• Tidak ada hasil yang ditemukan

SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYA TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR 2004 - 2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYA TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR 2004 - 2010"

Copied!
73
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE SUPERIOR SECTORS AND THEIR SUPPORT CAPACITY FOR AGRICULTURAL SECTOR IN THE

EAST LAMPUNG DISTRICT 2004 – 2010

By

Apyudi Prawira

During this economic development held in East Lampung district the integrated system planning is implemented. The economic development and planning of economic development that has encouraged the creation of economic growth in this district from 2004 to 2010 averaged 5.51 percent, the rate of economic growth is impacting toward economic sectors to GDP, followed by structural changes in the economy especially in the agricultural sector that continues to decline in 2004 and 45.27 percent contribution, in addition in 2010 decreased to 37.49 percent. The problem in this study is "what sectors are still able to support the

development of the agricultural sector in spurring economic growth in East Lampung district”.

The aims of this study are to identify the sectors that become the superior sector in East Lampung district and to know the superior sectors that have the highest priority to support the development of agricultural sector in spurring economic growth in the East Lampung district.

The data used in this study are data Gross Domestic Product (GDP) of East Lampung district and Lampung Province from 2004 until 2010. The data are obtained from secondary survey which is available on the related agencies. In this thesis used the economic base model is reflected in the analysis of Location Quotient (LQ) and Shift Share analysis that is useful to know the superior sectors in North Lampung district and also equipped with Typulugy Klassen analysis or Sectoral typology to determine the superior sector to developed.

(2)

can be identified that there are three (3) superior sectors (base) that can be developed in order to promote economic growth in the East Lampung district. They are manufacturing, trade, hotels and restaurants sector and Services sectors with LQ values during the period study (2002-2007) more than one (LQ> 1), the value of Shift Share is Differential Shift (Dr) which has positive value and included into the typology I category (advanced sectors and growing rapidly), which means "special" to develop. The development of these three sectors is expected to increase the acquisition Gross Domestic Product (GDP) of East Lampung district so that can increase the rate of economic growth and make those three sectors as a priority so that the acceleration of economic growth in the East Lampung district can be reached.

In addition, from the results of the research showed that the manufacturing sector is able to support the agricultural sector and become the highest priority sector, because of the results obtained LQ = 1.04 and shift differential components (Dr) = Rp.76.911.870.000, 00 or the manufacturing sector in this district grow faster than Lampung province growth rate and its Dr value is the highest compared to other sectors. The manufacturing sector is able to overcome the slump of the

agricultural sector contribution toward Gross Domestic Product (GDP).

(3)

ABSTRAK

SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYA

TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

2004 - 2010

Oleh

Apyudi Prawira

Selama ini pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di Kabupaten Lampung Timur dilaksanakan dengan sistim perencanaan yang terpadu dan terintegrasi. Pembangunan ekonomi dan perencanaan pembangunan ekonomi itu telah mendorong terciptanya tingkat pertumbuhan ekonomi di Kabupaten ini sejak tahun 2004 hingga tahun 2010 rata-rata mencapai 5,51 persen, laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini berdampak pada kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap PDRB, yang diikuti dengan terjadinya perubahan struktur ekonomi khususnya pada sektor pertanian yang terus menurun, pada tahun 2004 dan sumbangannya 45,27 persen, selain itu pada tahun 2010 menurun menjadi 37,49 persen. Yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah sektor-sektor apa saja yang masih mampu mendukung perkembangan sektor pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Timur ini.

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan di Kabupaten Lampung Timur dan untuk mengetahui sektor-sektor unggulan yang memiliki prioritas tertinggi yang mampu mendukung

perkembangan sektor pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi di Kabupaten LampungTimur.

(4)

Quotient (LQ) dan analisis Shift Share yang berguna untuk mengetahui sektor-sektor unggulan di Kabupaten Lampung Timur serta dilengkapi dengan analisis Typology Klassen atau Tipologi Sektoral untuk mengetahui sektor unggulan yang dapat dikembangkan.

Dari hasil penelitian periode 2004 – 2010 diperoleh hasil dengan menggunakan alat analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share dan Tipologi Sektoral Klassen, dapat teridentifikasi ada 3 (tiga) sektor unggulan (basis) yang dapat dikembangkan dalam rangka meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi di

Kabupaten Lampung Timur yaitu sektor industri pengolahan, sektor perdagangan hotel dan restoran serta sektor Jasa-jasa dengan nilai indeks LQ selama periode penelitian (2002-2007) lebih dari satu (LQ > 1), nilai Shift Share yaitu Differential Shift (Dr) yang memiliki nilai positif dan termasuk kedalam kategori Tipologi I (sektor maju dan tumbuh dengan pesat) yang berarti “istimewa” untuk

dikembangkan. Pengembangan ketiga sektor ini diharapkan akan dapat meningkatkan perolehan PDRB Kabupaten Lampung Timur sehingga dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonominya dan menjadikan ketiga sektor tersebut sebagai prioritas pembangunan agar terjadi akselerasi Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Lampung Timur.

Selain itu dari hasil penelitian diperoleh bahwa untuk sektor industri pengolahan mampu mendukung keterpurukan sektor pertanian dan menjadi sektor prioritas tertinggi, karena diperoleh hasil LQ = 1,04 dan komponen differential shift (Dr) = Rp.76.911.870.000,00 atau sektor industri pengolah di kabupaten ini tumbuh lebih cepat karena dorongan internalnya dibanding tingkat pertumbuhan provinsi dan nilai Dr nya tertinggi dibanding sektor lainnya. Sektor Pengolahan mampu mengatasi keterpurukan dari kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB.

(5)

Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Lampung Jl.Soemantri Brojonegoro No.1

Gedongmeneng Bandar Lampung

SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYA

TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN

LAMPUNG TIMUR

2004 - 2010

(Skripsi)

Oleh:

Nama

: Apyudi Prawira

NPM

: 0851021006

Jurusan

: Ekonomi Pembangunan

Konsentrasi

: Ekonomi Perencanaan

Pembimbing

: M.A Irsan Dalimunthe, S.E

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMPUNG

(6)

SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYATERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

TAHUN 2004 - 2010

Oleh

APYUDI PRAWIRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKLTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

Judul Skripsi : SEKTOR UNGGULAN DAN DAYA DUKUNGNYA TERHADAP SEKTOR PERTANIAN DI KABUPATEN LAMPUNG TIMUR TAHUN 2004 - 2010

Nama Mahasiswa : APYUDI PRAWIRA

Nomor Pokok Mahasiswa : 0851021006

Jurusan : Ekonomi Pembangunan

Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

MENYETUJUI 1. Dosen Pembimbing I

MA. IrsanDalimunthe, S.E. NIP. 195212011983031003

2. Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan

(8)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : MA. IrsanDalimunthe, S.E ...

Penguji Utama : Yourni Atmadja, S.E., M.Si. ...

2. Dekan Fakultas Ekonomi

Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si. NIP. 196109041987031011

(9)

PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISM

“Saya yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini telah ditulis dengan sungguh-sungguh dan tidak merupakan penjiplakan hasil karya orang lain. Apabila dikemudian hari terbukti bahwa pernyataan ini tidak benar maka saya sanggup menerima hukuman/sanksi sesuai peraturan yang berlaku”.

Bandar Lampung, 10 April 2013 Penulis

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Bagan Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten LampungTimur ... 40

2. Grafik Klasifikasi Tipologi Klassen Pada Kabupaten LampungTimur 2002-2008 ………... 62

3. Grafik Perkembangan LQ Sektor Industri Pengolahan ... 69

4. Grafik Perkembangan LQ sektor Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran.. 78

(11)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN A. Tinjauan Pustaka ... 12

B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 35

C. Kerangka Pemikiran ... 38

III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional ... 42

B. Data dan Sumber Data ... 44

C. Metode Pengumpulan Data ... 44

D. Metode Analisis Data ... 45

1. Location Quotient (LQ) ... 45

2. Analisis Shift Share ... 47

(12)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Analisis Sektor-sektor Unggulan dan Tidak Unggulan (Sektor

Basis dan Nonbasis) ... 52

1. Analisis Location Quotien (LQ) ... 52

2. Analisis Shift Share ... 55

3. Analisis Tipologi Klassen ... 61

B. Analisis Per Sektor Kabupaten Lampung Timur ... 65

1. Sektor Pertanian ... 66

2. Sektor Pertambangan dan Penggalian ... 67

3. Sektor Industri Pengolahan ... 68

4. Sektor Listrik, Gas & Air Bersih ... 74

5. Sektor Bangunan ... 76

6. Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran ... 77

7. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi……….... 79

8. Sektor Keuangan, Persewaan & JS. PRSH ……….… 81

9. Sektor Jasa-jasa ………... 82

C. Implikasi Hasil Perhitungan ……….…. 84

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ……….…….. 91

B. Saran ……….…...92 DAFTAR PUSTAKA

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Lincolin. 1999. Pengantar Perencanaan dan Pembangunan Ekonomi Daerah. BPFE. Yogyakarta.

