247
Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Sederhana Melalui Metode Pemberian Tugas Di Kelas IV SD Negeri Bariri
Eiodia Masoke, Ali Karim, dan Budi Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK
Tidak tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, berimplikasi pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana. Masalah yang paling mendasar dalam penelitian ini adalah metode pembelajaran yang tidak tepat sehingga berdampak pada rendahnya kemampuan siswa dalam menulis karangan sederhana. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka Peneliti menerapkan metode pemberian tugas. Desain penelitian adalah penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart yang terdiri atas empat komponen yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi, dan (4) refleksi. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Bariri untuk menulis karangan sederhana.
Instrumen yang digunakan dalam penelitian yaitu hasil tes belajar siswa dan lembar observasi untuk siswa dan guru. Subyek penelitian ini adalah para siswa kelas IV SDN Bariri dan dilaksanakan dalam dua siklus dan tiap siklus dilaksanakan dalam satu pertemuan. Hasil observasi siklus I menunjukkan bahwa partisipasi siswa masih digolongkan pada kategori cukup dan aktivitas guru adalah baik. Dari hasil tes pada siklus I diperoleh hasil tuntas belajar klasikal 50%. Pada siklus II hasil tes diperoleh tuntas belajar klasikal 100%. Berdasarkan hasil tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Bariri dalam menulis karangan sederhana.
Kata Kunci: Metode Pemberian Tugas, Menulis, Karangan Sederhana.
I. PENDAHULUAN
Pembelajaran Bahasa Indonesia khususnya penulisan karangan sederhana yang dilaksanakan di SDN Bariri, belum mencapai hasil yang sesuai dengan target yang diharapkan. Tingkat penguasaan materi dapat diketahui setelah pemberian tes tugas, disebabkan karena kurangnya motivasi dari siswa itu sendiri sehingga menyebabkan ketidaktuntasan karena siswa belum mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang diharapkan.
Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi oleh penulis, maka untuk menyelesaikan masalah ini, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) agar KKM yang diharapkan dapat tercapai. Pada awal pembelajaran, metode yang
248 digunakan adalah metode ceramah tentang materi penulisan karangan sederhana, ternyata hasilnya kurang memuaskan. Hal ini disebakan karena kurangnya motivasi belajar siswa sehingga mereka sulit untuk memahami penulisan karangan sederhana, tercermin dari minat siswa untuk bertanya sangat kurang dan juga tanggung jawab siswa dalam melaksanakan tugas juga sangat minim sehingga mereka hanya menjadi pendengar yang pasif dan tidak ada respon atau tanggapan, sehingga penilaian dari hasil belajar mereka banyak yang tidak mencapai KKM.
Pelaksanaan pembelajaran di kelas merupakan salah satu tugas utama guru, dan pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang ditujukan untuk membelajarkan siswa. Dalam proses pembelajaran, masih sering ditemukan kecenderungan meminimalisir keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam pembelajaran menyebabkan kecenderungan siswa bersikap lebih pasif atau terkesan menunggu sajian dari guru.
Perbaikan pembelajaran dilaksanakan di SDN Bariri Kecamatan Lore Tengah belum mencapai hasil yang memuaskan. Tingkat penguasaan materi dapat diketahui setelah diadakan evaluasi atau tes, kekeliruan penggunaan ejaan (huruf kapital, tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru dan tanda kutip serta tanda petik) masih sering terjadi.
Hasil perolehan nilai rata-rata kelas masih sangat rendah. Pada pembelajaran bahasa Indonesia kelas IV, tingkat penguasaan materi penulisan karangan sederhana hanya mencapai 25% dari 8 orang siswa hanya 2 orang yang mendapat nilai cukup memuaskan.
Melihat kurangnya keberhasilan dalam pembelajaran ini maka penulis melakukan perbaikan. Untuk itu peneliti meminta bantuan kepada teman sejawat, dari diskusi dengan teman sejawat diperoleh beberapa masalah yang dihadapi dalam pembelajaran masalah tersebut adalah sebagai berikut: rendahnya tingkat penguasaan siswa dalam pembelajaran. Kurangnya minat siswa menerima materi pembelajaran. Kemampuan siswa melakukan/mengerjakan soal latihan masih sangat rendah. Siswa belum mampu menyelesaikan soal-soal dengan benar.
Melihat masalah di atas penulis mengetahui faktor penyebab sehingga siswa belum mampu menulis karangan sederhana, diantaranya guru terlalu cepat
249 menjelaskan materi sehingga siswa belum memahami materi yang diajarkan.
Metode yang digunakan tidak membuat siswa pro aktif. Guru tidak memberikan penjelasan dan contoh yang memuaskan. Guru kurang memberikan waktu kepada siswa untuk berpikir.
Berdasarkan permasalahan di atas, yang menjadi fokus perbaikan adalah bagaimana cara yang tepat agar siswa kelas IV mampu menulis karangan sederhana dengan penggunaan ejaan yang tepat sehingga hasil belajarnya meningkat.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka masalah yang dirumuskan dalam penelitian tindakan kelas ini adalah “apakah dengan menggunakan metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Bariri menulis karangan sederhana?’’.
Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan siswa kelas IV SDN Bariri menulis karangan sederhana melalui metode pemberian tugas.
Manfaat penelitian
Dengan memperhatikan rumusan masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas maka manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:
1) Bagi siswa
Dapat memahami dengan benar penulisan karangan sederhana dan tuntutan penggunaan ejaan yang disempurnakan.
2) Bagi guru
Dapat meningkatkan pengetahuan dan menambah pengalaman dalam menuntaskan suatu masalah yang dialami pada setiap proses pembelajaran.
3) Bagi sekolah dan pendidikan
Dapat meningkatkan sistem pembelajaran atau perbaikan, memberikan landasan dan argumentasi bagi kebijakan yang akan digunakan dalam
250 meningkatkan mutu hasil belajar serta memberikan kontribusi yang baik dalam meningkatkan proses pembelajaran untuk semua pelajaran.
Batasan Masalah
Berdasarkan rumusan masalah, muncul banyak permasalahan yang harus diselesaikan. Agar penelitian ini lebih terfokus dan mendalam kajiannya perlu ada pembatasan masalah penelitian. Oleh karena itu, penelitian ini dibatasi pada permasalahan apakah ada peningkatan kemampuan menulis karangan sederhana melalui metode pemberian tugas di kelas IV SDN Bariri.
Batasan Istilah
Agar diperoleh pemahaman yang sama antara penulis dan pembaca tentang istilah pada penelitian ini, maka perlu adanya pembatasan istilah.
1) Peningkatan adalah proses, cara, pembuatan meningkat (usaha, kegiatan, dan sebagainya).
2) Keterampilan adalah kecakapan melakukan sesuatu dengan baik, cermat, tepat, dan cepat.
3) Keterampilan menulis adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengekspresikan pikiran dan perasaan yang dituangkan ke dalam bahasa tulis sehingga hasilnya dapat dinikmati dan dipahami oleh orang lain.
4) Karangan sederhana adalah tulisan pendek seseorang tentang ide, gagasan, dan pikirannya tentang topik-topik sederhana dengan memperhatikan penggunaan ejaan (huruf kapital, tanda titik, tanda koma huruf kapital, tanda titik, tanda koma, tanda tanya, tanda seru dan tanda kutip serta tanda petik).
5) Metode pemberian tugas adalah teknik pembelajaran yang diberikan oleh guru dengan cara memberikan tugas atau pekerjaan secara sengaja baik untuk perorangan atau kelompok.
Pengertian Kemampuan
Belajar merupakan proses yang ditandai dengan perubahan tingkah laku seseorang; salah satu yang diharapkan perubahan terjadi adalah meningkatkan kemampuan. Kemampuan dapat diartikan dengan kesanggupan melakukan sesuatu. Kemampuan dan bakat seseorang siswa perlu diketahui oleh guru agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
251 Tanuwijaya (1984:4) dalam Toantja (2010) Menjelaskan Kemampuan adalah kesiapan mental dan intelektual baik berwujud kemampuan, sikap dan pengetahuan serta keterampilan yang dapat dipergunakan untuk menemukan kebutuhan belajar.
Dijelaskan pula oleh Sofo (2003:150) dalam Paulus (2010) bahwa kemampuan adalah apa yang diharapkan di tempat kerja yang merujuk pada pengetahuan, keahlian dan sikap yang dalam penetapannya harus konsisten dan sesuai standar kerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa dalam belajar unsur kemampuan sangat penting untuk mencapai keberhasilan proses pembelajaran. Kemampuan tidak hanya sekedar memahami, tetapi menghendaki agar siswa sungguh-sungguh mempunyai kemampuan dalam pencapaian keberhasilan belajar. Sebab kenyataannya, ada siswa yang belajar hanya jika akan menghadapi ujian. Beberapa hari setelah melewati masa ujian, siswa sudah lupa dan tidak tahu lagi apa yang dipelajarinya. Hal ini menunjukan bahwa siswa tidak memiliki kemampuan yang mendasar untuk menginternalisasikan sesuatu yang dipelajari ke dalam suatu konsep serta pengertian secara menyeluruh.
