• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap Negara tentunya akan menjalankan berbagai program pembangunan demi meningkatkan kesejahteraan hidup masyarakatnya. Kehidupan masyarakat yang sejahtera merupakan kondisi yang ideal menjadi dambaan setiap warga masyarakat. Oleh sebab itu wajar apabila berbagai upaya dilakukan untuk mewujudkan kondisi tersebut. Disamping itu berbagai upaya juga dilakukan untuk menghilangkan atau minimal mengantisipasi dan mengeliminasi faktor-faktor yang menghalangi pencapaian kondisi ideal tersebut. Fenomena yang disebut sebagai masalah sosial di anggap kondisi yang dapat menghambat perwujudan kesejahteraan sosial. (http://www.scribd.com/doc)

Di Negara yang sudah maju dan mapan dalam bidang ekonomi, jumlah pengeluaran belanja rumah tangga yang tinggi bukanlah menjadi persoalan karena didukung dengan pendapatan individu yang tinggi pula. Tetapi di Negara berkembang seperti Indonesia yang merupakan Negara agraris di mana sebagian besar pendapatan penduduknya berasal dari sektor pertanian terkadang jumlah pengeluaran rumah tangga yang tinggi tidak seimbang dengan jumlah pendapatan individu yang rendah.

Masyarakat Indonesia cenderung memiliki pendapatan yang rendah sedangkan pengeluaran untuk sehari – hari mereka cukup tinggi, sehingga menyebabkan banyaknya masyarakat yang hidup dalam garis kemiskinan. Pendapatan yang rendah dapat mengakibatkan daya beli masyarakat menjadi rendah.

(2)

Secara tidak langsung, hal ini memaksa masyarakat untuk hidup seadanya dan bahkan cenderung terjebak di sekitar garis kemiskinan. Namun, akhir-akhir ini masyarakat Indonesia semakin kreatif dalam mengelola keuangan rumah tangga mereka.

Damsar (2009) mengatakan bahwa pendapatan masyarakat Indonesia dialokasikan melalui beragam strategi, dengan pola konsumsi yang mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari pada investasi atau menabung. Salah satu kebutuhan pokok yang akhir-akhir ini mendapat sorotan adalah minyak tanah. Kelangkaan dan kenaikan harga eceran tertinggi (HET) minyak tanah telah menimbulkan keresahan di kalangan masyarakat, sebab sebagian besar masyarakat Indonesia terbiasa dengan menggunakan minyak tanah sebagai alat bantu memasak (www.kompas.com).

Berbagai terobosan baru yang dilakukan oleh pemerintah dalam berbagai bidang telah dilakukan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari berbagai krisis yang terjadi di dunia dan lebih khususnya lagi di Indonesia. Salah satu krisis yang sekarang melanda Negeri Indonesia adalah krisis energi. Ketersediaan energi yang semakin hari semakin berkurang telah menyebabkan terjadinya krisis. Saat ini Indonesia memang dikenal sebagai Negara penghasil minyak, akan tetapi keanehan yang terjadi adalah kelangkaan bahan bakar minyak (BBM). Untuk itu pemerintah mengembangkan kebijakan baru untuk mengatasi krisis energi ini.

Kelangkaan tersebut merupakan salah satu dampak perkembangan industrialisasi di Indonesia, dimana permintaan sektor industri terhadap minyak tanah semakin meningkat. Tentunya, tingginya permintaan sektor industri terhadap minyak

(3)

tanah mengakibatkan pengurangan suplai dan penghapusan subsidi pada minyak tanah yang disalurkan ke rumah tangga.

Ada beberapa langkah kebijakan baru yang dilakukan pemerintah untuk mengatasi kelangkaan minyak tanah yaitu dengan melakukan pengkonversian minyak tanah ke gas LPG. Dalam pengkonversian minyak tanah ke gas LPG ini dinilai sebagai suatu solusi. Hal ini berdasarkan ketersediaan bahan bakar gas (BBG) yang lebih banyak dari pada bahan bakar minyak (BBM). Sebelumnya akan dijelaskan terlebih dahulu tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji.

Program konversi minyak tanah ke gas LPG (Liquid Petroleum Gas) ditetapkan oleh pemerintah sebagai satu-satunya alternatif agar masyarakat dapat menggunakan bahan bakar untuk memasak dengan harga yang jauh lebih murah. Isu cadangan bahan bakar minyak dunia yang semakin menipis menjadi alasan kuat bagi pemerintah untuk melakukan konversi terhadap bahan bakar gas yang masih tersedia dalam jumlah besar (www.pertamina.com).

Alasan dilakukannya program Konversi Minyak Tanah ke LPG adalah :

- Berdasarkan kesetaraan nilai kalori, subsidi LPG lebih rendah dari pada subsidi minyak tanah.

- Penghematan subsidi dapat mencapai Rp 15-20 Trilyun jika program ini berhasil. LPG lebih sulit dioplos dan disalahgunakan.

- LPG lebih bersih dari pada minyak tanah.

Ketersediaan gas dalam jumlah besar menurut pemerintah terjadi karena belum populernya gas sebagai alat bantu masak. Tidak adanya sosialisasi tentang

(4)

penggunaan gas membuat masyarakat enggan menggunakan LPG, sehingga pada kebijakan konversi tersebut diberlakukan, pemerintah mengiringinya sosialisasi tentang penggunaan gas LPG dengan aman.

Isu lain yang dikemukakan oleh pemerintah adalah efisiensi pembakaran gas yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan minyak tanah. Menurut penelitian yang dilakukan oleh pertamina, pengeluaran untuk membeli minyak tanah lebih besar jika dibandingkan dengan LPG (untuk tabung ukuran 3 kg). Biaya yang harus dikeluarkan untuk membeli minyak tanah selama 1 bulan (30 hari) sebesar Rp. 75.000,- sedangkan LPG dengan tabung 3 kg hanya Rp. 51.000,- sehingga konsumen dapat menghemat pengeluaran konsumsi bahan bakar sebesar Rp. 24.000,-. Untuk lebih jelas, keuntungan yang diperoleh dengan penggunaan LPG dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1.

Perbandingan Biaya Konsumsi Minyak Tanah dan LPG

Produk Harga satuan

Volume pemakaian untuk 8 hari Biaya pemakaian untuk 8 hari Biaya pemakaian sebulan (30 Hari) Minyak tanah Rp 2500,- /liter 8 Liter Rp 20.000,- Rp 75.000,- LPG 3 Kg Rp 4.250,- /Kg 3 Kg Rp 12.750,- Rp 51.000,- Penghematan Rp 7.250,- Rp 24.000 Sumber: www.pertamina.com

(5)

Koran Kompas, memuat hitungan perkiraan penghemataan subsidi LPG. Berikut ini adalah hitungannya: 60

Komponen pembanding Minyak tanah Per liter

Elpiji per 0,4 Kg 1. Harga keekonomian (tanpa PPN) Rp 5.688,00 Rp 2.920,00 2. Harga perpres (tanpa PPN) Rp 1.818,18 Rp 1.385,46 3. Subsidi per liter setara minyak tanah Rp 3.869,82 Rp 1.534,54 4. Penghematan subsidu per liter setara

minyak tanah

Rp 2.335,00

5. Penghematan 2007 (volume minyak tanah yang beralih = 319.042.680 liter)

Rp 745,05 miliar/tahun

6. Penghematan kotor jika beralih semua (asumsi volume minyak tanah yang beralih = 9.900 juta liter)

Rp 23,12 triliun/tahun

(www.kompas.com)

Melihat kelebihan dan keuntungan dari penggunaan gas LPG tersebut maka pemerintah dapat menghemat APBN dan mengalokasikan anggaran dana APBN untuk hal lain. Tetapi dalam pelaksanaannya ternyata tidak semudah yang dikira di mana persoalan ini masih menemui banyak hambatan, yang diantaranya disebabkan karena masyarakat sudah terbiasa menggunakan minyak tanah, apalagi pemerintah terlalu mendadak dan tidak terencana secara komprehensif (www.google.com).

Bagi pemerintah kebijakan ini penting karena untuk mengurangi bahan bakar minyak (BBM) juga sebagian pengeluaran/pendapatan dari membeli bahan bakar gas

(6)

(BBG) dapat dialokasikan melalui beragam strategi.(Damsar 2009) Mengatakan bahwa pendapatan masyarakat Indonesia dialokasikan melalui beragam strategi, dengan pola konsumsi yang mengutamakan untuk memenuhi kebutuhan pokok dari pada investasi atau menabung. Dan salah satu kebutuhan pokok masyarakat khususnya rumah tangga saat ini adalah minyak tanah dan gas LPG.

Tetapi bagi masyarakat apalagi rumah tangga miskin, argumentasi yang disampaikan oleh pemerintah yang sedemikian itu tentu tidak masuk dalam benak mereka. Logika sehari-hari rumah tangga miskin menunjukkan bahwa jauh lebih ”efisien” kalau mereka menggunakan minyak tanah dibanding dengan gas LPG sekalipun kompor dan tabung gas itu telah dibagikan gratis oleh pemerintah.

(//http.andiirawan.com)

Berdasarkan pemaparan di atas, maka peneliti tertarik untuk melihat ”Pengaruh konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang “.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka masalah penelitian yang diajukan adalah “Bagaimana pengaruh konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga” di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang”

(7)

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui Bagaimana pengaruh konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga di Desa Kolam Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis

Hasil yang akan diperoleh dalam penelitian ini secara teoritis diharapkan agar dapat memperoleh pengetahuan yang lebih baik dan dapat dijadikan bahan rujukan untuk penelitian selanjutnya. Serta bermanfaat dalam pengembangan ilmu-ilmu sosial, khususnya ilmu sosiologi

1.4.2 Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi masyarakat sekitar ataupun masyarakat tentang pengaruh konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga. Dan juga agar dapat menjadi masukan bagi yang berminat pada penelitian yang sejenis.

1.5. Kerangka Teori

1.5.1. Mata Pencaharian Yang Berkelanjutan (Sustainable Livelihood) Konsep ini sesungguhnya dikembangkan pertama kali di Inggris pada akhir dekade 1990 an, namun didesain sedemikian rupa sehingga sangat relevan untuk kawasan sedang berkembang. Pendekatan pembangunan ala sustainable

(8)

livelihood system adalah pendekatan pembangunan kontemporer (konsep pembangunan dekade 1990-an) yang berusaha mengoreksi pendekatan pembangunan ala modernisasi yang dikenal sangat tidak akrab terhadap lingkungan. Pendekatan system nafkah berkelanjutan berusaha mencapai derajat pemenuhan kebutuhan sosial, ekonomi, dan ekologi secara adil dan seimbang. Pencapaian derajat kesejahteraan sosial didekati melalui kombinasi aktivitas dan utilisasi modal-modal yang ada dalam tata system nafkah.

Pendekatan sustainable livelihood (PSL) adalah cara berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan. Sebagai sebuah pendekatan PSL didukung oleh seperangkat prinsip-prinsip dan alat-alat yang menggambarkan cara mengorganisir, memahami dan bekerja menangani issue-issue kemiskinan yang kompleks dan beragam, dimodifikasi dan diadaptasi menyesuaikan diri terhadap prioritas dan situasi lokal.

Sustainable Livelihoods menjelaskan faktor-faktor utama yang mempengaruhi penghidupan masyarakat serta hubungan khusus diantara faktor-faktor tersebut. Konsep ini bisa digunakan baik untuk merencanakan kegiatan pembangunan baru maupun untuk menilai sumbangan kegiatan-kegiatan yang salah sudah dilaksanakan bagi berkelanjutan penghidupan (Saragih, dkk, 2007)

Sconnes (1998), mengidentifikasi lima aset atau jenis modal yaitu modal alam (natural capital), modal manusia (human capital), modal keuangan (financial kapital), modal fisik (infrastruktur), dan modal surat (social capital).

(9)

Dimana kesemua aset ini saling berhubungan satu sama lain yang menjadi bagian dalam sustainable livelihood, seperti yang dapat dilihat pada bagian pentagon dibawah ini

BAGAN 2.2

The Pentagon Aset (Modal Segilima)

Dimana pada pendekatan manusia, menurut mata pencaharian, menggantungkan kesuksesan mereka pada nilai jasa yang mengalir dari total modal. Lima bentuk modal itu tidak berbagi karakteristik yang sama Modal alam mengacu pada biofisik elemen seperti air, udara, tanah, sinar matahari, hutan, mineral dan lain-lain. Ini adalah sebagian besar aset yang dipengaruhi secara alami. Modal mungkin merupakan faktor terpenting (Chivaura dan Mararike, 1998). Ini adalah orang yang sama-sama menjadi objek dan subjek dalam pembangunan. Sedangkan modal finansial merupakan media pertukaran

H S P F N Human Capital Social capital Natural capital Financial capital Physical capital

(10)

dank arena itu penting bagi kebersihan pemanfaatan yang lain factor atau asset. Tidak boleh disamakan dengan modal alam, yang semua fisik, fisik mengacu modal aset buatan manusia seperti perumahan, jalan dan bentuk-bentuk fisik atau keras modal yang membentuk lingkungan binaan. Modal Coleman (1990) adalah produktif yang memungkinkan pencapaian tujuan tertentu yang tidak akan dicapai dalam ketiadaan. Dalam rangka sustainable livelihood memerlukan modal sosial, jaringan sosial dan asosiasi yang dimiliki orang-orang (Ordero)

Keberlanjutan mempunyai banyak dimensi yang semuanya penting yang pendekatan sustainable livelihoods. Penghidupan dikatakan berkelanjutan jika ia:

- Elastis dalam menghadapi kejadian-kejadian yang mengejutkan dan tekanan-tekanan dari luar

- Tidak tergantung pada bantuan dan dukungan luar (Atau jika tergantung, bantuan itu sendiri secara ekonomis dan kelembagaan harus sustainable) - Mempertahankan produktifitas jangka panjang sumber daya alam

- Tidak merugikan penghidupan atau mengorbankan pilihan-pilihan penghidupan yang terbuka bagi orang lain.

Dimensi keberlanjutan sendiri meliputi berbagai aspek yakni lingkungan, ekonomi, sosial dan kelembagaan. Dimana keberlanjutan lingkungan dan ekologis tercapai ketika produktifitas sumber daya alam dan yang menopang kehidupan dilestarikan atau ditingkatkan penggunaannya oleh

(11)

generasi mendatang. Sedangkan keberlanjutan ekonomi dicapai ketika tingkat satuan ekonomi tertentu (rumah tangga). Mempertahankan tingkat pengeluaran tertentu secara stabil (pengeluaran sering menjadi proxy indicator dalam menilai kesejahteraan rumah tangga, ketimbang pemasukan karena lebih mudah di ukur). Keberlanjutan ekonomi kaum miskin tercapai jika tingkat dasar kesejahteraan ekonomi bisa dicapai dan dipertahankan (pola dasar ekonomi nampaknya tergantung pada situasi khusus, meskipun ia bisa dipahami secara sempit alias ‘reductionis’ dengan ‘dolar per hari’ dari Target Pembangunan Millenium (MDGs). Kemudian untuk keberlanjutan sosial tercapai ketika pengucilan sosial diminimalkan dan persamaan sosial dimaksimalkan. Dalam terminologi yang lain keberlanjutan sosial bermakna kesenjangan yang ditekan dan social capital yang meningkat. Selain itu keberlanjutan kelembagaan tercapai ketika struktur-struktur dan proses-proses yang berlangsung mampu terus menjalankan fungsinya dan berkontribusi secara positif terhadap penghidupan masyarakat dalam jangka panjang (Saragih dkk, 2007)

1.5.2. Produksi

Produksi merupakan suatu kegiatan yang di kerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan. Kegiatan menambah daya guna suatu benda tanpa mengubah bentuknya dinamakan produksi jasa. Sedangkan kegiatan menambah daya guna suatu benda dengan mengubah sifat dan bentuknya dinamakan produksi barang. Produksi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan manusia

(12)

sehingga mencapai kemakmuran. Kemakmuran dapat tercapai jika tersedia barang dan jasa dalam jumlah yang mencukupi (wikipedia.com)

