EKSISTENSI KANTOR CABANG BANK NAGARI SYARIAH BATUSANGKAR PASCA PENINGKATAN STATUS DARI KANTOR CABANG PEMBANTU MENJADI KANTOR CABANG
SKRIPSI
DitulisSebagaiSyaratuntukMemperolehGelarSarjanaEkonomi PadaFakultasEkonomidanBisnis Islam
Jurusan Perbankan Syariah
Oleh :
WINA ARISKA NIM: 15301100157
JURUSAN PERBANKAN SYARIAH FAKULTASEKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAMNEGERI (IAIN) BATUSANGKAR
1441 H / 2019 M
i
ii
iii
iv ABSTRAK
WINA ARISKA, NIM: 15301100157, judul skripsi “Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang“, Jurusan Perbankan Syariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Institut Agama Islam Negeri Batusangkar.
Pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap keleluasaan manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap keleluasaan manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan.
Jenis penelitian yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah Field Research (penelitian lapangan), untuk mendapatkan data-data dari permasalahan yang diteliti. Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah melalui wawancara dan dokumentasi. Pengolahan data dilakukan secara deskriptif kualitatif, melalui reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap keleluasan manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan. Dari segi keleluasan manajemen eksistensinya adalah wewenang pengambilan keputusan seperti keputusan pemberian pembiayaan kantor cabang pembantu lebih lama dalam memutuskan pembiayaan dengan nominal dibawah 500 juta dan jika di atas 500 juta kantor cabang pembantu harus meminta persetujuan ke cabang sedangkan kantor cabang keputusan sudah lebih leluasa dan pemberian pembiayaannya lebih cepat dengan nominal 500 hingga 1 Milyar sudah bisa memutuskan sendiri. Perencanaan ketika berstatus kantor cabang pembantu Bank Nagari diberi target oleh kantor cabang sedangkan setelah menjadikan kantor cabang Bank Nagari yang membuat target seperti jumlah nasabah. Pengawasan semakin ketat terhadap kinerja Bank Nagari Syariah Batusangkar untuk meningkatkan tingkat kepercayaan masyarakat sehingga kinerja dan pelayanan menjadi bagus kepada nasabah. Pengawasan pada kantor cabang pembantu berlapis sedangkan kantor cabang tidak berlapis.
Pengorganisasian setelah peningkatan status kantor adanya penambahan karyawan dan bagiannya. Sedangkan dari segi jumlah nasabah peningkatan status kantor pada Bank Nagari Syariah Batusangkar mengalami peningkatan dan peningkatan tidak signifikan. Kemudian dari segi pendapatan eksistensi kantor cabang pasca peningkatan status kantor terhadap pendapatan dan biaya-biayapun juga meningkat karena Bank Nagari Syariah Batusangkar masih dalam masa peralihan status dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang.
Kata Kunci: Keleluasan Manajemen, Jumlah Nasabah Dan Pendapatan
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN PERSETUJUAN PEMBIMBING PENGESAHAN TIM PENGUJI
ABSTRAK ... i
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Fokus Penelitian ... 6
C. Rumusan Masalah ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Manfaat dan Luaran Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
BAB II KAJIAN TEORI ... 9
A. Landasan Teori ... 9
1. Eksistensi ... 9
2. Pengembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah ... 10
3. Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank ... 14
4. Unit Usaha Syariah ... 16
5. ManajemenPerbankan Syariah ... 25
6. Minat Menjadi Nasabah ... 35
7. Peningkatan Jumlah Nasabah ... 36
B. Penelitian Relevan ... 36
BAB III METODE PENELITIAN ... 38
A. Jenis Penelitian ... 38
B. Latar dan Waktu Penelitian ... 38
iv
C. Instrument Penelitian ... 39
D. Sumber Data ... 39
E. Teknik Pengumpulan Data ... 39
F. Teknik Analisis Data ... 40
G. Teknik Penjaminan Keabsahan Data ... 41
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 42
A. GAMBARAN UMUM BANK NAGARI SYARIAH... 42
1. Sejarah Berdirinya PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat ... 42
2. Visi & Misi Bank Nagari ... 49
3. Profil Bank Nagari Cabang Syariah Batusangkar ... 50
4. Bidang Usaha/Bagian ... 50
5. Struktur Organisasi PT. Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat ... 53
6. Struktur Organisasi Bank Nagari Cabang Syariah Batusangkar .. 57
B. Temuan dan Hasil Penelitian ... 59
1. Keleluasan Manajemen Bank Nagari Syariah Batusangkar ... 60
2. Jumlah Nasabah ... 63
3. Pendapatan dan Biaya ... 69
C. Analisis Penulis ... 72
BAB V PENUTUP ... 74
A. Kesimpulan ... 74
B. Implikasi ... 75
C. Saran ... 76 DAFTAR KEPUSTKAAN
LAMPIRAN
v
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Jumlah Nasabah Tabungan Bank Nagari Syariah Batusangkar Periode 2018-
2019 ... 5
Tabel 2. 1 Investasi Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah ... 13
Tabel 3. 1 Jadwal Kegiatan Penelitian ... 38
Tabel 4. 1 Kantor Cabang Pembantu Bank Nagari ... 47
Tabel 4. 2 Kantor Kas Bank Nagari ... 48
Tabel 4. 3 Kantor Cabang Syariah Bank Nagari ... 49
Tabel 4. 4 Jumlah Nasabah Produk Funding Bank Nagari Kantor Cabang Pembantu Syariah Batusangkar Periode 2018 ... 63
Tabel 4. 5 Jumlah Nasabah Produk Funding Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar Periode 2018-2019 ... 64
Tabel 4. 6 Jumlah Nasabah Financing Bank Nagari Kantor Cabang Pembantu Syariah Batusangkar Periode 2018 ... 66
Tabel 4. 7 Jumlah Nasabah Financing Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar Periode 2018-2019 ... 67
Tabel 4. 8 Biaya-Biaya KantorBank Nagari Kantor Cabang Syariah BatusangkarPeriode 2018-2019 ... 70
Tabel 4. 9 Jumlah Saldo funding Sebelum CabangBank Nagari Kantor Cabang Pembantu Syariah Batusangkar Periode 2018 ... 70
Tabel 4. 10 Saldo funding sesudah CabangBank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar Periode 2018-2019 ... 71
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 4. 1 Struktur Organisasi PT Bank Pembangunan Sumatera Barat Cabang Syariah Batusangkar ... 58
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kemunculan Bank Syariah sebagai suatu institusi bisnis keuangan berlandaskan prinsip-prinsip yang dianut dalam syariah islam, menghadirkan nuansa baru dalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat dunia termasuk Indonesia. Sistem yang dipraktikan Bank Syariah seakan menjadi salah satu harapan solusi berbagai kondisi keterpurukan ekonomi yang sedang dialami dunia saat ini (Laksmana, 2009: 1).
Secara prinsip Bank Syariah mengedepankan asas keadilan, keterbukaan, kemitraan, dan universalitas. Secara operasional prinsip tersebut diwujudkan melalui mekanisme bagi hasil dengan meniadakan transaksi berbasis bunga seperti yang di praktekan oleh bank konvensional (Laksmana, 2009: 1).
Bank Syariah memiliki sistem operasional bagi hasil yang merupakan landasan utama dalam segala operasinya, baik dalam produk pendanaan, pembiayaan, maupun dalam produk lainnya. Produk-produk Bank Syariah mempunyai kemiripan tetapi tidak sama dengan produk bank konvensional karena adanya pelarangan riba, gharar dan maysir.Oleh karena itu, produk- produk pendanaan dan pembiayaan pada Bank Syariah harus menghindari unsur-unsur yang dilarang tersebut(Ascarya, 2008:2). Seperti yang terdapat dalam Q.S Al-Baqoroh ayat 275 berikut ini:
Artinya: orang-orang yang Makan (mengambil) ribatidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.
Pelarangan riba membuat Bank Syariah semakin berkembang. Hal ini di tandai keberadaan Bank Syariah dalam sistem perbankan Indonesia telah berkembang semenjak tahun 1992, seiring dengan lahirnya Undang-Undang No. 7 Tahun 1992, tentang perbankan, sesudah UU No. 7 diganti menjadi Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang layanan perbankan, kemudian diganti lagi dengan undang-undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah yang dirinci dan khusus mengatur sistem perbankan syariah di Indonesia (Iska, 2012: 4-5).
Keberadaan perbankan syariah semakin terlihat eksistensinya ditandai dengan semakin meningkatnya jumlah nasabah dan dengan meningkatnya Lembaga Keuangan.Pada awalnya, hanya ada satu Bank Syariah di Indonesia yaitu Bank Muamalat Indonesia, setelah itu bertambah berdirinya 11 (sebelas) Bank Syariah umum yang baru seperti Bank Syariah Mandiri dan Bank Syariah Mega Indonesia, 23 (dua puluh tiga) bank unit usaha syariah, dan beratus-ratus lembaga keuangan syariah mikro (Bank Pembiayaan Rakyat Syariah dan Baitul al-mal al-Tamwil), walaupun dengan jumlah aset yang masih belum memadai (kurang dari 5% dari total aset perbankan di Indonesia) (Iska, 2012: 5).
Perkembangan Bank Syariah sudah menyebar diseluruh Indonesia, bahkan disetiap daerah memiliki Banknya sendiri, salah satu ditandai dengan berdiri bank di Sumatera Barat yaitu PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat atau lebih dikenal dengan Bank Nagari. Pada awal dasawarsa enam puluhan baik pemerintah daerah maupun tokoh-tokoh swasta sama- sama menyadari bahwa untuk dapat memacu gerak pembangunan daerah lebih cepat lagi di Sumatera Barat, diperlukan adanya suatu lembaga keuangan yang berbentuk bank yang secara khusus membantu pemerintah dalam melaksanakan pembangunan di daerah.
Bank Nagari di Sumatera Barat semakin berkembang dan bertujuan untuk memajukan pembangunan daerah. Ditandai dengan adanya pertambahan kantor-kantor bank dan tersebar di setiap daerah. Hingga saat ini Bank Nagari telah memiliki kantor cabang, kantor cabang pembantu, dan kantor kas yang tersebar diberbagai daerah, dengan jumlah kantor cabang pembantu sebanyak 37 kantor, kantor kas sebanyak 29 kantor dan kantor cabang sebanyak 6 kantor (www.banknagari.co.id).
Setiap Bank Nagari pasti akan meningkatkan kualitas kerja dan juga akan meningkatkan status dari masing-masing kantor Bank Nagari tersebut. Dapat kita lihat dari kantor-kantor Bank Nagari yang ada di daerah-daerah, kantor- kantor tersebut pasti akan berlomba-lomba untuk meningkatkan status kantor salah satunya yaitu status dari kantor cabang pembantu ke kantor cabang.
Dengan dibukanya kantor cabang maka Bank Nagari tersebut akan semakin eksis di masyarakat. Hal tersebut juga akan membuat masyarakat tertarik untuk menginvestasikan sebagian hartanya untuk di simpan di Bank Nagari.
Menurut Sumarni, pembukaan kantor cabang dapat menimbulkan: (1) dapat menaikan pendapatan, (2) dapat mengurangi pendapatan, (3) dapat menaikan biaya, (4) dapat menurunkan biaya (Sumarni, 2002: 319). Oleh karena itu, akan menjadi suatu hal yang wajar apabila peningkatan status kantor cabang, akan dapat memberikan pengaruh kepada Lembaga Keuangan tersebut.
Di wilayah Tanah Datar (Batusangkar) Unit Usaha Syariah juga banyak berdiri salah satunya Bank Nagari. Bank Nagari di Tanah Datar (Batusangkar) pada awalnya merupakan Kantor Cabang Pembantu namun sesuai dengan persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan Nomor S- 105/KO.052/2018 Tanggal 19 November 2018 status Kantor Cabang Pembantu ditingkatkan menjadi Kantor Cabang.
Sesuai dengan ruang lingkup kegiatan Bank berdasarkan PBI No.
6/24/PBI/2004, kegiatan-kegiatan operasional dalam bentuk produk dan jenis- jenis layanan jasa dilaksanakan oleh Unit Usaha Syariah (UUS) Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar hampir sama dengan Bank Syariah lainnya, Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar juga menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk produk tabungan, giro, dan deposito dengan menggunakan prinsip Wadiah dan Mudharabah, kemudian Bank Nagari Syariah Batusangar juga menyalurkan pembiayaan berupa pembiayaan produktif dan pembiayaan konsumtif untuk masyarakat Tanah Datar (Customer Service: Hamdi, hari Rabu pukul 16.00 tanggal 29 Mei 2019).
Berdasarkan observasi awal dan wawancara yang penulis lakukan dengan Customer Service Bank Nagari di Batusangkar, Salah satu eksistensi kantor cabang dari perubahan status Bank Nagari dari kantor cabang pembantu syariah ke kantor cabang syariah Batusangkar adalah gedung operasional yang semakin besar, alat–alat inventaris yang semakin banyak dan nasabah semakin ramai bertransaksi setiap hari di conter Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar (Customer Service: Hamdi, hari Rabu pukul 16.00 tanggal 29 Mei 2019). Kemudian eksistensi dari segi jumlah nasabah Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar dapat di lihat pada tabel berikut ini:
Tabel 1. 1
Jumlah Nasabah Tabungan Bank Nagari Syariah Batusangkar
Periode 2018-2019
NO Bulan/Tahun
Tabungan wadiah Persentase jumlah nasabah Jumlah
nasabah
Kenaikan Jumlah Nasabah
1 Juni/ 2018 489 -
2 Juli/ 2018 490 1 0,20%
3 Agustus/ 2018 495 5 0,01%
4 September/ 2018 492 -3 (-0,60)%
5 Oktober/ 2018 508 16 3,2%
6 November/ 2018 511 3 0,59%
7 Desember/ 2018 514 3 0,58%
8 Januari/ 2019 524 10 1,94%
9 Februari/ 2019 584 60 11,45%
10 Maret/ 2019 589 5 0,85%
11 April/ 2019 594 5 0,84%
Sumber Data : Jumlah Nasabah Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar periode 2018-2019 (data yang diolah)
Berdasakan tabel 1.1 di atas, eksistensikantor cabang dari perubahan status Bank Nagari dari kantor cabang pembantu syariah ke kantor cabang syariah Batusangkar adalah jumlah nasabah produk tabungan wadiah tidak terjadi perubahan signifikan pra dan pasca perubahan status kantor. Namun, jumlah nasabah sebelum perubahan status pada bulan Agustus ke bulan September jumlah nasabahnya berkurang sebanyak 3 nasabah dan pasca perubahan status jumlah nasabah selalu meningkat setiap bulan. Peningkatan tersebut tidak signifikan terlihat jelas pada bulan November 2018 ke bulan Desember 2018 nasabahnya meningkat sebanyak 0,58%, bulan Desember 2018 ke bulan Januari 2019 nasabah meningkat sebanyak 1,94%, bulan Januari 2019 ke bulan Februari 2019 nasabah meningkat sebanyak 11,45%, bulan Februari 2019 ke bulan Maret 2019 nasabah meningkat sebanyak 0,85%, bulan Maret 2019 ke bulan April 2019 nasabah meningkat sebanyak 0,84%. Jadi peningkatan jumlah nasabah setiap bulannya tidak signifikan.
