• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kilas AGRIFO. Penanggung Jawab. Ketua Dewan Editor. Sekretaris Dewan Editor. Dewan Editor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kilas AGRIFO. Penanggung Jawab. Ketua Dewan Editor. Sekretaris Dewan Editor. Dewan Editor"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)

Jurnal Agrifo ini adalah jurnal ilmiah berkala bidang agribisnis dan sosial ekonomi pertanian di Indonesia. Jurnal ini merupakan media penyebarluasan informasi hasil pemikiran dan penelitian dari dosen, peneliti, dan praktisi yang berminat untuk kemajuan agribisnis dan sosial ekonomi pertanian. Lingkup artikel dalam jurnal ini memfokuskan pada kajian agribisnis dari pendekatan makro meliputi aspek sosial ekonomi pertanian sebagai suatu sistem yang komprehensif dan terintegrasi mulai dari kajian subsistem up-stream, subsistem on-farm, subsistem down-stream, dan subsistem penunjang serta dampak interelasinya dengan kebijakan pemerintah, perekonomian internasional dan kapitalisasi sumberdaya lahan, petani, dan masyarakat. Adapun dari pendekatan mikro meliputi kajian persoalan-persoalan dalam pengembangan usaha di bidang agribisnis (finansial, kebijakan usaha, dan aspek teknis fungsional). Diharapkan jurnal ini dapat membantu para praktisi agribisnis, pengambil kebijakan, dosen, mahasiswa, dan pihak lainnya untuk lebih memahami situasi dan kondisi agribisnis dan ekonomi pertanian Indonesia, dan dapat mengambil manfaat bagi pengembangan agribisnis dan sosial ekonomi pertanian Indonesia khususnya dan umumnya untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Jurnal ini diterbitkan dua kali dalam setahun Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas malikussaleh. Redaktur tidak bertanggungjawab atas pandangan, pendapat maupun hasil penelitian yang disampaikan oleh para penulis artikel dalam jurnal ini.

Kami mengucapkan selamat membaca dan semoga publikasi ini dapat turut menjadi sumbangsih bagi kemajuan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan kemajuan bangsa pada khususnya

Kilas AGRIFO

Dr. Ir. Mawardati, M.Si (Dekan Fakultas Pertanian Universitas Malikussaleh,Aceh, Indonesia)

Riyandhi Praza, S.P., M.Si (Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Martina, S.P., M.Si

(Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Dr. Suryadi, S.P., M.P (Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Dr. Ir. Dompak MT Napitupulu, M.Sc (Universitas Jambi, Indonesia) Dr. Sofyan, M.Agric, Sc (Universitas Syiah Kuala, Aceh, Indonesia)

Ir. Diana Khalil, M.Si., Phd (Universitas Sumatera Utara, Indonesia)

Muhammad Authar ND, S.P., M.P (Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Fadli, S.P., M.Si (Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Ir. Murdani, M.P (Universitas Malikussaleh, Aceh, Indonesia)

Penanggung Jawab

Ketua Dewan Editor

Dewan Editor

(4)

Prof. Dr. Helmi, M.Sc (Universitas Andalas padang, Indonesia) Prof. Dr. Zulkifli Alamsyah, M.Sc (Universitas Jambi, Indonesia)

Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.S (Universitas Lampung, Indonesia)

Prof. Dr. Ir. Sunarru Samsi Hariadi, M.S (Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Indonesia)

Dr. Ratri Candrasari, M.Pd Nurasih Shamadiyah, S.Ant., M.Sc

Fakultas Pertanian, Universitas Malikussaleh. Jln. Cot Teungku Nie Reuleut Aceh Utara. Provinsi Aceh. Kode Pos: 24351

Telp: +62-645-41373 Fax: +62-645-59089

Website: http://ojs.unimal.ac.id/index.php/agrifo

e-mail: agrifo@unimal.ac.id

AGRIFO hanya menerima artikel yang dikirimkan secara online via website Reviewer

Editor Teknis

(5)

DAFTAR ISI

Rusmini

Analisis Perubahan Luas Lahan Sawah Berkaitan dengan Kebutuhan

Luas Lahan Sawah di Kabupaten Aceh Besar

____________________ 1

Cut Putri Handayani, Suyanti Kasimin, Fajri

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Partisipasi dan Keberhasilan Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) di Kabupaten

Aceh Besar ___________________________________________________ 7

Hotden L. Nainggolan, Elisabeth Sri Pujiastuti

Model Pengembangan Agribisnis Ubi Kayu untuk Mendukung Peningkatan Pendapatan Petani di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten

Deli Serdang __________________________________________________ 14

Masyitah, Agussabti, Suyanti Kasimin

Tingkat Adopsi Petani terhadap Benih Unggul Padi Sawah di

Kabupaten Aceh Besar Provinsi Aceh ______________________________ 27

Murtadha, Ismayani, Safrida

Analisis Produksi dan Pendapatan Sebelum dan Sesudah Penggunaan

Combine Harvester di Kabupaten Pidie Jaya _________________________ 33

Shafwan Fahmi, Safrida, Suyanti Kasimin

Analisis Suplai Beras dan Proyeksinya di Provinsi Aceh _______________ 41

Rahmat Suryanto Pirngadi

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesediaan Petani dalam Membayar

Jasa Lingkungan Air Padi Sawah __________________________________ 52

Sri Mulyani SHP, Fajri, Suyanti Kasimin

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Teknologi Panen dan Dampaknya terhadap Pendapatan Usahatani Padi di Kabupaten Aceh

Besar ________________________________________________________ 58

Vivi Suwanti, Suyanti Kasimin, Ismayani

Analisis Kinerja Penyuluh Pertanian pada Program Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai di Kabupaten

Aceh Besar ___________________________________________________ 69

Agustina Arida, Mujiburrahmad, Syamsul Anwar

Analisis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan di Kabupaten Aceh

(6)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

58

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN TEKNOLOGI PANEN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PENDAPATAN USAHATANI PADI

DI KABUPATEN ACEH BESAR Sri Mulyani SHP1, Fajri2, Suyanti Kasimin3 Corresponding Author: nisrinashifa@yahoo.co.id

ABSTRACT

This research aims to find out (1) some factors that influence the farmers in using post-harvest technology equipment in Aceh Besar Regency (2) the differences of farmers income using combine harvester and power thresher. The respondents were selected by purposive sampling in 3 Sub-district in Aceh Besar, the amount of the farmers was taken by Slovin’s. The data used were primary and secondary data and the method of the data analysis were logistic regression analysis and t test. The result of this research showed that the selected of post-harvest technology equipment and education influence the labor and grain dryness while the machine working time and grain dryness did not significantly influenced the farmers in choosing the technology of post-harvest equipment and there was a different income for the using of power thresher and combine harvester at 21,69%.

Keywords: post-harvest, technology, income, farmers

PENDAHULUAN

Tujuan pembangunan pertanian adalah meningkatkan hasil, mutu produksi, harga terjangkau serta

meningkatkan taraf hidup

petani/masyarakat yang berusaha di bidang tersebut . Tujuan tersebut tidak hanya sekedar pemenuhan kebutuhan masyarakat yang terus bertambah (Amir, et all, 2014).

Penggunaan alat mekanisasi pertanian adalah untuk meningkatkan daya kerja manusia dalam proses produksi pertanian dalam setiap tahapan dari proses produksi tersebut memerlukan alat mesin pertanian (Sukirno, 1985). Menurut Hardjosentono & Wijato (2000) peranan mekanisasi pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah : (a) mempertinggi efesiensi tenaga manusia; (b) mening-katkan derajat dan taraf hidup petani; (c)

1 Mahasiswa Magister Agribisnis Universitas Syiah Kuala,

2,3 Staff Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala

menjamin kenaikan kuantitias dan kualitas serta kapasitas produksi pertanian; (d) memungkinkan partum-buhan tipe usahatani yaitu dari tipe pertanian untuk kebutuhan keluarga (subsistence farming) menjadi tipe pertanian perusaaan (commercial farming); (e) mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi sifat industri. Perkem-bangan mekanisasi juga mem-berikan dampak dari sisi lainnya yaitu terjadinya pergeseran kearifan lokal dan tenaga kerja (buruh tani).

Upaya yang dilakukan antaranya penanganan pascapanen. Melalui pene-rapan teknologi pascapanen diharapkan akan memberikan efesiensi waktu, efesiensi biaya, efesiensi tenaga kerja dan penurunan kehilangan hasil sehingga dapat menghasilkan produk hasil yang lebih baik, hasil produksi tinggi dan mutu

(7)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

59

gabah lebih baik, sehingga harga gabah

ditingkat petani dapat terjaga. Penerapan teknologi pascapanen dipengaruhi oleh beberapa factor terutama dari segi karakteristik alat, kemudahan penggunaan, produk yang dihasilkan serta kemudahan memperoleh akan sangat berpengaruhi petani dalam memilih teknologi yang akan digunakan (Hanafie, 2010).

Penelitian ini bertujuan (1) mengetahui Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi petani terhadap penggunaan alat teknologi pascapanen di Kabupaten Aceh Besar dengan mengacu pada penggunaan pemilihan combine

harvester atau power thresher. (2)

Mengetahui perbedaan pendapatan petani pengguna combine harvester atau power

thresher.

METODE PENELITIAN

Lokasi Penelitian adalah daerah dengan lahan yang dapat menggunakan

combine harvester dan power thresher.

Penelitian ini dilakukan sejak bulan Agustus s/d September 2018. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja

(purposive) di Kabupaten Aceh Besar

dengan pertimbangan bahwa kabupaten ini termasuk dalam kabupaten yang memiliki luas panen, produksi dan produktivitas tinggi di Provinsi Aceh. Lokasi penelitian terpilih adalah kecamatan dengan produktivitas tiga tertinggi, yaitu kecamatan Seulimum, Indrapuri dan Kuta Cot Glie. Pemilihan sampel dari anggota populasi dalam penelitian ini adalah teknik sampling

proporsional, yaitu sampel yang dihitung

berdasarkan perbandingan sehingga diperoleh sampel dalam penelitian ini adalah 99 orang. Metode analisis yang digunakan adalah Analisa Regresi Logistik dan Uji Beda Independen T-Test.

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan kuantitatif karena data yang digunakan berbentuk narasi dan angka yang selanjutnya akan diolah untuk mengetahui pengaruh dari masing-masing variabel yaitu (Yusuf, 2016) :

Analisa Regresi Logistik

Tujuan dari pada uji logistik ini adalah:

Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap kecenderungan petani dalam penentuan pemilihan menggu-nakan alat teknologi panen (combine harvester atau power thresher) dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut:

- H0 : Tidak ada

pengaruh variabel bebas (𝑥1, 𝑥2,𝑥3, 𝑥4, 𝑥5, 𝑥6,𝑥7) terhadap penen-tuan

kecenderungan untuk memilih

combine harvester atau power thresher.

- H1 : Ada pengaruh variabel bebas (𝑥1, 𝑥2,𝑥3, 𝑥4, 𝑥5, 𝑥6,𝑥7)

terhadap penentuan kecenderungan untuk memilih combine harvester atau power thresher

Variabel terikat bersifat biner dikotomi dengan nilai kontinyu 1 dan 0. Dalam penelitian ini menjabarkan bahwa petani menggunakan power thresher diasumsikan dengan nilai kontinu 0 sedangkan petani pengguna combine

harvester diasumsikan dengan nilai 1.

Model Logit dijabarkan dalam persamaan sebagai berikut: 𝑃𝑖= 𝐹 (𝛽₀+ 𝛽𝑗∑ 𝑋𝑗𝑖 𝒏 𝒋=𝟏 ) = 𝟏 𝟏 + 𝒆−𝒁𝒊= 𝟏 𝟏 + 𝒆−(𝜷𝟎+ 𝛽𝑗∑𝒏𝒋=𝟏𝑋𝑗𝑖)

(8)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

60

Dimana:

e = bilangan dasar logaritma natural (ln) 𝑃𝑖 = peluang bahwa suatu objek

pengamatan ke-i akan

menggunakan combine harvester Dimana Zi adalah Log dari odds ratio, β adalah intersept, χ adalah variable bebas yang menentukan petani dalam menggunakan Power thresher atau Combine pada saat melakukan panen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah : umur (𝑥1), pendidikan (𝑥2), luas

lahan (𝑥3), efesiensi biaya (𝑥4), efesiensi

waktu kerja alat pascapanen (𝑥5), efesiensi tenaga kerja ( 𝑥6), kebersihan gabah (𝑥7) dan kekeringan gabah (𝑥8).

Analisa Pendapatan

Untuk mengetahui perbandingan rata-rata pendapatan yang diperoleh petani pengguna combine harvester dan

power thresher maka dilakukan uji beda

t.

Analisa pendapatan dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata pendapatan petani pengguna power

thresher dan combine harvester.

Kemudian diuji dengan menggunakan uji beda rata-rata, dengan hipotesa sebagai berikut:

- H0 : pendapatan petani pengguna

power thresher lebih rendah dari

pendapatan petani pengguna

combine harvester

- H1 : pendapatan petani

pengguna combine harvester lebih besar dari pendapatan petani pengguna power thresher

1. Hipotesa dalam model statistik : - Ho : 𝜇1 < 𝜇2

- Ha : 𝜇1 > 𝜇2

2. Kriteria pengujian satu pihak kiri maka :

Digunakan persamaan uji t :

      + − = 2 1 2 1 1 1 n n Sp X X tcari

Jika 𝑡ℎ𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 ≤ +𝑡𝑡𝑎𝑏𝑒𝑙 maka terima Ho, Kesimpulan dugaan sementara bahwa : petani pegguna combine

harvester memiliki pendapatan yang

lebih besar dari petani pengguna power

thresher.

Pendapatan menurut (Soekartawi, 1995) menyatakan : pendapatan bersih adalah penerimaan kotor dikurangi dengan total biaya produksi.

𝑇𝑅𝑝𝑡 = 𝑃 𝑥 𝑃𝑦

𝜋𝑝𝑡= 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 𝑇𝑅𝑐ℎ = 𝑃 𝑥 𝑃 𝜋𝑐ℎ = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden

Tabel 1. menjelaskan sebaran ka-rakteristik responen di daerah penelitian. Rata-rata umur pada responen di tiga kecamatan di atas adalah 40 tahun, merupakan umur produktif dalam bekerja. pengelompokan umur menurut BPS (2007), digolongkan dalam beberapa katagori : Muda (<39 Tahun), Menengah (39 - 51 Tahun) dan Tua (> 51 Tahun).

Pendidikan petani rata-rata dari tiga Kecamatan adalah 12 tahun atau setara dengan tamatan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA).

(9)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

61

Tabel 1. Karakteristik Petani Responden

No Uraian

Karakteristik Responden

Kec. Seulimum Kec. Indrapuri Ke. Kuta Cot Glie Aceh Besar Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher 1. Usia (Tahun) 42 41 40 36 42 40 40 2. Pendidikan (Tahun) 12 11 12 12 13 13 12 3. Jlh Anggota Keluarga (Org) 4 4 3 3 3 3 3

4. Luas Lahan (Ha) 0,62 0,50 0,57 0,64 0,50 0,52 0,56 5. Jumlah Produksi

(Ton) 4,59 3,31 4,43 4,57 3,63 3,50 4,01 6. Jlh Provitas

(Ton/Ha) 7,43 6,63 7,80 7,16 7,25 6,70 7,16 Sumber : Data Primer (Diolah, 2018)

Tingkat pendidikan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan pola fikir, penerimaan inovasi dan transfer teknologi, sehingga akan memberi kemudahan masuknya inovasi teknologi yang menguntungkan bagi usahatani yang dijalankan.

Luas lahan garapan akan

menentukan terhadap produksi dan produktivitas hasil. Lahan berskala menengah bila diusahakan menggunakan sistem pertanian modern dengan penerapan berbagai inovasi pertanian dan menekan pengeluaran akan mampu meningkatkan pendapatan petani.

Rata-rata produksi pada ke-3 kecamatan sebesar 4,01 Ton per musim tanam, tergolong tinggi untuk saat ini dari luas lahan 0,56 Ha. Secara produktivitas hasil petani dengan menggunakan teknologi pascapanen combine harvester memberikan produksi yang lebih tinggi dari pada petani pengguna power

thresher. Petani pengguna power

thresher akan memiliki kehilangan hasil

yang lebih besar (pada saat memotong, pengaruh lamanya memanen, menumpuk padi, peron-tokan/thresher dan saat

pengangkutan gabah), sedangkan bila menggunakn combine harvester hal tersebut dapat dihindari.

2. Faktor-Faktor yang

Mempengaruhi Pemilihan

Teknologi Panen

Dari tabel 5 dapat dijelaskan bahwa dari efesiensi biaya terjadi penghematan sebesar Rp.998.719,- atau 31,82 %. Waktu panen yang lebih singkat dari panen yang membutuhkan waktu 6 jam dengan dengan menggu-nakan combine

harvester menjadi 4 jam per hektar.

Sedangkan efesiensi tenaga kerja panen (memotong) untuk 1 hektar dari membutuhkan tenaga kerja sejumlah 19 orang, mejadi 5 orang bila petani tersebut menggunakan combine harvester.

Kebersihan gabah untuk alat teknologi power thresher lebih bersih terhadap bulir/kotoran atau benda lain seperti belalang atau binatang kecil lainnya yang ikut serta dalam hasil panen, rata-rata bulir kotor pergenggam hanya ada sekitar 2 bulir kotor selain gabah dapat berupa tangkai atau serangga atau binatang lainnya (kebersihan gabah

(10)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

62

tergolong tinggi). Sedangkan bila menggunakan combine harvester ada

sekitar 4 bulir kotor lainnya selain gabah (kebersihan gabah tergolong sedang). Tabel 2. Karakteristik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknologi Panen

Sumber : Data Primer (Diolah, 2018)

Terhadap perbedaan tingkat kekeringan gabah, petani pengguna

power thresher memiliki gabah yang

lebih kering, sekitar 9 bulir gabah yang lengket digenggaman (kekeringan sedang) sehingga gabah dihargakan lebih tinggi. Menggunakan combine harvester ada sekitar 12 gabah yang lengket digenggaman (kekeringan gabah rendah). Cara praktis mengetahui kadar air gabah dilapangan bila tidak memiliki alat ukur adalah dengan menggenggam gabah (Prasetiyo, 2002). Gabah basah biasanya masih lengket setelah digenggam, gabah

kering akan lebih berbunyi nyaring bila digenggam dan tidak lengket. Gabah Kering Panen atau GKP, umumnya memiliki kadar air berkisar antara 18–25 %.

Data hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut, data semula variabel bebas (χ) berjumlah8 (delapan) menjadi 5 (lima) variabel bebas (variabel pendidikan, efesiensi waktu kerja mesin, efesiensi tenaga kerja, kebersihan dan kekeringan gabah yang berpengaruh terhadap variabel terikat (ϒ).

(11)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

63

Tabel 3. Hasil Analisis Regresi Logistik

Koofisien B S.E Df Sig. Exp.B

Pendidikan .791 .665 1 .234 2.206

Efesiensi Waktu Kerja Mesin 1.255 1.620 1 .439 3.508

Efesiensi Tenaga Kerja -1.682 .769 1 .029 .186

Kebersihan Gabah 2.026 .974 1 .038 7.583

Kekeringan Gabah .463 .333 1 .165 1.588

Constant -11.228 7.605 1 .140 .000

Sumber : Data Primer (Diolah, 2018) Dari tabel di atas dapat diambil kesimpulan :

- Bahwa nilai sig. pendidikan petani, efesiensi waktu kerja mesin dan kekeringan gabah > 0,05 maka berarti bahwa variabel bebas di atas tidak memberikan pengaruh parsial

yang signifikan terhadap

kecenderungan petani dalam memilih alat teknologi pascapanen yang digunakan.

- Bahwa nilai sig. efesiensi tenaga kerja dan kebersihan gabah < 0,05 maka berarti bahwa variabel bebas diatas memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap kecenderungan petani dalam memilih alat teknologi pascapanen yang digunakan.

- Terhadap variabel bebas jumlah tenaga kerja, bahwa jumlah tenaga kerja tersedia disaat panen sangat

berpengaruh terhadap

kecenderungan petani dalam memilih alat teknologi yang lebih menghemat tenaga kerja (combine

harvester), semakin berkurang tenaga kerja kecen-derungan petani memilih combine harvester

semakin besar.

Maka rumus yang dihasilkan adalah :

𝐿𝑛 𝑃 1 − 𝑃= 𝐶 + 𝑋1+ 𝑋2+ 𝑋3+ 𝑋4+ 𝑋5 𝐿𝑛 𝑃 1 − 𝑃= −11,228 + 0,791𝑋1+ 1,255𝑋2 − 1,682𝑋3+ 2,026𝑋4 + 0,463𝑋5 3. Analisa Pendapatan

Tabel 3 ini menggambarkan keadaan penerimaan dan pendapatan petani pengguna combine harvester dalam satu hektar per musim tanam.

Terlihat bahwa produktivitas rata-rata per hektar adalah 7,49 Ton atau 7.490 Kg dan harga jual Rp.4.500,- Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan adalah Rp.5.386.601,74 sehingga penerimaan diperoleh Rp.33.720.000,- dengan pendapatan Rp.28.333.398,26. Ada kegiatan yang tidak lagi dilakukan panen atau memotong, sehingga biaya produksi pada kegiatan ini hilang atau tidak digunakan. Maka : 𝑇𝑅𝑐ℎ = 𝑃 𝑥 𝑃𝑦 TR ch = (7,49 Ton x 1.000) x Rp.4.500,- = Rp. 33.705.000,- П ch = TR -TC П ch = Rp.33.709.000 - Rp.5.386.601,74 = Rp.28.318.39

(12)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

64

Tabel 4. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Pengguna Teknologi Pascapanen

Combine harvester

No Uraian

Kecamatan

Aceh Besar Seulimum Indrapuri Kuta Cot Glie

1. Luas Lahan (Ha)

1,00 1,00 1,00 1,00 2. Produksi (Ton) 7,43 7,80 7,25 7,49 3. Harga Jual (Rp./Kg) 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4.500,00 4. Biaya Produksi 5.319.095,23 5.451.960,00 5.388.750,00 5.386.601,74

a. Biaya Produksi Pra Panen 2.939.095,23 2.995.960,00 2.888.750,00 2.941.268,41 - Sewa Alat Olah Tanam 1.633.333,33 1.628.000,00 1.550.000,00 1.603.777,78 - Biaya Benih 246.000,00 249.040,00 240.833,33 245.291,11 - Biaya Pupuk 1.059.761,90 1.118.920,00 1.097.916,67 1.092.199,52 b. Biaya Produksi

Pascapanen

2.380.000,00 2.456.000,00 2.500.000,00 2.445.333,33

- Sewa Alat Panen 2.200.000,00 2.096.000,00 2.125.000,00 2.140.333,33 - Biaya TK (Panen/motong) - - - - - Biaya TK (Angkut) 180.000,00 360.000,00 375.000,00 305.000,00 5. Penerimaan (Rp.) 33.435.000,0 0 35.100.000,0 0 32.625.000,0 0 33.705.000,0 0 6. Pendapatan (Rp.) 28.115.904,7 7 29.648.040,0 0 27.236.250,0 0 28.318.398,2 6

Sumber : Data Primer (Diolah, 2018) Tabel 4 berikut menggambarkan keadaan penerimaan dan pendapatan petani pengguna power thresher,

produktivitas rata-rata per hektar adalah 6,63 Ton atau 6.630 Kg dan harga jual Rp.4.700,- Biaya produksi rata-rata yang dikeluarkan Rp.8.111.791,13 sehingga penerimaan diperoleh Rp.31.396.000,- dengan pendapatan Rp.23.284.208,26. Terdapat bagian biaya yang masih harus dikeluarkan untuk kegiatan memanen/ memotong sebesar Rp.1.824.667,78. Maka : 𝑇𝑅𝑝𝑡 = 𝑃 𝑥 𝑃𝑦 TR pt = (6,68 Ton x 1.000) x Rp.4.700,- = Rp. 31.396.000,- 𝜋𝑝𝑡 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 П pt = Rp.31.396.000,- - Rp.8.111.791,53,- = Rp.23.284.208,47

(13)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

65

Tabel 5. Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Pengguna Teknologi Pascapanen

Power thresher

No Uraian

Kecamatan

Aceh Besar Seulimum Indrapuri Kuta Cot

Glie

1. Luas Lahan (Ha) 1,00 1,00 1,00 1,00

2. Produksi (Ton) 6,63 6,89 6,52 6,68

3. Harga Jual (Rp./Kg) 4.700,00 4.700,00 4.700,00 4.700,00 4. Biaya Produksi 8.193.906,25 8.216.511,81 7.924.956,53 8.111.791,53

a. Biaya Produksi Pra

Panen 2.425.156,25 2.272.023,62 2.245.826,09 2.314.335,32 - Sewa Alat Olah Tanam 1.625.000,00 1.570.866,14 1.547.826,09 1.581.230,74 - Biaya Benih 119.875,00 140.055,12 133.304,35 131.078,16 - Biaya Pupuk 680.281,25 561.102,36 564.695,65 602.026,42 b. Biaya Produksi

Pascapanen 5.768.750,00 5.944.488,19 5.679.130,44 5.797.456,21 - Sewa Alat Panen 3.113.750,00 3.238.188,98 3.065.217,39 3.139.052,12 - Biaya TK (Panen/motong) 1.833.750,00 1.855.905,51 1.784.347,83 1.824.667,78 - Biaya TK (Angkut) 821.250,00 850.393,70 829.565,22 833.736,31 5. Penerimaan (Rp.) 31.161.000,0 0 32.383.000,0 0 30.644.000,0 0 31.396.000,0 0 6. Pendapatan (Rp.) 22.967.093,7 5 24.166.488,1 9 22.719.043,4 7 23.284.208,4 7

Sumber : Data Primer (diolah, 2018) Pada Tabel 6 berikut ini terlihat perbedaan produksi yang dihasilkan, bahwa dari perbandingan setiap 1 hektar lahan sawah di pada 3 Kecamatan di Aceh Besar. Petani yang memakai combine

harvester memperoleh produksi rata-rata

di atas 7,49 Ton atau 7.490 Kg, sedangkan petani dengan menggunakan teknologi pascapanen power thresher produksi rata-rata adalah 6,68 Ton atau 6.680 Kg. Hal ini dapat diakibatkan oleh sistem panen secara manual dan perontokan dengan menggunakan power

thresher umum nya dilakukan 1-2 hari

setelah pemotongan dan ditumpuk. Menurut Herawati, (2008) Penundaan perontokan dan penumpukan gabah akan

mengakibatkan : (1) terjadinya kehi-langan hasil (rontoknya gabah akibat penumpukan dan atau dimakan binatang; (2) terjadi kerusakan gabah akibat timbulnya reaksi enzimatis (cepat berkecambah, munculnya butir kuning, berjamur atau rusak. Kerusakan gabah dan mengakibatkan kehilangan hasil panen akibat penundaan perontokan selama satu malam sebesar 1,25 %. Berdasarkan Badan Pusat Statistik, 1995 bahwa titik kritis kehilangan hasil terjadi pada tahapan panen sebesar 9,19 % dan perontokan 4,98 %. Maka kehilangan hasil sejak panen sampai perontokan saja sudah mencapai 14,17 % (BPS, 1995).

