• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi 6, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi 6, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN,"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Investasi adalah salah satu alternatif untuk menanamkan modal demi mendapatkan keuntungan di masa mendatang. Untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar, seorang investor harus mampu menilai suatu investasi. Seorang investor juga sebaiknya memiliki kemampuan dalam perencanaan investasi yang jelas terkait dengan masa depannya. Investasi tidak langsung atau disebut juga portfolio

investment adalah salah satu investasi yang diminati di indonesia saat ini.

Portfolio investment ialah investasi dalam bentuk portofolio dengan

berkomitmen untuk mengikat aset yang dimiliki dengan surat-surat berharga. Bentuk dari portfolio investment salah satunya adalah dengan melakukan pembelian saham yang diterbitkan oleh perusahaan go public di pasar modal. Hal ini jauh lebih mudah jika dibandingkan dengan investasi langsung yang berkaitan dengan aset-aset riil. Investasi ini dikaitkan dengan keterlibatan secara langsung dari sesorang yang memiliki modal dalam kegiatan pengelolaannya.

Pasar modal merupakan tempat pertemuan antara penawaran dengan permintaan surat berharga dimana para pelaku pasar, yaitu individu-individu atau badan usaha yang memiliki kelebihan dana (surplus funds) melakukan investasi dalam surat berharga yang ditawarkan oleh emiten. Sebaliknya, perusahaan (entities) yang membutuhkan dana menawarkan surat berharga dengan cara listing terlebih dahulu pada badan otoritas di pasar modal sebagai emiten.1

Pasar modal harus dapat memfasilitasi pembangunan ekonomi pasar. Salah satu indikator berkembangnya pendanaan eksternal perusahaan yaitu dari berkembangnya pasar modal. Oleh sebab itu, isu yang timbul di pasar modal telah

1

Sunariyah, Pengantar Pengetahuan Pasar Modal, Edisi 6, (Yogyakarta: UPP STIM YKPN, 2011), hlm. 5.

(2)

menjadi isu yang layak untuk dikaji lebih dalam. Perusahaan umumnya memiliki dua tujuan, yaitu tujuan jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek perusahaan yaitu memaksimalkan perolehan laba perusahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang dimiliki, sementara tujuan jangka panjang perusahaan yaitu mensejahterakan para pemegang saham dengan memaksimalkan nilai perusahaan. Dengan adanya pasar modal maka para investor dapat menginvestasikan sebagian dana yang dimiliki kepada perusahaan. Perusahaan yang terdaftar di pasar modal akan mudah untuk menghimpun dana lebih luas dari masyarakat.

Berdasarkan hal yang telah dijelaskan, seorang investor tentu saja diuntungkan dengan keberadaan pasar modal, yaitu sebagai alternatif untuk melakukan investasi. Tetapi transaksi di pasar modal juga memiliki tingkat risiko, salah satunya ialah kemungkinan atas kerugian. Tingkat risiko tersebut tercermin dari ketidakpastian pengembalian dana yang akan diterima oleh investor pada masa mendatang, namun tingkat risiko ini juga diimbangi dengan tingkat keuntungan yang diharapkan. Semakin tinggi risiko investasinya, maka akan semakin tinggi pula kemungkinan keuntungan yang akan didapat nantinya.

Saham, obligasi, serta surat-surat berharga lainnya diperdagangkan di pasar modal. Saham merupakan efek di pasar modal yang sering diperjualbelikan di pasar modal dibandingkan efek lainnya. Saham berfungsi sebagai sarana bagi emiten untuk mendapatkan modal tambahan dan bagi investor yang menganggap mampu memberikan keuntungan berupa dividen dan capital gain.2

Dengan menanamkan investasi di pasar modal dalam bentuk pembelian saham pada perusahaan yang telah terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII), maka investor selanjutnya akan memperoleh keuntungan sebagai pemilik saham. Untuk menilai jumlah laba investasi yang akan diperoleh oleh investor dan besaran laba perusahaan,

2 Listia Andani, Pengaruh Return On Asset (ROA) dan Earning Per Share (EPS) terhadap

Dividend Payout Ratio pada Perusahaan yang Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi Kasus pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Periode 2009-2015, skripsi. (Bandung: Universitas

(3)

maka sebaiknya seorang investor terlebih dahulu mengetahui tingkat laba bersih setelah pajak atau disebut juga Earning After Tax (EAT).

