• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGGUNAAN METODE PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGGUNAAN METODE PEMODELAN TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR."

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

Nomor Daftar : 90/S/PGSD/MAT/VI/2014

PENGGUNAAN METODE PEMODELAN

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh : Indria Hastuti

1004098

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Nomor Daftar : 90/S/PGSD/MAT/VI/2014

PENGGUNAAN METODE PEMODELAN

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh

Indria Hastuti

sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

© Indria Hastuti 2014

Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)

Nomor Daftar : 90/S/PGSD/MAT/VI/2014

INDRIA HASTUTI

PENGGUNAAN METODE PEMODELAN

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing I

Dr. Karlimah, M.Pd. NIP.19610122 198703 2 001

Pembimbing II

Dindin Abdul Muiz L.,S.Si.,S. E.,M. Pd NIP. 19790113 200501 1 003

Mengetahui

Ketua Program Studi S1 PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

(4)

PENGGUNAAN METODE PEMODELAN

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh, Indria Hastuti NIM. 1004098

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kemampuan pemecahan masalah matematika. Menyikapi masalah tersebut, peneliti menerapkan penggunaan metode pemodelan dalam kemampuan pemecahan masalah siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode pemodelan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar. Penelitian ini dilakukan di kelas IV A SDN 1 Saguling (sebagai kelas eksperimen), dan kelas IV B SDN 1 Saguling (sebagai kelas kontrol) Kecamatan Baregbeg Kabupaten Ciamis tahun ajaran 2013/2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi eksperimen dengan desain penelitian nonequivalent control group design dengan jenis post test only control design . Subyek penelitian ini adalah 60 siswa kelas IV, yang terdiri dari 30 siswa untuk kelas eksperimen dan 30 siswa untuk kelas kontrol. Pengumpulan data melalui nilai postes kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada pokok bahasan pengurangan pecahan dan melalui lembar observasi untuk mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemodelan. Postes yang diberikan terdiri dari empat soal bentuk uraian. Rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang diajarkan dengan penggunaan metode pemodelan lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa dengan tidak mendapatkan pembelajaran dengan metode pemodelan. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa penggunaan metode pemodelan berpengaruh terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika, dapat dilihat dari nilai signifikansi yang diperoleh yaitu 0,000.

(5)

MODELING METHOD FOR USE OF MATH PROBLEM SOLVING SKILLS PRIMARY SCHOOL STUDENTS

By, Indria Hastuti

1004098

Abstract

This research is motivated by the lack of mathematical problem solving ability. Addressing these problems, researchers employ the use of modeling methods in the problem solving ability of students. The purpose of this study was to determine the effect of the use of modeling methods to mathematical problem solving abilities of elementary school students. This research was conducted in class IV A SDN 1 Saguling (as a class experiment), and class IV B 1 SDN Saguling (as a control class) Baregbeg District of Ciamis District school year 2013/2014. The method used in this study is the method of quasi-experimental research design nonequivalent control group design with the type of post-test only control design. The subjects of this study were 60 students of class IV, which consists of 30 students in the experimental class and 30 students in the control classes. Data collection through post-test score students' mathematical problem solving ability in the subject and the fractional reduction through observation sheet to determine the learning process using modeling methods. Postes given consists of four questions in narrative form. Average math problem solving abilities of students taught with the use of modeling methods is higher than the average of students' mathematical problem solving capabilities with no learning with modeling methods. The results of the study revealed that the use of modeling methods affect the ability of solving mathematical problems, can be seen from the significant value obtained is 0.000.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 10

A. Kajian Pustaka ... 10

1. Pembelajaran Matematika ... 10

2. Perkembangan Kognitif Siswa ... 11

3. Metode Pemodelan ... 14

a. Pengertian ... 14

b. Tahapan Metode Pemodelan ... 16

4. Pemecahan Masalah ... 22

5. Materi Matematika ... 24

6. Penelitian yang Relevan ... 27

B. Kerangka Pemikiran ... 28

(7)

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 30

1. Lokasi ... 30

2. Populasi dan Sampel ... 30

B. Desain Penelitian ... 31

C. Metode Penelitian ... 31

D. Definisi Operasional Variabel ... 32

E. Instrument Penelitian ... 33

F. Pengembangan Instrumen ... 37

1. Validitas ... 37

2. Reliabilitas ... 39

3. Taraf Kesukaran Butir Soal... 40

4. Daya Pembeda Butir Soal ... 41

G. Teknik Pengumpulan Data ... 42

H. Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 45

A. Hasil Penelitian ... 45

1. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan Penggunaan Metode Pemodelan (Kelas Eksperimen) ... 46

2. Analisis Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika dengan tanpa Penggunaan Metode Pemodelan (Kelas Kontrol) ... 49

3. Analisis Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Eksperimen dan Kelas Kontrol... 52

a. Analisis Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen ... 52

b. Analisis Tahap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Kontrol ... 57 4. Perbandingan Kemampuan Pemecahan Masalah

(8)

Dalam Menjawab Soal ... 63

5. Pengujian Persyaratan Analisis ... 70

a. Uji Normalitas Data ... 70

6. Pengujian Hipotesis ... 72

a. Uji Mann-Whitney ... 72

7. Hasil Observasi Proses Pembelajaran dengan Penggunaan Metode Pemodelan ... 73

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 78

1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 78

2. Proses Pembelajaran dengan Penggunaan Metode Model ... 80

3. Perbandingan Hasil Tahap Pemecahan Masalah dalam Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 81

4. Pengaruh Penggunaan Metode Pemodelan terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Kelas Eksperimen ... 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 87

B. Saran ... 88

DAFTAR PUSTAKA ... 89

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes………. 34

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian……… 34

Tabel 3.3 Lembar Observasi……….. 36

Tabel 3.4 Kriteria Validitas Alat Evaliasi………... 38

Tabel 3.5 Hasil Uji Validitas Instrumen……… 39

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Alat Evaluasi………. 39

Tabel 3.7 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen………. 40

Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran………. 40

Tabel 3.9 Indeks Kesukaran Tiap Butir Soal……… 41

Tabel 3.10 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda……… 41

Tabel 3.11 Daya Pembeda Tiap Butir Soal……… 42

Tabel 4.1 Interval Kategori Hasil Postes Kelas Eksperimen………… 47

Tabel 4.2 Data Statistik Hasil Postes Siswa Kelas Eksperimen………. 48

Tabel 4.3 Interval Kategori Postes Kelas Kontrol………. 50

Tabel 4.4 Data Statistik Hasil Postes Kelas Kontrol………. 51

Tabel 4.5 Data Statistik Tahap Pemahaman Masalah (M1) Kelas Eksperimen………. 52

Tabel 4.6 Data Statistik Tahap Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2) Kelas Eksperimen………. 54

Tabel 4.7 Data Statistik Tahap Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) Kelas Eksperimen………. 55

Tabel 4.8 Data Statistik Tahap Pengecekan Jawaban (M4) Kelas Eksperimen……….. 56

Tabel 4.9 Data Statistik Tahap Pemahaman Masalah (M1) Kelas Kontrol………... 58

(10)

(M3) Kelas Kontrol………. 60 Tabel 4.12 Data Statistik Tahap Pengecekan Jawaban (M4) Kelas

Kontrol………. 61

Tabel 4.13 Data Pemahaman Masalah (M1) dalam Pemecahan Masalah

Matematika………. 63

Tabel 4.14 Data Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2) dalam

Pemecahan Masalah Matematika……… 65 Tabel 4.15 Data Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) dalam

Pemecahan Masalah Matematika………. 67 Tabel 4.16 Data Pengecekan Jawaban (M4) dalam Pemecahan

Masalah Matematika………... 69

Tabel 4.17 Analisis Pengujian Normalitas Data Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol……… 71

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Tahapan Pemodelan Secara Umum………...…….. 18

Gambar 2.2 Proses Pemodelan menurut Verschaffel……….. 19

Gambar 2.3 Proses Pemodelan menurut Widowati dan Sutimin………. 21

Gambar 4.1 Diagram Hasil Postes Siswa Kelas Eksperimen………….. 47

Gambar 4.2 Diagram Hasil Postes Siswa Kelas Kontrol………. 50

Gambar 4.3 Grafik Presentase Pemahaman Masalah (M1)………. 65

Gambar 4.4 Grafik Presentase Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2)………... 66

Gambar 4.5 Grafik Presentase Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3)………... 68

Gambar 4.6 Grafik Presentase Pengecekan Jawaban (M4)………. 70

Gambar 4.7 Tahap Mengidentifikasi Masalah……… 75

Gambar 4.8 Tahap Pembentukan Model Matematika………. 75

Gambar 4.9 Tahap Bekerja dengan Matematika………. 76

Gambar 4.10 Tahap Mengartikan Solusi Matematika……….. 77

Gambar 4.11 Tahap Pelaporan……….. 77

Gambar 4.12 Tahap Evaluasi Hasil……… 78

Gambar 4.13 Grafik Presentase Pemahaman Masalah (M1)……… 81

Gambar 4.14 Grafik Presentase Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2)………... 82

Gambar 4.15 Grafik Presentase Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3)………... 82

Gambar 4.16 Grafik Presentase Pengecekan Jawaban (M4)………. 83

Gambar 4.17 Grafik Presentase Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah……….. 84

(12)

DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1. 1.1 Lampiran 2. 2.1 2.2 2.3 2.4 2.5 2.6 2.7 Lampiran 3. 3.1 3.2 3.3 3.4 Lampiran 4. 4.1 4.2 4.3 Lampiran 5. 5.1 Profil Sekolah... Profil SDN 1 Saguling...

Instrumen Penelitian... Kisi-kisi instrumen... Instrumen tes (soal evaluasi)... Kunci Jawaban Postes……….. Lembar Kerja Siswa (LKS)... Kriteria penilaian... Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)... Lembar Observasi……….……….

(13)

5.2 5.3 Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. 8.1 8.2 8.3 8.4 8.5 Lampiran 9. 9.1 9.2 9.3 9.4 9.5 Lampiran 10. 10.1

Pengujian Hipotesis (uji Mann-Whitney)... Data Kelas Eksperimen……… Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas

Eksperimen………

Data Pemahaman Masalah (M1) Siswa Kelas Eksperimen….

Data Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2) Siswa Kelas

Eksperimen………

Data Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) Siswa Kelas Eksperimen………..

Data Pengecekan Jawaban (M4) Siswa Kelas Eksperimen….

Data Kelas Kontrol……… Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Kelas

Kontrol………...

Data Pemahaman Masalah (M1) Siswa Kelas Kontrol……..

Data Perencanaan Rencana Penyelesaian (M2) Siswa Kelas

Kontrol………...

Data Pelaksanaan Rencana Penyelesaian (M3) Siswa Kelas Kontrol………...

Data Pengecekan Jawaban (M4) Siswa Kelas Kontrol……..

Surat-surat...

Surat Keputusan Direktur UPI Kampus Tasikmalaya……… Surat Ijin penelitian dari KESBANG Kabupaten Ciamis…… Surat Ijin penelitian dari DEPDIKBUD Kabupaten Ciamis... Surat Ijin penelitian dari UPTD Kecamatan Baregbeg…….. Surat Pernyataan telah melaksanakan penelitian dari SDN 1 Saguling……….

Data Pengecekan Jawaban (M4) Siswa Kelas Kontrol……..

(14)

10.2 10.3 10.4 10.5

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Seorang guru ketika memberikan pelajaran, terutama dalam pembelajaran matematika, diharapkan dapat mengoptimalkan siswa dalam menguasai konsep dan memecahkan masalah dengan menggunakan kebiasaan berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur. Hal ini seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 tahun 2006 dalam buku Standar Isi Untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BNSP, 2006) mengenai tujuan pembelajaran matematika sebagai berikut:

1. Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien dan tepat dalam pemecahan masalah.

2. Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi menyusun bukti dan menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3. Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh.

4. Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah.

5. Memiliki sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian dan minat dalam mempelajari matematika serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Pendidikan matematika merupakan bagian dari sistem pendidikan yang dapat mengembangkan kemampuan bernalar dan memecahkan masalah. Sejalan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mata pelajaran matematika (BSNP, 2006) menyatakan bahwa:

“Pembelajaran matematika di sekolah bertujuan agar peserta didik memahami konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mengkomunikasikan gagasan, serta meningkatkan sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan sehari-hari.”

(16)

2

latihan pemecahan masalah, diharapkan siswa dapat melatih kemampuan mereka dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan kehidupan nyata siswa sehari-hari.

Pemecahan masalah seperti yang telah dikatakan di atas, merupakan bagian yang sangat penting dalam kurikulum matematika karena baik dalam proses pembelajaran maupun evaluasinya, siswa dimungkinkan memperoleh pengalaman dengan menggali pengetahuan serta keterampilan yang sudah dimiliki siswa untuk kemudian diterapkan dalam pemecahan masalah yang bersifat tidak rutin. Melalui

kegiatan pemecahan masalah, aspek-aspek kemampuan matematika sangat penting untuk diperhatikan seperti penerapan aturan pada masalah tidak rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain-lain dapat dikembangkan lebih baik lagi.

