• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DI TELEVISI (RECEPTION ANALYSIS TENTANG PENERIMAAN MASYARAKAT).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DI TELEVISI (RECEPTION ANALYSIS TENTANG PENERIMAAN MASYARAKAT)."

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DI TELEVISI

(RECEPTION ANALYSIS TENTANG PENERIMAAN MASYARAKAT)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Per syaratan Memperoleh Gelar Sar jana pa da Progr am Studi Ilmu Komunikasi FISIP UPN “Vetera n” J a wa Timur

Oleh :

Achmad Mudandhany 0843010079

YAYASAN KESEJ AHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” J AWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

(2)

(r eception analysis tentang penerimaan masyar akat)

Disusun Oleh :

Achmad Mudandhany 0843010079

Telah disetujui untuk mengikuti Ujian / Seminar Skr ipsi.

Menyetujui, PEMBIMBING

Dra. Dyva Claretta,M.Si NPT. 3 6601 94 0025 1

Mengetahui, DEKAN

(3)

iii

Penerimaan Masyarakat Sur abaya Tentang Iklan Non Pangan di Televisi (Reception Analysis tentang penerimaan masyarakat)

Oleh :

Achmad Mudandhany NPM. 0843010079

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Pembangunan Nasional ”veteran” Jawa Timur Pada tanggal 13 Desember 2012

Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :

(4)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan

karunia, rahmat serta bimbinganNya sehingga skripsi yang berjudul

”PENERIMAAN MASYRAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON

PANGAN DI TELEVISI ” dapat penulis susun dan diselesaikan sebagai wujud

pertanggung jawaban atas terlaksananya Proposal Skripsi.

Sholawat serta salam juga tercurahkan pada junjungan Baginda Rasul

Muhammad SAW. Karena dengan bimbingan beliau penulis dapat mempunyai

kekuatan islam yang diberikan kekuatan batin dalam mengerjakan skripsi.

Dari mulai melaksanakan hingga tersusunnya skripsi ini tidak dapat

terpungkiri, bahwa penulis telah mendapatkan banyak bantuan, petunjuk, serta

bimbingan yang sangat besar artinya. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini

penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang setulus-tulusnya kepada

pihak-pihak berikut ini :

1. Dra. Dyva Claretta,M.Si selaku Dosen Pembimbing skripsi. Terima kasih

atas segala kontribusi dan bimbingan terkait penyusunan proposal skripsi

ini.

2. Dra.Ec.Hj.Suparwati,M.Si, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik (FISIP) UPN “Veteeran” Jatim.

3. Juwito,S.Sos,M.Si, sebagai Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi dan

(5)

4. Drs.Syaifuddin Zuhri, M.Si, sebagai Sekretaris Program Studi Ilmu

Komunikasi dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.

5. Seluruh Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi maupun Staf Karyawan

FISIP hingga UPN “Veteran” Jatim pada umumnya.

6. Orang tua penulis dan bapak ibu mertua yang tanpa hentinya memberikan

doanya untuk kelancaran dalam proses pengerjaan skripsi ini. Khususnya

istriku, karena dengan semangat yang diberikan penulis dapat mengerjakan

skripsi hingga tuntas.

7. Teman-teman mahasiswa fisip angkatan 08’ yang telah bersama-sama

belajar ilmu komunikasi. Khususnya Slamet Benny Raharjo yang banyak

memberi masukan kepada penulis.

8. Keluarga besar Disperindag Jatim dan KPID Jatim, yang telah membantu

penus dalam mendapatkan materi skripsi yang dibutuhkan penulis

9. Keluarga besar Akar Paninggil, Karya Bersama Engineering, Yusan,

Hendra, Che-che, Mas Joko, Jojo, Mbak Cicik (es tehnya), Om Ip, Kalim,

Bryan dan Huda. Ayo main PES lagi

Akhir kata, penulis menyadari tiada gading yang tak retak, begitu pula dengan

skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu penulis

harapkan demi tercapainya laporan yang baik dan benar. Besar harapan penulis,

semoga laporan ini dapat member manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi

berbagai pihak. Amin.

Surabaya, November 2012

(6)

Halaman

HALAMAN J UDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN UJ IAN SKRIPSI ... ii

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... iii

(7)

2.6 pedoman perilaku penyiaran dan standart program siaran . 33

3.2.1 Penerimaan dalam penelitian ini akan menganalisa bagaimana pe- nerimaan masyarakat surabaya tentang iklan non pangan di

3.6.1 Tahapan Reception Analysis... 49

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 52

4.1 Gambaran Umum Obyek Penelitian ... 52

4.1.1 Iklan Non Pangan ... 52

4.1.2 Macam-Macam Iklan Non Pangan ... 53

4.2 Ketetapan Pemerintah tentang Perlindungan Konsumen, Etika Pariwara Indonesia, Pedoman Prilaku Penyiaran, dan Standart Program Siaran ... 55

4.2.1 Ketetapan Pemerintah Tentang Perlindungan Konsumen ... 55

4.2.2 Etika Pariwara Indonesia,Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran ... 56

4.3 Penyajian Hasil Penelitian ... 58

4.3.1 Identitas Informan ... 59

(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 76

5.1 Kesimpulan ... 76

5.2 Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 79

(9)

ABSTRAKSI

ACHMAD, PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DITELEVISI (Studi Deskriptif Kualitatif penerimaan Masyarakat Surabaya tentang iklan non pangan di televisi)

Penelitian ini adalah untuk mengetahui PENERIMAAN MASYARAKAT SURABAYA TENTANG IKLAN NON PANGAN DITELEVISI.

Iklan non pangan adalah iklan yang manawarkan produk selain makanan di televisi. Salah satu unsur dalam periklanan adalah persuasif, akan tetapi iklan-iklan non pangan tersebut terlalu melebih-lebihkan produk yang ditawarkan. Sehingga banyak iklan non pangan yang melakukan pelanggaran dan kebohongan terhadap publik. Semakin banyak investasi yang ditanamkan maka semakin banyak pula produk yang akan dibuat iklannya. Televisi sebagai media massa paling digemari masyarakat akan menjadi media pertarungan bagi iklan-iklan tersebut. Semakin kuatnya persaingan maka semakin terbuka pelanggaran dan pembohongan terhadap publik.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah RECEPTION ANALYSIS Meskipun teori uses and gratification menyimpulkan bahwa khalayak bukan hanya aktif namun teori ini mengabaikan fakta tentang masyarakat memilih media sesuai dengan kebutuhan, tetapi juga aktif memberi makna pada seluruh isi materi pesan media (meaning making). Akibat terabaikannya fakta tentang pemberian makna terhadap isi pesan media, maka pendekatan baru terhadap menganalisa masyarakat. Reception Analysis adalah sebuah istilah untuk melingkupi beragam bentukdari studi kualitatif dari penelitian khalayak, yang menyatukan ilmu sosial dan perspektif kemanusiaan pada penerimaan.

Sedangkan pada penelitian ini menggunakan metode penelitian motif deskriptif kualitatif , dengan menggunakan metode in depth interview (wawancara mendalam).

Informan dalam penelitian akan difokuskan untuk mengetahui penerimaan masyarakat Surabaya tentng iklan non pangan ditelevisi, yang akan diberikan pertnyaan berdasarkan pemahaman t entang iklan non pangan, pemahaman t erhadap iklan yang melakukan pelanggaran dan pembohongan t erhadap publik, dan t indakan set elah menget ahui iklan t ersebut melakukan pelanggaran dan pembohongan sehingga kana mengetahui penerimaan masyrakat Surabaya terhadap iklan non pangan yang disiarkan oleh televisi.

Kata Kunci :

(10)

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dunia ini dengan segala isi dan peristiwanya tidak bisa melepaskan diri

dari kaitannya dengan media massa; demikian juga sebaliknya, media massa tidak

bisa melepaskan diri dari dunia dengan segala isi dan peristiwanya. Hal ini

disebabkan karena hubungan antara keduanya sangatlah erat sehingga menjadi

saling bergantung dan saling membutuhkan. Segala isi dan peristiwa yang ada di

dunia menjadi sumber informasi bagi media massa. Selanjutnya, media massa

mempunyai tugas dan kewajiban – selain menjadi sarana dan prasarana

komunikasi – untuk mengakomodasi segala jenis isi dunia dan peristiwa-peristiwa

di dunia ini melalui pemberitaan atau publikasinya dalam aneka wujud (berita,

artikel, laporan penelitian, dan lain sebagainya) – dari yang kurang menarik

sampai yang sangat menarik, dari yang tidak menyenangkan sampai yang sangat

menyenangkan – tanpa ada batasan kurun waktu. William L. Rivers dan

kawan-kawannya (Rivers 2003:ix) mengatakan bahwa pada dasarnya, kondisi di dunia

nyata mempengaruhi media massa, dan ternyata keberadaan media massa juga

dapat mempengaruhi kondisi nyata dunia. Dengan kata lain, dunia mempunyai

peranan dan kekuatan untuk mempengaruhi media massa; dan sebaliknya, media

massa juga mempunyai peranan dan kekuatan yang begitu besar terhadap dan bagi

(11)

2

segala aspek yang melingkupinya. Oleh karenanya, dalam komunikasi melalui

media massa, media massa dan manusia mempunyai hubungan saling

ketergantungan dan saling membutuhkan karena masing-masing saling

mempunyai kepentingan, masing-masing saling memerlukan. Media massa

membutuhkan berita dan informasi untuk publikasinya baik untuk kepentingan

media itu sendiri maupun untuk kepentingan orang atau institusi lainnya; di lain

pihak, manusia membutuhkan adanya pemberitaan, publikasi untuk

kepentingan-kepentingan tertentu.

Media massa memang semakin lama semakin melekat dalam kehidupan

manusia, khusunya televisi, telah mendominasi komunikasi sehari-hari. Televisi

juga dianggap sebagai pembawa dan sirkulator dari makna. Sebagai media massa,

televisi juga dianggap mempunyai fungsi untuk memproduksi makna dan bahkan

penuh dengan makna potensial yang berusaha untuk mengontrol dan

memfokuskan makna tertentu kepada satu makna tunggal yang menampilkan

ideology dominan (Manali. 2007. Dalam Interaksi, Jurnal ilmu komunikasi Vol. I.

Hal. 120) televisi merupakan pengalaman yang dimiliki oleh hampir setiap orang,

maka televisi mempunyai efek dalam memandang dunia, George Gerbner

(Littlejohn, 1998 : 344) menyebutnya sebagai cultivatica, sebab televisi dianggap

menjadi homogenizing agen dalam budaya. Cultivation analysis berjkaitan dengan

totalitas pola yang dikomunikasikan secara komulatif oleh televisi dalam suatu

periode terpaan yang panjang, lebih dari sekedar melalui isi particular atau efek

(12)

Kekuatan media televisi itu sendiri menjadi media penyampai pesan,

sudahdiakui pengaruhnya terhadap masyarakatoleh berbagai penelitian

komunikasiyang pernah dilakukan. Peran televisi sudah demikian penting dalam

kehidupan masyarakat dan sudah memmasuki deretan kebutuhan yang bukan saja

penting, tetapi juga mutlak untuk dipenuhi. Daya jangkau yang luas dan

kemampuan penyampaian pesan secara audio visual, membuat hal-hal yang

ditampilkan dalam televisi memiliki pengaruh besar dalam dimensi kognisi

maupun afeksi khalayak. Penggambaran yang ada dalam televisi juga akan dapat

menciptakan sensasi tersendiri dalam tiap-tiap audiens.

Televisi mempunyai efek atau pengaruh kepada masyarakat, dimana media

menyiarkan gambaran, nilai dan gaya hidup yang mungkin dapat menjadi

preferensi publik. Namun disisi lain manusia taupun audiens merupakan makhluk

yang memiliki akal pikiran dan rasio untuk memmaknai semua yang dilihat dan

diperhatikannya. Pemaknaan audiens terhadap pengalaman-pengalamannya akan

memunculkan suatu pemahaman yang timbul dari suatu kesadaran. Hal ini juga

melahirkan suatu ilmu pengetahuan tentang apa yang diterima, dirasakan, dan

diketahui dari kesadaran dan pengalaman seseorang (Hegel dalam Moustakas,

1994 : 26). Hal ini akan menimbulkan fenomena, menurut Husserl, apa yang

timbul dari kesadaran manusia adalah suatu fenomena, dan setiap fenomena

mepresentasikan titik awal yang sangat cocok untuk suatu penelitian. Apa yang

timbul dalam persepsi kita tentng sesuatu merupakan wujud dari sesuatu itu

sendiri, dan bukan merupakan ilusi yang kosong. Menurut teori kultivasi, media,

(13)

4

kultur yang ada. Teori kultivasi berpendapat bahwa pecandu berat televisi

membentuk suatu citra realitas yang tidak konsisten dengan kenyataan (Littlejohn,

1998 : 344). Oleh karena itu televisi merupakan homogenizing agent terbesar.

Media massa sangat mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Proses

pengambilan keputusan untuk membeli barang bagi setiap orang adalah sama

hanya saja proses tersebut tidak dilaksanakan oleh konsumen, karena kegiatan

menusia untuk membeli suatu barang atau jasa dimaksudkan untuk memenuhi

keinginan dan kebutuhannya. Konsumen akan menyukai produk yang tersedia

secara luas, dengan harga murah, berkualitas tinggi dan berpenampilan menarik,

serta konsumen akan melakukan pembelian karena adanya kegiatan penjualan

yang agresif dan promosi yang intensif maupun adanya kemampuan produsen

untuk memenuhi keinginan dan kebutuhan konsumen dengan cara yang lebih

baik. akan tetapi masyarakat dengan adanya kegiatan promosi yang gencar

dilakukan media massa, secara tidak langsung kegiatan tersebut akan membentuk

mental masyarakat menjadi hedonis.

Hedonisme . Kata hedonisme diambil dari Bahasa Yunani hēdonismos dari

akar kata hēdonē, artinya “kesenangan”. Hedonisme adalah pandangan hidup

yang menganggap bahwa orang akan menjadi bahagia dengan mencari

kebahagiaan sebanyak mungkin dan sedapat mungkin menghindari

perasaan-perasaan yang menyakitkan. Hedonisme merupakan ajaran atau pandangan bahwa

kesenangan atau kenikmatan merupakan tujuan hidup dan tindakan manusia.

(

(14)

kegiatan pengambilan keputusan oleh masyarakat. Dan masyarakat akan menjadi

lebih konsumtif. Masyarakat Indonesia dinilai sangat konsumtif. Terbukti bahwa

saat ini, Indonesia menduduki peringkat ke dua sebagai negara paling konsumtif

di dunia. Sementara di peringkat pertama adalah Singapura. Ironisnya, banyak

orang Indonesia yang menghabiskan uangnya dengan berbelanja di Singapura.

Hal itu diungkapkan Heppy Tranggono, Ketua Indonesian Islamic Business

Forum (IIBF) saat berbicara dalam sosialisasi "Gerakan Beli Indonesia" dan

rencana "Kongres Kebangkitan Ekonomi Indonesia".

Selain masyrakat menjadi hedon, masyarakat akan kecendrungan

menganut budaya populer. kata ”pop” diambil dari kata ”populer”. Terhadap

istilah ini Williams memberikan empat makna yakni: (1) banyak disukai orang;

(2) jenis kerja rendahan; (3) karya yang dilakukan untuk menyenangkan orang; (4)

budaya yang memang dibuat oleh orang untuk dirinya sendiri (Williams, 1983:

237). Kemudian untuk mendefinisikan budaya pop kita perlu mengkombinasikan

dua istilah yaitu ”budaya” dan ”populer” (Williams, 1983: 90). Contoh nyata dari

budaya populer di Indonesia dapat dilihat dari Demam Korea (Korean wave) saat

telah merajai negeri Indonesia. Hal itu diakibatkan karena penyebaran dan

pengaruh budaya Korea di Indonesia, terutama melalui produk-produk budaya

populer. Film, drama, musik dan pernak-pernik merupakan contoh dari produk

budaya popular. Elemen-elemen budaya populer Korea ini menyebarkan

pengaruhnya di negara-negara Asia salah satunya Indonesia. Di Indonesia,

penyebaran budaya popular dari negeri gingseng ini dilihat sekitar tahun 2002

(15)

6

‘Autumn in My Heart’ atau ‘Autumn Tale’ yang lebih popular dengan judul

‘Endless Love’, ditayangkan stasiun TV Indosiar. Keberhasilan drama seri Korea

tersebut yang dikenal dengan Korean drama (K-drama) diikuti oleh Koean drama

lainnya. Tercatat terdapat sekitar 50 judul K-drama tayang di tv swasta Indonesia.

Dari contoh tersebut terlihat sangat kentara bahwa masyarakat Indonesia

benar-benar menjadi masyarkat yang hedon dan konsumtif.

Menurut riset pemasaran dunia, konsumen indonesia adalah konsumen

yang memiliki kecenderungan hedonisme yang tinggi. Hal itu dilihat dari

perkembangan produk yang dinamis, rasa sosial , dan tingkat gengsi yang tinggi

pula. Contoh kasus terbaru terkait hedonisme yaitu peluncuran Blackberry terbaru

oleh RIM yang memakan korban. Para calon pembeli rela antri hanya untuk

mendapatkan benda yang satu ini. Padahal yang antri itu orang kaya dan

memegang blackberry juga (versi lama). Apa yang mereka cari?? Mereka mencari

gengsi. Ada juga contoh yang menarik. Pembandingan pola konsumsi masyarakat

di malaysia dan indonesia. Kalau Anda sempat berkunjung di Malaysia. Anda

akan melihat bahwa sepeda motor yang di malaysia adalah jenis motor honda

astrea yang model tahun 1980-an (utilitirianisme). Bandingkan dengan sepeda

motor yang dijual di indonesia. Anda akan melihat bahwa banyak varian sepeda

motor. Ada vario, beat, supra dll. Itu juga dibedakan dengan bentuk stiping dan

warna yang bermacam macam (hedonisme). Makanya tak heran, kalau Indonesia

dikenal dengan “surganya para pemasar/produsen”. Dengan jumlah penduduk

(16)

untuk mengeruk laba sebanyak mungkin.

(http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/news/2011/05/03/84640).

Masyarakat Indonesia semakin terjepit oleh keputusan membeli barang

ketika semakin banyak produk yang ditawarkan. Dalam keadaan masyarakat yang

terjepit seperti ini tidak didukung oleh pemerintah. Pemerintah malah berusaha

menari investor asing agar menanamkan sahamya ke Indonesia. Nilai investasi di

Indonesia meningkat tajam. Bahkan, pada 2011 terjadi peningkatan investasi

sebesar 20% yang merupakan pertumbuhan tertinggi dalam sejarah, yaitu menjadi

sebesar US$ 19 miliar. Pada 2012, diperkirakan investasi di atas US$ 20 miliar

dan pada 2013 diperkirakan sudah mencapai US$ 30 miliar.

(http://www.analisadaily.com/news/read/2012/09/25/76493/indonesia_semakin_m

enarik_bagi_investasi_asing/#.UGzuX0obi2w). Bahkan, saat berpidato di

Indonesian Investment Day (IID) di New York Stock Exchange (NYSE), New

York, Senin (24/9) pukul 09.00 waktu setempat, Presiden SBY mengungkapkan,

Indonesia sekarang memiliki fondasi ekonomi dan politik yang kuat. ”Indonesia

bukan hanya menarik untuk berinvestasi, namun juga merupakan kesempatan

emas untuk meningkatkan investasi. Investasi Anda saya yakin akan terus

berkembang,” katanya

(http://www.depdagri.go.id/news/2012/09/26/presiden-sby-undang-investor-global).

Respon postif langsung terbukti dengan berita yang dimuat oleh

Tempo.co. Indonesia semakin menjadi sasaran investasi produsen otomotif dunia.

Setelah Honda Motor Company, kini giliran General Motors yang bakal merakit

(17)

8

Motors bakal merakit mobil penumpang kecil (low MPV) Chevrolet Spin di

pabrik Pondok Ungu Bekasi Jawa Barat pada 2013. Dalam rapat tahunan

perusahaan di Detroit Amerika Serikat, Chief Executive Officer General Motors,

Dan Akerson, mengatakan akan mengucurkan investasi senilai US$ 150 juta atau

sekitar Rp 1,4 triliun untuk membuka fasilitas perakitan baru seluas 11 hektare.

Pabrik ini memiliki kapasitas produksi sebanyak 40 ribu unit per tahun dan

menyerap 800 orang tenaga kerja. Martin Apfel, Presiden General Motor Asia

Tenggara, mengatakan Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang kebagian

jatah produksi all-new Chevrolet Spin. "Chevrolet Spin akan menjadi kendaraan

kebanggaan Indonesia,” kata dia, Rabu 13 Juni 2012.

(

http://www.tempo.co/read/news/2012/06/13/123410327/Chevrolet-Bakal-Produksi-MPV-Spin-di-Indonesia)

Semakin banyak investor asing datang ke Indonesia hal itu juga berarti

semakin beragam pula produk yang akan ditawarkan. Produk-produk tersebut

ditawarkan kepada masyarakat secara terus-menerus melalui iklan yang disiarkan

oleh televisi dan media massa yang lain. Hal tersebut akan membuat iklan

semakin banyak dan beragam. Semakin banyak dan beragam iklan maka

pelanggaran dan kebohongan iklan juga akan mengalami peningkatan. Sehingga

sangat berpengaruh kepada keputusan untuk membeli barang.

Pengertian iklan menurut Kepler (1986), iklan berasal dari bahasa latin,

ad-vere yang berarti mengoprasikan pikiran dangagasan kepada pihak lain.

Pengertian iklan menurut Kepler tidak berbeda jauh jauh dengan pengertian

(18)

dengan apa yang dituliskan oleh Wright (1978). Wright sebagaimana dikutip oleh

Alo Liliweri, menuliskan bahwa iklan juga merupakan penyampaian pesan

sebagaimana kegiatan komunikasi lainnya. secara lengkap iklan merupakan suatu

proses komunikasi yang mempunyai kekuatan sangat penting sebagai alat

pemasaran yang membantu menjual barang, memberikan layanan, serta gagasan

atau ide-ide melalui saluran tertentu dalam bentuk informasi yang persuasive

(Liliweri, 1992).

Iklan merupakan salah satu instrument pemasaran modern yang

aktivitasnya didasarkan pada konsep komunikasi. Karena dalam bentuk

komunikasi maka keberhasilannya dalam mendukung program pemasaran

merupakan pencerminan dari keberhasilan komunikasi. Agar komunikasi efektif

dan mencapai sasaran, terdapat tiga hal yang dapat diperhatikan yaitu: pengaruh

iklan terhadap perubahan perilaku pembelian, proses komunikasi dan

pengambilan keputusan yang mempengaruhi perilaku serta target audiensnya.

Menurut Ciptono (2004:231), penggunaan media televisi untuk

mengiklankan suatu produk banyak digunakan oleh perusahaan karena

menggabungkan gambar, suara, dan gerak, memiliki atensi tinggi, tingkat reach

tinggi (reach adalah presentase orang dalam pasar sasaran yang terekspos dengan

sebuah kampanye iklan selama periode waktu tertentu), coverage luas, prestise.

Selain itu dapat dilihat dari total belanja iklan nasional yang sebagian besar

perusahaan mengiklankan produknya pada televisi, menurut data Nielsen Media

Research (NMR), secara keseluruhan, belanja iklan pada paruh pertama 2006 lalu

(19)

10

media televisi sebesar 68%, sementara koran sebesar 28%, dan majalah 4%.

(Majalah MIX Edisi 08/III/25 Agustus – 20 September 2006:7).

Iklan memiliki peranan penting dalam perusahaan karena seperti yang

dikutip dari majalah Kapital bahwa iklan akan mendorong awareness (kesadaran)

terhadap merek sehingga menjadi top of mind dari konsumen. Kedua iklan akan

mereinforcement of perceptions, yakni memperkuat persepsi yang sudah dicoba

tempatkan ke benak konsumen sebelumnya. Yang ketiga iklan dapat merubah

persepsi konsumen dan yang terakhir iklan mampu merubah perilaku konsumen.

(Majalah Kapital Vol III/14 Juni 2002:12). Berdasarkan penjelasan tersebut maka

iklan yang merupakan salah satu dari bauran promosi memiliki peranan penting

dalam memasarkan suatu produk yang ditawarkan oleh produsen.

Presentase pelanggaran yang dilakukan oleh iklan pada tahun 2011 adalah

sebagai berikut, makanan dan minuman 35%, obat dan kosmetik 19%, sabun dan

kebutuhan rumah tangga 11%, operator seluler 8%, dan lain-lain 24%. (BPP-P3I

Pusat). Data tersebut digunakan oleh Disperindag Indonesia sebagai bahan

seminar yang dilakukan pada 26 April 2012 di Hotel Sahid Surabaya.

Badan Pengawas Periklanan Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia

(PPPI) sedikitnya telah menegur 56 perusahaan iklan atas pelanggaran etika

selama dua tahun terakhir ini, dari 149 kasus yang ditangani Badan Pengawas

PPPI, tahun 2006 sebanyak 56n kasus dan 93 kasus di tahun 2007. Sebanyak 90

kasus telah dinyatakan melakukan pelanggaran dan 44 kasus lainnya masih dalam

(20)

oleh agensi. Untuk itu BP PPPI menruskannya ke Badan Musyawarah Etika PPPI.

(http://surabayawebs.com/index.php/2008/01/10/sebanyak-56-biro-iklan-melakukan-pelanggaran-etika/).

Terpaan iklan yang terjadi berulang-ulang membuat keinginan membeli

yang sangat kuat dari konsumen. Salah satu sifat iklan adalah memiliki sifat

persuasif (mengajak agar pembeli tertarik), banyak perusahaan yang

membesar-besarkan produk yang ditawarkan sehingga perusahaan tersebut melakukan

kebohongan kepada konsumen (khalayak media). Perusahaan yang rawan

melakukan kebohongan antara lain perusahaan kosmetik, alat olah raga, pelayanan

seluler, kebutuhan rumah tangga seperti sabun, sampo, pembersih porselen dan

lain-lain.

Berbagai terpaan iklan yang memiliki kebohongan membuat pemaknaan

konsumen terhadap iklan menjadi kacau, hal ini disebabkan konsumen tidak

mengetahui kebohongan yang terkandung dalam iklan yang disiarkan oleh media.

Kondisi seperti ini membuat tingkat pemahaman penonton akan berbeda-beda

terhadap setiap produk. Penulis berusaha meneliti sejauh mana pemahaman

penonton televisi di Surabaya mengenai iklan yang melakukan kebohongan dan .

Penulis akan mengungkap respon penonton televisi terhadap iklan yang

melakukan kebohongan, apakah setelah mengetahui bahwa telah dibohongi

masyarakat tetap menggunakan produk yang ditawarkan. Kegiatan ini bertujuan

mengetahui seberapa kritis penonton terhadap iklan yang telah ditonton. Selain itu

penulis juga akan mengungkapkan pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh

(21)

12

Terdapat bermacam-macam pelanggaran dalam iklan yang disiarkan oleh

beberapa televisi swasta di Indonesia. Pada beberapa kasus terdapat pula

pelanggaran yang bersifat bohong. Pelanggaran-pelanggaran tersebut antara lain :

1. Menytakan bahwa produk yang ditawarkan adalah produk yang terkuat,

terhebat dan lain sebagainya

2. Terdapat adegan, suara, kegiatan yang berhubungan dengan sensualitas.

3. Terdapat kegiatan berbahaya yang memunginkan untuk ditiru.

4. Tidak menyatakan garansi atau jaminan atas produk yang ditawarkan.

5. Menyiarkan iklan dewasa pada jam premier atau ketika jam anak-anak

sedang dalam kondisi aktif.

Berikut ini merupakan beberapa contoh iklan yang tayang di televisi yang

melakukan pelanggaran yang berpotensi melakukan kebohongan yang tidak sesuai

dengan Etika Pariwara Indonesia (EPI). Pedoman Prilaku Penyiaran (P3) dan

Standar Program Siaran (SPS) antara lain :

1. Shinyoku versi Romy Rafael pelanggaran EPI yang ditemukan adalah

penayangan pernyataan superlatif di dalam iklan tersebut berupa

pernyataan : "paling terang, paling hemat, dan paling kuat." Pernyataan

superlatif di dalam iklan melanggar EPI BAB IIIA No. 1.2.2 yang

menyatakan bahwa: " Iklan tidak boleh menggunakan kata-kata superlatif

seperti "paling", "nomor satu", "top, atau kata-kata berawalan "ter" dan

(22)

tersebut yang harus dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dan

otoritas terkait atau sumber yang otentik”.

2. Betadine Feminim Hygines "Fakta Bicara", berpotensi melanggar EPI

karena ditayangkan di luar klasifkasi jam tayang dewasa. EPI yang

dilanggar adalah BAB IIIA No. 4.3.1, yaitu "produk khusus orang dewasa

hanya boleh disiarkan mulai pukul 21.30 hingga 05.00 waktu setempat",

selain itu juga EPI BAB IIIA No. 2.8.2 yang menjelaskan bahwa:

"produk-produk yang bersifat intim harus ditayangkan pada waktu penyiaran yang

khusus untuk orang dewasa."

3. Penayangan Iklan “Axe Versi Kencan dengan Bidadari” di Trans 7 telah

ditemukan melanggar Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program

Siaran (P3 dan SPS) KPI Tahun 2012. Adegan yang dimaksud adalah

menayangkan adegan yang menimbulkan kesan seorang pria telah

melakukan hubungan intim dengan bidadari. Adegan dalam iklan tersebut

terlihat dari penayangan adegan bidadari yang mengeringkan sayapnya

dan sang pria tampak sehabis mandi dengan mengenakan handuk

menutupi bagian bawah tubuhnya. Jenis pelanggaran ini dikategorikan

sebagai pelanggaran atas perlindungan anak-anak dan remaja, ketentuan

iklan, norma kesopanan dan kesusilaan, serta penggolongan program

siaran. Sebelumnya, KPI Pusat telah memberikan surat imbauan No.

413/K/KPI/07/12 tertanggal 2 Juli 2012 terkait penayangan siaran iklan

tersebut. Dalam suratnya disebutkan bahwa KPI Pusat meminta untuk

(23)

14

dimaksud dan menilai bahwa adegan pada iklan tersebut tidak layak

ditayangkan di luar jam tayang dewasa (Pk. 22.00-03.00 waktu setempat).

Pelanggaran penayangan adegan dalam iklan tersebut di luar jam tayang

dewasa telah melanggar P3 Pasal 9, Pasal 14 ayat (1), dan Pasal 21 ayat

(1) serta SPS Pasal 9, Pasal 15 ayat (1). Pasal 37 ayat (4)huruf a, dan Pasal

58 ayat (4) huruf h. Selain itu, KPI Pusat juga menemukan pelanggaran

sejenis pada iklan yang ditayangkan tanggal14 Agustus 2012 pukul 18.39

WIB, 15 Agustus 2012 pukul 12.48 WIB, dan 27 Agustus 2012 pukul

18.52 WIB.

(http://www.kpi.go.id/component/blog_calendar/?year=2012&month=09&

day=11&modid=81).

Beberapa contoh diatas dapat dibuktikan bahwa media memiliki kekuatan

yang sangat besar dalam mempengaruhi kehidupan sebuah masyarakat. Kekuatan

media.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, maka perumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimana penerimaan masyarakat

Surabaya tentang iklan non pangan di televisi

1.3 Tujuan Penelitian

Dari perumusan masalah tersebut maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mengetahui bagaimana penerimaan masyarakat Surabaya tentang iklan non

(24)

1.4 Kegunaan Penelitian

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan

khususnya komunikasi media yang berkaitan dengan tingkat penerimaan

1.4.2 Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dalam upaya

mengetahui bagaimanakah penerimaan masyarakat Surabaya tentang iklan non

(25)

BAB II

KAJ IAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Media Televisi

Televisi sebagai bagian dari media komunikasi massa elektronik,

mempunyai daya tarik yang kuat dibandingkan dengan media massa lainnya.

Media televisi memiliki fungsi yang tidak jauh berbeda dengan media massa

lainnya. Menurut Jefkin (1982:145) “fungsi-fungsi tersebut adalah fungsi

penerangan, hiburan, dan pendidikan”. Lebih jauh Jefkins juga menyatakan,

televisi selain memiliki fungsi yang hampir sama dengan media massa lain,

televisi juga mempunyai sifat yang hampir sama pula dengan media massa

mempunyai sifat yang hampir sama dengan sifat media massa. Beberapa sifat

televisi, yaitu:

a. Televisi dapat mencapai khalayak yang besar sekali dan mereka itu tetap dapat

mengambil manfaat sekalipun tidak bisa membaca.

b. Televisi dapat dipakai untuk mengajarkan banyak subyek dengan baik. Akan

tetapi, pengajaran itu akan lebih baik efektif apabila diikuti dengan diskusi dan

aktifitasnyang lain.

c. Televisi sama seperti radio, dapat bersifat otoritatif dan bersahabat

d. Dengan kelebihan yang dimiliki media itu, maka media ini memiliki pengaruh

(26)

Televisi sebagai media audio visual mempunyai ciri. Adapun ciri-ciri yang

lengkap, yaitu:

a. Bersifat satu arah (One Way Traffic of Communication), sebagai media massa,

televisi bersifat satu arah artinya melakukan komunikasi hanya berdasarkan

pihak komunikator tanpa komunikan dapat melakukan reaksi secara langsung

terhadap pesan yang disampaikan.

b. Bekerja atas prinsip pengaturan ruang dan waktu

Dalam kegiatannya, televisi bekerja atas prinsip ruang dan waktu artinya dalam

kegiatannya televisi bekerja berdasarkan gelombang sehingga pesan yang

disampaikan dapat sampai.

c. Tidak terbatas jangkauannya

Seperti sifat media massa, televisi mempunyai keunggulan yaitu jangkauannya

tidak terbatas. Hal ini disebabkan siaran televisi disiarkan dengan

menggunakan pancaran gelombang yang dapat menjangkau dan sampai kepada

khalayak yang jauh.

d. Sekali siaran bersifat massal

Media massa seperti televisi sekali menyampaikan informasi bukan untuk satu

orang akan tetapi dilihat oleh banyak orang. Oleh karena itu media televisi

mempunyai sifat massal. (Liliweri, 1991).

Media televisi menyediakan informasi dan kebutuhan manusia

keseluruhan, seperti berita cuaca,informasi financial dan sebagainya. Pemirsa

(27)

18

massa televisi. Pada akhirnya, televisi pun menjadikan pemirsa ‘hamba-hamba

kecil’ yang pola pikirnya siap diprogram oleh materi isi media tersebut

(Kuswandi,1996:30).

