STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN
SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DIAN ULFA RIANDA NIM 141501232
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN
SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
DIAN ULFA RIANDA NIM 141501232
PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2019
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat Tradisional pada Tiga Kecamatan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan berterimakasih kepada Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis tidak lupa pula menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Imam Bagus Sumantri, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan nasihat dan bimbingan selama masa pendidikan.
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku Ketua Departemen Biologi Farmasi dan Bapak Imam Bagus
Sumantri, S.Si., M.Si., Apt., selaku Plt. Sekretaris Departemen Biologi Farmasi yang telah memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini.
Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Drs. Erwan, M.Si dan Ibunda Sri Hartati, SKM serta adik Dian Furghoni Afdhala dan Dian Tasya Khalifah, serta keluarga besar tercinta atas doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Hanifah, Rekno, Atika, Loly, Arfah, Septy, Putry dan Farmasi 2014 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagii lmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.
Medan, 23 Januari 2019 Penulis
Dian Ulfa Rianda NIM 141501232
STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN SELUMA, PROVINSI
BENGKULU
ABSTRAK
Latar Belakang : Obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Indonesia masih memiliki banyak daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam khususnya tanaman obat, salah satu daerah yang masih kaya akan sumber daya alam dan lahan yang luas yaitu Kabupaten Seluma yang berada di Provinsi Bengkulu. Seluma memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup besar, sebagian besar masyarakat Seluma bekerja sebagai petani sehingga potensi tanaman obat yang dilestarikan cukup tinggi.
Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan mengetahui bagaimana cara pemanfaatannya sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang berkasiat, aman dan terjangkau oleh masyarakat serta dapat mengetahui jenis-jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman obat.
Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode wawancara kepada tabib dengan pengambilan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.
Hasil : Hasil penelitian pada tiga Kecamatan di Kabupaten Seluma,Provinsi Bengkulu yaitu terdapat 34 jenis tanaman obat yang berasal dari 27 famili.
Pengolahan tanaman sebagai obat cukup bervariasi diantaranya dengan cara diparut, diperas, digerus, direbus, diremas, ditumbuk, diseduh, dikukus dan dijemur sehingga dapat menyembuhkan 39 jenis penyakit.
Kesimpulan : Tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan adalah Mengkudu yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu, amandel dan lever.
Kata Kunci: Pemanfaatan tanaman, Obat Tradisional, Seluma.
STUDY OF THE USE OF PLANTS AS TRADITIONAL MEDICINES IN THREE SUB-DISTRICTS IN SELUMA DISTRICT, BENGKULU
PROVINCE ABSTRACT
Background: Traditional medicine is a hereditary inheritance inherited from generation to generation both orally and in writing. Indonesia still has many areas that are rich in natural resources, especially medicinal plants, one of the areas that is still rich in natural resources and extensive land, namely Seluma District, which is in Bengkulu Province. Seluma has considerable natural and human resource potential, most of the Seluma people work as farmers so that the potential for preserved medicinal plants is quite high.
Objective: This study aims to determine the types of plants that can be used as traditional medicine and know how to use them so that they can be used as traditional medicine that is effective, safe and affordable for the community and can know the types of diseases that can be treated with medicinal plants.
Method: This study is a descriptive study that uses interview methods to physicians with data collection using observation and documentation techniques.
Results: The results of the study in three sub-districts in Seluma District, Bengkulu Province, were 34 types of medicinal plants from 27 families. The processing of plants as a drug is quite varied, among others by being grated, squeezed, crushed, boiled, kneaded, pounded, brewed, steamed to treat 39 types of diseases.
Conclusion: The most widely used medicinal plants as traditional medicine in Seluma Kota District, Seluma Timur and Seluma Selatan are Noni which are used to treat hypertension, appendicitis, tonsils and liver.
Key Words: Plant utilization, Traditional Medicine, Seluma.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
KATA PENGANTAR ... iv
HALMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
DAFTAR ISI ... ix
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan Penelitian ... 4
1.3 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Definisi Obat Tradisional ... 5
2.2 Tumbuhan yang Berkhasiat sebagai Obat ... 5
2.3 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Obat ... 5
2.4 Jenis-Jenis Obat Tradisional ... 7
2.5 Sumber Obat Tradisional ... 9
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional ... 11
2.6.1 Kelebihan Obat Tradisional ... 11
2.6.2 Kelemahan Obat Tradisional... 12
2.7 Gambaran Umum Kabupaten Seluma ... 12
BAB III METODE PENELITIAN... 14
3.1 Jenis Penelitian ... 14
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14
3.3 Responden ... 14
3.4 Tahap Persiapan ... 14
3.5 Tahap Pengumpulan Data ... 15
3.6 Analisis Data ... 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16
4.1 Karakteristik Responden ... 16
4.2 Jenis-jenis Tanaman yang dimanfaatkan Sebagai Obat Tradisional ... 18
4.3 Pembahasan ... 35
4.4 Sistematika Tanaman Obat ... 39
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 73
DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 76
DAFTAR TABEL
4.1 Karakteristik responden ... 16 4.2 Hasil pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional di tiga kecamatan ... 18
DAFTAR GAMBAR
2.1 Logo Dan Penandaan Jamu ... 8
2.2 Logo Dan Penandaan Obat Herbal Terstandar... 8
2.3 Logo Dan Penandaan Fitofarmaka ... 8
2.4 Peta Kabupaten Seluma... 13
DAFTAR LAMPIRAN
1 Surat izin penelitian di tiga Kecamatan, Kabupaten Seluma ... 76 2 Gambar Wawancara Dengan Tabib ... 77
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang berakar kuat dalam budaya bangsa, oleh karena itu baik dalam racikan maupun dalam penggunaannya sebagai obat tradisional masih berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Mabel dkk.., 2016). Obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat tradisional merupakan suatu aset nasional yang hingga saat ini tetap dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri (swamedikasi) oleh masyarakat diseluruh pelosok indonesia (Sjabana dan Dripa, 2002).
Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena mempunyai keunggulan, salah satunya adalah memiliki efek samping yang relatif rendah (Tjokronegoro, 1992). Racikan obat tradisional memiliki komponen-komponen yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan racikan obat memiliki efek saling mendukung, yakni pada beberapa tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Pemanfaatan obat tradisional sekarang ini mulai ‘naik daun” lagi karena faktor ekonomi yang menurun dan harga obat kimia relatif mahal (Kasrina, 2015).