Berkaitan dengan pemecahan masalah, diungkapkan “ Learning to solve problem is the principal reason for studying mathematics” Reys, et.al (dalam Lidinillah, 2010, hlm. 2). Dalam hal tersebut dapat ditunjukan bahwa pemecahan masalah memang sangat penting dalam pembelajaran matematika yang harus terus dikembangkan. Tidak hanya itu, pemecahan masalah dianggap sebagai poros tujuan pembelajaran matematika di sekolah.

Pembelajaran Matematika, terutama yang berkaiatan dengan pemecahan masalah bisa dimulai dengan pengenalan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata misalkan melalui pemberian soal cerita matematika. Dengan mengenalkan masalah yang berkaitan dengan kehidupan nyata, siswa dapat dibimbing secara bertahap untuk mengenal dan menguasai konsep-konsep matematika. Guru harus bisa membuat keterkaitan antara masalah kehidupan nyata dengan konsep-konsep matematika. Melalui pemecahan masalah siswa dituntut agar mampu mengembangkan kemampuan bernalar dengan menggunakan konsep-konsep matematika. Dengan banyaknya pengalaman dari guru yang diberikan pada siswa dalam pemecahan masalah, maka siswa akan lebih kreatif

dalam mengembangkan proses pemecahan masalah tersebut.

(17)

3

mengalami kesulitan dalam menghadapi pemecahan masalah matematika. Saat menemui soal pemecahan masalah, yang mereka lakukan adalah langsung melakukan perhitungan tanpa menggunakan langkah-langkah yang ada dalam pemecahan masalah, sehingga mereka tidak paham dengan apa yang mereka kerjakan. Penyebabnya adalah siswa masih belum terbiasa dengan soal pemecahan masalah, sehingga keterampilan yang dimiliki siswa dalam menterjemahkan kalimat sehari-hari ke dalam kalimat matematika dirasa masih sulit. Siswa belum memiliki gambaran yang cukup jelas, khususnya mengenai

cara mengaitkan antara keadaan nyata yang mereka temui sehari-hari dengan kalimat matematika yang sesuai. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif dalam menggunakan pikirannya dalam pemecahan masalah juga mungkin pula menjadi penyebabnya.

Jika keadaan seperti itu terus berlanjut maka akan menjadikan matematika sebagai mata pelajaran yang tidak menyenangkan dan pada akhirnya membuat siswa takut pada pelajaran tersebut. Baru melihat soal matematika saja, siswa sudah mengatakan sulit dan merasa tidak akan mampu menyelesaikan soal tersebut. Padahal mereka belum mencoba untuk mengerjakannya.

Mencermati permasalahan tersebut, perlu diadakan perubahan dalam pembelajaran. Pemilihan metode pembelajaran di kelas termasuk salah satunya. metode pembelajaran menurut Sudjana (2005, hlm. 76) adalah ”cara yang dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsung pembelajaran”. Dalam pemilihan metode apa yang tepat, guru harus melihat situasi dan kondisi siswa serta materi yang diajarkan.

Karakteristik siswa dalam belajar tentunya sangat beragam, termasuk kemampuan dan daya serap mereka terhadap pelajaran pastilah berbeda-beda. Mencermati keadaan tersebut, diperlukan metode pembelajaran yang tepat. Metode pembelajaran yang tepat akan membantu guru dalam mencapai tujuab pembelajaran.

(18)

4

telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit”. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objektif, dan mampu berpikir reversibel. Pada tahap ini anak baru mampu mengikat definisi yang telah ada dan mengungkapkannya kembali, namun belum mampu merumuskan sendiri definisi-definisi tersebut secara tepat, belum mampu menguasai simbol verbal dan ide-ide abstrak.

Salah satu metode yang dianggap relevan dalam meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah matematika sesuai dengan tahap perkembangan kognitif anak menurut Piaget adalah dengan menerapkan metode pemodelan dalam pemecahan masalah.

Menurut Kaur (2008, hlm. 1) the method of models is a structured method whereby pupils in elementary schools are taught to visualize abstract mathematical relationships and the varying problem structured throught pictorial representations”, dapat dikatakan bahwa pemodelan adalah metode terstruktur di mana siswa di sekolah dasar diajarkan untuk memvisualisasikan hubungan matematika yang masih bersifat abstrak dan struktur masalah yang berbeda-beda melalui representasi bergambar. Repsresentasi yang dikatakan Kaur adalah representasi yang berbentuk petak persegi panjang. Bentuk persegi panjang memudahkan untuk dibagi-bagi ke dalam bentuk petak yang lebih kecil.

Metode pemodelan mengharuskan siswa untuk menggambar petak persegi panjang untuk mewakili hubungan bagian dengan keseluruhan dan nilai-nilai matematika dalam pemecahan masalah. Permasalahan tersebut biasanya digambarkan dalam bentuk soal cerita yang berkaitan dengan kehidupan nyata.

Dengan menggambar petak persegi panjang, mereka dapat memvisualisasikan masalah matematika menjadi lebih jelas dan mampu membangun pengetahuan siswa secara eksplisit. Teknik pembentukkan model adalah cara visual membayangkan situasi kehidupan nyata dan mengaitkannya

(19)

5

rasio atau presentasi, yang tampak sulit akan menjadi lebih mudah dan lebih jelas dalam menemukan solusi dengan menggunakan model.

Pembelajaran dengan metode pemodelan akan melatih siswa dalam pemecahan masalah dengan memberikan banyak pengalaman belajar kepada siswa karena siswa belajar dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi yang mereka butuhkan untuk membangun konsep sendiri, memahami materi, serta menyelesaikan masalah secara aktif dan kreatif dengan cara pembuatan model.

Metode pemodelan diperkenalkan pada tahun 1983, yang diterima dengan

sangat baik oleh sebagian besar guru sekolah dasar. Namun di samping itu masih banyak juga diantaranya guru dan siswa yang menemukan kesulitan dalam menggambarkan model, terutama ketika dihubungkan dengan pemecahan masalah dalam matematika. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Kho (dalam Cheong, 2002, hlm. 1) dikatakan

“beberapa kesulitan yang biasa ditemui dalam menggambarkan model, diantaranya adalah sebagai berikut: pertama, yang menjadi kesulitan adalah menggambarkan diagram yang akurat; kedua, divisi dalam diagram blok; dan penggunaan yang kurang tepat dari metode pemodelan”.

Seperti yang telah dikatan di atas, bahwa metode pemodelan dapat diterima dengan sangat baik, hal ini karena pemodelan model dapat melatih siswa untuk memecahkan masalah matematika yang termasuk dalam tingkat berpikir yang lebih tinggi. Memecahkan masalah sehari-hari di sekolah dasar, kini telah menggunakan soal non rutin dalam memecahkan masalah. Metode pemodelan ini

tentu saja sangat berguna dalam memecahkan masalah matematika yang menantang.

(20)

6

Maka dari itu, peneliti bermaksud melakukan penelitian mengenai “Penggunaan metode pemodelan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar”.

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Masalah yang teridentifikasi

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan yang dapat teridentifikasi adalah sebagai berikut:

a. Kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah, karena siswa belum terbiasa mengerjakan soal pemecahan masalah.

b. Siswa hanya bisa mengerjakan soal pemecahan masalah berdasarkan pada apa yang dicontohkan saja, ketika dihadapkan pada jenis soal ang berbeda, siswa tidak bisa mengerjakannya walaupun sebenarnya soal tersebut masih dalam konsep yang sama seperti yang sudah dicontohkan.

c. Pengajaran lebih menitikberatkan pada perkembangan pengetahuan kurang memperhatikan unsur-unsur sikap, sehingga ketika memecahkan masalah siswa langsung mengerjakan tahap perhitungan tanpa mengikuti langkah-langkah pemecahan masalah yang menyebabkan siswa hanya bisa saja tanpa memahami apa yang dimaksud dalam permasalahan tersebut.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

a. Bagaimana kemampuan siswa dalam pemecahan masalah?

b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemodelan di kelas eksperimen?

(21)

7

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang peneliti kemukakan di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam pemecahan masalah.

b. Untuk menjelaskan proses pembelajaran dengan menggunakan metode pemodelan.

c. Untuk menjelaskan pengaruh penggunaan metode pemodelan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat: 1. Secara teoritis

Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan dapat memberikan kontribusi dan sumbangan pemikiran terhadap penelitian selanjutnya, khususnya bagi yang akan meneliti tentang penggunaan metode pemodelan dalam pemecahan masalah matematika siswa sekolah dasar.

2. Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan memberi manfaat: a. Bagi siswa

Melalui penelitian ini manfaat bagi siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dengan penggunaan metode pemodelan. Karena siswa belajar dengan cara mencari dan menggali sendiri informasi yang mereka butuhkan untuk membangun konsep sendiri, memahami materi, serta menyelesaikan masalah secara aktif dan kreatif dengan cara pembuatan model. b. Bagi guru

Melalui penelitian ini diharapkan guru sekolah dasar dapat memperoleh pengetahuan untuk meningkatkan kemampuan dalam menentukan metode pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa. Tentu saja dalam hal

(22)

8

c. Bagi sekolah

Manfaat yang dapat diberikan pada sekolah diantaranya adalah dapat memberi sumbangan terhadap kualitas pembelajaran dalam dunia pendidikan khususnya dalam pembelajaran matematika di sekolah dasar untuk menentukan metode yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Serta dapat menambah wawasan mengenai bagaimana cara meningkatkan keterampilan pemecahan masalah sesuai dengan karakteristik siswa.

d. Bagi peneliti lain

Dan bermanfaat untuk peneliti lain diharapkan dapat dijadikan acuan yang digunakan bila akan melakukan penelitian yang sama.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Penulisan karya ilmiah ini tersusun secara sistematis mulai dari BAB I sampai dengan BAB V, yaitu :

BAB I Pendahuluan, memaparkan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.

BAB II Kajian pustaka, yang berisi kajian dan rangkaian teori dalam skripsi yaitu metode pemodelan dan kemampuan pemecahan masalah. Disini dijelaskan teori-teori mulai dari pengertian, manfaat, dan kriteria, yang ada kaitannya dengan penjelasan-penjelasan diatas, serta kerangka pemikiran penelitian yang relevan dan hipotesis penelitian.

BAB III Metode penelitian, berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yaitu lokasi dan subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data.

BAB IV Pembahasan hasil penelitian, berisi hasil penelitian dan pembahasan

(23)

9

BAB V Kesimpulan dan saran, isinya mengenai kesimpulan dari semua pemaparan hasil penelitian. Selain dari itu, ada rekomendasi yang disampaikan kepada pembaca.

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis dan ideoligis, pertanyaan dan isu-isu yang dihadapi (Sukmadinata, 2005, hlm.52). Metode penelitian sangat diperlukan untuk proses pelaksanakan sebuah penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan proses penelitian kuantitatif yang

didalamnya terdapat komponen dan proses penelitian, yaitu rumusan masalah, landasan teori, perumusan hipotesis, pengumpulan data (yang terdiri dari populasi dan sampel, pengembangan instrumen, pengujian instrumen), analisis data, serta kesimpulan dan saran.

A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi

Lokasi penelitian ini berada di daerah Kecamatan Baregbeg, Kabupaten Ciamis. Peneliti mengambil subjek penelitian seluruh siswa kelas IV A dan kelas IV B SDN 1 Saguling.

2. Populasi dan sampel

Adapun Populasi menurut Sugiyono (2012, hlm. 80) adalah “wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/ subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajarai dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sementara itu, sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik ang dimiliki oleh populasi tersebut”. Oleh karena itu, sampel harus dilihat sebagai suatu pendugaan terhadap populasi dan bukan populasi itu sendiri.

(25)

31

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV B SDN 1 Saguling sebagai kelas kontrol, dan siswa kelas IV A SDN 1 Saguling sebagai kelas eksperimen.

B. Desain Penelitian

Penelitian berbentuk penelitian quasi eksperimen di mana terdapat kelas control di dalamnya. Bentuk desain quasi eksperimen yang digunakan adalah nonequivalent control group. Di mana kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara acak karena di SDN 1 Saguling tiap tingkatan terdiri dari dua rombongan belajar yaitu A dan B dimana kemampuan dua kelas tersebut seimbang.

Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kuantitatif, karena pada penelitian ini hasil yang didapatkan akan disajikan dalam bentuk angka.

