• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORETIS. Bimbingan dan Konseling terdiri dari dua kata yang telah memiliki makna tersendiri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN TEORETIS. Bimbingan dan Konseling terdiri dari dua kata yang telah memiliki makna tersendiri"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN TEORETIS

2.1 Pengertian Bimbingan dan Konseling

Bimbingan dan Konseling terdiri dari dua kata yang telah memiliki makna tersendiri tetapi ada keterkaitan makna, fungsi dan tujuan, seperti pernyatan Jones dan Wernn, ( dalam Walgito,2005:1) yang menyatakan :

Bimbingan adalah bantuan atau pertologan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan didalam kehidupannya, agar individu atau sekumpulan individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya". "Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu dalam memecahkan masalah kehidupannya dengan wawancara dan dengan cara yang sesuai dengan keadaan yang dihadapi individu untuk mencapai kesejahteraan hidupnya .

Jadi Bimbingan Konseling adalah bantuan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu dengan tujuan demi kesejahteraan hidup dalam mengatasi masalahmasalah kesulitan-kesulitan hidupnya.

Menurut Nurihsan (2007:8) bimbingan adalah “proses bantuan yang menuntun, atau sebagai suatu tuntunan”. Hal ini mengandung pengertian bahwa di dalam memberikan bimbingan, apabila keadaan menuntut, adalah kewajiban dari pembimbing secara aktif, yaitu memberikan arah kepada yang dibimbingnnya.di samping itu bimbingan juga mengandung pengertian memberikan pertolongan dengan menentukan arah dengan diutamakan kepada yang dibimbingnya.

Berdasarkan pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. 6

(2)

Bimbingan dapat diberikan baik untuk menghindari kesulitan-kesulitan maupun untuk membatasi persoalan-persoalan yang dihadapi individu di dalam kehidupannya.Ini berarti bahwa bimbingan dapat diberikan baik untuk mencegah agar kasulitanitu tidak atau jangan timbul, tetapi juga dapat diberkan untuk mengatasi kesulitan yang telah menimpa individu. Namun demikian lebih bersifat pencegahan clad pada penyembuhan. Bimbingan dimaksudkan supaya individu atau sekumpulan individu dapat mencapai kesejahteraan hidup dan disinilah letak tujuan bimbingan yang sebenarnya.

Menurut Wrenn (dalam Walgito, 2005:6), bahwa dalam proses konseling terlihat adanya suatu masalah yang dialami konseli atau klien, yaitu orang yang mempunyai masalah dalam proses Konseling. Walgito, (2005:6) klien perlu mendapatkan pemecahan dan cara pemecahannya harus sesuai dengan keadaan klien. Jadi dalam proses konseling ada tujuan langsung yang tertentu, yaitu pemecahan masalah yang dihadapi oleh klien.

Proses konseling pada dasarnya dilakukan secara individual, yaitu antara klien dan konselor, walaupun dalam perkembangan demikian ada konseling kelompok. Pemecahan masalah dalam proses konseling itu dijalankan dengan wawancara atau diskusi antara klien dan konselor, dan wawancara itu dijalankan dengan cara penggunaan teknologi komunikasi.

Sedangkan konseling menurut Prayitno dan Erman Amti (2004:105) adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan melalui wawancara konseling oleh seorang ahli (disebut konselor) kepada individu yang sedang mengalami sesuatu masalah (disebut klien) yang bermuara pada teratasinya masalah yang dihadapi klien. Sejalan dengan itu, Winkel (2005:34) mendefinisikan konseling sebagai serangkaian kegiatan paling pokok dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil

(3)

tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus.

Berdasarkan pengertian konseling tersebut dapat dipahami bahwa konseling adalah usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Dengan kata lain, teratasinya masalah yang dihadapi oleh konseli/klien.

Bimbingan dan Konseling merupakan kegiatan yang bersumber pada kehidupan manusia. Menurut Prayitno dkk, (2004:5) menjelaskan bahwa Bimbingan konseling adalah proses layanan bantuan yang diberikan kepada siswa baik secara individu maupun kelompok untuk berkembang secara optimal baik dalam bidang pribadi, sosial, belajar karir, melalui berbagai jenis layanan dan pendukung berdasarkan norma-norma yang berlaku. Kenyataan menunjukkan bahwa manausia di dalam kehidupannya menghadapi persoalan-persoalan yang silih berganti. Persoalan yang satu dapat diatasi, persoalan lain akan timbul. Manusia tidak sama satu dengan yang lain, baik dalam sifat maupun kemampuannya. Ada manusia yang sanggup mengatasi persoalan tanpa bantuan pihak lain, tetapi tidak sedikit manusia yang tidak mampu mengatasi persoalan bila tida dibantu orang lain. Khususnya bagi yang terakhir inilah bimbingan dan konseling sangat di perlukan.

2.2 Tujuan Bimbingan dan Konseling

Secara lebih rinci, tujuan bimbingan dan konseling menurut Tohirin (2007:59) pertama, memperoleh pemahaman yang lebih baik terhadap dirinya. Kedua, mengarahkan dirinya sesuai dengan potensi yang dimilikinya ke arah tingkat perkembangan yang optimal. Ketiga, mampu memecahkan sendiri misalah yang dihadapinya. Keempat, mempunyai wawasan yang lebih realistis serta penerimaan yang objektif tentang dirinya. Kelima, dapat menyesuaikan din secara lebih efektif baik terhadap dirinya sendiri maupun lingkungannya sehingga memperoleh

(4)

kebahagiaan dalam hidupnya. Keenam, mencapai taraf aktualisasi diri sesuai dengan potensi yang dimiliknya. Ketujuh, terhindar dan gejala-gejala kecemasan berperilaku salah suai.

Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, dan kesopanan tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada din sendiri, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah atau madrasah, lingkungan keija, maupun lingkungan sosial, dan alam sekitarnya. Selanjutnya, untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga muncul dan berkembang rasa toleransi (tasammukh), kesetiakawanan, tolong menolong dan rasa kasih sayang.

Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga muncul dan berkembang keinginan untuk berbuat taat kepada-Nya, ketulusan mematuhi segala perintah-Nya, serta ketabahan menerima ujian-Nya.

Untuk menghasilkan potensi flahiyah, sehingga dengan potensi itu individu dapat melakukan tugas-tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan benar, dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup, dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan. Dengan demikian tujuan bimbingan dan konseling merupakan tujuan yang ideal dalam rangka mengembangkan kepribadian siswa yang sempurna atau optimal.

2.3 Fungsi Bimbingan Dan Konseling

Menurut Tohirin (2007:39-50) fungsi bimbingan dan konseling antara lain sebgai berikut :

a. Fungsi Pemahaman, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan mengahsilkan pemahaman tentang sesuatu pihak-pihak teretentu sesuai dengan kepentingan pengembangan peserta didik.

b. Fungsi Pencegahan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan

(5)

tercegahnya tau terhindarnya peserta didik dari berbagai permasalahan yang mungkin timbul yang akan dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan, kerugian-kerugian tertentu dalam proses perkembangan.

c. Fungsi Pengentasan, yaitu fungsi bimbingan dan konseling dalam hal pengobatan atau penyembuhan.

d. Fungsi Pemeliharaan dan Pengembangan adalah fungsi layanan bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan terpeliharanya dan terkembangkannya berbagai potensi dan kondisi positif peserta didik dalam rangka perkembangan dirinya secara terarah, mantap dan berkelanjutan.

e. Fungsi Advokasi, adalah fungsi bimbingan dan konseling yang akan menghasilkan pembelaan terhadap peserta didik dalam rangka upaya pengembangan seluruh potensi secara optimal.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka sangatlah jelas bahwa keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah mampu membantu siswa dan seluruh stoke holder dalam meningkatkan kualitas pendidikan bukan hanya pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor namun terlebih pada peningkatan pendidikan karakter melalui program layanan bimbingan dan konseling.

Sedangkan fungsi bimbingan dan konseling menurut Yusuf dan Nurihsan (2006:16-17) adalah:

a. Pemahaman, yaitu membantu peserta didik agar memiliki pemahaman terhadap dirinya (potensinya) dan lingkungannya (pendidikan, pekerjaan, dan norma agama).

b. Preventif (pencegahan), yaitu upaya konselor untuk senantiasa mengantisipasi berbagai masalah yang mungkin terjadi dan berupaya untuk mencegahnya, supaya tidak dialami oleh peserta didik.

(6)

c. Pengembangan, yaitu konselor senantiasa berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif.

d. Perbaikan (penyembuhan), yaitu fungsi bimbingan yang bersifat kuratif. Fungsi ini berkaitan erat dengan pemberian bantuan kepada siswa yang telah mengalami masalah.

e. Penyaluran, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu memilih kegiatan ekstrakurikuler, jurusan yang sesuai dengan minat, bakat siswa.

f. Penyesuaian, yaitu fungsi bimbingan dalam membantu individu (siswa) agar dapat menyesuaikan diri secara dinamis dan konstruktif terhadap program pendidikan, peraturan sekolah, atau norma agama.

Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi dari bimbingan dan konseling selain sebagai pemahaman untuk dirinya sendiri (peserta didik) maupun lingkungannya, fungsi dari bimbingan dan konseling juga sebagai penyembuh (perbaikan) bagi peserta didik yang mengalami kesulitan ketika mendapatkan suatu permasalahan yang sulit untuk dipecahkan yang menyebabkan peserta didik itu pesimis dan rendah diri.

2.4 Prinsip-Prinsip Bimbingan dan Konseling

Prinsip-prinsip layanan bimbingan dan konseling secara garis besar ada empat bagian, dimana prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan, berkenaan dengan masalah individu, program layanan dan tujuan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling.

Penjelasan tersebut dipertegas berdasarkan pendapat Yusuf dan Nurihsan (2006:61) menyebutkan bahwa prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan konseling adalah sebagai berikut : a) Prinsip yang berkenaan dengan sasaran layanan; (1) non diskriminasi, (2) individu dinamis dan unik (3) tahap & aspekperkembangan individu, (4) perbedaan individual, b) Prinsip berkenaan dengan permasalahan individu; (1) kondisi mental individu terhadap lingkungan

(7)

sosialnya, (2) kesenjangan sosial, ekonomi, dan budaya, c) Prinsip berkenaan dengan program layanan; (1) bagian integral pendidikan, (2) fleksibel & adaptif (3) berkelanjutan, (4) penilaian teratur & terarah, d) Prinsip berkenaan dengan tujuan dan pelaksanaan pelayanan; (1) Pengembangan individu agar mandiri (2) keputusan sukarela (3) ditangani oleh profesional &

kompeten, (4) kerjasama antar pihak terkait, (5) pemanfaatan maksimal dari hasil penilaian/pengukuran.

Dengan demikian prinsip-prinsip pelaksanaan bimbingan dan konseling bukan semata pada pelaksanaan tindakan yang bersifat insidental, namun dilaksanakan secara terprogram dan tepat pada sasaran sesuai dengan apa yang menjadi kebutuhan peserta didik.

2.5 Asas-Asas Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Penyelanggaraan layanan dan kegiatan bimbingan dan konseling selain dimuati oleh fungsi dan didasarkan pada prinsip-prinsip bimbingan, juga dituntut untuk memenuhi sejumlah asas bimbingan. Pemenuhan atas asas-asas itu akan memperlancar pelakasanaan dan lebih menjamin keberhasilan layanan/kegiatan, sedangkan pengingkarannya akan dapat menghambat atau bahkan menggagalkan pelaksanaan serta mengurangi atau mengaburkan hasillayanan itu sendiri. Menurut Sukardi, (2003: 34) asas-asas bimbingan konseling ialah a) Asas kerahasiaan, b) Asas kesukarelaan, c) Asas keterbukaan, d) Asas kegiatan, e) Asas kemandirian, f) Asas kekinian, g) Asas kedinamisan, h) Asas keterpaduan, i) Asas kenormatifan, j) Asas keahlian, k) Asas alih tangan, l) Asas tut wuri handayani.

2.6 Pola Layanan Bimbingan Konseling

Layanan bimbingan konseling dikenal dengan pola 17+ yang terdiri dari empat bidang

(8)

layanan dan sembilan layanan dan enam layanan pendukung.

1. Bidang-bidang Bimbingan dan Konseling

a. Bidang pribadi, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami menilai, dan mengembangkan potensi dan kecakapan, bakat dan minat, serta kondisi sesuai dengan karakteristik kepribadian dan kebutuhan dirinyasecara realistik.

b. Bidang sosial, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai serta mengembangkan kemampuan hubungan sosial yang sehat dan efektif dengan teman sebaya, anggota keluarga, dan warga lingkungan sosial yang lebih luas.

c. Bidang belajar, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik mengembangkan kemampuan belajar dalam rangka mengikuti pendidikan sekolah / madrasah dan belajar secara mandiri.

d. Bidang karir, yaitu bidang pelayanan yang membantu peserta didik dalam memahami dan menilai informasi, serta memilih dan mengembangkan keputusan karier.

2. Jenis-jenis Layanan Bimbingan Konseling

1) Orientasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik memahami lingkungan baru, terutama lingkungan sekolah/ madrasah dan obyek-obyek yang dipelajari, untuk menyesuaikan diri serta mempermudah dan memperlancar peran peserta didik di lingkungan yang baru.

2) Informasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menerima dan memahami berbagai informasi diri, sosial, belajar, karier/jabatan dan pendidikan lanjutan.

3) Penempatan dan penyaluran, yaitu layanan yang membantu pesera didik memperoleh penempatan dan penyaluran yang tepat didalam kelas, kelompok belajar, jurusan/program studi, program latihan, magang dan kegiatan ekstra kurikuler.

(9)

4) Penguasaan Konten, yaitu layanan yang membantu peserta didik menguasai konten tertentu, terutama kompetensi dan atau kebiasaan yang berguna dalam kehidupan di sekolah, keluarga dan masyarakat.

5) Konseling Perorangan, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam mengentaskan masalah pribadinya.

6) Konseling Kelompok, yaitu layanan yang membantu peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan hubungan sosial, kegiatan belajar, karier/jabatan dan pengambilan keputusan, serta melakukan kegiatan tertentu melalui dinamika kelompok.

Mugiarso (2007:39) konseling kelompok merupakan layanan konseling yang diselenggarakan dalam suasana kelompok. Materi umum layanan konseling kelompok diselenggarakan dalam kelompok yang memanfaatkan dinamika kelompok yang meliputi segenap bidang bimbingan. Masalah tersebut dilayani melalui pembahasan yang intensif oleh seluruh anggota kelompok.

7) Bimbingan kelompok

Menurut Sukardi (2002 :48),bimbingan kelompok yaitu layanan bimbingan yang memungkinkan sejumlah peserta didik secara bersama-sama memperoleh berbagai bahan dari nara sumber tertentu (terutama dari pembimbing/ konselor) yang berguna untuk menunjang kehidupannya sehari-hari baik individu maupun sebagai pelajar, anggota keluarga dan masyarakat serta untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.

Menurut Mungin (2005 : 17) menyatakan bimbingan kelompok adalah suatu kegiatan kelompok di mana pimpinan kelompok menyediakan informasi-informasi dan mengarahkan diskusi agar anggota kelompok menjadi lebih sosial atau untuk membantu

(10)

anggota-anggota kelompok untuk mencapai tujuan-tujuan bersama.

Menurut Winkel dan Hastuti, (2004:111) bimbingan kelompok dilakukan bilamana siswa yang dilayani lebih dari satu orang. Bimbingan kelompok dapat terlaksana dengan berbagai cara, misalnya dibentuk kelompok kecil dalam rangka layanan bimbingan dan konseling (Bimbingan kelompok), dibentuk kelompok diskusi, diberikan layanan bimbingan kepada siswa-siswi yang tergabung dalam satu kesatuan kelas di sekolah. Dalam bimbingan kelompok merupakan sarana untuk menunjang perkembangan optimal siswa, yang diharapkan dapat mengambil manfaat dari pengalaman pendidikan ini bagi dirinya sendiri.

Jadi disimpulkan kegiatan bimbingan kelompok merupakan salah satu layanan bimbingan dan konseling yang diberikan kepada sejumlah individu dalam bentuk kelompok dengan memanfaatkan dinamika kelompok untuk membahas topik tertentu yang dipimpin oleh pemimpin kelompok bertujuan menunjang pemahaman, pengembangan dan pertimbangan pengambilan keputusan/ tindakan individu.

8) Konsultasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik dan atau fihak lain dalam memperoleh wawasan, pemahaman dan cara-cara yang perlu dilaksanakan dalam menangani kondisi dan atau masalah peserta didik.

9) Mediasi, yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan memperbaiki hubungan antar mereka.

10) Layanan Advokasi, merupakan layanan yang diberikan kepada individu yang hak-hak mereka tidak diperoleh atau disabotase. Layanan advokasi diberikan tanpa paksaan dan merupakan kesukarelaan dari konseli.

3. Jenis-jenis Kegiatan Bimbingan Konseling

(11)

a. Aplikasi instrumentasi, yaitu kegiatan mengumpulkan data tentang diri peserta didik dan lingkungannya, melalui aplikasi berbagai instrumen, baik tes maupun non tes.

b. Himpunan Data, yaitu kegiatan menghimpun data yang relevan dengan pengembangan peserta didik, yang diselenggarakan secara berkelanjutan, sistematis, komprehensif, terpadu dan bersifat rahasia.

c. Konferensi Kasus, yaitu kegiatan membahas permasalahan peserta didik dalam pertemuan khusus yang dihadiri oleh fihak-fihak yang dapat memberikan data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik, yang bersifat terbatas dan tertutup.

d. Kunjungan Rumah, yaitu kegiatan memperoleh data, kemudahan dan komitmen bagi terentaskannya masalah peserta didik melalui pertemuan dengan orang tua dan atau keluarganya.

e. Tampilan Kepustakaan, yaitu kegiatan menyediakan berbagai bahan pustaka yang dapat digunakan peserta didik dalam pengembangan pribadi, kemampuan sosial, kegiatan belajar dan karier/jabatan.

f. Alih Tangan Kasus, yaitu kegiatan untuk memindahkan penanganan masalah peserta didik ke pihak lain sesuai keahlian dan kewenangannya.

2.7 Landasan Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

Menurut Sukardi (2008:67) terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan dan konseling, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial- budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi.

1. Landasan Filosofis

Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan dan konseling yang

(12)

lebih bisa dipertanggungjawabkan secara logis, etis maupun estetis.

2. Landasan Psikologis

Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang : (a) motif dan motivasi; (b) pembawaan dan lingkungan, (c) perkembangan individu; (d) belajar; dan (e) kepribadian.

3. Landasan Sosial-Budaya

Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Dalam proses konseling akan terjadi komunikasi interpersonal antara konselor dengan klien, yang mungkin antara konselor dan klien memiliki latar sosial dan budaya yang berbeda. Pederson (dalam Prayitno, 2003:5) mengemukakan lima macam sumber hambatan yang mungkin timbul dalam komunikasi sosial dan penyesuain diri antar budaya, yaitu : (a) perbedaan bahasa; (b) komunikasi non-verbal; (c) stereotipe; (d) kecenderungan menilai; dan (e) kecemasan. Kurangnya penguasaan bahasa yang digunakan oleh pihak-pihak yang berkomunikasi dapat menimbulkan kesalahpahaman. Bahasa non-verbal pun sering kali memiliki makna yang berbeda-beda, dan bahkan mungkin bertolak belakang.

4. Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)

Sejalan dengan perkembangan teknologi, khususnya teknologi informasi berbasis komputer, sejak tahun 1980-an peranan komputer telah banyak dikembangkan dalam bimbingan dan konseling. Menurut Gausel (Prayitno, 2003) bidang yang telah banyak memanfaatkan jasa komputer ialah bimbingan karier dan bimbingan dan konseling pendidikan. Surya (2006)

(13)

mengemukakan bahwa sejalan dengan perkembangan teknologi komputer interaksi antara konselor dengan individu yang dilayaninya (klien) tidak hanya dilakukan melalui hubungan tatap muka tetapi dapat juga dilakukan melalui hubungan secara virtual (maya) melalui internet, dalam bentuk “cyber counseling”. Dikemukakan pula, bahwa perkembangan dalam bidang teknologi komunikasi menuntut kesiapan dan adaptasi konselor dalam penguasaan teknologi dalam melaksanakan bimbingan dan konseling.

Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor didalamnya mencakup pula sebagai ilmuwan sebagaimana dikemukakan oleh McDaniel (Prayitno, 2003:16) bahwa konselor adalah seorang ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan pengetahuan dan teori tentang bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian.

2.8 Langkah-langkah Pelaksanaan BK di Sekolah

Pelaksanaan Bimbingan dan konseling di sekolah memerlukan dukungan dari segi tenaga profesi serta fasilitas yang memadai. Komponen ini juga mencakup fasilitas ruangan, ketersediaan buku paket/literatur serta penyusunan program layanan yang tepat berdasarkan kebutuhan peserta didik.

Program layanan bimbingan konseling mencakup program tahunan, semester, bulanan, mingguan dan program harian. Pengelolaan Program BK dilakukan dengan serius dan berkualitas.

Seluruh langkah manajemen (asesmen, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan layanan inti dan pendukung, dan evaluasi) dilaksanakan dengan melibatkan siswa dan semua stake holder yang relevan. Siklus Asesmen, perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi adalah motor penggerak bagi pelaksanaan layanan inti dan layanan pendukung BK (Konseling Individual, Bimbingan kelompok, kunjungan orang tua, parent education Program, dll.). Tanpa pengelolaan program BK semacam ini, layanan BK hanya akan menjadi aksi ‘spontan’ untuk mengatasi persoalan yang terus menerus

(14)

bermunculan, sehingga pelayanan Bimbingan dan Konseling tidak dapat memberi dukungan optimal bagi perkembangan peserta didik secara optimal.

Menurut Tohirin (2007:259) program BK harus dapat memenuhi semua kebutuhan semua konseli dan semua orang yang signifikan bagi konseli yang berperan penting bagi perkembangan mereka. Kelompok sasaran Program BK dalam hal ini tidak hanya siswa, tetapi juga orang tua, guru, teman sebaya, dan masyarakat umum. Mereka menerima berbagai layanan seperti konsultasi, layanan konseling individual, bimbingan kelompok, dll.. Pemberian layanan BK bagi stake holder tersebut diharapkan dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang peserta didik yang lebih luas (bukan hanya sekolah).

Pembuatan program juga melibatkan usaha pemetaan dan penataan rencana memenuhi kebutuhan, sehingga dalam pembuatan program juga terjadi penentuan prioritas program. Hal ini berimplikasi pada mendahulukan layanan BK tertentu dan menunda layananan BK yang lain dengan

mempertimbangkan intensitas persoalan, posisi strategis sebuah kegiatan, sumber daya (personil, dana, fasilitas pendukung) yang dimiliki. Berikut ini dikemukakan beberapa contoh. Persoalan siswa yang sangat kritis, misalnya prestasi belajar buruk, kemampuan belajar (study skill) yang rendah harus diatas terlebih dahulu sebelum program-progam pengembangan lain. Sosialisasi program BK kepada seluruh warga masyarakat sekolah dan luar sekolah didahulukan sebab kegiatan ini sangat strategis dalam menciptakan iklim yang mendukung pelaksanaan program BK sepanjang tahun ajaran.

Referensi

Dokumen terkait

Tabel 4.3 : Tanggapan Responden Terhadap Variabel Kualitas Hubungan 67 Tabel 4.4 : Faktor Penentu Kualitas Hubungan dalam Pemberian Kredit Perbankan Kepada Pelaku Usaha Kecil

anggota masyarakat setempat serta pendeta Jemaat GPM Negeri Soya. Sumber data sekunder yang dipakai dalam penelitian ini adalah. sejumlah dokumen-dokumen negri atau desa

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM RELOKASI PERMUKIMAN RT 3/36 & RT 3/37 KELURAHAN MOJOSONGO 4.1.. Karakteristik Kebijakan Relokasi Permukian Pemukiman

Metode yang digunakan oleh orang tua dalam memberikan pendidikan seksualitas sangat bervariasi tergantung pada gangguan yang dialami anak, perkembangan mereka dan perilaku

Sejalan dengan itu, penulisan diarahkan dengan menyediakan perhitungan dengan menggunakan ratio-ratio sebagai salah satu teknik analisis penilaian laporan keuangan yang

Sebagai Negara yang memiliki hutan hujan tropis yang sangat luas penelitian mengenai keanekaragaman, karakteristik populasi maupun pola distribusi Jamur kelas Basidiomycetes

Dari waktu yang disediakan oleh Pokja Konstruksi ( 08.00 s/d 10.00 Wita ), tidak ada pertanyaan yang diajukan oleh calon terhadap dokumen Lelang Pekerjaan

Tujuan penelitian adalah memperoleh gambaran dan menganalisis Pengaruh Kepemimpinan Instruksional Kepala Sekolah dan Profesional Learning Community Terhadap Kinerja Mengajar