• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN

SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DIAN ULFA RIANDA NIM 141501232

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(2)

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN

SELUMA, PROVINSI BENGKULU SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH:

DIAN ULFA RIANDA NIM 141501232

PROGRAM STUDI SARJANA FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2019

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi Pemanfaatan Tanaman Sebagai Obat Tradisional pada Tiga Kecamatan di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu”. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Farmasi dari Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini penulis hendak menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan fasilitas dan masukan selama masa pendidikan dan penelitian. Penulis juga menyampaikan rasa hormat dan berterimakasih kepada Bapak Popi Patilaya, S.Si., M.Sc.,Apt., selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan, dan bantuan dengan penuh kesabaran, tulus dan ikhlas selama masa penelitian dan penulisan skripsi ini berlangsung. Penulis tidak lupa pula menyampaikan ucapan terimakasih kepada Bapak Dr. M. Pandapotan Nasution, MPS., Apt., dan Bapak Drs. Suryadi Achmad, M.Sc., Apt., selaku dosen penguji yang telah memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini dan kepada Bapak Imam Bagus Sumantri, S.Si., M.Si., Apt., selaku dosen penasihat akademik yang telah memberikan nasihat dan bimbingan selama masa pendidikan.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr. Marline Nainggolan, M.S., Apt., selaku Ketua Departemen Biologi Farmasi dan Bapak Imam Bagus

(5)

Sumantri, S.Si., M.Si., Apt., selaku Plt. Sekretaris Departemen Biologi Farmasi yang telah memberikan kritik serta saran dalam penyusunan skripsi ini.

Penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih serta penghargaan yang tulus dan tak terhingga kepada Ayahanda Drs. Erwan, M.Si dan Ibunda Sri Hartati, SKM serta adik Dian Furghoni Afdhala dan Dian Tasya Khalifah, serta keluarga besar tercinta atas doa dan dukungan baik moril maupun materil kepada penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan Hanifah, Rekno, Atika, Loly, Arfah, Septy, Putry dan Farmasi 2014 serta semua pihak yang telah memberikan bantuan dan semangat dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak guna perbaikan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagii lmu pengetahuan khususnya dalam bidang farmasi.

Medan, 23 Januari 2019 Penulis

Dian Ulfa Rianda NIM 141501232

(6)
(7)

STUDI PEMANFAATAN TANAMAN SEBAGAI OBAT TRADISIONAL PADA TIGA KECAMATAN DI KABUPATEN SELUMA, PROVINSI

BENGKULU

ABSTRAK

Latar Belakang : Obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan. Indonesia masih memiliki banyak daerah-daerah yang kaya akan sumber daya alam khususnya tanaman obat, salah satu daerah yang masih kaya akan sumber daya alam dan lahan yang luas yaitu Kabupaten Seluma yang berada di Provinsi Bengkulu. Seluma memiliki potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang cukup besar, sebagian besar masyarakat Seluma bekerja sebagai petani sehingga potensi tanaman obat yang dilestarikan cukup tinggi.

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan mengetahui bagaimana cara pemanfaatannya sehingga dapat dijadikan sebagai obat tradisional yang berkasiat, aman dan terjangkau oleh masyarakat serta dapat mengetahui jenis-jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman obat.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan metode wawancara kepada tabib dengan pengambilan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi.

Hasil : Hasil penelitian pada tiga Kecamatan di Kabupaten Seluma,Provinsi Bengkulu yaitu terdapat 34 jenis tanaman obat yang berasal dari 27 famili.

Pengolahan tanaman sebagai obat cukup bervariasi diantaranya dengan cara diparut, diperas, digerus, direbus, diremas, ditumbuk, diseduh, dikukus dan dijemur sehingga dapat menyembuhkan 39 jenis penyakit.

Kesimpulan : Tanaman obat yang paling banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan adalah Mengkudu yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu, amandel dan lever.

Kata Kunci: Pemanfaatan tanaman, Obat Tradisional, Seluma.

(8)

STUDY OF THE USE OF PLANTS AS TRADITIONAL MEDICINES IN THREE SUB-DISTRICTS IN SELUMA DISTRICT, BENGKULU

PROVINCE ABSTRACT

Background: Traditional medicine is a hereditary inheritance inherited from generation to generation both orally and in writing. Indonesia still has many areas that are rich in natural resources, especially medicinal plants, one of the areas that is still rich in natural resources and extensive land, namely Seluma District, which is in Bengkulu Province. Seluma has considerable natural and human resource potential, most of the Seluma people work as farmers so that the potential for preserved medicinal plants is quite high.

Objective: This study aims to determine the types of plants that can be used as traditional medicine and know how to use them so that they can be used as traditional medicine that is effective, safe and affordable for the community and can know the types of diseases that can be treated with medicinal plants.

Method: This study is a descriptive study that uses interview methods to physicians with data collection using observation and documentation techniques.

Results: The results of the study in three sub-districts in Seluma District, Bengkulu Province, were 34 types of medicinal plants from 27 families. The processing of plants as a drug is quite varied, among others by being grated, squeezed, crushed, boiled, kneaded, pounded, brewed, steamed to treat 39 types of diseases.

Conclusion: The most widely used medicinal plants as traditional medicine in Seluma Kota District, Seluma Timur and Seluma Selatan are Noni which are used to treat hypertension, appendicitis, tonsils and liver.

Key Words: Plant utilization, Traditional Medicine, Seluma.

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

HALMAN PERNYATAAN ORISINALITAS... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 4

1.3 Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Definisi Obat Tradisional ... 5

2.2 Tumbuhan yang Berkhasiat sebagai Obat ... 5

2.3 Bagian Tumbuhan yang Dimanfaatkan sebagai Obat ... 5

2.4 Jenis-Jenis Obat Tradisional ... 7

2.5 Sumber Obat Tradisional ... 9

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional ... 11

2.6.1 Kelebihan Obat Tradisional ... 11

2.6.2 Kelemahan Obat Tradisional... 12

2.7 Gambaran Umum Kabupaten Seluma ... 12

BAB III METODE PENELITIAN... 14

3.1 Jenis Penelitian ... 14

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian ... 14

3.3 Responden ... 14

3.4 Tahap Persiapan ... 14

3.5 Tahap Pengumpulan Data ... 15

3.6 Analisis Data ... 15

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 16

4.1 Karakteristik Responden ... 16

4.2 Jenis-jenis Tanaman yang dimanfaatkan Sebagai Obat Tradisional ... 18

4.3 Pembahasan ... 35

4.4 Sistematika Tanaman Obat ... 39

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 73

(10)

DAFTAR PUSTAKA ... 74 LAMPIRAN ... 76

(11)

DAFTAR TABEL

4.1 Karakteristik responden ... 16 4.2 Hasil pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional di tiga kecamatan ... 18

(12)

DAFTAR GAMBAR

2.1 Logo Dan Penandaan Jamu ... 8

2.2 Logo Dan Penandaan Obat Herbal Terstandar... 8

2.3 Logo Dan Penandaan Fitofarmaka ... 8

2.4 Peta Kabupaten Seluma... 13

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

1 Surat izin penelitian di tiga Kecamatan, Kabupaten Seluma ... 76 2 Gambar Wawancara Dengan Tabib ... 77

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat tradisional merupakan warisan turun-temurun dari nenek moyang yang berakar kuat dalam budaya bangsa, oleh karena itu baik dalam racikan maupun dalam penggunaannya sebagai obat tradisional masih berdasarkan pengalaman yang diturunkan dari generasi ke generasi baik secara lisan maupun tulisan (Mabel dkk.., 2016). Obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat tradisional merupakan suatu aset nasional yang hingga saat ini tetap dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri (swamedikasi) oleh masyarakat diseluruh pelosok indonesia (Sjabana dan Dripa, 2002).

Obat tradisional pada saat ini banyak digunakan karena mempunyai keunggulan, salah satunya adalah memiliki efek samping yang relatif rendah (Tjokronegoro, 1992). Racikan obat tradisional memiliki komponen-komponen yang berbeda-beda, hal ini menyebabkan racikan obat memiliki efek saling mendukung, yakni pada beberapa tanaman memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Pemanfaatan obat tradisional sekarang ini mulai ‘naik daun” lagi karena faktor ekonomi yang menurun dan harga obat kimia relatif mahal (Kasrina, 2015).

Salah satu daerah di Indonesia yang masih kaya akan sumber daya alam dan lahan yang luas yaitu Kabupaten Seluma yang merupakan salah satu dari sepuluh Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Secara geografis wilayah

(15)

Kabupaten Seluma berada di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan, Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah, Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan dan Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia. Kelompok etnis yang ada di Kabupaten Seluma terdiri dari Serawai, Jawa, Rejang, Lembak, Pasemah, Minangkabau, Melayu, Sunda, dan Batak (Sarpintono, 2013).

Suku Serawai merupakan salah satu suku terbesar di Provinsi Bengkulu, sebagian besar berdomisili di wilayah Bengkulu bagian Selatan di kawasan Bukit Barisan Selatan, tanah kediaman suku Serawai cukup subur sehingga mereka memilih mata pencaharian dengan bercocok tanam di sawah atau di ladang.

Secara tradisional, suku Serawai hidup dari kegiatan di sektor pertanian dan perkebunan sehingga mereka masih menggunakan obat-obat tradisional dalam pengobatan dan pengetahuan mengenai obat-obat tradisional yang diperoleh secara turun-temurun(Yulianti, 2014).

Zaman dahulu Suku Serawai di Provinsi Bengkulu menyimpan pengetahuan tentang pemanfaatan tumbuhan sebagai obat dalam bentuk tulisan atau dokumen empat naskah kuno yang disebut dengan naskah Ka Ga Nga. Selain sumber daya alam, Seluma memiliki potensi sumber daya manusia yang bisa dikatakan cukup besar, dilihat dari data tingkat pendidikan dan aktivitas sebagian besar masyarakat Seluma keseharianya bekerja sebagai petani maka sangat tepat bila tanaman obat banyak dilestarian di Seluma. Pengobatan tradisional telah lama dilakukan di Seluma secara turun temurun, masyarakat yang khususnya mempunyai pekarangan baik sempit maupun luas banyak yang memanfaatkan

(16)

pekarangannya untuk ditanami berbagai macam tanaman yang dapat dikonsumsi maupun dapat digunakan sebagai sumber tanaman obat (Kasrina, 2015).

Masyarakat Seluma pada umunya melakukan pengobatan tradisonal dengan seorang tabib, karena harga obat sintetik yang mahal sehingga masyarakat hingga saat ini masih menggunakan pengobatan secara tradisonal. Manfaat menggunakan obat tradisional sangat banyak karena mereka tidak akan merasakan efek samping dari ramuan herbal, berbeda jika masyarakat bergantung dengan obat-obatan sintetik selain harganya mahal, resiko efek samping untuk kesehatan jangka panjang juga sangat mengkhawatirkan, hal ini relevan dengan hasil penelitian (Sari dkk., 2015), bahwa manfaat tanaman obat disamping untuk menambah penghasilan keluarga, juga untuk melestarikan tradisi, menghemat biaya berobat dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif.

Fasilitas pengobatan medis di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersedia tetapi sebagian besar masyarakat cenderung lebih mengutamakan pengobatan tradisional karena bahannya lebih aman dan murah serta banyak tersedia dipekarangan, hal ini relevan dengan pernyataan (Dewanto, 2007) yang menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga terjadi di kota besar.

Penelitian ini dilakukan karena pemanfaatan tanaman secara tradisional pada tiga Kecamatan ini belum diteliti dan dikaji secara mendalam sehingga belum adanya dokumentasi, sehingga ilmu tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisional ini hanya diwariskan secara lisan, sehingga tidak menutup kemungkinan bahwa lama kelamaan ilmu ini akan menghilang atau resepnya tidak komplit. Maka sangat perlu dilakukan penelitian tentang pemanfaatan tanaman

(17)

sebagai obat, agar tersedia informasi yang lengkap dan akurat mengenai jenis tanaman yang digunakan sebagai obat serta cara pemanfaatannya di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.

Berdasarkan latar belakang tersebut, sehingga dianggap perlu untuk dikaji lebih dalam tentang pemanfaatan tanaman sebagai obat tradisonal yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.

1.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui :

a. Jenis-jenis tanaman yang dapat dimanfaatkkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

b. Cara pengolahan tanaman yang dapat dimanfaatkan sebagai obat tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

c. Jenis-jenis penyakit yang diobati dengan tanaman obat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat menjadi sumber informasi mengenai pengobatan tradisional menggunakan tanaman bagi masyarakat dan dapat menjadi sumber pertimbangan untuk melakukan pembudidayaan tanaman obat bagi pemerintah setempat serta dapat menambah wawasan dan pengetahuan penulis terkait tanaman obat tradisional.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Obat Tradisional

Obat Tradisional merupakan salah satu warisan budaya bangsa indonesia yang telah digunakan selama berabad-abad untuk pemeliharaan dan peningkatan kesehatan serta pencegahan dan pengobatan penyakit (Farmako Herbal Indonesia Edisi I, 2008).

Obat tradisional adalah obat yang telah terbukti digunakan oleh sekelompok masyarakat secara turun temurun untuk memelihara kesehatan ataupun untuk mengatasi gangguan kesehatan. Obat tradisional sebagian besar berasal dari tanaman obat. Obat tradisional merupakan suatu aset nasional yang hingga saat ini tetap dimanfaatkan sebagai usaha pengobatan sendiri (swamedikasi) oleh masyarakat diseluruh pelosok indonesia (Sjabana dan Dripa, 2002).

2.2 Tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat

Berbagai jenis tumbuhan yang berkhasiat sebagai obat, tidak terlepas dari kandungan kimianya, kandungan kimia dari masing-masing tumbuhan obat bisa berbeda di setiap wilayah atau negara, tergantung iklim, ketinggian, jenis tanah, perlakuan terhadap tanamannya (kecuali tumbuhan liar) dan cara pengolahannya (Dalimartha, 2008).

2.3 Bagian tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai obat

Bagian-bagian tumbuhan yang digunakan sebagai obat diantaranya (Widyastuti, 2004):

(19)

a. Kulit (cortex)

Kortek adalah kulit bagian terluar dari tanaman tingkat tinggi yang berkayu. Contoh: kina, kayu manis dan secang.

b. Kayu (lignum)

Kayu merupakan pemanfaatan bagian dari batang atau cabang.

Contoh: kayu secang dan kayu cendana.

c. Daun (folium)

Folium merupakan jenis simplisia yang paling banyak digunakan sebagai bahan baku ramuan obat tradisional maupun minyak atsiri. Contoh:

bayam merah, cincau dan katuk.

d. Bunga (flos)

Bunga sebagai simplisia dapat berupa bunga tunggal atau majemuk, bagian bunga majemuk serta komponen penyusun bunga. Contoh: bunga matahari, bunga sedap malam dan mawar.

e. Akar (radix)

Akar tanaman yang sering dimanfaatkan untuk bahan obat dapat berasal dari bagian akar. Contoh: alang-alang, akar wangi dan gandapura.

f. Umbi

Umbi adalah organ tumbuhan yang mengalami perubahan ukuran dan bentuk (pembengkakan) sebagai akibat perubahan fungsinya, bentuk ukuran umbi bermacam-macam tergantung dari jenis tanamannya. Contoh: talas, kentang dan singkong.

g. Rimpang (rhizoma)

Rimpang adalah produk tanaman obat berupa potongan- potongan rimpang. Contoh: kunyit, lengkuas dan temu putih.

(20)

h. Buah (fructus)

Simplisia buah ada yang lunak dan ada pula yang keras. Buah yang lunak akan menghasilkan simplisia dengan bentuk dan warna yang sangat berbeda, khususnya bila buah masih dalam keadaan segar. Contoh : jeruk nipis, sirsak dan pare.

i. Biji(semen)

Semen diambil dari buah yang telah masak sehingga umumnya sangat keras. Bentuk dan ukuran simplisia biji pun bermacam-macam tergantung dari jenis tanaman. Contoh : Pinang, Pala, dan Mahoni.

j. Batang (caulis)

Batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan. Contoh: Cendana, Pule dan Pasak Bumi.

2.4 Jenis-jenis Obat Tradisional

Berdasarkan Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat Dan Makanan Republik Indonesia, Nomor : HK.00.05.4.2411 tentang Ketentuan Pokok Pengelompokkan dan Penandaan Obat Bahan Alam Indonesia, obat tradisional yang ada di Indonesia dapat dikategorikan menjadi :

a. Jamu

Jamu adalah obat tradisional Indonesia yang tidak memerlukan pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan pembuktian empiris atau turun temurun. Jamu harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris,

(21)

dan memenuhi persyaratan mutu yang berlaku. Contoh : Tolak Angin®, Antangin®, Woods’ Herbal®, Diapet Anak®, dan Kuku Bima Gingseng®.

Gambar 2.1 Logo dan Penandaan Jamu b. Obat Herbal Terstandar (OHT)

Obat Herbal Terstandar (OHT) adalah sediaan obat bahan alam yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya secara ilmiah dengan uji praklinik pada hewan dan bahan bakunya telah di standarisasi. Obat herbal terstandar harus memenuhi kriteria aman sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan, klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik, telah dilakukan standarisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi. Contoh : Diapet®, Lelap®, Fitolac®, Diabmeneer®, dan Glucogarp®.

Gambar 2.2 Logo dan Penandaan Obat Herbal Terstandar c. Fitofarmaka

Fitofarmaka adalah sediaan obat dan obat tradisional yang telah dibuktikan keamanan dan khasiatnya, bahan bakunya terdiri dari simplisia atau sediaan galenik yang telah memenuhi persyaratan yang berlaku (Permenkes Nomor 760 Tahun 1992).

Gambar 2.3 Logo dan Penandaan Fitofarmaka

(22)

2.5 Sumber Obat Tradisional

Di jaman yang sudah modern ini, obat tradisional dapat diperoleh dari berbagai sumber (Lestari dan Suharmiati, 2006) yaitu:

a. Obat Tradisional Buatan Sendiri

Pada zaman dahulu nenek moyang mempunyai kemampuan untuk menggunakan ramuan tradisional untuk mengobati keluarga sendiri. Obat tradisional seperti inilah yang mendasari berkembangnya pengobatan tradisional di Indonesia. Oleh pemerintah, cara tradisional ini dikembangkan dalam program TOGA(Tanaman Obat Keluarga). Program ini lebih mengacu pada self care, yaitu pencegahan dan pengobatan ringan pada keluarga.

b. Obat Tradisional dari Pembuat Jamu, yaitu : 1) Jamu Gendong

Salah satu penyedia obat tradisional yang paling sering ditemui adalah jamu gendong.

2) Peracik Jamu

Bentuk jamu menyerupai jamu gendong tetapi kemanfaatannya lebih khusus untuk kesehatan, misalnya untuk kesegaran, menghilangkan pegal linu, dan batuk.

3) Obat Tradisional dari Tabib

Dalam praktik pengobatannya, tabib menyediakan ramuannya yang berasal dari tanaman. Selain memberikan ramuan, para tabib umumnya mengombinasikan teknik lain seperti spiritual atau supranatural.

4) Obat Tradisional dari Shinse

Shinse merupakan pengobatan dari etnis Tionghoa yang mengobati pasien dengan menggunakan obat tradisional. Umumnya bahan-bahan tradisional yang

(23)

digunakan berasal dari Cina. Obat tradisional Cina berkembang baik di Indonesia dan banyak diimpor.

c. Obat Tradisional Buatan Industri, yaitu :

Terdapat 6 jenis industri dan usaha obat tradisional menurut Peraturan Menteri Kesehatan No. 006 tahun 2012, yaitu :

1). IOT (Industri Obat Tradisional)

Adalah industri yang memproduksi semua bentuk sediaan obat dan penanggung jawabnya adalah Apoteker. Izin IOT dilakukan dengan Menteri Kesehatan melalui Direktur Jendral Kementrian Kesehatan.

2). IEBA (Industri Ekstrak Bahan Alam)

Adalah industri yang memproduksi sediaan dalam bentuk ekstrak sebagai produk akhir dan penanggung jawabnya adalah Apoteker. Izin IEBA dilakukan dengan Menteri Kesehatan melalui Direktur Jendral Kementrian Kesehatan.

3). UKOT (Usaha Kecil Obat Tradisional)

Usaha Kecil Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UKOT adalah usaha yang membuat semua bentuk sediaan obat tradisional,kecuali bentuk sediaan tablet dan efervesen. Penanggung jawabnya adalah Tenaga Teknis Kefarmasian, izin UKOT dilakukan Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Provinsi.

4). UMOT (Usaha Mikro Obat Tradisional)

Usaha Mikro Obat Tradisional yang selanjutnya disebut UMOT adalah usaha yang hanya membuat sediaan obat tradisional dalambentuk param, tapel, pilis, cairan obat luar dan rajangan, Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus, izin UMOT dilakukan Menteri Kesehatan melalui Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

(24)

5). Usaha Jamu Racikan

Usaha Jamu Racikan adalah usaha yang dilakukan oleh depot jamu atau sejenisnya yang dimiliki perorangan dengan melakukan pencampuran sediaan jadi dan/atau sediaan segar obat tradisional untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus.

6). Usaha Jamu Gendong

Usaha Jamu Gendong adalah usaha yang dilakukan oleh perorangan dengan menggunakan bahan obat tradisional dalam bentuk cairan yang dibuat segar dengan tujuan untuk dijajakan langsung kepada konsumen. Penanggung jawabnya tidak ada kualifikasi khusus.

2.6 Kelebihan dan Kelemahan Obat Tradisional 2.6.1 Kelebihan Obat Tradisional

a. Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan tumbuhan obat untuk indikasi tertentu.

b. Ramuan obat tradisional umumnya terdiri dari beberapa jenis tumbuhan obat yang memiliki efek saling mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan.

c. Pada satu tumbuhan bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif pada tumbuhan obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan satu tumbuhan bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder.

d. Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeneratif (Suharminati dan Handayani, 2006).

(25)

2.6.2 Kelemahan Obat Tradisional

Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional antara lain efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan bersifat higroskopis, belum dilakukan uji klinik dan mudah tercemar berbagai mikroorganisme (Zein, 2005).

Menurut Zein (2005), Kelemahan tumbuhan obat sebagai berikut:

a. Sulitnya mengenali jenis tumbuhan dan bedanya nama tumbuhan berdasarkan daerah tempatnya tumbuh.

b. Kurangnya sosialisasi tentang manfaat tumbuhan obat terutama dikalangan dokter.

c. Penampilan tumbuhan obat yang berkhasiat berupa fitofarmaka kurang menarik dibandingkan obat-obatan paten.

d. Kurangnya penelitian komprehensif dan terintergrasi dari tumbuhan obat.

e. Belum ada upaya pengenalan dini terhadap tumbuhan obat.

2.7 Gambaran Umum Kabupaten Seluma

Kabupaten Seluma merupakan salah satu dari sepuluh kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bengkulu. Kabupaten Seluma merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkulu Selatan. Ditinjau dari letak garis bujur dan lintangnya Kabupaten Seluma terletak pada koordinat 03˚49’55’66” LS - 04˚21’40’22” LS dan 101˚17’27’ 57” BT - 102˚59’40’54” BT dan secara geografis wilayah Kabupaten Seluma terletak di Pantai Barat Pulau Sumatera bagian Selatan, membujur di sepanjang Bukit Barisan yang secara administratif berbatasan dengan :

(26)

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kota Bengkulu dan Kabupaten Bengkulu Tengah

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Tengah dan Kabupaten Lahat Provinsi Sumatera Selatan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Bengkulu Selatan - Sebelah Barat berbatasan dengan Samudera Indonesia.