Kemudian eksistensi kantor cabang untuk jumlah nasabah produk lainnya akan di bahas lebih jauh oleh peneliti pada bab 4.
Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh mengenai Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabangdari aspek keleluasaan manajemen, jumlah nasabah dan tingkat pendapatan yang diperoleh oleh Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar.
Dari latar belakang masalah tersebut penulis tertarik untuk membuat penelitian dan menuangkan dalam karya ilmiah yang berjudul “Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang”.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan di atas, maka yang menjadi fokus penelitian dalam penelitian ini adalah Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan fokus penelitian dan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap keleluasaan manajemen?
2. Bagaimana Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap jumlah nasabah?
3. Bagaimana Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap pendapatan?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap keleluasaan manajemen.
2. Untuk mengetahui Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap jumlah nasabah.
3. Untuk mengetahui Eksistensi Kantor Cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar Pasca Peningkatan Status Dari Kantor Cabang Pembantu Menjadi Kantor Cabang terhadap pendapatan.
E. Manfaat dan Luaran Penelitian 1. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dengan diadakannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Sebagai pengembangan dan pembinaan disiplin ilmu Perbankan Syariah.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Perbankan Syariah.
c. Memberikan pemahaman baru kepada mahasiswa Perbankan Syariah terkait dengan permasalahan yang diangkat.
d. Untuk mengembangkan wawasan peneliti sesuai dengan latar belakang pendidikan yang penulis jalani.
2. Luaran Penelitian
Adapun luaran penelitian yang diharapkan dari penelitian ini adalah agar dapat diterbitkan dalam jurnal ilmiah dan bisa menambah khazanah pustaka IAIN Batusangkar.
F. Definisi Operasional
Eksistensi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah berada atau keberadaan, yang penulis maksud disini yaitu keberadaankantor cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar pasca peningkatan status dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang terhadap keleluasaan manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan.
Kantor cabang pembantu syariah adalah kantor yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dalam rangka membantu kantor cabang syariah(Kasmir, 2011:26).
Kantor cabang syariah adalah kantor Bank yang secara langsung bertanggung jawab kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan, dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana kantor cabang syariah tersebut melakukan usahanya(Kasmir, 2011:26).
Perubahan/peningkatan status adalah transformasi dari keadaan sekarang menuju keadaan yang diharapkan dimasa yang akan datang, suatu keadaan yang lebih baik (Wibowo, 2011: 1). Peningkatan yang penulis maksud adalah perubahan status dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar.
Jadi yang penulis maksud dalam penelitian ini adalah eksistensi yang ditimbulkan kantor cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar pasca peningkatan status dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang terhadap keleluasaan manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan.
9 BAB II KAJIAN TEORI
A. Landasan Teori 1. Eksistensi
Eksistensi adalah kata yang berasal dari bahasa latin yaitu exixtere yang memiliki arti muncul, ada, timbul dan berada. Hal ini kemudian melahirkan empat penjelasan baru tentang eksistensi, antara lain(http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertian-
eksistensimenurut-para-ahli/ diakses pada pukul 11.30 WIB, 11 Oktober 2019 ):
a. Eksistensi adalah apa yang ada b. Eksistensi adalah apa yang memiliki.
c. Eksistensi adalah segala sesuatu yang dialami dengan penekanan bahwa sesuatu itu ada.
d. Eksistensi adalah kesempurnaan.
Terdapat pandangan yang berbeda dari bebepa orang filsuf tentang arti dari kata eksistensi, diantaranya adalah:
a. Plato berpendapat bahwa esensi lebih nyata dari pada kalau berpartisipasi dalam materi dan bila mengasimilasikan eksistensi pada esensi maka materi akan berasosiasi dengan bukan ada.
b. Aristoteles menegosiasikan eksistensi dengan materi yang berforma yaitu substansi, sambil menegosiasikan esensi dengan forma dan menggunakan unsur definisi yang benar.
(http://www.pengertianmenurutparaahli.net/pengertianeksistensimenu rut-para-ahli/ diakses pada pukul 11.30 WIB, 11 Oktober 2019 )
Dari beberapa pendapat diatas yang dimaksud dengan eksistesi dalam penelitian ini adalah muncul atau keberadaan kantor cabang Bank Nagari Syariah Batusangkar pasca peningkatan status dari kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang.
Implikasi merupakan segala sesuatu yang telah dihasilkan dengan adanya proses perumusan kebijakan. Dengan kata lain implikasi adalah
10
akibat-akibat dan konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan dengan dilaksanakannya kebijakan atau kegiatan tertentu (Islamy, 2003: 114- 115).
Implikasi adalah akibat yang ditimbulkan dari adanya penerapan suatu program atau kebijakan yang dapat bersifat baik atau tidak terhadap pihak-pihak yang menjadi sasaran pelaksanaan program atau kebijakan tersebut (Silalahi, 2005: 43).Sedangkan Implikasi menurut kamus besar bahasa indonesia adalah akibat atau efek, manusia sebagai objek percobaan atau penelitian semakin terasa manfaat dan kepentingannya.
Dari beberapa pendapat diatas maka yang dimaksud dengan implikasi dalam penelitian ini adalah suatu akibat yang terjadi atau ditimbulkan pelaksanaan kebijakan atau program terutama bagi sasaran pelaksanaan program yang bersifat baik atau tidak baik dari peningkatan status kantor cabang pembantu menjadi kantor cabang pada Bank Nagari Kantor Cabang Syariah Batusangkar.
Jadi dapat diketahui bahwa, dengan adanya keberadaan kantor cabang pada Bank Nagari Syariah Batusangkar maka akan menimbulkan beberapa efek baik dari segi manajemen, jumlah nasabah dan pendapatan.
2. Pengembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah
Pengembangan jaringan kantor perbankan syariah sebagai berikut:
a. Kebijakan Pengembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Pertumbuhan ekonomi Indonesia dapat mempengaruhi kinerja dan kondisi industri perbankan syariah sehingga berpotensi mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah. Untuk merespon kondisi melambatnya pertumbuhan perekonomian, diperlukan kebijakan yang bersifat sementara untuk mendorong pertumbuhan perbankan syariah dengan tetap memperhatikan prinsip kehati-hatian dan prinsip syariah.
Kebijakanpengembangan jaringan kantor perbankan syariah dalam rangka stimulus perekonomian nasional untuk: (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2 /Pojk.03/2016)
1) Bank Umum Konvensional yang mendukung pengembangan jaringan perbankan syariah berupa:
a) Pengurangan alokasi Modal Inti dalam perhitungan Pembukaan Jaringan Kantor.
b) Pelonggaran perimbangan penyebaran jaringan kantor.
2) Bank Umum Syariah berupa:
a) Kemudahan persyaratan pembukaan Layanan Syariah Bank (LSB) terkait wilayah kerja Kantor Cabang induk Layanan Syariah Bank
b) Perluasan cakupan layanan kegiatan kas mobil.
c) Penurunan biaya investasi dalam perhitungan alokasi Modal Inti untuk Pembukaan Jaringan Kantor.
3) Unit Usaha Syariah berupa:
a) Perluasan jenis kantor Bank Umum Konvensional yang dapat melakukan kegiatan Lembaga Syariah (LS).
b) Kemudahan persyaratan pembukaan LS terkait wilayah kerja Kantor Cabang (KC) induk LS.
c) Perluasan cakupan layanan kegiatan kas mobil.
d) Penurunan biaya investasi dalam perhitungan alokasi Modal Inti untuk Pembukaan Jaringan Kantor.
b. Ruang Lingkup Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti
1) Jaringan Kantor Bank dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini adalah:
a) kantor Bank di dalam negeri yang meliputi Kantor Cabang, Kantor Wilayah yang melakukan kegiatan operasional, Kantor Cabang Pembantu, Kantor Fungsional yang melakukan kegiatan operasional, atau Kantor Kas.
b) kantor Bank di luar negeri yang meliputi Kantor Cabang atau jenis kantor lainnya yang bersifat operasional di luar negeri, sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah.
