i
PREFERENSI MAKAN KUMBANG KOKSI (Epilachna admirabilis)
PADA BEBERAPA TANAMAN SAYURAN FAMILI SOLANACEAE
Skripsi
Sebagai tugas akhir untuk memenuhi syarat mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan Biologi FMIPA Universitas Udayana
Oleh:
Bagus Suyoga
0808305019
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS UDAYANA
Skripsi
PREFERENSI MAKAN KUMBANG KOKSI (Epilachna admirabilis)
PADA BEBERAPA TANAMAN SAYURAN FAMILI SOLANACEAE
Oleh :
Bagus Suyoga
0808305019
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji dan telah dinyatakan Lulus pada
Senin, 7 September 2015
Pembimbing I Pembimbing II
Dra. Ni Luh Watiniasih, M.Sc, Ph.D Ni Made Suartini, S.Si, M.Si NIP. 19660609 199103 2 002 NIP. 19711028 199702 2 001
Mengesahkan, KetuaJurusanBiologi
Fakultas MIPA UniversitasUdayana
INTISARI
Budidaya tanaman monokultur sudah banyak berkembang di Indonesia. Tanaman famili Solanaceae salah satu komoditi utama karena banyak digemari oleh masyarakat, misalnya tomat, terung dan cabai. Namun, budidaya tanaman terkendala masalah hama. Kumbang Epilachna admirabilis adalah salah satu hama tanaman Solanaceae. Penelitian bertujuan mengetahui jenis daun dari tiga tanaman Solanaceae berbeda yang paling disukai kumbang koksi (Epilachna admirabilis). Sampel daun yang digunakan adalah daun muda dari tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terung (Solanum melongena) yang diambil di Desa Angseri, Kecamatan Baturiti. Kumbang E.admirabilis
dipuasakan selama 24 jam sebelum pengamatan. Penelitian dirancang dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap dengan 9 kali ulangan. Pengamatan dilakukan 2 kali yaitu pada 2 jam dan 24 jam. Luas daun yang dikonsumsi oleh masing-masing individu setelah 2 jam dan 24 jam pengamatan dicatat dan diukur dengan menggunakan kertas bergaris dalam ukuran mm. Waktu tiba kumbang E.admirabilis pertama kali pada daun dicatat. Hasil pengamatan pada 2 jam menunjukkan bahwa luas daun yang paling banyak dikonsumsi adalah daun tomat dengan luas 34,1 mm. Pada pengamatan 24 jam, Terung merupakan daun yang paling banyak dikonsumsi dengan luas 422,0 mm. Hasil pengamatan waktu tiba menunjukkan daun Terung memiliki rata-rata waktu tiba yang paling cepat yaitu 5 menit 9 detik.
ABSTRACT
Monoculture cultivation of agricultural crops has been developing well in Indonesia. Plants belong to Solanaceae is one main commodity that are famous to be used as vegetables, such as tomato, eggplant and chilli. However, the cultivation of these plants are hampered by the present of pests. Lady beetle (Epilachna admirabilis) is one species of pest commonly found in Solanaceae. This research aimed to investigate the feeding preference of Epilachna admirabilis on young leaves of three different species of plants, i.e. Solanum lycopersicum (tomato), Capsicum sp. (chilli), and Solanum melongena
(eggplant). Leaf samples of three different species and the lady bettles were collected from Angseri Village, Baturiti. Research was designed in complete randomize design with 9 replications. Leaves of three different species of plants were placed randomly in a large tray (46cm in diameter) with similar distance among them. Nine adult lady bettles, which were fasted for 24 hours before treatments, were placed in the centre of each tray. Observation of feeding preferences was conducted soon after the release of the lady bettles. The time spend by lady bettles to reach the leaves was counted. The volume of leaves consumed was counted by measuring the widths of leaf eaten, which were measured after 2 and 24 hours of treatments. Epilachna admirabilis was found to choose the eggplant leaves when first time released after fasting, with the average time around 5 minutes.
The most leaves consumed by the lady bettle was the tomato leaves (34.1mm) after 2 hours of treatments. However, after 24 hours of treatments, the most consumed leaves was of the eggplant (422.0 mm).
DAFTAR ISI
2.1.2 Makanan dan Perilaku Epilachna admirabilis ... 7
2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup Kumbang Koksi (Epilachna admirabills) ... 8
2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis ... 9
2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis ... 10
2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum) ... 10
2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena) ... 11
2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.) ... 12
III. METODE PENELITIAN ... 14
3.1 Metode Pengumpulan Data ... 14
3.1.1 Waktu, Tempat dan Persiapan Penelitian ... 14
3.1.2 Materi Penelitian ... 14
3.2 Analisa Data ... 15
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Hasil ... 16
4.2 Pembahasan ... 21
V. PENUTUP ... 22
5.1 Simpulan ... 22
5.2 Saran ... 22
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis ... 10
Gambar 2. Luas daun sebelum dan setelah dikonsumsi oleh kumbang pada 2 jam pengamatan
pada daun tomatdanterong……… ... 17
Gambar 3. Luas daun sebelum dan setelah dikonsumsi oleh kumbang pada 24 jam pengamatan
pada daun tomat dan terong……… ... 18
Gambar 4. Daun terong (a) dan tomat (b) yang sebagian dikonsumsi oleh kumbang E.
admirabilis (tanda panah) ……… ... 18
Gambar 5. Rata-rata waktu tiba kumbang (E. admirabilis) pada daun tomat, cabai dan
I. PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Budidaya tanaman monokultur dapat mendorong ekosistem pertanian rentan terhadap
serangan hama karena ketersediaan makanan yang terus-menerus bagi serangga hama. Selain
itu, perluasan tanaman monokultur dengan pengalihan lahan vegetasi alami dapat
menurunkan keragaman habitat, ketidakstabilan agroekosistem, dan meningkatnya serangan
hama (Nair, 2001).
Tanaman Solanaceae merupakan salah satu jenis komoditi sayuran yang banyak
dibudidayakan (Pracaya, 1993). Beberapa diantaranya seperti tomat, terong dan cabai yang
memiliki nilai ekonomis tinggi karena banyak diminati untuk dikonsumsi sehari-hari.
Tomat merupakan salah satu komoditas pertanian multiguna yang diolah sebagai
produk pangan. Menurut Badan Pusat Statistik pada tahun 2003 produksi tomat di Sumatera
Barat mencapai 14,481 ton/tahun, tahun 2004 terjadi peningkatan menjadi 16,341 ton/tahun,
sedangkan pada tahun 2005 terjadi penurunan menjadi 11,824 ton/tahun. Tahun 2006-2007
terjadi peningkatan lagi yaitu 22,348-25,578 ton/tahun. Peningkatan ini menandakan tomat
termasuk sayuran yang banyak digemari karena rasa enak, segar dan sedikit asam
(Chairunnisa, 2011). Buah tomat mengandung berbagai vitamin dan senyawa pencegah
penyakit yang baik bagi kesehatan, terutama lycopene. Tomat mengandung lemak dan kalori
dalam jumlah rendah, bebas kolesterol, dan merupakan sumber serat dan protein yang baik.
Selain itu, tomat kaya akan vitamin A dan C, beta-karoten, kalium dan antioksidan lycopene
(Rizqi, 2011).
Habitus tanaman tomat berupa semak dengan ketinggian mencapai 0,5 m -2,5m. Daun
tanaman tomat bentuknya bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus), majemuk
menyirip, letak berseling, pangkal membulat, helaian daun yang besar tepinya berlekuk,
helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang 10-40cm, warnanya hijau muda dilindungi
oleh trikomata (Cahyono, 1998).
Terong termasuk salah satu sayuran buah yang banyak digemari berbagai kalangan di
seluruh pelosok tanah air. Buah terong yang merupakan hasil panen utama tanaman ini
memiliki citarasa yang enak, bernilai gizi diantaranya vitamin A, B1, B2, C, P, dan Fosfor
(Peni, 1998). Selain itu, terong harganya relatif murah (Rp. 3000 – Rp 3500/kg) sehingga
terjangkau oleh masyarakat lapisan bawah. Terong juga digunakan dalam berbagai masakan
menunya. Terong dapat berfungsi sebagai makanan fungsional karena memiliki sifat
antioksidan yang baik, karena fitonutrien mengandung komponen fenol, seperti asam kafeat,
asam klorogenik, serta nasunin. Para peneliti pertanian di Beltsville Amerika Serikat,
menyatakan komponen fenol dalam terong berkhasiat sebagai antioksidan (Vidayanti, 2012).
Selain fenol, terong mengandung komponen lain yang bersifat melindungi tubuh dari infeksi
bakteri dan jamur. Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau
memanjang, memiliki permukaan yang cukup luas (3-15cm x 2-9cm), bentuk helaiannya
menyerupai telinga, letak helaian daun tersebar pada cabang batang, umumnya berlekuk
dengan tepi daun berombak, kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut tipis yang
masing-masing berwarna kelabu, tulang daun tersusun menyirip, pada tulang daun yang besar sering
terdapat duri (Christman, 2007).
Cabai merupakan tanaman perdu dengan rasa buah pedas yang disebabkan oleh
kandungan capsaicin. Cabai mengandung beberapa vitamin. Salah satu vitamin dalam cabai
adalah vitamin C (asam askorbat). Vitamin C berperan sebagai antioksidan yang kuat dapat
melindungi sel dari agen-agen penyebab kanker, dan secara khusus mampu meningkatkan
daya serap tubuh atau kalsium (mineral untuk gigi dan tulang) serta zat besi dari bahan
makanan lain (Godam, 2006). Selain itu, vitamin C merupakan vitamin yang larut dalam air
dan esensial untuk biosintesis kolagen (Nadiu, 2003). Daun cabai tersebar atau bersama-sama
dan berbeda dalam ukuran, panjang pangkal daun 0,5-2,5cm, helaian daun bulat telur
memanjang atau elips bentuk lanset, pangkal daun meruncing, ujung daun meruncing,
permukaan daun gundul, dan pertulangan daun menyirip. Masa panen cabai berkisar antara
2-3 bulan setelah pemanenan perdana (Tikarama, 2009).
Budidaya cabai, terong dan tomat masih mengalami kendala, misalnya adanya
serangan hama. Pengendalian hama dengan menggunakan insektisida dan dengan
pengendalian hama terpadu telah diupayakan, seperti meningkatkan keanekaragaman
tanaman, penerapan tumpang sari, dan rotasi tanaman untuk meningkatkan stabilitas
ekosistem serta mengurangi resiko gangguan hama (Altieri, 1999; Nicholls,1999). Walaupun
banyak usaha pengendalian hama telah dilakukan, namun hama-hama yang menyerang
tanaman khususnya sayuran masih banyak ditemukan.
Penggunaan pestisida yang intensif dapat menimbulkan resistensi terhadap hama dan
merugikan bagi musuh-musuh alami dari hama tersebut. Dilaporkan bahwa akibat
penggunaan insektisida yang berlebihan di Taiwan, lalat buah Bactrocera dorsalis resisten
memperlihatkan bahwa tanaman yang diberi pupuk dengan bahan kimia sintetis lebih rentan
terhadap serangan hama dibandingkan tanaman organik dan tanaman yang tumbuh pada
tanah yang masih alami (Hsu dan Feng, 2000).
Pengendalian hama dengan pemanfaatan musuh alami serangga sudah dilakukan pada
beberapa tanaman pertanian. Namun hasilnya belum banyak diketahui dan belum
dimanfaatkan oleh para petani. Hal tersebut diduga disebabkan karena setiap jenis serangga
mempunyai musuh yang spesifik.
Salah satu jenis serangga yang dapat berpengaruh negatif terhadap pertumbuhan dan
perkembangan tanaman, terutama tanaman pertanian adalah serangga pemakan daun dari
ordo Coleoptera, yaitu kumbang koksi (Epilachna admirabilis). Pada daerah tertentu,
misalnya di kecamatan Baturiti, kabupaten Tabanan Bali, kumbang koksi merupakan salah
satu hama yang cukup mengkhawatirkan petani, karena serangga ini aktif memakan beberapa
jenis tanaman sayuran, misalnya pada tanaman terong (Solanum melongena).
Petani biasanya melakukan tindakan pemberantasan hama ini dengan menggunakan
pestisida. Mereka kurang mengerti tentang buruknya pengaruh penggunaan pestisida terhadap
tanaman dan serangga hama. Meningkatnya serangan hama bukan hanya karena
penyederhanaan tanaman, tetapi juga terjadi karena penggunaan pestisida yang tidak
bijaksana. Seperti dilaporkan bahwa ulat daun kubis Plutella xylostella di berbagai daerah
sentra produksi di Jawa Tengah dan Yogyakarta telah sangat resisten terhadap insektisida
dengan bahan aktif deltametrin (Nuryanti, 2001; Listyaningrum dkk 2003; Rahman, 2004),
demikian pula dengan ulat grayak Spodoptera exigua pada daun bawang merah juga telah
resisten terhadap metoksifenosida (Trisyono, 2008).
Serangga pemakan daun biasanya lebih menyukai daun yang masih muda, karena
kandungan metabolit sekundernya yang masih rendah dan kandungan nitrogen yang tinggi.
Nitrogen diperlukan serangga dalam jumlah yang tinggi karena nitrogen merupakan unsur
utama penyusun asam amino. Asam amino merupakan monomer protein yang sangat
diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan serangga. Kandungan nitrogen pada
masing-masing tumbuhan dapat berbeda tergantung pada familinya. Pada setiap individu
tanaman kandungan nutrisi terutama air dan nitrogen yang dibutuhkan oleh serangga herbivor
dapat berbeda tergantung dari bagian tanamannya, misalnya bagian tanaman yang masih
muda relatif lebih banyak mengandung air dan nitrogen dibandingkan dengan bagian
tanaman yang sudah tidak berkembang atau tua (Bruyen et al., 2002; Wait et al., 2002;
Lebih tingginya kandungan nutrisi dari daun yang digunakan sebagai sumber
makanan oleh serangga herbivor, maka penelitian tentang preferensi satu jenis serangga
herbivor sangat perlu untuk dilakukan pada beberapa jenis tanaman dengan famili yang sama.
Maka dari itu, penelitian ini ditujukan untuk mengetahui preferensi makan salah satu
serangga herbivor kumbang koksi (Epilachna admirabilis) pada daun pada beberapa jenis
tanaman sayur-sayuran, yaitu tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.) dan
terong (Solanum melongena) yang banyak dibudidayakan di Bali.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah jenis
daun manakah dari tanaman tomat (Solanum lycopersicum), cabai (Capsicum sp.), dan terong
(Solanum melongena) yang lebih disukai oleh kumbang koksi (Epilachna admirabilis)?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah mengetahui jenis daun yang paling disukai kumbang koksi
(Epilachna admirabilis) dari ketiga jenis tanaman, tomat (Solanum lycopersicum), cabai
(Capsicum sp.), dan terong (Solanum melongena).
1.4 Manfaat Penelitian
Penelitian diharapkan dapat bermanfaat terhadap cara-cara pengendalian hama serangga
secara alami dengan mengetahui preferensi makan serangga hama tersebut sehingga
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kumbang Koksi (Epilachnaadmirabilis)
Kumbang koksi adalah salah satu serangga dari ordo Coleoptera. Famili Coccinellidae
secara umum mempunyai bentuk tubuh bulat, panjang tubuh antara 8-10 mm. Kumbang
koksi mempunyai ciri khas pada sayap berwana merah dengan garis dan bercak hitam yang
bervariasi. Kumbang koksi betina muda dapat memakan polen dan nektar selain daun untuk
pertumbuhan dan perkembangan ovariumnya. Kumbang koksi betina pada masa reproduksi
memiliki kemampuan makan yang besar selama awal bulan dan memproduksi telur sebanyak
3000 butir. Morfologi larva bertipe campodeiform yaitu tubuh yang pipih, mempunyai 3
pasang kaki yang terletak pada bagian thorax, kepala prognathous yang aktif mencari pakan.
Larva berwarna cokelat kemerah-merahan, kuning dan hitam (Hanson et al., 1994).
Kumbang koksi dikenal sebagai sahabat petani karena beberapa anggotanya
memangsa serangga hama seperti spesies aphid. Walaupun demikian, ada beberapa spesies
koksi yang juga memakan daun sehingga menjadi hama tanaman, yaitu dari sub-famili
Epilachninae. Serangga ini memakan daun dari famili Solanaceae. Penampilan famili
Coccinellidae yang cukup khas sehingga kebanyakan orang mengenal kumbang koksi
sebagai kumbang kepik, karena ukurannya dan perisainya yang juga keras,
namun kumbang ini sama sekali bukan dari bangsa kepik (Hemiptera) (Estiarana, 2012).
Kumbang ini ditemukan di seluruh dunia, terutama di wilayah-wilayah tempat hidup tanaman
yang menyediakan makanannya.Di dunia ini kurang lebih ada sekitar 5.000 spesies dan yang
terbesar (Hanson et al., 1994).
2.1.1 Morfologi Kumbang Koksi
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) memiliki penampilan yang cukup khas
sehingga mudah dibedakan dariseranggalainnya. Tubuhnya berbentuk bulat dengan sayap
keras di punggungnya yang disebut dengan elitra. Elitra berwarna oranye ditambah dengan
pola seperti totol-totol berwarna hitam yang bervariasi pada tiap individu. Elitra pada
E.admirabilis telihat kusam tidak mengkilat (Trisnadi, 2010). Fungsi elitra adalah sebagai
pelindung sayap belakang. Sayap belakangnya berwarna bening dan dilipat di bawah sayap
depan. Saat terbang, E.admirabilis mengepakkan sayap belakangnya secara cepat, sementara
Kumbang koksi (E. admirabilis) memiliki kaki yang pendek serta kepala yang terlihat
membungkuk ke bawah. Posisi kepala seperti ini membantu saat makan hewan-hewan kecil
seperti kutu daun. Pada kakinya terdapat rambut-rambut halus berukuran mikroskopis yang
ujungnya seperti sendok. Rambut ini menghasilkan cairan yang lengket, sehingga kumbang
koksi bisa berjalan dan menempel di tempat-tempat licin seperti pada kaca atau langit-langit
(Alam, 1956).
2.1.2 Makanan dan Perilaku Epilachna admirabilis
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) merupakan salah satu hama pertanian. E.
admirabilis diketahui memakan daun tanaman budidaya seperti daun terong, semangka, pare
dan labu, sehingga merusak tanaman dan merugikan petani (Trisnadi, 2010). Kumbang
koksi biasanya meninggalkan jejak yang khas pada daun bekas makanannya dan tidak
memakan urat daunnya. Kumbang koksi di wilayah empat musim juga melakukan hibernasi
(tidur panjang di musim dingin). Kumbang koksi biasanya berkumpul dalam jumlah besar di
tempat-tempat seperti di bawah balok kayu, kulit batang, atau timbunan daun saat
berhibernasi.Selama periode tidur panjang itu, mereka bertahan dengan memanfaatkan
persediaan makanan di tubuhnya (Bruyen et al , 2002).
