(Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung
Tahun Ajaran 2015-2016)
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempengaruhi gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
Oleh
Farah Rizkita Putri
1101434
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
(Penelitian Tindakan Kelas usia 4-5 tahun di RA Nurul Huda Bandung Tahun Ajaran 2015-2016)
Oleh
Farah Rizkita Putri
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat mempengaruhi gelar Sarjana pada Program Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini
Fakultas Ilmu Pendidikan
FARAH RIZKITA PUTRI 2015
Universitas Pendidikan Indonesia
September 2015
Hak cipta dilindungi undang-undang
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan motorik menjadi salah satu perhatian penting.
Motorik merupakan perkembangan pengendalian gerakan tubuh manusia
melalui susunan saraf, otot, otak dan spinal cord. Perkembangan motorik
sangat dipengaruhi oleh organ otak. Otaklah yang menjadi setir gerakan
apa yang akan anak akan lakukan. Semakin matangnya perkembangan
motorik anak maka system saraf otak yang akan mengatur otot yang
berpotensi sebagai cara berkembangnya kemampuan anak. Perkembangan
motorik dibagi menjadi dua yaitu motorik kasar dan motorik halus.
Motorik halus merupakan gerakan yang menggunakan koordinasi
antara mata, tangan, lengan dan tubuh lain secara bersamaan yang
dipengaruhi oleh kesempatan belajar dan latihan. Motorik halus dapat
distimulasi melalui cara menyusun balok, bermain pasir, mengancingkan
baju, mengumpulkan benda, menggunting, mewarnai, menarik garis,
menempel dan lain-lain. Pengembangan motorik halus sebagai salah satu
penunjang untuk kelangsungan hidup anak di masa yang akan datang yaitu
kegiatan menulis. (Seba dan Gatot, 2013, hlm 31)
Pengembangan motorik halus anak jika diberikan stimulasi dengan
baik maka akan menghasilkan keterampilan yang akan menjadi kebanggan
lebih untuk dirinya sendiri. Sebagaimana yang diungkap oleh Sujiono
(2005;7) bahwa seornag anak yang mempunyai kemampuan motorik halus
yang baik akan mempunyai rasa percaya diri yang besar. Lingkungan
teman-temannya pun akan menerimanya dengan baik. Oleh sebab itu,
sebaiknya pendidik dan orang tua dapat melihat kesempatan pada usia
emas anak yaitu dengan memulai mempelajari berbagai jenis kegiatan
dengan dibantu dengan teknik atau metode penunjang yang berhubungan
Kemampuan motorik halus yang dimiliki setiap anak berbeda
tingkatannya setiap individu. Anak usia empat tahun bisa dengan mudah
menarik garis vertikal sementara yang lainnya akan bisa mungkin setelah
menginjak usia selanjutnya. Sebaiknya peran guru dan orang tua
mengetahui permasalahan dan tindakan apa yang harus diberikan untuk
meningkatkan keterampilan motorik halus anak.
Mengacu pada fenomena yang terjadi di lapangan, maka peneliti
melakukan pengamatan di RA Nurul Huda. Hasil pengamatan pada
kegiatan awal bahwa anak kelompok A pada kesiapan anak 4 dari 10
murid kelas A tersebut memiliki masalah pada perkembangan motorik
halus. Berdasarkan observasi tersebut ditemukan indikasi pada
pembelajaran keterampilan motorik halus, yaitu belum tercapainya
koordinasi gerakan motorik halus dalam hal kegiatan
meletakan/memegang suatu objek dengan mengunakan jari tangan,
mengkoordinasi gerakan mata dengan tangan, anak kurang terampil
memfungsikan otot-otot kecil dalm menggerakan jari dan kedua
tangannya, anak kurang terampil dalam mengkoordinasikan kecepatan
tangan dan mata, dan anak kurang terampil megendalikan emosi dalam
pembelajaran motorik halus. Ini dibuktikan pada anak kelompok A dengan
beberapa hambatan, diantaranya anak kurang terampil dalam memegang
pensil, tidak ada keseimbangan otot tangan sehingga memerlukan waktu
agak sedikit lama untuk membentuk goresan atau tulisan, terlalu kuat
dalam menggerakan pensil sehingga tulisan yang dihasilkan terlalu tandas,
dan mengakibatan kertas menjadi berlubang dan tidak beraturan dalam
menulis, mewarnai atau menggambar.
Penyebab dari permasalahan yang terjadi dilatarbelakangi oleh
beberapa faktor, diantaranya kesiapan pendidik dalam pengembangan
pengayaan materi keterampilan motorik halus. Sarana dan prasarana yang
mendukung untuk pengembangan keterampilan motorik halus. Penyediaan
Teknik atau metode kurang bervariatif karena mungkin hanya sebagian
guru mengikuti workshop yang diselenggarakan oleh pihak kedinasan.
Permasalahan lain yaitu, kurang terkoordinasi komunikasi antara
guru dengan orang tua, misalnya anak di sekolah terbiasa melakukan
kegiatan mandiri tetapi jika di rumah masih sering dibantu oleh orang tua
atau pengasuh, kurang terciptanya ruang untuk anak berekplorasi pada
anak, kurang konsisten untuk memberikan stimulus atau rangsangan
belajar, guru masih menerapkan pembelajaran yang konvensional seperti,
guru masih menggunakan lembar kerja siswa untuk mengembangkan
motorik halus anak. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara untuk
mengetahui kondisi perkembangan motorik halus pada guru kelompok A
bahwa kegiatan meningkatkan keterampilan motorik halus anak hanya
dilakukan sekali saja dan tidak terjadi pengulangan atau melibatkan
beberapa kegiatan yang dapat dikolaborasikan.
Berbagai macam teknik yang sekarang telah ditemukan untuk
mengembangkan keterampilan motorik halus anak, salah satunya dengan
menggunakan teknik mozaik. Pengembangan keterampilan motorik halus
biasanya terkait dengan kegiatan karya seni. Berkarya seni secara tidak
langsung sangat membantu pendidikan melalui penerapan metode
pembelajaran. Anak akan lebih mudah belajar tentang sesuatu bila melalui
seni karena kegiatan seni pada anak seperti halnya sedang bermain,
sehingga dalam proses pembelajaran pun akan berlangsung dengan
menyenangkan.
Kegiatan kreasi seni rupa anak berupa kegiatan menggambar,
melukis, mencetak dan juga anak dapat melakukan kreasi seni sesuai
dengan cara menempelkan jenis bahan tertentu disuatu bidang. Sesuai
dengan jenis dan bentuk bahan yang ditempelkan kreasi seni rupa dapat
dibedakan menjadi 3 bagian yaitu mozaik, montase dan kolase. Sebagai
mana menurut Evan Sukardi (2008, hlm. 5.2) Pemahaman tentang
pengetahuan dan keterampilan kreasi seni kolase, mozaik dan montase
karena proses keterampilan kolase, mozaik dan montase bagi anak usia
taman kanak-kanak merupakan kegiatan bermain sekaligus berkreasi seni
dalam kegiatan anak.
Berdasarkan pada uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk
mengkaji lebih luas permasalahan yang dialami anak-anak kelas A di RA
Nurul Huda diatas dengan penelitian yang berjudul “Meningkatkan
keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik (Penelitian tindakan
kelas di RA Nurul Huda Bandung tahun ajaran 2015-2016).”
B. Rumusan Masalah (Pertanyaan Penelitian)
Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan diatas, maka secara
umum rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah teknik mozaik
dapat meningkatkan keterampilan motorik halus anak di kelas A RA Nurul
Huda?”
Permasalahan di atas secara rinci dapat dijabarkan dalam pertanyaan
penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kondisi obyektif keterampilan motorik halus kelas A di RA
Huda Tahun ajaran 2015-2016 sebelum diterapkan teknik mozaik?
2. Bagaimana penerapan teknik mozaik kelas A di RA Nurul Huda Tahun
ajaran 2015-2016?
3. Bagaimana peningkatkan keterampilan motorik halus setelah penerapan
teknik mozaik pada anak kelas A di RA Nurul Huda Tahun ajaran
2015-2016?
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1. Tujuan Umum
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
keterampilan motorik halus anak meningkat setelah diterapkan teknik
mozaik di kelas A RA Nurul Huda.
a. Untuk mengetahui kondisi obyektif keterampilan motorik halus
anak di RA Nurul Huda sebelum dilakukan teknik mozaik
b. Untuk mengetahui penerapan teknik mozaik di kelas A RA Nurul
Huda
c. Untuk mengetahui peningkatan keterampilan motorik halus setelah
penerapan teknik mozaik
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perkembangan
ilmu pengetahuan, peningkatan mutu pendidikan serta untuk
penelitian-penelitian lebih lanjut. Adapun secara sepesifik manfaat yang diharapkan
sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat memberi masukan dalam peningkatan
keterampilan motorik halus anak melalui teknik mozaik sebagai salah satu
upaya dalam meningkatkan motorik anak.
2. Manfaat praktis
a. Untuk Anak
1) Untuk membantu memberikan stimulus yang akan melatih
perkembangan motorik halus anak
2) Untuk mengenalkan teknik mozaik sehingga dapat mempengauh
keterampilan motorik halus anak
b. Untuk Guru
1) Untuk memberikan kesempatan kepada pendidik cara alternatif
untuk pengembangan keterampilan motorik halus
2) Untuk bahan pertimbangan pengembangan materi ajar
menggunakan teknik mozaik
c. Untuk pihak sekolah
1) Untuk memberikan pengetahuan baru pada lembaga
menggunakan teknik mozaik yang dapat melatih keterampilan
2) Untuk memberikan ide kreatif dan inovatif yang dapat
merangsang keterampilan motorik halus untuk mempelajari
teknik mozaik
E. Struktur Organisasi Skripsi
Adapun sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Bab I Pendahuluan, merupakan bab perkenalan penelitian, terdiri dari:
a. Latar Belakang Penelitian
b. Rumusan Masalah Penelitian
c. Tujuan Penelitian
d. Manfaat Penelitian
e. Sruktur Organisasi Skripsi
2. Bab II Kajian Pustaka, berisikan berbagai konsep, teori, maupun penelitian
terdahulu mengenai beberapa hal terkait dengan penelitian, diantaranya:
a. Tinjauan Motorik Halus
b. Tinjauan Teknik Mozaik
c. Penelitian yang relevan
3. Bab III Metode Penelitian, membahas mengenai metodelogi penelitian secara
lebih terperinci, yaitu:
a. Desain Penelitian
b. Definisi Operasional Variabel
c. Instrumen Penelitian
d. Prosedur Penelitian
e. Analisis Data
4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan, terdiri dari:
a. Subjek Penelitian
b. Hasil Penelitian
5. Bab V Kesimpulan dan Saran, memaparkan penafsiran hasil penelitian
dengan subbab:
a. Simpulan
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Subjek Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Raudatul Athfal Nurul Huda yang
beralamat di Sarijadi Kecamatan Sukasari Koata Bandung. Subjek
penelitian ini yaitu peserta didik kelompok A, yang berusia 4-5 tahun, pada
tahun ajaran 2015/2016, yang berjumlah 10 orang.