2) Pembukaan Jaringan Kantor dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan ini adalah pembukaan kantor Bank termasuk pembukaan kantor Bank yang berasal dari pemindahan alamat atau perubahan status kantor Bank.
3) Pemindahan alamat kantor Bank sebagaimana dimaksud pada angka 2 tidak termasuk pemindahan alamat kantor Bank pada:
a) zona yang sama
b) zona yang lebih rendah persyaratan alokasi Modal Intinya dan tidak terdapat peningkatan status kantor Bank.
4) Layanan Syariah Bank dan Layanan Syariah sebagaimana dimaksud dalam ketentuan yang mengatur mengenai Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah, tidak diperhitungkan sebagai Pembukaan Jaringan Kantor Bank (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2 /Pojk.03/2016).
Tabel 2. 1
Investasi Pembukaan Jaringan
Kantor Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah
Jenis Kantor Biaya Investasi Pembukaan Jaringan Kantor
Biaya Investasi Pembukaan Jaringan Kantor
Kantor Cabang Rp3.000.000.000,00 Rp5.000.000.000,00 Kantor Wilayah
yang Bersifat Operasional
Rp3.000.000.000,00 Rp5.000.000.000,00
Kantor Cabang Pembantu
Rp1.500.000.000,00 Rp 2.000.000.000,00 Kantor Fungsional
yang Melakukan Kegiatan
Operasional
Rp1.500.000.000,00 Rp 2.000.000.000,00
Kantor Kas Rp500.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00 Kantor lainnya
yang bersifat operasional di luar negeri atau Kantor Perwakilan apabila melakukan kegiatan operasional
Rp500.000.000,00 Rp 1.000.000.000,00
Sumber Data: Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2 /Pojk.03/2016 Tentang Pengembangan Jaringan Kantor Perbankan Syariah Dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional Bagi Bank.
c. Pertimbangan Pencapaian Tingkat Efisiensi Dalam Pembukaan Jaringan Kantor
1) Perhitungan ketersediaan alokasi Modal Inti mempertimbangkan pencapaian tingkat efisiensi Bank yang antara lain diukur melalui rasio Biaya Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) dan rasio Net Operating Margin (NOM).
Khusus untuk UUS, penilaian pencapaian tingkat efisiensi dihitung menggunakan pencapaian tingkat efisiensi yang berlaku bagi Bank Umum Konvensional yang menjadi induknya secara konsolidasi yaitu rasio BOPO dan rasio Net Interest Margin (NIM).
2) Bank yang dapat meningkatkan efisiensi sehingga mencapai rentang efisiensi tertentu diberikan pengurangan alokasi Modal Inti.
3) Terhadap Bank yang tidak mencapai rentang efisiensi tertentu, Otoritas Jasa Keuangan dapat mengurangi jumlah rencana
Pembukaan Jaringan Kantor Bank walaupun Bank memiliki alokasi Modal Inti yang mencukupi.
4) Otoritas Jasa Keuangan menetapkan koefisien terkait pencapaian efisiensi untuk masing-masing BUKU sebagaimana tercantum dalam Lampiran III (Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 28 /Seojk.03/2016 Tentang Pembukaan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah Dan Unit Usaha Syariah Berdasarkan Modal Inti)
3. Jaringan Kantor Berdasarkan Modal Inti Bank
Jaringan kantor berdasarkan modal inti bank terdiri atas:
a. Pengurangan Alokasi Modal Inti bagi Bank Umum Konvensional yang Mendukung Pengembangan Jaringan Perbankan Syariah 1) Bank Umum Konvensional yang mendukung pengembangan
jaringan perbankan syariah diberikan insentif berupa pengurangan alokasi Modal Inti dalam perhitungan Pembukaan Jaringan Kantor yang sudah ada maupun yang akan dibuka.
2) Pengembangan jaringan perbankan syariah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan Bank Umum Konvensional dalam bentuk pemberian layanan syariah melalui kegiatan LSB atau LS pada jaringan kantor Bank Umum Konvensional.
3) Pengurangan alokasi Modal Inti dalam perhitungan Pembukaan Jaringan Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) didasarkan pada angka insentif yang lebih besar antara:
a) pencapaian rasio tertentu antara aset Bank Umum Syariah atau Unit Usaha Syariah terhadap aset Bank Umum Konvensional b) klasifikasi BUKU dari Bank Umum Konvensional.
4) Otoritas Jasa Keuangan menetapkan besaran insentif dalam persentase tertentu untuk perhitungan pengurangan alokasi Modal Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dengan mengacu pada Lampiran I yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
5) Pengurangan alokasi Modal Inti sebagaimana dimaksud pada ayat (3), juga memperhitungkan rasio jumlah LSB atau LS terhadap jumlah jaringan kantor Bank Umum Konvensional, dengan contoh perhitungan sebagaimana dimaksud pada Lampiran II yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Otoritas Jasa Keuangan ini.
6) Bank Umum Konvensional mencantumkan perhitungan pengurangan alokasi Modal Inti dalam RBB dengan menggunakan rasio aset dan rasio LSB atau LS posisi akhir bulan September(Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2 /Pojk.03/2016)
b. Perimbangan Penyebaran Jaringan Kantor bagi Bank Umum Konvensional yang Mendukung Pengembangan Jaringan Perbankan Syariah
1) Dalam rangka perimbangan penyebaran jaringan kantor, Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional yang membuka jaringan kantor di zona 1 atau zona 2 dalam jumlah tertentu wajib diikuti pembukaan jaringan kantor di zona 5 atau zona 6.
2) Kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berlaku bagi BUKU 3 dan BUKU 4 dan dalam pelaksanaannya wajib memenuhi ketersediaan alokasi Modal Inti untuk Pembukaan Jaringan Kantor.
3) Kewajiban Pembukaan Jaringan Kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (2), tidak berlaku bagi Bank Umum Syariah atau Bank Umum Konvensional yang dimiliki oleh Pemerintah Daerah dan melakukan Pembukaan Jaringan Kantor di zona 1 atau zona 2 yang merupakan wilayah provinsi tempat kedudukan kantor pusatnya.
4) Perimbangan penyebaran Jaringan Kantor bagi Bank Umum Syariah dan Bank Umum Konvensional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a) Pembukaan 3 (tiga) KC di zona 1 atau zona 2 wajib diikuti dengan pembukaan 1 (satu) KC di zona 5 atau zona 6
b) Pembukaan 3 (tiga) KCP di zona 1 atau zona 2 wajib diikuti dengan pembukaan 1 (satu) KCP atau 1 (satu) KC di zona 5 atau zona 6 (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Nomor 2 /Pojk.03/2016).
4. Unit Usaha Syariah
Pengertian Unit Usaha Syariah terdapat dalam Pasal 1 angka 10 UU Perbankan Syariah, yaitu unit kerja dari kantor pusat bank umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan di luar negeri yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah dan/atau unit syariah(Rongiyati, 2015:67).
Dalam praktik perbankan masyarakat mengenal bank konvensional dan Bank Syariah sebagai jenis kegiatan usaha bank umum. Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (UU Perbankan) menyebutkan bahwa bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran(Machmud dan Rukmana, 2010: 61).
