HUBUNGAN KEBERADAAN HOME INDUSTRI KERIPIK TIKE DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGUSAHA KERIPIK TIKE
DI DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU
SKRIPSI
diajukan untuk memenuhi sebagian syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Jurusan Pendidikan Geografi
Oleh Santi Maseha NIM 1102246
DEPARTEMEN PENDIDIKAN GEOGRAFI
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL UNIVERSITASPENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG 2015
HUBUNGAN KEBERADAAN HOME INDUSTRI KERIPIK TIKE DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGUSAHA KERIPIK TIKE DI DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU
Oleh Santi Maseha
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Departemen Geografi Fakultas Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial
©Santi Maseha 2015 Universitas Pendidikan Indonesia
Juni 2015
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
SKRIPSI INI DIUJI PADA TANGGAL 16 JUNI 2015
PANITIA UJIAN SIDANG TERDIRI ATAS:
Ketua : Dekan FPIPS UPI
Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M. Si
NIP. 19700814 199402 0 001
Sekertaris : Ketua Departemen Pendidikan Geografi
Dr. Hj. Epon Nigrum, M. Pd
NIP. 19620304 198704 2 002
Penguji : 1. Prof. Dr. Ir. Dede Rohmat, MT
NIP. 19640603 198903 1 001
2. Dr. Hj. Epon Nigrum, M. Pd
NIP. 19620304 198704 2 002
3. Ir. Yakub Malik, M. Pd
SANTI MASEHA
HUBUNGAN KEBERADAAN HOME INDUSTRI KERIPIK TIKE DENGAN KONDISI SOSIAL EKONOMI PENGUSAHA KERIPIK TIKE
DI DESA JUMBLENG KECAMATAN LOSARANG KABUPATEN INDRAMAYU
disetujui dan disahkan oleh pembimbing :
Pembimbing I
Drs. H. Dadang Sungkawa, M. Pd NIP. 19550210 198002 1 001
Pembimbing II
Bagja Waluya, M. Pd NIP 19721024 200112 1 001
Mengetahui
Ketua Departemen Pendidikan Geografi
vii DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
ABSTRAK ... ... iv
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Penelitian ... 1
B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 5
C. Rumusan Masalah Penelitian ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Struktur Organisasi ... 8
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Kajian Geografi terhadap Industri ... 10
B. Konsep Industri ... 11
1. Pengertian industri ... 11
2. Klasifikasi ndustri ... 12
C. Industri Kecil ... 14
D. Industri Rumah Tangga (Home Industri) ... 17
1. Pengertian Home Industri ... 17
2. Manfaat Home Industri ... 18
3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Home Industri ... 20
E. Gambaran Umum Rumput Tike ... 23
1. Morfologi tumbuhan Rumput Tike ... 23
2. Klasifikasi Rumput Tike ... 24
3. Syarat Rumput Tike ... 24
4. Kandungan dan manfaat Rumput Tike ... 25
viii
1. Pendapatan ... 28
2. Pendidikan ... 28
3. Kesehatan ... 29
4. Kondisi rumah dan kepemilikan fasilitas hidup ... 30
G. Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 30
H. Kerangka Berfikir ... 33
BAB III METODE PENELITIAN ... 34
A. Desain Penelitian ... 34
B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 34
1. Populasi penelitian ... 34
2. Sampel penelitian ... 35
C. Variabel Penelitian ... 36
D. Metode penelitian ... 38
E. Pendekatan Penelitian ... 39
F. Definisi Operasional ... 40
G. Instrumen Penelitian ... 43
H. Teknik Pengumpula Data ... 44
1. Data primer ... 45
2. Data sekunder ... 46
I. Alat pengumpulan Data ... 47
1. Alat penelitian ... 47
2. Bahan penelitian ... 47
J. Teknik Pengolahan Data ... 47
1. Editng data ... 47
2. Coding ... 47
3. Entry ... 48
4. Tabulasi ... 48
K. Analisis Data ... 48
1. Analisis Deskriptif ... 48
2. Analisis Statistik ... 48
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 51
ix
1. Letak dan luas ... 51
2. Iklim ... 53
3. Topografi ... 54
4. Hidrologi ... 54
5. Penggunaan Lahan ... 55
B. Kondisi Sosial Daerah Penelitian ... 56
1. Jumlah dan Kepadatan Penduduk ... 56
2. Komposisi Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 59
3. Komposisi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan ... 62
4. Komposisi Penduduk Menurut Mata Pencaharian ... 64
C. Hasil Penelitian ... 65
1. Gambaran Umum Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng ... 65
2. Faktor-Faktor Produksi yang Mempengaruhi Home Industri Keripik Tike ... 67
a. Bahan Baku ... 67
b. Tenaga Kerja ... 78
c. Pemasaran ... 82
3. Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike ... 90
a. Karakteristk Pengusaha Keripik Tike ... 90
b. Pendidikan ... 94
c. Pendapatan ... 95
d. Kesehatan ... 98
e. Kondisi Rumah ... 98
f. Kepemilikan Fasilitas Hidup ... 100
4. Analisis Hubungan Faktor-Faktor Produksi Home Industri Keripik Tike dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike ... 100
a. Penilaiaan Hubungan Bahan Baku dengan Pendapatan Pengusaha Keripik Tike ... 101
1) Cara Mendapatkan Bahan Baku dengan Pedapatan ... 101
x
3) Jumlah Penggunaan Bahan Baku dengan Pendapatan ... 103
b. Penilaiaan Hubungan Tenaga Kerja dengan Pendapatan Pengusaha Keripik Tike ... 104
1) Jumlah Tenaga Kerja dengan Pendapatan ... 104
c. Penilaiaan Hubungan Pemasaran dengan Pendapatan Pengusaha Keripik Tike ... 105
1) Lokasi Pemasaran dengan Pendapatan ... 106
2) Penyalura Hasil Produksi dengan Pendapatan ... 107
3) Promosi dengan Pendapatan ... 108
d. Penilaiaan Hubungan Tingkat Produksi dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike ... 109
1) Tingkat Produksi dengan Pendapaan ... 109
2) Tingkat Produksi dengan Pendidikan Anak ... 110
3) Pengusaha Keripik Tike dengan Tujuan Berobat ... 111
4) Pengusaha Keripik Tike dengan Kondisi Rumah ... 112
5) Pengusaha Keripik Tike dengan Kepemilikan Fasilitas Hidup ... 113
5. Upaya Pengusaha dalam Mengatasi Permasalahan Home Industri Keripik Tike ... 115
6. Pembahasan ... 118
D. Implementasi Hasil Penelitian terhadap Pendidikan Geografi ... 125
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 127
A. Simpulan ... 127
B. Rekomendasi ... 129
DAFTAR PUSTAKA ... 130
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Data Home Industri Keripik di Kabupaten Indramayu ... 2
Tabel 1.2 Nama dan Jumlah Pemilik Usaha Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng ... 3
Tabel 3.1 Data Pemilik Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang ... 35
Tabel 3.2 Variabel Penelitian ... 38
Tabel 3.3 Kisi-Kisi Instrumen ... 44
Tabel 3.4 Kriteria Persentase Hasil Penelitian ... 49
Tabel 3.5 Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan ... 50
Tabel 4.1 Pembagian Iklim Menurut Junghun ... 53
Tabel 4.2 Penggunaan Lahan di Desa Jumbleng ... 55
Tabel 4.3 Klasifikasi Kepadatan Penduduk ... 58
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Desa Jumbleng Menurut Jenis Kelamin ... 59
Tabel 4.5 Komposisi Penduduk Menurut Usia Dan Jenis Kelamin di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang ... 61
Tabel 4.6 Komposisi Penduduk Desa Jumbleng Menurut Tingkat Pendidikan ... 63
Tabel 4.7 Komposisi Penduduk Desa Jumbleng Menurut Mata Pencaharian ... 64
Tabel 4.8 Asal Bahan Baku ... 67
Tabel 4.9 Nama Daerah Pemasok Bahan Baku Keripik Tike ... 68
Tabel 4.10 Cara Pengusaha Mendapatkan Bahan Baku ... 69
Tabel 4.11 Pemenuhan Bahan Baku dalam Proses Produksi ... 70
Tabel 4.12 Perbedaan Perolehan Bahan Baku di Musim Kemaru dan Memasuki Musim Hujan ... 72
Tabel 4.13 Jumlah Penggunaan Bahan Baku dalam Satu Bulan ... 73
Tabel 4.14 Jumlah Penyusutan Bahan Baku ... 73
Tabel 4.15 Jumlah Produksi Keripik Tike dalam Satu Bulan ... 74
Tabel 4.16 Bentuk Pengaruh Perbedaan Bahan Baku antar Wilayah Pemasok terhadap Kegiatan Produksi ... 75
xii
Sekali Jangka Kedatangan (Satu Minggu) ... 76
Tabel 4.18 Sumber Modal Pengusaha Keripik Tike ... 77
Tabel 4.19 Jumlah Tenaga Kerja ... 78
Tabel 4.20 Pernyataan Pengusaha terhadap Daerah Asal Pekerja ... 79
Tabel 4.21 Hubungan Tenaga Kerja dengan Pengusaha ... 79
Tabel 4.22 Pembayaran Upah Tenaga Kerja ... 80
Tabel 4.23 Sistem Upah Tenaga Kerja Home Industri Keripik Tike ... 81
Tabel 4.24 Status Tenaga Kerja ... 81
Tabel 4.25 Jangkauan Pemasaran Produksi Kerpik Tike ... 83
Tabel 4.26 Cara Menyalurkan Hasil Produksi dan Jenis Tempat Penjualan Keripik Tike ... 86
Tabel 4.27 Bentuk Produk Penjualan Keripik Tike ... 87
Tabel 4.28 Harga Jual Keripik Tike ... 87
Tabel 4.29 Bentuk Promosi Penjualan Keripik Tike ... 88
Tabel 4.30 Cara/Penggunaan Kendaraan ke Tempat Pemasaran ... 89
Tabel 4.31 Jenis Kelamin Pengusaha Keripik Tike ... 90
Tabel 4.32 Usia Pengusaha Keripik Tike ... 91
Tabel 4.33 Jumlah Tanggungan Keluarga Pengusaha Keripik Tike ... 92
Tabel 4.34 Asal Keterampilan Pengusaha Keripik Tike ... 93
Tabel 4.35 Pengalaman Kerja Pengusaha Keripik Tike ... 93
Tabel 4.36 Tingkat Pendidikan Pengusaha Keripik Tike ... 94
Tabel 4.37 Jenjang Pendidikan Anak Pengusaha Keripik Tike ... 95
Tabel 4.38 Pendapatan Rata-Rata Pengusaha Keripik Tike Per Bulan ... 96
Tabel 4.39 Tingkat Kecukupan Pengusaha dari Pendapatan Usaha Usaha Keripik Tike ... 97
Tabel 4.40 Pengeluaran Pengusaha Keripik Tike dalam Satu Bulan ... 97
Tabel 4.41 Sarana Kesehatan yang dikunjungi Pengusaha Keripik Tike... 98
Tabel 4.42 Status Kepemilikan Rumah Pengusaha Keripik Tike ... 99
Tabel 4.43 Kondisi Rumah Bangunan Pengusaha Keripik Tike ... 99
Tabel 4.44 Kepemilikan Fasilitas Hidup Pengusaha Keripik Tike ... 100
xiii
Tabel 4.46 Hubungan Modal dengan Pendapatan Pengusaha Keripik Tike
dalam Satu Bulan ... 102
Tabel 4.47 Hubungan Penggunaan Bahan Baku dengan Pendapatan
Pengusaha Keripik Tike ... 103
Tabel 4.48 Hubungan Jumlah Tenaga Kerja yang dimiliki dengan
Pendapatan Pengusaha Keripik Tike ... 105
Tabel 4.49 Hubungan Lokasi Pemasaran dengan Pendapatan Pengusaha
Keripik Tike ... 106
Tabel 4.50 Hubungan Penyaluran Hasil Produksi dengan Pendapatan
Pengusaha Keripik Tike ... 107
Tabel 4.51 Hubungan Promosi dengan Pendapatan Pengusaha Keripik
Tike ... 108
Tabel 4.52 Hubungan Tingkat Produksi dengan Pendapatan Pengusaha
Keripik Tike ... 109
Tabel 4.53 Hubungan Tingkat Produksi dengan Pendidikan Anak
Pengusaha Keripik Tike ... 110
Tabel 4.54 Hubungan Tingkat Produksi dengan Tujuan Berobat
Pengusaha Keripik Tike ... 111
Tabel 4.55 Hubungan Tingkat Produksi dengan Kondisi Rumah
Pengusaha Keripik Tike ... 112
Tabel 4.56 Hubungan Tingkat Produksi dengan Kepemilikan Kendaraan
Pengusaha Keripik Tike ... 113
Tabel 4.57 Hubungan Tingkat Produksi dengan Kepemilikan Faslitas
Elektronik Pengusaha Keripik Tike ... 114
Tabel 4.58 Jumlah Pengusaha yang Melakukan Upaya Penyimpanan
Bahan Baku ... 116
Tabel 4.59 Perolehan Jumlah Bahan Baku Pada Musim Kemarau dengan
Upaya Pengiusaha Keripik Tike dalam Penyimpanan Bahan
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir ... 33
Gambar 3.1 Peta Lokasi Penelitian ... 37
Gambar 4.1 Peta Administrasi Desa Jumbleng ... 52
Gambar 4.2 Diagram Penggunaan Lahan Desa Jumbleng Tahun 2014 ... 56
Gambar 4.3 Peta Penggunaan Lahan Desa Jumbleng ... 57
Gambar 4.4 Diagram Jumlah Penduduk Desa Jumbleng Menurut Jenis Kelamin Tahun 2014 ... 60
Gambar 4.5 Diagram Jumlah Penduduk Desa Jumbleng Menurut Kelompok Umur Tahun 2014 ... 61
Gambar 4.6 Diagram Jumlah Penduduk Desa Jumbleng Menurut Tingkat Pendidikan Tahun 2014 ... 64
Gambar 4.7 Diagram Jumlah Penduduk Desa Jumbleng Menurut Mata Pencaharian Tahun 2014 ... 65
Gambar 4.8 Peta Sumber Bahan Baku Keripik Tike ... 71
Gambar 4.9 Diagram Modal yang digunakan Berdasarkan Perolehan Bahan Baku dalam Sekali Kedatangan ... 76
Gambar 4.10 Diagram Pemasaran Produksi Keripik Tike ... 83
Gambar 4.11 Peta Pemasaran Lokal Keripik Tike di Kabupaten Indramayu ... 84
Gambar 4.12 Peta Pemasaran Keripik Tike Regional Provinsi ... 85
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Penelitian-Penelitian Terdahulu ... 134
Lampiran 2 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian ... 137
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Pengusaha Keripik Tike ... 141
Lampiran 4 Perhitungan Korelasi ... 148
1
Santi Maseha, 2015
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
Pesatnya perkembangan teknologi dari setiap zamannya berpengaruh
terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi dari lingkungan suatu usaha
(Saparuddin, 2009, hlm. 121). Dalam hal ini, akan memunculkan
perubahan-perubahan yang menuntut suatu usaha tersebut untuk mempertahankan
eksistensinya dari perubahan lingkungan yang cepat.
Potensi sumber daya yang dimiliki suatu bangsa, harus mampu
dimanfaatkan dan dikembangkan seoptimal mungkin untuk keberlangsungan
penghidupan berkelanjutan sehingga menjadi peluang bahkan investasi usaha bagi
masyarakat maupun negara itu sendiri.
Industri kecil yang menjadi awal dari munculnya atau berkembangnya
industri besar, berperan penting dalam meningkatkan perekonomian masyarakat
atau bagi pemilik usahanya sendiri yang mana mereka akan menjadi lebih
produktif bahkan dapat menyerap sebagian besar tenaga kerja yang
menggantungkan hidupnya dari industri tersebut sehingga dapat mengurangi
angka pengangguran dan dapat menunjang pembangunan daerah bahkan nasional.
Menurut Suryana (2006, hlm. 77) mengemukakan tentang peranan usaha yaitu:
pertama, usaha kecil dapat memperkokoh perekonomian nasional melalui berbagai keterkaitan usaha, seperti usaha pemasok, produksi, penyalur, dan pemasaran bagi hasil produk-produk industri besar. Usaha kecil berfungsi sebagai transformator antar sektor yang mepunyai kaitan ke depan dan ke belakang. Kedua, usaha kecil dapat meningkatkan efesiensi ekonomi, khususnya dalam menyerap tenaga kerja dan sumber daya lokal serta meningkatkan sumber daya manusia agar dapat menjadi wirausaha yang tanggung. Ketiga, usaha kecil dipandang sebagai sarana pendapatan nasional, alat pemerataan berusaha dan pendapatan, karena tersebar di perkotaan dan pedesaan.
Kabupaten Indramayu merupakan kabupaten yang berada di Provinsi Jawa
Barat yang memiliki banyak industri kecil dan rumah tangga yang tersebar di
setiap kecamatan bahkan desa. Salah satu industri kecil yang ada di Kabupaten
Indramayu adalah home industri keripik tike yang merupakan produksi khas
2
Santi Maseha, 2015
ini bersifat informal yang pengelolaannya dikelola oleh perseorangan atau pada
ruang lingkup rumah tangga. Selain itu, dalam home industri pada umumnya
hanya menggunakan satu atau dua rumah untuk proses produksi, administrasi dan
pemasaran dilakukan secara bersamaan, jika dilihat dari modal usaha yang
dikeluarkan serta serapan tenaga kerja pastinya lebih sedikit dibandingkan dengan
industri menengah atau perusahaan-perusahaan besar. Home industri keripik di
Kabupaten Indramayu tersebar di dua kecamatan yaitu Kecamatan Karangampel
dan Kecamatan Losarang. Berikut data home industri keripik di Kabupaten
Indramayu pada Tahun 2011, dapat dilihat pada Tabel 1.1 :
Tabel 1.1
Data Home Industri Keripik di Kabupaten Indramayu
No Kecamatan Desa Jenis Industri Jumlah
1 Losarang Jumbleng Keripik Tike 143
2 Karangampel Benda dan Sendang Keripik Melinjo 79
Sumber: Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Indramayu, 2011
Berdasarkan Tabel 1.1 mengenai data jumlah home industri keripik di
Kabupaten Indramayu diperoleh informasi bahwa home industri keripik tike yang
berada di Kecamatan Losarang tepatnya yaitu di Desa Jumbleng memiliki jumlah
143 pengusaha home industri pada pencatatan terakhirnya di tahun 2011. Dalam
hal ini kurang perhatiannya pemerintah setempat terkait sensus terhadap pemilik
home industri dan mengingat pentingnya suatu keakuratan data pemilik usaha
home industri setempat, oleh karena itu dilakukannya suatu peninjauan ulang ke
lapangan yaitu ke tempat home industri keripik tike di Desa Jumbleng dan
melakukan wawancara kepada Bapak Cari, Ibu Deni Rukmini serta Pa Amun
yang merupakan pengepul bahan baku bagi pemilik usaha industri di Desa
Jumbleng. Dan dari hasil wawancara tersebut didapatkan informasi bahwa jumlah
pemilik usaha pada akhir ini (tahun 2014) yaitu sebanyak 51 pengusaha yang
dapat dilihat pada tabel 1.2.
Home industri keripik tike yang dikategorikan ke dalam skala kecil tetapi
usaha ini memiliki prospek untuk terus bertahan bahkan berpeluang menuju unit
usaha yang lebih besar lagi. Produksi keripik tike di Desa Jumbleng mencapai 100
3
Santi Maseha, 2015
Tabel 1.2
Nama dan Jumlah Pemilik Usaha Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng
No Pemilik Usaha No Pemilik Usaha No Pemilik Usaha
1 Taminah 18 Karsiti 35 Warkeni
2 Tasiah 19 Suneti 36 Taskem
3 Sini 20 Tuniyah 37 Ilem
4 Ida 21 Darinah 38 Lentuk
5 Taruna 22 Deni 39 Tasirah
6 Kotiah 23 Ilah 40 Rusmini
7 Juju 24 Casmi 41 Risman
8 Siti 25 Ratini 42 Kasinah
9 Kiki 26 Rastem 43 Sutiah
10 Sitem 27 Tuniah 44 Bapuk
11 Kusneni 28 Rasiah 45 Kaminah
12 Wati 29 Caswi 46 Wawas
13 Surinah 30 Cariwen 47 Wasrem
14 Titin 31 Daslem 48 Cawi
15 Salimah 32 Eli 49 Sida
16 Raskini 33 Cartini 50 Taryadi
17 Rasinah 34 Warsiti 51 Manis
Sumber: Pengepul Bahan Baku 2014, diolah
Dengan perhitungan harga jual keripik tike sebesar Rp. 80.000/kg untuk
jenis keripik tike hitam dan 100.000/kg keripik tike putih, maka nilai ekonomi
pada industri ini mencapai 8 milyar sampai 10 milyar setiap tahun atau per
musimnya. Dan dari jumlah produksi tersebut, home industri keripik tike telah
mampu memasarkan produksinya diluar wilayah Indramayu sendiri.
Peranan usaha kecil tidak terlepas dalam berbagai kendala yang
menghambat, seperti halnya yang dikemukakan oleh Tambunan (2002, hlm. 7)
sebagai berikut :
Masalah dalam usaha kecil adalah keterbatasan modal atau investasi, kesulitan mendapatkan bahan baku dengan kualitas yang baik dengan harga yang terjangkau, keterbatasan teknologi, sumber daya manusia dengan kualitas yang baik serta kesulitan dalam pemasaran.
Uraian di atas mengenai kendala yang menghambat usaha kecil, dimana
home industri keripik tike yang berada di Desa Jumbleng menghadapi beberapa
kendala dalam mejalankan usaha produksinya seperti mengalami kesulitan untuk
4
Santi Maseha, 2015
ini dikarenakan pengaruh alam menentukan kelayakan umbi tike untuk dijadikan
sebagai bahan baku yang kemudian akan menyebabkan adanya keterbatasan
dalam mendapatkan jumlah umbi tike pada musim tertentu seperti saat memasuki
musim hujan dengan perolehan bahan bakunya bermula dari yang sedikit sampai
habis atau tidak ada sehingga memaksa pengusaha untuk menghentikan
produksinya dan melatarbelakangi status home industri keripik tike ini menjadi
home industri musiman di Desa Jumbleng.
Pada mulanya masyarakat Desa Jumbleng memanfaatkan rumput tike yang
tumbuh secara liar dirawa-rawa sebagai bahan baku untuk konsumsi pribadi dan
berkembang dalam pembuatan atau pengolahan keripik tike sendiri yang
kemudian menjadi cikal bakal keberadaan atau berdirinya home industri keripik
tike di Desa Jumbleng. Akan tetapi seiring berjalannya waktu, dari hasil
wawancara dengan pemerintah desa yaitu Bapak Muhadi, yaitu pada tahun
1988-an keberada1988-an lah1988-an rawa-rawa di Desa Jumbleng y1988-ang di tumbuhi rumput tike
beralih fungsi lahan menjadi lahan empang ikan dan udang yaitu dengan luas 150
Ha. Sehingga dalam hal ini, untuk memenuhi ketersedian bahan baku yang sudah
tidak tersedia lagi di Desa Jumbleng, para pengusaha mengambil bahan bakunya
berasal dari daerah lain atau diluar daerah Indramayu sebagai wilayah pamasok
bahan baku home industri keripik tike sekarang.
Perkembangan industri kecil juga tidak terlepas dari dukungan sistem
pemasaran yang dilakukan. Dalam hal ini meskipun home industri ini sudah
mampu memasarkan produksinya diluar wilayah Kabupaten Indramayu, akan
tetapi pengusaha keripik tike menyalurkan hasil produksinya tidak menyertakan
label atau cap sebagai promosi mereka dalam mengenalkan keripik khas
wilayahnya yang kemudian akan berpeluang pada pengklaiaman asal produksi
keripik tike tersebut. Sehingga akan mempengaruhi kebertahanan maupun
perkembangan dari home industri keripik tike di desa Jumbleng.