B. Desain Penelitian
Rancangan penelitian yang digunakan dalam pelaksanaan
penelitian ini adalaah penelitian tindakan kelas kolaboratif. Model
penelitian tindakan kelas ini menggunakan model yang dikemukakan oleh
Kemmis & Mc Targart. Adapun model PTK dimaksud menggambarkan
empat langkah yang disajikan dalam bagan berikut ini:
SIKLUS
PENELITIAN TINDAKAN
Sumber: Arikunto,2010, hlm. 137
Perencanaan
SIKLUS I
Pengamatan
Perencanaan
SIKLUS II
Pengamatan
Pelaksanaan
Pelaksanaan Refleksi
Refleksi
Keempat langkah tersebut merupakan satu siklus atau putaran,
artinya sesudah langkah ke empat, lalu kembali kesatu dan seterusnya,
meskipun sifatnya berbeda, langkah kedua dan ketiga dilakukan secara
bersamaan jika pelaksanaan dan pengamatan berbeda. Secara utuh menurut
Arikunto (2010, hlm.138) mengemukakakan bahwa tindakan yang
diterapkan dalam penelitian tindakan kelas seperti digambarkan dalam
bagan melalui tahapan sebagai berikut:
1. Tahap 1 : Menyusun rencana tindakan dan dikenal dengan
perencanaan yaitu menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan
2. Tahap 2 : Pelaksanaan Tindakan, yaitu implementasi atau penerapan
isi rancangan didalam kancah, yaitu mengenalkan tindakan dikelas.
3. Tahap 3 : Pengamatan, yaitu pelaksanaan pengamatan oleh
pengamat.
4. Tahap 4 : Refleksi yaitu kegiatan untuk mengemukakan apa yang
telah terjadi.
Penelitian tindakan kelas ini, setiap siklus dinyatakan berhasil
apabila ada peningkatan keterampilan motorik halus melalui teknik
mozaik. Peneliti merencanakan 3 siklus dan 2 tindakan pada setiap
siklusnya. Adapun kriteria keberhasilan siklus dihentikan apabila telah
mencapai minimal 70-75% pada kriteria berkembang sangat baik.
Langkah-langkah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Siklus 1
a. Perencanaan
1) Merumuskan masalah yang timbul dengan guru kelas
2) Merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan dengan guru
kelas
3) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru
sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan motorik halus
b. Pelaksanaan
Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan
pencatatan lapangan dan dokumentasi berupa foto kegiatan dan
hasil karya anak
c. Refleksi menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau
tindakan yang dilakukan pada siklus I. Data yang diperoleh dari
pelaksanaan tindakan didiskusikan kembali dengan guru, bertujuan
untuk mengetahui kekurangan atau apa yang seharusnya diperbaiki
pada tindakan di siklus II.
2. Siklus II
a. Perencanaan
1) Merancang kembali kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
refleksi terhadap siklus 1.
2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru
sesuai tema aitu meningkatkan keterampilan motorik halus pada
anak usia 4-5 tahun melalui teknik mozaik d RA Nurul Huda.
b. Pelaksanaan
Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan
pencatatan lapangan dengan foto kegiatan dan hasil karya anak.
c. Refleksi
Menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau tindakan pada
siklus II. Analisis dilakukan setelah pelaksanaan tindakan, untuk
memperoleh gambaran atas pelaksanaan tindakan dan observasi,
kemudian dijadikan acuan perencanaan tindakan pada siklus
berikutnya.
3. Siklus III
a. Perencanaan
1) Merancang kembal kegiatan yang akan dilakukan berdasarkan
2) Merumuskan rancangan kegiatan pembelajaran dengan guru
sesuai tema, yaitu meningkatkan keterampilan motorik halus
usia 4-5 tahun melalui teknik mozaik di RA Nurul Huda.
b. Pelaksanaan
Melakukan observasi berdasarkan pedoman observasi, melakukan
pencatatan lapangan dan dokumentasi berupa foto kegiatan dan foto
hasil karya anak.
c. Refleksi
Menganalisis dan merefleksi hasil pembelajaran atau tindakan yang
telah dilakukan pada siklus III. Analisis data dilakukan setelah
pelaksanaan tindakan, untuk memperoleh gambaran atas
pelaksanaan tindakan dan observasi, kemudian dijadikan
perencanaan tindakan pada siklus selanjutnya
Silus tersebut akan terus berulang sampai penelti mencapai hasil
peningkatan pembelajaran yang signifikan dan optimal dengan
mengadakan perbaikan pada setiap siklusnya.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah
penelitian tindakan kelas. Penelitian tindakan kelas merupakan suatu
upaya untuk mencermati kegiatan belajar sekelompok peserta didik
dengan memberikan sebuah tindakan (treatment) yang sengaja
dimunculkan.Tindakan tersebut dilakukan oleh guru, oleh guru
bersama-sama dengan peserta didik, atau oleh peserta didik di bawah bimbingan
dan arahan guru, dengan maksud untuk memperbaiki dan meningkatkan
kualitas pembelajaran. (Mulyasa, 2012, hlm. 11)
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Metode
Penelitian Tindakan Kelas. Pengertian Penelitian Tindakan Kelas dapat
dijabarkan sebagai berikut:
1. Penelitian, yaitu menunjukan pada suatu kegiatan mencermati suatu
memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan
mutu suatu hal menarik minat dan penting bagi peneliti.
2. Tindakan yaitu menunjukan pada suatu gerakan kegiatan yang sengaja
dilakukan dengan tujuam tertentu. Dalam penelitian berbentuk
rangkaian siklus kegiatan untuk siswa.
3. Kelas yaitu pada pengertian kali ini tidak terikat pada spesifik ruang
kelas. (Arikunto, dkk.2010 hlm.2-3)
Tujuan utama penelitian tindakan kelas adalah untuk perbaikan dan
peningkatan layanan guru dalam proses pembelajaran, maka tujuan itu
dapat dicapai dengan melakukan berbagai tindakan alternatif dalam
memecahkan berbagai persoalan pembelajaran di kelas. Oleh karena itu,
dalam penelitian ini difokuskan pada tindakan-tindakan yang direncanakan
guru, diuji cobakan kepada siswa, kemudian dievaluasi untuk melihat
apakah tindakan yang direncanakan oleh guru dapat memecahkan
persoalan proses pembelajaran di kelas. Dengan seperti itu, guru akan
lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik pembelajaran
secara efektif.
D. Penjelasan Istilah
1. Definisi keterampilan motorik halus
Motorik halus adalah gerakan yang menggunakan otot-otot halus
atau sebagian anggota tubuh tertentu, seperti mengkoordinasikan
gerakan mata dengan tangan, lengan dan tubuh secara bersamaan,
antara lain dapat dilihat pada waktu anak menulis, menggambar,
menggunting.
2. Definisi teknik mozaik
Pembutan karya seni rupa dua atau tiga dimensi yang
menggunakan material atau bahan dari kepingan-kepingan yang dibuat
dengan cara dipotong-potong atau sudah berbentuk potongan
kemudian disusun dengan ditempelkan pada bidang datar dengan cara
dilem. Kepingan yang berbentuk potongan tersebut pada teknik mozaik
Tabel 3.1
Lingkup Pencapaian perkembangan motorik halus
Lingkup pekembangan Tingkat pencapaian perkembangan
4 - >5 tahun
Motorik halus 1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit
4. Melakukan gerakan yang manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media
5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.
Sumber : Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.58 tahun 2009
Tabel 3.2
Lingkup Pencapaian perkembangan motorik halus
Lingkup pekembangan Tingkat pencapaian perkembangan
4 - >5 tahun
Motorik halus 1. Membuat garis vertikal, horizontal, lengkung kiri/kanan, miring kiri/kanan, dan lingkaran 2. Menjiplak bentuk
3. Mengkoordinasikan mata dan tangan untuk melakukan gerakan yang rumit
4. Melakukan gerakan yang manipulatif untuk menghasilkan suatu bentuk dengan menggunakan berbagai media
5. Mengekspresikan diri dengan berkarya seni menggunakan berbagai media.
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia no.137 tahun 2014
Tabel 3.3
Kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia Dini
Kompetensi dasar Indikator pencapaian perkembangan anak
4 - >5 tahun
1.3 Mengenal anggota
tubuh, fungsi dan
1. Melakukan berbagai kegiatan motorik kasar dan halus yang seimbang terkontol dan lincah
2. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melakukan gerakan bergelayutan
3. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melompat, meloncat, dan berlari secara
terkoordinasi
4. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak melempar sesuatu secara terarah
5. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menangkap bola dengan tepat
6. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu melakukan gerakan antisipasi (missal:permainan bola lempar)
7. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menendang bola secara terarah
8. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu memanfaatkan alat permainan di dalam dan di luar ruang
9. Melakukan kegiatan yang menunjukan anak mampu menggunakan anggota badan untuk melakukan gerakan halus yang terkontrol (misalnya: meronce).
Sumber: Peraturan Menteri Pendidikandan Kebudayaan Republik Indonesia
No.146 tahun 2014 tentang kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan dalam penelitian.
“instrument penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap dan sistematik sehingga lebih mudah diolah. Variasi jenis instrument penelitian adalah angket, ceklist, pedoman wawancara, pedoman pengamatan. Ceklis sendiri memiliki wujud yang bermacam-macam.”
