• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mengadang Corona: Dunia Pendidikan di Masa Pandemi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Mengadang Corona: Dunia Pendidikan di Masa Pandemi"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Mengadang Corona: Dunia Pendidikan di Masa Pandemi

Apa kabar DUNIA??? Semoga tetap sehat dan bahagia ya…

Tak terasa sudah cukup lama kita berada di Masa Pandemi Covid-19 ini. Hampir satu tahun lamanya. Entah sampai kapan masa ini akan usai. Hanya Sang Mahakuasa yang tahu pasti kapan waktunya. Kita seolah dibuat tak berdaya dengan hadirnya virus tak kasatmata yang bernama Covid-19. Hal ini membuktikan bahwa betapa manusia adalah makhluk yang sangat lemah, yang tak sanggup apa-apa tanpa kuasa Tuhan Yang Maha Esa.

Saat ini, penduduk dunia sedang ketakutan pada virus Corona (Covid-19) yang telah merenggut nyawa jutaan orang dan menyebar hampir di seluruh pelosok dunia.

Penularannya yang terbilang cepat dan efeknya yang sangat mengerikan, mau tak mau membuat kita tak bisa berbuat apa-apa. Peristiwa tersebut mengingatkan kita tentang kematian yang secara mendadak akan dialami oleh seluruh makhluk di muka bumi ini.

Sejak diumumkan kasus pertama Covid-19 pada bulan Maret 2020 oleh Presiden Joko Widodo, pemerintah terus berupaya melakukan langkah-langkah mitigasi dan penanganan seoptimal mungkin agar virus ini tidak semakin menyebar dan membawa korban jiwa. Beragam pilihan kebijakan ditempuh untuk mengadang laju penyebaran, mulai dari penerapan physical distancing (pembatasan fisik), hingga Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di berbagai daerah yang terpetakan sebagai episentrum penyebaran.

Terlepas dari berbagai opsi kebijakan yang ditempuh, pemerintah Indonesia belum bisa memprediksi secara akurat kapan pandemi ini akan segera berakhir. Salah satu harapan terbesar agar pandemi ini bisa segera ditanggulangi adalah dengan menerapkan kebijakan “Adaptasi Kebiasaan Baru”. Maksud dari Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) adalah penyesuaian aktivitas seperti: bekerja, belajar, beribadah, ataupun berbelanja dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat agar seluruh kegiatan/aktivitas tetap produktif di masa pandemi Covid-19. Hal ini berarti seluruh masyarakat di dunia, Indonesia pada khususnya, harus membiasakan diri untuk hidup berdampingan dan berdamai bersama Covid-19 agar dapat beraktivitas kembali secara produktif dengan tetap menerapkan protokol kesehatan.

Seperti apa sih AKB di Indonesia? AKB ini dilakukan pada sektor atau bidang penting seperti: rumah ibadah, pasar atau pertokoan, perkantoran, transportasi umum,

(2)

hotel dan restoran, serta dilakukan saat wilayah sudah menjadi zona aman (zona hijau) yang dihitung berdasarkan data dan fakta di lapangan. Pemetaan zona terbagi menjadi:

 Zona hijau: zona tidak berdampak

 Zona kuning: zona dengan tingkat risiko rendah

 Zona oranye: zona dengan tingkat risiko sedang

 Zona merah: zona dengan tingkat risiko tinggi

Lalu, apa yang harus kita persiapkan untuk AKB dalam kegiatan sehari-hari? Secara pribadi, persiapkan mental untuk menerima segala perubahan kebiasaan yang akan terjadi. Semua orang diminta berperilaku hidup sehat dan memperhatikan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 yang selama ini sering didengungkan.

Protokol pencegahan itu antara lain:

1. Selalu menggunakan masker dengan benar saat keluar rumah 2. Memahami etika batuk atau bersin

3. Tidak keluar rumah jika tidak memiliki kepentingan mendesak

4. Rajin mencuci tangan dengan air bersih yang mengalir dan menggunakan sabun minimal 20 detik atau menggunakan hand sanitizer dengan kadar alkohol minimal 70%.

Hindari menyentuh area wajah seperti: mata, hidung atau mulut dengan tangan yang belum dibersihkan.