Permasalahan lain diantaranya yaitu terkait belum terkondisikannya usaha
industri setempat dikarenakan tidak ada lembaga hukum seperti koperasi atau
badan usaha yang mengatur kebijakan usaha ditempat yang kemudian
menyebabkan terjadinya persaingan antar pengusaha yang tidak sehat dalam
5
Santi Maseha, 2015
usaha musiman home industri keripik tike yang menjadi usaha sampingan
masyarakat Desa Jumbleng pada musim kemarau dan disaat mengalami
perhentian produksi di musim hujan, maka para pelaku usaha keripik tike akan
beralih profesi menjadi petani yaitu dengan menggarap lahan pertanian sawah
atau sebagai buruh tani dengan pekerjaan yang lebih berat bahkan tidak jarang
menjadi pengangguran.
Penelitian ini begitu penting dilakukan untuk mengetahui potensi yang dapat
dikembangkan dari home industri keripik tike di wilayah setempat. Seperti yang
telah disebutkan, meskipun usaha ini memiliki beberapa kendala pada
keterbatasan bahan baku dalam produksi, sistem pemasaran maupun persaingan
yang terjadi diantara pengusaha setempat, nyatanya home industri keripik tike
terus bertahan di Desa Jumbleng dan produksinya sendiri memiliki peluang usaha
yang cukup besar bagi para pelaku ekonomi dikarenakan pengolahannya yang
sederhana dan didukung dengan permintaan konsumen yang tidak sedikit tetapi
memiliki harga jual terbilang tinggi yang kemudian dapat menambah penghasilan
dan meningkatkan kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike dalam
memenuhi kebutuhan hidup.
Keripik tike merupakan salah satu keripik khas Kabupaten Indramayu yang
dikategorikan kedalam sektor industri rumah tangga (home industri) merupakan
aset penting yang harus dikembangkan kerena telah mampu menciptakan
lapangan pekerjaan bagi masyarakat lokal dan menjadi salah satu penggerak
perekonomian Kabupaten Indramayu khususnya di Desa jumbleng.
Berdasarkan gambaran di atas, hal tersebut menjadi dasar pemikiran untuk
mengangkat permasalahan yang ada menjadi suatu karya tulis dalam penelitian
tentang home industri keripik tike di Desa Jumbleng. Oleh karena itu judul dalam
penelitian ini adalah “Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike di Desa Jumbleng Kecamatan
Losarang Kabupaten Indramayu”.
B. Identifikasi Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka identifikasi masalah merupakan
6
Santi Maseha, 2015
sehingga terjadinya pemfokusan terhadap teori dan variabel serta kaitan antar
variabel yang akan diteliti. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Keberadaan home industri keripik tike di Desa Jumbleng berasal dari
umbi rumpu tike (Cyperus articulatus) dan merupakan skala usaha yang
masih relatif kecil tetapi memiliki prospek atau peluang menuju usaha
yang lebih besar mengingat harga jual produksi terbilang tinggi yang
kemudian akan mempengaruhi kondisi sosial ekonomi masyarakat atau
pelaku usaha yang terlibat didalamnya.
2. Usaha home industri keripik tike sangat terkendala pada sulitnya
ketersedian bahan baku semenjak adanya pengalihan fungsi lahan rawa
yang merupakan tempat tumbuhnya rumput tike di Desa Jumbleng yang
kemudian memaksa pengusaha harus mencari sumber daerah pemasok
bahan baku di luar wilayah setempat. Selain itu, adanya keterbatasan
bahan baku yang dipengruhi oleh alam pula mengakibatkan perolehan
baku baku tidak tetap sehingga terjadinya perhentian produksi pada
musim hujan dengan perolehanya yang bermula sedikit sampai tidak
ada.
3. Kendala lain pada usaha ini pun terlihat pada pengemasan produk yang
tidak menggunakan cap/label dan berpeluang terhadap pengklaiman atas
produksi yang dihasilkan serta persaingan harga jual antar pengusaha
setempat.
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini terkait identifikasi masalah di
atas adalah faktor-faktor produksi yang mempengaruhi home industri keripik tike
dilihat dari bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran serta hubunganya dengan
kondisi sosial ekonomi pengusaha mencakup pendapatan, pendidikan, kesehatan,
kondisi rumah dan kepemilikan faslitas hidup.
C. Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah
7
Santi Maseha, 2015
1. Faktor-faktor produksi apa yang mempengaruhi usaha home industri keripik
tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten Indramayu ?
2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng
Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ?
3. Bagaimana hubungan faktor-faktor produksi dengan kondisi sosial ekonomi
pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu ?
4. Bagaimana upaya pengusaha dalam mengatasi permasalahan home industri
keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten Indramayu ?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor-faktor produksi yang mempengaruhi usaha home
industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupten
Indramayu.
2. Mengidetiifikasi kondisi sosial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa
Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu ?
3. Menganalisis hubungan faktor-faktor produksi dengan kondisi sosial ekonomi
pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu.
4. Mengidentfikasi upaya pengusaha dalam mengatasi permasalahan home
industri keripik tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten
Indramayu.
E. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat yang berguna bagi semua
pihak yang terkait, ada beberapa manfaat yang diharapkan penulis untuk
penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanafaat untuk
menjadi referensi dan masukan bagi perkembangan ilmu geografi
8
Santi Maseha, 2015
2. Manfaat Praktis
a. Bagi pemerintah terkait khususnya Dinas Koperasi Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Indramayu, hasil penelitian ini diharapkan dapat
memberikan informasi mengenai keberadaan dan kondisi usaha home
industri keripik tike serta menjadi masukan atau rekomendasi dalam
mengembangkan usaha keripik tike.
b. Bagi penulis, penelitian ini dapat menambah wawasan pengetahuan dan
pemahaman konsep tentang industri dan ekonomi yang berkaitan dengan
cabang ilmu geografi yaitu geografi industri dan ekonomi serta mengenai
masalah yang diteliti, sehingga dapat diperoleh gambaran yang lebih jelas
mengenai kesesuain fakta dilapangan dengan teori yang dipelajari
dibangku kuliah.
c. Bagi penelitian selanjutnya, penelitian ini dapat menjadi sumber informasi
atau referensi dan pengembangan teori bagi peneliti mengenai pengaruh
kegiatan produksi home industri terhadap kondisi sosial ekonomi.
F. Struktur Organisasi Skripsi
Untuk memudahkan dalam memahami isi penulisan ini, maka pembahasan
akan diuraikan dalam lima bab, dengan struktur organisasi sebagai berikut :
BAB I PENDAHUULUAN
Bab I berisi penjabaran masalah tentang home industri di Kabupaten
Indramayu dan juga tentang pengusaha atau pemilik usaha keripik tike di Desa
Jumbleng Kecamatan Losarang. Pada Bab I ini mempunyai sub bab latar belakang
masalah, rumusan masalah penelitian, identifikasi masalah penelitian, tujuan
penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi skripsi.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Bab II kajian pustaka berisi tentang penjelasan mengenai teori-teori yang
berkaitan dengan masalah penelitian. Dalam hal ini, pembaca akan lebih mudah
9
Santi Maseha, 2015
BAB III METODE PENELITIAN
Bab III metode penelitian berisi tentang bagian yang bersifat prosedural yaitu
mengarahkan peneliti dalam merancang alur penelitiannya dari mulai desain
penelitian yang digunakan, pengambilan populasi dan sampel, variabel penelitian,
metode penelitian, pendekatan penelitian, definisi operasional, instrumen, teknik
dan alat pengumpulan data, teknik pengolahan data serta langkah-langkah analisis
data yang dijalankan.
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Bab IV hasil penelitian dan pembahasan menyampaikan hasil temuan
penelitian di lapangan berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan
berbagai bentuk penyajiannya yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian
dan melakukan pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya.
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Bab V simpulan dan rekomendasi menyajikan penafsiran dan pemaknaan
peneliti terhadap hasil analisis dan temuan peneliti. Dalam bab ini terdapat
rekomendasi dari peneliti untuk instansi yang bersangkutan dan juga pengguna
10
34
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Menurut Umar (2008, hlm. 6) bahwa desain peneliian adalah “suatu rencana
kerja yang terstruktur dalam hal hubungan-hubungan antarvariabel secara
komperehensif agar hasil risetnya dapat memberikan jawaban atas
pertanyaan-pertanyaan riset”. Dalam hal ini, desain penelitian digunakan menjadi suatu
strategi dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis data secara terstruktur dan
sistematis agar memudahkan dalam melakukan penelitian dilapangan serta dapat
memperoleh data sesuai untuk menghubungkan antarvariabel tertentu yang dapat
memberikan jawabaan atas pertanyan-pertanyaan dalam penelitian. Sehingga
desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain korelasional
kuantitatif yang sejalan dengan pendapat Silalahi (2009, hlm. 181) bahwa “desain
korelasional kuantitatif berusaha untuk menyelidiki nilai-nilai dari dua atau lebih
variabel dalam menguji atau menemukan hubungan-hubungan (relations) atau
antar hubungan-antar hubungan (inerelati-onship) yang ada diantara mereka di
dalam suatu lingkungan tertentu”.
B. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Menurut Sugiyono (2012, hlm. 61) “populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Dalam hal ini, populasi yang dimaksud tidak hanya orang, tetapi
objek atau benda alam lainnya dan bukan sekedar hitungan jumlah pada objek
atau subjek yang diteliti melainkan meliputi karakteristik atau sifat pada objek
atau subjek tersebut. Sehingga populasi yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
a. Populasi wilayah yaitu seluruh wilyah di Desa Jumbleng dusun Jangga Tua
(RW 03) dimana terdapat 51 home industri keripik tike yang tersebar di RT
35
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
berjumlah 5 home industri, RT 04 berjumlah 3 home industri, RT 05
berjumlah 20 home industri, dan RT 06 berjumlah 4 home industri.
b. Populasi manusia meliputi pemilik usaha home industri keripik tike di Desa
Jumbleng yang berjumlah 51 orang. Untuk lebih jelasnya terkait jumlah
populasi yaitu data pemilik usaha keripik tike dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1
Data Pemilik Home Industri Keripik Tike di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang
No Alamat Home Industri Pemilik Usaha No Alamat Home Industri Pemilik Usaha
1
Rt/Rw 01/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Taminah 27 Tuniah
2 Tasiah 28
Rt/Rw 05/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Rasiah
3 Sini 29 Caswi
4 Ida 30 Cariwen
5 Taruna 31 Daslem
6 Kotiah 32 Eli
7 Juju 33 Cartini
8 Siti 34 Warsiti
9 Kiki 35 Warkeni
10 Sitem 36 Taskem
11
Rt/Rw 02/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Kusneni 37 Ilem
12 Wati 38 Lentuk
13 Surinah 39 Tasirah
14 Titin 40 Rusmini
15 Salimah 41 Risman
16 Raskini 42 Kasinah
17 Rasinah 43 Sutiah
18 Karsiti 44 Bapuk
19 Suneti 45 Kaminah
20
Rt/Rw 03/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Tuniyah 46 Wawas
21 Darinah 47 Wasrem
22 Deni 48
Rt/Rw 06/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Cawi
23 Ilah 49 Sida
24 Casmi 50 Taryadi
25 Rt/Rw 04/03 Ds. Jumbleng Kec. Losarang
Ratini 51 Manis
26 Rastem
Jumlah 51
Sumber: Pengepul umbi tike 2014, diolah
2. Sampel
Menurut Tika (2005, hlm. 25) mengemukakan bahwa sampel adalah
“sebagian dari objek atau individu-individu yang mewakili populasi”. Sedangkan
menurut Sudjana (2002, hlm. 6) sampel merupakan “sebagian yang diambil dari
36
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel yang dambil tersebut”.
Sehingga penentuan sampel yang diambil dalam penelitian ini harus representatif
atau mewakili dari populasi yang ada dan nantinya akan menentukan keakuratan
data pada suatu penelitian.
Pada pengambilan sampel adanya suatu teknik sampling yang digunakan
dalam penarikan atau penentuan individu yang akan dijadikan sampel penelitian.
Adapun teknik sampling tersebut dibagi menjadi dua yaitu:
a. Probability Sampling, teknik yang memberikan peluang yang sama bagi
setiap unsur (anggota) populasi yang untuk dipilih menjadi anggota sampel.
b. Nonprobability sampling, teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan
peluang yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih
menjadi sampel. (Sugiyono, 2012, hlm. 63, 66)
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini menggunakan nonprobability
sampling dengan tekniknya sampling jenuh yang mana mengambil semua anggota
populasi sebagai sampel karena jumlah populasi sendiri relatif kecil. Hal ini
sejalan dengan pendapat Tika (2005, hlm. 25) mengemukakan bahwa “semakin
besar sampel yang diambil maka akan mendekati nilai populasi yang benar
sehingga penelitian akan mendapatkan hasil yang lebih akurat”. Dalam hal ini, populasi yang memiliki jumlah relatif kecil yaitu kurang dari 30 orang sebaiknya
diambil secara keseluruhan sebagai sampel agar mendekati nilai populasi yang
benar atau tingkat keakuratan yang tinggi.
Berdasarkan keterangan tersebut, maka penarikan sampel dalam penelitian
ini yaitu menggunakan teknik sampel jenuh dengan mengambil semua anggota
dari populasi sebanyak 51 pemilik usaha home industri keripik tike. Dan untuk
mengetahui lebih jelas mengenai titik lokasi dari sampel yang terdapat 51
pengusaha keripik tike dapat dilihat pada Gamber 3.1.
C. Variabel Penelitian
37
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Sedangkan menurut Singarimbun dan Effendi (1989, hlm. 48) mengemukakan
37
Santi Maseha, 2015
38
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Berdasarkan kutipan tersebut dapat disimpulkan bahwa dalam sebuah
penelitian memiliki variabel yang berisi suatu faktor atau gejala tertentu yang
akan menjadi objek suatu penelitian yang akan diteliti.
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel bebas/
independen dan variabel terikat/dependen. Menurut Sugiyono (2001, hlm. 4)
“variabel independen (bebas) merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Sedangkan variabel
dependen (terikat) merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat
karena adanya variabel bebas”.
Berdasarkan pengertian di atas maka variabel bebas/ independen adalah
faktor-faktor produksi yang meliputi bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran dan
variabel terikat/dependen adalah kondisi sosial ekonomi pengusaha yang meliputi
pendidikan, pedapatan, kesehatan, kondisi tempat tinggal/rumah, dan kepemilikan
fasilitas hidup. Adapun variabel penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.2.
Tabel 3.2 Variabel Penelitian
Sumber: Hasil Penelitian, 2015
D. Metode Penelitian
Menurut Surakhmad (2004, hlm. 131) berpendapat bahwa dalam suatu
penelitian atau penyelidikan ilmiah perlunya suatu metode yang merupakan “cara
utama yang dipergunakan untuk mencapai suatu tujuan, misalnya untuk menguji
serangkaian hipotesa, dengan mempergunakan teknik serta alat-alat tertentu. Cara
utama itu dipergunakan setelah penyelidik memperhitungkan kewajarannya Variabel Terikat/Dependen
Kondisi sosial ekonomi Pengusaha: a. Pendidikan
b. Pendapatan c. Kesehatan
d. Kondisi Tempat tinggal/rumah e. Kepemilikan fasilitashidup
(Bintarto dalam Tsabitah, 2010, hlm. 24 dan Abdulsyani dalam Jerniwati, 2011, hlm. 6)
Variabel Bebas/Independen Faktor-faktor produksi industri: a. Bahan Mentah (Bahan baku) b. Tenaga kerja
c. Pemasaran
39
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
ditinjau dari penyelidikan serta dari situasi penyelidikan”. Adapun menurut Wirartha (2006, hlm. 76) mengemukakan bahwa “metode penelitian adalah suatu cara atau prosedur untuk memperoleh pemecahan terhadap permasalahan yang
dihadapi dala penelitian”. Dalam hal ini, metode penelitian merupakan suatu cara
atau langkah yang dipergunakan dalam pengumpulan data, pengklasifikasian,
analisis data serta menginterpretasi data tersebut sampai diperolehnya suatu
kesimpulan yang sesuai berdasarkan cara atau langkah yang telah dilakukan agar
tercapainya suatu tujuan dalam pemecahan masalah penelitian.