Kumbang koksi memiliki cara unik dalam mempertahankan diri. Bila merasa
terancam bahaya, ia akan berpura-pura mati dengan cara membalikkan tubuhnya dan menarik
kakinya ke dalam atau langsung terbang menjauh ketika dalam ancaman. Sebagai mekanisme
perlindungan lebih lanjut, ia akan mengeluarkan cairan berwarna kuning dari persendian
kakinya. Cairan ini memiliki bau dan rasa yang tidak enak sehingga jika berhasil,
pemangsanya tidak jadi memakannya karena tidak tahan dengan aroma cairan tersebut
(Dekker, 2003).
2.1.3 Reproduksi dan Daur Hidup Kumbang Koksi (Epilachna admirabilis)
Kumbang koksi (Epilachna admirabilis) melakukan perkawinan agar bisa
berkembang biak. Kadang-kadang ada 2 kumbang koksi yang memiliki corak warna berbeda,
namun tetap bisa melakukan perkawinan dan berkembang biak secara normal, karena
dari spesies kumbang koksi yang sama dapat memiliki corak warna (variasi warna sayap
elitra) yang berbeda. Kumbang koksi betina memilih tempat yang banyak dihuni oleh
serangga sebagai sumber makanan saat telurnya menetas. Telur berwarna kuning, diletakkan
meninggalkan pola gigitan pada daun agar tidak ada betina lain yang bertelur di tanaman
yang sama. Di wilayah empat musim, jika kumbang koksi betina tidak berhasil menemukan
tanaman yang cocok hingga menjelang musim dingin, maka koksi betina akan menunda
pelepasan telurnya hingga musim dingin usai (Chairunnisa, 2011).
Kumbang koksi dari ordo Coleoptera ini mengalami metamorfosis sempurna yaitu
berkembang dari telur, larva, kepompong, dan dewasa. Telur kumbang koksi yang berbentuk
lonjong dan berwarna kuning menetas sekitar 1 minggu setelah oviposisi. Larva kumbang
koksi bertubuh panjang, diselubungi bulu, dan berkaki enam. Larva ini hidup dengan sumber
pakan sesuai makanan induknya, dan dalam perkembangannya melakukan pergantian kulit.
Larva kumbang koksi yang telah mencapai ukuran tertentu akan berhenti makan dan
memasuki fase kepompong, sekitar usia dua minggu sejak pertama kali
menetas. Kepompong ini biasanya menempel pada daun atau ranting. Imago selanjutnya akan
keluar dari kepompong setelah berumur sekitar satu minggu. Sayap depan kumbang koksi
yang baru keluar masih lemah, sehingga akan berdiam diri sejenak untuk mengeraskan
sayapnya sebelum mulai berakivitas. Kumbang koksi dapat hidup sampai 2 – 3 tahun di
habitatnya (Pracaya, 1993).
2.1.4 Taksonomi Epilachna admirabilis
Istilah taksonomi berasal dari bahasa Yunani yaitu taxis yang berarti susunan dan
nomos yang berarti hukum. Jadi secara umum, taksonomi berarti penyusunan yang teratur
dan bernorma mengenai organisme-organisme ke dalam kelompok-kelompok yang tepat
dengan menggunakan nama-nama yang sesuai dan benar.
Identifikasi, deskripsi, pengumpulan data tentang contoh serangga yang diselidiki
juga pencarian pustaka mengenai serangga tersebut seperti adaptasi, distribusi dan macam
tanaman inangnya termasuk dalam ilmu taksonomi. Taksonomi sebagian besar didasarkan
atas persamaan cirinya. Serangga dengan ciri yang sama dimasukkan dalam kelompok yang
sama. Kategori klasifikasi E. admirabilis adalah :
Genus : Epilachna
Species : Epilachna admirabilis (Lilies, 1991)
Di dalam taksonomi serangga, Epilachna admirabilis termasuk dalam ordo
Coleoptera, famili Coccinelidae dan sub-famili Epilachninae. Hewan dalam famili ini
memiliki tubuh lebar, oval mendekati bulat. Kepala sebagian atau keseluruhan berada di
pronotum, antena pendek, 3-6 ruas berwarna cerah dengan spot-spot hitam (Gambar 1).