5. Tidak bertukar barang dengan orang lain, misalnya: membawa piring, gelas dan sendok sendiri.

6. Menjaga jarak dengan orang lain minimal 1 meter dan menghindari kerumunan.

Panduan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) Mewujudkan Tatanan Kehidupan Normal Baru

Saat ini kita berada pada fase menuju kondisi Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB), artinya kembali aktivitas di berbagai sektor dengan tatanan baru sesuai protokol kesehatan. Kini, beberapa perkantoran, rumah ibadah, sampai pusat perbelanjaan sudah dibuka kembali. Lalu, bagaimana dengan sektor pendidikan?

Dalam rangka mencegah meluasnya penularan Covid-19, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemendikbud) menerbitkan beberapa surat edaran:

1. Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2020 tentang Pencegahan dan Penanganan Covid-19 di Lingkungan Kemendikbud

(3)

2. Surat Edaran Nomor 3 Tahun 2020 tentang Pencegahan Covid-19 pada Satuan Pendidikan

3. Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Covid-19.

Sesuai dengan surat edaran tersebut, pada masa pandemi ini, pemerintah pusat hingga daerah memberikan kebijakan untuk tetap melaksanakan proses pembelajaran yang disesuaikan dengan zona daerah masing-masing. Dengan demikian, waktu, lokasi dan jarak menjadi permasalahan besar bagi wilayah di zona kuning, oranye dan merah sehingga pembelajaran jarak jauh (dalam jaringan/online) menjadi solusi untuk mengatasi kesulitan dalam melaksanakan pembelajaran secara tatap muka langsung. Ini memberikan tantangan kepada semua elemen dan jenjang pendidikan untuk mempertahankan kelas tetap aktif meskipun sekolah telah ditutup.

Kondisi seperti ini mendesak untuk melakukan inovasi dan adaptasi terkait pemanfaatan teknologi yang tersedia demi mendukung proses pembelajaran. Pendidik dan peserta didik harus berinteraksi dan melakukan transfer pengetahuan hingga diskusi terkait konten pembelajaran secara online (daring/virtual), dengan memanfaatkan platform berupa aplikasi, website, jejaring sosial maupun learning management system sebagai penunjang. Ini juga dilakukan dengan memanfaatkan segala sumber daya lokal secara nasional seperti saluran televisi untuk edukasi.

Di beberapa daerah, proses belajar dari rumah (BDR) telah berlangsung sejak 16 Maret 2020 dan diperpanjang dengan mempertimbangkan situasi di masing-masing daerah. Dari sisi sumber daya manusia, pendidik dan peserta didik ada yang memang sudah siap. Namun banyak pula yang terpaksa harus siap menghadapi pembelajaran model baru, yang biasanya dilaksanakan secara tatap muka langsung berubah menjadi sistem belajar jarak jauh secara daring. Bagi sekolah yang terbiasa menggunakan teknologi dalam kegiatan belajar mengajar, hal ini tentu tidak banyak mengalami kendala.

Namun tidak demikian bagi sekolah yang belum pernah melaksanakannya, terutama di daerah dengan fasilitas yang terbatas, baik di sisi peranti maupun jaringan.

Saat ini, sebagian besar proses pembelajaran jarak jauhnya masih memanfaatkan fasilitas WhatsApp dalam perangkat smartphone, baik melalui grup wali murid maupun grup kelas masing-masing. Waktu belajarnya pun sesuai dengan jadwal mata pelajaran harian. Materi dipelajari oleh peserta didik secara mandiri, kemudian dilanjutkan mengerjakan tugas harian. Diskusi terkait materi pembelajaran pun dilakukan melalui

(4)

aplikasi tersebut. Dengan fitur ini, pendidik dapat memantau kehadiran dan keaktifan peserta didik.

Aktivitas pembelajaran mulai dari diskusi, presentasi hingga pemberian tugas akan melatih kemandirian belajar karena membiasakan peserta didik untuk mengumpulkan dan mengelola informasi terkait tugas yang diberikan tanpa batasan ruang dan waktu (time and place flexibility). Hal ini dikarenakan pembelajaran online memungkinkan akses informasi dan pengetahuan diperoleh di mana pun dan kapan pun sesuai kenyamanan peserta didik.