Gambar 2.4 Peta Kabupaten Seluma

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif menggunakan metode wawancara dengan pengambilan data menggunakan teknik observasi dan dokumentasi. Metode ini digunakan untuk memperoleh informasi tentang jenis-jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional dan cara pemnafaatannya oleh masyarakat serta kelayakannya sebagai media informasi bagi masyarakat.

3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 sampai September 2018 di Kecamatan Seluma Kota, Kecamatan Seluma Selatan, Kecamatan Seluma Timur di Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

3.3 Responden

Responden dalam penelitian ini adalah Tabib yang berjumlah 5 orang, terdiri dari 3 orang responden berjenis kelamin perempuan dan 2 orang responden berjenis kelamin laki-laki.

3.4 Tahap Persiapan

Pada tahap ini peneliti menyiapkan alat dan bahan, serta kelengkapan administrasi dan melakukan observasi. Adapun langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

(28)

a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat melakukan penelitian di Kabupaten Seluma.

b. Menghubungi Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan Terpadu Satu Pintu untuk mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan membawa surat rekomendasi dari Fakultas Farmasi USU.

3.5 Tahap Pengumpulan data

Pada tahap pelaksanaan penelitian peneliti melakukan pengambilan sampel,wawancara dan dokumentasi.

1. Wawancara

Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara yang tidak terstruktur, yaitu dengan mewawancarai para pengobat tradisional (Tabib).

Pedoman wawancara yang digunakan membuat daftar pertanyaan yang berupa garis-garis besar dari permasalahan.

2. Dokumentasi

Dokumentasi dilakukan sejalan dengan pengambilan sampel dan wawancara untuk melengkapi data penelitian.

3.6 Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode kualitatif.

(29)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden pada Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin, kelompok usia, kelompok etnik, tingkat pendidikan dan pekerjaan responden pada Tabel 4.1

Tabel 4.1 Karakteristik Responden

No Karakateristik Responden

Jumlah Responden

(Orang)

1.

Jenis Kelamin

a. Laki-Laki 2

b. Perempuan 3

2 Kelompok Usia (Tahun)

a. 51 – 55 1

b. 56– 60 2

c. 61 – 65 2

Rata – Rata Usia 58 Tahun 3.

Kelompok Etnik

a. Serawai 4

b. Jawa 1

4.

Tingkat Pendidikan

a. SMP 2

b. SMA 3

5.

Pekerjaan

a. Petani 2

b. Pedagang 2

c. Buruh 1

Dari Tabel 4.1 menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa 3 orang responden berjenis kelamin perempuan dan 2 orang responden berjenis kelamin laki-laki, berdasarkan kelompok usia, rata-rata responden berusia 58 tahun sedangkan berdasarkan kelompok etnik yang ada di kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma

(30)

Selatan adalah etnik serawai dan jawa yaitu etnik serawai sebanyak 4 orang responden dan etnik jawa sebesar 1 orang responden, dimana etnik serawai lebih dominan karena sebagian besar masyarakat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan mayoritas beretnik serawai, sedangkan berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat bahwa responden tamatan SMP sebanyak 2 orang responden dan SMA sebanyak 3 orang responden, salah satu faktor yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tidak melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi dikarenakan terhambatnya faktor ekonomi dan masih kurangnya minat masyarakat untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi serta masih minimnya kondisi sekolah yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan.

Dan dari segi pekerjaan responden yang bekerja sebagai petani sebanyak 2 orang, yang bekerja sebagai pedagang sebanyak 2 orang dan yang bekerja sebagai buruh sebanyak 1 orang karena sebagian masyarakat yang ada di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan bermata pencaharian sebagian besar sebagai petani dan pedagang sehingga banyak masyarakat Seluma pada umunya melakukan pengobatan tradisonal dengan seorang tabib, karena harga obat sintetik yang mahal sehingga masyarakat hingga saat ini masih menggunakan pengobatan secara tradisional.

4.2 Jenis-jenis tanaman yang di dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu.

Jenis-jenis tanaman yang di dimanfaatkan sebagai Obat Tradisional di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan, Kabupaten Seluma, Provinsi Bengkulu, hasilnya dapat dilihat pada Tabel 4.2 – Tabel 4.4, berikut:

(31)

Tabel 4.2 Hasil pemanfaatan tanaman sebagai Obat pada Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan

No Jenis tanaman Seluma Kota Seluma Timur Seluma Selatan

1. Morinda citrifolia L.

Rubiaceae

Nama tanaman : mengkudu Nama daerah : mengkudu Bagian yang dimanfaatkan : buah

Jenis penyakit yang diobati:

Usus buntu

Cara pemanfaatan : diparut, diperas dan disaring Komposisi : 2 buah mengkudu dan 1 sdm madu

Dosis : 2 x sehari Hipertensi

Cara pemanfaatan: direbus Komposisi : 2-3 buah mengkudu Dosis : 1 x sehari

Lever

Cara pemanfaatan: diparut dan diperas

Komposisi : 3 buah mengkudu yang masih mangkal

Dosis : 3 x sehari

-

Nama tumbuhan : mengkudu Nama daerah : mengkudu Bagian yang dimanfaatkan : buah

Jenis penyakit yang diobati:

Amandel

Cara pemanfaatan: diparut dan diseduh

Komposisi : 1 buah mengkudu, 100 ml air matang dan 1 sdt madu

Dosis : 1 x sehari Hipertensi

Cara pemanfaatan : diseduh Komposisi : 1 buah mengkudu dan 100 ml air matang

Dosis : 1 x sehari

2. Blumea balsamifera L.

Asteraceae

Nama tanaman : sembung Nama dearah : capo

Bagian yang dimanfaatkan : -

Nama tanaman : sembung Nama daerah : capo Bagian yang dimanfaatkan :

(32)

daun

Jenis penyakit yang diobati:

Wasir/ambein

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi: 20 g daun sembung muda, 4 g adas, 2 g kapur sirih dan 2 gelas air bersih

Dosis : 3 x sehari Demam

Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi: 4 lembar daun sembung

Dosis : 1 x sehari

daun

Jenis penyakit yang diobati:

Diare

Cara pemanfaatan : direbus dan disaring

Komposisi: 5 lembar daun sembung muda, 3 gelas air dan 1 sdm madu

Dosis : 3 x sehari

3. Alpina galanga L.

Zingiberaceae

Nama tanaman : lengkuas Nama daerah : lengkuas Jenis penyakit yang diobati : Kejang/step pada anak-anak Bagian yang dimanfaatkan: daun dan batang

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 lembar daun lengkuas dan 1 batang talas Dosis : 1 x sehari (selama 3 bulan)

Infeksi paru-paru

Bagian yang dimanfaatkan : rimpang

Nama tanaman : lengkuas Nama daerah : lengkuas Jenis penyakit yang diobati : Bronkitis

Bagian yang dimanfaatkan:

Rimpang

Cara pemanfaatan : diparut, diremas, diperas dan disaring Komposisi :1 jari rimpang lengkuas, ½ cangkir air masak dan 2 sdm madu

Dosis : 3 x sehari (secara rutin diminum setiap hari)

-

(33)

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 g lengkuas dan 1 sdm pati kunyit

Dosis:

3 x sehari (selama 7 hari) 4. Citrus aurantifolia L.