Dengan demikian maka dapat dikatakan bahwa penelitian di
dalam menerapkan metode penelitian menggunakan instrument atau alat,
agar data diperoleh lebih baik. Dalam hal ini peneliti perlu menyusun
sebuah rancangan penyusunan instrument yang dikenal dengan istilah “kisi
-kisi”. Menurut pengertiannya kisi-kisi instrumen adalah sebuah tabel yang menunjukan hubungan antara hal-hal yang disebutkan dalam baris dengan
hal-hal yang disebutkan dalam kolom. Kisi-kisi penyusunan instrument
menunjukan kaitan antara variable yang diteliti dengan sumber data dari
mana data akan diambil, metode yang digunakan dan instrument yang
disusun. (Arikunto, 2010, hlm.205)
Adapun kisi-kisi instrument yang disusun oleh peneliti mengacu
pada tahap keterampilan motorik halus anak melalui teknik mozaik
menurut Dinas Pendidikan Nasional (Depdiknas) dan dikembangkan oleh
penulis sesuai dengan tingkat pencapaian perkembangan motorik halus
anak usia 4-5 tahun dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional no.58
tahun 2009 dan disesuaikan dengan indikator perkembangan anak usia dini
Tabel 3.4
Kisi- kisi instrument penelitian
Keterampilan motorik halus anak usia 4-5 tahun
No Variabel Dimensi
indikator Pernyataan
Teknik
Menulis 1. Anak mampu memegang pensil dengan meletakan diantara ibu jari dan telunjuk 2. Anak mampu mencoret-coret berpola. 3. Anak mampu membuat garis lengkung. 4. Anak mampu membuat garis horizontal 5. Anak mampu membuat garis vertikal 6. Anak mampu membuat garis diagonal 7. Anak mampu membuat huruf yang disukai
anak
8. Anak mampu membuat pola lingkaran.
Observasi,
dokumentasi Anak
Menggunting 1. Anak mampu menggerakan gunting (ibu jari ke lubang gunting bawah dan jari telunjuk ke lubang gunting atas) 2. Anak mampu menggunting
3. Anak mampu menggunting kertas pola garis lurus
4. Anak mampu menggunting kertas pola zigzag
Observasi, dokumentasi
5. Anak mampu menggunting kertas pola diagonal
6. Anak mampu menggunting kertas pola lingkaran
7. Anak mampu menggunting kertas pola persegi
Menggambar 1. Anak mampu menggambar bebas
2. Anak mampu menggambar menggunakan pensil warna
3. Anak mampu mewarnai menggunakan crayon
4. Anak mampu mewarnai menggunakan cat air
5. Anak mampu menggambar menggunakan pensil
1. Perencanaan Guru memberitahukan kepada peserta didik tema yang akan digunakan. Guru memperlihatkan contoh mozaik
yang sudah jadi.
Guru mendemonstrasikan cara untuk membuat mozaik.
Observasi, dokumentasi
Anak
2. Pelaksanaan Guru memberikan arahan dan tata tertib selama membuat teknik mozaik. Guru membagikan alat dan bahan yang
Observasi, dokumentasi
digunakan untuk membuat mozaik Guru memberikan bimbingan dan bantuan
pada tahap demi tahap dalam membuat mozaik.
Guru memberikan motivasi dan stimulus agar anak selalu bersikap positif dan sabar selama proses mengerjakan mozaik. 3. Penilaian Menilai proses pembelajaran
Menilai unjuk kerja dan kreativitas anak Pemberian tugas sebagai pelaksanaan
kegiatan
Observasi, dokumentasi dan hasil karya
Anak
F. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama
dalam penelitian, karena dalam penelitian tujuan utamanya adalah
mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka
penelitian ini tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data
yang ditetapkan. Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting,
sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik
pengumpulan data, maka teknik pengumpulan dapat dilakukan dengan
observasi (pengamatan), interview (wawancara), kuesioner (angket),
dokumentasi dan gabungan keempatnya.
Data yang dikumpulkan oleh peneliti menggunakan tes dan observasi yang
dilakukan oleh peneliti berkolaborasi antara peneliti dengan guru kelas,
kepala sekolah dan peserta didik. Ada beberapa cara yang dilakukan oleh
peneliti untuk mengumpulkan data, diantaranya:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan menurut Nana Syaodih (2013, hlm.220)
merupakan teknik atau cara pengumpulan data dengan jalan
mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung.
Menurut Nasution (dalam Sugiono, 2013, hlm.310) menyatakan bahwa:
“Observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Para ilmuwan
hanya dapat bekerja berdasarkan data, yaitu fakta mengenai dunia
kenyataan yang diperoleh melalui observasi. Data itu dikumpulkan
dan sering dengan bantuan berbagai alat yang sangat canggih,
sehingga benda-benda yang sangat kecil (proton dan electron)
maupun yang sangat jauh (benda ruang angkasa) dapat di observasi
dengan jelas.”
Observasi dapat dilakukan dengan dua cara (Arikunto, 2010, hlm.200)
yang digunakan untuk menyebutkan jenis observasi, yaitu:
a. Observasi non-sistematis, yaitu yang dilakukan oleh pengamat,
b. Observasi sistematis, yaitu dilakukan oleh pengamat dengan
menggunakan pedoman sebagai instrument pengamatan.
Tabel 3.5
Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus melalui teknik mozaik
Nama :
Usia :
Kelompok :
No. Pernyataan Penilaian
BM MB BSH BSB
(Guru)
………
Tabel 3.6
Lembar Observasi Keterampilan Motorik Halus melalui teknik mozaik
Nama Guru :
Usia :
No. Indikator Penilaian
B C K
(Peneliti)
Keterangan kriteria:
BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran
walaupun dengan bantuan guru)
MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun
dengan bantuan guru)
BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran
tanpa bantuan guru)
BSB Berkembang sangangat baik (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran
melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).