Untuk kemudahan menyampaikan informasi, pendidik biasanya memberi materi dengan disertai teks, audio, video, dan animasi sehingga memberikan lebih banyak pengalaman belajar bagi peserta didik. Di samping itu, juga bisa mengirim email kepada peserta didik lain, mengirim komentar pada diskusi, memakai ruang chat hingga link video conference untuk berkomunikasi langsung. Semua ini menjadi pengalaman yang menarik bagi generasi milenial. Pembelajaran ini merupakan inovasi pendidikan untuk menjawab tantangan akan ketersediaan sumber belajar yang variatif.

Belajar online menuntut peran pendidik mengevaluasi efektivitas dan menyesuaikan dengan kebutuhan belajar. Ini penting dilakukan untuk tetap memenuhi aspek pembelajaran seperti: proses pengetahuan, moral, keterampilan, kecerdasan dan estetika.

Oleh karena itu, komunikasi orang tua dan pendidik sangat penting untuk diperhatikan demi mewujudkan kemandirian belajar peserta didik selama masa pandemi Covid-19.

Selain beragam manfaat yang diperoleh, pembelajaran online juga memiliki beragam kendala yang dirasakan pendidik maupun peserta didik. Kendala yang dihadapi yaitu:

- Kondisi wilayah di Indonesia yang beragam menyebabkan tidak semua wilayah terjangkau oleh layanan internet dan sebaran jaringannya pun sewaktu-waktu lamban.

- Keterbatasan kemampuan orang tua untuk memberikan fasilitas pendidikan online (seperti: laptop/komputer, smartphone, kuota internet, dan sebagainya) karena membutuhkan biaya yang cukup besar.

- Keterbatasan kemampuan mengoperasikan teknologi internet atau media sosial sebagai sarana pembelajaran.

- Orang tua harus meluangkan waktu ekstra dalam mendampingi anak-anak belajar online, minimal untuk mempersiapkan teknologi sebelum dan sesudah pembelajaran online berlangsung. Bahkan, terkadang para orang tua juga ikut belajar dan membantu mengerjakan tugas bersama anak-anaknya.

(5)

Hal ini tentu berpengaruh pada aktivitas pekerjaan rutin sehari-hari yang akan menjadi berkurang. Orang tua yang mempunyai kendala dengan tuntutan kerjanya dan tuntutan untuk mendampingi pembelajaran anak di rumah, ada yang melampiaskannya kepada guru. Meskipun demikian, banyak juga orang tua peserta didik yang sangat apresiatif karena mereka mengalami sendiri bahwa mengajar dua anak di rumah saja terasa sulit, apalagi seperti guru/pendidik yang harus mengajar 20 anak di kelas.

- Sebagian peserta didik tidak mempunyai gawai pribadi sehingga kesulitan dalam mengikuti ujian daring. Metode pembelajaran jarak jauh (daring) membuat para peserta didik perlu waktu untuk beradaptasi menghadapi perubahan baru yang secara tidak langsung akan mempengaruhi daya serap belajar mereka.

- Peserta didik merasa jenuh dan kehilangan jiwa sosial sehingga ingin segera ke sekolah bermain dan belajar bersama teman-temannya.

- Jam kerja guru menjadi tidak terbatas karena harus berkomunikasi dan berkoordinasi dengan peserta didik, orang tua/wali murid dan sebagainya. Sebagai pendidik, guru juga harus memberi technical support pada orang tua apabila terjadi glitches (masalah) yang berhubungan dengan teknologi pembelajaran maupun setting gawai peserta didik.

Menanggapi berbagai kendala tersebut, Mendikbud menghimbau untuk mewujudkan pendidikan bermakna yang tidak hanya fokus pada capaian aspek akademis atau kognitif.

Hal ini sesuai dengan Surat Edaran Kemendikbud Nomor 4 Tahun 2020 poin 2 yang menjelaskan bahwa proses belajar dari rumah (BDR) dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:

1. BDR melalui pembelajaran jarak jauh dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun kelulusan.

2. BDR dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan hidup, antara lain mengenai pandemi Covid-19

3. Aktivitas dan tugas pembelajaran BDR dapat bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing, termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/fasilitas belajar di rumah.

4. Bukti atau produk aktivitas BDR diberi umpan balik yang bersifat kualitatif dan berguna bagi guru, tanpa diharuskan memberi skor/nilai kuantitatif.

Dengan demikian, pendidik tidak harus terpaku pada pembelajaran daring dan pemberian tugas. Pendidik diharapkan kreatif dan inovatif dalam mengeksplorasi kegiatan

(6)

belajar yang menyenangkan dan penuh makna, terutama karena keterbatasan teknologi dan koneksi internet. Sebagai contoh, pembelajaran melalui proyek pembuatan hand sanitizer berbahan rempah tradisional yang dapat langsung digunakan peserta didik.

Secara empiri realisasi, kebijakan tersebut juga sangat bergantung pada berbagai faktor. Dalam hal ini, pemerintah membolehkan anggaran dana bantuan operasional sekolah (BOS) untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran daring. Pemerintah juga bekerjasama dengan TVRI untuk menyiarkan konten edukasi secara nasional. Begitu juga, ada beberapa saluran televisi lokal yang ikut berpartisipasi dalam program tersebut.

Konten yang disiarkan pada saluran-saluran televisi tersebut digolongkan berdasarkan jenjang pendidikan yang sesuai dengan kurikulum di Indonesia. Pembelajaran yang disiarkan pun tidak mengejar ketuntasan kurikulum, tetapi menekankan pada kompetensi literasi dan numerasi. Di samping itu, juga bertujuan untuk membangun kelekatan dan ikatan emosional dalam keluarga, khususnya antara orang tua dengan anak, melalui kegiatan-kegiatan yang menyenangkan serta menumbuhkan karakter positif.

Selain itu, partisipasi orang tua sangat penting untuk menyukseskan pembelajaran jarak jauh ini, khususnya bagi anak-anak di usia dini. Namun, situasi dilematik terjadi ketika orang tua tidak dapat hadir mendampingi anak karena masih harus bekerja dan mereka tidak memiliki orang lain yang dapat membantu mendampingi anak. Jika problem tersebut tidak dapat disikapi secara bijak, semisal orang tua membagi peran untuk mengasuh anak, maka isu kesehatan mental menjadi bagian yang perlu diantisipasi.

Dengan demikian, di samping manfaat dan kendala, ada hikmah di balik pandemi Covid-19 ini. Luthra & Mackenzi (2020) berpendapat mengenai pembelajaran jarak jauh yang dilansir dari kependudukan.lipi.go.id, bahwa ada empat cara Covid-19 mengubah cara kita mendidik generasi masa depan. Pertama, proses pendidikan di seluruh dunia semakin saling terhubung. Kedua, pendefinisian ulang peran pendidik. Ketiga, mengajarkan pentingnya keterampilan hidup di masa yang akan datang. Keempat, membuka lebih luas peran teknologi dalam menunjang pendidikan.

Selain itu, Gloria Tam dan Diana El Azar (2020) dilansir dari themandarin.com.au, menyatakan pandemi Covid-19 menyebabkan tiga perubahan mendasar di dalam pendidikan global. Pertama, mengubah cara jutaan orang dididik. Kedua, solusi baru untuk pendidikan yang dapat membawa inovasi yang sangat dibutuhkan. Ketiga, adanya kesenjangan digital menyebabkan pergeseran baru dalam pendekatan pendidikan dan dapat memperluas kesenjangan.

(7)

Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut, ini menunjukkan pandemi Covid-19 telah membuat percepatan transformasi pendidikan karena dalam waktu yang sangat singkat, seluruh dunia mengubah pola pembelajaran konvensional berbasis tatap muka di sekolah menjadi pembelajaran jarak jauh yang sangat mengandalkan teknologi. Transformasi digital secara paksa ini adalah cara yang paling aman untuk mencegah meluasnya penularan Covid-19, sehingga hak peserta didik untuk mendapatkan pendidikan tetap menjadi prioritas tanpa mengabaikan kesehatan dan keselamatan jiwa.

Panduan Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB) di Wilayah Zona Hijau

Sementara sekolah di zona kuning, oranye, dan merah belum diizinkan membuka fasilitasnya dan diperintahkan tetap melanjutkan pembelajaran dari rumah (BDR), sekolah yang berlokasi di wilayah zona hijau (kawasan aman dari penularan virus corona) boleh dibuka kembali pada masa pandemi ini dengan mengikuti berbagai aturan, syarat dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

Keputusan tersebut telah disepakati oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, serta Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 berdasarkan pada prinsip kebijakan pendidikan bahwa kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan, keluarga dan masyarakat menjadi prioritas utama.

Empat syarat paling utama yang wajib terpenuhi dalam pembukaan sekolah yaitu:

1. Sekolah berada di wilayah zona hijau

2. Ada izin dari pemerintah daerah atau Kementerian Agama (untuk madrasah)

3. Satuan pendidikan sudah memenuhi semua daftar periksa dan siap melakukan pembelajaran tatap muka. Daftar periksa itu terdiri dari:

 Ketersediaan sanitasi dan kebersihan seperti: toilet bersih, sarana cuci tangan memakai sabun dengan air mengalir atau cairan pembersih tangan (hand sanitizer), dan penyemprotan disinfektan secara berkala

 Sekolah mampu mengakses fasilitas layanan kesehatan seperti: puskesmas, klinik, rumah sakit dan sebagainya

 Kesiapan menerapkan area wajib masker atau pelindung wajah (face shield)

 Sekolah memiliki pengukur suhu tubuh jenis thermo gun

 Ada pemetaan warga satuan pendidikan yang tidak boleh berkegiatan di satuan pendidikan

(8)

 Membuat kesepakatan bersama komite pendidikan soal kesiapan kegiatan tatap muka.

4. Ada persetujuan dari orang tua atau wali murid terhadap keikutsertaan putra-putrinya dalam pembelajaran tatap muka di sekolah.

Pemerintah juga telah menerbitkan aturan baru yang harus dipatuhi oleh masyarakat saat hendak bepergian keluar rumah. Mengacu pada Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia No. Hk.01.07/Menkes/328/2020 tentang Panduan Pencegahan dan Pengendalian Corona Virus Disease 2019 (Covid-19), beberapa AKB di tempat kerja (sekolah) yang ditetapkan adalah:

1. Di pintu masuk sekolah, lakukan pengukuran suhu badan dengan menggunakan thermo gun. Sebelum masuk sekolah, diterapkan self assessment risiko Covid-19 untuk memastikan warga sekolah yang akan masuk dalam kondisi tidak terjangkit Covid-19.

Warga sekolah yang mengalami gejala seperti: demam/batuk/pilek/sakit tenggorokan dan/atau memiliki suhu badan >37,30 derajat celsius setelah dua kali pemeriksaan dengan jarak lima menit, tidak diperkenankan masuk dan diminta untuk melakukan pemeriksaan kesehatan atau isolasi mandiri.

2. Setiap orang diwajibkan untuk menggunakan masker sejak perjalanan dari atau ke rumah dan selama di sekolah.

3. Memastikan kebersihan sekolah dengan melakukan pembersihan dan disinfeksi secara berkala di area belajar dan area publik.

4. Menyediakan lebih banyak sarana cuci tangan yang memadai dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer dengan konsentrasi alkohol minimal 70 persen di area yang mudah diakses oleh siapapun.

5. Memasang poster edukasi cara mencuci tangan yang benar.

6. Menerapkan physical distancing dalam setiap aktivitas. Pengaturan jarak antar peserta didik minimal 1,5 meter dan maksimal setiap ruang diisi 18 orang pada setiap aktivitas belajar, dengan mengadakan pengaturan meja kerja atau workstation, pengaturan kursi saat di kantin dan lain-lain.

7. Peserta didik dilarang menggunakan alat/fasilitas yang bisa dipegang oleh orang banyak secara bergantian dalam waktu singkat.

8. Pengaturan waktu belajar tidak terlalu panjang, yang akan mengakibatkan warga sekolah kekurangan waktu untuk beristirahat sehingga menyebabkan penurunan sistem kekebalan atau imunitas tubuh.

(9)

Selain menerapkan panduan AKB yang telah dipaparkan tersebut, pastikan juga warga sekolah memahami perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dengan mengonsumsi makanan bergizi, beristirahat yang cukup, rajin berolah raga dan mengelola stres dengan baik untuk menjaga daya tahan tubuh agar terhindar dari Covid-19 maupun masalah kesehatan lainnya. Sesampainya di rumah, segera mandi dan berganti pakaian dengan baju yang bersih sebelum kontak dengan anggota keluarga di rumah. Bersihkan alat tulis, handphone, kacamata, tas dan barang lainnya dengan cairan disinfektan.

Kita sekarang bergerak menuju masa AKB (Adaptasi Kebiasaan Baru), maka penting memahami apa artinya dalam kehidupan sehari-hari. AKB merupakan proses bertahap yang tergantung pada situasi di daerah masing-masing. AKB bukan berarti kembali ke kehidupan normal dan melakukan segala aktivitas sama seperti sebelum pandemi. Di masa ini, ruang gerak manusia seolah dibuat terbatas. Manusia dituntut memaknai kehidupan dengan saling melindungi satu sama lain dari wabah mematikan yang bernama Covid-19.

Pembangunan pendidikan di Indonesia membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.

Pendidikan sebagai ekosistem utuh yang tidak lepas dari kebijakan politik, daya dukung teknologi, infrastruktur yang memadai, serta dukungan dari orang tua/masyarakat. Tanpa semua itu, pendidikan tidak dapat optimal dalam mencerdaskan anak bangsa.

Adaptasi kebiasaan baru ini bisa berjalan efektif jika seluruh lapisan masyarakat berupaya bekerja sama dalam mematuhi segala aturan dan konsisten dengan protokol kesehatan yang ada demi memutus mata rantai penularan Covid-19. Membiasakan diri dengan hidup sehat adalah kuncinya. Dengan seringnya menerapkan kebiasaan baru yang lebih sehat dimanapun, diharapkan semakin mudah dan cepat menjadi norma individu dan norma masyarakat, serta menjadi sisi positif di balik tragedi pandemi ini.

Sudah sampai manakah usaha “Adaptasi Kebiasaan Baru (AKB)” kita? Apakah baru niat di dalam hati? Apakah baru sadar menghampiri? Atau, sudah menjelma jadi amal hakiki?

Kini… Maukah Anda berubah? Siapkah Anda berpayah? Sesungguhnya keberhasilan Indonesia keluar dari pandemi tergantung keterlibatan masyarakatnya. Mari kita praktikkan kebiasaan baru ini mulai dari sekarang, dari diri sendiri, agar tak tertular dan menulari. Mari menjadi teladan untuk menyelamatkan keluarga, lingkungan, bangsa dan negara tercinta. Saatnya jadi pahlawan, tundukkan Covid-19 dengan “Adaptasi

(10)

Kebiasaan Baru”. Anda bisa… SAYA BISA. Kita bisa… PASTI BISA. Indonesia bisa…

LUAR BIASA.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “Implementasi Pembelajaran Daring Tingkat Sekolah Menengah Pertama dalam Masa Pandemi Corona Virus Disease 19 di Kecamatan Indralaya

Rancang Bangun Sistem Pakar (Expert System) Budidaya Tanaman Hortikultura Buah-buahan Unggulan Nasional. Dibiayai oleh Proyek Pengkajian Ilmu Pengetahuan Terapan,

Membuat sistem yang dapat membantu memberi peringkat pada data calon penerima Bantuan Beasiswa Siswa Miskin (BSM) berdasarkan persyaratan yang telah ditentukan

Metodologi yang digunakan dalam identifikasi penyebab, dampak dan penanganan penurunan muka tanah di DKI Jakarta adalah melakukan studi literatur dan menggunakan data sekunder

Berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa Cara penyerangan lalat buah yang terdapat di Kota Banda Aceh dimulai dari pemilihan bau, penususkan kulit

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan serta mengingat keterbatasan kemampuan dan dana yang tersedia dalam penelitian ini, maka diperlukan adanya

Pola Pembelajaran Guru Pada Masa Pandemi Corona (Covid-19) Pada Sekolah Dasar Negeri Gugus Jayabaya Kecamatan Dempet Kabupaten Demak. Program Studi Magister

Belajar Dari Rumah (BDR) menjadi solusi yang terbaik pada masa pandemi covid-19. BDR menjadi tantangan tersendiri bagi guru khususnya dalam menyiapkan materi, menentukan metode, dan