Terkait dengan hal ini, BI telah mengeluarkan ketentuan mengenai perubahan kegiatan usaha bank umum konvensional menjadi bank umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan kantor bank yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Kepala cabang bank konvensional yang telah memiliki unit usaha syariah dibolehkan melayani transaksi perbankan syariah tertentu (office chanelling) (Machmud dan
Rukmana, 2010: 61). Dengan demikian, bank umum dapat melaksanakan kegiatan usaha baik secara konvensional, secara syariah, atau kedua- duanya.
a. Jenis-Jenis Kantor Bank
Jenis-jenis kantor bank dapat digolongkan sebagai berikut:
1) Kantor pusat
Kantor pusat merupakan kantor dimana semua kegiatan perencanaan sampai kepada pengawasan terdapat di kantor ini.
Setiap bank memiliki satu kantor pusat dan kantor pusat tidak melakukan kegiatan operasional sebagaimana kantor bank lainnya, akan tetapimengendalikan jalannya kebijaksanaan kantor pusat terhadap cabang-cabangnya.
Dapat diartikan pula bahwa kegiatan kantor pusat hanya melayani cabang-cabangnya saja dan tidak melayani jasa bank kepada masyarakat umum.
2) Kantor wilayah
Kantor wilayah merupakan kantor yang membawahi beberapa cabang untuk beberapa wilayah. Tujuannya adalah untuk memudahkan koordinasi antar cabang dalam wilayah tersebut.
Biasanya wilayah-wilayah dibentuk berdasarkan jarak atau jumlah cabang yang ada. Misalnya, wilayah Sumatera Selatan di Palembang, Sumatera bagian Utara di Medan, wilayah Indonesia Timur di Makasar dan sebagainya.
3) Kantor cabang penuh
Kantor cabang penuh merupakan salah satu kantor cabang yang memberikan jasa bank paling lengkap. Dengan kata lain semuakegiatan perbankan ada di kantor cabang penuh dan biasanya kantor cabang penuh membawahi kantor cabang pembantu.
4) Kantor cabang pembantu
Kantor cabang pembantu merupakan kantor cabang yang berada di wilayah kantor cabang penuh dan kegiatan jasa bank yang dilayani hanya sebagian dari kantor cabang penuh.
Perubahan status dari cabang pembantu ke cabang penuh dimungkinkan apabila memang cabang tersebut sudah memenuhi kriteria sebagai cabang penuh dari kantor pusat.
5) Kantor kas
Kantor kas merupakan kantor bank yang paling kecil dimana kegiatannya hanya meliputi teller saja. Dengan kata lain, kantor kas hanya melakukan sebagian kecil dari kegiatan perbankan dan berada di bawah cabang pembantu atau cabang penuh. Bahkan sekarang ini banyak kantor kas yang dilayani dengan mobil dan sering disebut kas keliling (Kasmir, 2011: 25- 26).
b. Kantor Cabang Pembantu
Kantor Cabang Pembantu ( KCP) adalah kantor di bawah Kantor Cabang(KC) yang kegiatan usahanya membantu KC induknya, dengan alamat tempat usaha yang jelas dimana KCP tersebut melakukan usahanya(Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 27 /Pbi/2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/1/Pbi/2009 Tentang Bank Umum).
Pembukaan Kantor Cabang Pembantu Pasal 37 :
(1) Pembukaan KCP hanya dapat dilakukan apabila rencana pembukaan telah dilaporkan dan mendapat penegasan Bank Indonesia.
(2) Pembukaan KCP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) hanya dapat dilakukan dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia dengan KC induknya, kecuali dengan persetujuan Bank Indonesia.
(3) Laporan keuangan KCP wajib digabungkan dengan laporan keuangan kantor induknya pada hari yang sama.
Pasal 38:
(1) Bank wajib menyampaikan rencana pembukaan KCP kepada Bank Indonesia paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pelaksanaan pembukaan kantor, disertai dengan: (a) daftar pemenuhan persyaratan (compliance check list) atas kesiapan operasional yang telah dipastikan oleh satuan kerja kepatuhan dan (b) hasil studi kelayakan yang memuat tingkat kejenuhan jumlah Bank.
(2) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan dengan mempertimbangkan: (a) penelitian atas kelengkapan dan kebenaran dokumen, (b) analisis hasil studi kelayakan yang memuat tingkat kejenuhan jumlah bank, (c) analisis atas kajian sebagaimana dimaksud pada Pasal 34A ayat (2).
(3) Penegasan dari Bank Indonesia sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.
(4) Pelaksanaan pembukaan KCP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilakukan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja setelah tanggal penegasan dari Bank Indonesia.
(5) Pelaksanaan pembukaan KCP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib dilaporkan oleh Bank kepada Bank Indonesia melalui mekanisme pelaporan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan kantor pusat bank umum.
c. KantorCabang
Tidak ada satupun struktur organisasi bank yang sama.
Adakalanya bank memberikan otonomi yang cukup luas pada kantor- kantor cabangnya, di lain pihak masih ada pula bank yang mengendalikan kantor-kantor cabangnya secara penuh. Tetapi, struktur organisasi apapun yang digunakan, terdapat tiga pendekatan dasar yang dapat digunakan untuk meningkatkan koordinasi dan pengawasan terdahap kantor cabang bank yaitu:
1) kantor pusat dapat memberikan informasi dan keahlian yang menjadi ketergantungan kantor cabang agar mereka bersedia seiring dengan program dan tata kerja bank pusat.
2) kantor pusat dapat memberi insentif keuangan yang akan mendorong terciptanya kerja sama dan dukungan.
3) kantor pusat dapat membuat perjanjian hukum yang secara nyata dapat memaksakan kantor cabang untuk mendukungnya (Sumarni, 2002: 317).
Menurut Muhammad Djumhana, ketentuan administratif pembukaan kantor cabang, Dalam hal ini ketentuan pembukaan kantor cabang, terlebih dahulu dilihat dimana kantor tersebut akan dibuka, apakah di dalam negeri atau luar negeri. pembukaan kantor cabang di dalam negeri hanya dapat dilakukan dengan izin Direksi Bank Indonesia. Dalam rangka pembukaan kantor cabang, maka harus tercantum dalam rencanatahunan dari bank yang bersangkutan, sedangkan untuk mendapatkan izinnya dilakukan melalui permohonan dengan melampirkan(Armi, 2015: 13-14):
1) Laporan keuangan gabungan dan rincian kualitas aktiva produktif dua bulan terakhir sebelum tanggal surat permohonan.
2) Rencana persiapan operasional dalam rangka pembukaan kantor cabang.
3) Hasil studi kelayakan yang sekurang-kurangnya memuat potensi, peluang pasar, tingkat persaingan yang sehat antar bank, tingkat kejenuhan jumlah bank, dan proyeksi arus kas bulanan selama dua belas bulan.
4) Rencana kerja kantor cabang sekurang-kurangnya dua belas bulan.
Menyangkut bank yang berbentuk hukum sebagai perusahaan daerah, selain memenuhi persyaratan di atas juga harus memperhatikan ketentuan yang terdapat pada pasal 4 Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1992, yaitu penentuan kantor cabang dan unit-unit usaha lainnya harus disesuaikan dengan kebutuhan dan diterapkan oleh direksi dengan persetujuan dewan pengawas.
Apabila permohonan tersebut sudah lengkap dengan persyaratannya, maka Bank Indonesia dituntut memberikan persetujuan ataupenolakan atas permohonan tersebut selambat- lambatnya tiga puluh hari dari tanggal penerimaan permohonan.
Pelaksanaan pembukaan kantor canbang dilakukan selambat- lambatnya tiga puluh hari sejak tanggal dikeluarkannya izin dari direksi Bank Indonesia. Apabila dalam jangka waktu yang ditentukan tersebut bank tidak melaksanakan pembukaan kantor cabang, direksi Bank Indonesia akan membatalkan izin tersebut.
Pembukaan untuk kantor cabang maupun kantor perwakilan dan kantor operasional lainnya wajib mendapatkan izin dari direksi Bank Indonesia. Menurut ketentuan pasal 31 ayat 2 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia Nomor 32/33/KEP/DIR tentang bank umum, izin tersebut hanya diberikan oleh direksi Bank Indonesia apabila bank yang bersangkutan memenuhi persyaratan:
1) Telah menjadi bank devisa sekurang-kurangnya dua puluh empat bulan.
2) Telah mencatumkan rencana pembukaan kantor cabang, kantor- kantor operasional lainnya dan kantor perwakilan di luar negeri dalam rencana kerja tahunan bank.
Pembukaan kantor di luar negeri hanya dapat dilaksanakan setelah mendapat izin dari otoritas di negara setempat. Pelaksanaan pembukaan kantor tersebut wajib dilaporkan kepada Bank Indonesia dalam jangka waktu selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah tanggal pembukaan.
Secara spesifik, BI menetapkan kebijakan pembukaan kantor cabang berdasarkan besaran modal yang dimiliki bank. dalam hal ini, BI membagi bank ke dalam empat kelompok usaha, yaitu (Armi, 2015: 15):
1) Kategori pertama, bank dengan modal Rp 100 miliar hingga Rp 1 triliun, tidak diperkenankan sama sekali untuk membuka kantor cabang.
2) Kategori kedua, bank dengan modal Rp 1 triliun hingga dibawah Rp 5 triliun, diperbolehkan membuka kantor cabang dengan dana maksimal 15 persen dari modal bank (hanya bank dalam negeri).
3) Kategori ketiga, bank dengan modal inti Rp 5 triliun hingga Rp 30 triliun, akan diperkenankan membuka kantor cabang maksimal 35 persen dari modal bank. Kententuan ini berlaku baik untuk bank di dalam maupun luar negeri.
4) Terakhir, bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun, diperbolehkan membuka kantor cabang dengan modal bank maksimal 35 persen. Bank ini juga diizinkan untuk membuka kantor cabang di dalam maupun luar negeri.
d. Pemindahan Alamat Kantor Cabang
Pemindahan alamat kantor cabang sebagai berikut(Peraturan Bank Indonesia Nomor: 13/ 27 /Pbi/2011):
Pasal 49:
1) Pemindahan alamat Kantor Pusat dan/atau KC wajib memperoleh izin Pimpinan Bank Indonesia.
2) Permohonan izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan oleh Bank kepada Bank Indonesia paling lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sebelum pemindahan alamat dilaksanakan.
3) Permohonan izin pemindahan alamat kantor pusat dan/atau KC sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan: (a) daftar pemenuhan persyaratan (compliance check list) atas kesiapan operasional yang telah dipastikan oleh satuan kerja kepatuhan, (b) rencana penyelesaian atau pengalihan tagihan dan kewajiban Bank; dan (c) hasil studi kelayakan di tempat kedudukan baru yang paling kurang memuat potensi ekonomi, peluang pasar, tingkat persaingan yang sehat antar Bank, dan tingkat kejenuhan jumlah Bank.
4) Pemindahan alamat KC yang dilakukan: (a) dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia, namun berada di lokasi yang berdekatan wajib memenuhi persyaratan persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, (b) dalam satu wilayah kerja kantor Bank Indonesia yang sama, namun
berada di lokasi yang tidak berdekatan wajib memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a dan huruf b, (c) di luar wilayah kerja kantor Bank Indonesia tempat KC awal berkedudukan, wajib memenuhi ketentuan penutupan KC dan pembukaan KC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 65, Pasal 66 dan Pasal 67, serta Pasal 35 dan Pasal 36.
5) Dalam hal pemindahan alamat kantor pusat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ke lokasi yang baru diikuti dengan pembukaan KC di lokasi lama kantor pusat, maka pembukaan KC dimaksud berlaku ketentuan pembukaan KC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dan Pasal 36.
Pasal 50:
1) Dalam rangka memberikan persetujuan atau penolakan atas permohonan izin pemindahan alamat kantor pusat dan/atau KC sebagaimana dimaksud dalam Pasal 49 ayat (1), Bank Indonesia melakukan: (a) penelitian atas daftar pemenuhan persyaratan (compliance check list) atas kesiapan operasional yang telah dipastikan oleh satuan kerja kepatuhan (b) analisis yang mencakup antara lain tingkat persaingan yang sehat antar Bank, tingkat kejenuhan jumlah Bank, dan pemerataan pembangunan ekonomi nasional; dan (c) analisis atas kajian sebagaimana dimaksud pada Pasal 34A ayat (2).
2) Persetujuan atau penolakan atas permohonan izin pemindahan alamat kantor pusat atau KC diberikan Bank Indonesia paling lama 20 (dua puluh) hari kerja setelah dokumen permohonan diterima secara lengkap.
3) Pemindahan alamat kantor sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib diumumkan oleh Bank dalam: (a) surat kabar yang mempunyai peredaran nasional, bagi pemindahan alamat kantor pusat; atau (b) surat kabar yang mempunyai peredaran luas di tempat kedudukan Kantor Cabang, bagi pemindahan alamat Kantor Cabang, paling lama 10 (sepuluh) hari kerja sejak tanggal pemberian izin dari Pimpinan Bank Indonesia.
4) Pemindahan alamat kantor pusat dan/atau KC yang telah mendapat izin sebagaimana dimaksud pada ayat (2) wajib dilaksanakan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak tanggal pemberian izin dari Pimpinan Bank Indonesia.
5) Apabila setelah jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) Bank tidak melaksanakan pemindahan alamat kantor pusat dan/atau KC, izin yang telah diterbitkan menjadi tidak berlaku.
6) Pelaksanaan pemindahan alamat kantor pusat dan/atau KC wajib dilaporkan oleh Bank kepada Bank Indonesia melalui mekanisme pelaporan sebagaimana diatur dalam ketentuan Bank Indonesia mengenai laporan kantor pusat bank umum.
e. Akibat Yang Mungkin Timbul Dari Dibukanya Kantor Cabang Menurut Sumarni, akibat yang mungkin timbul dibukanya kantor cabang adalah sebagai berikut (Sumarni, 2002: 319):
1) Dapat menaikan pendapatan karena:
a) Memungkinkan calon nasabah menelpon/berkunjung secara lebih mudah dan dengan biaya yang lebih murah.
b) Memungkinkan bank menjawab lebih cepat terhadap keluhan/pertanyaan nasabah.
c) Meningkatkan fisiabilitas bank sehingga kepuasan nasabah lebih ditingkatkan.
d) Memberi sugesti kepada nasabah bahwa bank lebih “ramah dan layanan bersifat pribadi” di wilayah geografis tersebut.
e) Memotivasi anggota staf untuk bekerja lebih efisien dan aktif di “kantor mereka sendiri”.
2) Dapat mengurangi pendapatan, karena:
a) Menciptakan usaha pemasaran yang tidak/kurang terkoordinasikan.
b) Lebih sulit melakukan pengawasan atas kualitas pekerjaan karyawan.
c) Untuk memajukan cabang tersebut, seringkali orang pusat diambil karena dirasa lebih berpengalaman.
d) Mendorong persaing bank untuk meningkatkan usaha mereka di wilayah tersebut.
3) Dapat menaikan biaya, karena:
a) Menciptakan usaha pemasaran yang tidak terkoordinasikan yang artinya bonus waktu dan biaya.
b) Memerlukan banyak waktu untuk perjalanan bagi pejabat bank level atas guna melakukan koordinasi/pengawasan.
c) Mengharuskan bank memindahkan staf atau merekrut tenaga baru.
d) Menambah biaya-biaya gedung, sewa beli, peralatan, keamanan dan lainnya untuk operasional kantor baru.
e) Merangsang reaksi bersaing yang mengharuskan bank melakukan promosi lebih giat lagi.
