PERAN SEKTOR PERTANIAN
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN OKU TIMUR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
Skripsi
M. Syahrur Rohman 1113092000032
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M / 1438 H
PERAN SEKTOR PERTANIAN
DALAM PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN OKU TIMUR
(Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)
M. Syahrur Rohman 1113092000032
Skripsi
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Agribisnis Pada Program Studi Agribisnis
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2017 M/1438 H
i
ii PERNYATAAN
DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR–
BENAR HASIL KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.
Ciputat, September 2017
M. Syahrur Rohman 1113092000032
iii DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama : M. Syahrur Rohman
Tempat, Tanggal Lahir : Pujorahayu, 13 Februari 1995 Jenis Kelamin : Laki – Laki
Agama : Islam
Alamat : Pujorahayu, RT 04 / RW 01, Kecamatan Belitang, Kabupaten OKU Timur, Provinsi Sumatera Selatan - 32382
No. Hp : 085832476947
E-mail : [email protected]
Riwayat Pendidikan
1. 2013 – 2017 : Agribisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2. 2010 – 2013 : SMA Negeri 1 Belitang
3. 2007 – 2010 : SMP Negeri 1 Belitang 4. 2001 – 2007 : SD Negeri Pujorahayu 5. 2000 – 2001 : TK Asyiah Sidodadi Pengalaman Organisasi
1. 2016 – 2017 : Sekertaris Umum Wilayah II POPMASEPI 2. 2016 - 2017 : Staf Advokasi Paguyuban KSE UIN Jakarta 3. 2013 – 2015 : Staf Kajian Strategi DPW II POPMASEPI 4. 2013 – 2016 : Koperasi Mahasiswa UIN Jakarta
5. 2014 – 2015 : Marching Band UIN Jakarta
iv Pengalaman Magang
1. BPJS Ketenagakerjaan Maret 2017
2. PT. Kompas Media Nusantara Agustus 2017
3. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) September – Desember 2017 4. Islamic Book Fair (IBF) Februari – Maret 2017
Prestasi
1. Penerima Beasiswa Karya Salemba Empat (KSE) 2016-2017 2. Juara 2 Lomba Video Pertanian di UGM September 2014
v RINGKASAN
M. SYAHRUR ROHMAN, Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah Kabupaten OKU Timur (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis). Di bawah bimbingan Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Achmad Tjachja Nugraha, SP, MP.
Pembangunan daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada, dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru dan merangsang ekonomi daerah. Sektor pertanian sebagai penyumbang terbesar dalam pembentuk PDRB Kabupaten OKU Timur. Namun, kontribusi sektor pertanian dari tahun 2011-2014 selalu mengalami penurunan.
Sehingga perlu adanya upaya untuk memajukan sektor pertanian dengan mengidentifikasi peran masing-masing sub sektor pertanian dalam sektor pertanian Kabupaten OKU Timur.
Tujuan dari penelitian ini adalah: 1.) Menganalisis posisi sektor pertanian, serta pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten OKU Timur periode 2005 – 2015. 2.) Mengetahui sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan serta pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur periode 2005-2015. 3.) Menentukan rumusan prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur.
Penelitian ini menggunakan data sekunder berupa PDRB Kabupaten OKU Timur periode 2005-2015 dan PDRB Provinsi Sumatera Selatan periode 2005- 2015. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui sub sektor unggulan di Kabupaten OKU timur digunakan alat analisis Location Quotient. Untuk mengetahui pertumbuhan dan daya saing tiap sub sektor terhadap perekonomian Kabupaten OKU Timur digunakan alat analisis Shift Share.
Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient menunjukkan bahwa sektor pertanian menjadi sektor unggulan dan memiliki nilai LQ paling tinggi yaitu 2,54 dibandingkan dengan sektor ekonomi lainnya.
Berdasarkan analisis Shift Share, sektor pertanian memiliki pertumbuhan lambat, dan memiliki daya saing yang baik. Dengan pendekatan Location Quotient sub sektor pertanian yang memiliki nilai LQ paling tinggi adalah sub sektor tanaman bahan makanan dengan nilai LQ > 1 yaitu (4,55). Tetapi berdasarkan analaisis Shift Share sektor tanaman bahan makanan memiliki nilai pertumbuhan proporsional (PP) lambat dengan nilai PP negatif sebesar (-24,39) serta memiliki daya saing yang kurang baik dengan nilai pertumbuhan pangsa wilayah (PPW) negatif sebesar (- 6,12).
Berdasarkan perbandingan pergeseran bersih (PB) dan daya saing (PPW) sub sektor pertanian Kabupaten OKU Timur periode 2005–2015, maka dapat ditentukan rumusan prioritas dalam pembangunan pertanian di Kabupaten OKU Timur, yaitu sub sektor tanaman perkebunan menjadi prioritas pertama, karena sub
vi sektor ini selain memiliki daya saing yang tinggi juga memiliki pertumbuhan yang sangat progressive. Selanjutnya prioritas ke dua adalah sub sektor kehutanan dan sub sektor perikanan, karena sub sektor tersebut memiliki daya saing yang baik walaupun pertumbuhannya kurang progressive. Prioritas ke tiga adalah sub sektor peternakan dan hasilnya, karena sub sektor ini memiliki pertumbuhan yang progressive namun daya saingnya kurang baik atau rendah. Prioritas ke empat adalah sub sektor tanaman bahan makanan, karena sub sektor ini memiliki pertumbuhan yang kurang progressive dan memiliki daya saing yang rendah.
Kata Kunci: Peran Sektor Pertanian, Kabupaten OKU Timur, Locatian Quotient, Shift Share.
vii KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat- Nya, penulisan skripsi yang berjudul “Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah Kabupaten OKU Timur (Pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis)” dapat diselesaikan dengan tepat waktu.
Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW, yang telah membawa dunia ini penuh dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Agribisnis pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini, baik dalam bentuk dukungan moril maupun materil. Terimakasih kepada:
1. Kedua Orang tua tercinta, Ibu Sujariah dan Bapak Tohir yang tiada henti memberikan kasih sayang, do’a, serta segala upaya dalam memberikan dukungan kepada penulis. Serta kedua saudara kandung tercinta Mbak Lely dan Mas Faiz yang selalu menjadi panutan penulis untuk terus jadi lebih baik.
2. Ibu Ir. Siti Rochaeni, M.Si dan Bapak Achmad Tjahja Nugraha, SP, MP selaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam proses pelaksanaan penelitian maupun penulisan skripsi.
viii 3. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS dan Bapak Ir. Junaidi, M.Si selaku dosen penguji dalam sidang munaqosah yang telah memberikan masukan, dan solusi yang bermanfaat bagi penulis dalam penulisan skripsi agar menjadi lebih baik lagi.
4. Bapak Dr. Agus Salim, M.Si selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak Dr. Ir. Edmon Daris, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Bapak Dr. Iwan Aminudin, M.Si selaku Sekertaris Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh dosen dan staf Program Studi Agribisnis, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang telah memberikan banyak ilmu yang bermanfaat, dan nasehat yang berharga, serta pengalaman kuliah yang tidak terlupakan.
8. Bapak Kepala BPS Kabupaten OKU Timur dan Bapak kepala BPS Provinsi Sumatera Selatan beserta karyawan yang telah terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penulisan skripsi.
9. Bapak Kepala BAPPEDA Kabupaten OKU Timur beserta karyawan yang telah memberikan izin penulis melaksanakan penelitian dan terbuka memberikan informasi yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penulisan skripsi.
ix 10. Keluarga besar Yayasan Karya Salemba Empat dan Donatur BPJS Ketenagakerjaan, yang telah memberikan dukungan dan kesempatannya kepada penulis bisa menjadi bagian dari Karya Salemba Empat, baik itu dukungan dari segi materil, soft skill, maupun pengalaman-pengalaman berharga lainnya.
11. Sahabat diskusi dan sebimbingan Rio Eka Mahar (Mahar), Widyatama Wahyuningras (Widia), Adam Suhada (Adam) yang bersedia menemani saat bimbingan.
12. Sahabar kocak Akbar Auliansyah (Akbar), Rizki Ahadi Nugroho (Iki), Faizal Abdurahman (Kipli), Muhammad Sang Fajar (Fajar), Ahmad Dalhar (Dalhar) yang telah membuat kehidupan perkuliahan menjadi bewarna.
13. Para pejuang skripsi, keluarga besar AGRIBISNIS 2013 yang telah membantu penulis selama perkuliahan. Agribisnis Bersatu, Tak Bisa Dikalahkan, Agribisnis Bersatu, Hapuskan Kelaparan!
14. Keluarga besar Paguyuban Karya Salemba Empat (KSE) UIN Jakarta Apipuddin (Apip), Lalu Muhammad Hafiz (Lalu), Muhammad Santoso (Santoso), Rachma Maulidia (Rachma), Syarifah Cahrina Firda (Firda), Rusydina Alfiah (Fifi), Ginanjar Ramadhan (Anjar), Muhammad Alfi (Alfi) yang selalu memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi.
Sharing, Networking, and Developing!
15. Keluarga besar Organisasi Perhimpunan Organisasi Profesi Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Indonesia (POPMASEPI) yang telah memberikan banyak pengalaman berorganisasi. Kami Ada Untuk Indonesia!
x 16. Adik Rohis SMA Negeri 1 Belitang Aula Sakinah (Kinah) yang selalu
memberikan dukungan dan semangat dalam penyusunan skripsi.
17. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi, penulis mengucapkan terimakasih. Kalian Luar Biasa!
Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan skripsi ini.
Oleh karena itu, penulis mengucapkan mohon maaf apabila terjadi kesalahan dalam penulisan nama dan gelar kepada pihak-pihak tersebut. Besar harapan penulis agar skripsi ini dapat bermanfaat, khususnya bagi penulis, pemerintah Kabupaten OKU Timur dan bagi para pembaca pada umumnya. Amiin Ya Rabbal Alamin, Barakallah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Ciputat, September 2017
M. Syahrur Rohman
xi DAFTAR ISI
PENGESAHAN UJIAN ... i
PERNYATAAN ... ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... iii
RINGKASAN ... v
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xvi
DAFTAR LAMPIRAN ... xviii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Kegunaan Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup ... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1 Pembangunan Ekonomi ... 8
2.2 Pertumbuhan Ekonomi ... 9
2.3 Otonomi Daerah... 11
2.4 Pembangunan Daerah ... 13
2.5 Definisi Sektor dan Sub Sektor Pertanian ... 14
2.6 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ... 15
2.7 Teori Ekonomi Basis (Economic Base Theory)... 16
2.8 Metode Analisis ... 18
2.9 Penelitian Terdahulu ... 24
2.10 Kerangka Pemikiran ... 29
xii
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 31
3.1 Jenis dan Sumber Data... 31
3.2 Metode Pengumpulan Data... 31
3.3 Metode Analisis Data ... 32
3.3.1 Metode Analisis LQ (Location Quotient) ... 32
3.3.2 Metode Analisis SS (Shift Share) ... 33
BAB IV GAMBARAN UMUM KABUPATEN OKU TIMUR ... 41
4.1 Letak Geografis ... 41
4.2 Topografi ... 42
4.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan ... 43
4.4 Penggunaan Lahan ... 46
4.5 Pendidikan ... 50
4.6 Kesehatan ... 52
4.7 Keadaan Ekonomi Kabupaten OKU Timur ... 54
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 58
5.1 Posisi Sektor Pertanian Dalam Perekonomian Kabupaten OKU Timur Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) Periode 2005 – 2015... .58
5.1.1 Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor – Sektor Ekonomi Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Periode 2005 - 2015... 60
5.1.2 Rasio PDRB Sektoral Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Periode 2005 – 2015 ... 64
5.1.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Kabupaten OKU Timur Tahun 2005 - 2015 ... 65
5.1.4 Pertumbuhan dan Daya Saing Sektor – Sektor Ekonomi Kabupaten OKU Timur ... 69
5.2 Sub Sektor Pertanian Unggulan Kabupaten OKU Timur Periode 2005 – 2015 Berdasarkan Pendekatan Location Quotient (LQ) ... 71
xiii 5.2.1 Pertumbuhan PDRB ADHK Sektor Pertanian Kabupaten
OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Periode
2005-2015 ... 73
5.2.2 Pertumbuhan dan Daya Saing Masing – Masing Sub Sektor Pertanian Berdasarkan Analisis Shift Share (SS) ... 75
5.3 Rumusan Prioritas Pengembangan Sub Sektor Pertanian Dalam Pengembangan Daerah Di Kabupaten OKU Timur... 85
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 90
6.1 Kesimpulan ... 90
6.2 Saran ... 91
DAFTAR PUSTAKA ... 92
LAMPIRAN ... 94
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. PDRB Kabupaten OKU Timur menurut Lapangan Usaha atas
Dasar Harga Konstan Tahun 2015 (dalam jutaan rupiah). ... 3
Tabel 2. Luas Wilayah Kecamatan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015. ... 42
Tabel 3. Jumlah penduduk dan laju pertumbuhan tahun 2006–2015 (diolah) ... 44
Tabel 4. Statistik Ketenagakerjaan OKU Timur dari tahun 2011 – 2015 ... 46
Tabel 5. Luas dan Jenis Penggunaan Lahan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2015 ... 47
Tabel 6. Luas Penggunaan Lahan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Tahun 2015 ... 48
Tabel 7. Luas Penggunaan Lahan Sub Sektor Tanaman Perkebunan ... 48
Tabel 8. Populasi Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya Tahun 2015 ... 49
Tabel 9. Luas Penggunaan Lahan Sub Sektor Kehutanan Tahun 2015 ... 49
Tabel 10. Jumlah Rumah Tangga Sub Sektor Perikanan Tahun 2015 ... 50
Tabel 11. Nilai APS, APK dan APM Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2011-2015 ... 52
Tabel 12. Jumlah Bayi Lahir, Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dan Bergizi buruk di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2010-2014 ... 54
Tabel 13. Perkembangan PDRB Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2006-2015 (dalam juta rupiah) ... 56
Tabel 14. Nilai LQ Berdasarkan PDRB Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan Periode 2005 -2015. ... 58
Tabel 15. Perubahan PDRB Kabupaten OKU Timur Menurut Lapangan Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2005 dan 2015 (juta rupiah). ... 61
xv Tabel 16. Perubahan PDRB Provinsi Sumatera Selatan Menurut Lapangan
Usaha Berdasarkan Harga Konstan Tahun 2005 dan 2015
(juta rupiah) ... 63 Tabel 17.Rasio PDRB Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera
Selatan. ... 65 Tabel 18.Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
OKU Timur Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional
Tahun 2005–2015. ... 66 Tabel 19.Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
OKU Timur Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Proporsional
Tahun 2005-2015. ... 67 Tabel 20.Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten
OKU Timur Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Pangsa
Wilayah Tahun 2005 - 2015. ... 68 Tabel 21.Nilai Persentase PP dan PPW di Kabupaten OKU Timur. ... 69 Tabel 22.Nilai LQ Sub Sektor Pertanian Kabupaten OKU Timur Tahun
2005–2015... 72 Tabel 23.Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten OKU Timur
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan Tahun 2005 dan
2015 (juta rupiah). ... 74 Tabel 24.Perubahan PDRB Sektor Pertanian Provinsi Sumatera Selatan
Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Konstan Tahun 2005 dan
2015 (juta rupiah) ... 75 Tabel 25.Perbandingan Pergeseran Bersih dan Dayasaing Sub Sektor
Pertanian di Kabupaten OKU Timur Tahun 2010 dan 2015
(juta rupiah) ... 86
xvi DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian Kabupaten OKU Timur
Tahun 2011 – 2015 ... 4
Gambar 2. Grafik Persentase Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB Kabupaten OKU Timur tahun 2011-2015 (%) ... 5
Gambar 3. Metode Analisis Shift Share ... 22
Gambar 4. Profil Pertumbuhan Sektor – sektor Perekonomian ... 22
Gambar 5. Kerangka Pemikiran ... 30
Gambar 6. Profil Pertumbuhan Sektor – sektor Perekonomian ... 39
Gambar 7. Ketinggian Wilayah Menurut Kecamatan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur ... 43
Gambar 8. Perkembangan Angka Harapan Hidup Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2010-2014 ... 53
Gambar 9. Laju Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten OKU Timur Tahun 2006–2015 (diolah) ... 57
Gambar 10. Profil Pertumbuhan Sektor – Sektor Perekonomian Kabupaten OKU Timur Periode 2005 -2015 ... 70
Gambar 11. Grafik Laju Pertumbuhan Sub Sektor Bahan Makanan Tahun 2010-2014 ... 76
Gambar 12. Grafik Kontribusi Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan Tahun 2010–2014 ... 77
Gambar 13. Grafik Produksi Padi Tahun 2010 – 2014 (ton) ... 77
Gambar 14. Grafik Produksi Palawija Tahun 2010 – 2014 ... 78
Gambar 15. Grafik Laju Kontribusi Sub Sektor Tanaman Perkebunan Terhadap PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2010–2014. ... 80
Gambar 16. Grafik Laju Pertumbuhan Sub Sektor Peternakan dan Hasilnya Tahun 2010–2014. ... 81
xvii Gambar 17. Grafik Laju Kontribusi Sub Sektor Kehutanan Terhadap
PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2010–2014... 83 Gambar 18. Grafik Laju Pertumbuhan Sub Sektor Perikanan Terhadap
PDRB Kabupaten OKU Timur Tahun 2010–2014... 84 Gambar 19. Profil Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Di Kabupaten
OKU Timur Periode 2005–2015... ... 87
xviii DAFTAR LAMPIRAN
1. Peta Wilayah Kabupaten OKU Timur ... 94 2. Luas Wilayah Kecamatan Tahun 2015 ... 95 3. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten OKU Timur
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2015 ... 96 4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Sumatera Selatan
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005-2015. ... 97 5. Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ Di Kabupaten OKU Timur ... 98 6. Perubahan PDRB Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera
Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun
2005 dan 2015 ...99 7. Rasio PDRB Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan
Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 dan 2015 ... 100 8. Analisis Shift Share Menurut Lapangan Usaha di Kabupaten OKU
Timur Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional,
dan Pangsa Wilayah Tahun 2005-2015 ... 101 9. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Kabupaten
OKU Timur Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005–2015 ... 102 10. Laju Pertumbuhan Sub Sektor Pertanian Tahun 2006 –2015 (%) ... 103 11. Kontribusi Sub Sektor Pertanian Tahun 2006–2015 (%) ... 104 12. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sektor Pertanian Provinsi
Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005–2015 ... 105 13. Hasil Perhitungan Dengan Metode LQ Di Kabupaten OKU Timur ... 106 14. Perubahan PDRB Sektor Pertanian Kabupaten OKU Timur dan Provinsi
Sumatera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 dan 2015 ... 107 15. Rasio PDRB Sektor Pertanian Kabupaten OKU Timur dan Provinsi
Sumatera Selatan Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2005 dan 2015. ... 108
xix 16. Analisis Shift Share Sub Sektor Pertanian di Kabupaten OKU Timur
Berdasarkan Komponen Pertumbuhan Regional, Proporsional, dan
Pangsa Wilayah Tahun 2005-2015 ... 109 17. Nilai Pergeseran Bersih (PB), Perbandingan Pergeseran Bersih dan
Dayasaing Sub Sektor Pertanian di Kabupaten OKU Timur Tahun
2005-2015 ... 110
1 BAB I
PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pembangunan daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada, dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal (Subandi, 2012).
Dalam melaksanakan pembangunan daerahnya, pemerintah daerah harus mempunyai visi yang mendukung pembangunan tersebut. Visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Tahun 2005-2025 adalah: “OKU Timur Aman, Maju Dan Berdaya Saing.” Visi tersebut mengandung pengertian yaitu aman yang berarti kondisi sosial masyarakat dalam setiap aspek kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tenteram, tertib damai dan bersatu, serta jauh dari berbagai konflik. Sedangkan maju berarti untuk mempercepat kesejahteraan masyarakat Kabupaten OKU Timur, baik bidang sosial ekonomi dan politik maupun dalam hal pemanfaatan berbagai sumber daya, harus dipacu lebih maju dibanding Kabupaten lain. Tingkat kemajuan suatu daerah dapat dinilai dari indikator sosial seperti kualitas sumber daya manusia. Suatu daerah dikatakan makin maju apabila sumber daya manusianya memiliki kepribadian, berahlak mulia dan berkualitas pendidikan yang tinggi.
Selanjutnya berdaya saing artinya memanfaatkan berbagai potensi sumberdaya
2 yang kompetitif untuk memperkuat perekonomian dengan didukung sumber daya manusia yang berkualitas dan berkelanjutan. Pembangunan daerah di dalam era otonomi daerah perlu di laksanakan secara terpadu, selaras, serasi dan seimbang serta sesuai dengan prioritas dan potensi daerah (Tjiptoherijanto, 1997 dalam Lusminah, 2008).
Sesuai dengan Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah telah memberi kewenangan yang luas bagi pemerintah daerah untuk mengelola perekonomian, mengatur dan melaksanakan program – program pembangunan daerahnya. Akan tetapi, dengan adanya kewenangan tersebut pemerintah daerah harus memiliki kesiapan dalam melaksanakan segala kebijakan yang menjadi tanggung jawabnya.
Kabupaten OKU Timur merupakan salah satu dari 20 Kabupaten yang ada di Provinsi Sumatera Selatan, memiliki luas 3,370 km². Menurut Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten OKU Timur pada tahun 2015, kabupaten ini memiliki 325 desa dan 7 kelurahan yang di dukung oleh sektor - sektor dominan seperti sektor pertanian, dan sektor perdagangan, hotel & restoran yang menjadi sektor unggulan dan diharapkan dapat meningkatkan perekonomian daerah. Hal ini terlihat dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku (ADHB) di Kabupaten OKU Timur tahun 2015.
3 Tabel 1. PDRB Kabupaten OKU Timur menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga
Konstan Tahun 2015 (dalam jutaan rupiah).
No Sektor Tahun 2015
(Jutaan Rupiah)
Kontribusi (%)
1. Pertanian 1,513,060 46.63
2. Pertambangan & Penggalian 79,127 2.44
3. Industri Pengolahan 258,649 7.97
4. Listrik, Gas & Air Bersih 3,127 0.10
5. Bangunan 257,211 7.93
6. Perd., Hotel & Restoran 577,713 17.80
7. Pengangkutan & Komunikasi 59,881 1.85
8. Keu. Persewaan, & Jasa Perusahaan 106,488 3.28
9. Jasa-Jasa 389,488 12.00
Total 3,244,744 100
Sumber : BPS Kabupaten OKU Timur Tahun 2016.
Berdasarkan Tabel 1 di atas dapat dilihat bahwa kontribusi sektor pertanian berada di peringkat pertama sebagai sektor terbesar penyumbang perekonomian Kabupaten OKU Timur sebesar 46,63%, disusul sektor perdagangan, hotel dan restoran dengan kontribusi sebesar 17,80%, dan sektor jasa 12.00%, sedangkan kontributor terendah adalah sektor listrik, gas dan air bersih 0,10%. Jika di lihat dari distribusi tenaga kerja menurut lapangan usaha tahun 2013, aktivitas ekonomi yang bekerja pada sektor pertanian dan terdaftar adalah sebanyak 3.960 jiwa dan menjadi gantungan hidup penduduk Kabupaten OKU Timur, disusul oleh sektor keuangan, asuransi, usaha persewaan bangunan sebanyak 544 jiwa, dan sektor perdagangan besar sebanyak 485 jiwa.
Jika melihat pertumbuhan ekonomi sektoral Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur dalam lima tahun terakhir yaitu tahun 2011 – 2015 sektor pertanian mengalami fluktuatif. Berdasarkan BPS Kabupaten OKU Timur tahun 2015, pertumbuhan sektor ekonomi tersebut 5,0% pada 2011; 4,9% pada tahun 2012;
4,4% pada tahun 2013; 4,0% pada tahun 2014; 6,6% pada tahun 2015.
4 Gambar 1. Grafik Pertumbuhan Sektor Pertanian
Kabupaten OKU Timur Tahun 2011–2015
Sumber : BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Tahun 2016.
Berdasarkan grafik di atas, strategi pembangunan ekonomi di Kabupaten OKU Timur yang perlu menjadi prioritas adalah pembangunan ekonomi yang berbasis pada sektor pertanian. Namun seiring perkembangan sektor perekonomian lain, pertumbuhan kontribusi sektor pertanian mengalami penurunan. Menurut BPS Kabupaten OKU Timur tahun 2015, kontribusi sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur terhadap PDRB atas dasar harga berlaku dalam lima tahun terakhir dari tahun 2011–2015 menunjukkan persentase semakin menurun.
5.0 4.9
4.4 4.0
6.6
0.0 1.0 2.0 3.0 4.0 5.0 6.0 7.0
2011 2012 2013 2014 2015
P e r t u m b u h a n S e k t o r P e r t a n i a n ( % )
Pertumbuhan Sektor Pertanian
5 Gambar 2. Grafik Persentase Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB
Kabupaten OKU Timur tahun 2011-2015 (%)
Sumber : BPS Kabupaten OKU Timur (diolah) Tahun 2016.
Sedangkan berdasarkan data - data diatas, Kabupaten OKU Timur memiliki tantangan yang harus dihadapi dalam melaksanakan strategi pembangunannya untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi dari semua sub sektor pertanian dengan mengoptimalkan semua potensi yang ada, khususnya yang terkait dengan pengembangan pertanian di Kabupaten OKUTimur yang menjadi leading sector tersebut sehingga diupayakan suatu pendekatan melalui analisis sub sektor pertanian unggulan di Kabupaten OKU Timur. Hal ini perlu dilakukan agar pemerintah daerah dapat mengambil kebijakan dalam memprioritaskan sub sektor pertanian unggulan maupun non unggulan untuk dapat ditingkatkan dengan efisien dan efektif dalam pelaksanaannya.
49.33
48.39
47.49
46.98
46.63
45.00 45.50 46.00 46.50 47.00 47.50 48.00 48.50 49.00 49.50 50.00
2011 2012 2013 2014 2015
Kontribusi Sektor Pertanian (%)
Kontribusi Sektor Pertanian
6 1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana posisi sektor pertanian, serta pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten OKU Timur periode 2005–2015
?
2. Sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan dan bagaimana pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur 2005–2015 ?
3. Bagaimana rumusan prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Menganalisis posisi sektor pertanian, serta pertumbuhan dan daya saing sektor pertanian dalam perekonomian di Kabupaten OKU Timur periode 2005–2015.
2. Mengetahui sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sub sektor unggulan serta pertumbuhan dan daya saing sub sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur periode 2005-2015.
3. Menentukan rumusan prioritas pengembangan sub sektor pertanian dalam memajukan sektor pertanian di Kabupaten OKU Timur.
1.4 Kegunaan Penelitian
Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi penulis, dapat menambah pengetahuan dan wawasan berkaitan dengan topik penelitian.
7 2. Bagi pemerintah, sebagai informasi dan bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan, khususnya dalam perencanaan pembangunan pada sektor pertanian dalam memajukan sektor tersebut di Kabupaten OKU Timur.
3. Bagi pembaca, sebagai bahan wacana dan kajian untuk menambah wawasan ilmu pengetahuan terutama dalam hal keterkaitan potensi wilayah dengan pembangunan daerah serta sebagai referensi bagi peneliti sejenis.
1.5 Ruang Lingkup
1. Penelitian ini memfokuskan pada analisis kontribusi sektor pertanian terhadap pertumbuhan ekonomi serta peran sub sektor pertanian Kabupaten OKU Timur pada periode 2005-2015 dengan pendekatan analisis Location Quotient (LQ) dan Shift Share (SS).
2. Penggunaan analisis Location Quotient dimaksudkan untuk melihat sektor- sektor ekonomi dan sub sektor pertanian apa saja yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten OKU Timur, sedangkan Analisis Shift Share dimaksudkan untuk melihat gambaran pertumbuhan dan daya saing sektor-sektor tersebut di Kabupaten OKU Timur.
3. Periode yang digunakan dalam penelitian ini adalah perode tahun 2005-2015, Karena dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kabupaten OKU Timur menunjukkan bahwa pada periode tersebut LPE Kabupaten OKU Timur terus meningkat dari tahun – tahun sebelumnya.
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi
Pembangunan ekonomi (economic development) pada umumnya disama artikan dengan pertumbuhan ekonomi (economic growth) tetapi pada dasarnya memiliki perbedaaan, yaitu pembangunan ekonomi lebih luas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi lebih luas karena mencakup pengembangan dan modernisasi kelembagaan (institusional). Pengembangan dan modernisasi (institusional) meliputi berbagai aspek, selain aspek organisasi atau institusi (misalnya pemerintah kota, lembaga sosial, dan ekonomi lainnya) yang berperan serta dan terlibat dalam proses pembangunan, meliputi aspek perumusan strategi kebijakan pembangunan.
Teori pembangunan seimbang (balance development theory) dilontarkan oleh Rosenstein Rodan dan Ragnar Nurkse pada tahun 1960. Agar supaya negara – negara berkembang dapat melepaskan diri dari lingkaran kemiskinan, maka perlu dilaksanakan pembangunan sektor pertanian dan sektor industri secara bersama – sama. Sektor pertanian adalah penting karena sebagian besar penduduk hidup dan mempunyai mata pencaharian dalam sektor pertanian sehingga sektor pertanian harus dibangun untuk menyediakan bahan pangan bagi penduduk. Sektor industri harus dibangun secara bersama – sama karena memproduksi barang – barang kebutuhan masyarakat, menyediakan lapangan kerja, memberikan pendapatan kepada masyarakat, menghasilkan devisa dari ekspor yang dilakukan dan
9 melunakkan goncangan akibat turunnya harga berbagai komoditas pertanian di pasar luar negeri (Adisasmita, 2015).
Menurut Sukirno (2006) pembangunan ekonomi adalah pertumbuhan ekonomi ditambah dengan perubahan, artinya ada tidaknya pembangunan ekonomi dalam suatu negara pada satu tahun tertentu tidak saja diukur dari kenaikan produksi barang dan jasa yang berlaku dari tahun ke tahun, tetapi juga perlu diukur dari perubahan lain yang berlaku dalam berbagai aspek kegiatan ekonomi seperti perkembangan pendidikan, perkembangan teknologi, peningkatan dalam kesehatan, peningkatan infastruktur yang tersedia dan peningkatan pendapatan dan kemakmuran masyarakat
2.2. Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi (economic growth) diartikan sebagai tindakan untuk meningkatkan kapasitas produksi yang menghasilkan tambahan output yang pada umumnya diukur menggunakan Produk Domestik Bruto (PDB) untuk tingkat nasional atau Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) untuk tingkat daerah.
PDB/PDRB merupakan indikator (atau tolak ukur) keberhasilan ekonomi dari suatu negara atau daerah. PDB/PDRB adalah nilai produksi dari keseluruhan sektor pembangunan (pertanian, pertambangan, bangunan (kontruksi), perindustrian, perdagangan, perhubungan, pendidikan, kesehatan, keuangan, dan perbankan, dan jasa – jasa lainnya) (Adisasmita, 2015).