(14)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

66

Tabel 6. Perbandingan Biaya, Penerimaan dan Pendapatan Petani Pengguna Teknologi Pascapanen Combine harvester dan Power thresher

No Uraian

Kabupaten Aceh Besar Petani Pengguna

Combine harvester

Petani Pengguna Power thresher

1. Luas Lahan (Ha) 1,00 1,00

2. Produksi (Ton) 7,49 6,68

3. Harga Jual (Rp./Kg) 4.500,00 4.700,00

4. Biaya Produksi 5.386.601,74 8.111.791,53

a. Biaya Produksi Pra

Panen 2.941.268,41 2.314.335,32

- Sewa Alat Olah Tanam 1.603.777,78 1.581.230,74

- Biaya Benih 245.291,11 131.078,16

- Biaya Pupuk 1.092.199,52 602.026,42

b. Biaya Produksi

Pascapanen 2.445.333,33 5.797.456,21

- Sewa Alat Panen 2.140.333,33 3.139.052,12

- Biaya TK

(Panen/motong) 1.824.667,78

- Biaya TK (Angkut) 305.000,00 833.736,31

5. Penerimaan (Rp.) 33.705.000,00 31.396.000,00

6. Pendapatan (Rp.) 28.318.398,26 23.284.208,47

Sumber : Data Primer (diolah, 2018) Perbedaan produksi mencapai 0,81 Ton atau 810 Kg atau sekitar 12 %, apabila dikalikan dengan harga jual saat itu (Rp.4.500,-) dengan menggunakan combine maka nilai rupiah yang hilang adalah sebesar Rp.3.645.000,- per hektar per musim tanam.

Rata-rata biaya produksi pasca panen dengan menggunakan combine

harvester adalah Rp.2.445.333,-

Pada Kabupaten Aceh Besar biaya yang diserahkan kepada penyewa alat teknologi pascapanen (power thresher) adalah 1/10 dari hasil perontokan, jadi bila petani memiliki gabah hasil perontokan 5 Ton atau 5.000 Kg, maka sebesar 500 Kg atau Rp.2.350.00,- merupakan jasa sewa alat.

(15)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

67

Tabel 7. Komparasi Penggunaan Tenaga Kerja Kegiatan Pascapanen Padi Sawah Pada

Tiga Kecamatan di Aceh Besar

No. Uraian Kegiatan

Rata-rata Kebutuhan Tenaga Kerja

Aceh Besar Kec. Seulimum Kec. Seulimum Kec. Seulimum

Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher Petani Pemakai Combine harvester Petani Pemakai Power thresher 1. Memamen/ Motong - 22,00 - 22,00 - 20,00 - 64,00 2. Mengangkut 2,00 9,00 4,00 9,00 4,00 9,00 10,00 27,00 Jumlah TK/Ha/MT 2,00 31,00 4,00 31,00 4,00 29,00 3,33 30,33

Sumber : Data Primer (Diolah, 2018) Tabel 7 di atas menjelaskan kebutuhan tenaga kerja untuk kegiatan pascapanen dalam satu hektar sawah sangat jauh berbanding antara pengguna ke dua alat tersebut. Menurut Tapari dalam makalah berjudul Teknologi Penanganan Pasca Panen Padi, menuliskan bahwa Panen Kelompok dilakukan dalam 2 kegiatan : (1) Panen oleh sekitar 20 Orang dan 4 orang untuk mengumpulkan; (2) Perontokan dengan

power thresher dilakukan 3 orang dan

ditambah 3 orang lagi untuk mengantongi gabah (Tapari, 2009).

Penerimaan inovasi teknologi di bidang pertanian tidak akan mungkin di

bendung selama karakteristik yang dimiliki oleh inovasi teknologi itu dapat diterima oleh masyarakat dan lebih berdayaguna dibandingkan alat yang ada sebelumnya.

4. Analisa Pendapatan

Analisa pendapatan dilakukan dengan cara membandingkan rata-rata pendapatan dari masing-masing petani yang menggunakan teknologi pascapanen

combine harvester atau power thresher

dengan analisa uji beda independen sampel t test. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:

(16)

Jurnal AGRIFO • Vol. 4 • No. 1 • April 2019

68

Dari perhitungan di atas maka diperoleh kesimpulan:

Berdasarkan output yang diperoleh nilai Sig.(2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05, maka sesuai dasar pengambilan keputusan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan pendapatan yang siginifikan antara petani pengguna

combine harvester dan petani pengguna power thresher. Dari Analisa pendapatan

di atas nyata perbedaan pendapatan adalah sebesar Rp.5.049.189,79 atau 21,69 %.