Arif, Sritua. 1993. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta UI Press.

Austin. J.E. 1981. Agroindustrial Project Analysis. Jhon Hopkins University Prss. London.

Baldwin, Robert E. 1986. Pembangunan dan Pertumbuhan Ekonomi di Negara-negara Berkembang. PT Bina Aksara. Jakarta.

Badan Pusat Statistik. 2011. PDRB Kabupaten LampungTimur. Badan Pusat Statik Propinsi Lampung 2011. Lampung Dalam Angka. Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Erlangga. Jakarta.

Djojohadikusumo, Sumitro. 1994. Perkembangan Pemikiran Ekonomi: Dasar Teori Ekonomi Pertumbuhan dan Ekonomi Pembangunan. PT Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Ghalib, Rusli. 2005. Ekonomi Regional. Pustaka Ramadhan. Bandung.

Gujarati, Damodar. 2006 Basic Economotrics. Fourth Edition. New York : Mc Graw-Hill

Irawan dan Suparmoko. 1999. Ekonomika Pembangunan. BPFE. Yogyakarta. I B Wirawan, Sukidin, Basrowi. 2001. Perencanaan dan Strategi Pembangunan.

Jember University Press. Jember.

Jhingan, M.L. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Kaloko, Naik Syahputra 2003. Strategi Pengembangan Komoditi Unggulan Agribisnis Berbasis Perkebunan di Kabupaten Dairi Sumatra Utara. Tesis S 2 MB IPB Bogor Unpublished.

(14)

Maddala, GS. 1993. The Econometricsnof Pannel Data. Volume 1. New York : Edward Elger Publishing Limited.

Mankkiw, N. Gregory.2000. Teori Makro Ekonomi. Edisi keempat. Diterjemahkan oleh Imam Nurmawan. Penerbit Erlangga Jakarta. Nazir, Moh. 2005. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia. Bogor Selatan.

Rosyidi, Suherman. 2006. Pengantar Teori Ekonomi: Pendekatan Kepada Teori Ekonomi Mikro dan Makro (Edisi Revisi). PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Saerofie, Mujib. 2005. Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model Basis Ekonomi dan SWOT). Skripsi. Universitas Negeri Semarang.

Saragih, Bungaran. 2006. Pembangunan Agroindustri sebagai Strategi

Industrialisasi. Makalah dalam Prosiding Kongres ISSEI XVI di Manado 18 – 20 Juni 2006.

Sanusi, Bachrawi. 2004. Pengantar Ekonomi Pembangunan. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Simatupang, P, Nizwar Syafaat, Kharisma MN, Amiruddin Syam, Syaktyanu. K. Dermorejo dan Budi Santono. 2000. Kelayakan Pertanian Sebagai Sektor Andalan Pembangunan Ekonomi Nasional, etal, 2000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian Bogor (BPPP Deptan RI. Sukirno, Sadono. 1985. Ekonomi Pembangunan. LP FEUI. Jakarta.

Tarigan, Drs Robinson. 2004. Ekonomi Regional Teori dan Aplikasi. PT Bumi Aksara. Jakarta.

Todaro, Michael P. 1999. Economics Development in the Third World, The Longman Inc New York.

Todaro, Michael P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Erlangga. Jakarta.

Tulus Tambunan, 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia, Beberapa Isu Penting. Ghalia Indonesia Jakarta.

Universitas Lampung. 2005. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung Timur Menurut Lapangan

Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen) ... 3

2. Perkembangan PDRB Kabupaten Lampung Timur Atas Dasar Harga Konstan Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2010 (juta Rupiah)... 7

3. Hasil Perhitungan Indeks Location Quotient (LQ) di Kabupaten Lampung Timur Tahun 2004-2010 ... 53

4. Indeks Pertumbuhan dan Indeks LQ rata-rata Kabupaten Lampung Timur Tahun 2004-2010 ... 56

5. Komponen Pertumbuhan Kabupaten Lampung Timur Tahun 2004-2010 (Juta Rupiah)... 57

6. Laju Pertumbuhan dan Kontribusi Sektoral Kabupaten Lampung Timur dengan Propinsi Lampung Tahun 2005-2010 ... 61

7. Makna Tipologi Sektor Ekonomi ... 65

8. Analisis Sektor Pertanian di Kabupaten Lampung Timur 2004-2010 ... 66

9. Analisis Sektor Pertambangan dan Penggalian di Kabupaten Lampung Timur (2004-2010) ... 67

10. Analisis Sektor Industri Pengolahan di Kabupaten Lampung Timur

(2004-2010) ... 69

11. Jumlah industri pengolahan bahan baku dari hasil pertanian di

Kabupaten Lampung Timur Tahun 2010 ... 72

12. Persentase bahan baku Industri Pengolahan dari Tanaman Perkebunan

di Kab. Lampung Timur tahun 2010 (%) ... 73

13. Industri logam mesin dan aneka di Kabupaten Lampung Timur

Tahun 2010 ... 74

(16)

15. Analisis Sektor Bangunan di Kabupaten Lampung Timur 2005-2010 ... 76

16. Analisis Sektor Perdagangan, Hotel & Restoran di Kabupaten Lampung Timur 2005-2010 ... 77

17. Analisis Sektor Pengangkutan dan Komunikasi di Kabupaten Lampung Timur 2005-2010 ... 80

18. Analisis Sektor Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan di Kabupaten Lampung Timur 2005-2010 ... 81

(17)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Alai, 25 Agustus 1989, sebagai anak pertama dari tiga bersaudara, dari bapak Suryadi dan Ibu Yunarni.

Penulis memulai pendidikannya Sekolah Dasar Negeri 1 Alai Kec. Lembak Kab. Muara Enim dan diselesaikan pada tahun 2002.

Selanjutnya penulis meneruskan pendidikan SLTP Negeri 6 Prabumulih dan diselesaikan pada tahun 2005, dan pada tahun yang sama penulis meneruskan pendidikan SMK Negeri 1 Prabumulih dan diselesaikan pada tahun 2008.

(18)

SANWACANA

Puji syukur kepada Allah SWT yang melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya

sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Sektor Unggulan

Dan Daya Dukungnya Terhadap Sktor Pertanian Di Kabupaten Lampung Timur

Tahun 2006-2010”.

Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E. M.Si sebagai Dekan Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E. M.EP sebagai Ketua Jurusan Ekonomi

Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

3. Bapak M.A. Irsan Dalimunthe, S.E sebagai pembimbing skripsi.

4. Bapak Yourni Atmaja, S.E. M.Si sebagai dosen penguji.

5. Ibu Arivina Ratih Yulihar, S.E. M.M sebagai dosen pembimbing akademik.

6. Keluargaku, Bapak, Ibu, Delly Septasari, Hazi Kurnia, Yopi Syahputra atas

semangat, doa, dan dukungan moril atau materil demi kelancaran kuliahku.

7. Bang Herman, Ibu Mar, Bu Suyatni, Mas Kuswara, Pakde Samiran, dan Pakde

Heriyanto yang telah membantu kelancaran proses skripsi saya.

8. Teman-teman Ekonomi Pembangunan Angkatan 2008 teman-teman

(19)

Fredy, Edo, Indra, Icha, Iduy, Nasir, Tama, Eva, Ocy, Dioda, Ve, Puput, Adit,

Agil, Saut, Aldi, Dendy, Deny, Fiqih, Fahery, Andy, Dian, Davi dan

teman-teman lainnya yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

9. Teman-teman bermain ku dan adik-adik EP’09, Guntur, Bayu, Ogy, Ical,

Gercad, Geral, Dede, Candra, Makro, Tony, Falda, Hayu, Resti, Andry, Zikri,

Oky, Johan, Yudi, Robin, Yon, Ari, teman-teman lainnya.

10.Semua orang yang selalu memberikan doa dan dukungan yang tidak dapat

disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT menilai sebagai ibadah atas kebaikan semua. Dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi pembaca. Amin.

Bandar Lampung, April 2013

Penulis,

(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam melaksanakan pembangunan perekonomian di daerah baik pada tingkat Provinsi/Kabupaten/Kota setiap daerah dituntut untuk mampu melakukan rentang kendali dalam satu sistim pemerintahan yang birokratif dan daerah dituntut untuk mampu mengelola seluruh potensi sumber daya yang ada dengan penuh tanggung jawab.

Dasar pemerintah daerah dalam menjalankan kewenangan yang sangat luas dalam mengatur dan mengelola dari berbagai urusan penyelenggaraan pemerintah untuk kepentingan kesejahteraan masyarakat, ini didasarkan pada UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Untuk mempermudah pelaksanaan pemerintahan, masalah pembiayaan dan keuangan daerah diatur dalam UU No. 33 tahun 2004 tentang PerimbanganKeuangan Antara Pusat dan Daerah, dengan demikian pemerintah daerah di seluruh Indonesia memiliki kewenangan yang seluas-luasnya dalam pelaksanaan pemerintahan dan pengaturan keuangan daerah masing-masing, dengan demikian pembangunan ekonomi di daerah diharapkan menjadi lebih optimal dan mampu mengurangi disparitas yang terjadi antar daerah.