Faktor produksi adalah sumber daya yang di gunakan dalam sebuah proses produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi barang dan jasa. Pada awalnya, faktor produksi di bagi menjadi empat kelompok yaitu tenaga kerja, modal, sumber daya alam dan energi dan kewirausahaan. Namun pada perkembangannya, faktor sumber daya alam dan energi diperluas cakupannya menjadi seluruh benda terukur, baik langsung dari alam maupun tidak, yang di gunakan oleh perusahaan, yang kemudian di sebut sebagai faktor fisik (physical esources).(Griffin R:2006). Sukirno (2003: 6) berpendapat bahwa faktor produksi adalah benda-benda yang di sediakan oleh alam atau diciptakan oleh manusia yang dapat di gunakan untuk memproduksi barang-barang atau jasa.

LPG singkatan liquid petroleum gas (gas minyak bumi cair) yang dipasarkan dengan nama LPG dalam botol-botol besi. Terutama terdiri dari gas propon dan buatan. Pada tekanan biasa titik didih propan_42 derajat dab buatan_1 derajat C. dengan memberi tekanan gas-gas tersebut cair pada suhu biasa. Propan memerlukan 12 atmosfer sedang butan 3 atmosfer. Supaya lebih mudah mencairkan pada tekanan yang tidak terlalu tinggi harus memakai lebih banyak butan, atau menggunakan gas yang lebih banyak karbonnya lagi, LPG diedarkan dalam botol besi yang dapat ditukar dengan yang masih penuh apabila sudah habis terpakai. Gas minyak bumi cair ini terutama sebagai produksi samping pada penyulingan minyak bumi kasar, sedang gas alam cair diproduksi khusus dari ladang-ladang gas.

(13)

1.6. Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari hipotesis dua arah yaitu hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nol (Ho). Hipotesis benar jika hipotesis alternatif (Ha) terbukti kebenarannya.

a. Ha : hipotesis alternatif dapat dirumuskan bila ternyata pada penelitian ini hipotesis nol ditolak. Hipotesis ini menyatakan ada hubungan, yang berarti ada signifikan hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Sebagai hipotesis yang berlawanan dari hipotesis nol, maka hipotesis ini memiliki statement :

“Adanya pengaruh antara konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga”

b. Ho : hipotesis ini mempunyai bentuk dasar yang menyatakan tidak ada hubungan antara variabel X dan Y yang akan diteliti, atau variabel independen (X) tidak mempengaruhi variabel dependen (Y). Maka hipotesis ini memiliki statement: “Tidak ada pengaruh antara konversi minyak tanah ke gas LPG terhadap kehidupan sosial ekonomi rumah tangga”

1.7. Defenisi Konsep

Untuk menggambarkan secara tepat fenomena yang hendak di teliti, penggunaan konsep sangat penting. Konsep merupakan istilah yang di gunakan untuk

(14)

menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan dimana kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian (Singarimbun, 1998). Melalui konsep, penulis di harapkan dapat menyederhanakan dan membatasi pembahasan. Maka beberapa konsep yang di batasi dengan mendefenisikannya secara operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Lively hood adalah cara berpikir dan bekerja untuk pembangunan yang berkembang secara evolusi dan dalam tujuan untuk mengefektifkan segala usaha-usaha mengakhiri kemiskinan.

2. Konversi minyak tanah ke gas LPG adalah program pengalihan subsidi dan penggunaan minyak tanah oleh masyarakat ke gas LPG 3 Kg melalui pembagian paket LPG 3 Kg beserta isi, kompor, regulator dan selang secara gratis kepada masyarakat yang memiliki kriteria yang sudah ditentukan sebelumnya.

3. Produksi merupakan suatu kegiatan yang di kerjakan untuk menambah nilai guna suatu benda atau menciptakan benda baru sehingga lebih bermanfaat dalam memenuhi kebutuhan.

1.8. Operasional Variabel

Yang dimaksud denga definisi operasional ialah suatu definisi yang didasarkan pada karakteristik yang dapat di observasi dari apa yang sedang di definisikan atau mengubah konsep-konsep yang berupa konstruk dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji dan ditentukan kebenarannya oleh orang lain. (Jonatan,2006:67).

(15)

Berdasarkan paparan di atas, maka yang menjadi Variabel Bebas (X) (independent Variable) adalah konversi minyak tanah ke gas LPG dengan indikator yaitu :

1. Volume pengguna perbulan 2. Variasi aktivitas 3. Pengetahuan, tentang: - Pemeliharaan - Penggunaan - Pengawasan - Sosialisasi

Sedangkan Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kehidupan sosial ekonomi rumah tangga dengan indikator :

1. Pendapatan 2. Pengeluaran 3. Kebutuhan hidup

1.8.1. Bagan Operasional Variabel

Untuk memudahkan pemahaman relasi antar variabel penelitian ini, maka pada bagian ini digunakan bagan operasional variabel sebagai berikut :

(16)

Bagan Operasional Variabel X Konversi Minyak Tanah ke Gas LPG Y Kehidupan Sosial Ekonomi Rumah 1. Volume pengguna perbulan 2. Variasi aktivitas 3. Pengetahuan, tentang: - Pemeliharaan - Penggunaan - Pengawasan - Sosialisasi 1. Pendapatan meliputi: - Besarnya pendapatan

sebelum dan setelah adanya konversi minyak tanah ke gas LPG

2. Pengeluran meliputi: - Besarnya pengeluaran

sebelum dan setelah menggunakan gas LPG 3. Kebutuhan hidup

(17)

1.8.2. Defenisi Operasional Variabel

1. Variabel Bebas (X) (independent Variable) adalah konversi minyak tanah ke gas elpiji dengan indikator yaitu :

1. Volume pengguna perbulan : meliputi seberapa banyak tabung LPG 3 Kg yang di butuhkan dalam sebulan

2. Variasi aktivitas : meliputi penggunaan LPG untuk apa saja. 3. Pengetahuan, tentang :

- Pemeliharaan : Meliputi pengetahuan cara-cara pemeliharaan LPG

- Penggunaan : Meliputi pengetahuan cara menggunakan Kompor Gas LPG dengan baik dan benar

- Pengawasan : Meliputi pengetahuan cara pengawasan LPG - Sosialisasi : Meliputi pada pengalaman pribadi dan

perolehan informasi.

2. Variabel Terikat (Y) dalam penelitian ini adalah kehidupan sosial ekonomi rumah tangga dengan indikator :

1. Pendapatan : Pendapatan perbulan sebelum dan setelah menggunakan LPG

2. Pengeluaran : Pengeluaran perbulan sebelum dan setelah menggunakan LPG

3. Kebutuhan Hidup : Meliputi kebutuhan sehari-hari memasak untuk memenuhi kebutuhan hidup

Referensi

Dokumen terkait

Gabungan teknologi ini melahirkan pengolahan data yang dapat didistribusikan , mencakup pemakaian database, software aplikasi dan peralatan hardware secara

Kerusakan atau pecahnya door packing ini bisa terjadi dari beberapa kemungkinan penyebab, di antaranya yaitu: safety valve tidak bekerja dengan baik, alur packing

Jalur Hijau yang dibentuk oleh vegetasi dapat memperkuat karakteristik jalan Mastrip sebagai entrance kota Surabaya melalui penataan yang membentuk sekuens

HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH PANITIA PELAKSANA PERINGATAN SUMDAWAN TAHUN 2016 Sekretariat: Kampus FHIS Undiksha Jalan Udayana No.11 Singaraja-Bali

 Indonesia dikenal sebagai negara agraris, yaitu negara yang sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian di berbagai bidang pertanian, seperti budidaya

Agar agroindustri kecil mampu berkembang dan bertahan untuk ke depannya, maka perlu dilakukan penelitian tentang kinerja, nilai tambah dan strategi pengembangan agroindustri

Sebagai salah satu media sosial yang cukup popular di kalangan masyarakat, facebook dimanfaatkan pula oleh UT sebagai s arana komunikasi, tempat belajar bersama

Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perbendaharaan kepustakaan IAIN Tulungagung dan dapat digunakan sebagai acuan dalam penelitian selanjutnya