Rutaceae

Nama tanaman : jeruk nipis Nama daerah : limau nipis Bagian yang dimanfaatkan: buah Jenis penyakit yang diobati:

Gatal-gatal di kulit

Cara pemanfaatan : diiris tipis lalu direndam dengan air mendidih

Komposisi : 1 buah jeruk nipis Dosis : 2 x sehari (selama 1 bulan)

Nama tanaman : jeruk nipis Nama daerah : limau nipis Bagian yang dimanfaatkan: buah Jenis penyakit yang diobati:

Maag

Cara pemanfaatan : diperas Komposisi : 1 sdm air perasan jeruk nipis

Dosis : 1x sehari (selama 5 hari) Amandel

Cara pemanfaatan : Peras jeruk nipis dan parut kunyit lalu diperas, tambahkan madu dan dikocok kemudian tambahkan ½ gelas air, diaduk rata dan

disaring

Komposisi : 1 buah jeruk nipis, kunyit sebesar ibu jari, 1 sdm madu, dan ½ gelas air

Dosis : 1 x sehari Batuk

-

(34)

Cara pemanfaatan : diperas Komposisi :1 buah jeruk nipis, kecap/madu sama banyak dengan perasan air jeruk nipis Dosis : 2 x sehari

5. Psidium guajava L.

Myrtaceae

Nama tanaman : jambu biji Nama daerah : jambu batu Bagian yang dimanfaatkan : daun

Jenis penyakit yang diobati : Disentri

Cara pemanfaatan : ditumbuk Komposisi : 15 lembar daun jambu biji dan 2 g garam Dosis : 2 x sehari (selama 3 hari)

Nama tanaman : jambu biji Nama daerah : jambu batu Bagian yang dimanfaatkan : daun

Jenis penyakit yang diobati : Usus buntu

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 10 lembar daun jambu klutuk, arang kayu jati ½ potong jari, 1 gelas air.

Dosis: 2 x sehari

-

6. Piper betle L.

Piperaceae

Nama tanaman : sirih Nama daerah : sighia Bagian yang dimanfaatkan : daun

Jenis penyakit yang diobati : asma

Cara pemanfaatan : digerus daun sirih dan lada putih hingga halus lalu dicampurkan dengan minyak kayu putih secukupnya

-

Nama tanaman : sirih Nama daerah : sighia Bagian yang dimanfaatkan : Daun

Jenis penyakit yang diobati : Mimisan

Cara pemanfaatan : dilinting seperti rokok

Komposisi : 2-3 lembar daun sirih

(35)

Komposisi : 7 lembar daun sirih, 1 sdt lada putih dan minyak kayu putih secukupnya Takaran: oleskan pada bagian dada dan leher

Dosis : 2-3 kali sehari, masing- masing 1-2 jam

7. Kaempferia galanga L.

Zingiberaceae

Nama tanaman : kencur Nama daerah : kecugh Bagian yang dimanfaatkan:

Rimpang

Jenis penyakit yang diobati : Asma

Cara pemanfaatan : diparut, diperas dan dikocok

Komposisi : kencur secukupnya, 2 sdm madu dan 1 butir telur ayam

Dosis : 3 x sehari

- -

8. Solanum melongena L.

Solanaceae

-

Nama tanaman : terong ungu Nama daerah : teghung ungu Bagian yang dimanfaatkan : Buah

Jenis penyakit yang diobati : Nyeri Haid

Cara pemanfaatan : direbus dan disaring

Komposisi : 20 g terong ungu dan 1 gelas air

-

(36)

Dosis: 1 x sehari 9. Catharanthus roseus L.

Apocynaceae

- -

Nama tanaman : tapak dara Nama daerah : tapak dara Bagian yang dimanfaatkan:

Daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati : Kencing Manis

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 g daun, akar, batang tapak dara dan 3 gelas air

Dosis: 3 x sehari Batu Ginjal

Bagian yang dimanfaatkan:

Daun

Cara pemanfaatan : direbus dan disaring

Komposisi : 30 g daun tapak dara, 30 g daun keji beling, 15 g daun tempuyung, 600 ml air Dosis: 2 x sehari

10. Aloe vera L.

Xanthorrhoaeaceae

Nama tanaman : lidah buaya Nama daerah : lidah buayo Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:

Batuk

- -

(37)

Cara pemanfaatan : dicampur dan dilarutkan

Komposisi :1 tangkai lidah buaya dan 1 sdm madu murni

Dosis : 3 x sehari 11. Carica papaya L.

Caricaceae

-

Nama tanaman : bunga pepaya Nama daerah : bungo sengsilo Bagian yang dimanfaatkan:

Bunga

Jenis penyakit yang diobati:

Maag

Cara pemanfaatan : ditumbuk, diseduh dan disaring

Komposisi : 5 kuntum bunga pepaya, 10 kuntum bunga tanjung dan 5 siung bawang putih

Dosis : 2 x sehari

-

12. Colocasia esculenta L.

Araceae

Nama tanaman : talas Nama daerah : keladi Bagian yang dimanfaatkan:

Batang

Jenis penyakit yang diobati:

Batuk

Cara pemanfaatan :

dicampurkan dan dilarutkan

- -

(38)

Komposisi : air sadapan talas dan air sadapan belidang Dosis : 3 x Sehari

13. Ruta angustifolia L.

Rutaceae

-

Nama tanaman : inggu Nama daerah : inggu

Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:

Demam

Cara pemanfaatan : daun inggu direbus dalam 3 gelas air hingga tersisa 2 gelas setelah dingin disaring

Komposisi : 4 g daun inggu dan 3 gelas air

Dosis : 3 x sehari

-

14. Syzygium polyanthum W.

Myrtaceae

- -

Nama tanaman : salam Nama daerah : salam Bagian yang dimanfaatkan:

Daun

Jenis penyakit yang diobati:

Asam Urat

Cara pemanfaatan : direbus dan disaring

Komposisi : 10 g daun salam dan 4 gelas air

Dosis : 2 x sehari

(39)

15. Annona muricata L.

Annonaceae

Nama tanaman : sirsak Nama daerah : sirangkayo Bagian yang dimanfaatkan:

Daun dan buah

Jenis penyakit yang diobati:

Diabetes

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : daun sirsak secukupnya dan kulit manggis secukupnya

Dosis : 2 x sehari

- -

16. Amaranthus hybridus L.

Amaranthaceae

-

Nama tanaman : bayam Nama daerah : bayam Bagian yang dimanfaatkan:

Daun

Jenis penyakit yang diobati:

Tekanan darah rendah

Cara pemanfaatan : ditumbuk dan disaring

Komposisi : 3 genggam daun bayam, 1 gelas air putih, 1 sdt gula pasir

Dosis : 2 x sehari (selama 3 hari)

-

17. Momordica charantia L.

Cucurbitaceae - -

Nama tanaman : pare Nama daerah : pare

Bagian yang dimanfaatkan: buah

(40)

Jenis penyakit yang diobati:

Radang Amandel

Cara pemanfaatan : dikukus, diperas dan dihaluskan Komposisi : 1 buah pare, air secukupnya, 10 gram kacang kedelai, gula putih secukupnya Dosis : 3 x sehari

18. Nephelium lappaceum L.

Sapindaceae

Nama tanaman : rambutan Nama daerah : rambut’an Bagian yang dimanfaatkan:

Batang

Jenis penyakit yang diobati:

Sariawan

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi: kulit kayu rambutan (tiga ruas jari) dan 2 gelas air Dosis : gunakan untuk berkumur (2 x sehari)

- -

19. Allium sativum L.

Liliaceae

-

Nama tanaman : bawang putih Nama daerah : bawang putia Bagian yang dimanfaatkan:

Umbi

Jenis penyakit yang diobati:

Kolesterol

Cara pemanfaatan : dihaluskan

-

(41)

Komposisi : 3 siung bawang putih, 2 buah pare, 1 terong ungu ukuran sedang dan ½ gelas air

Dosis : 1 x sehari 20. Eleutherine palmifolia L.