(21)

2

ekonomi yang dicapai pada masing-masing daerah akan berbeda-beda sebagai refleksi dari pembangunan ekonomi daerah, ini disebabkan karena perbedaan dari sumber daya alam yang dimiliki dari masing-masing daerah, dengan demikian pelaksanaan pembangunan ekonomi yang dilaksanakan di daerah senantiasa selalu mengoptimalkan bagaimana peranan sumber daya dalam menciptakan kenaikan pendapatan yang terakumulasi pada sektor-sektor ekonomi, yang tercermin pada besarnya tingkat pertumbuhan ekonomi rata-rata per tahun. Berhasil atau tidaknya upaya menaikkan pertumbuhan ekonomi sangat tergantung dari kemampuan daerah dalam memberdayakan sumber-sumber alam dan sumber daya manusia yang ada di daerah.

Pelaksanaan pembangunan di daerah sangat berdimensi luas yang meliputi berbagai bidang, salah satunya pembangunan ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah terkandung arti adanya usaha untuk meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat daerah atau PDRB yang dibarengi oleh perombakan dan modernisasi yang memperhatikan aspek pemerataan (income equity) mekanismenya adalah melalui proses di mana pemerintah daerah dan masyarakat mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan lapangan kerja baru dan merangsang

perkembangan kegiatan ekonomi (pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut. (Arsyad, 1999: 108).

(22)

3

harus mampu menaksir potensi sumber daya yang diperlukan untuk merancang dan membangun perekonomian daerah (Arsyad, 1999: 109).

Sejalan dengan perkembangan waktu pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Lampung Timur yang telah dilaksanakan selalu berlandaskan pada potensi yang ada yaitu pada sektor pertanian, sehingga tercapainya pertumbuhan ekonomi sebesar 6,27 persen pada tahun 2009. Sedangkan potensi sumber daya alam yang ada dapat dilihat melalui suatu kontribusi atau sumbangan dari masing-masing sektor dalam pembangunan PDRB yang dalam konteks lebih jauh akan

memperhatikan bagaimana suatu sektor perekonomian mengalokasikan sumber-sumber ekonomi di berbagai sektor. Kontribusi dari masing-masing sektor dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung Timur 2004 – 2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)

No Sektor-sektor 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010

1 Pertanian 45,27 43,33 42,28 40,65 39,88 38,43 37,97

2 Pertambangan 0,71 0,73 0,73 0,73 0,87 0,85 0,84

3 Industri Pengolahan 12,90 12,58 13,11 13,38 14,14 15,06 14,95

4 Listrik,Gas &Air 0,76 0,81 0,78 0,77 0,72 0,69 0,68

5 Bangunan 4,16 4,21 4,30 4,52 4,71 4,69 4,76

6 Perdagangan,Hotel 16,77 17,04 17,84 17,95 18,21 17,64 17,61

7 Pengangkutan,Kom 5,11 5,18 5,21 5,30 5,23 6,15 6,38

8 Keu,Persw&JS 5.06 7,08 6,90 7,52 7,29 7,53 7,52

9 Jasa-jasa 9,26 9,04 8,85 9,18 8,96 8,95 9,27

Jumlah 100 100 100 100 100 100 100

(23)

4

Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa kondisi Perekonomian Kabupaten Lampung Timur sejak tahun 2004 sampai dengan tahun 2010 perekonomian didominasi oleh sektor pertanian diikuti oleh sektor perdagangan hotel dan restoran, sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa. Keadaan ini dapat dilihat dari kontribusi masing-masing sektor tersebut terhadap pembentukan PDRB Kabupaten

Lampung Timur kontribusi masing-masing sektor terhadap PDRB tahun terakhir 2010 sektor pertanian memberikan kontribusi 37,97 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran 17,61 persen, sektor industri pengolahan 14,95 persen dan sektor jasa-jasa 9,27 persen. Sejak tahun 2002 hingga tahun 2008 adalah kontribusi sektor pertanian terhadap pembentukan nilai PDRB tertinggi, akan tetapi kontribusi sektor pertanian hingga tahun 2008 terus menurun dan diikuti dengan menigkatnya kontribusi sektor hotel dan restoran dan sektor industri pengolahan, keadaan ini lazim terjadi pada negara-negara yang sedang berkembang yaitu terjadinya perubahan struktur ekonomi (Transformation Structural). (Kuznets dalam Sadono Sukirno: 76-77). Keadaan ini

menggambarkan bahwa meskipun sektor pertanian memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentu PDRB Kabupaten Lampung Timur akan tetapi kontribusi dan peranannya semakin melemah dibandingkan perkembangan sektor perdagangan hotel restoran dan sektor industri pengolahan yang terus

berkembang.

(24)

5

untuk menggali seluruh potensi sumber daya yang ada melalui sektor-sektor ekonomi sehingga kemudian dapat dimanfaatkan secara optimal dan mampu menciptakan sektor unggulan yang dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Timur.

Endowment faktor yang tersedia sebagai hadiah alam jika dikelola secara optimal dalam pelaksanan pembangunan akan menderifasi timbulnya sektor unggulan di Kabupaten Lampung Timur. Dengan demikian diharapkan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan menciptakan kesejahteraan di daerah tersebut serta memberikan indikasi bagi perekonomian baik secara nasional maupun regional terutama melalui produksi, ekspor, dan penciptaan lapangan pekerjaan sehingga identifikasi sektor unggulan sangat penting terutama dalam rangka menentukan prioritas dan perencanaan pembangunan ekonomi Kabupaten Lampung Timur. Dengan diketahuinya sektor-sektor yang menjadi unggulan di Kabupaten Lampung Timur maka dapat dengan mudah dijadikan pedoman untuk mengkaji dan memproyeksikan pertumbuhan ekonomi melalui penyusunan dan penetapan skala prioritas yang akan dilakukan serta penentuan tindakan-tindakan yang dapat diambil untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi.

(25)

6

sehingga sektor ini terikat terhadap kondisi ekonomi setempat dan tidak bisa berkembang melebihi pertumbuhan ekonomi wilayah. Atas dasar anggapan diatas, satu-satunya sektor yang bisa meningkatkan perekonomian wilayah melebihi pertumbuhan alamiah adalah sektor basis. Oleh karena itu analisis basis sangat berguna untuk mengkaji dan memproyeksi pertumbuhan ekonomi wilayah (Tarigan 2004:27).

Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan sebagai kenaikan PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) dan tidak memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan ataukah tidak pada struktur ekonomi. Indikator ekonomi yang sangat diperlukan untuk mengukur kinerja pertumbuhan ekonomi suatu daerah salah satu

diantaranya adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator penting di suatu wilayah yang dapat mengindikasikan totalitas produksi netto barang/jasa yang selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar perencanaan dan evaluasi pembangunan wilayah.

(26)

7

Tabel 2. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lampung Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2010 (Juta Rupiah)

Tahun PDRB Riil Laju Pertumbuhan (persen)

2004 2.187.695 -

2005 2.299.743 5,12

2006 2.423.304 5,37

2007 2.539.597 4,80

2008 2.686.696 5,79

2009 2.855.121 6,27

2010 3.018.667 5,73

Sumber: Lampung Timur Dalam Angka 2011*

Berdasarkan Tabel 2, dapat diketahui bahwa laju pertumbuhan PDRB kabupaten Lampung Timur disumbang oleh 9 (sembilan) sektor yaitu: Pertanian,

(27)

8

B. Permasalahan

Pembangunan dan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Lampung Timur terus meningkat dan secara perlahan-lahan dan pasti perkembangan laju pertumbuhan dan perkembangangan ini telah menggeser peranan sektor pertanian yang

ditunjukkan oleh kontribusi sektor Pertanian terhadap PDRB terus menurun. Pada sisi lain di Kabupaten Lampung Timur masih didapatkan peluang berkembangnya sektor basis sebagai sektor unggulan yang mampu menggerakkan perekonomian daerah. Meskipun sektor pertanian bukan lagi menjadi sektor unggulan, sektor ini dibuktikan secara empiris akibat krisis ekonomi tumbuh positif dibandingkan dengan sektor non pertanian yang mengalami kontraksi yang hebat tumbuh negatif. (Amiruddin Syam dkk)

Hingga saat ini di Kabupaten Lampung Timur belum teridentifikasi sektor-sektor unggulan dan belum dianalisis sektor unggulan ini mampu mendorong stabilitas pertumbuhan ekonomi daerah. Yang menjadi permasalahan adalah “sektor-sektor unggulan apa saja yang masih mampu mendukung pekembangan sektor

pertanian dalam memacu pertumbuhan ekonomi Kabupaten LampungTimur”

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Teridentifikasinya sektor-sektor unggulan di Kabupaten Lampung Timur. 2. Untuk mengetahui sektor unggulan yang memiliki prioritas tertinggi yang

(28)

9

D. Kegunaan Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan:

1. Bagi pembuat kebijakan pembangunan ekonomi di Pemerintah Kabupaten Lampung Timur dapat dijadikan sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan untuk mempolarisasi “Strategi Pembangunan Ekonomi Daerah di Kabupaten Lampung Timur dengan Prioritas Pengembangan Sektor Unggulan yang Berbasis pada Pertumbuhan Sektor Pertanian”.

2. Bagi akademisi, dapat berguna sebagai refrensi dalam melakukan

penelitian lebih lanjut tentang pembangunan ekonomi dengan pendekatan sektor-sektor unggulan di daerah.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup pembahasan dalam tulisan ini meliputi wilayah Kabupaten

Lampung Timur dan untuk menjawab permasalahan dan tujuan penelitian ini akan dianalisis data sekunder dari PDRB Kabupaten Lampung Timur, Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Lampung Timur, PDRB total Propinsi Lampung dengan menggunakan Analisis “Location Quotion” (LQ) dan Analisis “Shift Share” danTypology Klassen.

Teori dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Basis Ekonomi (Economics Base Theory) teori ini dikembangkan oleh Harry W. Richardson

(29)

10

Dasar pertimbangan Kabupaten Lampung Timur dipilih sebagai daerah penelitian adalah selain Kabupaten Lampung Timur sebagai salah satu kabupaten hasil dari pemekaran kabupaten induk yaitu Kabupaten Lampung Tengah, kabupaten ini memiliki ciri spesifik sebagai daerah penghasil komoditas pertanian yang lambat laun dengan perkembangan waktu telah mengalami pergeseran ke sektor lainnya seperti perdagangan, hotel dan restoran serta industri pengolahan dan jasa-jasa, sedangkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Lampung Timur terus meningkat, ada kecenderungan peningkatan pertumbuhan ekonomi ini karena ada komoditas unggulan yang mampu memacu pergerakan ekonomi daerah.

Dengan pendekatan wilayah di Kabupaten Lampung Timur potensi ketersediaan dan pemberdayaan sumber daya alamnya telah mampu meningkatkan

pertumbuhann ekonominya. Hanya saja belum teridentifikasi sektor unggulan yang mana yang mampu menggerakkan perekonomian di Kabupaten Lampung Timur. Pembangunan ekonomi dalam penelitian ini adalah pembangunan ekonomi daerah sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita riil

(30)

11

Sektor unggulan dalam penelitianini adalah satu kelompok sektor yang dapat dan mampu mendorong kegiatan ekonomi dan sekaligus mampu menciptakan

kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Lampung Timur terutama melalui

produksi, ekspor dan sekaligus mampu menciptakan lapangan pekerjaaan, dengan demikian sektor unggulan akan terasa sangat penting khususnya bagi pengambil keputusan dalam menentukan arah kebijakan pembangunan daerah di masa-masa yang akan datang.

Sektor unggulan diperioritaskan untuk diketahui karena sektor unggulan dapat dipastikan memiliki peluang dan memiliki potensi yang jauh lebih besar untuk tumbuh lebih cepat jika dibandingkan dengan sektor-sektor lainnya, dan ini disebabkan bagi sektor unggulan terdapat faktor pendukung seperti tersedianya akumulasi modal untuk mendorong investasi pembangunan, terserapnya

(31)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Pustaka

Konsep pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi dua konsep yang

sering digunakan dalam membahas Ekonomi Pembangunan dan pada dasarnya

tidak lepas dari kaidah-kaidah ilmu ekonomi pembangunan baik secara mikro

maupun makro. Pembahasan ilmu ekonomi (economics) selalu berkaitan terutama

dengan efisiensi dan alokasi sumber-sumber produktif yang langka (scarcity) dan

dengan pertumbuhan yang optimal dari sumber-sumber itu untuk menghasilkan

barang dan jasa yang lebih besar, sedangkan ekonomi pembangunan mempunyai

ruang lingkup (scope) yang lebih luas dan komplek.

Ekonomi pembangunan sebagai ilmu, selain berkaitan dengan alokasi

sumber-sumber produktif yang langka dengan efisiensi dan sekaligus dengan

pertumbuhannya, ekonomi pembangunan banyak bersangkut paut dengan

formulasi kebijakan pemerintah baik ekonomi maupun non-ekonomi yang di

antaranya dengan melibatkan variabel-variabel ekonomi makro secara langsung

seperti income, investasi, kesempatan kerja (employment) dan gabungan

faktor-faktor non-ekonomi yang sama-sama relevan seperti alokasi sumber daya alam

yang efisien, perbaikan institusional, usaha-usaha perbaikan diri, nilai-nilai,

sikap-sikap ekonomi dan politik baik dilakukan pemerintah maupun swasta untuk

(32)

13

Pertumbuhan dan pembangunan ekonomi adalah dua konsep yang tidak dapat

dipisahkan. Pembangunan ekonomi lebih menitik beratkan pada upaya-upaya

meningkatkan pendapatan per kapita masyarakat atas GDP (Gross Domestic

Product) yang disertai dengan perombakan dan modernisasi dari sektor-sektor

ekonomi serta memperhatikan aspek pemerataan pendapatan (income equity)

sedangkan Pertumbuhan ekonomi lebih kepada upaya kenaikan GDP dan tidak

memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pertumbuhan

penduduk dan tanpa memandang apakah ada perubahan dalam struktur

ekonominya atau tidak.

Meskipun tidak semua teori atau model dapat digunakan, namun perbincangan

mengenai peranan faktor pengeluaran termasuk buruh, tanah, modal dan

pengusaha boleh menjelaskan sebab-sebab berlakunya ketiadaan pembangunan

dalam sebuah negara. Pada awalnya, pendapatan perkapita menjadi pengukur

utama bagi pembangunan suatu daerah jika pendapatan perkapita menunjukkan

kecenderungan jangka panjang yang menaik. Namun demikian, tidaklah berarti

bahwa pendapatan perkapita akan mengalami kenaikkan terus-menerus. Adanya

resesi ekonomi, kekacauan politik dan penurunan ekspor dapat mengakibatkan

suatu perekonomian mengalami penurunan tingkat kegiatan ekonominya. Jika

keadaan demikian hanya bersifat sementara dan kegiatan ekonomi secara rata-rata

meningkat dari tahun ke tahun maka masyarakat tersebut dapatlah dikatakan

mengalami pembangunan ekonomi.

1. Teori Pembangunan Ekonomi

Pengertian pembangunan ekonomi yang dijadikan pedoman dalam penelitian ini

didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan perkapita riil

(33)

14

perbaikan sistem kelembagaan (Arsyad 1999: 6). Berdasarkan atas definisi ini

dapat diketahui bahwa pembangunan ekonomi harus dipandang sebagai suatu

proses dimana saling keterkaitan dan saling mempengaruhi antara faktor-faktor

yang menyebabkan terjadinya pembangunan ekonomi tersebut sehingga dapat

diidentifikasi dan dianalisis dengan seksama. Dengan cara tersebut bisa diketahui

beberapa peristiwa yang timbul yang akan mewujudkan peningkatan kegiatan

ekonomi dan taraf kesejahteraan masyarakat dari satu tahap pembangunan ke

tahap pembangunan berikutnya.

Pembangunan ekonomi didefinisikan dalam beberapa pengertian sebagai berikut:

a) Menurut Schumpeter pembangunan ekonomi adalah perubahan yang spontan

dan terputus-putus (discontinuous) pada saluran-saluran arus sirkuler yaitu

merupakan gangguan terhadap keseimbangan yang selalu mengubah dan

mengganti keadaan keseimbangan yang ada sebelumnya (Jhingan 2000: 125).

b) Menurut Irawan dan Suparmoko (1999: 5) pembangunan ekonomi adalah

usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali

diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita.

c) Sadono Sukirno (1985: 13) mendefinisikan pembangunan ekonomi sebagai

suatu proses yang menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu

masyarakat meningkat dalam jangka panjang. Definisi tersebut mengandung

pengertian bahwa pembangunan ekonomi merupakan suatu perubahan yang

terjadi secara terus-menerus melalui serangkaian kombinasi proses demi

mencapai sesuatu yang lebih baik yaitu adanya peningkatan pendapatan

(34)

15

d) Menurut Sumitro Djojohadikusumo (Sanusi 2004: 8) pembangunan ekonomi

adalah suatu proses tranformasi yang dalam perjalanan waktu ditandai oleh

perubahan struktural yaitu perubahan pada landasan ekonomi maupun pada

kerangka susunan ekonomi masyarakat yang bersangkutan.

e) Todaro (Irawan dan Suparmoko 1999: 5) mengartikan pembangunan ekonomi

sebagai suatu proses multidimensional yang mencakup perubahan struktur,

sikap hidup dan kelembagaan, peningkatan pertumbuhan ekonomi,

pengurangan ketidakmerataan distribusi pendapatan dan pemberantasan

kemiskinan.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses pembangunan yang terjadi

terus-menerus yang bersifat dinamis. Apapun yang dilakukan, hakikat dari sifat dan

proses pembangunan itu mencerminkan adanya terobosan yang baru, jadi bukan

merupakan gambaran ekonomi suatu saat saja. Pembangunan ekonomi berkaitan

dengan pendapatan perkapita dan pendapatan nasional. Pendapatan perkapita yaitu

pendapatan rata-rata penduduk suatu daerah sedangkan pendapatan nasional

merupakan nilai produksi barang-barang dan jasa-jasa yang diciptakan dalam

suatu perekonomian di dalam masa satu tahun. Pertambahan pendapatan nasional

dan pendapatan perkapita dari masa ke masa dapat digunakan untuk mengetahui

laju pertumbuhan ekonomi dan juga perkembangan tingkat kesejahteraan

masyarakat suatu daerah.

Todaro dalam (Arsyad 1999: 5) juga mengatakan bahwa keberhasilan suatu

pembangunan ekonomi ditunjukkan oleh 3 (tiga) nilai pokok. Nilai pokok

(35)

16

kebutuhan pokoknya (basic needs); 2) meningkatnya rasa harga diri (self-esteem)

masyarakat sebagai manusia; dan 3) meningkatnya kemampuan masyarakat untuk

memilih (freedom from servitude) yang merupakan salah satu dari hak asasi

manusia.

Pembangunan merupakan proses transformasi yang dalam perjalanan waktu

ditandai oleh perubahan struktural. Perubahan tersebut terjadi pada landasan

kegiatan ekonomi maupun pada kerangka susunan ekonomi masyarakat yang

bersangkutan.

Perubahan peranan sektor ekonomi dalam pembentukan pendapatan nasional

disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor tersebut antara lain : (1) adanya hukum

Engels (Law of Engels tentang Elasticity of Income) yang menyatakan semakin

tinggi pendapatan karena dilakukan pembangunan terus menerus akan

meningkatkan konsumsi terhadap barang-barang industri dan konsumsi terhadap

barang pertanian relatif tetap; (2) adanya perubahan struktur produksi industri

yang bersifat compulsory dan inducive secara terus menerus; (3) adanya

comparative advantage pada produk-produk sektor pertanian bagi negara-negara

berkembang, sedangkan negara-negara yang sudah maju memiliki competitive

advantage pada produk-produk sektor industri (Mahyudi, 2004).

2. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah dan

masyarakatnya mengelola sumberdaya yang ada dan membentuk suatu pola

(36)

17

suatu lapangan kerja baru dan merangsang perkembangan kegiatan ekonomi

(pertumbuhan ekonomi) dalam wilayah tersebut (Arsyad 1999: 108).

Pembangunan daerah merupakan bagian dari pembangunan nasional.

Pembangunan daerah bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat,

memperluas kesempatan kerja dan meratakan hasil-hasil pembangunan tersebut

kepada seluruh lapisan masyarakat. Berhasil tidaknya pembangunan nasional

tidak terlepas dari keberhasilan pemerintah daerah dalam melakukan

pembangunan daerah. Sehingga pembangunan daerah memberikan kontribusi

yang besar dalam keberhasilan pembangunan nasional.

Dalam penelitian ini pembangunan ekonomi daerah merupakan fungsi dari potensi

sumberdaya alam, tenaga kerja dan sumberdaya manusia, investasi modal,

prasarana dan sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi

industri, teknologi, situasi ekonomi dan perdagangan antar wilayah, kemampuan

pendanaan dan pembiayaan pembangunan daerah, kewirausahaan, kelembagaan

daerah dan lingkungan pembangunan secara luas.

Keberhasilan pembangunan daerah salah satunya ditentukan oleh adanya

peningkatan laju pertumbuhan ekonomi daerah. Pertumbuhan ekonomi wilayah

adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di

wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai tambah (added value) yang terjadi.

Jadi pendapatan wilayah menggambarkan perekonomian pada suatu daerah

dengan menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi

(37)

18

3. Perencanaan Pembangunan Ekonomi Daerah

Perencanaan pembangunan ekonomi daerah merupakan perencanaan untuk

memperbaiki penggunaan sumberdaya publik yang tersedia di daerah tersebut dan

untuk memperbaiki kapasitas sektor swasta dalam menciptakan nilai sumberdaya

swasta secara bertanggung jawab. Pembangunan ekonomi yang efisien

membutuhkan secara seimbang perencanaan yang teliti mengenai penggunaan

sumber data publik dan sektor swasta, petani, pengusaha kecil, koperasi,

pengusaha besar dan organisasi-organisasi sosial harus mempunyai peran dalam

proses perencanaan. Melalui perencanaan pembangunan ekonomi daerah, suatu

daerah dilihat secara keseluruhan sebagai suatu unit ekonomi (economic entity)

yang di dalamnya terdapat berbagai unsur yang berinteraksi satu sama lain.

(Arsyad 1999: 104)

Ciri-ciri dari suatu perencanaan pembangunan ekonomi daerah antara lain:

1. Usaha untuk mencerminkan dalam rencana untuk mencapai perkembangan

sosial ekonomi yang mantap (steady social economic growth). Hal ini

dicerminkan dalam usaha pertumbuhan yang positif.

2. Usaha perluasan kesempatan kerja

3. Usaha yang mencerminkan dalam rencana untuk meningkatkan pendapatan

perkapita.

4. Usaha untuk mengadakan perubahan struktur ekonomi, hal ini sering disebut

usaha diversifikasi ekonomi

5. Usaha pemerataan pembangunan sering disebut sebagai distributive justice.

6. Usaha untuk pembinaan lembaga-lembaga ekonomi masyarakat yang lebih

(38)

19

7. Usaha secara terus menerus menjaga stabilitas ekonomi.

Dari sudut pandang ekonomi, ada beberapa alasan perlunya perencanaan

pembangunan ekonomi (Arsyad 1999: 23). Beberapa alasan tersebut meliputi:

1) alokasi sumberdaya-sumberdaya pembangunan yang terbatas bisa lebih efisien

dan efektif sehingga dapat dihindari adanya pemborosan-pemborosan: 2)

perkembangan ekonomi atau pertumbuhan ekonomi mantap berkesinambungan;

3) stabilitas ekonomi tercapai dalam menghadapi siklus konjungtur.

4. Teori Pertumbuhan Ekonomi

Teori pertumbuhan ekonomi menurut Boediono dalam Tarigan (2004: 44) dapat

didefinisikan sebagai suatu proses kenaikan output perkapita dalam jangka

panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari

persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka

panjang bahwa perekonomian akan terus berlanjut. Ekonomi dikatakan tumbuh

atau berkembang apabila terjadi pertumbuhan output riil perkapita.

Menurut Schumpeter dan Hicks dalam Jhingan (2000: 4), ada perbedaan dalam

istilah perkembangan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan

ekonomi merupakan perubahan spontan dan terputus-putus dalam keadaan

stasioner yang senantiasa mengubah dan mengganti situasi keseimbangan yang

ada sebelumnya, sedangkan pertumbuhan ekonomi adalah perubahan jangka

panjang secara perlahan dan mantap yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan

penduduk. Hicks mengemukakan masalah negara terbelakang menyangkut

pengembangan sumber-sumber yang tidak atau belum dipergunakan, kendati

(39)

20

pertumbuhan karena kebanyakan dari sumber mereka sudah diketahui dan

dikembangkan sampai batas tertentu.

Menurut Simon Kuznets (Todaro 2000: 144) pertumbuhan ekonomi adalah

kenaikan kapasitas dalam jangka panjang dari negara (daerah) yang bersangkutan

untuk menyediakan berbagai barang ekonomi kepada penduduknya, yang

terwujud dengan adanya kenaikan output nasional secara terus-menerus yang

disertai dengan kemajuan teknologi serta adanya penyesuaian kelembagaan, sikap

dan ideologi yang dibutuhkannya. Selain itu, menurut Sumitro Djojohadikusumo

(Sanusi 2004: 8) pertumbuhan ekonomi berpokok pada proses peningkatan

produksi barang dan jasa dalam kegiatan ekonomi masyarakat.

Atas sudut pandang tersebut, penelitian ini menggunakan istilah pertumbuhan

ekonomi yang akan dilihat dari sudut pandang Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB). Pertumbuhan ekonomi dapat diketahui dengan membandingkan PDRB

pada satu tahun tertentu (PDRBt) dengan PDRB sebelumnya (PDRBt – 1)

Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh dua macam faktor, faktor ekonomi dan

faktor non-ekonomi (M.L Jhingan 2000: 67):

a. Faktor Ekonomi

Para ahli ekonomi menganggap faktor produksi sebagai kekuatan utama yang

mempengaruhi pertumbuhan. Laju pertumbuhan ekonomi jatuh dan bangunnya Laju Pertumbuhan ( Y) =

PDRBt – PDRBt-1

PDRBt-1

(40)

21

merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi di dalam faktor produksi

tersebut. Beberapa faktor ekonomi tersebut akan dibahas dibawah ini:

1) Sumber Alam

Faktor utama yang mempengaruhi perkembangan suatu perekonomian

adalah sumber alam atau tanah. Bagi pertumbuhan ekonomi, tersedianya

sumber alam secara melimpah merupakan hal yang sangat penting. Suatu

negara atau daerah yang kekurangan sumber alam tidak akan dapat

membangun dengan cepat.

2) Akumulasi Modal

Modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat

direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu dapat

dikatakan sebagai akumulasi modal atau pembentukan modal. Dalam arti ini

pembentukan modal merupakan investasi dalam bentuk barang-barang

modal yang dapat menaikkan stok modal, output nasional dan pendapatan

nasional. Jadi, pembentukan modal merupakan kunci utama pertumbuhan

ekonomi.

3) Organisasi

Organisasi merupakan bagian penting dari proses pertumbuhan. Organisasi

berkaitan dengan penggunaan faktor produksi dalam kegiatan ekonomi.

Organisasi bersifat melengkapi modal, buruh dan membantu meningkatkan

produktivitasnya. Dalam pertumbuhan ekonomi modern, para

wiraswastawan tampil sebagai organisator dan pengambil risiko di antara

(41)

22

4) Kemajuan Teknologi

Perubahan teknologi dianggap sebagai faktor paling penting di dalam proses

pertumbuhan ekonomi. Dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan

teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang

diperbaiki dalam melakukan pekerjaanpekerjaan tradisional. Perubahan itu

berkaitan dengan perubahan di dalam metode produksi yang merupakan

hasil pembaharuan atau hasil dari teknik penelitian baru. Perubahan pada

teknologi telah menaikkan produktivitas buruh, modal dan faktor produksi

yang lain.

5) Pembagian Kerja dan Skala Prioritas

Spesialisasi dan pembagian kerja menimbulkan peningkatan produktivitas.

Keduanya membawa ke arah ekonomi produksi skala besar yang

selanjutnya membantu perkembangan industri. Dengan ini laju pertumbuhan

ekonomi dapat meningkat.

b. Faktor Nonekonomi

Selain adanya faktor ekonomi, faktor nonekonomi juga mempengaruhi

pertumbuhan ekonomi disuatu daerah. Faktor non ekonomi tersebut meliputi :

1) Faktor Sosial

Faktor sosial dan budaya juga mempengaruhi pertumbuhan ekonomi.

Kekuatan faktor ini menghasilkan perubahan pandangan, harapan, struktur,

dan nilai-nilai sosial. Orang dibiasakan menabung dan berinvestasi, dan

menikmati risiko untuk memperoleh laba dalam rangka memaksimumkan

(42)

23

mendorong perubahan pandangan dan nilai sosial sehingga sangat

membantu pertumbuhan ekonomi modern.

2) Faktor Manusia

Sumber daya manusia merupakan faktor terpenting dalam pertumbuhan

ekonomi. Pertumbuhan ekonomi tidak semata-mata terganutng pada jumlah

sumberdaya manusia saja, tetapi lebih menekan pada efisinsi mereka.

Penggunaan secara tepat sumberdaya manusia untuk pembangunan ekonomi

dapat dilakukan dengan dua cara berikut. Pertama, harus ada pengendalian

atas perkembangan penduduk. Kedua, harus ada perubahan dalam

pandangan tenaga buruh. Persyaratan yang paling penting bagi laju

pertumbuhan industri adalah manusia. Manusia, di atas segalanya yang

berdedikasi terhadap pembangunan ekonomi negerinya atau daerahnya.

3) Faktor Politik dan Administratif

Faktor politik dan administratif juga membantu pertumbuhan ekonomi

modern. Struktur politik dan administrasi yang lemah merupakan

penghambat besar bagi pembangunan ekonomi suatu daerah. Sedangkan

administrasi yang kuat, efisien, dan tidak korup akan sangat penting dalam

proses pembangunan ekonomi.

Profesor Kuznets (Todaro, 2000: 144) juga mengemukakan enam karakteristik

atau ciri proses pertumbuhan ekonomi. Karakteristik proses pertumbuhan

ekonomi tersebut meliputi: 1) tingkat pertumbuhan output perkapita dan

pertumbuhan penduduk yang tinggi; 2) tingkat kenaikan total produktivitas faktor

(43)

24

transformasi sosial dan ideologi yang tinggi; 5) adanya kecenderungan

negara-negara (daerah) yang mulai atau yang sudah maju perekonomiannya untuk

berusaha menambah bagian-bagian dunia atau daerah lainnya sebagai daerah

pemasaran dari sumber bahan baku yang baru; dan 6) terbatasnya penyebaran

pertumbuhan ekonomi yang hanya mencapai sekitar sepertiga bagian penduduk

dunia.

5. Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (turnpike)

Teori Pertumbuhan Jalur Cepat (TPJC) atau turnpike diperkenalkan oleh

Samuelson 1955. Pada intinya teori ini menekankan bahwa setiap daerah perlu

mengetahui sektor ataupun komoditas apa yang memiliki potensi besar dan dapat

dikembangkan dengan cepat, baik karena potensi alam maupun karena sektor itu

memiliki comparative adventage untuk dikembangkan. Artinya, dengan

kebutuhan modal yang sama sektor tersebut dapat memberikan nilai tambah yang

lebih besar, dapat berproduksi dalam waktu relatif singkat dan sumbangan untuk

perekonomian juga cepat besar.

Agar pasarnya terjamin, produk tersebut harus bisa di ekspor keluar daerah atau

ke luar negeri. Perkembangan sektor tersebut akan mendorong sektor lain turut

berkembang sehingga perekonomian secara keseluruhan akan tumbuh.

Mensinergikan sektor-sektor adalah membuat sektor-sektor saling terkait dan

saling mendukung. Menggabungkan jalur cepat dan mensinergikan dengan sektor

(44)

25

6. Teori Basis Ekspor Richardson

Teori basis ekonomi ini dikemukakan oleh Harry W. Richardson (1973) dalam

teorinya Richardson menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan

ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan

barang dan jasa dari luar daerah (Arsyad 1999: 116). Dalam teori basis ekonomi

(economic base) mengemukakan bahwa sebuah wilayah merupakan sebuah sistem

sosio-ekonomi yang terpadu. Teori inilah yang mendasari pemikiran teknik

location quotient, yaitu teknik yang membantu dalam menentukan kapasitas

ekspor perekonomian daerah dan derajat keswasembadaan (Self-sufficiency) suatu

sektor.

Ada serangkaian teori ekonomi sebagai teori yang berusaha menjalankan

perubahan-perubahan regional yang menekankan hubungan antara sektor-sektor

yang terdapat dalam perekonomian daerah. Teori yang paling sederhana dan

populer adalah teori basis ekonomi (economic basetheory). Menurut Glasson

dalam Ghalib (2005: 166), konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian

menjadi dua sektor yaitu:

a. Sektor Basis merupakan kegiatan yang mengekspor barang-barang dan

pelayanan ke luar wilayah ekonominya atau memasarkan barang-barang dan

pelayanan kepada orang-orang yang datang dari luar perbatasan wilayah

ekonominya.

b. Sektor Nonbasis adalah kegiatan yang menyediakan barang-barang dan

pelayanan untuk keperluan penduduk yang tinggal di wilayah ekonomi

sendiri, sektor bukan basis tidak mengekspor barang atau pelayanan ke luar

(45)

26

Meningkatnya jumlah kegiatan basis ekonomi di suatu daerah akan membentuk

arus pendapatan ke daerah tersebut. Dengan meningkatnya arus pendapatan

tersebut akan meningkat pula permintaan akan barang-barang dan pelayanan di

daerah tersebut yang dihasilkan oleh sektor bukan basis. Sebaliknya, menurunnya

kegiatan sektor basis di suatu daerah akan mengakibatkan berkurangnya

pendapatan yang mengalir ke daerah tersebut dan akan mengurangi permintaan

terhadap sektor bukan basis. Oleh karena itu kegiatan sektor basis berperan

sebagai penggerak utama bagi setiap perubahan dan berpengaruh ganda terhadap

daerah tersebut.

Teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya bahwa laju pertumbuhan

ekonomi suatu wilayah ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah

tersebut. Pertumbuhan industri-industri yang menggunakan sumberdaya lokal,

termasuk tenaga kerja dan bahan baku untuk diekspor, akan menghasilkan

kekayaan daerah dan penciptaan peluang kerja (Arsyad, 1999: 300). Asumsi ini

memberikan pengertian bahwa suatu daerah akan mempunyai sektor unggulan

apabila daerah tersebut dapat memenangkan persaingan pada sektor yang sama

dengan daerah lain sehingga dapat menghasilkan ekspor.

Untuk menganalisis basis ekonomi suatu wilayah, salah satu teknik yang lazim

digunakan adalah Location Quotien (LQ). Location Quotient dimaksudkan untuk

mengukur tingkat spesialisasi (relatif) suatu sektor atau subsektor ekonomi suatu

wilayah tertentu (Ghalib 2005: 368). Dalam teknik LQ berbagai peubah (faktor)

dapat digunakan sebagai indikator pertumbuhan wilayah, misalnya kesempatan

(46)

27

Selain menggunakan analisis Location Quotient, ada teknik analisis lainnya yang

digunakan untuk menutupi kelemahan-kelemahan dari teknik Location Quotient

yaitu dengan menggunakan analisis Shift Share. Analisis Shift Share merupakan

teknik yang sangat berguna dalam menganalisis perubahan struktur ekonomi

daerah dibandingkan dengan perekonomian nasional. Tujuan analisis ini adalah

untuk menentukan kinerja atau produktivitas kerja perekonomian daerah dengan

membandingannya dengan daerah yang lebih besar (regional/nasional). Analisis

ini memberikan data tentang kinerja perekonomian dalam 3 (tiga) bidang yang

berhubungan satu sama lain yaitu:

a) Pertumbuhan ekonomi daerah diukur dengan cara menganalisis perubahan

pengerjaan agregat secara sektoral dibandingkan dengan perubahan pada

sektor yang sama di perekonomian yang dijadikan acuan.

b) Pergeseran proporsional (Proportional Shift) mengukur perubahan relatif

pertumbuhan atau penurunan pada daerah dibandingkan dengan

perekonomian yang lebih besar yang dijadikan acuan. Pengukuran ini

memungkinkan kita untuk mengetahui apakah perekonomian daerah

terkonsentrasi pada industri-industri yang tumbuh lebih cepat daripada

perekonomian yang dijadikan acuan.

c) Pergeseran diferensial (Differential Shift) menentukan seberapa jauh daya

saing industri daerah (lokal) dengan perekonomian yang dijadikan acuan.

Analisis Shift-Share ini memiliki keunggulan. Beberapa keunggulan antara lain:

1) Memberikan gambaran mengenai perubahan struktur ekonomi yang terjadi,

(47)

28

pemula mempelajari struktur perekonomian dengan cepat; 3) Memberikan

gambaran pertumbuhan ekonomi dan perubahan struktur dengan cukup akurat.

Richardson mengakui bahwa teori basis ini cukup sederhana, sehingga memiliki

kelemahan-kelemahan antara lain, sebagai berikut:

1) Besarnya basis ekspor adalah fungsi terbalik dari besarnya suatu daerah

Artinya semakin besar suatu daerah, maka ekspornya akan semakin kecil

apabila dibandingkan dengan total pendapatannya.

2) Ekspor jelas bukan satu-satunya faktor yang bisa meningkatkan pendapatan

daerah. Ada banyak unsur lain yang dapat meningkatkan pendapatan daerah,

seperti: Pengeluaran, Bantuan Pemerintah Pusat, Investasi, dan Peningkatan

produktivitas tenaga kerja.

3) Dalam melaksanakan studi atas satu wilayah, multiplier basis yang

diperoleh adalah rata-ratanya dan bukan perubahannya. Menggunakan

multiplier basis rata-rata, sering kali memberikan hasil yang keliru apabila

ada tendensi perubahan nilai multiplier dari tahun ke tahun.

4) Beberapa pakar berpendapat bahwa apabila pengganda basis digunakan

sebagai alat proyeksi, maka masalah time lag (masa tenggang) harus

diperhatikan.

7. Model Pertumbuhan Interegional

Model pertumbuhan ini adalah perluasan dari teori basis ekspor, yaitu dengan

menambah faktor-faktor yang bersifat eksogen. Selain itu model basis ekspor

hanya membahas daerah itu sendiri tanpa memperhatikan dampak dari daerah

(48)

29

maka dinamakan model interregional. Dalam model ini di asumsikan bahwa selain

ekspor, pengeluaran pemerintah dan investasi juga bersifat eksogen dan daerah itu

terikat kepada suatu sistem yang terdiri dari beberapa daerah yang berhubungan

erat (Tarigan, 2004).

8. Pembangunan Daerah

Menurut Lincolin Arsyad dalam bukunya yang berjudul Perencanaan dan

Pembangunan Ekonomi Daerah, pengertian daerah berbeda-beda tergantung aspek

tinjauannya. Dari aspek ekonomi, daerah mempunyai tiga pengertian yaitu

(Arsyad, 1999: 107-108):

1. Suatu dianggap sebagai ruang dimana kegiatan ekonomi terjadi daerah dan

didalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.

Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapitanya,

budayanya, geografisnya dan sebagainya. Daerah dalam pengertian seperti

ini disebut daerah homogen.

2. Suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh satu

atau beberapa pusat kegiatan ekonomi yang disebut daerah modal.

3. Suatu daerah adalah suatu ekonomi ruang yang berada di bawah satu

asministrasi tertentu seperti satu propinsi, kabupaten, kecamatan dan

sebagainya. Jadi daerah di sini didasarkan pada pembagian administrasi

suatu negara. Disebut sebagai daerah perencanaan atau daerah administrasi.

a. Masalah Pokok Pembangunan Daerah

Masalah pokok pembangunan daerah yaitu terletak pada pola pengambilan

kebijaksanaan dalam pembangunan ekonomi yang sesuai dengan potensi daerah

(49)

30

keselarasannya berkesinambungan antara sektor-sektor terkait, sehingga

pembangunan dapat dilaksanakan sesuai dengan potensi dan prioritas daerah.

b. Tujuan Pembangunan Daerah

Tujuan pembangunan daerah yang tercantum dalam GBHN adalah program

pembangunan daerah dan program pembangunan sektor yang selaras sehingga

keduanya mencerminkan prioritas daerah bersangkutan dan memberi sumbangan

kepada pembangunan nasional. Beberapa kemajuan dicapai dalam pembangunan

daerah. Dari sisi politis penerapan desentralisasi dan otonomi daerah, serta

pemekaran provinsi dan kabupaten/kota telah memberikan ruang gerak kepada

masyarakat di daerah untuk mempercepat pembangunan daerah. Disamping itu

kondisi sosial dan ekonomi masyarakat di seluruh wilayah Indonesia telah

mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut antara lain tercermin dari

meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), berkurangnya

pengangguran, meningkatnya akses masyarakat kepada jaringan infrastruktur

(khususnya transportasi dan telekomunikasi) maupun fasilitas pendidikan dan

kesehatan. Namun demikian peningkatan kondisi sosial dan ekonomi tersebut

relatif tidak merata dan sangat bervariasi antara daerah yang satu dengan yang

lainnya.

c. Strategi Pembangunan Daerah

Agar tujuan dan sasaran pembangunan suatu daerah dapat tercapai maka

pelaksanaannya harus bertumpu pada strategi pembangunan daerah tersebut.

Secara konseptual dan operasional strategi pembangunan daerah mencakup empat

(50)

31

1. Strategi makro, karena pembangunan daerah merupakan bagian integral dari

pembangunan nasional.

2. Strategi sektoral, perlu diterapkan dalam hubungannya dengan aspek

pertumbuhan dan kebijaksanaan trilogi pembangunan nasional.

3. Strategi nasional, yang berorientasi pada aspek pemerataan.

4. Strategi pemilihan program atau proyek, ini penting dalam rangka

pendayagunaan potensi daerah dan penetapan prioritas pembangunan

daerah.

Strategi makro dijabarkan dalam strategi dan regional, mengingat perencanaan

pembangunan nasiona memerlukan dua pengarahan yaitu:

1. Pengarahan sektoral, yaitu sektor-sektor apa dan seberapa jauh

masing-masing sektor-sektor akan dikembangkan dalam rangka mencapai sasaran

pembangunan nasional.

2. Pengarahan regional yaitu daerah-daerah mana dan berapa besar

masing-masing daerah itu akan dikembangkan dalam rangka sasaran nasional.

9. Produk Domestik Regional Bruto

Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu

wilayah/propinsi dalam suatu periode tertentu ditunjukkan oleh data Produk

Domestik Regional Bruto (PDRB), baik atas dasar harga yang berlaku atau atas

dasar harga konstan. Pengertian PDRB menurut Badan Pusat Statistik (2007: 2)

yaitu jumlah nilai tambah yang dihasilkan untuk seluruh wilayah usaha dalam

suatu wilayah atau merupakan jumlah seluruh nilai barang dan jasa akhir yang

(51)

32

dilakukan dengan menggunakan dua metode yaitu langsung dan tidak langsung

(alokasi).

1. Metode Langsung

Penghitungan metode langsung ini dapat dilakukan melalui tiga pendekatan

yaitu pendekatan produksi, pendekatan pendapatan dan pendekatan

pengeluaran. Walaupun mempunyai tiga pendekatan yang berbeda namun

akan memberikan hasil penghitungan yang sama (BPS 2007: 3). Adapun

penghitungan PDRB secara langsung dapat dilakukan melalui tiga

pendekatan sebagai berikut:

a. PDRB Menurut Pendekatan Produksi (Production Approach)

PDRB adalah jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh berbagai unit produksi (di suatu region) pada suatu jangka waktu

tertentu (setahun). Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini disebut juga

penghitungan melalui pendekatan nilai tambah (value added).

Pendekatan produksi adalah penghitungan nilai tambah barang dan jasa

yang diproduksi oleh suatu kegiatan atau sektor ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya antara dari total nilai produksi bruto sektor atau

subsektor tersebut. Pendekatan ini banyak digunakan untuk

memperkirakan nilai tambah dari sektor/kegiatan yang produksinya

berbentuk fisik/barang, seperti pertanian, pertambangan, industri dan

sebagainya. Nilai tambah merupakan selisih antara nilai produksi (output)

dan nilai biaya antara (intermediate cost), yaitu bahan baku atau penolong

(52)

33

Sesuai dengan namanya yaitu PDRB, yang dihitung dalam hal ini adalah

nilai produksinya dalam bentuk barang atau fisik. Dalam praktiknya,

produk ini dihitung berdasarkan sektor-sektor yang menghasilkannya,

yaitu (Suherman Rosyidi 2006: 107): 1) sektor pertanian; 2) sektor

pertambangan dan penggalian; 3) Sektor Industri Pengolahan; 3) sektor

listrik, gas, dan air bersih; 4) sektor bangunan; 5) sektor perdagangan,

hotel, dan restoran; 6) sektor pengangkutan dan komunikasi 7) sektor

keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan; dan 8) jasa-jasa.

b. PDRB Menurut Pendekatan Pendapatan (Income Approach)

PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi

yang ikut dalam proses produksi di suatu wilayah pada jangka waktu

tertentu (setahun). Penghitungan PDRB melalui pendekatan ini diperoleh

dengan menjumlahkan semua balas jasa yang diterima faktor produksi

yang komponennya terdiri dari upah dan gaji dan surplus usaha, sewa

tanah, bunga modal dan keuntungan ditambah dengan penyusutan dan

pajak tidak langsung neto (BPS 2007: 4).

c. PDRB Menurut Pendekatan Pengeluaran (Expend Approach)

PDRB adalah jumlah seluruh pengeluaran untuk konsumsi rumah tangga

dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, konsumsi pemerintah,

pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan stok dan ekspor netto

di suatu wilayah. Perhitungan PDRB melalui pendekatan ini dilakukan

dengan bertitik tolak dari penggunaan akhir barang dan jasa yang

(53)

34

2. Metode Tidak Langsung

Dalam metode ini PDRB suatu wilayah diperoleh dengan menghitung PDRB

wilayah tersebut melalui alokasi PDRB wilayah yang lebih luas. Untuk

melakukan alokasi PDRB wilayah ini digunakan beberapa alokator antara

lain: Nilai produksi bruto atau netto setiap sektor/subsektor pada wilayah

yang dialokasikan, jumlah produksi fisik, tenaga kerja, penduduk, dan alat

ukur tidak langsung lainnya. Dengan menggunakan salah satu atau beberapa

alokator dapat diperhitungkan persentase bagian masing-masing propinsi

terhadap nilai tambah setiap sektor dan subsektor (Tarigan 2004: 24).

Cara penyajian PDRB adalah sebagai berikut:

a) PDRB Atas Dasar Harga Berlaku, semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga yang berlaku pada masing-masing tahunnya, baik pada saat

menilai produksi dan biaya antara maupun pada penilaian komponen PDRB.

PDRB atas dasar harga berlaku menunjukkan kemampuan sumber daya

ekonomi yang dihasilkan oleh suatu daerah. Nilai PDRB yang besar

menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi yang besar, begitu juga

sebaliknya.

b) PDRB Atas Dasar Harga Konstan, semua agregat pendapatan dinilai atas

dasar harga tetap, maka perkembangan agregat pendapatan dari tahun ke

tahun semata-mata karena perkembangan produksi riil bukan karena kenaikan

harga atau inflasi. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan laju

pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan atau setiap sektor dari tahun ke

(54)

35

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Siti Nurwahidah (2004) dalam tesis yang berjudul“Analisis Sektor unggulan dan

kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa”. Tujuan

penelitian pada tesis ini adalah ingin mengetahui struktur pertumbuhan

perekonomian sektor unggulan dan kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB

Kabupaten Sumbawa tahun (1997–2002). Hasil Analisis LQ (Location Quation)

menunjukkan sektor pertanian, sektor bangunan/kontruksi, sektor perdagangan,

hotel dan restoran dan sektor listrik, gas dan air bersih merupakan sektor basis di

Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis LQ kontribusi sektor selama periode

penelitian (1997–2002) sektor pertanian memberikan kontribusi paling besar

terhadap PDRB Kabupaten Sumbawa. Hasil analisis Shift Share menunjukkan

pertumbuhan ekonomi (PDRB) Kabupaten Sumbawa dapat meningkat sebagai

akibat pengaruh pertumbuhan ekonomi Propinsi. Hasil analisis Klassen Typology

menunjukkan Kabupaten Sumbawa termasuk daerah maju tetapi tertekan. Hasil

analisis regresi dan uji t sumbangan PDRB sektor pertanian menunjukkan

pengaruh signifikan terhdap total PDRB, sementara subsektor pertanian tanaman

pangan, perikanan, dan perkebunan menunjukkan pengaruh signifikan terhadap

PDRB sektor pertanian.

I Dewa Made Darna Setiawan dalam peneliatiannya yang berjudul Peranan

Sektor Unggulan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Daerah Jawa Timur, Bali dan

Nusa Tenggara Barat (NTB). Pendekatan model yang digunakan dengan alat

analisis Input-Output (I-O) Multiregional. Hasil penelitiannya menunjukkan

bahwa terdapat lima (5) sektor ungula yang meliputi industri makanan dan

(55)

36

Restoran, Sektor Peternakan dan hasil-hasilnya (di Propinsi Bali), Sektor Industri

makanan, miniman dan tembakau dan hotel dan restoran (di Propinsi Nusa

Tenggara Barat). Pertumbuhan sektor-sektor tersebut akan berdampak pada

output, nilai tambah bruto, dan penyerapan tenaga kerja intra dan interregional.

Di tingkat nasional, pertumbuhan sektor unggulan di Propinsi Jawa Timur, Bali

berdampak lebih besar bila dibandingkan dengan dampak pertumbuhan sektor

unggulan di Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB).

Penelitian Azhar, Syarifah Lies Fuaidah dan M. Nasir Abdussamad (2003),

tentang Analisis Sektor Basis dan Non Basis di Propinsi Nangro Aceh

Darussalam. Hasil penelitiannya ditemukan yang menjadi sektor basis adalah;

sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan serta sektor

pertanian, sedangkan sektor lainnya menjadi sektor non basis.

Penelitian Mujib Saerofi (2005) tentang Analisis Pertumbuhan Ekonomi dan

Pengembangan Sektor Potensial di Kabupaten Semarang (Pendekatan Model

Basis Ekonomi Dan Swot). Tujuan penelitiannya adalah menentukan sektor yang

potensial yang terdapat di Kabupaten Semarang yang dapat dikembangkan untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi di daerah ini. Hasil penelitiannya diperoleh

dua sektor ekonomi yang potensial yang potensial untuk meningkatkan

pertumbuhan ekonomi Kabupaten Semarang. Kedua sektor yang potensial

tersebut adalah sektor industri pengolahan dan sektor jasa-jasa dengan Indeks LQ

lebih besar dari satu (sektor basis) dan komponen diferensial (Dj) positif

Gambar

Tabel 1. Kontribusi PDRB Kabupaten Lampung Timur 2004 – 2010 Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 (Persen)
Tabel 2. Pertumbuhan PDRB Kabupaten Lampung Timur Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2004-2010 (Juta Rupiah)
Gambar 1. Bagan Kerangka Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten  Lampung                    Timur

Referensi

Dokumen terkait

Tidak seperti KPH produksi dan lindung, KPH konservasi dikembangkan dari kawasan konservasi / hutan yang telah ditunjuk dan dikelola oleh Balai Besar / Balai Taman Nasional

a) Menelaah materi bahasa Indonesia kelas I pada kompetensi dasar 3.1 Mengenal teks deskriptif tentang anggota tubuh dan pancaindra, wujud dan sifat benda, serta

Data udara atas pada saat kejadian yang diperoleh dari stasiun meteorologi Pangkal Pinang menunjukkan bahwa pesawat terbang dengan ketinggian jelajah 32.000 kaki atau dapat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh perbedaan suhu lingkungan dan lama thawing yang berbeda terhadap kualitas semen beku (motilitas, persen hidup

Untuk bahan baku utama pabrik monosodium glutamat yang berupa molasses diperoleh dari PG.Gunung Madu Plantation Lampung yang memproduksi molasses dengan kapasitas

Atas izin-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENINGKATAN KETRAMPILAN KOMUNIKASI DAN BERFIKIR KRITIS SISWA PADA POKOK BAHASAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN

Puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya berupa ilmu, inspirasi, kesehatan dan

pembelajaran discovery inquiry type pictorial riddle. Kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dibatasi pada a). mengemukakan beberapa pertanyaan ketika berdiskusi,