4) Dapat mengurangi biaya, karena:
a) Mengurangi waktu dan pengeluaran yang dibutuhkan untuk melakukan perjalanan dan hubungan telepon dengan nasabah yang jauh lokasinya dari kantor pusat.
b) Memungkinkan sistem manajemen kantor bank lebih efisien, misalnya digunakannya sistem online antar kantor cabang.
5. ManajemenPerbankan Syariah
a. Pengertian Dan Fungsi Manajemen
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, dan mengawasi pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi yang tersedia untuk mencapai tujuan organisasi yang dinyatakan dengan jelas (Wibowo, 2011: 9). Tujuannya adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat tercapai dengan cara yang efektif dan efisien (Muhammad, 2005:
176).
Hakekat manajemen yang terkandung dalam Al-quran, erat kaitannya dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajerial itu sendiri. Pada dasarnya terbangunnya konsep manajemen disandarkan kepada ketiga dasar pemikiran tersebut (pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajemen) (Muhammad, 2005: 178).
Fungsi manajemen dikemukakan dengan berbagai terminologi.
Apabila George Terry membagi fungsi manajemen dalam termonilogi planning, organizing, actuating, dan controling. Stoner dan Freeman dan Robbins serta Dubrin menggunakan pengertian actuating menjadi leading. Perbedaan diantara keduanya lebih bersifat penekanan pada
titik beratnya, bukan merupakan perbedaan yang bersifat kontradiktif.
Actuating lebih menekankan pada bagaimana pekerjaan dilakukan, sedangkan leading lebih berorientasi pada bagaimana memimpin dan mengarahkan pelaksanaannya. Sementara itu Harold Koontz,dkk menambahkan staffing secara eksplisit.Pengertian dari masing–masing fungsi manajemen pada intinya dapat dijelaskan sebagai berikut (Wibowo, 2011: 12-14) :
1) Planning
Planning merupakan langkah pertama dilakukan seorang manajer dalam mengembangkan strategi menyeluruh untuk mencapai tujuan dan mengembangkan hierarki komprehensif dari rencana untuk mengintegrasikan dan mengordinasikan kegiatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
2) Organizing
Organizing merupakan tanggung jawab manejer untuk mendisain struktur organisasi dan mengatur pembagian pekerjaan.
Termasuk mempertimbangkan apa tugas yang harus dilakukan, siapa melakukan, bagaimana tugas dikelompokkan, siapa melapor kepada siapa, dan dimana keputusan dibuat.
3) Staffing
Staffing merupakan pekerjaan manajer untuk mengisi jabatan yang tersedia dalam organisasi. Sementara itu, kinerja seorang manajer sangat dipengaruhi oleh kemampuan dari orang- orang yang membantunya. Oleh karena itu, manajer harus cermat dalam memilih orang untuk didudukkannya dalam suatu jabatan agar dapat membantu mencapai tujuan organisasi.
4) Leading
Leading merupakan fungsi manajer untuk mengarahkan dan mengordinasikan orang untuk menjalankan pekerjaan agar tujuan dapat dicapai. Manajer memotivasi pekerja, mengarahkan aktivitas orang lain, memilih saluran komunikasi yang efektif, atau
menyelesaikan konflik diantara anggota, dan mereka terikat untuk memimpin bawahan untuk mewujudkan tujuan organisasi.
5) Actuating
Actuating berkenaan dengan fungsi manajer untuk menjalankan tindakan dan melaksanakan pekerjaan yang diperlukan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai oleh organisasi. Actuating merupakan implementasi dari apa yang direncanakan dalam fungsi planning dengan memanfaatkan persiapan yang sudah dilaukan dalam organizing.
6) Controlling
Controlling merupakan aktivitas untuk meyakinkan bahwa semua hal pekerjaan seperti seharusnya dan memonitor kerja organisasi. Kinerja aktual harus dibandingkan dengan tujuan yang ditetapkan sebelumnya. Jika terdapat deviasi signifikan, dilakukan koreksi dan dikembalikan kejalur yang tepat. Monitoring merupakan alat untuk mengontrol. Dengan demikian, controlling merupakan koreksi terhadap pelaksanaan untuk mengetahui apakah tujuan dapat dicapai.
b. Prinsip Manajemen
Prinsip manajemen menurut muhammad sebagai berikut (Muhammad, 2005: 181-183):
1) Keadilan
Keadilan merupakan satu prinsip fundamental dalam ideologi islam. pengelolaan keadilan seharusnya tidak sepotong- potong, tanpa mengacu kepada status sosial, aset finansial, kelas dan keyakinan realigius seseorang. Al-quran telah memerintahkan penganutnya untuk mengambil keputusan dengan berpegang pada kesamaan derajat, keutuhan dan keterbukaan. Maka, keadilan adalah ideal untuk diterapkan dalam hubungan dengan sesama manusia.
2) Amanah dan pertanggung jawaban
Dalam hal amanah dan pertanggung jawaban, islam menggariskan dalam firman-Nya, yang artinya: “dan sesungguhnya kamu akan ditanya tentang apa yang kamu kerjakan”.
Amanat merupakan segala yang diperintah Allah kepada hamba-Nya. Ibn Katsir mengemukakan bahwa ayat ini menyatakan sifat-sifat utusan Tuhan, yaitu: menyampaikan seruan Tuhan, memberikan nasihat dan kepercayaan. Al-Maraghi mengklasifikan amanat terbagi atas: (a) tanggung jawab manusia kepada sesamanya, (b) tanggung jawab manusia kepada tuhan, (c) tanggung jawab manusia kepada dirinya sendiri.
Prinsip tersebut bermakna bahwa setiap pribadi yang mempunyai kedudukan fungsional dalam interaksi antar manusia dituntut agar melaksanakan kewajibannya dengan sebaik-baiknya.
Apabila ada kelalaian terhadap kewajiban tersebut akan mengakibatkan kerugian bagi dirinya sendiri.
3) Komunikatif
Dalam manajemen, komunikasi menjadi faktor penting dalam melakukan transformasi kebijakan atau keputusan dalam rangka pelaksanaan manajerial itu sendiri menuju tercapainya tujuan yang diharapkan. Begitu penting komunikasi dalam manajemen, sehingga menuntut komunikasi tersebut disampaikan dengan tepat. Ketepatan menyampaikan komunikasi ini, selanjutnya disebut komunikatif.
c. TujuanManajemen
Semua organisasi, baik yang berbentuk badan usaha swasta, badan yang bersifat publik ataupun lembaga-lembaga sosial kemasyarakatan tentu mempunyai satu tujuan sendiri-sendiri yang merupakan motivasi dari pendiriannya, manajemen didalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa
perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan (profit).
Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di manapun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan, perbedaannya hanyalah pada falsafah hidup yang dianut oleh masing-masing pendiri atau manajer badan usaha tersebut (Muhammad, 2005: 191).
d. Tingkatan-Tingkatan Manajemen
Tingkatan-tingkatan manajemen menurut sumar‟in sebagai berikut:
a. Manajemen lini pertama (first line management)
Dikenal dengan istilah manajemen operasional, merupakan manajemen tingkatan paling rendah yang bertugas memimpin dan mengawasi pegawai non-manajerial yang terlibat dalam proses operasional organisasi. Mereka sering disebut personalia (supervisor), manajer shift, manajer jasa, manajer kantor, manajer depertemen atau mandor (forman).
b. Manajer tingkat menengah
Mencakup semua manajemen yang berada di antara manajer lini pertama dan manajer puncak dan bertugas sebagai penghubung antara keduanya. Jabatan yang termasuk manajer menengah di antaranya kepala bagian, pimpinan proyek, manajer pabrik atau manajer devisi.
c. Manajemen puncak (top management)
Dikenal dengan istilah executive officer. Bertugas merencanakan kegiatan dan strategi organisasi secara umum dan mengarahkan jalannya operasi. Contoh top management adalah Chief Executive Officer (CEO), Chief Information Officer (CIO) dan Chief Financial Officer (CFO) (Sumar‟in, 2012: 89-97).
e. Unsur Manajemen Syariah Dan Implikasi Di Bank Syariah Manajemen sebagai sistem, di dalamnya terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut(Muhammad, 2005: 197-217):
1) Perencanaan
Untuk mencapai tujuan manajemen, maka setiap usaha harus didahului oleh suatu perencanaan yang baik. Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses kegiatan yang meliputi:
a) Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang paling mungkin memperoleh sesuatu di masa yang akan datang, dengan dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta yang ada.
Langkah pertama yang harus dilakukan oleh manajemen bank adalah melakukan peramalan usaha dengan melihat kondisi internal dan eksternal dalam rangka perumusan kebijakan dasar. Kondisi internal meliputi potensi dan fasilitas yang tersedia, distribusi aktiva, posisi dana-dana, pendapatan dan biaya. Sedangkan kondisi eksternal meliputi menelaahan situasi moneter, lokal dan internasional, peraturan-peraturan, situasi dan kondisi perdagangan, nasional dan internasional.
b) Objective
Objektive atau tujuan alah nilai yang akan tercapai atau diinginkan oleh seseorang atau Badan Usaha. Tujuan manajemen Bank Syariah tidak saja meningkatkan kesejahteraan bagi para stokeholders, tetapi juga harus mempromosikan dan mengembangkan aplikasi dari prinsip- prinsip islam, syariah dan tradisinya kedalam bisnis keuangan dan bisnis lainnya yang terkait.
Oleh karena itu aktivitas perencanaan tujuan masa depan harus dilakukan dengan baik, teliti, lengkap dan rinci, dan perumusan kebijakan itu haruslah disusun bersama direksi bersama-sama dewan komisaris dan dewan pengawas syariah, dan perencanaan operasional harus disusun bersama dengan para pejabat yang bertanggung jawab atas pelaksanaan operasional. Islam menganjurkan melakukan musyawarah, dan bukan one man show. Sebagaimana allah berfirman dalam Q.s ali „imraan ayat 159:
Artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu Berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. karena itu ma'afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah.
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Kita diperintah oleh Allah untuk memusyawahkan dan memutuskan sesuatu yang bermanfaat, bukan keputusan yang sekedar coba-coba dan salah kemudian mencoba lagi sampai menemukan sesuatu yang fixed. Hal itu membuang energi dan waktu. Pada Q.s An Nahl ayat 96 Allah berfirman:
Artinya: apa yang di sisimu akan lenyap, dan apa yang ada di sisi Allah adalah kekal. dan Sesungguhnya Kami akan memberi Balasan kepada orang-orang yang sabar dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
Jadi yang dimaksudkan adalah agar kita menyusun perencanaan tujuan secara profesional, tidak sekedar coba- coba.
c) Policies
Policies dapat berarti rencana kegiatan atau juga dapat diartikan sebagai suatu pedoman pokok yang diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan kegiatan yang berulang- ulang. Suatu policies dapat dikenal dengan sifat, yaitu pertama merupkan prinsip-prinsip dan kedua sebagai aturan untuk kegiatan-kegiatan.
Bidang kegiatan bank yang perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan dasar umumnya meliputi bidang penting bagi aktivitas bank, yaitu sebagai berikut: (1) Tipe nasabah yang dilayani, (2) Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah, (3) Daerah atau wilayah pelayanan, (4) Sistem penyampaian produk dan jasa bank, (5) Disttribusi aktiva produktif, (6) Preferensi likuiditas, (7) Persaingan, (8) Pengembangan dan pelatihan staf.
Bank Indonesia sangat menekankan hal ini secara eskplisit dalam petujuk pelaksanaan pembukaan kantor bank syariah. Sebagai lembaga yang knowledge intentive, maka keterampilan dan keahlian staf menjadi kunci keberhasilan bank. Selain itu, Sumber Daya Insani Bank Syariah dituntut memiliki pengetahuan mengenai ketentuan dan prinsip syariah
secara baik, dan memiliki akhlak dan moral Islami. Akhlak dan moral Islami dalam bekerja dapat disarikan dalam empat ciri pokok, yaitu(1) Shiddiq (benar dan jujur), (2) Amanah (dapat dipercaya), (3) Tabligh (mengembangkan lingkungan dan bawahan menuju kebaikan) dan (4) Fathonah (kompeten dan profesional).
d) Programmes
Programmes adalah sederetan kegiatan yang digambarkan untuk melaksanakan policies. Program itu merupakan rencana kegiatan yang dinamis yang biasanya dilaksanakan secara bertahap, dan terikat dengan ruang (place) dan waktu (time).
e) Procedures
Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan.
f) Budget
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus dikeluarkan dan pendapatan yang diharapkan diperoleh di masa yang akan datang.
2) Pengorganisasian
Jika dalam fungsi perencanaan, tujuan dan rencan ditetapkan, maka dalam pengorganisasian rencana tersebut diturunkan dalam sebuah pembagian kerja tertentu dalam sebuah struktur organisasi dimana di dalamnya terdapat kejelasan bagaimana rencana organisasi akan dilaksanakan, dikoordinasikan dan dikomunikasikan. Berikut empat dalam pengorganisasian (Sule dan Saefullah, 2005: 152-158):
(a) Pembagian kerja
Upaya untuk menyederhanakan dari seluruh pekerjaan yang mungkin saja bersifat kompleks menjadi lebih sederhana dan spesifik dimana setiap orang akan ditempatkan dan
ditugaskan untuk kegiatan yang sederhana dan spesifik tersebut dinamakan sebagai pembagian kerja.
(b) Pengelompokan pekerjaan
Adapun penerimaan bon pembayaran, pencatatan pengeluaran, penerimaan uang dapat dikelompokan menjadi depertemen atau bagian keuangan, begitu juga bukan yang lainnya.
(c) Penentuan relasi antar bagian dalam organisasi
Dalam penentuan hirarki organisasi manajer perlu mempertimbangkan apakah akan menggunakan hirarki horizontal atau hirarki vertikal. Hirarki horizontal adalah bentuk struktur organisasi yang bagian-bagian organisasinya banyak ke samping, dan meminimalkanjumlah subbagian atau depertemen. Adapun hirarki vertikal meminimalkan bagian- bagian organisasi ke samping secara horizontal, dan memperbanyak subbagian dan depertemen secara vertikaal.
(d) Koordinasi
Koordinasi adalah proses dan mengintegrasikan seluruh aktivitas dari berbagai depertemen atau bagian dalam organisasi atau bagian dalam organisasi agar tujuan organisasi bisa tercapai secara efetif. Tanpa koordinasi, berbagai kegiatan yang dilakukan di setiap bagian organisasi tidak akan terarah dan cendrung hanya membawa misi masing-masing bagian 3) Pelaksanaan
Bank Indonesia sangat menekankan training and development secara eksplisit dalam petunjuk pelaksanaan pembukuan kantor Bank Syariah sebagai lembaga yang knowledgeintentive. Maka dengan ini ketempilan dan keahlian staf menjadi kunci keberhasilan bank. selain itu, sumber daya manusia Bank Syariah dituntut memiliki pengetahuan mengenai ketentuan syariah secara baik, memiliki akhlak dan moral yang islami.