2. Wawancara
Wawancara atau interview merupakan salah satu teknik
pengumpulan data yang banyak digunakan dalam penelitian deskriptif
kualitatif dan deskriptif kuantitatif. Esterberg (dalam Sugiono, 2013,
hlm.319) mengemukakan beberapa macam wawancara yaitu wawancara
terstruktur, semi terstruktur dan tidak terstruktur.
Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini termasuk dalam
kategori in-depth interview, dimana dalam pelaksanaannya lebih bebas
bila dibandingkan dengan wawancara terstruktur. Tujuan dari
wawancara jenis ini adalah untuk menemukan permasalahan secara
lebih terbuka dimana pihak wawancara diminta untuk memberikan
pendapat dan ide-idenya.
Pelaksanaan wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti
dan mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. Dalam penelitian
tindakan kelas ini wawancara akan dilakukan kepada kepala sekolah
dan guru untuk mengetahui sejauh mana keterampilan motorik halus
yang dilakukan di Raudatul Athfal Nurul Huda. Berikut dibawah ini
Tabel 3.7
Pedoman Wawancara Kepala Sekolah
No Aspek yang ditanyakan Hasil wawancara 1. Bagaimana program pembelajaran
yang telah dilaksanakan di Raudatul Athfal Nurul Huda selama ini dalam memfasilitasi pertumbuhan dan perkembagan peserta didik? 2. Teknik apa saja yang digunakan
dalam pengembangan motorik halus Raudatul Athfal Nurul Huda ? 3. Upaya apa yang telah dilakukan
untuk guru-guru di Raudatul Athfal Nurul Huda dalam meningkatkan keterampilan motorik halus?
4. Apakah guru di Raudatul Athfal Nurul Huda pernah menggunakan teknik mozaik dalam upaya meningkatkan keterampilan motorik halus ?
5. Adakah hambatan yang dialami oleh guru-guru di Raudatul Athfal Nurul Huda dalam pengembangan kegiatan keterampilan motorik halus ?
6. Bagaimana cara guru mengevaluasi hasil pembelajaran peserta didik Raudatul Athfal Nurul Huda?
Tabel 3.8
Pedoman Wawancara Guru
No Aspek yang diwawancara Hasil wawancara 1. Dalam setiap pengembangan
kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan oleh Ibu, Menurut Ibu aspek apa yang penting untuk menetapkan tujuan pembelajaran? apa alasannya?
lakukan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus? khususnya menggunakan teknik mozaik
3. Media apa saja yang pernah ibu sajikan dalam meningkatkan keterampilan motorik halus khusunya menggunakan teknik mozaik? apakah disesuaikan dengan karakteristik dan prinsip belajar anak?
4. Menggunakan teknik dan media apa saja yang pernah diberikan?
5. Adakah kendala dan hambatan dalam penggunaan teknik dan media untuk meningkatkan keterampilan motorik halus anak?
6. Bagaimana cara Ibu mengalokasikan waktu agar sesuai dengan tujuan
pembelajaran “Meningkatkan
keterampilan motorik halus
menggunakan teknik mozaik?”
7. Melalui program yang telah dilaksanakan, sejauh mana tingkat perkembangan keterampilan motorik halus anak menggunakan teknik mozaik?
8. Menurut Ibu, aspek apa saja untuk evaluasi pembelajaran motorik halus anak menggunakan teknik mozaik?
3. Catatan Lapangan
Catatan lapangan bertujuan untuk mengetahui kegiatan yang
terjadi selama proses kegiatan motorik halus menggunakan teknik
mozaik. Dalam catatan lapangan seluruh aktifitas yang ditampilkan
peserta didik ketika motorik halus menggunakan teknik mozaik.
keterampilan motorik halus menggunakan teknik mozaik di RA Nurul
Huda.
Tabel 3.9
Format Catatan lapangan
Tempat Penelitian :
Tanggal Penelitian :
Kegiatan yang diobservasi :
Siklus :
Hasil catatan lapangan
4. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
menumental dari seseorang (Sugiyono, 2013, hlm.329). dokumentasi
digunakan karena dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai
pokok penelitian berupa proses dan hasil yang dicapai dari
pengembangan teknik mozaik untuk meningkatkan keterampilan
motorik halus di RA Nurul Huda. Dokumentasi dilakukan terhadap
data-data yang dimiliki oleh RA Nurul Huda dan dokumen-dokumen
lain yang menunjang penelitian.
G. Analisis Data
Nasution (dalam Sugiono, 2013, hlm.334) menyatakan bahwa:
“Melakukan analaisis adalah pekerjaan yang sulit, memerlukan
kerja keras. Analisis memerlukan daya kreatif serta kemampuan intelektual yang tinggi. Tidak ada cara tertentu yang dapat diikuti untuk mengadakan analisis, sehingga setiap penelitian harus mencari sendiri metode yang dirasakan cocok dengan sifat penelitiannya. Bahan yang sama bisa diklasifikasikan lain oleh peneliti yang berbeda.”