Penelitian ini menggunakan metode kuasi eksperimen dengan jenis post test only control design, karena Pola desain ini sebagai berikut :

Keterangan :

X adalah perlakuan

O1 adalah hasil observasi kelas eksperimen

O2 adalah hasil observasi kelas kontrol.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian ini menggunakan metode Quasi eksperimen. Di mana didalamnya terdapat kelas kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen

(Sugiyono, 2012, hlm. 114). Metode kuasi eksperimen digunakan karena waktu penelitian yang relatif singkat.

X O1

(26)

32

Stouffer (1950) dan Campbell (1957) merumuskan eksperimen kuasi (quasi experiment) sebagai eksperimen yang memiliki perlakuan, pengukuran dampak, unit eksperimen, namun tidak menggunakan penugasan acak untuk menciptakan pembandingan dalam rangka menyimpulkan perubahan yang disebabkan perlakuan menurut Hastjarjo (dalam Gunardi, 2013, hlm. 30).

D. Definisi operasional variabel

Terdapat dua variabel yaitu penggunaan metode pemodelan (x) sebagai

variabel bebas (independen), dan kemampuan pemecahan masalah Matematika(y) sebagai variable terikat (dependen). Definisi kedua variable adalah sebagai berikut:

1. Metode pemodelan

Menurut Kaur (2008) “the model of method is a structured method whereby pupils in elementary schools are taught to visualize abstract mathematical relationships and the varying problem structured throught pictorial representations” itu berarti bahwa pemodelan adalah metode terstruktur di mana siswa di sekolah dasar diajarkan untuk memvisualisasikan hubungan matematika abstrak dan struktur masalah yang berbeda-beda melalui representasi bergambar. 2. Kemampuan pemecahan masalah matematika

Kemampuan pemecahan masalah merupakan proses untuk menerima tantangan dalam menjawab masalah, untuk dapat memecahkan masalah, siswa harus paham dengan masalah tersebut. Agar siswa terbiasa dengan pemecahan masalah, seorang guru harus memiliki bermacam-macam masalah yang bermakna dengan tetap memperhatikan karakteristik berpikir setiap siswa. Dengan mengajarkan pemecahan masalah, siswa akan mampu mengambil keputusan dari masalah yang sedang dihadapinya, oleh sebab itu setiap siswa harus diperkenalkan dengan pemecahan masalah sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan untuk memecahkan masalah. Masalah tersebut dapat dikerjakan individu atau kelompok.

(27)

33

merencanakan pemecahannya, menyelesaiakan masalah sesuai rencana kedua dan memeriksa kembali hasil yang diperoleh”.

Empat tahap pemecahan masalah menurut Polya di atas merupakan satu kesatuan yang sangat penting untuk dikembangkan. Kemampuan siswa bisa berkembang dengan berbagai jenis pemecahan masalah yang disediakan guru, sehingga pengetahuan siswa tidak berhenti di satu tahap, pengetahuan siswa akan terus diasah dengan pemberian masalah dengan strategi yang berbeda-beda dari satu masalah ke masalah yang lainnya. Jadi, dalam pemecahan masalah siswa

perlu diberikan kesempatan berulang-ulang.

E. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar soal tes, dan lembar observasi. Lembar soal tes adalah lembar penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah setelah diterapkannya metode pemodelan. Dan lembar observasi adalah suatu alat pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2005, hlm. 220) dalam hal ini lembar observasi digunakan untuk mengamati proses pembelajaran dengan penggunaan metode pemodelan dalam pemecahan masalah matematika. dalam lembar observasi dirumuskan beberapa tahapan dalam metode pemodelan disertai aktivitas yang dilakukan oleh guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan penggunaan metode pemodelan berlangsung.

Soal yang digunakan dalam penelitian ini berupa uraian soal pemecahan masalah matematika sebanyak empat butir soal untuk mengukur kemampuan pemecahan masalah matematika pada pokok bahasan pengurangan pecahan. Sebelum digunakan, instrumen penelitian tersebut telah diujicobakan terlebih dahulu setelah mendapat arahan dan persetujuan pembimbing berkenaan dengan validitasi.

(28)

34

setiap butir soal, meliputi validitas, reliabilitas, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

Kisi-kisi soal postes yang digunakan dalam penelitian ini akan dipaparkan di bawah ini.

Mata pelajaran : Matematika

Kelas : IV (Empat)

Materi : Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pengurangan pecahan

Jumlah Soal : 4 (Empat) Alokasi Waktu : 70 menit

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes

Kompetensi Dasar Indikator No. Soal

6.4 Mengurangkan Pecahan

6.5 Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan pecahan

• Memecahkan masalah sehari-hari yang melibatkan pengurangan pecahan. • Menyelesaikan masalah dengan

menggunakan metode pemodelan yang berkaitan dengan pengurangan pecahan.

1 2 3 4

Adapun kriteria penilaian yang digunakan untuk memberikan skor terhadap hasil tes siswa dalam kemampuan pemecahan masalah dengan penggunaan metode pemodelan sebagai berikut.

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian

No Aspek nilai Skor

max. Respon terhadap masalah

S

k

o

r

1. Pemahaman

masalah 5

1. Tidak menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dalam soal.

2. Menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan tapi salah semua.

3. Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan tapi benar

0

1

(29)

35

sebagian.

4. Menuliskan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan dengan baik dan benar. 5 2. Perencanaan penyelesaian masalah 5

1. Tidak ada perencanaan penyelesaian berupa pembuatan model.

2. Model yang dibuatnya salah.

3. Model yang dibuatnya benar tapi tidak sesuai.

4. Model yang dibuatnya benar sesuai dan benar. 0 1 3 5 3. Pelaksanaan Rencana Penyelesaian 10

1. Tidak ada penyelesaian sama sekali.

2. Ada penyelesaian tapi masih salah. 3. Menggunakan cara yang benar tapi

isinya salah.

4. Penyelesaian kurang lengkap atau kurang sempurna.

5. Cara penyelesaian benar dan hasilnya benar. 0 3 5 7 10

4. Pengecekan

jawaban 5

1. Tidak ada pengecekan jawaban. 2. Pengecekan dilakukan dengan

membuat cara penyelesaian yang baru tapi masih salah.

3. Pemeriksaan dilakukan dengan benar serta membuat cara penyelesaian yang baru dan menjawab masalah pokok dengan benar.

0 3

5

Jumlah skor keseluruhan = 25 Keterangan:

• Skor 25 untuk setiap item soal apabila telah menunjukkan

langkah-langkah penyelesaian yang lengkap yang sesuai penilaian pada tabel.