Salah satu daerah di Indonesia yang masih kaya akan sumber daya alam dan lahan yang luas yaitu Kabupaten Seluma yang merupakan salah satu dari sepuluh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Secara geografis wilayah
Kabupaten Seluma berada di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan, Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan dan Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kelompok etnis yang ada di Kabupaten Seluma terdiri dari Serawai, Jawa, Rejang, Lembak, Pasemah, Minangkabau, Melayu, Sunda, dan Batak (Sarpintono, 2013).
Suku Serawai merupakan salah satu suku terbesar di Provinsi Bengkulu, sebagian besar berdomisili di wilayah Bengkulu bagian Selatan di kawasan Bukit Barisan Selatan, tanah kediaman suku Serawai cukup subur sehingga mereka memilih mata pencaharian dengan bercocok tanam di sawah atau di ladang.
Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian dan perkebunan sehingga mereka masih menggunakan obat-obat tradisional dalam pengobatan dan pengetahuan mengenai obat-obat tradisional yang diperoleh secara turun-temurun(Yulianti, 2014).
Zaman dahulu Suku Serawai di Provinsi Bengkulu menyimpan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dalam bentuk tulisan atau dokumen empat naskah kuno yang disebut dengan naskah Ka Ga Nga. Selain sumber daya alam, Seluma memiliki potensi sumber daya manusia yang bisa dikatakan cukup besar, dilihat dari data tingkat pendidikan dan aktivitas sebagian besar masyarakat Seluma keseharianya bekerja sebagai petani maka sangat tepat bila tanaman obat banyak dilestarian di Seluma. Pengobatan tradisional telah lama dilakukan di Seluma secara turun temurun, masyarakat yang khususnya mempunyai pekarangan baik sempit maupun luas banyak yang memanfaatkan
pekarangannya untuk ditanami berbagai macam tanaman yang dapat dikonsumsi maupun dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat (Kasrina, 2015).
Masyarakat Seluma pada umunya melakukan pengobatan tradisonal dengan seorang tabib, karena harga obat sintetik yang mahal sehingga masyarakat hingga saat ini masih menggunakan pengobatan secara tradisonal. Manfaat menggunakan obat tradisional sangat banyak karena mereka tidak akan merasakan efek samping dari ramuan herbal, berbeda jika masyarakat bergantung dengan obat-obatan sintetik selain harganya mahal, resiko efek samping untuk kesehatan jangka panjang juga sangat mengkhawatirkan, hal ini relevan dengan hasil penelitian (Sari dkk., 2015), bahwa manfaat tanaman obat disamping untuk menambah penghasilan keluarga, juga untuk melestarikan tradisi, menghemat biaya berobat dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif.
Fasilitas pengobatan medis di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersedia tetapi sebagian besar masyarakat cenderung lebih mengutamakan pengobatan tradisional karena bahannya lebih aman dan murah serta banyak tersedia dipekarangan, hal ini relevan dengan pernyataan (Dewanto, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga terjadi di kota besar.
Penelitian ini dilakukan karena pemanfaatan tanaman secara tradisional pada tiga Kecamatan ini belum diteliti dan dikaji secara mendalam sehingga belum adanya dokumentasi, sehingga ilmu tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional ini hanya diwariskan secara lisan, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa lama kelamaan ilmu ini akan menghilang atau resepnya tidak komplit. Maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tanaman
sebagai obat, agar tersedia informasi yang lengkap dan akurat mengenai jenis tanaman yang digunakan sebagai obat serta cara pemanfaatannya di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga dianggap perlu untuk dikaji lebih dalam tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisonal yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :
a. Jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
b. Cara pengolahan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
c. Jenis-jenis penyakit yang diobati dengan tanaman obat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi sumber informasi mengenai pengobatan tradisional menggunakan tanaman bagi masyarakat dan dapat menjadi sumber pertimbangan untuk melakukan pembudidayaan tanaman obat bagi pemerintah setempat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terkait tanaman obat tradisional.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Obat Tradisional
Obat Tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan pengobatan penyakit (Farmako Herbal Indonesia Edisi I, 2008).
Obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat tradisional sebagian besar berasal dari tanaman obat. Obat tradisional merupakan suatu aset nasional yang hingga saat ini tetap dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri (swamedikasi) oleh masyarakat diseluruh pelosok indonesia (Sjabana dan Dripa, 2002).
2.2 Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat
Berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, tidak terlepas dari kandungan kimianya, kandungan kimia dari masing-masing tumbuhan obat bisa berbeda di setiap wilayah atau negara, tergantung iklim, ketinggian, jenis tanah, perlakuan terhadap tanamannya (kecuali tumbuhan liar) dan cara pengolahannya (Dalimartha, 2008).
2.3 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat
Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat diantaranya (Widyastuti, 2004):
a. Kulit (cortex)
Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu. Contoh: kina, kayu manis dan secang.
b. Kayu (lignum)
Kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.
Contoh: kayu secang dan kayu cendana.
c. Daun (folium)
Folium merupakan jenis simplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri. Contoh:
bayam merah, cincau dan katuk.
d. Bunga (flos)
Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga. Contoh: bunga matahari, bunga sedap malam dan mawar.
e. Akar (radix)
Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari bagian akar. Contoh: alang-alang, akar wangi dan gandapura.
f. Umbi
Umbi adalah organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya, bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya. Contoh: talas, kentang dan singkong.
g. Rimpang (rhizoma)
Rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan- potongan rimpang. Contoh: kunyit, lengkuas dan temu putih.
h. Buah (fructus)
Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar. Contoh : jeruk nipis, sirsak dan pare.
i. Biji(semen)
Semen diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman. Contoh : Pinang, Pala, dan Mahoni.
j. Batang (caulis)
Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Contoh: Cendana, Pule dan Pasak Bumi.
2.4 Jenis-jenis Obat Tradisional
Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :
a. Jamu
Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris,
dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.
Gambar 2.1 Logo dan Penandaan Jamu b. Obat Herbal Terstandar (OHT)
Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.
Gambar 2.2 Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka
Fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku (Permenkes Nomor 760 Tahun 1992).