Menurut sugiono (2013, hlm.335) analisis data adalah proses
mencari dan menyusun secara sitematis, data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam
penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah
dipahami diri sendiri maupun orang lain.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas kolaboratif ini akan
memaparkan dua jenis data, menurut (Supardi, 2010, hlm.131) sebagai
berikut:
a. Data kuantitatif (nilai hasil belajar siswa) yang dapat dianalisis
secara deskriptif. Dalam hal ini peneliti menggunakan analisis
statistik desktiptif misalnya mencari nilai rata-rata, persentase
keberhasilan belajar dan lain-lain.
b. Data kualitatif yaitu data yang berupa informasi berbentuk
kalimat yang memberi gambaran tentang ekspresi siswa tentang
tingkat pemahaman terhadap suatu mata pelajaran (kognitif),
pandangan atau sikap siswa terhadap metode pelajaran baru
(efektif), aktivitas siswa mengikuti pelajaran, perhatian,
antusias dalam belajar, kepercayaan diri, motivasi belajar dan
sejenisnya dapat dianalisis secara kualitatif.
Untuk menganalisis data agar lebih bermakna dan dapat dipahami,
aka langkah analisis data pada penelitian ini digunakan model interaktif
(Interactive Model Analisis) dari Milles dan Huberman. Menurut Matthew
Milles and Michael Huberman (Hopkins, 2011, hlm.237) mendeskripsikan
model interaktif analisis data sebagaimana berikut:
a. Reduksi data
Reduksi data merujuk pada proses menyeleksi,
memfokuskan, mensimplikasi, mengabstraksikan dan
mentransformasikan data mentah yang muncul dalam
catatan-catatan lapangan tertulis. Ketika dilaksanakan pengumpulan
data, ada episode-episode lanjutan untuk mereduksi data
(meringkas, mengcoding, menelusuri tema, membuat cluster,
membuat partisi dan menulis memo). Proses mereduksi data ini
penelitian ini proses dirangkum melalui 4 kategori penilaian
yaitu :
BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan
pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)
MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan
pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)
BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan
kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)
BSB Berkembang sangat baik (anak dapat melakukan kegiatan
pembelajaran melebihi harapan dan tanpa bantuan guru).
b. Tampilan data
Tahap ini sebagai penghimpunan informasi secara
terorganisis yang memungkinkan peneliti menarik kesimpulan
dan melaksanakan tindakan. Melihat tampilan-tampilan data
tersebut dapat membantu peneliti untuk memahami apa yang
terjadi dan melaksanakan analisis atau tindakan lebih jauh yang
didasarkan pada pemahaman tersebut. Adapun dalam penelitian
ini peneliti akan memaparkan data deskripsi meliputi:
1. Siklus-siklus penelitian
Data dalam deskripsi ini disajikan secara kontekstual
siklus-siklus yang dilakukan. Dengan demikian dalam pnelitian ini
dapat terlihat lebih rinci data keseluruhan pada setiap siklus
dan tahap disajikan dalam tabel dan juga grafik. Hal ini
bertujuan untuk memudahkan dalam mengevaluasi setiap
tindakan siklus.
2. Tabel, diagram dan grafik digunakan untuk penyajian data
dan hasil observasi sehingga dapat memudahkan untuk
melakukan refleksi
3. Hasil-hasil otentik dapat digunakan untuk memperoleh hasil
otentik dengan adanya dokumentasi berupa foto kegiatan
c. Penarikan kesimpulan atau verivikasi
Tahap ketiga dalam analisis data adalah menarik kesimpulan
dan verifikasi. Dari tahap awal pengumpulan data, peneliti mulai
menelusuri data yang telah diperoleh, mencatat setiap tahapan
perkembangan yang ada dilapangan, dengan menjaga
kesimpulan ini tetap terbuka dengan dipaparkan melalui
tampilan data yang didukung oleh siklus penelitian, tabel dan
dokumentasi.
Untuk memperjelas menarik kesimpulasn mengenai Meningkatkan
keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik maka peneliti
menghitung dengan rumus berikut:
P = K / N x 100%
Keterangan:
P = Persentase
K = Jumlah Kategori
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Pada bab ini mengungkapkan kesimpulan yang berkaitan dengan
peningkatkan keterampilan motorik halus anak usia dini melalui teknik mozaik
serta rekomendasi untuk peneliti selanjutnya.
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus melalui teknik mozaik yang dilaksanakan pada
RA Nurul Huda kelompok A dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Keterampilan motorik halus pada anak kelompok A di RA Nurul
Huda sebelum dilaksanakan teknik mozaik menunjukan bahwa
anak-anak pada umumnya memiliki keterampilan motorik halus
yang belum mencapai hasil signifikan. Dikatakan belum
mencapai hasil yang signifikan, peneliti melakukan observasi di
kelompok A, hasilnya anak kurang terampil mengkoordinasikan
gerak mata dan tangan. Contohnya anak belum terampil untuk
membentuk goresan sederhana misalnya membuat garis garis
lengkung atau garis zig-zag, memegang pensil terlalu ditekan
sehingga menyebabkan tulisan tidak terbaca atau kertas menjadi
sobek.
2. Teknik yang diberikan pada anak untuk meningkatkan
keterampilan motorik halus pada Siklus I, Siklus II dan Siklus III
menggunakan teknik mozaik. Tahapan dalam pelaksanaan teknik
mozaik diantaranya membuat sketsa gambar, membuat potongan
kertas dan menempel potongan kertas pada sketsa gambar.