KESIMPULAN

Berdasarkan data dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa:

1. Pendidikan petani, efisiensi waktu kerja mesin dan kekeringan gabah tidak memberikan pengaruh parsial

yang signifikan terhadap

kecenderungan petani dalam memilih alat teknologi pascapanen yang digunakan.

2. Efisiensi tenaga kerja dan kebersihan gabah memberikan pengaruh parsial yang signifikan terhadap kecenderungan petani dalam memilih alat teknologi pascapanen yang digunakan. 3. Terdapat perbedaan pendapatan

petani pengguna alat teknologi pascapanen combine harvester dan

power thresher Rp.5.049.189,79

atau 21,69 %.

DAFTAR PUSTAKA

Amir, V., Mulawarman, A. D., Kamayanti, A., & Irianto, G. (2014). Gugurnya Petani Rakyat:

Episode Perang Laba Pertanian Nasional. Universitas Brawijaya

Press.

BPS. (1995). Statistik Indonesia 1995.

Jakarta. Retrieved from

https://www.bps.go.id/publication/ 1996/09/16/2bdbfd789fa7db219b6 3a476/statistik-indonesia-1995.html. BPS. (2007). Statistik Indonesia 2007. Jakarta.

Hanafie, R. (2010). Pengantar Ekonomi

Pertanian. Penerbit Andi.

Hardjosentono, M., & Wijato, E. R. (2000). Mesin-Mesin Pertanian. Penerbit Bumi Aksara, Jakarta. Herawati, H. (2008). Mekanisme dan

kinerja pada sistem perontokan padi. Jurnal Litbang Provinsi Jawa

Tengah, 6(2), 195–203.

Prasetiyo, Y. T. (2002). Budi Daya Padi

Sawah Tanpa Olah Tanah.

Kanisius.

Soekartawi. (1995). Analisis Usahatani. Universitas Indonesia.

Sukirno, S. (1985). Ekonomi

Pembangunan: Proses, Masalah,

Dan Dasar Kebijaksanaan.

Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Tapari, H. (2009). Teknologi

Penanganan Pasca Panen Padi.

Tegalgondo. Retrieved from https://slideplayer.info/slide/11867 797/.

Yusuf, A. M. (2016). Metode Penelitian

Kuantitatif, Kualitatif dan Penelitian Gabungan. Prenada Media.

(17)

3/29/2021 Archives

https://ojs.unimal.ac.id/agrifo/issue/archive 1/2

Editorial Team Peer Reviewers Focus & Scope Author Guidelines Publication Ethics Open Access Policy Peer Review Process Online Submission Contact   USER Username Password Remember me Login Login ARTICLE TEMPLATE   TOOLS   CURRENT INDEXING VISITOR STATISTICS 2020 Vol 5, No 2 (2020): November 2020 Vol 5, No 1 (2020): April 2020 2019 Vol 4, No 2 (2019): November 2019 Vol 4, No 1 (2019): April 2019 2018 Vol 3, No 2 (2018): November 2018 Vol 3, No 1 (2018): April 2018

HOME ABOUT LOGIN REGISTER SEARCH CURRENT ARCHIVES ANNOUNCEMENTS INDEXING SITE

Home > Archives

Gambar

Tabel 2.  Karakteristik Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Teknologi Panen
Tabel 7. Komparasi Penggunaan Tenaga Kerja Kegiatan Pascapanen Padi Sawah Pada  Tiga Kecamatan di Aceh Besar

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa peserta mata kuliah Gambar Arsitektur wajib mengerjakan/mempersiapkan materi tugas yang sudah ditugaskan sebagai PR, serta aktif di dalam studio untuk mengerjakan

negara Jepang yang dapat dikatakan merupakan hasil usaha dari fungsi dan sistem polisi Jepang dengan mangadakan community policing dan menjadikan kouban sebagai garda terdepan

SOURCE DIRECT di ASD merupakan pameran yang menampilkan Importir, Distributor, grosir, desainer, Sourcing Direktur / Manajer, dan Profesional Produksi sourcing, didedikasikan

Semua pemain utama industri memiliki profil produk yang sangat kuat dengan sebagian besar merek kopi paling terkenal di dunia yang dimiliki antara

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2O14 tentang Pedoman Penyusunal Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2015 (Berita Negara Republik

Perkembangan psikososial remaja awal diantaranya: 1) lebih mampu berkompromi; 2) belajar berfikir secara independen dan membuat keputusan sendiri; 3) terus menerus

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan dokumentasi, dengan cara

Untuk dilakukan studi lanjutan yang lebih detail terkait pekerjaan konservasi sipil teknis pada daerah yang perlu penanganan karena terdapat patahan atau sesar, seperti pada