Earning After Tax (EAT) adalah laba operasi perusahaan setelah dikurang

pajak pengahasilan. Seberapa besar maupun kecil jumlah Earning After Tax (EAT) tiap perusahaan tetap membagikan dividen tunai. Dividen tunai merupakan bagian dari kentungan yang dibagikan kepada pemegang saham dalam bentuk cash (tunai).3 Sumber dana yang terpenting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan salah satunya ialah laba ditahan, sedangkan aliran kas yang dibayarkan kepada investor ialah dividen.

Terdapat dua alternatif perlakuan manajemen terhadap Earning After Tax (EAT) yaitu laba setelah pajak dibagikan kepada para pemegang saham perusahaan dalam bentuk dividen atau diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai laba ditahan (retained earning) untuk membiayai operasi perusahaan selanjutnya. Apabila manajemen memilih alternatif pertama artinya manajemen harus membuat keputusan tentang besarnya Earning After Tax (EAT) yang dibagikan kepada para pemegang saham sebagai dividen. Pembuatan keputusan tentang dividen ini disebut kebijakan dividen.

Apabila manajemen memutuskan untuk membagi dividen, ia harus memiliki keyakinan bahwa perusahaannya akan memiliki profitabilitas yang baik di masa yang akan datang. Dari sudut pandang investor, salah satu indikator penting untuk menilai prospek perusahaan di masa yang akan datang adalah dengan melihat dividen yang dibayarkan. Jika perusahaan bisa memperoleh laba yang semakin besar, maka secara teoretis perusahaan akan mampu membagikan dividen yang makin besar. Dengan membagikan dividen yang besar, maka akan menarik para investor untuk berinvestasi

3 Handri Amin Effendi, Muttaqillah, “Pengaruh Earning After Tax, Current Ratio, Debt To

Equity Ratio Terhadap Deviden Payout Ratio” dalam Valid Jurnal Ilmiah Vol. 16, No.1, Januari 2019,

(4)

karena mereka melihat bahwa perusahaan tersebut memiliki laba yang cukup untuk membayar tingkat keuntungan yang disyaratkannya.4

Earning After Tax (EAT) merupakan perbedaan jumlah pendapatan yang

diperoleh suatu satuan perusahaan selama periode tertentu dan jumlah biaya yang dapat diaplikasikan kepada pendapatan. Laba bersih merupakan selisih positif atas penjualan dikurangi biaya-biaya pajak. Laba bersih disajikan dalam laporan laba-rugi dengan menyandingkan antara pendapatan dengan biaya.

Hal mendasar lainnya bagi investor yang akan menanamkan modalnya di perusahaan ialah dengan mengetahui informasi tentang tingkat Earning Per Share (EPS). Rasio ini adalah salah satu rasio keuangan yang biasanya digunakan untuk mengukur tingkat pengembalian dari suatu investasi. Earning Per Share (EPS) adalah perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. Bagi investor, informasi tentang tingkat Earning Per Share (EPS) merupakan informasi yang dianggap berguna karena dapat menggambarkan prospek laba di dalam perusahaan tempat investasinya pada masa mendatang.

Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan laba per saham yang dimiliki investor. Jika tingkat Earning Per Share (EPS) atau keuntungan yang diperoleh perusahaan tinggi, maka informasi ini bisa dijadikan sinyal bagi pemegang saham bahwa perusahaan memiliki prospek yang baik dimasa yang akan datang sehingga tingkat dividen yang akan diterima pemegang saham akan mengalami peningkatan, sehingga bisa disimpulkan apabila semakin tinggi nilai Earning Per Share (EPS) perusahaan maka semakin tinggi pula Dividend

Payout Ratio (DPR) yang akan dibagikan kepada para pemegang saham.5

Keuntungan yang akan didapat oleh investor salah satunya adalah dengan adanya pembagian dividen. Secara singkat, dividen merupakan laba perusahaan yang dibagikan kepada para pemegang saham (investor). Dividen ialah pembagian

4 Pramastuti, Analisis Kebijakan Dividen (Yogyakarta: Univesitas Gadjah Mada 2007)

5 Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep, dan Aplikasi (Yogyakarta: Ekonisia 2008) hlm 267

(5)

keuntungan yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham dan berasal dari keuntungan yang dihasilkan perusahaan. Dividen akan diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS. Pembagian dividen sendiri yaitu bertujuan untuk memaksimumkan kemakmuran para pemegang saham (investor) yang telah menanamkan modalnya di suatu perusahaan. Dividen sendiri tidak hanya menguntungkan dari sisi investor, tetapi pembagian dividen juga dapat menarik investor lainnya agar menanamkan modal di perusahaan tersebut. Sehingga diharapkan dapat membantu perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya.

Kebijakan dividen perusahaan tercermin pada Dividend Payout Ratio (DPR), ialah persentase laba yang dibagikan dalam bentuk dividen tunai. Yang artinya besar kecilnya Dividend Payout Ratio (DPR) akan mempengaruhi investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan. Jadi semakin tinggi nilai Dividend Payout Ratio (DPR) maka akan menguntungkan pihak investor, namun bagi pihak perusahaan akan memperlemah internal financial perusahan, karena memperkecil laba ditahan. Tetapi sebaliknya, jika nilai Dividend

Payout Ratio (DPR) semakin kecil maka akan merugikan para investor, namun internal financial perusahaan akan semakin kuat.

Dividend Payout Ratio (DPR) adalah perbandingan antara dividen per lembar

saham dengan laba per lembar saham. Perusahaan maupun investor harus mendapatkan manfaat dari penetapan tingkat Dividend Payout Ratio (DPR). Tingkat

Dividend Payout Ratio (DPR) bagi perusahaan digunakan untuk penetapan tingkat

pembagian dividen serta laba ditahan yang akan digunakan sebagai dana bagi operasional perusahaan. Sedangkan tingkat Dividend Payout Ratio (DPR) bagi invertor digunakan untuk menentukan keputusan investasi.

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen pada suatu perusahaan. Faktor tersebut ada yang bisa mengurangi dan menambah tingkat rasio pembayaran dividen atau Dividend Payout Ratio (DPR). Faktor yang mempengaruhi serta dapat mengurangi tingkat besaran dividen adalah potensi pertumbuhan serta hutang perusahaan. Semakin tinggi potensi pertumbuhan dan hutang perusahaan,

(6)

maka akan semakin tinggi pula beban dan memungkinkan perusahaan untuk menahan keuntungan sehingga pembayaran dividen semakin kecil. Adapun faktor lainnya yang mempengaruhi serta dapat menambah tingkat besaran dividen ialah posisi kas, ukuran perusahaan, serta profitabilitas. Semakin tinggi atau kuat posisi kas, ukuran, serta profitabilitas perusahaan, maka akan semakin besar pula kemampuan perusahaan untuk membayar dividen kepada para investor.

Ketika investor memutuskan menanamkan modalnya, maka perusahaan yang memiliki tingkat operasional baik yang akan dipilih. Tingkat profitabilitas seringkali dijadikan tolak ukur untuk menggambarkan tingkat operasional perusahaan. Semakin tinggi tingkat keuntungan, maka semakin baik tingkat operasional perusahaan tersebut. Dividen merupakan sebagian dari keuntungan bersih yang didapat perusahaan, maka tingkat profitabilitas akan mempengaruhi besarnya dividen yang akan dibagikan kepada investor.

Penelitian ini mengambil objek pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk, yang terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) periode 2009-2020. PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. dengan kode saham LSIP. Perusahaan ini lebih dikenal dengan sebutan Lonsum yang telah tercatat di daftar saham Jakarta Islamic Index (JII) semenjak periode Juli-Desember 2004. PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. adalah perusahaan perkebunan dan perdagangan yang berbasis di London serta telah mengembangkan perkebunan kelapa sawit di Sumatera Selatan sejak 1995. Salah satu produk yang diluncurkan oleh PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. adalah teh Kahuripan yang dihasilkan dari perkebunan Kertasari, Pangalengan, Jawa Barat. Data yang diperoleh penulis, adanya perubahan Earning After Tax (EAT) dan Earning Per

Share (EPS) yang mempengaruhi Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. PP London

(7)

Tabel 1.1

Perkembangan Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan

Dividend Payout Ratio (DPR) Pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

Periode 2009-2020

Tahun

Earning After Tax

(EAT) X1

(Jutaan Rupiah)

Earning Per Share

(EPS) X2 (Jutaan Rupiah) Dividend Payout Ratio (DPR) Y (%) 2008 927.555 525 20 2009 707.487 ↓ 682 ↑ 39 ↑ 2010 1.033.329 ↑ 151 ↓ 27 ↓ 2011 1.701.513 ↑ 249 ↑ 24 ↓ 2012 1.115.539 ↓ 164 ↓ 61 ↑ 2013 768.625 ↓ 113 ↓ 58 ↓ 2014 929.405 ↑ 136 ↑ 33 ↓ 2015 623.309 ↓ 91 ↓ 57 ↑ 2016 592.769 ↓ 87 ↓ 42 ↓ 2017 763.423 ↑ 112 ↑ 31 ↓ 2018 329.426 ↓ 49 ↓ 93 ↑ 2019 252.630 ↓ 37 ↓ 51 ↓ 2020 695.490 ↑ 102 ↑ 14 ↓

Sumber : Olahan Data Laporan Keuangan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Keterangan:

↑ = Mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. ↓ = Mengalami penurunan dari tahun sebelumnya.

Berdasarkan tabel 1.1 tersebut dapat dilihat bahwa variabel Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. setiap tahunnya mengalami fluktuasi. Pada tahun 2009

Earning After Tax (EAT) mengalami penurunan dari 927.555 menjadi 707.487,

(8)

(DPR) yang mengalami kenaikan, masing-masing naik dari 525 menjadi 682% dan dari 20% menjadi 39%.

Pada tahun 2010 Earning After Tax (EAT) mengalami kenaikan menjadi 1.033.329, sedangkan Earning Per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami penurunan menjadi masing-masing 151 dan 27%. Sama dengan tahun sebelumnya, tahun 2011 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) mengalami kenaikan menjadi 1.701.513 dan 249, namun tidak diikuti oleh Dividend

Payout Ratio yang mengalami penurunan menjadi 24%.

Pada tahun 2012 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) mengalami penurunan masing-masing menjadi 1.115.539 dan 164, namun berbanding terbalik dengan Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami kenaikan menjadi 61%. Sedangkan, pada tahun 2013 Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan

Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami penurunan menjadi 768.628, 113, dan 58%.

Pada tahun 2014 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) mengalami kenaikan menjadi 929.405 dan 136, tetapi tidak diikuti dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yang mengalami penurunan menjadi 33%. Pada tahun 2015 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) mengalami penurunan

masing-masing menjadi 623.309 dan 91, namun tidak diikuti dengan Dividend

Payout Ratio (DPR) mengalami kenaikan menjadi 57%.

Pada tahun 2016 Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan

Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami penurunan menjadi masing-masing

592.769, 87 dan 42%. Pada tahun 2017 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per

Share (EPS) mengalami kenaikan menjadi 763.423 dan 112, namun Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami penurunan menjadi 31%.

Kemudian pada tahun 2018 Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) mengalami penurunan masing-masing menjadi 329.426 dan 49, namun tidak diikuti dengan Dividend Payout Ratio (DPR) mengalami kenaikan menjadi 93%. Pada tahun 2019 Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan Dividend

(9)

pada tahun 2020 Earning After Tax (EAT) mengalami penurunan menjadi 695.490, diikuti dengan Earning Per Share (EPS) yang mengalami penurunan menjadi 102, namun tidak diikuti dengan Dividend Payout Ratio (DPR) yang mengalami kenaikan menjadi 14%.

Grafik 1.1

Perkembangan Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan Dividend

Payout Ratio (DPR) Pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Periode

2009-2020 per Tahun

Sumber : Olahan Data Laporan Keuangan PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

Dari grafik di atas, tampaknya terdapat siklus naik turun antara Earning After

Tax (EAT), Earning Per Share (EPS), dan Dividend Payout Ratio (DPR) PT. PP

London Sumatra Indonesia Tbk. Yang menunjukan ketidakstabilan dari tahun ke tahun. Mengacu kepada grafik diatas, Earning After Tax (EAT) dan Earning Per

Share (EPS) merupakan faktor yang mempengaruhi naik dan turunnya Dividend Payout Ratio (DPR). 0 500 1000 1500 2000 2500 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 EAT EPS DPR

(10)

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, dengan adanya data empiris yang tidak sesuai dengan teori yang ada, maka penulis melakukan penelitian tentang Pengaruh Earning After Tax (EAT) dan Earning Per

Share (EPS) Terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada Perusahaan yang

Terdaftar di Jakarta Islamic Index (JII) (Studi di PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Periode 2009-2020).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, penulis membuat rumusan masalah dan pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Seberapa besar pengaruh Earning After Tax (EAT) secara parsial terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

Periode 2009-2020?

2. Seberapa besar pengaruh Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk

Periode 2009-2020?

3. Seberapa besar pengaruh Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Periode 2009-2020?

C. Tujuan Penulisan

Mengacu kepada rumusan masalah dan pertanyaan penulisan di atas, maka tujuan penulisan ini adalah:

1. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Earning After Tax (EAT) secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Periode 2009-2020;

2. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Earning Per Share (EPS) secara parsial terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk Periode 2009-2020;

(11)

3. Untuk mengetahui besarnya pengaruh Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) secara simultan terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP

London Sumatra Indonesia Tbk Periode 2009-2020.

D. Kegunaan Penulisan

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan kegunaan baik secara akademik maupun praktis:

1. Kegunaan Akademik

a. Mendeskripsikan pengaruh Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk;

b. Memperkuat penulisan sebelumnya yang mengkaji tentang pengaruh Earning

After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) terhadap Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk;

c. Mengembangkan konsep dan teori tentang Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London

Sumatra Indonesia Tbk;

d. Menjadi bahan referensi untuk penulisan selanjutnya yang berkaitan dengan

Earning After Tax (EAT), Earning Per Share (EPS) dan Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk.

2. Kegunaan Praktis

a. Bagi perusahaan, penelitian di harapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi perusahaan khususnya mengenai Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) sehingga dapat dijadikan umpan balik dan informasi bagi kemajuan perusahaan yang akan datang.

b. Bagi para calon investor, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan mengenai Earning After Tax (EAT) dan Earning Per Share (EPS) ketika mereka akan menanamkan dananya di pasar modal.

(12)

c. Bagi peneliti, penelitian ini sebagai salah satu syarat lulus dan memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (S.E.) Prodi Manajemen Keuangan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung.

Referensi

Dokumen terkait

Anoraga (2000) menyatakan bahwa ada lima tahap dalam proses pengambilan keputusan untuk membeli yang umum dilakukan oleh seseorang, yaitu pengenalan kebutuhan,

PPID meminta Penanggungjawab Informasi di unit/satuan kerja terkait untuk mencari dan memperkirakan biaya penggandaan dan waktu yang diperlukan untuk mengandakan

Pada kondisi flypaper Effect ini, pemerintah Kota Medan memperlihatkan perilaku yang tidak seperti biasanya, sehingga adanya kecenderungan menganggarkan pengeluaran

Fokus pada penelitian ini adalah dimana guru berinteraksi dengan peserta didik kelas VII saat pembelajaran fikih berlangsung dengan penerapan teknik POGIL (Process Oriented

Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa brand trust berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap Customer

Strategi pengembangan tambang yang sesuia diterapkan menurut analisis SWOT yaitu matriks Internal Eksternal (IE) menunjukkan bahwa pertemuan antara nilai lingkungan

function of the speech for the sheriff is very informative and affective in relaying his accusation and anger against. Jimson's trespassing the

Pengaruh Laba Akuntansi dan Arus Kas Operasi Terhadap Return Saham Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek