• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Permasalahan Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Permasalahan Pembelajaran"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Pustaka 1. Permasalahan Pembelajaran

Permasalahan berasal dari kata masalah yang berarti terjadi suatu kesenjangan antara kenyataan dengan harapan yang dapat menghambat tercapainya suatu tujuan (Sugiyono, 2017). Setiap masalah membutuhkan solusi untuk mencegah atau mengatasinya. Permasalahan adalah kumpulan berbagai masalah pada suatu topik yang berbeda Masalah dapat terjadi pada proses pembelajaran sehingga menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai.

Pembelajaran dapat dikatakan sebagai sebuah sistem lingkungan yang membantu tercapainya tujuan belajar. Melalui pembelajaran, individu diharapkan mengalami perubahan ke arah lebih baik. Proses pembelajaran melibatkan guru, siswa, interaksi guru dengan siswa dan aktivitas guru dan siswa untuk mencapai perubahan tingkah laku sesuai yang telah direncanakan. Keberhasilan proses dan tujuan pembelajaran bergantung pada komponen di dalamnya yaitu guru dan siswa (Priyayi et al., 2018).

Indikasi terjadinya permasalahan pembelajaran dapat dilihat melalui perilaku menyimpang pada proses pembelajaran yang menyebabkan menurunnya hasil belajar. Identifikasi lebih dalam dapat dilakukan melalui evaluasi dan refleksi terhadap keberlangsungan pembelajaran sehingga dapat segera dicarikan solusi.

Beberapa komponen pembelajaran seperti tujuan, materi, media, strategi, metode serta evaluasi pembelajaran perlu dianalisis untuk menentukan permasalahan yang terjadi. Diagnosis permasalahan pembelajaran secara sistematis dan terarah dapat dilakukan oleh guru (Siregar & Nara, 2010).

Masalah belajar dikelompokkan menjadi dua hal menurut Siregar & Nara (2020) yaitu masalah belajar eksternal dan internal. Masalah eksternal merupakan masalah yang berasal dari luar diri siswa seperti ruang belajar, sarana prasarana, lingkungan sosial atau terkait materi pelajaran. Masalah internal berarti masalah yang berasal dari diri siswa seperti latar belakang sosial, intelektual, kebiasaan belajar, motivasi atau terkait kepribadian.

(2)

Menurut Muspikawijaya (2017) terdapat beberapa faktor penyebab terjadinya permasalahan pembelajaran yaitu kurangnya sumber belajar, kebiasaan belajar siswa, gaya mengajar guru, strategi pembelajaran serta sarana prasarana yang kurang mendukung. Beberapa faktor yang telah disebutkan merupakan pandangan umum terhadap kesulitan yang dialami siswa pada pembelajaran biologi. Pembelajaran biologi terdiri dari beberapa materi yang memiliki karakteristik masing - masing. Oleh sebab itu permasalahan pembelajaran yang ditemui lebih beragam.

Menurut Sasmita (2020) kurangnya sumber belajar menjadi faktor utama penyebab permasalahan pembelajaran pada mata pelajaran biologi. Selama ini, sumber belajar yang telah digunakan hanya berasal dari buku cetak atau pengetahuan guru yang menyebabkan pengetahuan siswa terbatas. Penelitian beranggapan bahwa memanfaatkan internet pada sumber belajar membuat pembelajaran menjadi efektif dan efisien (Sasmita, 2020). Sumber belajar berbasis internet dapat memberikan kebebasan siswa untuk memahami materi pembelajaran lebih dalam. Mata pelajaran biologi membutuhkan sumber belajar yang luas untuk memberikan pemahaman secara mendalam kepada siswa. Karakteristik materi biologi mengaharuskan siswa berpikir secara kritis dan ilmiah sehingga sumber belajar yang tidak monoton dapat membantu proses pembelajaran. Akan tetapi, mendiagnosis kurangnya sumber belajar sebagai satu - satunya sumber utama belum dikatakan benar.

Sama halnya dengan penelitian Muspikawijaya (2017) faktor masalah internal seperti kebiasaan belajar siswa juga dapat menjadi penyebab permasalahan pembelajaran. Kebiasaan belajar siswa berasal dari kepribadian siswa yang terbentuk dari latar belakang sosial ekonomi keluarga. Siswa dengan keinginan belajar rendah tidak akan bisa mendapatkan hasil belajar tinggi sekalipun sumber belajar yang diberikan telah efektif dan efisien. Siswa dengan latar belakang sosial ekonomi rendah akan kesulitan mengikuti pembelajaran yang menetapkan standar tinggi pada sarana dan prasarana. Mempelajari biologi dengan kebutuhan mikroskop sebagai alat bantu ajar ketika pembelajaran daring tidak bisa diterapkan pada seluruh siswa. Hal ini merupakan tugas guru untuk mencari solusi atas permasalahan pembelajaran yang terjadi.

(3)

Berbagai pembelajaran yang dilakukan memiliki permasalahan, begitupun biologi. Menghadapi pembelajaran daring (dalam jaringan) menyebabkan permasalahan pada setiap pembelajaran bertambah sehingga guru dituntut untuk kreatif menghadapinya. Salah satu contoh permasalahan baru adalaha terjadi kesenjangan digital sejak era pandemi Covid-19 yang menyebabkan perbedaan penerimaan informasi oleh siswa (Ragnedda & Mutsvairo, 2019). Oleh sebab permasalahan baru yang ditemukan, pemerintah telah memberikan solusi alternatif mengenai empat proses belajar baru dari rumah yang perlu diperhatikan untuk merancang perangkat pembelajaran (Insyiroh et al., 2020).

Secara garis besar, permasalahan pembelajaran dapat dibedakana menjadi dua kelompok yaitu:

a. Masalah Internal

Permasalahan internal berasal dari objek penelitian yaitu siswa. Latar belakang ekonomi sosial siswa, kepribadian siswa, kebiasaan belajar siswa, motivasi belajar siswa dan daya ingat setiap siswa yang berbeda.

b. Masalah Eksternal

Permasalahan eksternal berasal dari objek penelitian lainnya yaitu guru dan model pembelajaran yang digunakan seperti pemilihan media pembelajaran, strategi pembelajaran, cara mengajar, metode pembelajaran, evaluasi pembelajaran dan konten materi itu sendiri.

2. Materi Jaringan Tumbuhan

Materi pembelajaran merupakan seperangkat bahan pembelajaran yang disusun secara sistematis untuk membantu guru mencapai kompetensi dasar dalam proses pembelajaran. Materi dapat berupa informasi, teks atau alat yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar. Salah satu materi pembelajaran yang perlu diberikan kepada siswa sekolah menengah atas menurut Permendikbud adalah materi biologi. Materi biologi terbagi menjadi beberapa bagian, salah satunya adalah materi jaringan tumbuhan.

Materi jaringan tumbuhan atau struktur dan fungsi jaringan tumbuhan dipelajari oleh siswa peminata biologi kelas XI. Materi ini mempelajari macam - macam struktur penyusun jaringan tumbuhan, perbedaan tumbuhan monokotil dan

(4)

dikotil, fungsi berbagai jaringan penyusun organ tumbuhan serta manfaat jaringan tumbuhan di kehidupan sehari - hari. Jaringan tumbuhan memiliki kompetensi dasar 3.3 dan 4.3 yaitu untuk menganalisis dan menyajikan data. Oleh sebab itu, setelah menerima pembelajaran materi jaringan tumbuhan siswa diharapkan mampu memahami pengetahuan dasar jaringan tumbuhan dengan keahlian analisis dan penyajian data.

Secara umum, sebuah materi pembelajaran terdiri dari tiga konsep utama yaitu konsep abstrak, konkret dan kompleks. Konsep abstrak merupakan konsep yang tidak dapat dilihat secara lansung oleh indra penglihatan. Konsep ini dalam materi jaringan tumbuhan dapat dilihat pada sub bab fungsi suatu jaringan seperti fungsi epidermis untuk melindungi jaringan di bawahnya. Selanjutnya konsep konkret yaitu konsep yang dapat terlihat jelas oleh mata. Pada materi jaringan tumbuhan, konsep ini terdapat pada sub bab penjelasan struktur jaringan tumbuhan seperti perbedaan bentuk akar pada tumbuhan dikotil dengan monokotil.

Selanjutnya konsep kompleks merupakan konsep yang membutuhkan keahlian berpikir kritis seperti menganalisis alasan perbedaan letak suatu jaringan tumbuhan berdasarkan fungsinya.

Salah satu karakteristik materi biologi adalah memiliki mutaan sains dan teknologi untuk melatih kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa. Hal tersebut dijelaskan dalam draft kurikulum 2013 yang merupakan upaya untuk menjawab tuntuan abad 21 (Nisak, 2021). Akan tetapi, upaya yang telah dilakukan belum menunjukkan hasil yang sesuai dengan harapan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa pada tahun 2019 keterampilan berpikir tingkat tinggi pada materi biologi masih tergolong rendah (Wati & Anggraini, 2019). Menurut keduanya, terdapat suatu permasalahan pada materi biologi yang menyebabkan kompetensi dasar belum tercapai.

Salah satu kompetensi dasar yang harus dimiliki siswa setelah mempelajari materi jaringan tumbuhan adalah kemampuan menganalisis. Siswa diharapkan mampu menganalisis keterkaitan antara struktur sel pada jaringan dengan fungsi organ pada tumbuhan. Akan tetapi, pembelajaran materi jaringan tumbuhan yang selama ini terjadi belum mampu memfasilitasi. Hal tersebut tercervbn min dalam

(5)

bentuk latihan soal yang sebagian besar hanya menggunakan level C2 seperti pertanyaan mengenai pengertian jaringan atau pertanyaan mengenai perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil yang hanya berbentuk pernyataan.

Menurut Widyaningtyas (2012) materi jaringan tumbuhan terdiri dari banyak istilah asing dan konsep saling tumpang tindih yang menyebabkan miskonsepsi. Banyaknya istilah asing pada jaringan tumbuhan dapat dilihat pada nama latin jaringan penyusun organ tumbuhan. Salah satu contoh pada penjelasan mengenai hasil diferensiasi jaringan meristem yaitu ‘epidermis’ (jaringan pelindung), ‘parenkim’ (jaringan dasar), ‘kolenkim’ (jaringan penyokong),

‘sklerenkim’ (jaringan penguat), ‘xilem & floem’ (jaringan penguat). Beberapa istilah asing atau nama biologi yang begitu banyak menyebabkan siswa kebingungan untuk menghafalkan, memahami serta menyambungkan satu konsep dengan konsep lainnya. Penggunaan strategi pembelajaran dan metode pembelajaran yang kurang tepat oleh guru dapat menambah kesulitan siswa untuk memahami materi jaringan tumbuhan (Nisak, 2021).

Materi jaringan tumbuhan juga terdiri dari berbagai konsep konkret yang sulit dilihat secara langsung serta kurang terfasilitasi oleh bahan ajar yang memadai (Yumarlin, 2013). Materi jaringan tumbuhan terdiri dari macam - macam gambar jaringan penyusun organ tumbuhan. Salah satu contoh adalah konsep mengenai jaringan epidermis. Bentuk konsep jaringan epidermis sering digambarkan sebagai lapisan terluar pada model jaringan tumbuhan dengan bentuk sel - sel rapat persegi panjang tanpa ruang antar sel. Sementara pada kenyataannya, epidermis dapat berubah menjadi berbagi derivat yang memiliki bentuk penyusun sel yang berbeda pula. Pembelajaran yang selama ini terjadi, hanya memusatkan pemahaman siswa pada pengetahuan terbatas sehingga siswa kurang memiliki keahlian untuk menganalisis.

Secara umum, materi jaringan tumbuhan dikelompokkan sebagai berikut:

c. Konsep Konkret

Terdiri dari pembelajaran mengenai morfologi dan anatomi jaringan tumbuhan, pengertian macam - macam jaringan tumbuhan, gambar bentuk struktur macam - macam jaringan dan organ tumbuhan, nama latin macam

(6)

- macam jaringan tumbuhan dan perbedaan tumbuhan dikotil dan monokotil.

a. Konsep Abstrak

Terdiri dari pembelajaran mengenai fisiologi setiap jaringan penyusun organ tumbuhan, penjelasan mengenai keterkaitan satu jaringan dengan jaringan tumbuhan yang lain dan fenomena - fenomena terkait kejadian khusus tumbuhan.

b. Konsep Kompleks

Terdiri dari pembelajaran mengenai pengelompokkan struktur jaringan penyusun organ tumbuhan berdasarkan morfologi, anatomi dan fisiologinya.

3. Media Pembelajaran Website

Media pembelajaran merupakan alat bantu untuk mempermudah proses transfer materi pembelajaran. Media pembelajaran yang tepat dapat membantu kesulitan yang dialami siswa dalam mengikuti proses pembelajaran(Hidayah et al., 2019). Segala jenis pengembangan yang telah dilakukan membuktikan bahwa pembelajaran biologi membutuhkan media pembelajaran. Salah satu media yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran biologi adalah website.

Website sebagai media pembelajaran harus memiliki seperangkat materi yang disusun sistematis dan memenuhi kompetensi belajar yang dapat dikuasai siswa. Website memberikan sajian berupa halaman internet yang dapat diakses melalui Uniform Resource Locator (URL). Siswa dapat mengakses sumber belajar yang menarik tanpa keharusan memiliki gawai canggih. Pengembangan website menggunakan google site dan canva.com dapat menciptakan website lebih menarik karena dapat menyelipkan animasi, video dan kolom komunikasi untuk mewujudkan pembelajaran interaktif (Mulyaningsih et al., 2017).

Menurut Asih (2018) diketahui bahwa terdapat komponen website secara umum yaitu:

a. Pendahuluan, bagian yang memaparkan petunjuk penggunaan website, kompetensi dasar dan tujuan pembelajaran

(7)

b. Isi, bagian untuk memaparkan materi yang tersusun dari konsep, fakta dan prosedur

c. Lembar kerja siswa, bagian yang dapat dikerjakan oleh siswa

d. Evaluasi, bagian yang terdiri dari soal dan kunci jawaban sebagai pengukur ketuntasan (Asih et al., 2018)

Pengelompokkan yang dilakukan oleh Asih (2018) telah menunjukkan komponen website secara umum. Website harus memiliki empat aspek tersebut agar materi pokok yang akan diberikan dapat tersampaikan dengan baik. Pencipta atau pengelola website dapat memberikan komponen tambahan untuk menambah daya tarik website. Media pembelajaran yang menarik berpotensi menambah motivasi belajar siswa.

Menurut penelitian sebelumnya diketahui bahwa penggunaan website pada materi jaringan tumbuhan dengan model pembelajaran ARIAS menyebabkan peningkatan hasil belajar siswa (Asih et al., 2018). Website dikatakan telah berhasil menjadi daya tarik siswa karena menjadi suatu media pembelajaran inovatif.

Penggunaan website edukatif pada kelas kontrol berhasil meningkatkan 11,1% hasil posttest dibadingkan dengan kelas kontrol. Peneliti membandingkan kelas eksperimen media website dengan kelas kontrol media powerpoint. Akan tetapi, peneliti belum menjelaskan pada bagian mana peningkatan yang dialami siswa setelah menggunakan media pembelajaran website edukatif. Peneliti juga belum menjelaskan bagaimana kemungkinan siswa menjawab asal pada posttest yang diberikan karena hasil belajar hanya dinilai dari aspek kognitif siswa dengan satu kali pengulangan. Meskipun penelitian website edukatif telah dilakukan pada materi jaringan tumbuhan, penelitian belum bisa dikatakan sesuai dengan kondisi saat ini dimana penggunaan website penelitian sebelumnya dilakukan ketika pembelajaran offline masih berlangsung dan dikatakan bahwa salah satu daya tarik siswa adalah karena menggunakan ruang multimedia untuk mengakses website edukatif. Oleh sebab kondisi lapangan yang berbeda pada setiap penelitian, maka diperlukan validasi pada media pembelajaran pada setiap perlakuan untuk mengetahui kelayakan media.

(8)

B. Kerangka Berpikir

Pembelajaran materi jaringan tumbuhan memiliki beberapa masalah yang disebabkan oleh beberapa hal menurut penelitian sebelumnya. Permasalahan dikelompokkan menjadi dua yaitu masalah internal dan eksternal. Kedua kelompok besar masalah perlu dianalisis untuk diidentifikasi lebih dalam agar dapat segera dicarikan solusi. Sementara itu, terdapat sebuah media pembelajaran Website BiTe yaitu website berisi materi biologi khususnya materi jaringan tumbuhan. Media website diprediksi mampu menjadi media pembelajaran yang menarik daya tarik siswa sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Media Website BiTe diharapkan dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk permasalahan pembelajaran yang terjadi pada materi jaringan tumbuhan.

(9)

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian Pembelajaran Materi

jaringan tumbuhan

Media pembelajaran Website BiTe

Masalah Internal Latar belakang siswa Kepribadian siswa Sikap belajar siswa

Masalah Eksternal Konten Materi Evaluasi Model Pembelajaran Sarana Prasarana

Website diprediksi dapat menjadi media pembelajaran yang menarik

Website BiTe diprediksi dapat menjadi alternatif solusi untuk

permasalahan pembelajaran materi jaringan tumbuhan

Analisis Permasalahan Pembelajaran Materi Jaringan

Tumbuhan

Validasi Media Pembelajaran Website BiTe untuk menilai

kelayakan media

Analisis Permasalahan Pembelajaran Materi Jaringan Tumbuhan dan Validasi Media Pembelajaran Website BiTe

Gambar

Gambar 2. 1 Bagan Kerangka Berpikir Penelitian  Pembelajaran Materi  jaringan tumbuhan   Media pembelajaran Website BiTe  Masalah Internal  Latar belakang siswa  Kepribadian siswa  Sikap belajar siswa

Referensi

Dokumen terkait

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Hasil pengujian adaptifitas yang dilakukan pada game dengan genre Turn-Based Role Playing Game berdasarkan tiga parameter pengujian yakni efektifitas, efisiensi,

Analisis stilistika pada ayat tersebut adalah Allah memberikan perintah kepada manusia untuk tetap menjaga dirinya dari orang-orang yang akan mencelakainya dengan jalan

Disini penulis mencoba membuat suatu alat elektronik yang bermanfaat bagi orang banyak, khususnya untuk pengamanan pada pintu atau tempat yang dianggap berharga, alat tersebut adalah

Lalu salah satu dari mereka mengatakan, 'Sebaiknya kita membolongi tempat kita ini sehingga kita tidak mengganggu orang lain.' Jika orang-orang yang ada di atas membiarkan

Agar penyeleksian karyawan dapat dilakukan dengan lebih efisien serta menghindari subyektifitas keputusan yang dihasilkan, diperlukan suatu Sistem Penunjang Keputusan (SPK)

Regulasi • Belum adanya national policy yang terintegrasi di sektor logistik, regulasi dan kebijakan masih bersifat parsial dan sektoral dan law enforcement lemah.. Kelembagaan

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan