6
BAB II
TINJAUAN PENCIPTAAN KARYA
Sebagai penunjang dalam proses penciptaan karya film dokumenter yang berupa audio visual, maka studi pustaka mengacu pada beberapa literatur buku dan film sebagai pedoman dan kajian karya film untuk sumber referensi, yang meliput sebagai berikut :
2.1 Tinjauan Pustaka
Tinjauan pustaka adalah sebuah sumber pengkaryaan yang digunakan untuk menjelaskan kajian-kajian apa saja yang digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan karya film dokumenter. Pengkarya memiliki beberapa tinjauan pustaka dari berbagai sumber yang dapat menjadi pendukung penulisan laporan ini.
2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Visual
Komunikasi visual adalah kajian teoritis yang melibatkan berbagai ilmu seperti komunikasi massa, film dan sinematografi, seni, dan lain-lain. Penggunaan komunikasi visual untuk sudut pandang kita kepada orang lain dan memahaminya.
Komunikasi visual sendiri merupakan istilah yang acuannya pada pengiriman ide atau informasi dalam bentuk yang dapat dilihat oleh mata, maka dari itu komunikasi visual bisa disebut dengan gambar dengan pesan (Kenney, 2004).
Komunikasi visual adalah proses komunikasi yang berlangusng dengan
mengirimkan pesan dari lingkungan sekitar yang dipenuhi kounikasi visual seperti
jam tangan, buku, logo, telepon genggam, televisi, spanduk, dan baliho. Menonton
televisi atau membaca buku seni adalah kegiatan yang mengalami proses
7
komunikasi visual. Komunikasi visual mencakup tanda, desain grafis, periklanan, animasi, warna dan berbagai media elektronik lainnya.
Media eletronik adalah salah satu media massa yang menggunakan peralatan elektronik modern. Media elektronik sangat mampu menarik khalayaknya dengan memberikan perhatian secara penuh karena semua yang disiarkan tidak dapat diulang lagi.. Media yang mempunyai cakupan komunikasi visual yang termasuk dalam media elktronik adalah televisi, radio, internet, dan film.
2.1.2 Film
Dari penjelasan diatas Film adalah salah satu media komunikasi bersifat audio visual untuk menyampaikan pesan kepada sekelompok orang berkumpul di suatu tempat tertentu (Effendy, 1986). Pesan film dalam benentuk media kominikasi massa dapat berbentuk hiburan, Pendidikan, sosialisasi dan informasi.
Pada dasaranya film dibagai menjadi dua yaitu film fiksi dan non fiksi. Film fiksi adalah film yang berdasarkan dengan menceritakan cerita fiktif ataupun narasi dan diperankan oleh aktor atau aktris. Sedangkan film non fiksi adalah film dengan mengangkat kenyataan sebagai subyeknya dengan merekam kenyataan dari cerita tentang kenyataan. (Sumarno, 1996).
Dalam kategorinya, film non fiksi dibagi menjadi dua yaitu :
a) Film Faktual : menceritakan fakta dan kenyataan yang kamera sekedar merekam
peristiwa yang sekarang disebut dengan film berita (news-reel), yang lebih
mefokuskan sisi pemberitaan peristiwa yang aktual.
8
b) Film Dokumenter : film non fiksi yang merupakan kejadian nyata dan otentik yang mana merupakan peristiwa nyata dan bukti otentik kejadian di kehidupan nyata.
2.1.3 Film Dokumenter
Film dokumenter berbeda dengan film atau tayang audio visual lainnya seperti Film Dokumentasi dan Jurnalistik Televisi,di mana tayangan tersebut semua sama-sama mengamati segala hal yang bersifat faktual dan juga aktual. Film Dokumentasi adalah sebuah hasil dari audio visual yang hanya sekedar merekam kejadian faktual dan aktual tanpa menggunakan pretensi apapun terutama dari segi penceritaan. Begitu juga dengan Jurnalistik Televisi hanya sebuah tayangan yang berisi pemberitaan yang sudah melalui unsur editing untuk disesuaikan dengan naskah pemberitaan.
Menurut Kusen Dony dalam bukunya Fundamental film dokumenter adalah sebuah film yang menggunakan perekam gambar dan suara yang faktual dan aktual yang mempunyai tujuan dan ideologi sehingga seringkali dikaitkan dengan jurnalistik, namun apa yang membedakan antara film dokumenter dengan tipe audio visual lainnya yaitu memilki story telling (penceritaan) di mana jurnalistik dan dokumentasi tidak mempunyainya (Hermansyah, 2016).