• Skor = aspek 1 + aspek 2 + aspek 3 + aspek 4

= 5 + 5 + 10 + 5 = 25

(30)

36

berikut ini dipaparkan soal postes yang digunakan dalam penelitian yang terdiri dari empat butir soal urain mengenai pengurangan pecahan.

1. Irina membeli pita sepanjang meter. Kemudian pita tersebut digunakan

sepanjang meter untuk mengikat rambutnya. Berapakah sisa panjang pita

Irina sekarang?

2. Rambut Rinjani semula panjangnya mencapai meter. Karena terlalu panjang,

Rinjani memutuskan untuk memotong rambutnya sepanjang meter.

Berapakah panjang rambut Rinjani setelah dipotong?

3. Rumah Ade, Irfan dan Galih berjajar satu sama lain. Rumah Irfan berada di

antara rumah Ade dan Galih. Jarak antara rumah Ade dan Irfan adalah km.

Sedangkan jarak antara rumah Ade dan Galih adalah km. Berapakah jarak

antara rumah Irfan dan Galih?

4. Irfan menanam pohon pisang dan pohon singkong. Pohon pisang Irfan

tingginya sudah meter. Sedangkan pohon singkong tingginya lebih pendek

meter dari pohon pisang. Berapakah tinggi pohon singkong yang Irfan tanam?

[image:30.595.116.512.619.757.2]

Instrumen penelitian yang dipaparkan di atas berupa lembar soal tes, sedangkan untuk instrumen penelitian yang berupa lembar observasi adalah sebagai berikut.

Tabel 3.3 Lembar Observasi

Proses Pembelajaran Menggunakan Metode pemodelan

No Aktivitas Guru Aktivitas siswa

1 Memotivasi siswa untuk belajar Siswa termotivasi untuk belajar

2 Melakukan apersepsi sebelum pembelajaran

Siswa siap secara kognitif untuk melaksanakan pembelajaran

3

Guru memfasilitasi siswa untuk meyelesaikan masalah dengan menggunakan metode pemodelan

(31)
[image:31.595.116.514.173.612.2]

37

Tabel 3.3 Lembar Observasi

Proses Pembelajaran Menggunakan Metode pemodelan (Lanjutan)

No Aktivitas Guru Aktivitas siswa

4

Pada tahap I metode pemodelan (mengidentifikasi masalah), guru membimbing siswa dalam mengembangkan proses berpikir untuk memahami masalah

Siswa aktif membangun pemahaman terhadap masalah melalui pemberian contoh soal cerita

5

Pada tahap II metode pemodelan (pembentukan model matematika), guru memfasilitasi siswa untuk menentukan perencanaan penyelesaian masalah

Siswa berpikir untuk menentukan strategi dalam menyelesaikan masalah

6.

Pada tahap III metode pemodelan (bekerja dengan matematika), guru membimbing siswa dalam

pembuatan model

Siswa menyelesaikan masalah dengan membuat model

7.

Pada tahap IV metode pemodelan (mengartikan solusi matematika), guru membimbing siswa untuk menuangkan model yang telah dibuat ke dalam bentuk

matematika

Siswa menuangkan model yang telah dibuat ke dalam bentuk matematika

8.

Pada tahap V metode pemodelan (evaluasi hasil), guru memberi kesempatan pada siswa apabila menemukan cara lain untuk menyelesaiakan soal.

Siswa memeriksa kembali jawaban dari masalah yang telah dibuat

9.

Pada tahap VI metode pemodelan (pelaporan), guru memfasilitasi siswa untuk mempresentasikan hasil pekerjaannya.

Siswa mempresentasikan hasil pekerjaan di depan kelas.

F. Pengembangan Instrumen

Sebelum instrumen digunakan, terlebih dahulu diketahui validitas dan

(32)

38

1. Validitas

Menurut Arikunto (2006 hlm. 168) validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Instrumen yang valid memiliki validitas yang tinggi, dan yang kurang valid memiliki validitas yang rendah.

Untuk menguji validitas instrumen menggunakan rumus korelasi product moment dengan angka kasar, yaitu :

Keterangan :

rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y ∑X = jumlah skor item

∑Y = jumlah skor total (seluruh item) n = jumlah responden.

Setelah diperoleh harga rxy kita lakukan pengujian validitas dengan

membandingkan harga rxy dan rtabel product moment, dengan terlebih dahulu

menetapkan degrees of freedomnya atau derajat kebebasannya, dengan rumus dk = n – 2. Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga rtabel product moment

pada taraf signifikansi 5%. Harga r tabel untuk n=34 dengan taraf 5 % yaitu 0.34

Kriteria pengujiannya adalah jika rxy≥ rtabel maka soal tersebut valid, dan jika rxy<

rtabel maka soal tersebut tidak valid. Kriterium untuk menentukan tingkat atau

[image:32.595.118.504.654.742.2]

derajat validitas alat evaluasi menurut Suherman (2003, hlm. 111) adalah sebagai berikut :

Tabel 3.4 Kriteria Validitas Alat Evaluasi

Koefisien Validitas (r xy) Kriteria

0,80 < r xy < 1,00 Validitas Sangat Tinggi (Sangat Baik)

0,60 < r xy < 0,80 Validitas Tinggi (Baik)

0,40 < r xy < 0,60 Validitas Sedang (Cukup)

(33)
[image:33.595.122.506.164.221.2]

39

Tabel 3.4 Kriteria Validitas Alat Evaluasi (Lanjutan)

Koefisien Validitas (r xy) Kriteria

0,00 < r xy < 0,20 Validitas Sangat Rendah (Kurang)

r xy < 0,00 Tidak Valid

Hasil perhitungan koefisien validitas yang telah diuji cobakan pada soal tes

kemampuan pemecahan masalah matematika dengan penggunaan metode pemodelan yang terdiri dari empat buah soal diperoleh pada Tabel 3.5 yang perhitungannya menggunakan exel dengan rumus korelasi produk momen.