Gambar 2.3 Logo dan Penandaan Fitofarmaka
2.5 Sumber Obat Tradisional
Di jaman yang sudah modern ini, obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati, 2006) yaitu:
a. Obat Tradisional Buatan Sendiri
Pada zaman dahulu nenek moyang mempunyai kemampuan untuk menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati keluarga sendiri. Obat tradisional seperti inilah yang mendasari berkembangnya pengobatan tradisional di Indonesia. Oleh pemerintah, cara tradisional ini dikembangkan dalam program TOGA(Tanaman Obat Keluarga). Program ini lebih mengacu pada self care, yaitu pencegahan dan pengobatan ringan pada keluarga.
b. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu, yaitu : 1) Jamu Gendong
Salah satu penyedia obat tradisional yang paling sering ditemui adalah jamu gendong.
2) Peracik Jamu
Bentuk jamu menyerupai jamu gendong tetapi kemanfaatannya lebih khusus untuk kesehatan, misalnya untuk kesegaran, menghilangkan pegal linu, dan batuk.
3) Obat Tradisional dari Tabib
Dalam praktik pengobatannya, tabib menyediakan ramuannya yang berasal dari tanaman. Selain memberikan ramuan, para tabib umumnya mengombinasikan teknik lain seperti spiritual atau supranatural.
4) Obat Tradisional dari Shinse
Shinse merupakan pengobatan dari etnis Tionghoa yang mengobati pasien dengan menggunakan obat tradisional. Umumnya bahan-bahan tradisional yang
digunakan berasal dari Cina. Obat tradisional Cina berkembang baik di Indonesia dan banyak diimpor.
c. Obat Tradisional Buatan Industri, yaitu :
Terdapat 6 jenis industri dan usaha obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 tahun 2012, yaitu :
1). IOT (Industri Obat Tradisional)
Adalah industri yang memproduksi semua bentuk sediaan obat dan penanggung jawabnya adalah Apoteker. Izin IOT dilakukan dengan Menteri Kesehatan melalui Direktur Jendral Kementrian Kesehatan.
2). IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam)
Adalah industri yang memproduksi sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir dan penanggung jawabnya adalah Apoteker. Izin IEBA dilakukan dengan Menteri Kesehatan melalui Direktur Jendral Kementrian Kesehatan.
3). UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional)
Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional,kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Penanggung jawabnya adalah Tenaga Teknis Kefarmasian, izin UKOT dilakukan Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.
4). UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional)
Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalambentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan, Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus, izin UMOT dilakukan Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.
5). Usaha Jamu Racikan
Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus.
6). Usaha Jamu Gendong
Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus.
2.6 Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional 2.6.1 Kelebihan Obat Tradisional
a. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tumbuhan obat untuk indikasi tertentu.
b. Ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.
c. Pada satu tumbuhan bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada tumbuhan obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tumbuhan bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder.
d. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Suharminati dan Handayani, 2006).
2.6.2 Kelemahan Obat Tradisional
Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai mikroorganisme (Zein, 2005).
Menurut Zein (2005), Kelemahan tumbuhan obat sebagai berikut:
a. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan berdasarkan daerah tempatnya tumbuh.
b. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan dokter.
c. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka kurang menarik dibandingkan obat-obatan paten.
d. Kurangnya penelitian komprehensif dan terintergrasi dari tumbuhan obat.
e. Belum ada upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan obat.
2.7 Gambaran Umum Kabupaten Seluma
Kabupaten Seluma merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Seluma merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Ditinjau dari letak garis bujur dan lintangnya Kabupaten Seluma terletak pada koordinat 03˚49’55’66” LS - 04˚21’40’22” LS dan 101˚17’27’ 57” BT - 102˚59’40’54” BT dan secara geografis wilayah Kabupaten Seluma terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan yang secara administratif berbatasan dengan :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.
Gambar 2.4 Peta Kabupaten Seluma
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif menggunakan metode wawancara dengan pengambilan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan cara pemnafaatannya oleh masyarakat serta kelayakannya sebagai media informasi bagi masyarakat.
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai September 2018 di Kecamatan Seluma Kota, Kecamatan Seluma Selatan, Kecamatan Seluma Timur di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
3.3 Responden
Responden dalam penelitian ini adalah Tabib yang berjumlah 5 orang, terdiri dari 3 orang responden berjenis kelamin perempuan dan 2 orang responden berjenis kelamin laki-laki.
3.4 Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan administrasi dan melakukan observasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :
a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Kabupaten Seluma.
b. Menghubungi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas Farmasi USU.
3.5 Tahap Pengumpulan data
Pada tahap pelaksanaan penelitian peneliti melakukan pengambilan sampel,wawancara dan dokumentasi.
1. Wawancara
Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak terstruktur, yaitu dengan mewawancarai para pengobat tradisional (Tabib).
Pedoman wawancara yang digunakan membuat daftar pertanyaan yang berupa garis-garis besar dari permasalahan.
2. Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan sejalan dengan pengambilan sampel dan wawancara untuk melengkapi data penelitian.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode kualitatif.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Karakteristik Responden
Karakteristik responden pada Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, kelompok etnik, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden pada Tabel 4.1
Tabel 4.1 Karakteristik Responden
No Karakateristik Responden
Jumlah Responden
(Orang)
1.
Jenis Kelamin
a. Laki-Laki 2
b. Perempuan 3
2 Kelompok Usia (Tahun)
a. 51 – 55 1
b. 56– 60 2
c. 61 – 65 2
Rata – Rata Usia 58 Tahun 3.
Kelompok Etnik
a. Serawai 4
b. Jawa 1
4.
Tingkat Pendidikan
a. SMP 2
b. SMA 3
5.
Pekerjaan
a. Petani 2
b. Pedagang 2
c. Buruh 1
Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa 3 orang responden berjenis kelamin perempuan dan 2 orang responden berjenis kelamin laki-laki, berdasarkan kelompok usia, rata-rata responden berusia 58 tahun sedangkan berdasarkan kelompok etnik yang ada di kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma
Selatan adalah etnik serawai dan jawa yaitu etnik serawai sebanyak 4 orang responden dan etnik jawa sebesar 1 orang responden, dimana etnik serawai lebih dominan karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan mayoritas beretnik serawai, sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa responden tamatan SMP sebanyak 2 orang responden dan SMA sebanyak 3 orang responden, salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan terhambatnya faktor ekonomi dan masih kurangnya minat masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi serta masih minimnya kondisi sekolah yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.
Dan dari segi pekerjaan responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 2 orang, yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang dan yang bekerja sebagai buruh sebanyak 1 orang karena sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan bermata pencaharian sebagian besar sebagai petani dan pedagang sehingga banyak masyarakat Seluma pada umunya melakukan pengobatan tradisonal dengan seorang tabib, karena harga obat sintetik yang mahal sehingga masyarakat hingga saat ini masih menggunakan pengobatan secara tradisional.
4.2 Jenis-jenis tanaman yang di dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.
Jenis-jenis tanaman yang di dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 – Tabel 4.4, berikut:
Tabel 4.2 Hasil pemanfaatan tanaman sebagai Obat pada Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan
No Jenis tanaman Seluma Kota Seluma Timur Seluma Selatan
1. Morinda citrifolia L.
Rubiaceae
Nama tanaman : mengkudu Nama daerah : mengkudu Bagian yang dimanfaatkan : buah
Jenis penyakit yang diobati:
Usus buntu
Cara pemanfaatan : diparut, diperas dan disaring Komposisi : 2 buah mengkudu dan 1 sdm madu
Dosis : 2 x sehari Hipertensi
Cara pemanfaatan: direbus Komposisi : 2-3 buah mengkudu Dosis : 1 x sehari
Lever
Cara pemanfaatan: diparut dan diperas
Komposisi : 3 buah mengkudu yang masih mangkal
Dosis : 3 x sehari
-
Nama tumbuhan : mengkudu Nama daerah : mengkudu Bagian yang dimanfaatkan : buah
Jenis penyakit yang diobati:
Amandel
Cara pemanfaatan: diparut dan diseduh
Komposisi : 1 buah mengkudu, 100 ml air matang dan 1 sdt madu
Dosis : 1 x sehari Hipertensi
Cara pemanfaatan : diseduh Komposisi : 1 buah mengkudu dan 100 ml air matang
Dosis : 1 x sehari
2. Blumea balsamifera L.
Asteraceae
Nama tanaman : sembung Nama dearah : capo
Bagian yang dimanfaatkan : -
Nama tanaman : sembung Nama daerah : capo Bagian yang dimanfaatkan :
daun
Jenis penyakit yang diobati:
Wasir/ambein
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi: 20 g daun sembung muda, 4 g adas, 2 g kapur sirih dan 2 gelas air bersih
Dosis : 3 x sehari Demam
Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi: 4 lembar daun sembung
Dosis : 1 x sehari
daun
Jenis penyakit yang diobati:
Diare
Cara pemanfaatan : direbus dan disaring
Komposisi: 5 lembar daun sembung muda, 3 gelas air dan 1 sdm madu
Dosis : 3 x sehari
3. Alpina galanga L.
Zingiberaceae
Nama tanaman : lengkuas Nama daerah : lengkuas Jenis penyakit yang diobati : Kejang/step pada anak-anak Bagian yang dimanfaatkan: daun dan batang
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 lembar daun lengkuas dan 1 batang talas Dosis : 1 x sehari (selama 3 bulan)
Infeksi paru-paru
Bagian yang dimanfaatkan : rimpang
Nama tanaman : lengkuas Nama daerah : lengkuas Jenis penyakit yang diobati : Bronkitis
Bagian yang dimanfaatkan:
Rimpang
Cara pemanfaatan : diparut, diremas, diperas dan disaring Komposisi :1 jari rimpang lengkuas, ½ cangkir air masak dan 2 sdm madu
Dosis : 3 x sehari (secara rutin diminum setiap hari)
-
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 g lengkuas dan 1 sdm pati kunyit
Dosis:
3 x sehari (selama 7 hari) 4. Citrus aurantifolia L.
Rutaceae
Nama tanaman : jeruk nipis Nama daerah : limau nipis Bagian yang dimanfaatkan: buah Jenis penyakit yang diobati:
Gatal-gatal di kulit
Cara pemanfaatan : diiris tipis lalu direndam dengan air mendidih
Komposisi : 1 buah jeruk nipis Dosis : 2 x sehari (selama 1 bulan)
Nama tanaman : jeruk nipis Nama daerah : limau nipis Bagian yang dimanfaatkan: buah Jenis penyakit yang diobati:
Maag
Cara pemanfaatan : diperas Komposisi : 1 sdm air perasan jeruk nipis
Dosis : 1x sehari (selama 5 hari) Amandel
Cara pemanfaatan : Peras jeruk nipis dan parut kunyit lalu diperas, tambahkan madu dan dikocok kemudian tambahkan ½ gelas air, diaduk rata dan
disaring
Komposisi : 1 buah jeruk nipis, kunyit sebesar ibu jari, 1 sdm madu, dan ½ gelas air
Dosis : 1 x sehari Batuk
-
Cara pemanfaatan : diperas Komposisi :1 buah jeruk nipis, kecap/madu sama banyak dengan perasan air jeruk nipis Dosis : 2 x sehari
5. Psidium guajava L.
Myrtaceae
Nama tanaman : jambu biji Nama daerah : jambu batu Bagian yang dimanfaatkan : daun
Jenis penyakit yang diobati : Disentri
Cara pemanfaatan : ditumbuk Komposisi : 15 lembar daun jambu biji dan 2 g garam Dosis : 2 x sehari (selama 3 hari)
Nama tanaman : jambu biji Nama daerah : jambu batu Bagian yang dimanfaatkan : daun
Jenis penyakit yang diobati : Usus buntu
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 10 lembar daun jambu klutuk, arang kayu jati ½ potong jari, 1 gelas air.