2.1.4 Film Dokumenter Expository.
Dokumenter jenis expository ini tergolong konvensional, sering digunakan
dalam produksi dokumenter televisi. Cenderung menampilkan narasi dari subjek
dan diiringi dengan rangkaian gambar yang sesuai dengan narasi yang diucapkan
oleh subjek. Tipe film dokumenter expository memperlihatkan sebuah narasi yang
9
dikombinasikan dengan serangkaian gambar yang bertujuan agar lebih deskriptif dan informatif (Hermansyah, 2016). Tujuan digunakannya tipe ini adalah untuk memperkuat visual dengan penyampaian informasi yang belum bisa disampaikan.
2.1.5 Sinematografi Dalam Film
Film sudah biasa dipakai untuk merekam suatu peristiwa atau menyampaikan pesan dalam bentuk audio visual.Pembuatan film memiliki beberapa aspek guna mendukung terjadinya proses komunikasi. Dalam film memiliki disiplin ilmu dalam pengambilan gambar yang dikenal dengan nama sinematografi (cinematography). Menurut buku dengan judul Memahami Film (Pratista, Memahami Film, 2008) cinematography terdiri dari dua suku kata, Cinema dan graphy. Cinema berasal dari bahasa Yunani yaitu Kinema, yang artinya Gerakan dan Graphos berarti melukis. Jadi Cinematography bisa diartikan melukis gambar yang bergerak.
Sinematografer (seorang pengambil gambar dalam film) tidak hanya
merekam setiap adegan melainkan juga mengatur dan mengontrol setiap adegan
yang diambil. (Pratista, Memahami Film, 2008). Dalam buku yang sama, unsur
sinematografi secara umum dapat dibagi menjadi tiga aspek, yakni; kamera,
framming, serta durasi gambar. Dalam aspek kamera mencakup teknik-teknik yang
dapat dilakukan melalui kamera, seperti penggunaan lensa, warna, kecepatan gerak
gambar, dan sebagainya. Framing adalah hubungan kamera dengan obyek yang
akan diambil, seperti batasan wilayah atau frame, ketinggian, jarak, pergerakan
kamera, ukuran gambar, dan sebagainya. Salah satu aspek penting dalam Framming
adalah pergerakan kamera yang sangat mementukan situasi dan suasana dalam
sebuah scene.
10
Pergerakan kamera umumnya digunakan untuk mengikuti pergerakan seorang subjek serta objek dalam film. Pergerakan sangat mempengaruhi ketinggian kemiringan, sudut, dan jarak yang selalu berubah-ubah. Penggambaran suasana lokasi atau suasana panorama juga ditentukan oleh pergerakan kamera.
(Pratista, Memahami Film Edisi 2, 2017). Dinamis adalah salah satu pergerakan yang bermakna bergerak dengan cepat dan menyesuaikan kondisi. Pergerakan dinamis atau Dynamic shot ini diterapkan di beberapa teknis kamera dengan tujuan memvisualkan serta membawa mood di setiap scene.
2.1.6 Teknik Dynamic Shot
Dalam sebuah film kamera memiliki macam-macam gerakan. Digunakannya Gerakan tersebut dalam film adalah untuk menciptakan gambar yang membuat visual menjadi lebih menarik dan tidak monoton. Namun penataan kamera yang umum juga harus di hindari agar penonton tidak teralihkan dari kesadarannya dari kamera yang ada.
Menurut Brown, pergerakan kamera memiliki banyak motivasi, selain digunakan menambah kesan yang dramatik, pergerakan juga bisa menggambarkan sebuah energi, kegembiraan, kesedihan, ancaman, atau kesan emosional lainnya.
(Brown, 2002). Agar mencapai dynamic shot tersebut, digunakan beberapa teknik yaitu:
1) Zooming (In/Out)
Pergerkan ini dilakukan oleh lensa kamera. Gerakan yang dihasilkan dari
pergerakan ini adalah mendekatkan maupun menjauhkan objek. Gerakan ini
disediakan dari fitur yang disediakan oleh video cameraman.
11
2) Panning (Left/Right)
Pergerakan panning adalah kamera yang bergerak dari ke kanan atau kekiri yang berpusat pada satu poros saja yaitu pada tripod, begitu juga bergerak dari kiri ke kanan.
3) Tilting (Up/Down)
Pergerakan yang bergerak ke atas dan ke bawah dengan menggunakan tripod sebagai alat untuk menstabilakan gerakan.
