUNGAN HUMOR STYLES DENGAN SUBJECTIVE WELL-BEING

PADA REMAJA AWAL DI SMP NEGERI 15 BANDUNG

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu| perpustakaan.upi.edu

Bandung. Skripsi pada Fakultas Ilmu Pendidikan di Universitas Pendidikan Indonesia: tidak diterbitkan.

Warnaen, S. (1987). Pandangan Hidup Orang Sunda seperti Tercermin dalam Tradisi Lisan Dan Sastra Sunda. Bandung: Bagian Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Sunda Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Watson, D., Clark, L. A., & Tellegen, A. (1988). Development and Validation of

Brief Measures of Po

Gambar

Tabel 3.1. Penyekoran Item Humor Styles Questionnaire (HSQ)
Tabel 3.3. Penyekoran Scale of Positive and Negative Experience (SPANE)
Tabel 3.4. Kriteria Koefisien Reliabilitas Alpha Cronbach
Tabel 3.5. Koefisien Reliabilitas Instrumen HSQ, SWLS, dan SPANE
+3

Referensi

Dokumen terkait

dan Mansukh dijadikan sebagai argument adanya nasakh dalam Al Qur’an, menurut mereka ditujukan kepada kaum Yahudi yang mengingkari Al Qur’an atau merujuk pada wahyu yang

1) The level of passenger satisfaction.. toward the variable of reliability. It is the degree of the airport’s ability to deliver the promised services well. Here, the

The column is packed with packing materials (any type) to provide more contact between gas and liquid... The mole fraction of solute in gas

Kondisi ekosistem bawah laut di Pulau Serangan membawa keprihatinan sebagian warga Pulau Serangan dimana ekosistem mulai terganggu, banyak terumbu karang rusak,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 30 pasien yang memenuhi kriteria inklusi diperoleh total seluruh kasus DRPs sebanyak 29 kasus, dengan 23 kasus (79,31%) Indikasi tanpa obat,

Diajukan untuk memenuhi persyaratan dalam menyelesaikan Pendidikan Tingkat Sarjana Strata-1 (S1) pada Jurusan Teknik Sipil. Fakultas Teknik Universitas

POKJA BARANG DAN JASA

Pendidikan budaya dan karakter bangsa bertujuan mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang lebih baik, yaitu warga negara yang memiliki kemampuan, kemauan