Sesuai dengan uraian di atas, penggunaan metode harus sesuai dengan
masalah yang menjadi fokus penelitian. Oleh karena itu, metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan teknik survei. Menurut
Surakhmad (2004, hlm. 139) mengenai pelaksanaan penelitian deskriptif
mengemukakan bahwa:
Pelaksanaan metode-metode deskriptif tidak terbatas hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. Karena itulah maka dapat terjadi sebuah penyelidikan deskriptif membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu lalu mengambil dan menjelaskan proses serta teknik yang dipergunakan dan tidak hanya menerangkan bahwa ia memakai metode deskriptif.
Berdasarkan daru pengertian di atas, maka teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah survei dengan pendapatan Tika (2005, hlm. 6) yang
mengemukakan bahwa “survei merupakan teknik penelitian yang bertujuan untuk
mengumpulkan sejumlah besar data berupa variabel, unit, atau individu dalam
waktu yang bersamaan”. Dalam hal ini survei dapat dipakai untuk tujuan deskriptif dengan data yang dikumpulkan baik bersifat fisik maupun sosial dengan
menggunakan cara observasi, wawancara, studi literatur atau studi dokumentasi
agar dapat menggeneralisasi terhadap apa yang diteliti.
E. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang digunakan dalam konteks geografi adalah
pendekatan keruangan. Menurut Uli dan Mulyadi (2006, hlm. 8) mengemukakan
bahwa “pendekatan keruangan merupakan pendekatan khas geogarfi dengan
40
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
antara lain pada penekanan lokasi, ukuran aksesbilitas, dan interaksi”. Sedangkan menurut Sumaatmadja (1988, hlm. 78) yang mengemukakan bahwa “pendekatan
keruangan pada pelaksanaanya harus berdasarkan prinsip geografi yaitu prinsip
penyebaran, interalasi, dan deskripsi”.
Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa pendekatan
keruangan dapat digunakan sebagai konsep dasar dalam mengkaji masalah atau
fenomena geosfer yang ada di permukaan bumi. Salah satunya yaitu pada
penelitian ini yang akan menggambarkan atau mendeskripsikan tentang hubungan
dari peranan lokasi atau keberadaan industri sendiri sebagai faktor geografis di
suatu wilayah dalam mendukung kegiatan produksi dan akan mempengaruhi
aktivitas manusia dalam menjalankan suatu usaha yang kemudian memunculkan
berbagai interaksi dalam ruang tersebut.
Selain itu, menurut Bintarto dan Hadisumarno (1991, hlm. 12-13) yang
berpendapat bahwa “dalam analisa keruangan harus memperhatikan penyebaran
dalam penggunaan ruang yang telah ada dan penyedian ruang sendiri yang akan
digunakan untuk berbagai kegunaan yang dirancangkan”. Sehingga dalam hal ini,
keberadaan home industri keripik tike pada suatu ruang yaitu di Desa Jumbleng
Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu, dimana penggunaannya sendiri akan
mempengaruhi keadaan sekitar yang ikut terlibat di dalamnya seperti kegiatan
industri yang dijalankan home industri tersebut yang akan mempengaruhi aktivitas
atau kondisi ekonomi masyarakat setempat.
F. Definisi Operasional
Menurut Sigarimbun (1987, hlm. 46) bahwa definisi operasional adalah
unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu
variabel. Dalam hal ini definisi operasional berisi mengenai variabel yang diukur
dalam suatu penelitian. Dan untuk menghindari terjadiya kesalahan dalam
penafsiran yang berbeda terkait judul dalam penelitian di atas, maka perlu diberi
batasan atau penjelasan dari masing-masing definisi atau konsepnya, yaitu :
1. Faktor-Faktor Produksi
Faktor produksi dalam industri disini merupakan segala sesuatu atau
faktor-41
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
faktor produksi industri diartikan sebagai serangkaian aktivitas dalam proses
kegiatan industri dimana keadaannya akan mempengaruhi hasil atau barang yang
diproduksi industri tersebut. Menurut Daldjoeni (1998, hlm. 167) bahwa bahwa
“faktor yang paling menentukan keberadaan suatu usaha, berorientasi khusus pada bahan mentah (bahan baku), pasaran, sumber tenaga atau tenaga buruh”. Sehingga
berdasarkan keterangan tersebut, yang dapat diambil sebagai sebagai faktor-faktor
produksi yang mempengaruhi home industri keripik tike dapat dilihat dari bahan
baku, tenaga kerja dan pemasaran.
a. Bahan Baku
Menurut Stice (2004, hlm. 165) menjelaskan bahwa “bahan baku adalah
barang-barang yang di beli untuk digunakan dalam proses produksi”. Dalam hal
ini, keberadaan bahan baku sendiri merupakan faktor yang sangat penting
dikarenakan menjadi bahan dasar utama dalam kegiatan produksi yang nantinya
akan dijadikan suatu barang jadi yang bernilai bagi kehidupan manusia. Sama
halnya dengan home industri keripik tike, yang mana produksinya sangat
bergantung akan ketersedian bahan baku umbi rumpu tike yang sudah tidak
tersedia lagi di Desa jumbleng yang mengharuskan pengusaha memasok bahan
baku diluar wilayah setempat bahkan Indramayu.
b. Tenaga Kerja
Menurut Abdurachmat dan Maryani (1997, hlm. 41) mengemukakan bahwa
“Tenaga kerja merupakan bagian yang penting dari proses industri, baik untuk
mengoperasikan mesin, merakit, dan kegiatan pengolahan lainnya”. Dalam hal
ini, keberadaan tenaga kerja akan selalu dibutuhkan baik bagi industri besar,
industri kecil maupun industri rumah tangga. Sama halnya dengan tenaga kerja
(buruh) dari pengusaha keripik tike yang besar perananya dalam memperlancar
produksi usaha setempat meskipun pada umumnya penyerapan tenaga kerja pada
skala usaha rumahan terbilang kecil.
c. Pemasaran
Menurut Abdurachmat dan Maryani (1997, hlm. 42) mengemukakan bahwa
“pemasaran sama pentingnya dengan bahan baku dan menjadi sumber energi
42
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Pemasaran pula merupakan usaha dalam memperoleh keuntungan dari hasil
penjualan suatu produk. Sehingga hal ini menunjukan bahwa peranan pemasaran
dalam industri merupakan ujung tombak dari suatu usaha dan menjadi penentu
keberhasilan industri khususnya home industri keripik tike yang perlu melebarkan
jangkauan pemasarannya agar terus tetap bertahan dan memiliki peluang usaha
yang lebih besar.
2. Kondisi Sosial Ekonomi
Kondisi sosial ekonomi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keadaan
sosial ekonomi pengusaha yang mana menurut Bintarto (dalam Tsabitah, 2010,
hlm. 24) dan Abdulsyani (dalam Jerniwati, 2011, hlm. 6) dilihat dari pendapatan,
pendidikan, kesehatan, kondisi tempat tinggal dan kepemilikan fasilitas hidup.
a. Pendapatan
Menurut Shadli (dalam Nurmiladiyah, 2012, hlm. 32) menyatakan bahwa
“sejumlah uang atau barang yang diterimanya sebagai hasil kerja”. Dan pendapatan yang dimaksud dalam penelitia disini adalah pendapatan pengusaha
keripik tike yang perolehannya berasal dari usaha home industri keripik tike.
b. Pendidikan
Menurut Somarya dan Nuryani (2010, hlm. 32) mejelaskan bahwa “manusia
dalam melaksanakan fungsi-fungsi kehidupan tidak terlepas dari pendidikan,
karena pendidikan berfungsi untuk meningkatkan kualitas manusia...”. Dalam hal
ini pendidikan yang dimaksud disini adalah dilihat dari jenjang atau tingkat
pendidikan yang ditempuh anak pengusaha keripik tike.
c. Kesehatan
Menurut UU RI No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, disebutkan bahwa
“kesehatan adalah keadaan sehat baik secara fisik, menal spiritual maupun sosial
yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomi”. Kesehatan pada penelitian ini dilihat dari kunjunga atau tujuan berobat pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng.
43
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Kondisi rumah dalam penelitian ini yaitu dilihat dari ketegori kondisi rumah
permanen, semi permanen dan non permanen yang dimiliki pengusaha keripik
tike.
e. Kepemilikan Fasilitas Hidup
Menurut Djojodipuro (1992, hlm. 203) bahwa “keberadaan industri
berdampak pada pola kehidupan dan tingkah laku masyarakat seperti kepemilikan
rumah dan kepemilikan barang-barang (alat transportasi, komunikasi dan
elektronik)”.
3. Pengusaha
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008, hlm. 1538) bahwa
“pengusaha adalah orang yang berusaha dalam bidang perdagangan, industri dan sebagainya”. Dalam hal ini, pengusaha yang dimaksud adalah orang atau
penduduk yang bergerak dalam usaha home industri keripik tike yaitu pengusaha
atau pemilik usaha keripik tike di Desa Jumbleng serta orang-orang yang terlibat
di dalamnya sebagai responden untuk penggalian informasi usaha setempat.
4. Desa Jumbleng
Desa Jumbleng adalah daerah penelitian yang secara administratif termasuk
ke dalam wilayah Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu dan terletak
antara106º10’4,8”-106º11’26,52” BT dan 6º22’4,08”-6º24’26,28” LS yang mana berproduksi menghasilkan keripik tike melalui usaha home industri yang
dijalankan masyarakat setempat.
Berdasarkan pengertian di atas, skripsi ini pada intinya akan membahas
tentang besaran hubungan faktor-faktor produksi usaha keripik tike dengan
kondisi soaial ekonomi pengusaha keripik tike di Desa Jumbleng.
G. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian menurut Suyanto dan Sutinah (2008, hlm. 59)
mengemukakan bahwa “instrumen adalah perangkat untuk menggali data primer
dari responden sebagai sumber data atau informasi terpenting dalam sebuah
44
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
data yang dicari dapat diperoleh. Dan penggunaan instrumen dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Instrumen tentang faktor-faktor produksi, digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kegiatan produksi dalam penelitian ini yang meliputi bahan
baku, tenaga kera dan pemasaran usaha home industri keripik tike.
2. Instrumen sosial ekonomi, untuk mengetahui kondisi sosial ekonomi
pengusaha yang meliputi pendidikan, pendapatan, kesehatan, kondisi tempat
tinggal/rumah dan kepemilikan fasilitas hidup. Dari indikator kondisi sosial
ekonomi tersebut memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor produksi yang
nantinya akan diketahui besaran hubungannnya.
[image:35.595.88.540.339.734.2]Untuk lebih jelasnya kisi-kisi instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.3.
Tabel 3.3
Kisi-Kisi Instrumen Penelitian
Variabel Indikator Sub Indikator Bentuk
Instrumen
Faktor-faktor produksi
a. Bahan baku
Sumber/asal bahan baku
Angket Cara mendapatkan bahan baku
Kebutuhan dan ketersedian bahan baku Perbedaan mendapatkan bahan baku di musim penghujan dan kemarau
Kualitas bahan baku Jumlah
Upaya penyimpanan bahan baku Harga/modal
Jangka kedatangan
Jarak tempuh pengambilan
b. Tenaga kerja
Jumlah
Status hubungan dengan pengusaha Sisem upah tenaga kerja
c. Pemasaran
Daerah pemasaran Cara pemasaran Bentuk promosi
Bentuk dan harga produk Persaingan dalam pemasaran Transportasi dan kondisi jalan pemasaran
Kondisi sosial ekonomi
a. Pendidikan Pendidikan terakhir dan pendidikan anak
Angket b. Pendapatan
Jumlah pendapatan
Kecukupan dalam kebutuhan hidup Jumlah pengeluaran
c. Kesehatan Kunjungan berobat
45
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
e. Kepemilikan fasilitas Kepemilikan barang-barang kebutuhan hidup (terlampir)
Sumber; Hasil penelitian, 2015
H. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data dan informasi yang diperoleh sesuai dengan
masalah penelitian, maka teknik pengmpulan data yang digunakan penulis adalah
sebagai berikut:
1. Data Primer
Menurut Hasan (2004, hlm. 19) data primer adalah “data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian”.
Data primer dikatakan data asli karena kelangsungan cara dalam memperolehnya.
Data primer pada penelitian ini menggunakan observasi lapangan dan pedoman
wawancara.
a. Observasi Lapangan
Menurut Surakhmad (2004, hlm. 162) observasi adalah teknik pengumpulan
data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap
gejala-gejala subjek yang diamati, baik pengamatan dilakukan dalam situasi sebenarnya
maupun situasi buatan yang khusus diadakan.
Observasi merupakan data primer, yang mana dalam pengumpulan data
dengan datang langsung ke lapangan atau daerah penelitian. Dengan melakukan
observasi, peneliti akan memperoleh data yang aktual melalui pengamatan
langsung dan melakukan pencatatan langsung pula terhadap aspek yang diteliti
seperti mengenai faktor-faktor geografi yang mempengaruhi home industri keripik
tike di Desa Jumbleng.
b. Kuesioner (Angket)
Menurut Arikunto (2010, hlm. 151) mengemukakan bahwa “kuesioner
adalah sejumlah pertayaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi
dari responden dalam arti laporan pribadi tentang pribadinya, atau hal yang ia
ketahui”. Sejalan dengan Riduwan (2013, hlm. 26) yang menjelaskan bahwa
46
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
mengenai suatu masalah dari responden “. Adapun jenis instrumen dalam angket adalah sebagai berikut:
1) Angket terrbuka (tidak berstruktur), merupakan angket yang disajikan
dalam bentuk sederhana sehingga responden dapat memberikan isian
sesuai dengan kehendak dan keadaannya.
2) Angket tertutup (berstruktur), merupakan angket yang disajikan dalam
bentuk sedemikian rupa sehingga responden diminta untuk memilih satu
jawaban yang sesuai dengan karakteristik dirinya dengan cara memberikan
tanda silang atau checklist.
Bedasarkan keterangan di atas, bahwa angket yang digunakan dalam
penelitian ini adalah angket dengan jenis instrumennya adalah perpaduan dari
angket terbuka maupun tertutup. Hal ini bertujuan untuk menggali informasi
secara lengkap terkait data atau informasi yang dibutuhkan dari responden yaitu
pengusaha keripik tike serta orang-orang yang terlibat didalamnya. Dan teknik
yang digunakan dalam perolehan informasi sendiri yaitu dengan mendatangi
tempat tinggal responden dan dilakukan dengan adanya tatap muka diantara dua
pihak yaitu pihak pertama sebagai peminta infomarsi dan pihak kedua atau
lainnya sebagai pemberi informasi dengan bantuan instrumen barupa daftar
pertanyaan sebagai alat perolehan informasinya.
2. Data Sekunder
Menurut Hasan (2004, hlm. 19) data sekunder adalah ”data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian berasal dari
sumber-sumber yang sudah ada”. Sedangkan menurut Tika (2005, hlm. 60) mengemukakan bahwa “data sekunder dapat dipakai sebagai pelengkap untuk
mendukung informasi dari data primer yang dikumpulkan oleh peneliti sendiri”.
Dalam hal ini, data sekunder dapat diperoleh dari instansi-instansi tertentu.
Adapun data sekunder dalam pengumpulan data diantaranya:
a. Studi literatur
Studi literatur ini merupakan sumber atau referensi yang digunakan peneliti
dalam memperoleh teori atau konsep yang berhubungan dengan masalah yang
47
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
buku, jurnal, hasil penelitian terdahulu, laporan, artikel, data dari instansi dan
media massa yang berkaiatan dengan penelitian industri, geogarfi industri, bahan
baku, keripik tike dan lainnya.
b. Studi dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pengumpulan data dalam bentuk peta, tabel,
gambar, dan lain sebagainya yang mendukung sehingga dengan adanya
dokumentasi tersebut menjadi alat bukti dalam suatu penelitian yang dilakukan
seperti dokumen atau data-data dari instansi pemerintahan, pengambilan gambar
lokasi penelitian saat observasi, dan kegiatan penelitian dilapangan yang
dilakukan di Desa Jumbleng.
I. Alat Pengumpulan Data 1. Alat penelitian
Adapun alat yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Pedoman wawancara (kuesioner)
b. Kamera digital Sony DSC-WX80 (dokumentasi foto lokasi penelitian dan
kajian yang diteliti)
c. Laptop Acer 4736
d. Software MapInfo 10.5
2. Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah sebagai berikut:
a. Peta Base map Desa Jumbleng Kecamaan Losarang Kabupaten Indramayu.
b. Data mengenai industri kecil dari Dinas Koperasi, UKM, Perindustrian dan
Perdagangan 2011 Kabupaten Indramayu.
c. Sumber atau buku-buku yang relevan, data monografi Desa Jumbleng
Kecamatan Losarang dari BPS yang digunakan sebagai bahan informasi
sekunder penelitian.
J. Teknik Pengolahan Data
Menurut Hasan (2004, hlm. 24) “pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data ringkasan dengan enggunakan cara-cara atau rumus-rumus
48
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
1. Editing data
Penelitian kembali data yang telah terkumpul dan di baca kembali kemudian
diperbaiki jika ada hal-hal yang masih kurang. Dalam hal ini, peneliti harus
menilai apakah data yang telah dikumpulkan cukup baik atau relevan untuk
diproses atau diolah lebih lanjut.
2. Coding
Pengklasifikasian atau pengelompokan jawaban menurut macamnya atau
pemeberian kode yang bertujuan untuk mempermudah dalam analisis sehingga
dapat diketahui apakah data tersebut sudah memenuhi terhadap pertanyaan
peneliti.
3. Entry
Dilakukan setelah coding data dimana setelah diklasifikasikan data
dimasukan kedalam kolom-kolom yang terdapat pada Ms Exel 2010.
4. Tabulasi
Hasil dari coding dan entry, data-data yang sudah terkumpul didalam tabel
kemudian dapat menghasilkan angka-angka sehingga dapat dihitung jumlah
masalah dalam berbagai kategori kemudian ditampilkan dalam bentuk tabel.
K. Analisis Data
Analisis data dapat dilakukan setelah selesai mengumpulkan data secara
lengkap dari lapangan. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Menurut Tika (2005, hlm. 116) mengemukakan bahwa “menjelaskan data
yang bersifat kualitatif baik dalam geografi sosial maupun fisik”. Dalam hal ini
analisis deskriptif yang digunakan untuk mendeskripsikan gejala yang nampak di
daerah penelitiannya serta kondisi dari keadaan masalah yang diteliti mulai dari
mengolah, menginterpretasi data, dan informasi lain berdasarkan data yang sudah
dianalisis secara berskala dari literatur dan hasil observasi di lapangan dalam
bentuk kualitatif.
49
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
a. Analisis persentase
Analisis statistik adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
kecenderungan-kecenderungan jawaban responden yang digunakan berdasarkan
metode persentase dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
P = Persentase
f = data yang didapat
n = Jumlah seluruh data 100 % = Bilangan konstan
Angka yang dimasukan ke dalam rumus diatas merupakan data yang
diperoleh dari hasil jawaban responden atas pertanyaan yang diajukan. Hasil
perhitungan tersebut kemudian dibandingkan dengan kriteria yang telah
ditentukan. Adapun kriteria penilaian persentase dikemukakan oleh Effendi dan
[image:40.595.166.458.415.549.2]Manning (dalam Friamita, 2013, hlm. 34) dapat dilihat pada Tabel 3.4.
Tabel 3.4
Kriteria Persentase Hasil Penelitian
Persentase (%) Kriteria
100 Tiadak ada/Tak seorangpun
75 – 99 Sebagian kecil
51 – 74 Kurang dari setengah
50 Setengahnya
25 – 49 Lebih dari setengahnya
1 – 24 Sebagian besar
0 Seluruhnya
Sumber: Effendi dan Manning (dalam Friamita, 2013, hlm. 34)
b. Analisis Hubungan (Korelasi)
Untuk mengetahui hubungan atau korelasi faktor produksi dengan kondisi
sosial ekonomi pengusaha, digunakan perhitungan statistik. Penggunaan rumus
korelsi ini dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar hubunga antar
variabel-variabel penelitian. Adapun jenis prosedur statistik menggunakan rumus-rumus
sebagai berikut :
50
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
Koefisien korelasi eta (n) digunakan pada analisis korelasi sederhana
untuk variabel nominal dengan variabel interval/rasio. Koefisien korelasi eta
dirumuskan:
√ ∑
∑
Keterangan:
N1 dan N2 : sampel 1 dan sampel 2
ȲT : rata-rata dari seluruh sampel kelompok 1 dan 2 ∑ : jumlah kuadrat kedua buah sampel
Y1 dan Y2 : rata-rata tiap kelompok
2) Koefisien Korelasi Pearson’s (r)
Koefisien korelasi Pearson (r) digunakan pada analisis korelasi
sederhana untuk variabel interval/rasio dengan variabel interval/rasio.
Koefisien Pearson dirumuskan:
∑ ∑ ∑
√ ∑ ∑ ∑ ∑
Keterangan:
r : koefisien korelasi Pearson X : variabel bebas
Y : variabel terikat
Untuk mengetahui tingkat hubungan/korelasi antar variabel, maka
digunakan prosedur statistik dalam menentukan keeratan hubungan tersebut,
berikut ini diberikan nilai-nilai dari KK sebagai patokan yang dapat dilihat pada
[image:41.595.138.485.607.728.2]Tabel 3.5 dibawah ini :
Tabel 3.5
Interval Nilai Koefisien Korelasi dan Kekuatan Hubungan
No Persentase Kriteria
1 KK = 0 Tiadak ada
2 0,00 < KK ≤ 0,20 Sangar rendah atau lemah sekali 3 0,20 < KK ≤ 0,40 Rendah atau lemah, tapi pasti 4 0,40 < KK ≤ 0,70 Cukup berarti atau sedang 5 0,70 < KK ≤ 0,90 Tiggi atau kuat
51
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha Keripik Tike Di Desa Jumbleng Kecamatan Losarang Kabupaten Indramayu
diandalkan
7 KK = 1,00 Sempurna
Sumber: Misbahuddin dan Hasan, 2013, hlm. 48)
c. Analisis Tabulsi Silang
Menurut Tika (2005, hlm. 74) mengemukakan bahwa tabel analisis (talk
tabel) adalah tabel yang memuat suatu jenis informasi yang telah dianalisis dan
dari tabel tersebut dapat diambil kesimpulan. Jenis analisis tabel yang digunakan
dalam penelitian ini adalah tabel silang. Tabel silang dibuat dengan cara memecah
lebih lanjut setiap kesatuan data dalam setiap kategori menjadi dua subsekwen.
Pemecahan kesatuan data menjadi subkesatuan tergantung pada tujuan serta
pemecahan masalah yang diinginkan dalam penelitian. Analisis tabel silang
(crosstabulation) merupakan salah satu analisis korelasional yang digunakan
[image:42.595.127.491.84.117.2]127
Santi Maseha, 2015
Hubungan Keberadaan Home Industri Keripik Tike Dengan Kondisi Sosial Ekonomi Pengusaha BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Faktor-faktor produksi yang mempengaruhi home industri keripik tike di
Desa Jumbleng dilihat dari faktor bahan baku, tenaga kerja dan pemasaran.
Bahan baku yang berasal dari umbi rumput tike merupakan faktor penting
karena menjadi bahan dasar utama untuk menghasilkan suatu produksi yang
bernilai. Akan tetapi ketersediannya terbilang sulit mengingat sumber bahan
baku tersebut tidak tersedia lagi wilayah setempat yang kemudian memasok
dari luar wilayah yaitu (Bekasi, Cilacap dan Karawang). Selain itu adanya
keterbatasan perolehan bahan baku disaat memasuki musim hujan, memaksa
pengusaha hanya mampu berproduksi sekitar 7-8 bulan atau berhenti disaat
memasuki musim hujan. Pada fakor tenaga kerja dan pemasaran, meskipun
usaha industri ini tergolong skala kecil mengingat penyerapan tenaga kerja
dari setiap home industri masih sedikit yaitu mencapai 2-8 orang, nyatanya
usaha ini mampu mengatasi pengangguran di daerah setempat bahkan
berpeluang untuk berkembang mengingat harga jual produksi yang tinggi
dan wilayah pemasaran mencapai luar Kabupaten Indramayu sendiri serta
permintaan konsumen yang tidak sedikit maka keberadaan tenaga kerja akan
selalu dibutuhkan.
2. Home industri keripik tike berper