4) Track (In/Out)
Pergerakan Track in dan out adalah gerakan yang dilakukan yaitu gerakan maju dan mundur, namun disini yang bergerak adalah cameraman dengan stabilizer dengan cara bergerak maju ataupun menariknya mundur.
5) Follow
Model pengambilan gambar yang digunakan untuk mengikuti gerkan suatu objek kemana pun arahnya bergerak.
6) Framing (In/Out)
Pergerakan framing adalah gerakan yang digunakan untuk memasuki dan keluar dari sebuah framming shot.
Selain menggunakan teknik dynamic shot, pengkarya juga menggunakan
unsur pendukung teknik dymanic shot lainnya yaitu :
12
1. Komposisi
Komposisi merupakan cara atau ketentuan untuk mengatur dan menyusun berbagai elemen visual dengan memperhatikan kaidah–kaidah yang ada hingga mampu mewujudkan tatanan yang harmonis. Garis imajiner yang membagi bidang gambar akan didapat empat buah titik simpang, dan komposisi dinamis akan berhasil dicapai bila obyek memposisikan di dekat salah satu titik tersebut (Thompson, 2009). Komposisi adalah bagian yang terpenting pada komunikasi visual, karena komposisi adalah usaha untuk menata semua elemen visual dalam frame. Elemen visual bisa mengarahakan perhatian penonton terhadap informasi yang kita berikan kepada mereka. Dengan kata lain penata kamera mengarahkan penonton pada Point Of Interest dalam gambar yang kita buat. Selain itu kompisisi yang baik juga dapat membuat gambar jadi lebih menarik.
2. Aspek Kamera
Dalam pembuatan film banyak sekali unsur sinematografi yang dapat pengkarya lihat seperti halnya setiap gambar dalam film maupun cara pengambilanya itu mempunyai makna tersendiri. Maka dalam kajian ini pengkarya akan menyebutkan unsur-unsur Sinematografi yang terdapat pada film dokumenter.
Jenis kamera dalam produksi film dapat dibedakan menjadi dua, yakni kamera
digital dan kamera film. Kamera film menggunakan format seluloid sementara
kamera digital menggunakan format video. Film cerita layer lebar umumnya
diproduksi dengan kamera film sementara kamera digital sering kali digunakan
untuk memproduksi film dokumenter dan film independen.
13
1. Warna: Warna merupakan fenomena yang terjadi karena adanya tiga unsur yaitu cahaya, objek dan observer (dapat berupa mata kita ataupun alat ukur).
2. Kecepatan Gerak Gambar: Slow motion adalah kecepetan pengambilan gambar yang di posisi lebih lambat sedangkan fast motion adalah kecepatan gambar yang lebih cepat. Selain itu juga ada teknik reverse motion, teknik ini sangat jarang digunakan dalam sebuah film, Teknik ini membalikan kembali gerakan sebuah shot atau bisa dibilang berjalan mundur namun dengan kecepatan normal atau lebih lambat.
3. Penggunaan lensa: Lensa kamera yang mirip dengan seperti mata manusia lebih diperuntukkan untuk memberikan kedalam suatu dimensi dalam ruang atau obyek.
3. Framing
Dalam sebuah film hampir tidak pernah seluruh obyek diperlihatkan pada penonton. Sebuah film hampir tidak pernah terus menerus memperlihatkan para karakter lengkap seluruh latarnya dalam jarak yang sama sepanjang filmnya.
Pembatasan gambar oleh kamera inilah yang disebut dengan istilah pembingkaian
atau framing. Kontrol pembuat film terhadap framing akan sangat menentukan
persepsi penonton terhadap sebuah gambar atau shot.
14
1) Ukuran Gambar (frame size)
Ukuran gambar yang digunakan dalam sebuah scene bisa jadi bermacam–
macam. Hal ini bertujuan untuk menggambarkan subjek dengan lokasi atau memperjelas ekspresi subjek demi menarik kedekatan emosi dengan penonton (Brown, 2002). Dalam hal pembuatan film, banyak juru kamera dan sutradara yang berpikir longshot, medium shot dan close up hanya ukuran matematis saja. Berikut macam – macam frame size dalam film :
a. Extreem close – up (ECU)
Pengambilan gambar yang sangat dekat sekali dengan obyek, digunakan untuk menampilkan bagian detail tertentu pada bagian tubuh tertentu.
b. Big Close – up (BCU)
Model pengambilan gamabar yang sebatas dari kepala hingga dagu Digunakan untuk menekankan ekspresi yang dikeluarkan oleh objek.
c. Close-up (CU)
Model pengambilan gambar dari ujung kepala hingga ke leher. Digunakan untuk menekankan ekspresi pada muka objek.
d. Medium Close-uo (MCU)
Pengambilan gamabar yang diambil dari ujung kepala hingga dada, digunakan
untuk menegaskan profil dari seseorang sehingga menjadi tegas dan jelas ketika
dilihat.
15
e. Medium Shot (MS)
Model pengambilan gambar yang diambil dari kepala hingga pinggang.
Digunakan untuk mempetlihatkan sosok dari objek dengan jelas.
f. Knee Shot (KS)
Pengambilan gambar sebatas kepala hingga lutut, digunakan untuk menampilkan sosok objek secara lebih tegas.
g. Full Shot
Pengambilan gambar dari kepala hingga kaki untuk memperlihatkan objek secara keseluruhan.
h. Long Shot (LS)
Model gambar dengan pengambilan yang lebih luas dan memperlihatkan keadaan sekitar objek. Digunakan untuk menunjukkan keadaan suatu tempat.
i. Extreem Long Shot (ELS)
Model gambar yang pengambilannya memperlihatkan objek dengan keadaan sekitar, digunakan untuk menunjukkan lokasi dengan lebih luas dari objek yang diambil.
j. Two Shot
Pengambilan gambar dengan dua orang dalam satu frame. Digunakan untuk
menampilkan dan mempertegas kcocokan atau kerukunan.
16
2.2 Riview Film Dokumenter
1. Brussels Express - Bike Messengers Documentary
Gambar 1. 1 Adegan Pada Film Brussels Express
Brusseles Express adalah film dokumenter berdurasi 19.36 menit disutradarai oleh Sander Vandenbroucke. Dirilis pada tahun 2013 yang ditayangakan oleh The Documentary Network. Mengangkat isu tentang bike messenger yang berada di kota dengan penduduk paling padat di Eropa namun hanya memiliki lalu lintas sepeda 4% saja. Film ini menceritakan Karl-Heinz Pohl dan Karel Rowies sebagai bike messenger yang setiap hari mengantar dokumen menggunakan sepeda yang sering mendapat perlakuan diskriminasi dan tidak dihormati di jalan. Narasumber pada film ini, Karl-Heinz juga mengatakan bahwa bersepeda di Kota Brussels ini kurang menyenangkan karena adanya diskriminasi yang cukup parah disana dan pengguna sepeda juga sangat sedikit sekali disana.
Dalam Film ini diawali dengan adegan dimana seorang bike messenger melakukan persiapan alat dan barang yang akan digunakan saat bersepeda dari lingkungan pedesaan menuju pusat kota. Hal ini menjelaskan bahwa film ini bercerita tentang sesuatu yang berasal dari kota (modern) memasuki wilayah pedesaan (tradisional).
Scene openining ini cenderung mempunyai pergerakan statis karena
menggunakan pan dan handheld, namun pergerakan dan blocking objek yang
17
menjadikan dinamis. Dengan gerakan dan blocking menjadikan efek dramatis yang dimana tadinya hanya untuk menyampaikan informasi pada adegan awal.
Penata kamera nantinya menggunakan ini sebagai teknik yang dipakai untuk scene opening yaitu memperlihatkan rider bersepeda dijalanan kota dan diiringi dengan mempersiapkan sepedanya. Hal ini bertujuan menyampaikan informasi geofrafis serta menambah kesan dramatis.
Gambar 1. 2 Adegan Pada Film Brussels Express
Pada pertengahan film Brussels Express ini juga menampilkan para bike messenger bersepeda ditengah padatnya kondisi jalan yang menyebabkan kemacetan. Artinya didalam film ini menjelaskan bahwa kota tersebut memang padat akan penduduk ditandai dengan kemacetan yang terjadi. Disini membuat penata kamera menjadikan rujukan adegan shot dalam film dokumenter nantinya untuk memperlihatkan kondisi jalanan yang ada di Kota Malang.
Gambar 1. 3 Adegan Pada Film Brussels Express
Sedangkan pada scene closing pada film Brussels Express menampilkan bike
messenger bersepeda di jalan dengan kondisi jalan tanpa memperlihatkan
kendaraan satupun dan di lanjutkan dengan adegan wawancara dengan narasumber
18