Tabel 3.5 Hasil uji validitas instrumen

No. Soal Validitas Kategori

1 0,46 Sedang

2 0,67 Tinggi

3 0,61 Tinggi

5 0,44 Sedang

2. Reliabilitas

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 121), instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama, akan menghasilkan data yang sama. Karena tes yang digunakan adalah tes uraian, maka rumus yang digunakan untuk menguji reliabilitas instrumen adalah rumus Alpha cronbach sebagai berikut :

Keterangan :

r11 = reliabilitas yang dicari

n = jumlah item dalam instrumen

∑at2 = jumlah varians skor tiap item

[image:33.595.131.491.366.438.2]
(34)

40

[image:34.595.130.492.218.305.2]

Tolak ukur untuk menginterpretasikan derajat reliabilitas alat evaluasi dapat digunakan tolak ukur yang dibuat oleh Guilford (Suherman, 2003 hlm. 139) sebagai berikut :

Tabel 3.6 Kriteria Reliabilitas Alat Evaluasi

Koefisien Realibilitas (r11) Kriteria r11 ≤ 0,20 Realibilitas sangat rendah

0,20 ≤ r11 < 0,40 Realibilitas rendah

0,40 ≤ r11 < 0,70 Realibilitas sedang

0,70 ≤ r11 < 0,90 Realibilitas tinggi

0,90 ≤ r11 < 1,00 Realibilitas sangat tinggi

Berdasarkan hasil perhitungan uji reliabilitas instrumen penelitian menggunakan rumus alfa cronbach., diperoleh skor reliabilitas sebesar 0,632 dengan kategori termasuk sedang.

Tabel 3.7 Hasil uji reliabilitas instrument

Banyak Soal Reliabilitas Kategori

4 0,632 Sedang

3. Taraf kesukaran butir soal

Tingkat kesukaran untuk setiap item soal menunjukan apakah butir soal itu tergolong sukar, sedang, atau rendah. Untuk menghitung tingkat kesukaran tiap butir soal berbentuk uraian digunakan rumus :

Keterangan:

P = indeks kesukaran

Tolak ukur untuk menginterpretasikan taraf kesukaran tiap butir soal menurut M. Subana dan Sudrajat (dalam Gunardi, 2013, hlm. 36) digunakan kriteria sebagai berikut :

(35)
[image:35.595.184.441.154.243.2]

41

Tabel 3.8 Klasifikasi Interpretasi Taraf Kesukaran

Nilai Interpretasi

P= 0,00 Sangat Sukar 0,00 < P < 0,30 Sukar 0,30 < P < 0,70 Sedang 0,70 < P < 1,00 Mudah

P= 1,00 Sangat mudah

[image:35.595.130.490.366.439.2]

Berdasarkan hasil perhitungan taraf kesukaran butir soal, diperoleh dua butir soal termasuk dalam kriteria mudah, dan dua butir soal termasuk dalam kriteria sedang.

Tabel 3.9 Indeks kesukaran tiap butir soal

No. Soal Indeks kesukaran Kategori

1 0,790 Mudah

2 0,792 Mudah

3 0,666 Sedang

4 0.669 Sedang

4. Daya pembeda butir soal

Daya pembeda soal adalah kemampuan sebuah soal untuk membedakan antara siswa yang menjawab dengan benar (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang menjawab salah (berkemampuan rendah). Untuk mengetahui daya pembeda tiap butir soal digunakan rumus :

Dengan : : Rata- rata siswa kelompok atas : Rata- rata siswa kelompok bawah

SMI : Skor Maksimal Ideal

Tolak ukur untuk menginterpretasikan daya pembeda tiap butir soal

digunakan kriteria menurut M. Subana dan Sudrajat (dalam Gunardi, 2013, hlm.37) sebagai berikut

Daya Pembeda (DP) = –

(36)
[image:36.595.159.465.154.246.2]

42

Tabel 3.10 Klasifikasi Interpretasi Daya Pembeda

Nilai DP Interpretasi

DP < 0,00 Sangat jelek

0,00 < DP < 0,20 Jelek

0,20 < DP < 0,40 Cukup

0,40 < DP < 0,70 Baik

0,70 < DP < 1,00 Sangat baik

Berdasarkan hasil perhitungan daya pembeda butir soal, diperoleh empat butir soal termasuk dalam kriteria jelek.

Tabel 3.11 Daya pembeda tiap butir soal

No. Soal Daya pembeda Kategori

1 0,103 Jelek

2 0,117 Jelek

3 0,120 Jelek

4 0,096 Jelek

G. Teknik pengumpulan data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes atau penilaian untuk mengukur kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika setelah diterapkannya metode pemodelan. Selain soal tes ada juga observasi yaitu suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung. Observasi dilakukan untuk mengetahui

bagaimana proses pembelajaran dengan penggunaan metode pemodelan.

H. Analisis data

[image:36.595.126.494.368.442.2]
(37)

43

Setelah data terkumpul, maka perlu segera diadakan pengolahan data. Pada data kuantitatif tahapan analisis data yang digunakan adalah tahap deskriptif, tahap pengujian persyaratan analisis dan tahap pengujian hipotesis.

1. Tahap Deskriptif

Pada tahap ini, data mengenai variabel-variabel yang diteliti dideskripsikan satu per satu. Tujuan utamanya adalah untuk melihat kecenderungan data yang ada pada setiap variabel. Data yang akan dideskripsikan dalam penelitian ini adalah skor hasil postes baik pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok

kontrol. Dan data dari hasil observasi pembelajaran dengan menggunakan metode pemodelan dalam pemecahan masalah.

2. Tahap Pengujian Persyaratan Analisis

Tahap pengujian persyaratan analisis dimaksudkan untuk menguji apakah asumsi-asumsi atau persyaratan yang dibutuhkan untuk tes statistik yang akan digunakan dalam pengujian hipotesis dapat dipenuhi. Sesuai dengan permasalahan dan hipotetis penelitian yang sudah dikemukakan terdahulu, maka teknik analisis data yang digunakan adalah uji-t baik untuk related samples maupun independent samples. Statistik ini mensyaratkan: (a) normalitas data dari variabel yang diteliti, dan (b) homogenitas varians variabel yang diteliti dari dua kelompok perlakuan.

Pengujian normalitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi 16.0 yaitu dengann uji Kolmogorov-Smirnov Normal (KS-Z), dengan kriteria uji tolak H0 jika harga KS-Z memiliki signifikansi < 0,05. Pengujian homogenitas juga varians dilakukan dengan menggunakan program SPSS versi16.0 yaitu Tes Levene, dengan kriteria ujinya tolak H0 jika nilai signifikansi < 0,05.

3. Tahap Pengujian Hipotesis

Pada tahap pengujian hipotesis, sebagaimana telah disebutkan di atas, digunakan statistik uji-t. Pengujian dilakukan pada taraf signifikansi 0,05 dengan derajat kebebasan (dk) n-2 untuk t-test pengujian kesamaan dua rata-rata pada

(38)

44

Jika data tidak normal, maka statistik uji yang digunakan adalah Mann-Whitney U untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan hasil postes kelas eksperimen dengan hasil postes kelas kontrol. Perumusan hipotesis pengujian kesamaan dua rata-rata data postes sebagai berikut :

H0 = Tidak terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Ha =Terdapat perbedaan skor hasil postes antara kelas eksperimen dan kelas

kontrol.