Televisi sebagai media massa merupakan media dari jaringan komunikasi

yang berlangsung satu arah, komunikatornya melembaga, mempunyai pesan

bersifat umum atau luas,sasaranya menimbulkan keserempakan serta

komuniksinya bersifat heterogen. Kelebihan televisi yaitu bersifat audio visual,

artinya dapat dilihat dan didengarkan (Effendy,1993:24). Sedangkan siaran

televisi adalah siaran-siaran dalam bentuk suara dan gambar yang dapat ditangkap

oleh umum baik dengan system pemancaran dalam elektromagnetik maupun

kabel-kabel (Kuswandi,1996:13).

Televisi adalah panduan radio (broadcast) dan film (moving picture).

Televisi terdiri dari istilah “tele” yang berarti jauh dan “visi” (vision) yang berarti

penglihatan. Segi “jauh”-nya dihasilkan oleh prinsip radio dan segi

“penglihatan”-nya oleh gambar (Effendi,2000:174). Televisi dapat me“penglihatan”-nyajikan berbagai

program, bukan hanya film seperti yang dipertunjukan di bioskop, tetapi juga

berita,music, ceramah, agama, pendidikan, dan sebagainya.

Menurut Wahyudi (1986:216), secara umum siaran televisi dapat dibagi menjadi 3

golongan besar, yaitu :

a. Siaran Berita

Siaran berita bertitik tolak dari pengertian. Bila kita berbicara tentang berita,

(28)

b. Siaran Non Berita

Siaran non berita yang biasanya siaran-siaran yang tidak memiliki nilai politik

dan strategi. Disinilah yang diutamakan adalah keindahan dan sasaranya

adalah kepuasan penonton. Boleh tidak factual,artiny boleh sesuatu yang tidak

masuk akal. Yang masuk dalam katagori siaran ini adalah sandiwara,

music,penerangan umum, acara-acara yang tidak mempunyai nilai politis dan

strategis.

c. Siaran Iklan

Siaran iklan adalah siaran yang khusus ditujukan untuk promosi suatu produk,

kegiatan masyarakat yang bertujuan untuk memperkenalkan kepada khalayak

guna kepentingan komersial.

Ketiga jenis siaran itu memiliki latar belakang yang berbeda, demikian

pula titik tolaknya, meskipun memiliki tujuan yang sama yaitu menjalankan

fungsi utama media massa.

2.1.2 Televisi sebagai media massa

Efek yang ditimbulkan televisi begitu mendalam, sebuah televisi mampu

menimbulkan kontak batin dengan pemirsa sehingga seolah-olah orang ikut

terhanyut dalam acara yang sedang berlangsung. Dengan sifat audio visual,

televisi dapat menimbulkan suasana akrab dan enak yang dapat dinikmati dalam

suasana yang paling santai sekalipun.

Sebagai salah satu media komunikasi massa, televisi adalah media yang

(29)

20

suguhan acara dapat membius berbagai usia mulai dari anak anak hingga orang

dewasa. Tanpa sebuah batasan, tayangan program acara televisi itu dapat menarik

minat, mempengaruhi, menyampaikan pesan kepada masyarakat dan sebagainya .

seperti yang dikatakan Effendy tentang televisi :

Televisi sebagai fungsi mempengaruhi dan bisa diandalkankan sebab

televisi mempunyai daya tarik yang kuat karena memiiki unsur kata-kata ,

musik, juga memiliki unsur visual berupa gambar hidup yang mampu

menimbulkan kesan mendalam pada penonton (Onong Uchjana E ; 1991 ;

170)

Sesuai dengan pemasalahan suguhan program acara televisi yang dibahas,

maka batasan yang akan dibahas dalam hal ini di khususkan pada komunikasi

menggunakan komunikasi massa adalah komunikasi melalui media masa yaitu

surat kabar, majalah, radio, televisi, dan film.

Menurut Elizabeth-Noelle Neuman yang dikutip oleh Rakhmat, ada empat

ciri pokok dari komunikasi massa, antara lain :

1. Bersifat tak langsung, artinya harus melewati media teknis.

2. Bersifat satu arah, artinya ada interaksi antara komunikan (peserta-peserta

komunikasi)

3. Mempunyai publik yabg secara geografis tersebar.

4. Bersifat terbuka, artinya ditujuakan pada publik yang tidak terbatas dan

(30)

Televisi adalah sebuah media atau alat yang digunakan untuk

menyaediakan berbagai program tayangan acara mulai dari pendidikan, informasi,

hiburan. Televisi berasala dari kata tele dan vision, Tele berarti jauh dan vision

berasal dari kata videre (bahasa Yunani) yang berarti melihat. Jadi televisi adalah

alat yang diguakan untuk melihat peristiwa yang kejadiannya berada pada tempat

yang relatif jauh (Onong Uchjana E ; 1991 ; 170).

Televisi memandang suatu peristiwa dari jaak jauh dalam waktu

bersamaan. Dan itulah yang menjadi ciri-ciri khusus dari televisi, pemirsa televisi

dapat melihat dan sekaligus mendengar suatu kejadian atau informasi yang terjadi

di suatu tempat secara bersamaan, yaitu bersamaan waktu dengan saaat

berlangsungnya peristiwa itu.

Menurut Steven M. Chsffe, efek yang dikutip oleh Rakhmat; efek yang

disebabkan oleh media massa dapat dilihat dari perubahan yang terjadi pada diri

khalayak komunikasi massa, yaitu penerimaan informasi, perubahan sikap dan

perubahan perilaku atau dengan istilah lain adalah perubahan kognitif, efektif, dan

behaviorial.

Seperti uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa televisi sebagai salah satu

meia massa juga mempunyai efek atau pengaruh pada pemirsa khususnya pada

anak-anak hingga orang dewasa. Efek menurut Wiryanto adalah

perubahan-perubahan yang terjadi di dalam diri audience sebagai akibat terpaan pesa-pesan

(31)

22

2.2 Iklan

2.2.1 Definisi Iklan

Iklan adalah bentuk komunikasi tidak langsung, yang didasari pada

informasi tentang keunggulan atau keuntungan suatu produk, yang disusun

sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa menyenangkan yang akan merubah

pikiran seseorang untuk melakukan pembelian. AMA (American Marketing

Association) mendefinisikan iklan sebagai berikut :

“Semua bentuk pembayaran untuk mempresentasikan dan

mempromosikan ide, barang atau jasa secara non personal oleh sponsor yang

jelas. Sedangkan yang dimaksud periklanan adalah suatu proses yang meliputi

persiapan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan iklan.” (Tjiptono,

2001:226).

Sedangkan definisi periklanan menurut Institusi Periklanan Inggris adalah

periklanan merupakan pesan-pesan penjualan yang paling persuasive yang

diarahkan kepada konsumen yang paling potensial atas produk barang atau jasa

tertentu dengan biaya yang paling ekonomis (Jefkins, Frank : 1997)

Definisi standart dari periklanan menurut Sutisna mengandung enam

elemen yaitu :

1. Periklanan adalah bentuk komunikasi yang di bayar, walaupun beberapa

(32)

menggunakan ruang khusus yang gratis atau walaupun harus membayar

tapi dengan jumlah yang sedikit.

2. Dalam iklan juga terjadi proses identifikasi sponsor. Iklan bukan hanya

menampilkan pesan mengenai kehebatan produk yang ditawarkan, tapi

juga sekaligus menyampaikan pesan agar konsumen sadar mengenai

perusahaan yang memproduksi produk yang ditawarkan.

3. Periklanan merupakan upaya membujuk dan mempengaruhi konsumen.

4. Periklan memerlukan elemen media massa sebagai media penyampai

pesan.

5. Periklanan memiliki sifat non personal (bukan pribadi).

6. Audience. Tanpa identifikasi audience yang jelas, pesan yang disampaikan

dalam iklan tidak secara efektif. (Sutisna, 2003:275-276)

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa periklanan

merupakan bentuk komunikasi non personal yang dibayar dari sponsor yang

teridentifikasi yang menggunakan media massa untuk membujuk atau

mempengaruhi audience sasaran. Pembuatan program periklanan harus selalu

dimulai dengan mengidentifikasi pasar sasaran dan motif pembeli. Kemudian

membuat lima keputusan utama dalam pembuatan program periklanan, yang

disebut lima (Kotler 2000:578)

1. Mission (misi) : Apakah tujuan periklanan ?

2. Money (uang) : Berapa uang yang dapat dibelanjakan ?

(33)

24

4. Media (media) : media apa yang akan di pergunakan ?

5. Measurement (pengukuran) : Bagaimana mengevaluasi hasilnya ?

2.2.2 Manfaat dan Fungsi Iklan

Kasali Menyebutkan ada beberpa manfaat iklan, antara lain :

1. Iklan memperluas alternatif bagi konsumen.

2. Iklan membantu produsen menimbulkan kepercayaan bagi konsumennya.

3. Iklan membuat orang kenal, ingat kepadanya. (Kasali, 1995:16)

Seiring dengan menjamurnya penawaran-penawaran produk melalui

berbagai media maka konsumen juga dipermudah dalam memilih produk sesuai

dengan apa yang diinginkan dan dibutuhkan. Konsumen juga dapat dengan mudah

dapat membandingkan dan memilih produk mana yang lebih baik. Melalui iklan

penyampaian pesan dalam penjualan produk akan efektif. Jika sebelumnya

produsen menjual produknya dengan cara bertatap muka secara langsung dan

terbatas oleh ruang dan waktu melalui iklan produsen, dapat mempromosikan

produknya mengenai manfaat, memperlihatkan fisik produk, harga dan

sebagainya di berbagai media.

Terlebih lagi jika dalam tayangan iklan tersebut ditampilkan tokoh yang

sudah dikenal oleh public, sehingga public akan semakin percaya kepada

perusahaan. Dari tayangan-tayangan iklan juga konsumen akan mengenal,

(34)

dapat dilakukan dengan menayangkan iklan dengan frekuensi berulang-ulang,

sehingga konsumen akan cepat mengenal, selalu ingat dan percaya pada produk.

Wright dan kawan-kawan (1978) mengatakan, dalam periklanan

mencakup beberapa fungsi, antara lain :

1. Fungsi pemasaran.

2. Fungsi komunikasi.

3. Fungsi pendidikan.

4. Fungsi ekonomi.

5. Fungsi sosial.

6. Fungsi yang ditinjau dari segi komunikator. (Wright dalam Liliweri,

1992:52)

Fungsi Pemasaran dalam periklanan merupakan fungsi untuk memenuhi

permintaan para pemakai ataupun pembeli terhadap barang ataupun jasa serta

gagasan yang diperlukannya. Melihat fungsi komunikasi melalui berbagai media

berbagai pesan dari komunikator kepada komunikan yang terdiri atas sekelompok

orang yang menjadi khalayaknya. Pada umumnya orang belajar sesuatu dari iklan

yang dibacanya, ditonton dan didengarnya dan hal tersebut yang menjadikan

periklanan memiliki fungsi pendidikan.

Selain itu iklan mengakibatkan orang semakin tahu tentang produk-produk

tertentu, pelayanan jasa maupun kebutuhan sertamemperluas ide-ide yang

(35)

26

dalam periklanan mencakup fungsi ekonomi. Sifat manusia yang ingin terus maju

dan menjadi lebih baik dalam iklan juga memiliki fungsi sosial yang membantu

menggerakkan suatu perubahan standart hidup yang ditentukan oleh kebutuhan

manusia diseluruh dunia. Jika fungsi periklanan ditinjau dari segi komunikator

dan komunikan terdiri dari menambag frekuensi penggunanya, menambah

frekuensi penggatian benda yang sama, menambah volume pembelian dari barang

atau jasa yang dianjurkan, menambah dan memperluas musim penggunaan barang

atau jasa.

2.2.3 Tujuan Kegiatan Periklanan

tujuan periklanan dapat digolongkan menurut sasarannya. Menurut Kotler,

2002:659 mengatakan bahwasannya iklan itu untuk membujuk,

menginformasikan, atau mengingatkan. Periklanan informative biasanya

dilakukan secara besar-besaran pada tahap awal suatu jenis produk. Tujuannya

adalah untuk membentuk permintaan pertama. Periklanan persuasive penting

dilakukan pada tahap kompetitif tujuannya adalah membentuk permintaan selektif

untuk suatu merek tertentu.

Beberapa periklanan persuasive telah beralih ke jenis periklanan

perbandingan (comperative advertaising), yang berusaha untuk membentuk

keunggulan suatu merek melalui perbandingan atribut specifik dengan satu atau

(36)

untuk produk yang sudah mapan. Bentuk iklan ini adalah iklan penguat

(reinforcement advertaising), yang bertujuan meyakinkan pembeli.

2.3 Pemirsa sebagai khalayak aktif

Menurut Hiebert, audience komunikasi massa memiliki 5 karakteristik

antara lain:

1. Audience cenderung besar.

Cenderung besar berarti audience tersebar ke berbagai wilayah jangkauan

yang tersebar di berbgai pejuru dunia ke berbagai wilayah sasaran

komunikasi massa. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai

ribuan hingga jutaan, sehingga audience tidak dapat dikatakan menjadi

ukuran yang pasti untuk besarnya audience.

2. Audience cenderung heterogen.

Audience berasal dari berbagai lapisan dan katagori sosial, semua media

pasti mempunyai konsumen namun tetap memiliki heterogonitas di dalam

sasarannya. Sebuah program acara yang dikhususkan untuk pecinta hobi

memancing memang secara penghobi, tetapi status sosial ekonomi, agama,

umur, tetap berbeda satu dengan yang lain.

3. Audience cenderung anonim.

Yakni antara audience tidak saling mengenal, sebab di berbagai belahan

dunia terdapat audience suku agama dan ras yang berbagai macam. Namun

(37)

28

4. Audience berisikan berbagai individu.

Audience televisi terdapat berbagai individu untuk bertukar pengalaman

dan dipengaruhi oleh hubungan sosial disekitar lingkungan untuk

menentukan produk berdasarkan seleksi pengalaman.

5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikatornya.

Anda bertempat tinggal di kutub selatan, dengan kecanggihan teknologi di

era modernisasi bukan menjadi permasalahan yang sulit untuk melihat

program kesayangan yang terdapat di stasiun televisi yang tersiar di

Indonesia, meskipun terpisahkan oleh berjuta kilometer jauhnya.

(nuruddin,2004:96-98)

Raymond A. Bauer mengkritik realita khalayak audience sebagai robot yang

pasif dan juga kepala batu (obsrinate audience). Sebab, masyarakat pada

umumnya mengikuti isi pesan yang dibawa oleh media apabila pesan tersebut

membawa keuntungan bagi audience. Sehingga komunikasi tidak lagibersifat

linier (dengan peranan komunikator yang dominan) namun telah berubah menjadi

sebuah transaksi, “Each give in order to get” kata Bauer (dalam Scramm dan

Roberts, 1997:345)

Masyarakat menggunakan media massa disebabkan oleh beberapa hal

tertentu. selain untuk mendapatkan informasi, media massa menjadi pilihan

terakhir untuk menjadi sahabat sekaligus memberikan hiburan hingga pendidikan

(38)

2.4 Teori Motif Kebutuhan Manusia

Kebutuhan adalah salah satu aspek psikologis yang menggerakan mahluk

hidup dalam aktivitas-aktivitasnya dan menjadi dasar (alasan) berusaha. Abraham

Maslow menyatakan bahwa manusia memiliki berbagai tingkat kebutuhan, mulai

dari keamanan hingga aktualisasi diri.

Menurut winkle dan Azwar (dalam DR. Nyanyu Khodijah,2006), motif

merupakan suatu keadaan, kebutuhan, dorongan atau kekuatan yang berasal dari

dalam diri seseorang baik yang disadari maupun tidak disadari untuk mencapai

tujuan tertentu.

Motif terdiri atas dua dimensi, yaitu :

1) Kekuatan (Intensitas)

Suatu motif dikatakan kuat apabila motif itu dapat mengalahkan

kekuatan motif yang lain. Kekuatan motif juga dapat dilihat dari tingginya

intensits suatu motif daripada motif lainnya.

2) Jenis

Manusia tergolong mahluk yang dihadapkan pada banyak keadaan,

kebutuhan, dorongan, atau kekuatan dari dalam dirinya. Hal itu mempengaruhi

jenis motif yang timbul. Beberapa ahli memiliki kesimpulan tentang jenis

motif yang saling melengkapi, antara lain :

a. Hierarki kebutuhan (need hierarchy)

Abraham Maslow mencetuskan teori motif kebutuhan alamiah

manusia. Maslow berpendapat bahwa manusia dimotivasi oleh sejumlah

(39)

30

dan berasal dari sumber genetis atau naluriah. Kebutuhan tersebut menjadi

inti manusia, baik kebuutuhan fisiologis maupun psikologis.

Maslow membagi dorongan atau kebutuhan-kebutuhan universal

yang dibawa individu sejak lahir dalam lima tingkatan dari yang terendah

hingga yang tertinggi dalam hierarki (need hierarchy). Susunan dari

tingkatan paling rendah sampai paling tinggi, yakni (Effendy, 2003:290).

1. Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (psysiological needs)

Kebutuhan yang paling dasar, kuat, dan jelas adalah kebutuhan untuk

mempertahankan hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan untuk makan,

minum, berteduh, oksigen, tidur, seks, dan sejenisnya.

2. Kebutuhan-kebutuhan rasa aman

Terdiri atas kebutuhan-kebutuhan akan jaminan, stabilitas,

perlindungan, ketertiban, bebas dari rasa takut dan kecemasan.

3. Kebutuhan-kebutuhn rasa memiliki dan cinta (love needs)

Pada umumnya, setiap orang mengharapkan hubungan yang penuh

kasih sayang dengan orang lain,lebih khususnya lagi kebutuhan akan

rasa memiliki dan dimiliki di tengah kelompoknya.Dalam hubungan

ini member dan menerima rasa cinta sama pentingnya bagi individu.

4. Kebutuhan-kebutuhan penghargaan (esteem needs)

Maslow membagi kebutuhan akan penghargaan menjadi dua, yaitu

penghargaan terhadap diri sendiri dan penghargaan dari orang lain.

(40)

kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,

kemandirian, dan kebebasan. Sedangkan penghargaan dari orang lain,

yaitu prestise, pengakuan, penerimaan, perhatian, kedudukan, atau

keberhasilan dalam masyrakat, semua sifat dari bagaimana orang lain

berfikir dan berkreasi terhadap seseorang.

5. Kebutuhan-kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs)

Kebutuhan yang paling tinggi adalah kebutuhan aktualisasi diri.

Aktualisasi diri didefinisikan sebagai perkembangan yang paling tinggi

dari semua bakat, pemenuhan semua kualitas dan kapasitas, sesuai

dengan potensi seseorang untuk menjadi atau dengan kata lain

aktualisasi diri merupakan kebutuhan psikologis dalam menumbuhkan,

mengambangkan, dan menggunakan kemampuannya untuk menjadi

diri sendiri sesuai dengan kemampuanya.

Individu tidak didorong oleh kelima kebutuhan pada saat yang

sama. Setiap waktu, hanya akan muncul salah satu kebutuhan yang

sangat penting, tergantung pemenuhan kebutuhan pada tingkat

sebelumnya. Maslow mengingatkan agar kebutuhan-kebutuhan ini

tidak dipandang secara kaku.

Selain kebutuhan di atas, Maslow menambahkan tingkat kedua dari

kebutuhan-kebutuhan yang beroprasi sebagai tambahan dari tingkat

pertama. Kebutuhan ini juga dibawa sejak lahir, yaitu kebutuhan untuk

mengetahui lebih kuat dan harus dipuaskan sebelum timbul kebutuhan

(41)

32

b. Kebutuhan individual (individual’s need)

Lingkungan social (social environment) dapat ,menentukan

kebutuhan manusia. Lingkungan social tersebut meliputi ciri-ciri afiliasi

kelompok dan cirri-ciri kepribadian. Kebutuhan individual (individual’s

needs) dikatagorikan sebagai berikut (Effendy,2003:294) :

1. Cognitif needs ( kebutuhan kognitif)

Kebutuhan yang berkitan dengan informasi, pengetahuan. Dan

pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasari oleh

dorongan untuk memahami dan menguasai lingkungan dan

memuaskan dorongan keingintahuan.

2. Affective needs (kebutuhan afektif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan

pengalaman-pengtalaman estetis, menyenangkan, dan emosional.

3. Personal Integrative needs (kebutuhan pribadi secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan penambahan kredibilitas, rasa

percaya diri, stabilitas, dan status social individu.

4. Social integrative needs (kebutuhan social secara integratif)

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga,

teman dan dunia.

5. Escapist needs (kebutuhan pelepasan)

Berkaitan dengan menghindar dari tekanan, ketegangan, dan hasrat

(42)

2.5 Kebohongan Publik dan Pelanggaran Pada Iklan

Bohong menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah tidak sesuai

dengan hal (keadaan dan sebagainya) yang sebenarnya; dusta. Sedangkan

berbohong mempunyai arti menyatakan sesuatu yang tidak benar; berbuat bohong;

berdusta(http://bahasa.cs.ui.ac.id/kbbi/kbbi.php?keyword=bohong&varbidang=all

&vardialek=all&varragam=all&varkelas=all&submit=tabel). Sehingga kebohonga

publik dapat diartikan sebagai sesuatu yang tidak sesuai dengan kondisi yang

sebenarnya diungkapkan kepada publik.

Sedangkan Pelanggaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah

perbuatan (perkara) melanggar; tidak pidana yang lebih ringan daripada kejahatan.

iklan di Indonesia banyak yang melanggar Pedoaman Prilaku Penyiaran dan

Standar Program Penyiaran (P3 dan SPS) yang ketetapkan oleh Komisi Penyiaran

Indonesia (KPI).

2.6 Pedoman Perilaku Penyiaran (P3) . Standar t Pr ogram Siar an (SPS),

dan Etika Pariwara Indonesia (EPI)

Penayangan iklan seperti conto pada bab 1. Tidak sesuai dengan Pedoman

Prilaku Penyiaran (P3) BAB X pebatasan materi program acara seksualitas

pasal 13 yang tertulis jelas bahwa lembaga penyiar an wajib melakukan

pembatasan adegan seksual, sesuai dengan penggolangan program siaran

dan melanggar standart program siaran BAB X pemberantasan dan pelarangan

seksualitas point pertama PEMBATASAN ADEGAN SEKSUAL pasal 16

(43)

34

1. Program siaran wajib memiliki batasan terhadap adegan seksual,

sesuai dengan penggolongan program siaran.

2. Adegan seksual sebagai mana yang dimaksud pada ayat (1) diatas

diperbolehkan dalam konteks kasih sayang dalam keluarga dan

persahabatan, termasuk didalamnya; mencium pipi, mencium

kening/dahi, mencium tangan, sungkem, bergandengan tangan, dan

atau berpelukan.

BAB X pemberantasan dan pelarangan seksualitas point kedua

PEMBATASAN ADEGAN SEKSUAL pasal 17. berikut program siaran yang

bermuatan adegan seksual dilarang sebagai berikut:

1. Mengeksploitasi bagian-bagian tubuh Yang lazim dianggap dapat

membangkitkan birahi, seperti: paha, bokong, payudara, dan atau

alat kelamin.

2. Menayangkan penampakan alat kelamin, ketelanjangan dan atau

kekerasan seksual.

3. Adegan gerakan tubuh atau tarian yang dapat membangkitkan

gairah seks, khususnya bagian tubuh sekitar dada, perut,

pinggul/bokong.

4. Adegan berpelukan mesra sambil bergumul antara lawan jenis

maupun sesama jenis yang dapat membangkitkan libido.

5. Adegan menyentuh, meraba, atau memeras bagian tubuh yang

dapat membangktikan birahi. Seperti: paha, selangkangan, leher,

(44)

6. Adegan ciuman bibir penuh nafsu dan adegan ciuman pada bagian

tubuh yang dapat membangkitan birahi, seperti: paha, , leher,

payudara, telinga, atau perut.

7. Adegan yang mengesankan ciuman bibir secara samar samar.

8. Adegan masturbasi secara terbuka.

9. Adegan yang mengesankan masturbasi secara samar-samar.

10. Percakapan atau adegan yang menggambarkan rangkaian aktivitas

kearah hubungan seks dan atau perseagamaan.

11. Menampilkan perseagamaan atau hubungan seks heteroseksual,

homoseksual/lesbian, atau benda tertuntu yang menjadi simbol seks

secara terbuka atau samar samar.

12. Suara-suara atau bunyi-bunyian yang mengesankan belangsungnya

kegiatan hubungan seks dan atau perseagamaan.

13. Adegan yang menggambarkan hubungan seks antar binatang secara

vulgar, antara manusia dan binatag atau alat peragan lainnya.

14. Adegan pemerkosaan, atau kekerasan seksual secara vulgar.

15. Adegan yang menunjukan terjadinya pemerkosaan atau kekerasan

seksual secara samar samar.

16. Lirik lagu yang eksplisit dapat membangkitkan hasrat seksual

17. Pembicaraan mengenai hubungan seksual secara vulgar

Selain melanggar Pedoman Prilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

iklan juga sering melakukan pelannggaran yang bertentangan dengan EPI BAB

(45)

36

" paling" , " nomor satu" , " top, atau kata-kata berawalan " ter" dan atau

yang ber makna sama, tanpa secar a khas menjelaskan keunggulan tersebut

yang har us dapat dibuktikan dengan pernyataan tertulis dan otoritas ter kait

atau sumber yang otentik” serta EPI BAB IIIA No. 2.8.2 yang menjelaskan

bahwa: " pr oduk-pr oduk yang bersifat intim harus ditayangkan pada waktu

penyiar an yang khusus untuk or ang dewasa."

2.6.1 Reception Analysis

Menurut Jensen (1986). Analisis penerimaan, adalah sebuah istilah yang

melingkupi beragam bentuk dari penelitian khalayak, yang menyatukan ilmu

sosial dan perspektif kemanusiaan pada penerimaan. Sementara menurut Liebes

dan Katz (2986), Lindlof (1987) serta Lull (1988), pada pendekatan nyata, analisis

penerimaan tertuju pada konteks budaya di dalam dandiluar Eropa dan Amerika.