Dosis: 2 x sehari
-
6. Piper betle L.
Piperaceae
Nama tanaman : sirih Nama daerah : sighia Bagian yang dimanfaatkan : daun
Jenis penyakit yang diobati : asma
Cara pemanfaatan : digerus daun sirih dan lada putih hingga halus lalu dicampurkan dengan minyak kayu putih secukupnya
-
Nama tanaman : sirih Nama daerah : sighia Bagian yang dimanfaatkan : Daun
Jenis penyakit yang diobati : Mimisan
Cara pemanfaatan : dilinting seperti rokok
Komposisi : 2-3 lembar daun sirih
Komposisi : 7 lembar daun sirih, 1 sdt lada putih dan minyak kayu putih secukupnya Takaran: oleskan pada bagian dada dan leher
Dosis : 2-3 kali sehari, masing- masing 1-2 jam
7. Kaempferia galanga L.
Zingiberaceae
Nama tanaman : kencur Nama daerah : kecugh Bagian yang dimanfaatkan:
Rimpang
Jenis penyakit yang diobati : Asma
Cara pemanfaatan : diparut, diperas dan dikocok
Komposisi : kencur secukupnya, 2 sdm madu dan 1 butir telur ayam
Dosis : 3 x sehari
- -
8. Solanum melongena L.
Solanaceae
-
Nama tanaman : terong ungu Nama daerah : teghung ungu Bagian yang dimanfaatkan : Buah
Jenis penyakit yang diobati : Nyeri Haid
Cara pemanfaatan : direbus dan disaring
Komposisi : 20 g terong ungu dan 1 gelas air
-
Dosis: 1 x sehari 9. Catharanthus roseus L.
Apocynaceae
- -
Nama tanaman : tapak dara Nama daerah : tapak dara Bagian yang dimanfaatkan:
Daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati : Kencing Manis
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 g daun, akar, batang tapak dara dan 3 gelas air
Dosis: 3 x sehari Batu Ginjal
Bagian yang dimanfaatkan:
Daun
Cara pemanfaatan : direbus dan disaring
Komposisi : 30 g daun tapak dara, 30 g daun keji beling, 15 g daun tempuyung, 600 ml air Dosis: 2 x sehari
10. Aloe vera L.
Xanthorrhoaeaceae
Nama tanaman : lidah buaya Nama daerah : lidah buayo Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:
Batuk
- -
Cara pemanfaatan : dicampur dan dilarutkan
Komposisi :1 tangkai lidah buaya dan 1 sdm madu murni
Dosis : 3 x sehari 11. Carica papaya L.
Caricaceae
-
Nama tanaman : bunga pepaya Nama daerah : bungo sengsilo Bagian yang dimanfaatkan:
Bunga
Jenis penyakit yang diobati:
Maag
Cara pemanfaatan : ditumbuk, diseduh dan disaring
Komposisi : 5 kuntum bunga pepaya, 10 kuntum bunga tanjung dan 5 siung bawang putih
Dosis : 2 x sehari
-
12. Colocasia esculenta L.
Araceae
Nama tanaman : talas Nama daerah : keladi Bagian yang dimanfaatkan:
Batang
Jenis penyakit yang diobati:
Batuk
Cara pemanfaatan :
dicampurkan dan dilarutkan
- -
Komposisi : air sadapan talas dan air sadapan belidang Dosis : 3 x Sehari
13. Ruta angustifolia L.
Rutaceae
-
Nama tanaman : inggu Nama daerah : inggu
Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:
Demam
Cara pemanfaatan : daun inggu direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas setelah dingin disaring
Komposisi : 4 g daun inggu dan 3 gelas air
Dosis : 3 x sehari
-
14. Syzygium polyanthum W.
Myrtaceae
- -
Nama tanaman : salam Nama daerah : salam Bagian yang dimanfaatkan:
Daun
Jenis penyakit yang diobati:
Asam Urat
Cara pemanfaatan : direbus dan disaring
Komposisi : 10 g daun salam dan 4 gelas air
Dosis : 2 x sehari
15. Annona muricata L.
Annonaceae
Nama tanaman : sirsak Nama daerah : sirangkayo Bagian yang dimanfaatkan:
Daun dan buah
Jenis penyakit yang diobati:
Diabetes
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : daun sirsak secukupnya dan kulit manggis secukupnya
Dosis : 2 x sehari
- -
16. Amaranthus hybridus L.
Amaranthaceae
-
Nama tanaman : bayam Nama daerah : bayam Bagian yang dimanfaatkan:
Daun
Jenis penyakit yang diobati:
Tekanan darah rendah
Cara pemanfaatan : ditumbuk dan disaring
Komposisi : 3 genggam daun bayam, 1 gelas air putih, 1 sdt gula pasir
Dosis : 2 x sehari (selama 3 hari)
-
17. Momordica charantia L.
Cucurbitaceae - -
Nama tanaman : pare Nama daerah : pare
Bagian yang dimanfaatkan: buah
Jenis penyakit yang diobati:
Radang Amandel
Cara pemanfaatan : dikukus, diperas dan dihaluskan Komposisi : 1 buah pare, air secukupnya, 10 gram kacang kedelai, gula putih secukupnya Dosis : 3 x sehari
18. Nephelium lappaceum L.
Sapindaceae
Nama tanaman : rambutan Nama daerah : rambut’an Bagian yang dimanfaatkan:
Batang
Jenis penyakit yang diobati:
Sariawan
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi: kulit kayu rambutan (tiga ruas jari) dan 2 gelas air Dosis : gunakan untuk berkumur (2 x sehari)
- -
19. Allium sativum L.
Liliaceae
-
Nama tanaman : bawang putih Nama daerah : bawang putia Bagian yang dimanfaatkan:
Umbi
Jenis penyakit yang diobati:
Kolesterol
Cara pemanfaatan : dihaluskan
-
Komposisi : 3 siung bawang putih, 2 buah pare, 1 terong ungu ukuran sedang dan ½ gelas air
Dosis : 1 x sehari 20. Eleutherine palmifolia L.
Iridaceae
- -
Nama tanaman : Bawang gunung Nama daerah : Bawang dayak
Bagian yang dimanfaatkan : Umbi
Jenis penyakit yang diobati : Kencing manis
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 5 siung bawang gunung
Dosis : 3 x sehari 21. Pterocarpus indicus W.
Fabaceae
Nama tanaman : angsana Nama daerah : angsana Bagian yang dimanfaatkan:
batang
Jenis penyakit yang diobati:
Tifus
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 kulit kayu angsana (10 x 15 cm), 1 kulit kayu
- -
sungkai (10 x 5 cm), 1 kulit kayu pete (10 x 5 cm)
Dosis : 3 x sehari (selama 4 hari) 22. Elephantopus scaber L.
Asteraceae
- -
Nama tanaman : tapak liman Nama daerah : tapak liman Bagian yang dimanfaatkan:
Daun dan umbi
Jenis penyakit yang diobati:
Stroke
Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 3 gram tapak liman,1 gram pegagan,3 gram bawang dayak
Dosis : 3 x sehari 23. Curcuma longa L.