Gambar 1. Morfologi kumbang E. admirabilis
Pada umumnya Epilachna dengan elitra berbulu umumnya bersifat sebagai serangga
herbivor, namun apabila elitranya halus mengkilat, maka serangga ini umumnya adalah
bersifat predator. Larva berwarna gelap, ada yang berbercak-bercak kuning kemerahan dan
memiliki duri-duri halus. Umumnya dijumpai di setengah bagian atau tajuk tanaman baik di
habitat basah maupun kering.
2.2 Beberapa Tanaman yang Menjadi Makanan Epilachna admirabilis
2.2.1 Tanaman Tomat (Solanum lycopersicum)
Tanaman tomat berasal dari Amerika tropis, ditanam sebagai tanaman buah di ladang,
pekarangan, atau ditemukan liar pada ketinggian 1-1600 m dpl. Tanaman tomat tumbuh tegak
dengan tinggi 0,5-2,5 m, bercabang banyak, dan berbau khas. Tanaman tomat berdaun
majemuk menyirip, dengan bentuk bulat telur sampai memanjang, ujung runcing (acutus),
helaian daun besar dengan tepi berlekuk, helaian yang lebih kecil tepinya bergerigi, panjang
Tomat berakar tunggang, dengan serabut akar yang menyebar ke arah samping.
Batang tanaman berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga bulat, berbatang lunak tetapi
cukup kuat. Pada ruas batang mengalami penebalan dan pada ruas bagian bawah tumbuh
akar-akar pendek. Selain itu batang tanaman tomat dapat bercabang dan diameter cabang
lebih besar jika dibandingkan dengan jenis tanaman sayur lainnya. Bunga tanaman tomat
berukuran kecil, diameternya sekitar 2 cm. Merupakan bunga majemuk, berkumpul dalam
rangkaian berupa tandan, bertangkai, mahkota berbentuk bintang, warnanya kuning cerah.
Kelopak bunga (sepala) berjumlah 5 berwarna hijau dengan 6 petala berwarna kuning cerah.
Bunga tomat tergolong sebagai bunga sempurna, karena benang sari dan putik berada pada
satu bunga (Cahyono, 1998).
Bentuk buah tomat bervariasi tergantung dari varietasnya. Namun secara umum
buahnya merupakan buah buni, berdaging, kulitnya tipis licin mengkilap, beragam dalam
bentuk maupun ukurannya. Bijinya berbentuk pipih, warnanya kuning kecokelatan. Buah
tomat bisa dimakan langsung, atau diolah seperti dibuat jus, saus tomat, dimasak, dibuat
sambal goreng, atau dibuat acar tomat. Pucuk atau daun muda bisa digunakan sebagai bahan
untuk sayur. Buah tomat yang umum ada di pasaran bentuknya bulat. Tomat yang berukuran
besar, berdaging tebal, berbiji sedikit, dan berwarna merah sering disebut sebagai tomat buah.
Tomat jenis ini biasa disantap segar sebagai buah. Tomat yang berukuran lebih kecil dikenal
sebagai tomat sayur karena sering digunakan di dalam masak-memasak. Buah tomat yang
berukuran kecil disebut tomat ceri yang digunakan untuk campuran membuat sambal atau
dalam hidangan selada. (Cahyono, 1998).
2.2.2 Tanaman Terong (Solanum melongena)
Terong merupakan tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Terong
menjadi kegemaran masyrakat karena digunakan sebagai sayur yang murah dan mudah
dicari. Kandungan gizi yang dimiliki terong antara lain vitamin A, B1, B2, C dan Fosfor.
Tanaman terong memiliki daun berbentuk bulat telur, elips atau memanjang. Luas permukaan
daun bisa mencapai 3-15 cm x 2-9 cm. Letak daun tersebar pada cabang batang, umumnya
berlekuk dengan tepi daun berombak. Kedua sisi daun umumnya ditutupi rambut halus yang
berwarna kelabu. Tulang daun tersusun menyirip, pada pangkal tulang daun terdapat duri
(Christman, 2007).
Batang tanaman terong tumbuh tegak, cabang-cabangnya tersusun rapat, berbentuk
ada yang memiliki duri dan ada juga yang tidak. Sistem perakaran merupakan perakaran
tunggang berwarna putih kecoklatan (Christman, 2007).
Bunga tanaman terong merupakan bunga majemuk, tumbuh berseling pada cabang
batang. Panjang anak tangkai bunga antara 1-2 cm, kelopak bertaju lima, tabung kelopak
berbentuk lonceng dan bersudut dengan tinggi 5-6 mm. Mahkota berwarna ungu berjumlah
lima, satu sama lain dihubungkan dengan selaput tipis, kepala sari berwarna kuning,
tergolong dalam bunga berkelamin dua (hermaprodit). Apabila terjadi penyerbukan maka
kelopak bunganya akan ikut berkembang menjadi bagian buah. Buah dari tanaman terong ini
berbentuk buni atau bulat memanjang, dengan panjang tangkai kurang lebih 3cm, diameter
buah 3cm, buah berwarna keunguan atau kuning, bijinya berbentuk bulat pipih, berwarna
kuning kecoklatan (Christman, 2007).
2.2.3 Tanaman Cabai (Capsicum sp.)
Capsicum sp. merupakan tanaman perdu dari keluarga Solanaceae, yang berasal dari
amerika selatan. Penyebaran cabai hingga masuk ke Indonesia dilakukan oleh bangsa
Spanyol dan Portugis saat berdagang. Tanaman cabai mempunyai tinggi antara 50 - 150 cm.
Daun berbentuk bulat telur sampai lonjong atau bulat telur meruncing. Panjang daun 1 - 12
cm, lapisan daun tidak berbulu. Mahkota bunga berbentuk bintang, berwarna putih, putih
kehijauan atau kadang-kadang ungu. Ciri kelopak bunganya adalah memiliki panjang 2 - 3
mm, ada yang berbulu halus dan ada yang tidak. Buah berbentuk bulat panjang ,lurus atau
bengkok, ujung meruncing, pangkal lebih lebar dari pada ujung, panjang 2 - 6 cm, lebar 0,5 -
0,8 cm. Permukaan buah luar licin mengkilap dalam keadaan segar dan berkerut dalam
keadaan kering. Buah muda berwarna hijau muda hingga tua, buah masak berwarna merah
terang. Dinding buah liat, sangat tipis, tebal kurang dari 0,5 mm. Pangkal tangkal relatif
panjang, ramping, berwarna hijau kehitaman. Kelopak berbentuk lonceng, terdiri dari 5 helai
daun kelopak yang berlekatan satu sama lain, warna hijau kehitaman. Biji banyak, bentuk
bundar atau segitiga pipih, garis tengah lebih kurang 3mm.
Tanaman cabai merupakan tanaman budidaya yang dikembangkan pada lahan kering
(kebun) atau lahan basah (sawah). Cabai dapat tumbuh dengan baik pada lahan dengan
ketinggian 900m dari permukaan laut. Pertumbuhan cabai dapat dipengaruhi oleh faktor
lingkungan seperti iklim, unsur hara tanah, air dan faktor abiotik lainnya. Cabai menjadi
bumbu pokok. Selain industri masakan, cabai menjadi bahan utama pada industri jamu dan
obat-obatan herbal. Cabai mempunyai cita rasa pedas yang dapat menambah selara makan.
Rasa pedas tersebut dikarenakan cabai mengandung zat capsaicin, selain itu terdapat