• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti enterobakteria dan clostridia (BPTP, 2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seperti enterobakteria dan clostridia (BPTP, 2012)."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Silase

Silase adalah pakan ternak masih memiliki kadar air tinggi sebagai hasil pengawetan hijauan makanan ternak atau bahan-bahan melalui proses fermentasi yang dibantu oleh jasad renik dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen) baik dengan penambahan atau tanpa penambahan bahan pengawet. Fermentasi silase dimulai saat kondisi oksigen telah habis digunakan oleh sel tanaman. Bakteri menggunakan karbohidrat mudah larut untuk mengahasikan asam laktat dalam menurunkan pH. Tanaman mempunyai pH yang bervariasi antara 5 dan 6, setelah difermentasi turun 3,6 – 4,5. Penurunan pH yang cepat membatasi pemecahan protein dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme anaerob merugikan seperti enterobakteria dan clostridia (BPTP, 2012).

Proses ensilase terjadi dalam kondisi anaerob (tanpa oksigen), bakteri yang bekerja dalam memproduksi asam laktat adalah bakteri anaerob. Oksigen yang terdapat dalam bahan silase dan silo dapat mempengaruhi proses dan hasil yang diperoleh. Proses respirasi tanaman akan tetap berlangsung selam masih tersedi oksigen. Respirasi dapat meningkatkan kehilangan bahan kering, mengganggu proses ensilase, menurunkan nilai nutrisi dan kestabilan silase (siregar, 2010).

Kualitas fisik silase meliputi warna, bau, tekstur dan keberadaan jamur serta suhu. Aroma silase tanaman sorgum manis menjukan aroma asam dan wangi fermentasi. Aroma silase yang dihasilakan termasuk ke dalam kriteria kualitas

(2)

6

silase yang baik. Silase yang bekualitas baik memiliki aroma asam dan wangi (Abdelhadi et al., 2005).

Warna silase yang dihasilkan menunjukan warna hijau atau sama dengan warna tanaman sorgum sebelum ensilase. Saun and Haeinrichs (2008), menyatakan bahwa warna pada silase menggambarkan hasil fermentasi selama proses ensilase dan silase yang berkualitas baik adalah silase yang berwarna hapir sama dengan baha sebelum ensilase (Malik, 2015).

Prisip pembuatan silase adalah mempercepat terjadinya kondisi anaerob dan suasana asam dalam proses ensilase. Dalam proses ensilase akan menghasilkan asam laktat yang kemudian akan membuat kondisi hijauan makanan di dalam silo menjadi bersifat asam dan menjadi awet, Karena semua mikroba pembusuk akan mati. Proses ensilase akan berakhir setelah suasana menjadi asam (pH lebih kurang 4,0) (Sumarsih, 2006).

Tujuan pembuatan silase adalah untuk mendapatkan bahan makanan yang masih banyak mengandung air, bermutu tinggi serta lama untuk dapat dipergunakan pada masa kekurangan makanan hijauan. Silase termasuk pakan hijauan yang baik untuk ternak ruminansia karena palatabilitasnya masih baik dan akseptabel serta daya racunnya kecil (Lubis, 2009).

2.2 Molase

Molase merupakan salah satu substrak yang sering digunakan untuk fermentasi alcohol sebagai salah satu sumber karbohidrat bagi yest yang mengandung gula, senyawa N, vitamin dan unsur-unsur kelumit (Cuger dan

(3)

7

Grueger, 2008). Penambahan molase sebagai sumber energi mikrobia sehingga mikrobia berkembang lebih banyak dalam proses pemeraman dan dengan bertambahnya mirobia maka bermanfaat sebagai penyumbang kadar protein kasar.

Komposis nutrisi tetes dalam 100% bahan kering adalah 0,3% lemak kasar, 0,4%

serat kasat, 84,4% BETN, 3,94% protein kasar dan 11% abu (Nurul dkk., 2012).

Tetes adalah bahan pengawet karbohidrat yang baik. Sekitar 75% dari nilai gizi yang tertinggal di dalam silase. Tetes yang ditambahkan pada pembuatan silase akan membuat suasana lebih baik untuk asam laktat dan asetat yang dibentuk oleh bakteri. Tetes adalah bahan pengawet yang umum digunakan dalam pembuatan silase dan diberikan 3 – 4% dari berat badan (Ranji, 2006).

2.3 Rumput Gajah Mini (Pennisetum purpureum cv. Mott)

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) adalah salah satu jenis rumput gaja yang baru dikembangkan sekarang ini. Ukurannya yang lebih kecil dari rumput gajah membuatnya juga sering disebut rumput gajah kerdil. Rumput ini dapat tumbuh pada berbagai macam tanah, sampai liat alkalis, dan sangat responsive terhadap pemupukan. Rumput gajah berasal dari afrika tropika, kemudian menyebar dan diperkenalkan ke daerah-daerah tropika di dunia, dan tumbuh alami di seluruh asia tenggara yang bercurah hujan 1.000 mm dan tidak ada musim panas yang panjang. Dikembangkan terus menerus dengan berbagai silangan sehingga menghasilkan banyak kultivar, terutama di Amerika Philipphine dan Indi. Di Indonesia sendiri, rumput gajah merupakan tanaman hijuan utama pakan ternak (Anonim, 2005).

(4)

8

Rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) merupakan pakan hijauan unggul yang digunakan sebagai pakan ternak. Produksi rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dapat mencapai 60 ton/h/tahun. Pada daerah

dengan ketinggian 0-3000 m diatas pernukaan laut (dpl) dengan curah hujan 1000 mm pertahun rumput gaja mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) dapat tumbuh (Purwangsa, 2014).

Rumput gajah mini dibudidayakan dengan potongan (stek) atau sobekan rumput (pols) sebagai bibit. Bahan (stek) berasal dari batang yang sehat dan tua, dengan panjang stek 20 – 25 cm (2 – 3 ruas atau paling sedikit 2 buku atau mata).

Waktu yang terbaik untuk memotong tanaman yang akan dibuat silase adalah pada fase vegtatif, sebelum pembentukan bunga (Rahman dkk., 2013).

2.4 Bakteri Asam Laktat (BAL)

Bakteri asarn laktat (BAL) merupakan mikroba yang diharapkan mampu untuk dijadikan sebagai alternatif solusi masalah kontaminasi asam flavus termasuk produksi aflatoksinnya. Lactobacillus rhamnosus dan Propionobacterium yang termasuk bakteri asam laktat diketahui mampu mendegradasi aflatoksin B1 dan aflatoksin B2 dari usus ruminansia (Nezami et al, 2010).

Bakteri asam laktat mempu menghasilkan senyawa antimikrobia yang dapat menghambat mikroorganisme lainnya, termasuk organisime perusak makanan dan Patogen. Senyawa antimikrobia diproduksi saat proses fermentasi dan tetap

(5)

9

berada dalam bahan pangan sehingga dapat menghambat pertumbuhan bakteri perusak dan patogen (Soomro et al., 2012).

Bakteri asam laktat memerlukan protein untuk tumbuh. Bakteri asam laktat adalah bakteri proteolitik mempunyai kemampuan mencerna protein. Bakteri asam laktat yang merupakan salah satu bakteri proteolitik menghasilkan enzim proteolitik sekitar dinding sel membran sitoplasma dan di dalam sel (Wikandari dkk., 2012).

Mekanisme antimikroba asam laktat berdasarkan chemiosmotic dan pH homeostasis. Ketika asam laktat yang diproduksi disekresikan ke lingkungan, beberapa molekul terdissosiasi menjadi H+ dan anion, sementara yang lain tidak terdissosiasi. Salah satu faktor yang berperanan terhadap terdissosiasi atau tidaknya suatu molekul adalah pH lingkungan dan pK (tetapan keseimbangan).

Hal ini menyebabkan peningkatan proton transmembran yang pada akhirnya menyebabkan gradient proton. Perbedaan ini menyebabkan proton lebih cepat masuk ke dalam sel sehingga meningkatkan kebutuhan energi untuk mempertahankan pH alkali dalam sel. (Ray, 2009).

Bakteri asam laktat, baik yang bersifat homofermentatif maupun hoterofermentatif memanfaatkan substrat yang tersedia pada lingkungannya dengan hasil akhir berupa energi dan asam-asam lemah seperti asam laktat, asam asetat serta CO2. Keberadaan asam laktat sebagai produk metabolisme dapat bersifat sebagai salah satu faktor penghambat bagi pertumbuhan asam flavus.

jumlah asam laktat yang berpengaruh terhadap pertumbuhan jamur berkisar antara 0.75 % - 1.5 % (Gourama dan Bullerman, 2007).

(6)

10

Metabolit yang bersifat asam baik yang dihasilkan oleh Bakteri asam laktat maupun asam flavus selama fase logaritmik akhir bersifat akumulatif didalam medium. Kondisi ini membuat pertumbuhan kedua jenis mikroba menjidi kurang optimal. Menurut Yukti (2009), asam yang terlalu tinggi akan memacu terjadinya lubang pada dinding sel. Walaupun lapisan peptidoglikan pada bakteri gram positif ini cukup tebal, namun peristiwa pemutusan ikatan oleh asam ini akan menurunkan ketebalan, melonggarkan ikatan silang antar komponen dan pada akhimya akan memperbesar ukuran lubang. Kondisi yang terjadi pada dinding sel memungkinkan AFB2 untuk terikat pada dinding sel dan plasma membran dengan suatu mekanisme pengikatan tertentu.

Bakteri asam laktat secara alami ada ditanaman sehingga dapat secara otomatis berperan saat fermentasi, tetapi untuk mengoptimumkan fase ensilase dianjurkan untuk melakukan penambahan aditif seperti inokulum bakteri asam laktat dan aditif lainnya untuk menjamin berlangsungnya fermentasi asam laktat yang sempurna. Inokulum bakteri asam laktat merupakan aditif yang populer diantara aditif lainnya seperti asam, enzim dan sumber karbohidrat (Bolsen et al.

2010).

2.5 Kandungan Protein Kasar

Protein adalah zat makanan yang mengandung nitrogen yang merupakan faktor penting untuk fungsi tubuh. Di dalam sebagian besar jaringan tubuh, protein merupakan komponen terbesar setelah air. Diperkirakan sekitar 50 % berat kering sel dalam jaringan hati dan daging, berupa protein (Bakhra, 2016)

(7)

11

Berdasarkan fungsi biologinya, protein dapat diklasifikasikan sebagai enzim (dehidrogenase, kinase), protein penyimpanan (feritin dan mioglobin), protein pengatur (protein pengikat DNA, hormon peptida), protein struktural (kolagen, proteoglikan), protein pelindung (faktor pembekuan darah, imunoglobilin), protein pengangkut (hemoglobin, lipoprotein plasma) dan protein kontraktil/motil (aktin, tubulin) (Murray, 2008).

Fungsi protein pada tubuh adalah (1) memperbaiki jaringan, (2) Pertumbuhan jaringan baru, (3) Metabolisme untuk energi, (4) Metabolisme ke dalam zat - zat vital dalam fungsi tubuh (Zat - zat vital tersebut termasuk zat anti darah yang mengalangi infeksi), (5) Enzim-enzim yang esensial bagi) fungsi tubuh yang normal (Anggorodi, 2012).

2.6 Kandungan Amonia (NH3)

Amoniak NH3 merupakan senyawa nitrogen yang menjadi NH4+ pada pH rendah dan disebut amonium, amoniak sendiri berada dalam keadaan tereduksi (- 3). Amoniak dalam air permukaan berasal dari air seni dan tinja, juga dari oksidasi zat organis (HaObCcNd) secara mikrobiologis yang berasal dari air alam atau air buangan industri dan penduduk. Air tanah hanya mengandung sedikit NH3. karena NH3 dapat menempel pada butir-butir tanah liat selama infiltrasi air ke dalam tanah dan sulit terlepas dari butir-butir tanah liat tersebut. Kadar amoniak yang tinggi pada air sungai selalu menunjukkan adanya pencemaran pada air minum kadarnya harus nol dan pada air sungai harus dibawah 0.5 mg/L (syarat mutu air sungai di Indonesia) (Nugroho dan Sutrisno,2008).

(8)

12

Jika degradasi protein lebih cepat daripada sintesis protein mikroba maka NH3 akan termulasi dan konsentrasi optimumnya. Kisaran optimum NH3 dalam rumen berkisar antara 85 – 300 mg/1 atau 6 - 21 mM. Konsentrasi NH3 yang tinggi dapat menunjukkan proses degradasi protein pakan lebih cepat dari pada proses pembentukan protein mikroba, sehingga amonia yang dihasilkan terakumulasi dalam rumen (Kartika, 2015).

Apabila ketersediaan amonia lebih cepat dari fermnetasi karbohidrat maka amonia untuk pembentukan protein mikroba tidak efisien. Peningkatan level molases dapat meningkatkan sintesis protein mikroba, hal ini disebabkan peningkatan ketersediaan energi dari molase untuk mengimbangi ketersediaan N atau dengan kata lain terjadi sinkronisasi antara ketersediaan energi dan N.

Fenomena tersebut terjadi karena mikroba mampu memanfaatkan sumber N dari Non Protein Nitrogen (NPN) yang berasal dari amoniasi jerami yang diimbang dengan ketersediaan energi fermentable dalam bentuk VFA, selain itu juga kandungan protein perlakuan mengalami peningkatan sehingga dapat memenuhi kebutuhan mikroba (Nuswantara et al., 2011).

2.7 Hipotesis

Diduga bahwa dalam pemberian molase pada fermentasi rumput gajah mini (Pennisetum purpureum cv. Mott) berpengaruh terhadap nilai kandungan protein kasar dan amonia (NH3).

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara kepadatan mineral tulang dan DM telah diobservasi pada pasien DM tipe 1, di mana dijumpai peningkatan kehilangan mineral tulang yang dihubungkan dengan

Hasil uji sitotoksik yang terdapat pada Tabel 7 tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol, fraksi polar, semipolar, dan nonpolar memiliki aktivitas sitotoksik moderat pada sel

Telah dilakukan penelitian secara non-eksperimental dengan rancangan deskriptif analisis yang bersifat retrospektif terhadap data rekam medis pasien dengan diagnosis akhir

Dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh selebriti endorser (X 1 ) dan desain produk ( X 2 ) berpengaruh secara simultan dan secar parsial

companies that restated their earnings during the years 2000 or 2001, and an industry-size matched sample of control firms that did not restate their earnings over the two year

Keraton Surakarta, disebut Basa Bagongan, yaitu bahasa Jawa yang banyak mengambil bahasa Kawi. Bahasa Kawi adalah bahasa Jawa Kuna yang lazim dipakai pada

Dari serangkai analisis yang telah dilakukan secara bertahap, maka penulis menarik kesimpulan bahwa bingkai media koran Republika terhadap berita larangan ISIS di

Penelitian ini dilaksanakan di perkebunan milik warga di Desa Aek Godang , Kecamatan Hulu Sihapas, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatera Utara, pada bulan Maret-Juli