Zingiberaceae
Nama tanaman : kunyit Nama daerah : kunyit Bagian yang dimanfaatkan:
Rimpang, batang dan buah Jenis penyakit yang diobati:
Vertigo
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 g kunyit, 1 sdm merica, 1 g gula merah, dan kulit kayu manis berukuran 5 x 10 cm Dosis : 3 x sehari (selama 3 hari)
- -
24. Sida rhombifolia L. Nama tanaman : sidaruri - -
Malvaceae Nama daerah : hidogori Bagian yang dimanfaatkan:
Daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati:
Asam urat
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : sidaguri secukupnya Dosis : 3 x sehari
25. Curcuma zedoria Zingiberaceae
Nama tanaman : temu putih Nama daerah : temu putia Bagian yang dimanfaatkan:
Daun dan umbi
Jenis penyakit yang diobati:
Kanker paru-paru
Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 20 g temu putih, 20 g kladitikus, 20 g bawang dayak, 20 g cakar ayam, 10 g sambiloto dan 20 g rumput mutiara Dosis : 3 x sehari
- -
26. Mimosa pudica Fabaceae
- -
Nama tanaman : putri malu Nama daerah : putri malu Bagian yang dimanfaatkan:
daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati:
Herpes
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 – 60 g daun, akar dan batang tanaman putri malu Dosis : 2 x sehari
27. Phyllanthus niruri L.
Euphorbiaceae
Nama tanaman : meniran Nama daerah : meniran Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:
Keputihan
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : meniran,
temulawak, sambiloto, pegagan secukupnya
Dosis : 3 x sehari
- -
28. Andrographis paniculata Acanthaceae
- -
Nama tanaman : sambiloto Nama daerah : sambiloto Jenis penyakit yang diobati : Malaria
Bagian yang dimanfaatkan : Daun
Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 lembar daun sambiloto
Dosis: 3 x sehari Kanker Rahim
Bagian yang dimanfaatkan : Daun dan umbi
Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 10 g sambiloto, 20 g kladitikus, 20 g bawang dayak, 20 g temu putih, 20 g rumput mutiara
Dosis: 3 x sehari 29. Acorus calamus L.
Acoraceae
Nama tanaman : jerangau Nama daerah : jerangau Bagian yang dimanfaatkan:
Batang, umbi dan daun Jenis penyakit yang diobati:
Cacingan
Cara pemanfaatan : jerangau, bawang putih dan daun inggu dijemur lalu ditumbuk menjadi serbuk dan diseduh dengan air panas lalu diminum
Komposisi : 1 batang jerangau, 1 siung bawang putih, 1 gram inggu dan 1 gelas air panas Dosis : 3 x sehari
- -
30. Erythrina variegata Fabaceae
Nama tanaman : dadap serep Nama daerah : dadap serep Bagian yang dimanfaatkan:
Daun dan buah
Jenis penyakit yang diobati:
Gondok
- -
Cara pemanfaatan : daun dadap serep muda dicampur sedikit adas dan kapur sirih lalu diremas-remas kemudian ditempelkan ke bagian yang sakit dan didiamkan seharian Komposisi : 2 - 3 lembar daun dadap serep muda, 4 - 5 gram adas, 4 - 5 gram kapur sirih Dosis : 1 x sehari
Bisul
Cara pemanfaatan : diremas- remas dan ditempelkan disekitar bisul sampai mengering
Komposisi : 5 - 7 gram dadap serep muda, 4 - 5 gram adas, 1 -2 gram kapur sirih
Takaran : ditempelkan pada bisul 1-2 kali sehari
31. Nelumbium nelumb Nymphaeaceae
Nama tanaman : teratai Nama daerah : teratai Bagian yang dimanfaatkan:
Rimpang
Jenis penyakit yang d iobati:
Muntah dan Diare
Cara pemanfaatan : diparut dan
- -
diseduh
Komposisi : 50 g rimpang teratai dan 10 g jahe
Dosis : 3 x sehari 32. Strobilanthes crispus L.
Acanthaceae
Nama tanaman : keji beling Nama daerah : keji beling Bagian yang dimanfaatkan:
Daun
Jenis penyakit yang diobati:
Infeksi Saluran Empedu Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 10 lembar daun keji Beling 15 lembar daun kumis kucing, dan 4 lembar daun kunyit
Dosis : 2 x sehari (Selama 30 hari)
- -
33. Piper cubeba L.
Piperaceae
Nama tanaman : kemukus Nama daerah : kemukus Bagian yang dimanfaatkan:
Buah
Jenis penyakit yang diobati:
Flu
Cara pemanfaatan : ditumbuk Komposisi : 2-3 buah kemukus Takaran : dihisap berulang kali
- -
sekitar 5-10 menit 34. Averrhoa bilimbi L.
Oxalidaceae
Nama tanaman : Belimbing wuluh Nama daerah : Belimbing bulua
Bagian yang dimanfaatkan:
Daun dan buah
Jenis penyakit yang diobati:
Ginjal
Cara pemanfaatan : daun sembung, brotowali,dan daun belimbing wuluh direbus
menjadi satu dengan 3 gelas air, biarkan tinggal setengahnya setelah itu air rebusan itu diberi gula batu dan perasan jeruk nipis lalu diaduk hingga rata Komposisi : 10 lembar daun belimbing wuluh,3 lembar daun sembung, 2 cm brotowali, 1 buah jeruk nipis, dan 3 sdm gula batu
Dosis : 1 x sehari (secara rutin)
- -
4.3 Pembahasan Berdasarkan survei yang dilakukan di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersebut diketahui nama lokal dan nama latin dan nama latin dari masing-masing tanaman. Jumlah tanaman obat yang digunakan yaitu sebanyak 34 jenis tanaman yang berasal dari 27 famili. Famili yang paling banyak dimanfaatkan adalah dari famili Zingiberaceae, yaitu sebanyak 5 jenis tanaman.
Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.2 terdapat persamaan dan perbedaan penggunaan jenis tanaman obat dari tiga Kecamatan tersebut, dimana di Kecamatan Seluma Kota paling banyak menggunakan jenis tanaman obat. Hal ini dikarenakan pada Kecamatan Seluma Kota yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam berbagai jenis tanaman obat. Dari hasil penelitian yang diperoleh terdapat persamaan jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional walaupun dari tanaman yang sama tetapi, khasiat dan cara pengolahannya berbeda. Tanaman tersebut yaitu mengkudu, sembung, lengkuas, jeruk nipis, jambu biji dan sirih.
Pengunaan tanaman mengkudu dimanfaatkan pada Kecamatan Seluma Kota dan Seluma Selatan, dimana pada Kecamatan Seluma Kota mengkudu digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu dan lever dan untuk Kecamatan Seluma Selatan mengkudu digunakan untuk mengobati penyakit amandel dan hipertensi. Selanjutnya tanaman sembung di Kecamtan Seluma Kota digunakan sebagai obat wasir/ambein dan dan demam sedangkan di Kecamatan Seluma Selatan, mengkudu digunakan untuk menyembuhkan penyakit diare.
Pemanfaatan tanaman lengkuas di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati step(kejang-kejang pada anak-anak) dan infeksi paru-paru,
sedangkan di Kecamatan Seluma Timur, lengkuas digunakan untuk mengobati penyakit bronkitis. Pemanfaatan tanaman jeruk nipis di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit gatal-gatal dikulit sedangkan di Kecamatan Seluma Timur digunakan untuk mengobati penyakit maag, amandel dan batuk.
Pemanfaatan tanaman jambu biji di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit disentri sedangkan di Kecamatan Seluma Selatan jambu biji digunakan untuk penyakit usus buntu. Pemanfaatan tanaman sirih di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit asma sedangkan di kecamatan seluma selatan digunakan untuk mengobati penyakit mimisan.
Bagian dari tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan, yaitu daun, buah,batang,umbi,rimpang,akar dan bunga, dari sejumlah bagian tanaman tersebut yang paling banyak digunakan adalah daun, yaitu sebanyak 28 jenis tanaman.
Sedangkan bagian buah sebanyak 14 jenis tanaman, bagian batang sebanyak 10 jenis tanaman, bagian umbi dan rimpang sebanyak 6 jenis tanaman, bagian akar sebanyak 3 jenis tanaman dan bagian bunga sebanyak 1 jenis tanaman. Daun banyak dimanfaatkan dikarenakan memiliki kandungan obat yang banyak, serta daun mudah diolah dengan strukturnya yang lembut dibandingkan dengan bagian tumbuhan yang lain, daun juga sangat mudah didapat dan tersedia terus-menerus sehingga daun lebih sering digunakan oleh masyarakat secara turun temurun (Hamzari, 2008).
Berdasarkan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa pemanfaatan tanaman obat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu direbus, diremas, dijemur, ditumbuk, diperas, diparut, diseduh, dioleskan, digosokkan, digerus dan dikukus. Cara pengolahan tanaman yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara direbus
sedangkan cara penggunaan yang paling banyak dilakukan yaitu dengan penggunaan tiga kali sehari.
Jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman obat tradisional dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu penyakit luar dan penyakit dalam. Jenis penyakit luar terdiri dari 4 jenis penyakit, yaitu herpes, sariawan, gatal-gatal dikulit dan bisul sedangkan penyakit dalam tediri dari 39 jenis penyakit, yaitu asma, batuk, hipertensi, demam, flu, kolestrol, maag, mimisan, vertigo, lever, diabetes, radang amandel, asam urat, kencing manis, nyeri haid, usus buntu, tekanan darah rendah, infeksi saluran empedu, tifus, wasir / ambein, ginjal, step, disentri, stroke, kanker rahim, keputihan, cacingan, kanker paru-paru, malaria, gondok, muntah dan diare, batu ginjal, tifus, dan bronkitis. Adapun dosis pemakaian ramuan obat-obatan bervariasi ada yang diminum secukupnya, dikonsumsi 3 kali sehari, dikonsumsi 2 kali sehari, dikonsumsi 1 kali sehari. Dan ada pula yang langsung dioleskan pada bagian yang membutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan yang paling banyak manfaatnya dalam pengobatan penyakit yaitu mengkudu yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu, amandel dan lever.
Fasilitas pengobatan medis di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersedia tetapi sebagian besar masyarakat cenderung lebih mengutamakan pengobatan tradisional karena bahannya lebih aman dan murah serta banyak tersedia dipekarangan. Hal ini relevan dengan pernyataan Dewanto (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang tidak memiliki/ jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kesehatan dan obat modern mudah diperoleh.
Obat tradisional mungkin dikatakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya obat modern/sintesis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman (Lestari, 2017). Ditinjau dari segi ekonomi adanya tanaman obat ini cukup membantu masyarakat untuk mendapatkan tambahan penghasilan, karena tanaman obat cukup laku di pasaran, dalam memperbaiki masalah kesehatan tanaman obat juga sangat membantu masyarakat, karena mereka tidak akan merasakan efek samping dari ramuan herbal yang mereka buat, berbeda jika masyarakat bergantung dengan obat-obatan sintetik selain harganya mahal, resiko efek samping untuk kesehatan jangka panjang juga sangat mengkhawatirkan. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Sari, dkk (2015) bahwa manfaat tanaman obat disamping untuk menambah penghasilan keluarga, juga untuk melestarikan tradisi, menghemat biaya berobat dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif.
4.4 Sistemika Tanaman Obat
1. Nama Tanaman : Mengkudu Nama Daerah : Mengkudu
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Gentianales
Famili : Rubiaceae
Genus : Morinda
Spesies : Morinda citrifolia L.
Kandungan Kimia : Polisakarida,ascorbid acid dan betacarotene Efek Farmakologi : Antihipertensi, usus buntu dan liver
(Sjabana dan Bahalwan, 2002).
Gambar 4.1 Tanaman Mengkudu
2. Nama Tanaman : Sembung
Nama Daerah : Capo
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Asterales
Famili : Asteraceae
Genus : Blumea
Spesies : Blumea balsamifera L.
Kandungan Kimia : Minyak atsiri 0,5% berupa sineol dan kamfer Efek Farmakologi : Dapat menurunkan kadar gula darah, antiradang,
memperlancar peredaran darah, mematikan pertumbuhan kuman, dan mengencerkan dahak (Mursito, 2007).
Gambar 4.2 Tanaman Sembung
3. Nama Tanaman : Kemukus
Nama Daerah : Kemukus
Divisi : Magnoliphyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Piperales
Famili : Piperaceae
Genus : Piper
Spesies : Piper cubeba L.
Kandungan Kimia : Saponin, flavonoida dan minyak atsiri.
Efek Farmakologi : Dapat menurunkan kontraksi usus, penghilang bau badan dan mulut, mengobati gangguan saluran pencernaan serta antiseptika (Mursito, 2007).
Gambar 4.3 Tanaman Kemukus
4. Nama Tanaman : Lengkuas
Nama Daerah : Lengkuas
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Alpinia
Spesies : Alpinia galanga L.
Kandungan Kimia : Mengandung minyak atsiri, camphor,seskuiterpen Efek Farmakologi : Dapat menurunkan panas, menetralkan racun,
menghilangkan nyeri(analgesik), antijamur
(antifungi), meningkatkan nafsu makan(stomakik) dan penyegar (stimulan) (Dalimartha, 2009).
Gambar 4.4 Tanaman Lengkuas
5. Nama Tanaman : Belimbing Wuluh Nama Daerah : Belimbing Bulua
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Geraniales
Famili : Oxalidaceae
Genus : Averrhoa
Spesies : Averrhoa bilimbi L.
Kandungan Kimia : Saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat dan sulfur.
Efek Farmakologi : Analgesik, antiradang, dan antidiuretik (Dalimartha, 2008).
Gambar 4.5 Tanaman Belimbing Wuluh
6. Nama Tanaman : Jeruk Nipis Nama Daerah : Limau Nipis
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Rutaceae
Genus : Citrus
Spesies : Citrus aurantifolia L.
Kandungan Kimia : Asam sitrat, asam amino triptofan, lisin, minyak atsiri terdiri dari sitral, limonen, , timol, dan kamfer, glukosida terdiri dari hisperidin, isohespiridin dan vitamin B.
Efek Farmakologi : Antipiretik, antidiare dan mengobati wasir (Mursito, 2007).
Gambar 4.6 Tanaman Jeruk Nipis
7. Nama Tanaman : Kencur
Nama Daerah : Kencugh
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monootyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Kaempferia
Spesies : Kaempferia galanga L.
Kandungan Kimia : Alkaloida, kamferin, mineral dan minyak atsiri Efek Farmakologi : Antiekspektoran, stimulansia dan karminativa
(Marjoni, 2017).
Gambar 4.7 Tanaman Kencur
8. Nama Tanaman : Sirih Nama Daerah : Sighia
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper
Spesies : Piper betle L.
Kandungan Kimia : Minyak atsiri hingga 4% berupa hidroksi, kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakol, terpen, dan seskuiterpen
Efek Farmakologi : Antibakteri, antijamur, ekspektoran dan antiseptic (Mursito, 2007).
Gambar 4.8 Tanaman Sirih
9. Nama Tanaman : Lidah Buaya Nama Daerah : Lidah Buayo
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Liliopsida
Ordo : Asparagales
Famili : Monotyledoneae
Genus : Aloe
Spesies : Aloe vera L.
Kandungan Kimia : Alonin, barbaloin, isobarbaloin, aloeemodin, aloenin, aloesin, polisakarida, asam amino, dan mineral.
Efek Farmakologi : Antiradang, peluruh haid dan parasitiside (Agoes, 2010).
Gambar 4.9 Tanaman Lidah Buaya
10. Nama Tanaman : Talas Nama Daerah : Keladi
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monotyledoneae Ordo : Alismatales Famili : Araceae Genus : Colocasia
Spesies : Colocasia esculenta L.
Kandungan Kimia : Vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi dan mineral Efek Farmakologi : Antibakteri, antivirus, menghambat pertumbuhan
sel kanker (Kurdi, 2010).
Gambar 4.10 Tanaman Talas
11. Nama Tanaman : Sirsak Nama Daerah : Sirangkayo Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona
Spesies : Annona muricata L.
Kandungan Kimia : Vitamin C, vitamin A, protein, kalsium, fosfor, tanin, fitosterol dan kalsium oksalat.
Efek Farmakologi : Antibakteri dan antikejang (Hariana, 2011).
Gambar 4.11 Tanaman Sirsak
12. Nama Tanaman : Rambutan Nama Daerah : Rambut’an Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Sapindales
Famili : Sapindaceae
Genus : Nephelium
Spesies : Nephelium lappaceum L.
Kandungan Kimia : Zat besi, kalsium, karbohidrat, fosfor, lemak, protein, vitamin C, polifenol, saponin, tanin, dan flavonoid.
Efek Farmakologi : Antipiretik, analgesik dan antihipertensi (Hariana, 2011).
Gambar 4.12 Tanaman Rambutan
13. Nama Daerah : Angsana Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Fabales
Famili : Papilionaceae Genus : Pterocarpus
Spesies : Pterocarpus indicus W.
Kandungan Kimia : Terpen, fenol, isoflavon, tanin dan ligan.
Efek Farmakologi : Antiinflamasi dan antibakteri (Armedita, dkk 2011).
Gambar 4.13 Tanaman Angsana
14. Nama Tanaman : Kunyit Nama Daerah : Kunyit
Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma longa L.
Kandungan Kimia : Turmerone, sesquiterpen, alkohol dan borneol.
Efek Farmakologi : Antioksidan, anti inflamasi, analgesik dan antibakteri (Dalimartha, 2009).
Gambar 4.14 Tanaman Kunyit
15. Nama Tanaman : Temu Putih Nama Daerah : Temu Putia
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Spesies : Curcuma zedoaria
Kandungan Kimia : Cineole, camphane, zingiberene, borneol, camphor, curcumin, resin, curcumol, curdione.
Efek Farmakologi : Antikanker, ekspektoran, analgesik,
memperlancar peredaran darah dan pernafasan (Hariana, 2011).
Gambar 4.15 Tanaman Temu Putih
16. Nama Tanaman : Meniran Nama Daerah : Meniran Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus
Spesies : Phyllanthus niruri L.
Kandungan Kimia : Senyawa flavonoid terdiri dari quercetin, astragalin,quercitrin; senyawa ligan terdiri dari phyllanthin, lintetralin, hinikinin; tanin, serta mineral terutama kalium.
Efek Farmakologi : Antihepatotoksik, antidiuretik, penambah nafsu makan, mengobati kencing batu, dan antijamur (Mursito, 2007).
Gambar 4.16 Tanaman Meniran