Iridaceae

- -

Nama tanaman : Bawang gunung Nama daerah : Bawang dayak

Bagian yang dimanfaatkan : Umbi

Jenis penyakit yang diobati : Kencing manis

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 5 siung bawang gunung

Dosis : 3 x sehari 21. Pterocarpus indicus W.

Fabaceae

Nama tanaman : angsana Nama daerah : angsana Bagian yang dimanfaatkan:

batang

Jenis penyakit yang diobati:

Tifus

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 kulit kayu angsana (10 x 15 cm), 1 kulit kayu

- -

(42)

sungkai (10 x 5 cm), 1 kulit kayu pete (10 x 5 cm)

Dosis : 3 x sehari (selama 4 hari) 22. Elephantopus scaber L.

Asteraceae

- -

Nama tanaman : tapak liman Nama daerah : tapak liman Bagian yang dimanfaatkan:

Daun dan umbi

Jenis penyakit yang diobati:

Stroke

Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 3 gram tapak liman,1 gram pegagan,3 gram bawang dayak

Dosis : 3 x sehari 23. Curcuma longa L.

Zingiberaceae

Nama tanaman : kunyit Nama daerah : kunyit Bagian yang dimanfaatkan:

Rimpang, batang dan buah Jenis penyakit yang diobati:

Vertigo

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 1 g kunyit, 1 sdm merica, 1 g gula merah, dan kulit kayu manis berukuran 5 x 10 cm Dosis : 3 x sehari (selama 3 hari)

- -

24. Sida rhombifolia L. Nama tanaman : sidaruri - -

(43)

Malvaceae Nama daerah : hidogori Bagian yang dimanfaatkan:

Daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati:

Asam urat

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : sidaguri secukupnya Dosis : 3 x sehari

25. Curcuma zedoria Zingiberaceae

Nama tanaman : temu putih Nama daerah : temu putia Bagian yang dimanfaatkan:

Daun dan umbi

Jenis penyakit yang diobati:

Kanker paru-paru

Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 20 g temu putih, 20 g kladitikus, 20 g bawang dayak, 20 g cakar ayam, 10 g sambiloto dan 20 g rumput mutiara Dosis : 3 x sehari

- -

26. Mimosa pudica Fabaceae

- -

Nama tanaman : putri malu Nama daerah : putri malu Bagian yang dimanfaatkan:

daun, akar dan batang Jenis penyakit yang diobati:

Herpes

(44)

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 – 60 g daun, akar dan batang tanaman putri malu Dosis : 2 x sehari

27. Phyllanthus niruri L.

Euphorbiaceae

Nama tanaman : meniran Nama daerah : meniran Bagian yang dimanfaatkan: daun Jenis penyakit yang diobati:

Keputihan

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : meniran,

temulawak, sambiloto, pegagan secukupnya

Dosis : 3 x sehari

- -

28. Andrographis paniculata Acanthaceae

- -

Nama tanaman : sambiloto Nama daerah : sambiloto Jenis penyakit yang diobati : Malaria

Bagian yang dimanfaatkan : Daun

Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 15 lembar daun sambiloto

Dosis: 3 x sehari Kanker Rahim

Bagian yang dimanfaatkan : Daun dan umbi

(45)

Cara pemanfaatan: ditumbuk Komposisi : 10 g sambiloto, 20 g kladitikus, 20 g bawang dayak, 20 g temu putih, 20 g rumput mutiara

Dosis: 3 x sehari 29. Acorus calamus L.

Acoraceae

Nama tanaman : jerangau Nama daerah : jerangau Bagian yang dimanfaatkan:

Batang, umbi dan daun Jenis penyakit yang diobati:

Cacingan

Cara pemanfaatan : jerangau, bawang putih dan daun inggu dijemur lalu ditumbuk menjadi serbuk dan diseduh dengan air panas lalu diminum

Komposisi : 1 batang jerangau, 1 siung bawang putih, 1 gram inggu dan 1 gelas air panas Dosis : 3 x sehari

- -

30. Erythrina variegata Fabaceae

Nama tanaman : dadap serep Nama daerah : dadap serep Bagian yang dimanfaatkan:

Daun dan buah

Jenis penyakit yang diobati:

Gondok

- -

(46)

Cara pemanfaatan : daun dadap serep muda dicampur sedikit adas dan kapur sirih lalu diremas-remas kemudian ditempelkan ke bagian yang sakit dan didiamkan seharian Komposisi : 2 - 3 lembar daun dadap serep muda, 4 - 5 gram adas, 4 - 5 gram kapur sirih Dosis : 1 x sehari

Bisul

Cara pemanfaatan : diremas- remas dan ditempelkan disekitar bisul sampai mengering

Komposisi : 5 - 7 gram dadap serep muda, 4 - 5 gram adas, 1 -2 gram kapur sirih

Takaran : ditempelkan pada bisul 1-2 kali sehari

31. Nelumbium nelumb Nymphaeaceae

Nama tanaman : teratai Nama daerah : teratai Bagian yang dimanfaatkan:

Rimpang

Jenis penyakit yang d iobati:

Muntah dan Diare

Cara pemanfaatan : diparut dan

- -

(47)

diseduh

Komposisi : 50 g rimpang teratai dan 10 g jahe

Dosis : 3 x sehari 32. Strobilanthes crispus L.

Acanthaceae

Nama tanaman : keji beling Nama daerah : keji beling Bagian yang dimanfaatkan:

Daun

Jenis penyakit yang diobati:

Infeksi Saluran Empedu Cara pemanfaatan : direbus Komposisi : 10 lembar daun keji Beling 15 lembar daun kumis kucing, dan 4 lembar daun kunyit

Dosis : 2 x sehari (Selama 30 hari)

- -

33. Piper cubeba L.

Piperaceae

Nama tanaman : kemukus Nama daerah : kemukus Bagian yang dimanfaatkan:

Buah

Jenis penyakit yang diobati:

Flu

Cara pemanfaatan : ditumbuk Komposisi : 2-3 buah kemukus Takaran : dihisap berulang kali

- -

(48)

sekitar 5-10 menit 34. Averrhoa bilimbi L.

Oxalidaceae

Nama tanaman : Belimbing wuluh Nama daerah : Belimbing bulua

Bagian yang dimanfaatkan:

Daun dan buah

Jenis penyakit yang diobati:

Ginjal

Cara pemanfaatan : daun sembung, brotowali,dan daun belimbing wuluh direbus

menjadi satu dengan 3 gelas air, biarkan tinggal setengahnya setelah itu air rebusan itu diberi gula batu dan perasan jeruk nipis lalu diaduk hingga rata Komposisi : 10 lembar daun belimbing wuluh,3 lembar daun sembung, 2 cm brotowali, 1 buah jeruk nipis, dan 3 sdm gula batu

Dosis : 1 x sehari (secara rutin)

- -

(49)

4.3 Pembahasan Berdasarkan survei yang dilakukan di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersebut diketahui nama lokal dan nama latin dan nama latin dari masing-masing tanaman. Jumlah tanaman obat yang digunakan yaitu sebanyak 34 jenis tanaman yang berasal dari 27 famili. Famili yang paling banyak dimanfaatkan adalah dari famili Zingiberaceae, yaitu sebanyak 5 jenis tanaman.

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 4.2 terdapat persamaan dan perbedaan penggunaan jenis tanaman obat dari tiga Kecamatan tersebut, dimana di Kecamatan Seluma Kota paling banyak menggunakan jenis tanaman obat. Hal ini dikarenakan pada Kecamatan Seluma Kota yang mayoritas penduduknya bermata pencaharian sebagai petani sehingga banyak masyarakat yang memanfaatkan pekarangan rumahnya untuk menanam berbagai jenis tanaman obat. Dari hasil penelitian yang diperoleh terdapat persamaan jenis tanaman yang dimanfaatkan sebagai obat tradisional walaupun dari tanaman yang sama tetapi, khasiat dan cara pengolahannya berbeda. Tanaman tersebut yaitu mengkudu, sembung, lengkuas, jeruk nipis, jambu biji dan sirih.

Pengunaan tanaman mengkudu dimanfaatkan pada Kecamatan Seluma Kota dan Seluma Selatan, dimana pada Kecamatan Seluma Kota mengkudu digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu dan lever dan untuk Kecamatan Seluma Selatan mengkudu digunakan untuk mengobati penyakit amandel dan hipertensi. Selanjutnya tanaman sembung di Kecamtan Seluma Kota digunakan sebagai obat wasir/ambein dan dan demam sedangkan di Kecamatan Seluma Selatan, mengkudu digunakan untuk menyembuhkan penyakit diare.

Pemanfaatan tanaman lengkuas di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati step(kejang-kejang pada anak-anak) dan infeksi paru-paru,

(50)

sedangkan di Kecamatan Seluma Timur, lengkuas digunakan untuk mengobati penyakit bronkitis. Pemanfaatan tanaman jeruk nipis di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit gatal-gatal dikulit sedangkan di Kecamatan Seluma Timur digunakan untuk mengobati penyakit maag, amandel dan batuk.

Pemanfaatan tanaman jambu biji di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit disentri sedangkan di Kecamatan Seluma Selatan jambu biji digunakan untuk penyakit usus buntu. Pemanfaatan tanaman sirih di kecamatan Seluma Kota digunakan untuk mengobati penyakit asma sedangkan di kecamatan seluma selatan digunakan untuk mengobati penyakit mimisan.

Bagian dari tanaman yang dapat digunakan untuk pengobatan, yaitu daun, buah,batang,umbi,rimpang,akar dan bunga, dari sejumlah bagian tanaman tersebut yang paling banyak digunakan adalah daun, yaitu sebanyak 28 jenis tanaman.

Sedangkan bagian buah sebanyak 14 jenis tanaman, bagian batang sebanyak 10 jenis tanaman, bagian umbi dan rimpang sebanyak 6 jenis tanaman, bagian akar sebanyak 3 jenis tanaman dan bagian bunga sebanyak 1 jenis tanaman. Daun banyak dimanfaatkan dikarenakan memiliki kandungan obat yang banyak, serta daun mudah diolah dengan strukturnya yang lembut dibandingkan dengan bagian tumbuhan yang lain, daun juga sangat mudah didapat dan tersedia terus-menerus sehingga daun lebih sering digunakan oleh masyarakat secara turun temurun (Hamzari, 2008).

Berdasarkan wawancara yang dilakukan, diketahui bahwa pemanfaatan tanaman obat di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan dilakukan dengan berbagai cara, yaitu direbus, diremas, dijemur, ditumbuk, diperas, diparut, diseduh, dioleskan, digosokkan, digerus dan dikukus. Cara pengolahan tanaman yang paling banyak dilakukan adalah dengan cara direbus

(51)

sedangkan cara penggunaan yang paling banyak dilakukan yaitu dengan penggunaan tiga kali sehari.

Jenis penyakit yang dapat diobati dengan tanaman obat tradisional dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu penyakit luar dan penyakit dalam. Jenis penyakit luar terdiri dari 4 jenis penyakit, yaitu herpes, sariawan, gatal-gatal dikulit dan bisul sedangkan penyakit dalam tediri dari 39 jenis penyakit, yaitu asma, batuk, hipertensi, demam, flu, kolestrol, maag, mimisan, vertigo, lever, diabetes, radang amandel, asam urat, kencing manis, nyeri haid, usus buntu, tekanan darah rendah, infeksi saluran empedu, tifus, wasir / ambein, ginjal, step, disentri, stroke, kanker rahim, keputihan, cacingan, kanker paru-paru, malaria, gondok, muntah dan diare, batu ginjal, tifus, dan bronkitis. Adapun dosis pemakaian ramuan obat-obatan bervariasi ada yang diminum secukupnya, dikonsumsi 3 kali sehari, dikonsumsi 2 kali sehari, dikonsumsi 1 kali sehari. Dan ada pula yang langsung dioleskan pada bagian yang membutuhkan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa tumbuhan yang paling banyak manfaatnya dalam pengobatan penyakit yaitu mengkudu yang digunakan untuk mengobati penyakit hipertensi, usus buntu, amandel dan lever.

Fasilitas pengobatan medis di Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan tersedia tetapi sebagian besar masyarakat cenderung lebih mengutamakan pengobatan tradisional karena bahannya lebih aman dan murah serta banyak tersedia dipekarangan. Hal ini relevan dengan pernyataan Dewanto (2007) yang menyatakan bahwa penggunaan obat tradisional di Indonesia tidak saja berlangsung di desa yang tidak memiliki/ jauh dari fasilitas kesehatan dan obat modern sulit didapat, tetapi juga berlangsung di kota besar meskipun banyak tersedia fasilitas kesehatan dan obat modern mudah diperoleh.

(52)

Obat tradisional mungkin dikatakan sebagai obat alternatif karena mahalnya atau tidak tersedianya obat modern/sintesis dan adanya kepercayaan bahwa obat tradisional lebih aman (Lestari, 2017). Ditinjau dari segi ekonomi adanya tanaman obat ini cukup membantu masyarakat untuk mendapatkan tambahan penghasilan, karena tanaman obat cukup laku di pasaran, dalam memperbaiki masalah kesehatan tanaman obat juga sangat membantu masyarakat, karena mereka tidak akan merasakan efek samping dari ramuan herbal yang mereka buat, berbeda jika masyarakat bergantung dengan obat-obatan sintetik selain harganya mahal, resiko efek samping untuk kesehatan jangka panjang juga sangat mengkhawatirkan. Hal ini relevan dengan hasil penelitian Sari, dkk (2015) bahwa manfaat tanaman obat disamping untuk menambah penghasilan keluarga, juga untuk melestarikan tradisi, menghemat biaya berobat dan memanfaatkan lahan yang tidak produktif.

(53)

4.4 Sistemika Tanaman Obat

1. Nama Tanaman : Mengkudu Nama Daerah : Mengkudu

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Gentianales

Famili : Rubiaceae

Genus : Morinda

Spesies : Morinda citrifolia L.

Kandungan Kimia : Polisakarida,ascorbid acid dan betacarotene Efek Farmakologi : Antihipertensi, usus buntu dan liver

(Sjabana dan Bahalwan, 2002).

Gambar 4.1 Tanaman Mengkudu

(54)

2. Nama Tanaman : Sembung

Nama Daerah : Capo

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Asterales

Famili : Asteraceae

Genus : Blumea

Spesies : Blumea balsamifera L.

Kandungan Kimia : Minyak atsiri 0,5% berupa sineol dan kamfer Efek Farmakologi : Dapat menurunkan kadar gula darah, antiradang,

memperlancar peredaran darah, mematikan pertumbuhan kuman, dan mengencerkan dahak (Mursito, 2007).

Gambar 4.2 Tanaman Sembung

(55)

3. Nama Tanaman : Kemukus

Nama Daerah : Kemukus

Divisi : Magnoliphyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Piperales

Famili : Piperaceae

Genus : Piper

Spesies : Piper cubeba L.

Kandungan Kimia : Saponin, flavonoida dan minyak atsiri.

Efek Farmakologi : Dapat menurunkan kontraksi usus, penghilang bau badan dan mulut, mengobati gangguan saluran pencernaan serta antiseptika (Mursito, 2007).

Gambar 4.3 Tanaman Kemukus

(56)

4. Nama Tanaman : Lengkuas

Nama Daerah : Lengkuas

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Alpinia

Spesies : Alpinia galanga L.

Kandungan Kimia : Mengandung minyak atsiri, camphor,seskuiterpen Efek Farmakologi : Dapat menurunkan panas, menetralkan racun,

menghilangkan nyeri(analgesik), antijamur

(antifungi), meningkatkan nafsu makan(stomakik) dan penyegar (stimulan) (Dalimartha, 2009).

Gambar 4.4 Tanaman Lengkuas

(57)

5. Nama Tanaman : Belimbing Wuluh Nama Daerah : Belimbing Bulua

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Geraniales

Famili : Oxalidaceae

Genus : Averrhoa

Spesies : Averrhoa bilimbi L.

Kandungan Kimia : Saponin, tanin, glukosida, kalsium oksalat dan sulfur.

Efek Farmakologi : Analgesik, antiradang, dan antidiuretik (Dalimartha, 2008).

Gambar 4.5 Tanaman Belimbing Wuluh

(58)

6. Nama Tanaman : Jeruk Nipis Nama Daerah : Limau Nipis

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Sapindales

Famili : Rutaceae

Genus : Citrus

Spesies : Citrus aurantifolia L.

Kandungan Kimia : Asam sitrat, asam amino triptofan, lisin, minyak atsiri terdiri dari sitral, limonen, , timol, dan kamfer, glukosida terdiri dari hisperidin, isohespiridin dan vitamin B.

Efek Farmakologi : Antipiretik, antidiare dan mengobati wasir (Mursito, 2007).

Gambar 4.6 Tanaman Jeruk Nipis

(59)

7. Nama Tanaman : Kencur

Nama Daerah : Kencugh

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monootyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Kaempferia

Spesies : Kaempferia galanga L.

Kandungan Kimia : Alkaloida, kamferin, mineral dan minyak atsiri Efek Farmakologi : Antiekspektoran, stimulansia dan karminativa

(Marjoni, 2017).

Gambar 4.7 Tanaman Kencur

(60)

8. Nama Tanaman : Sirih Nama Daerah : Sighia

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Piperales Famili : Piperaceae Genus : Piper

Spesies : Piper betle L.

Kandungan Kimia : Minyak atsiri hingga 4% berupa hidroksi, kavikol, kavibetol, estragol, eugenol, metil eugenol, karvakol, terpen, dan seskuiterpen

Efek Farmakologi : Antibakteri, antijamur, ekspektoran dan antiseptic (Mursito, 2007).

Gambar 4.8 Tanaman Sirih

(61)

9. Nama Tanaman : Lidah Buaya Nama Daerah : Lidah Buayo

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Liliopsida

Ordo : Asparagales

Famili : Monotyledoneae

Genus : Aloe

Spesies : Aloe vera L.

Kandungan Kimia : Alonin, barbaloin, isobarbaloin, aloeemodin, aloenin, aloesin, polisakarida, asam amino, dan mineral.

Efek Farmakologi : Antiradang, peluruh haid dan parasitiside (Agoes, 2010).

Gambar 4.9 Tanaman Lidah Buaya

(62)

10. Nama Tanaman : Talas Nama Daerah : Keladi

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monotyledoneae Ordo : Alismatales Famili : Araceae Genus : Colocasia

Spesies : Colocasia esculenta L.

Kandungan Kimia : Vitamin C, kalsium, fosfor, zat besi dan mineral Efek Farmakologi : Antibakteri, antivirus, menghambat pertumbuhan

sel kanker (Kurdi, 2010).

Gambar 4.10 Tanaman Talas

(63)

11. Nama Tanaman : Sirsak Nama Daerah : Sirangkayo Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Magnoliales Famili : Annonaceae Genus : Annona

Spesies : Annona muricata L.

Kandungan Kimia : Vitamin C, vitamin A, protein, kalsium, fosfor, tanin, fitosterol dan kalsium oksalat.

Efek Farmakologi : Antibakteri dan antikejang (Hariana, 2011).

Gambar 4.11 Tanaman Sirsak

(64)

12. Nama Tanaman : Rambutan Nama Daerah : Rambut’an Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Sapindales

Famili : Sapindaceae

Genus : Nephelium

Spesies : Nephelium lappaceum L.

Kandungan Kimia : Zat besi, kalsium, karbohidrat, fosfor, lemak, protein, vitamin C, polifenol, saponin, tanin, dan flavonoid.

Efek Farmakologi : Antipiretik, analgesik dan antihipertensi (Hariana, 2011).

Gambar 4.12 Tanaman Rambutan

(65)

13. Nama Daerah : Angsana Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Fabales

Famili : Papilionaceae Genus : Pterocarpus

Spesies : Pterocarpus indicus W.

Kandungan Kimia : Terpen, fenol, isoflavon, tanin dan ligan.

Efek Farmakologi : Antiinflamasi dan antibakteri (Armedita, dkk 2011).

Gambar 4.13 Tanaman Angsana

(66)

14. Nama Tanaman : Kunyit Nama Daerah : Kunyit

Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma longa L.

Kandungan Kimia : Turmerone, sesquiterpen, alkohol dan borneol.

Efek Farmakologi : Antioksidan, anti inflamasi, analgesik dan antibakteri (Dalimartha, 2009).

Gambar 4.14 Tanaman Kunyit

(67)

15. Nama Tanaman : Temu Putih Nama Daerah : Temu Putia

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Monocotyledoneae

Ordo : Zingiberales

Famili : Zingiberaceae

Genus : Curcuma

Spesies : Curcuma zedoaria

Kandungan Kimia : Cineole, camphane, zingiberene, borneol, camphor, curcumin, resin, curcumol, curdione.

Efek Farmakologi : Antikanker, ekspektoran, analgesik,

memperlancar peredaran darah dan pernafasan (Hariana, 2011).

Gambar 4.15 Tanaman Temu Putih

(68)

16. Nama Tanaman : Meniran Nama Daerah : Meniran Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Dicotyledoneae Ordo : Euphorbiales Famili : Euphorbiaceae Genus : Phyllanthus

Spesies : Phyllanthus niruri L.

Kandungan Kimia : Senyawa flavonoid terdiri dari quercetin, astragalin,quercitrin; senyawa ligan terdiri dari phyllanthin, lintetralin, hinikinin; tanin, serta mineral terutama kalium.

Efek Farmakologi : Antihepatotoksik, antidiuretik, penambah nafsu makan, mengobati kencing batu, dan antijamur (Mursito, 2007).

Gambar 4.16 Tanaman Meniran

Gambar

Gambar 2.4 Peta Kabupaten Seluma
Tabel 4.2 Hasil pemanfaatan tanaman sebagai Obat pada Kecamatan Seluma Kota, Seluma Timur dan Seluma Selatan
Gambar 4.1  Tanaman Mengkudu
Gambar 4.3 Tanaman Kemukus
+7

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan bahwa karya ilmiah/skripsi yang berjudul, “ Pengetahuan Siswa SLTPN I Kecamatan Udanawu Kabupaten Blitar Tentang Tanaman Obat Tradisional “ adalah bukan

Obat Tradisional di Kecamatan Paron, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur (Kajian Etnolinguistik). Skripsi: Program Studi Sastra Daerah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Sebelas

Cara pengolahan bahan ramuan obat tradisional yang paling banyak adalah dengan cara direbus sebanyak 32.076% dan cara penggunaan ramuaan obat tradisional yang paling

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat ditarik kesimpulan bahwa Aplikasi pengenalan tanaman obat tradisional memiliki 3 menu pilihan yaitu menu daftar

Jenis Tanaman Obat yang Digunakan Oleh Masyarakat Kelurahan Merdeka Kecamatan Kupang Timur. No Nama Tanaman

Hasil penelitian tanaman obat di Desa Semandang Kiri Kecamatan Simpang Hulu Kabupaten Ketapang, ditemukan 56 spesies dari 38 family yang dimanfaatkan sebagai

Cara yang digunakan oleh masyarakat desa Keluwain untuk mengkonsumsi ramuan obat tradisional dalam pengobatan. Khasiat Semua tanaman dan ramuan yang berkhasiat

Berdasarkan hasil penelitian, maka jenis tumbuhan yang digunakan sebagai obat tradisional oleh Suku Bugis dilokasi penelitian yaitu mengkudu, belimbing wuluh, sidaguri, pinang, kelor,