Ha : " ≠ "

H0 : " = "

Dengan menggunakan taraf signifikansi 5%, maka criteria pengujiannya sebagai

berikut :

1. Jika signifikansi ≥ 0,05, maka H0 diterima.

2. Jika signifikansi < 0,05, maka H0 ditolak.

(39)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengujian hipotesis sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulu, maka secara umum dapat ditarik kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pemodelan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika. Secara khusus, kesimpulan yang

dapat ditarik dari hasil penelitian dan pengujian hipotesis pada penelitian ini sebagai berikut :

1. Kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas eksperimen (yang dalam pembelajarannya menggunakan metode pemodelan) lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematika siswa pada kelas kontrol (yang tidak mengggunakan metode pemodelan).

2. Berdasarkan hasil observasi, dapat dikatakan bahwa seluruh tahapan yang ada dalam metode pemodelan telah dilaksanakan sebagaimana mestinya. Mulai dari mengidentifikasi masalah, pembentukan model matematika, bekerja dengan matematika, mengartikan solusi matematika, evaluasi hasil serta tahap terakhir yaitu pelaporan.

3. Dari hasil uji hipotesis penelitian menggunakan uji Mann-Whitney telah menunjukkan bahwa ada perbedaan kemampuan pemecahan masalah matematika yang mendapatkan pembelajaran dengan penggunaan metode pemodelan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika yang tidak mendapatkan pembelajaran dengan penggunaan metode pemodelan. Artinya, terdapat pengaruh yang signifikan dari penggunaan metode pemodelan terhadap kemampuan pemecahan masalah matematika.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan yang diperoleh, maka Peneliti

(40)

88

1. Kepada pihak sekolah, kiranya berkenan untuk merintis dan mengembangkan

penelitian sebagai suatu kebiasaan yag dilakukan untuk meningkatkan kualitas

pembelajaran.

2. Sebagai guru diharapkan dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan pemecahan masalah matematika siswa di Sekolah Dasar dengan menggunakan metode pemodelan salah satunya. Dengan metode pemodelan diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan pada pembelajaran Matematika.

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Yogyakarta: PT. Bumi Aksara.

Cheong. (2002). The Model Method in Singapore. Vol 6 no 2, hal 47-64. Mathplus Consultancy, Singapore.

Depdiknas. (2008). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.

Gunardi, E. (2013). Aplikasi Pendekatan Pemecahan Masalah terhadap Kemampuan Siswa dalam Penyelesaian Soal Cerita Matematika. Skripsi pada FIP PGSD UPI Tasikmalaya: tidak diterbitkan.

Handayani, D. (2012). Penggunaan Media Bangun Datar dalam Peningkatan Pemahaman Bilangan Pecahan Siswa Kelas III SDN Banjarsari Tahun Ajaran 2011/21012. Jurnal PGSD UNS Kampus VI Kebumen. Tidak diterbitkan.

Kaur, B. (2008). What is The Method Models. National Institute of Education Singapore.

Kaur, B. (2010). Mathematical Modelling Aplication and Modelling. Singapura. World Scientific.

Kurniawan, D. (2013). Pengertian dan Definisi Metode. [online]. Tersedia:http//dedikurniawanstmikpringsewu.wordpress.com/2013/07/24/ pengertian-dan-metode-penelitian. (25 Desember 2014)

(42)

91

Makmun, A. S. (1995). Psikologi Pendidikan. Bandung: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Nisbah, F. (2013). Konsep Pecahan dalam Matematika Sekolah Dasar. [online]. Tersedia: http//faizalnizbah.blogspot.com/2013/05/konsep-pechan-dalam-matematika-sekolah.html?m=1. (27 Desember 2014)

Parlaungan. (2008). Pemodelan Matematika untuk Peningkatan Bermatematika Siswa Sekolah Menengah Atas (SMA). Tesis USU Medan. Tidak diterbitkan.

Rosmartina. (2010). Dasar Perspektif Model dan Pemodelan Matematika dan Problem Solving. Tesis USU Medan. Tidak diterbitkan.

Simanullang, B; Clara Ika. (2005). Konsep Dasar Pemecahan Masalah Matematika. [Online]. Tersedia: http://slideshare/upload/s7i5.html.pdf. (20 Desember 2014)

Suherman dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Jurusan Pendidikan Matematika UPI. Bandung

Sugiyono. (2009). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.

Sukmadinata, N. S. (2005). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Syamsuddin, H. (2001). Kesulitan Siswa Kelas V SD Menggunakan Langkah-langkah Pemecahan Masalah Dalam Menyelesaikan Soal Cerita (Pengembangan Model Pembelajaran). Tesis S2. Surabaya : UNESA Surabaya.

Gambar

Tabel 4.12
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Tes
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Menggunakan Metode pemodelan
Tabel 3.3 Lembar Observasi Proses Pembelajaran Menggunakan Metode pemodelan
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran Socrates Kontekstual mengharuskan keterlibatan siswa secara aktif dengan mengaitkan kehidupan sehari-hari siswa sehingga siswa merasa menga- lami proses

Pada akhirnya, para siswa akan memiliki sikap menghargai matematika karena dengan masalah realistik yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari proses

Model Pembelajaran Matematika Berbasis Kemampuan Pemecahan Masalah disingkat PMBKPM adalah bentuk kegiatan pembelajaran matematika berbasis kemampuan pemecahan masalah

Sebagai tujuan, dalam arti pemecahan masalah ditujukan agar siswa dapat merumuskan masalah dari situasi sehari-hari dan matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan

Semnas Matematika dan Pendidikan Matematika 2008 2 - 97.. kemungkinan berdampak terhadap respon, cara berpikir serta hasil belajar mereka. Dengan demikian dalam upaya

Salah satu media yang menarik yang dapat mengaitkan materi dengan kejadian sehari-hari dalam kehidupan nyata ialah media komik, Menurut Nuroeni (2013: 79) dalam

Penelitian ini bertujuan untuk: menguji efektivitas dari pembelajaran matematika model PMR terhadap keyakinan matematika dan kemampuan pemecahan masalah yang ditunjukkan

dengan guru, siswa dengan siswa, atau siswa dengan konteks masalah. Fungsi guru dalam pembelajaran matematika realistik adalah sebagai fasilitator dan mediator. Pada