Seperti studi kebudayaan, analisis penerimaan berbicara mengenai pesan media

secara budaya dan pendekatan yang terkode secara umum, sembari menegaskan

khalayak sebagai alat dari produksi pemaknaan. (McQuail, Golding & Bens,

2005, p.57)

Latar belakang budaya masyarakat berkaitan erat dalam memaknai isi

pesan media. Keanekaragaman budaya dalam memaknai sebuah pesan media

akan membawa cara masyarakat dalam memaknai sebuah pesan media. Seperti

ang dituturkan oleh Cruz dan Lewis (1994) :

Only by understanding the meaning constructed by the audience that we

can understand how that (cultural) from functions within the large culture

(46)

Reception analysis merupakan metode terbaru dalam meneliti khalayak

media. ini merupakan metode yang berupaya mencari makna isi pesan media dari

masyarakat yang tidak pasif dan hanya diam saat melihat dan menerima terpaan

media dari segala penjuru secara langsung dan terus menerus. Pemirsa televisi

merupakan pecinta makna yang aktif yang berkaitan erat dengan memaknai

sebuah pesan media. (Barker,2005:43)

Reception analysis merupakan studi modern dari cultural studies yang

memiliki karakter sebagai berikut :

The media has to be “read” through the perception of ots

audiencce, which consturcts meaning and pleasure from the media

texks offerd (and these are never fixel or predictable).

Media use is typically situations-spesific and oriented to

sosial taxs that evolve out of participations in interpretative

communities.

Audience are never passive, not are all their members equal,

since some will be more experinced or more active fans than

others.

The very processnof media use and the way in which it unfold

in a particultular contexs are central objects of interest.

Methods have to be qualitative and deep, ften etnographich,

taking account of content, act of reception and the contexks

(47)

38

Audience for particultural media genres often comprise

separate “interpretative communicaties” that share much

the same form of discourse and framework for making sense

of media.

(lindolf dalam McQuail, 1997:19)

Dari karakteristik diatas dapat disimpulkan bahwa Recpetion Analysi

merupakan metode terbaru dalam untuk melihat sebuah fenomena masyarakat

memberika sebuah makna terhadap isi media. Keanekaragaman budaya masyrakat

menberi pemahaman isi media dalam Reception Analysis dipahami sebagai

penerimaan. Namun penerimaan tersebut sebelumnya tidak dapt diprediksi sebab,

setiap individu memaknai sebuah isi pesan media berdasarkan field of experience

dan frame of reference yang berbeda satu sama lain.

Dari sinilah Reception analysis digunakan sebagai alternatif metode

penelitian kualitatif yang digunakan untuk melihat proses pemaknaan dan

pemikiran masyarakat terhadap terpaan isi media, penelitian ini menggunakan

teknik wawancara mendalam (depth interview) atau wawancara yang digunakan

secara intensif dan tak berstruktur bertujuan untuk mendapatkan data kualitatif

yang mendalam.

2.6.2 Wawancara Mendalam (depth interview)

Wawancara mendalam adalah teknik mengumpulkan data informasi

dengan cara bertatap muka secara langsung dengan informan agar mendapatkan

(48)

secara intensif, selanjutnya dibedakan antara responden (orang yang akan

diwawancaai) dengan informan (orang yang ingin penulis ketahui atau pahami

dan akan diwawancarai beberapa kali).

Karakteristik wawancara mendalam diantaranya adalah :

1. Menyediakan latar belakang secara detail mengenai alasan informan

memberikan jawaban tertentu. Dari wawancara ini terkolaborasi

bebrapa elemen jawaban, antara ain opni, nilai nilai, motivasi,

pengalaman maupun perasan informan.

2. Digunakan untuk subyek sedikit atau bahkan satu atau dua orang saja,

tidak ada ukuran pasti untuk banyaknya subyek yang sangat berbeda

dengan penelitian kuantitatif yang mensyaratkan sampel harus

mewakili populasi..

3. Wawancara mendalam memperhatikan bukan hanya jawaban verbal

informan, tetapi juga observasi yang panjang mengenai respon-respon

non verbal informan.

4. Memungkinkan memberikan pertanyaan yang berbeda atas informan

yang satu dengan yang lain. Susunan akata dan urutannya disesuaikan

denan ciri-ciri setiap informan tergantung pada informasi yang

diperoleh berdasarkan jawaban yang dikembangkan penulis.

5. Wawancara mendalam dipengaruhi oleh iklim wawancara, semakin

kondusif iklim wawancara maka penulis (pewawancara) dengan

informan sehingga wawancara dapat berlangsung terus dengan lancar

(49)

40

6. Wawancara mendalam ini biasanya dilakukan dalam waktu yang lama

dan berkali kali. Tidak seperti wawancara yang digunakan dalam

survei yang mengkin dilakukan dalam beberapa menit, sebuah

wawancara yang mendalam bisa dilakukan berjam-jam hingga

melibatkan diri hidup bersama dengan infrman guna mengetahui

keseharian informan.

2.7 Kerangka Ber fikir

Masuknya investor asing ke Indonesia akan menambah ragam produk

yang ditawarkan. Selain membawa produk para investor juga membawa beragam

kebudayaan berdasarkan asal investor masing-masing. Tanpa memperhatikan

budaya Indonesia para investor tersebut memproduksi iklan yang tidak sesuai

deng budaya masyarakat Indonesia. Sehingga muncullah iklan yang mempunyai

unsure pelanggaran dan kebohogan publik melalui media televisi.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode Reception Analysis

sebagai pendekatan yang berfungsi untuk memandang khalayak sebagai active

producer of meaning dan melihat masyarakat tidak hanya menjadi konsumen

media. Penerimaan masyarakat Surabaya tidak dapat diprediksi, sebab masing

masing individu ketika menerima dan memaknai isi pesan media mempunyai

dasar field of experience dan frame yang berbeda satu dengan yang lain. Melalui

metode reception analysis diterapkan untuk mengetahui penerimaan masyarakat

surabaya terhadap pelanggaran dan kebohogan publik. Sedangkan depth interview

diaplikasikan untuk mendapat serta mengumpulkan data dari hasil interview

(50)

Dari fenomena yang ada, peneliti tertarik untuk meneliti dan mengulas

mendalam mengenai : Penerimaan Masyarakat Surabaya Tentang Iklan Non

(51)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Metode kualitatif adalah metode yang digunakan untuk memilih suatu

objek yang alamiah dan peneliti menjadi kunci utama dalam sebuah penelitian.

Selain itu, metode kualitatif juga berupaya memahami karakter individu yang

tidak cukup dengan melakukan survive behaviorial tetapi juga melihat sudut

pandang dalam diri manusia yang utuh tentang manusia dan dunianya (Mulyana

2003:32)

Penelitian ini menggunakan studi Reception Analysis yan menekankan

masyarakat sebagai interpretative communities yang menganggap masyarakat

adalah sebagai pemirsa televisi yang aktif dan dalam memilih media, peneliti juga

menjadi fasilitator untuk menjembatani keanekaragaman latar belakang budaya

masyarakat, peneliti diwajibkan untuk berempati dengan masyarakat yang akan

diteliti serta mengerti bagaimana mereka memahami realitas dan peristiwa yang

sedang terjadi di lingkungan masyarakat.

Pendekatan kualitatif sifatnya fenomenologis untuk memahami arti

peristiwa dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi-situasi

tertentu, realitas sosial, memberikan tekanan terbuka tentang kehidupan

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dapat diberikan saran sebagai berikut: 1) bagi mahasiswa pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia sebagai calon guru hendaknya menjadikan

Dari total perhitungan biaya overhead yang ada pada Yummy Catering maka dapat diketahui berapa jumlah biaya yang dialokasikan untuk. masing-masing jenis menu yang

Dengan melihat analisa hasil dalam penelitian ini maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kekuatan otot lengan dilakukan dengan cara melakukan push up dengan kemampuan passing atas

Pekerja sosial masyarakat (PSM) adalah setiap warga yang memiliki jiwa sosial dan berperan dalam membantu mewujudkan program pemerintah secara sukarela dan

Pengujian kinerja catalyst pada Low Pressure Fixed Bed Reactor antara catalyst yang dikembangkan dibandingkan catalyst komersial, dengan focus DME yang pada

Dari data yang telah dikumpulkan, setelah dianalisis diperoleh data sebagai berikut: 1) Bahwa penerapan metode mind mapping pada pembelajaran mata pelajaran PAI di SMPN

Para lansia yang ada di UPTD PSLU Tresna Werdha Natar Lampung Selatan dilatih dan diajarkan mengenai berbagai materi tentang aqidah, fiqih, akhlak, dan al-quran

kesurupan seseorang telah mengalami kecemasan dan depresi yang. merupakan respon negatif dari permasalahan keluarga yang