3. Keterampilan motorik halus anak di RA Nurul Huda yang telah
dilaksanakan sebanyak tiga siklus dengan dua tindakan
persiklusnya. Indikator keterampilan motorik halus yang meliputi
menulis, menggunting dan menggambar menunjukan peningkatan
kategori BSB sebesar 17,5 %, pada Siklus II kategori BSB
sebesar 48% dan menunjukan peningkatan yang signifikan pada
Siklus III sebanyak 83%.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka peneliti
merekomendasikan hal-hal yang terkait dengan meningkatkan
keterampilan motorik halus anak usia dini melalui teknik mozaik sebagai
berikut:
1. Bagi sekolah, hendaknya menyediakan alat dan bahan yang
memadai untuk menunjang proses pembelajaran teknik mozaik.
Hal ini bertujuan agar anak dapat mencapai tahapan
perkembangan dengan terfasilitasi oleh penunjang media tersebut.
2. Bagi guru, pentingnya melakukan tukar pendapat mengenai
metode belajar yang dapat menyenangkan, teknik yang
menunjang kegiatan proses pembelajaran mengenai teknik
mozaik dan berbagai macam informasi mengenai ide dan
kreativitas lainnya melalui forum atau teman sesama guru agar
anak tidak bosan dengan pembelajaran yang konvensional.
3. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan kajian lebih lanjut
tentang upaya meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak
Daftar Pustaka
Arikunto, S, dkk. (2010). Prosedur Penelitian: Suatu pendekatan praktis.
Jakarta: Rineka Cipta
Hopkins, David (2011). Panduan Guru Penelitian Tindakan Kelas.
Yogyakarta. Pustaka Pelajar
Hurlock, E. (1978). Perkembangan Anak. Jakarta: Erlangga
Indraswari, Lolita. (2011). PeningkatanPerkembangan Motorik Halus
Anak Usia Dini Melalui Kegiatan Mozaik Di Taman Kanak-kanak
Pembina Agama. Jurnal Pesona PAUD Volume 1 Nomor 1 tahun
2011
Kementerian Pendidikan Nasional. (2009). Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional Republik Indonesia nomor 58 tahun 2009 tentang
Standar Pendidikan Anak Usia Dini
Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No.137 tahun 2014
Kementerian Pendidikan Nasional. (2014). Peraturan Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Republik Indonesia No.146 tahun 2014 tentang
kurikulum 2013 Pendidikan Anak Usia dini.
Mulyasa. (2012). Manajemen paud. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muharrar & Verayanti. (2013). Kreasi Kolase, Montase, Mozaik
Sederhana. Bandung: Esensi
Nariasih, Ni wayan. (2014). Penerapan Metode Pemberian Tugas Untuk
Meningkatkan Kemampuan Motorik Halus Anak Usia Dini.
Jurnal Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini Voulme 2
No 1 tahun 2014
Pamadhi, H dan Sukardi, E. 2008. Seni Keterampilan Anak. Jakarta:
Universitas Terbuka
Seba & Gatot. (2013). Belajar Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi
Seba & Gatot. (2013). Perkembangan Motorik. Bandung: Sekolah Tinggi
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pasundan Cimahi
Soemarjadi, Muzni dan Wikdati. 1991. Pendidikan Keterampilan.
Departemen Pendidikan dan kebudayaan direktorat jenderal
pendidikan tinggi proyek pembinaan tenaga kependidikan
Sugiyono.(2013). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif,
kualitatif dan r&d. Bandung: alfabeta bandung
Sujiono, B dkk. (2005). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas
terbuka
Sujiono, B dkk. (2008). Metode pengembangan fisik. Jakarta: Unversitas
terbuka
Sumanto. (2005). Pengembangan Kreativitas Senirupa Anak TK.Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional
Sumantri. (2005). Model Pengembangan keterampilan motorik anak usia
dini. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
(2014).Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung:
Hari/tanggal :
Nama :
No Variabel Dimensi
indikator Pernyataan
Jumlah anak
Menulis 1. Anak mampu memegang
pensil dengan meletakan
diantara ibu jari dan
telunjuk
2. Anak mampu
mencoret-coret berpola.
3. Anak mampu membuat
garis lengkung.
4. Anak mampu membuat
garis horizontal
5. Anak mampu membuat
garis vertikal
6. Anak mampu membuat
garis diagonal
7. Anak mampu membuat
huruf yang disukai anak
8. Anak mampu membuat
pola lingkaran.
Menggunting 1. Anak mampu
menggerakan gunting (ibu
lubang gunting atas)
2. Anak mampu
menggunting
3. Anak mampu
menggunting kertas pola
garis lurus
4. Anak mampu
menggunting kertas pola
zigzag
5. Anak mampu
menggunting kertas pola
diagonal
6. Anak mampu
menggunting kertas pola
lingkaran
7. Anak mampu
menggunting kertas pola
persegi
Menggambar 1. Anak mampu menggambar
bebas
2. Anak mampu menggambar
menggunakan pensil
warna
3. Anak mampu mewarnai
menggunakan crayon
4. Anak mampu mewarnai
menggunakan cat air
5. Anak mampu menggambar
Keterangan :
BB: Belum berkembang (anak tidak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)
MB: Mulai berkembang (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran walaupun dengan bantuan guru)
BSH: Berkembang sesuai harapan (anak dapat melakukan kegiatan pembelajaran tanpa bantuan guru)