Teori pertumbuhan ekonomi wilayah menganalisis suatu wilayah sebagai suatu sistem ekonomi terbuka yang berhubungan dengan wilayah–wilayah lain melalui arus perpindahan faktor – faktor produksi dan pertukaran komoditas.
10 Pembangunan dalam suatu wilayah akan mempengaruhi pertumbuhan wilayah lain dalam bentuk permintaan sektor untuk wilayah lain yang akan mendorong pembangunan wilayah tersebut atau suatu pembangunan ekonomi dari wilayah lain yang akan mengurangi tingkat kegiatan ekonomi di suatu wilayah serta interrelasi. Pertumbuhan ekonomi dapat dinilai sebagai dampak kebijakan pemerintah, khususnya dalam bidang ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat pertumbuhan yang terjadi dan sebagai indikator penting bagi daerah untuk mengevaluasi keberhasilan pembangunan (Sirojuzilam, 2008).
Menurut Glasson (1977) pertumbuhan regional dapat terjadi sebagai akibat dari penentu – penentu endogen ataupun eksogen, yaitu faktor–faktor yang terdapat di dalam daerah yang bersangkutan ataupun faktor–faktor di luar daerah, atau kombinasi dari keduanya. Penentu endogen meliputi distribusi faktor–faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, dan modal, sedangkan faktor penentu eksogen adalah tingkat permintaan dari daerah lain terhadap komoditi yang dihasilkan oleh daerah tersebut.
Pembangunan dengan pendekatan sektoral mengkaji pembangunan berdasarkan kegiatan usaha yang dikelompokkan menurut jenisnya ke dalam sektor dan sub sektor. Sektor – sektor tersebut adalah sektor pertanian, pertambangan, kontruksi (bangunan), perindustrian, perdagangan, perhubungan, keuangan dan perbankan, dan jasa. Pemerintah daerah harus mengetahui dan dapat menentukan penyebab, tingkat pertumbuhan dan stabilitas dari perekonomian wilayahnya.
11 2.3. Otonomi Daerah
Perkataan otonomi berasal dari Bahasa Yunani, outonomous, yang berarti pengaturan sendiri atau pemerintahan sendiri. Menurut Encyclopedia of Sosial Science, pengertian otonomi adalah: the legal self sufficiency of social body and its actual independence. pengertian otonomi menyangkut dengan dua hal pokok yaitu:
kewenangan untuk membuat hokum sendiri (own laws) dan kebebasan untuk mengatur pemerintahan sendiri (self government). Berdasarkan pengertian tersebut, maka otonomi daerah pada hakikatnya adalah hak atau wewenang untuk mengurus rumah tangga sendiri bagi suatu daerah otonom (Sarundajang, 2000 dalam Sjafrizal, 2014).
Menurut UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan, sedangkan daerah otonom adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak dan kewajiban.
Adapun hak tersebut adalah:
1. Mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya.
2. Memilih pimpinan daerah.
3. Mengelola kekayaan daerah.
12 4. Memungut pajak daerah dan retribusi daerah.
5. Mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah.
6. Mendapatkan sumber – sumber pendapatan lain yang sah.
7. Mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam peraturan perundang – undangan.
Kewajiban yang dilakukan daerah dalam menyelenggarakan otonomi daerah adalah:
1. Melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
2. Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat.
3. Mengembangkan kehidupan demokrasi.
4. Mewujudkan keadilan dan pemerataan.
5. Meningkatkan pelayanan dasar pendidikan.
6. Menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan.
7. Menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak.
8. Mengembangkan sistem jaminan sosial.
9. Menyusun perencanaan dan tata ruang daerah.
10. Mengembangkan sumber daya produktif di daerah.
11. Melestarikan lingkungan hidup undang – undang.
13 2.4. Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah merupakan suatu proses dimana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi daerah. Dalam kerangka pencapaian tujuan pembangunan ekonomi daerah tersebut dibutuhkan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah (endogenous development), dengan menggunakan potensi sumberdaya lokal. (Subandi, 2012)
Menurut Arsyad (1999) permasalahan pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogenous development) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia. Orientasi ini mengarahkan pada pengambilan inisiatif–inisiatif yang berasal dari daerah tersebut dalam proses pembangunan untuk menciptakan kesempatan kerja baru dan merangsang peningkatan ekonomi.
Pembangunan daerah pada umumnya mencakup berbagai dimensi pembangunan yang dilaksanakan secara bertahap. Pada awalnya, kegiatan pembangunan daerah biasanya ditekankan pada pembangunan fisik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, kemudian diikuti dengan pembangunan sosial politik. Namun demikian, tahapan ini bukanlah merupakan suatu ketentuan yang berlaku umum, karena setiap daerah mempunyai potensi pertumbuhan yang berbeda dengan daerah lain. Potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, kondisi sosial, budaya, ekonomi, ketersediaan infrastruktur, dan lainnya sangat
14 berpengaruh pada penerapan konsep pembangunan yang dilaksanakan (Adisasmita, 2006).
2.5. Definisi Sektor dan Sub sektor Pertanian
Pertanian merupakan suatu kegiatan biologis untuk menghasilkan berbagai kebutuhan manusia termasuk sandang, pangan, papan. Produksi tersebut dapat dikonsumsi langsung maupun jadi bahan untuk diproses lebih lanjut (Syahyuti, 2006). Pertanian yaitu semua kegiatan yang meliputi penyediaan komoditi tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan. Semua kegiatan penyediaan tanaman bahan makanan, perkebunan, peternakan, kehutanan, dan perikanan itu dilakukan secara sederhana, yaitu masih menggunakan peralatan tradisional yang termasuk pula didalamnya (Statisik Pertanian, 2009).
Sub sektor dari sektor pertanian mencakup:
1. Tanaman bahan makanan ialah tanaman yang menjadi bahan pokok atau utama dalam pola konsumsi manusia seperti beras, jagung, dan gandum.
2. Tanaman perkebunan seperti tanaman sayur–sayuran dan buah–buahan sebagai pelengkap dari pola konsumsi manusia.
3. Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan (biasanya pohon) dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).
4. Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering (khususnya semua vertebrata kecuali ikan dan amfibia) atau serangga (misalnya lebah).
5. Perikanan memiliki subjek hewan perikanan (termasuk amfibia dan semua non-vertebrata air).
15 Suatu usaha pertanian dapat melibatkan berbagai subjek ini bersama–sama dengan alasan efisiensi dan peningkatan keuntungan. Pertimbangan akan kelestarian lingkungan yang mengakibatkan aspek–aspek konservasi sumber daya alam juga menjadi bagian dalam usaha pertanian. Adapun yang dimaksud dengan rumah tangga pertanian yang sekurang-kurangnya satu orang anggota rumah tangga melakukan kegiatan yang menghasilkan produk pertanian dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya untuk dijual/ditukar untuk memperoleh pendapatan/keuntungan atas risiko sendiri. Kegiatan dimaksud meliputi bertani/berkebun, beternak berternak ikan dikolam, karamba maupun tambak, menjadi nelayan, dan mengusahakan ternak/unggas. (Statistik Pertanian, 2009) 2.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah sejumlah nilai tambah (value added) yang timbul dari berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu yang dinyatakan dalam rupiah. Mardiasmo (2000) menyebutkan bahwa unit – unit produksi tersebut dikelompokkan menjadi 10 sektor lapangan usaha, yaitu: a) Pertanian, b) Industri pengolahan, c) Pertambangan dan Penggalian, d) Listrik, gas dan air bersih, e) Bangunan, f) Perdagangan, hotel, dan restoran, g) Pengangkutan dan Komunikasi, h) Keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, i) Perbankan daerah, dan j) Jasa–jasa.
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dapat dijadikan indikator untuk mengukur laju pertumbuhan ekonomi secara sektoral agar dapat dimonitor sektor- sektor apa saja yang menyebabkan tinggi rendahnya pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut, sehingga ada prioritas pada sektor tersebut. PDRB dibagi menjadi dua
16 yaitu PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan.
Kepentingan analisa dalam pengukuran perubahan tingkat kemakmuran secara riil digunakan perhitungan atas dasar harga konstan, sedangkan untuk melihat pengaruh yang terjadi bila masih termasuk inflasi dan menggunakan tingkat harga nominal, maka PDRB atas dasar harga berlaku yang digunakan (Tarigan, 2007).
PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan nilai tambah barang dan jasa yang dihasilkan berdasarkan harga–harga tahun berjalan. Sedangkan PDRB atas dasar konstan banyak digunakan untuk menganalisis suatu perkembangan, karena data ini memberikan informasi yang lebih riil setelah dikoreksi atas pengaruh inflasi.
2.7. Teori Ekonomi Basis (Economic Base Theory)
Teori ekonomi basis (Economic Base Theory) merupakan teori yang pertama–tama menerangkan ekonomi wilayah, yang kemudian dikembangkan menjadi ekspor basis (export base theory) yang selanjutnya digunakan dalam pertumbuhan perkotaan, maka berkembanglah teori basis perkotaan (urban base theory). Teori basis ekonomi membagi negara–negara (wilayah – wilayah) dalam dua kelompok, yaitu 1) Negara (wilayah) yang mengekspor (menjual) dan (2) Negara (wilayah) yang mengimpor (membeli). Teori basis ekonomi menggunakan asumsi (anggapan) bahwa ekspor adalah satu – satunya faktor yang bersifat eksogen (independen) terhadap pengeluaran, artinya semua unsur pengeluaran lain adalah terikat (dependen) terhadap pembangunan. Hanya ekspor yang dapat mendorong peningkatan pendapatan daerah, sektor–sektor lain akan meningkat apabila pendapatan daerah secara keseluruhan meningkat. Asumsi lainnya, teori basis
17 ekonomi membagi kegiatan sektor menjadi dua, yaitu (a) kegiatan basis (basic activity) dan (b) kegiatan non basis (non basic activity).
Suatu daerah (wilayah) mengalami pertumbuhan ekonomi apabila melakukan ekspor ke daerah (wilayah) lain yang mengimpornya. Kegiatan impor merupakan permintaan barang akan barang yang dihasilkan oleh daerah (wilayah) lain yang mengekspor, jadi dapat dikatakan bahwa teori basis ekonomi menekankan pada segi permintaan (demand slide). Daerah (wilayah) yang mengekspor akan memperoleh pendapatan yang dibayar oleh daerah (wilayah) yang mengimpor. Kegiatan ekspor yang merupakan kegiatan sektor basis akan menghasilkan pendapatan. Pendapatan tersebut akan digunakan untuk meningkatkan kegiatan ekspor, dan sebagian daripadanya digunakan untuk meningkatkan kegiatan non basis (bukan ekspor) untuk meningkatkan produksi barang-barang untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang bertempat tinggal di daerah (wilayah) yang bersangkutan (Adisasmita, 2014).
Sektor basis adalah sektor yang menjadi tulang punggung perekonomian daerah karena mempunyai keuntungan kompetitif (Competitive Advantage) yang cukup tinggi. Sedangkan sektor non basis adalah sektor–sektor lainnya yang kurang potensial tetapi berfungsi sebagai penunjang sektor basis atau service industries (Sjafrizal, 2008). Inti dari Model Ekonomi Basis (Economic Base Model) menunjukkan bahwa arah dan pertumbuhan suatu wilayah ditentukan oleh ekspor wilayah tersebut. Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah teknik yang digunakan adalah Kuosien Lokasi (Location Quotient = LQ). LQ digunakan untuk
18 mengetahui seberapa besar tingkat spesialisasi sektor basis atau unggulan (leading sector).
2.8. Metode Analisis
2.8.1 Location Quotient (LQ)
Location Quotient (LQ) merupakan suatu pendekatan yang digunakan untuk mengukur kinerja basis ekonomi suatu daerah, artinya digunakan untuk pengujian sektor-sektor ekonomi yang termasuk dalam kategori sektor unggulan. LQ dihitung dengan mengukur konsentrasi dari suatu kegiatan sektor ekonomi dalam suatu daerah dibandingkan dengan peranannya dalam perekonomian daerah tersebut dengan peran kegiatan sektor ekonomi sejenis dalam perekonomian regional atau nasional (Arsyad, 2010).
Metode LQ merupakan metode yang dikembangkan dari teori basis ekonomi, yang intinya adalah industri basis memproduksi barang untuk pasar di daerah maupun diluar daerah yang bersangkutan, maka penjualan barang ke luar daerah (ekspor) akan menghasilkan pendapatan bagi daerah tersebut. Peningkatan pendapatan tidak hanya menaikkan permintaan terhadap industri basis, tetapi akan menaikkan pula permintaan terhadap industri non basis, dengan kenaikan permintaan tersebut akan mendorong kenaikan investasi pada industri – industri bersangkutan (basis dan non basis), sehingga investasi modal dalam industri lokal merupakan investasi yang didorong (induced investment) sebagai akibat kenaikan industri basis. Ketentuan dalam metode ini jika LQ > 1 maka sektor (industri) tersebut memiliki potensi besar untuk dikembangkan, atau dapat dikatakan merupakan sektor (industri) yang unggul. Tujuan dari metode ini adalah untuk
19 mengetahui atau mengidentifikasi struktur ekonomi di suatu daerah (wilayah), yaitu sektor–sektor (industri-industri) mana yang memiliki potensi atau keunggulan untuk dikembangkan (Adisasmita, 2014).
Menurut Tarigan (2005), Metode LQ ini yaitu metode yang membandingkan besarnya peranan suatu sektor di suatu daerah terhadap besarnya peranan sektor tersebut secara nasional. Analisis ini merupakan analisis yang sederhana dan sangat menarik bila dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
2.8.2 Shift Share (SS)
Analisis Shift Share meliputi dua analisis Shift (pergeseran) dan analisis Share (peranan). Analisis pergeseran adalah membandingkan perubahan regional dalam indikator kegitan ekonomi antara dua titik waktu yang ditentukan. Perkembangan indikator kegiatan regional dapat berupa nilai produksi suatu sektor (misalnya sektor industri) di suatu daerah dibandingkan dengan nilai produksi sektor yang sama di tingkat nasional, hal ini berarti sektor tersebut memiliki potensi yang lebih prospektif, demikian sebaliknya bila lebih rendah berarti sektor tersebut kurang potensial dilihat secara nasional.
Analisis peranan adalah menghitung peranan (kontribusi) nilai produksi suatu sektor terhadap nilai total PDRB di suatu daerah dan membandingkannya dengan peranan sektor yang sama di tingkat nasional, bila hasil perbandingannya lebih besar, hal ini berarti bahwa sektor di daerah tersebut memiliki potensi yang lebih besar, demikian sebaliknya (Adisasmita, 2014).
20 Analisis Shift Share (SS) ini dapat digunakan untuk melihat pertumbuhan sektor–sektor perekonomian suatu wilayah selama periode waktu tertentu. Selain itu, dapat juga melihat dalam daerah bawah (Kabupaten OKU Timur) sektor–sektor ekonomi mana saja yang memberikan kontribusi pertumbuhan paling besar terhadap perekonomian daerah atasnya (Provinsi Sumatera Selatan) dan juga untuk mengetahui sektor mana saja yang mengalami pertumbuhan yang paling cepat di masing–masing wilayah bawahnya. Kegunaan lainnya, yaitu dapat melihat perkembangan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya dan melihat perbandingan laju sektor–sektor perekonomian disuatu wilayah dengan laju pertumbuhan nasional serta sektor–sektornya (Budiharsono, 2001).
Menurut Budiharsono (2001), secara umum terdapat tiga komponen pertumbuhan wilayah dalam analisis Shift Share, yaitu:
1. Komponen Pertumbuhan Nasional/PN (National Growth Componen) Yaitu perubahan produksi atau kesempatan suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi atau kesempatan kerja nasional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi nasional atau perubahan dalam hal – hal yang mempengaruhi perekonomian semua sektor dan wilayah misalnya devaluasi, kecenderungan inflasi, pengangguran dan kebijakan perpajakan.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional/PP (Proportional Mix Growth Component)
Komponen ini tumbuh karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam
21 kebijakan industri (seperti kebijakan perpajakan, subsidi, dan price support) dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar.
3. Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah/PPW (Regional Share Growth Component)
Komponen ini timbul karena peningkatan atau penurunan produksi atau kesempatan kerja dalam suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan suatu wilayah dibandingkan dengan wilayah lainnya ditentukan oleh keunggulan komperatif, akses pasar, dukungan kelembagaan, prasarana sosial ekonomi serta kebijakan ekonomi regional pada wilayah tersebut.
Berdasarkan ketiga komponen pertumbuhan wilayah tersebut dapat ditentukan dan diidentifikasikan perkembangan suatu sektor ekonomi pada suatu wilayah. Apabila PP + PPW > 0 maka dapat dikatakan bahwa pertumbuhan sektor ke-I di wilayah ke-j termasuk ke dalam kelompok progresif (maju). Sementara itu, PP + PPW < 0 menunjukkan bahwa pertumbuhan sektor ke-I pada wilayah ke-j termasuk pertumbuhannya lambat.
22 Gambar 3. Metode Analisis Shift Share
Sumber : Budiharsono, 2001
Untuk menganalisis profil pertumbuhan sektor – sektor perekonomiannya dapat dilakukan dengan cara menggunakan bantuan empat kuadran yang terdapat pada garis bilangan yaitu:
PPW
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II
Gambar 4. Profil Pertumbuhan Sektor – sektor Perekonomian Sumber : Priyarsono, et al. (2007)
Komponen Pertumbuhan Nasional
Wilayah ke-i sektor ke-j Wilayah ke-j
sektor ke-i
Komponen Pertumbuhan
Proporsional
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah
Lambat PP + PPW < 0
Maju PP + PPW ≥ 0
23 Berdasarkan gambar di atas, terdapat garis yang memotong Kuadran II dan Kuadran IV yang membentuk 45⁰. Garis tersebut merupakan garis yang menunjukkan nilai pergeseran bersih. Bagian atas garis tersebut menunjukkan PBij
> 0 yang mengidentifikasikan bahwa wilayah-wilayah/sektor-sektor tersebut pertumbuhannya progresif (maju). Sebaliknya, di bawah garis 45⁰ berarti PBij < 0, menunjukkan wilayah-wilayah/sektor-sektor yang lamban.
Dalam gambar tersebut terdapat Kuadran I, II, III, dan IV, maka penjelasannya sebagai berikut:
1. Kuadran I, merupakan kuadran dimana PP dan PPW sama–sama bernilai positif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor–sektor di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang cepat (dilihat dari nilai PP-nya) dan memiliki daya saing yang lebih baik apabila dibandingkan dengan wilayah – wilayah lainnya (dilihat dari PPW-nya).
2. Kuadran II, menunjukkan bahwa sektor–sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat (PP-nya bernilai positif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor–sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya kurang baik (dilihat dari PPW yang bernilai negatif).
3. Kuadran III, merupakan kuadran dimana PP dan PPW nya bernilai negatif. Hal ini menunjukkan bahwa sektor–sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain.
4. Kuadran IV, menunjukkan bahwa sektor–sektor ekonomi pada wilayah bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat (dilihat dari PP yang bernilai
24 negatif), tetapi daya saing wilayah untuk sektor–sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah lainnya (dilihat dari PPW yang bernilai positif).
2.9. Penelitian Terdahulu
Penelitian dengan pendekatan alat analisis Loqation Quontient (LQ) dan analisis Shift Share (SS) sudah pernah dilakukan sebelumnya, sehingga hasil penelitian yang pernah dilakukan dapat dijadikan dasar dan bahan pertimbangan dalam mengkaji penelitian ini. Beberapa penelitian–penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai bahan pertimbangan adalah:
1. Ilham Alkaf tahun 2015, dengan judul “Peran Sektor Pertanian Terhadap Perekonomian Kabupaten Cilacap Periode 2002 – 2013” melalui pendekatan Tipologi Klasen, Shift Share, dan Loqation Quotient. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa PDRB Kabupaten Cilacap periode 2002-2013 dan PDRB Provinsi Jawa Tengah periode 2002-2013. Alat analisis yang digunakan untuk mengetahui posisi tiap sub sektor dalam sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap adalah analisis Shift Share.
Untuk mengetahui sub sektor basis di Kabupaten Cilacap digunakan alat analisis Loqation Quotient. Hasil penelitiannya yaitu posisi sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap tahun 2002-2013 adalah: 1) Sub sektor tanaman bahan makanan berada di posisi sub sektor tertinggal. 2) Sub sektor tanaman perkebunan berada di posisi sub sektor potensial atau masih dapat dikembangkan. 3) Sub sektor peternakan berada di posisi sub sektor tertinggal. 4) Sub sektor kehutanan berada di posisi sub sektor tertinggal.
5) Sub sektor perikanan berada di posisi sub sektor tertinggal. Pertumbuhan
25 tiap sub sektor pertanian dalam perekonomian Kabupaten Cilacap yaitu: 1) Sub sektor yang mengalami pertumbuhan yang cepat atau yang mendapat nilai positif berdasar komponen pertumbuhan proporsional (Pp) yaitu sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor peternakan. Dan sub sektor yang mengalami pertumbuhan lebih lambat dibandingkan pertumbuhan ditingkat Provinsi Jawa Tengah yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan. 2) Sub sektor yang mengalami pertumbuhan wilayah (Pw) dengan daya saing yang baik atau kompetitif dengan wilayah–wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah ada dua sub sektor yaitu sub sektor tanaman perkebunan dan sub sektor tanaman bahan kehutanan.
Sedangkan ketiga sub sektor lainnya, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan, sub sektor peternakan, dan sub sektor perikanan tidak memiliki daya saing yang baik atau tidak kompetitif jika disbanding dengan wilayah–wilayah lain di Provinsi Jawa Tengah. Sub sektor yang menjadi sub sektor basis dalam perekonomian Kabupaten Cilacap, yaitu sub sektor tanaman bahan makanan dan sub sektor kehutanan, sedangkan sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan sub sektor perikanan adalah sub sektor non basis dalam perekonomian Kabupaten Cilacap.
2. Sofiyanto tahun 2015, dengan judul “ Analisis Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah Di Kabupaten Batang” dengan pendekatan Location Quotient dan Shift Share Analysis. Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Batang dan Provinsi Jawa Tengah berdasarkan harga konstan tahun 2000 pada periode
26 tahun 2004-2013. Hasil penelitian dengan menggunakan Location Quotient (LQ) pada perekonomian Kabupaten Batang menunjukkan bahwa sektor pertanian di Kabupaten Batang termasuk sektor unggulan. Berdasarkan analisis Shift Share (SS) pada perekonomian Kabupaten Batang, sektor pertanian mengalami pertumbuhan yang lambat (PPij < 0). Dilihat dari daya saingnya sektor pertanian tidak memiliki daya saing yang baik (PPW ij < 0) dengan sektor yang sama di daerah lain di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan profil pertumbuhan sektor – sektor perekonomian Kabupaten Batang, sektor pertanian berada pada posisi kuadran III, yang artinya sektor pertanian merukan sektor terbelakang dalam perekonomian Kabupaten Batang.
Selanjutnya, menggunakan Location Quotient (LQ) pada sektor pertanian Kabupaten Batang menunjukkan bahwa sub sektor pertanian yang menjadi sub sektor pertanian unggulan adalah sub sektor tanaman perkebunan, sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan, dan sub sektor perikanan.
Berdasarkan analisis Shift Share (SS) pada sektor pertanian di Kabupaten Batang, sub sektor yang mengalami pertumbuhan cepat (PPij <0) yaitu sub sektor peternakan dan hasilnya, sub sektor kehutanan, dan sub sektor tanaman perkebunan, dengan masing-masing nilai pertumbuhan proporsional 44,09 persen; 7,06 persen; dan 3,98 persen. Dilihat dari daya saingnya, sub sektor pertanian memiliki daya saing yang baik (PPW ij < 0) yaitu sub sektor perikanan dan sub sektor tanaman bahan makanan, dengan masing-masing nilai pertumbuhan pangsa wilayah 69,72 persen dan 4,72 persen. Berdasarkan nilai pergeseran bersih (PB) sub sektor yang memiliki pertumbuhan progressive
27 (PBij < 0) yaitu sub sektor perikanan (61,00%), sub sektor kehutanan (3,94%), dan sub sektor peternakan dan hasinya (1,46%). Rumusan prioritas dalam pembangunan pertanian di Kabupaten Batang, yaitu sub sektor perikanan dijadikan prioritas pertama, Karena sub sektor ini memiliki daya saing terbaik dan memiliki pertumbuhan yang progressive , yang ditunjukkan dengan nilai PPW positif (69,72) dan PB positif (61,00); sub sektor tanaman bahan makanan dijadikan prioritas ke dua, Karena sub sektor ini memiliki daya saing yang baik walaupun pertumbuhannya kurang progressive, ditunjukkan dengan nilai PPW positif (4,72) dan PB negative (-1,76); sub sektor kehutanan dijadikan prioritas ke tiga, Karena sub sektor ini tidak berdaya saing namun masih memiliki pertumbuhan yang progressive, yang ditunjukkan dengan nilai PPW negative (-3,12) dan PB positif (3,94); sub sektor peternakan dan hasilnya dijadikan prioritas ke tiga, Karena sub sektor ini tidak berdaya saing dan masih memiliki pertumbuhan yang progressive, yang ditunjukkan dengan nilai PPW negative (-42,62) dan PB positif (1,46); selanjutnya sub sektor tanaman perkebunan dijadikan prioritas ke lima, karena sub sektor ini tidak memiliki daya saing dan pertumbuhannya tidak progressive, yang ditunjukkan dengan nilai PPW dan PB sama-sama negative yang masing-masing -28,65 dan -24,66.
3. Adhitia Kusuma Negara tahun 2009, dengan judul “Kontribusi Sektor-Sektor Unggulan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Tangerang Periode 2003-2007” dengan pendekatan Location Quotient dan analisis Shift Share.
Data yang digunakan adalah data sekunder, yaitu data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten Tangerang dari tahun 2003-
28 2007 dan data PDRB sektor-sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Provinsi Banten 2003-2007. Hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan Location Quotient menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Tangerang berdasarkan yang terunggul adalah sektor listrik, gas dan air bersih, sektor industri pengolahan, sektor pertanian serta sektor jasa-jasa. Berdasarkan analisis Shift Share, sektor unggulan yang mengalami pertumbuhan yang cepat adalah sektor-sektor jasa-jasa (PPij < 0).
Dilihat dari daya saingnya, semua sektor ekonomi mempunyai daya saing yang baik (PPW ij < 0). Sektor ekonomi yang memiliki daya saing yang tinggi yaitu:
sektor unggulan listrik, gas dan air bersih, sektor non unggulan pengangkutan dan komunikasi serta sektor non unggulan perdagangan, hotel dan restoran.
4. Rina Firnanda H tahun 2012, dengan judul “Kontribusi Sektor Pertanian Terhadap PDRB di Kabupaten Sukabumi Periode 2007–2010. Data yang digunakan adalah data sekunder dengan menggunakan dara PDRB Kabupaten Sukabumi dan PDRB Provinsi Jawa Barat. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Location Quotient, Shift Share, dan Tipologi Klasesen. Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan pedekatan Location Quotient (LQ) di Kabupaten Sukabumi 2007–2010 menunjukkan bahwa sub sektor pertanian yang merupakan sub sektor unggulan di Kabupaten Sukabumi adalah: Sub Sektor Perkebunan, Sub Sektor Peternakan dan Sub Sektor Kehutanan. Berdasarkan analisis Shift Share (S-S) sub sektor pertanian yang memiliki laju pertumbuhan yang cepat (PPij>0) adalah Sub Sektor Perikanan dan Sub Sektor Tanaman Bahan Makanan. Sub Sektor Pertanian
29 yang memiliki daya saing yang baik (PPWij>0) yaitu Sub Sektor Peternakan.
Dari seluruh sub sektor pertanian di Kabupaten Sukabumi Periode 2007–2010 sub sektor pertanian yang merupakan sub sektor unggulan dan berdaya saing tinggi adalah sub sektor perternakan. Sub sektor tersebut dapat menyerap tenaga kerja yang cukup besar untuk pembangunan ekonomi Kabupaten Sukabumi.
2.10. Kerangka Pemikiran
Pertumbuhan ekonomi di Kabupaten OKU Timur tidak terlepas dari adanya peran sektor pertanian yang memberikan kontribusi terhadap PDRB Kabupaten OKU Timur. Sektor pertanian unggulan apabila terus dikembangkan akan membantu meningkatkan perekononomian wilayah Kabupaten OKU Timur ke depan. Begitupun dengan karakteristik wilayah yang kuat jika dikembangkan akan menjadi wilayah yang potensial. Location Quotient (LQ) yang digunakan untuk menentukan sub sektor pertanian unggulan dari PDRB Kabupaten OKU Timur yang dapat menjadi acuan prioritas sub sektor pertanian unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan dan laju pertumbuhan ekonomi yang didapat dari perubahan PDRB Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan berdasarkan lapangan usaha ini dianalisis dengan menggunakan pendekatan Shift Share dimana sub sektor pertanian tersebut akan mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.
30 Secara skematis kerangka pemikiran dapat di jelaskan pada gambar 5.
Gambar 5. Kerangka Pemikiran Kabupaten OKU Timur
PDRB Sektor Pertanian
Sektor Pertanian Mempunyai 5 Sub sektor yaitu:
1. Tanaman Bahan Makanan 2. Tanaman Perkebunan 3. Peternakan
4. Perikanan 5. Kehutanan
Location Quotient
(LQ) Analisis Shift Share (SS)
Sub Sektor Unggulan Laju Pertumbuhan Dan
Daya Saing Sub Sektor Unggulan
Peran Sektor Pertanian Dalam Pembangunan Daerah Di Kabupaten OKU Timur
31 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari sumber kedua atau sumber data yang dibutuhkan (Burhan, 2009), adapun data sekunder yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu:
1. PDRB Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan periode 2005- 2015. Data ini diperoleh dari Badan Pusat Statistika (BPS) Kabupaten OKU Timur dan Provinsi Sumatera Selatan, serta dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kabupaten OKU Timur.
2. Data Sekunder lainnya yang masih ada kaitannya dengan tujuan penelitian ini.
3.2 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang penulis gunakan yaitu dengan cara mendatangi institusi terkait seperti BPS Kabupaten OKU Timur, BPS Provinsi Sumatera Selatan, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) untuk mengambil data sekunder. Data sekunder tersebut terdiri dari PDRB sektor–sektor ekonomi menurut lapangan usaha di Kabupaten OKU Timur periode 2005–2015 dan data PDRB sektor–sektor ekonomi menurut lapangan usaha Provinsi Sumatera Selatan periode tahun 2005–2015, serta OKU Timur Dalam Angka periode 2005–
2015. Selanjutnya pengolahan datanya penulis menggunakan program Microsoft Excel 2016.