Metode Pemberian Tugas
Subari (2007:49) menjelaskan bahwa, ”Metode pembelajaran adalah cara- cara atau teknik penyajian bahan pelajaran baik secara perorangan ataupun secara berkelompok agar tercipta tujuan yang telah dirumuskan.
Peranan metode pemberian tugas dalam meningkatkan hasil belajar dijelaskan Darmanto (1987:12) dalam Momisa (2009), “agar siswa dapat memperoleh hasil belajar yang baik, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama mengerjakan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. “Metode pemberian tugas diharapkan secara maksimal dan bermakna sebagaimana yang dikatakan Hastuti (1998:13) dalam Undugia (2009) bahwa metode pemberian tugas adalah sebuah metode pembelajaran dengan pemberian tugas yang tidak hanya sekedar menjawab soal- soal yang diberikan oleh guru, melainkan harus mempunyai unsur tugas.
Dikerjakan dan dilaporkan hasilnya sebagai pertanggung jawaban dari hasil
252 belajar serta mempunyai unsur didaktis pedagogis bagi para siswa. Tugas yang diberikan dapat dikerjakan di kelas, di perpustakaan, di rumah, atau di tempat- tempat lain dalam kaitannya dengan materi pokok yang diberikan atau yang ditugaskan.
Karangan
Karangan merupakan karya tulis dari kegiatan seseorang untuk mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis kepada pembaca untuk dipahami. Lima jenis karangan yang umum dijumpai dalam keseharian adalah narasi, deskripsi, eksposisi, argumentasi dan persuasi (Ngalim Purwanto & Djeinah Alim: 1997).
Susunan karangan atau wacana sebagaimana dikemukakan oleh Tarigan dan Sulistyaningsih (1996) adalah: “wacana dibentuk oleh paragaraf-paragraf, sedangkan paragraf dibentuk oleh kalimat-kalimat. Kalimat-kalimat yang membentuk paragraf itu haruslah merangkai, kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya harus berkaitan begitu seterusnya. Sehingga membentuk satu kesatuan yang utuh atau membentuk sebuah gagasan. Selanjutnya paragraf dengan paragraf pun merangkai secara utuh membentuk sebuah wacana yang memiliki tema yang utuh”.
Bagian-Bagian Karangan
Menurut Keraf (1995), karangan yang ditulis dalam jenis apapun, pada umumnya memiliki bagian-bagian utama yang dapat memudahkan pembaca dalam memahami maksud atau isi karangan tersebut. Bagian-bagian utama ini pada umumnya berupa bagian pendahuluan, isi, dan penutup.
Bagian pendahuluan merupakan bagian yang pertama kali dibaca pembaca. Pada bagian ini pengarang harus berupaya menyajikan latar belakang, ruang lingkup, batasan pengertian topik, permasalahan dan tujuan penulisan kerangka acuan yang digunakan.
Bagian isi merupakan bagian terpenting dari seluruh karangan. Isi bagian ini sangat bergantung pada jenis karangan yang digunakan. Agar isi karangan benar-benar dapat dipahami pembaca, maka bagian ini harus disajikan secara jelas
253 dan teratur. Oleh karena itu, sebelum menulis sebuah karangan, perumusan kerangka karangan merupakan langkah awal yang tidak boleh dilupakan.
Bagian penutup merupakan kesimpulan dari hal-hal yang telah dideskripsikan pada bagian isi karangan. Kesimpulan yang dirumuskan pengarang pun sangat bergantung pada jenis karangan yang dipilihnya.
a. Jenis-Jenis Karangan 1) Deskripsi
2) Narasi 3) Eksposisi 4) Argumentasi 5) Persuasi
Kriteria Karangan yang Baik
Ciri-ciri karangan yang baik menurut Hasani (2005) yakni ; 1) Berisi hal-hal yang bermanfaat
2) Pengungkapan jelas
3) Penciptaan kesatuan dan pengorganisasian 4) Efektif dan efisien
5) Ketepataan penggunaan bahasa 6) Ada variasi kalimat
7) Vitalitas 8) Cermat 9) Objektif
Penggunaan Huruf Kapital
Suatu penelitian harus didukung oleh teori-teori yang dapat digunakan sebagai landasan dalam melakukan penelitian. Dalam hal ini, teori yang digunakan adalah yang berkaitan dengan huruf kapital.
1) Pengertian huruf kapital
“Huruf adalah aksara dalam tata tulis yang merupakan anggota abjad yang melambangkan bunyi bahasa sedangkan kapital adalah besar. Jadi, huruf kapital adalah huruf besar” Muliono, (2007:413;501). Slameto (1996:163)
254 mengemukakan bahwa huruf yang diberikan tanda kapital (atau semua kapital) bisa juga menunjukan penekanan atau untuk memperjelas bagian-bagian tertentu dalam sebuah tulisan.
Yang lazim dinyatakan dengan penulisan huruf kapital hanyalah dengan satuan- satuan yang masih berbentuk fase. Satuan bahasa yang sudah berbentuk klausa jarang sekali dinyatakan dengan cara semua huruf kapital. Judul makalah, skripsi, tesis dan disertasi lazim ditulis dengan huruf kapital seluruhnya karena pada umumnya semua itu masih berada pada tataran fase.
2) Fungsi Huruf Kapital
Huruf kapital digunakan dalam Yudinar (2009 : 17-24) dan Ali (1996 : 6-11), bahwa :
 Huruf kapital atau huruf besar dipakai sebagai huruf pertama pada awal kalimat.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf petikan langsung.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar kehormatan, keturunan dan keagamaan yang diikuti nama orang.
 Huruf kapital yang dipakai sebagai unsur pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan nama Tuhan , kitab suci, termasuk kata ganti untuk Tuhan.
- Huruf kapital dipakai sebagai unsur pertama nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang atau yang dipakai sebagai penganti nama orang tertentu, nama instansi atau nama orang.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur-unsur nama orang
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku, dan bahasa.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama untuk nama tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama geografi.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua unsur nama negara, lembaga, pemerintah dan ketatanegaraan serta nama dokumen resmi kecuali kata seperti dan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan, lembaga pemerintah dan ketatanegaraan , dokumen resmi.
255
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua nama (termasuk semua unsur kata ulang sempurna) di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti, di, ke, dari, dan, yang, untuk yang tidak terletak pada posisi awal kalimat.
Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsur singkatan nama gelar, pangkat, jabatan dan sapaan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata petunjuk hubungan kerabat seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai dalam pengacuan atau penyapaan dan pengacuan.
 Huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata ganti Anda Tanda Baca
Menurut Kaswan Darmadi dan Rita Nirbaya (2008), tanda baca adalah tanda untuk memberikan intonasi pada bacaan. Tanda tersebut dapat berupa tanda titik (.), tanda seru (!), tanda Tanya (?), tanda koma (,).
Hipotesis Tindakan
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah “Melalui metode pemberian tugas dapat meningkatkan kemampuan penulisan karangan sederhana siswa kelas IV SDN Bariri”.
Guru sebagai perancang pembelajaran harus memikirkan dan berusaha agar apa yang dilakukan pemberian kepuasan bagi siswa. Pembelajaran yang dirancang diharapkan menjadi suatu kegiatan yang dapat memfasilitasi minat dan kebutuhan siswa.
 Membangkitkan semangat siswa
 Memberikan harapan yang realistis
 Memberikan Insentif
Bila siswa membuat keberhasilan, guru perlu memberikan intensif berupa penghargaan , pujian, hadiah, atau kata-kata yang manis.
II. METODE PENELITIAN Subyek penelitian
256 Penelitian dilakukan di SDN Bariri Kecamatan Lore Tengah, Kabupaten Poso. Pada siswa kelas IV dengan jumlah siswa 8 orang yang terdiri dari 4 orang siswa laki-laki dan 4 orang siswa perempuan. Dengan tingkat kemampuan dan daya serap siswa pada materi pelajaran sangat bervariasi ada siswa yang cepat menerima pelajaran ada juga yang lambat.
Pada pelajaran bahasa Indonesia ini dengan materi pembelajaran penulisan karangan sederhana, peneliti melaksanakan penelitian dengan mengikuti jadwal pelajaran kegiatan siklus I dan II, waktunya dialokasikan pada minggu kelima bulan Mei dan minggu pertama bulan Juni tahun ajaran 2013/2014. Peneliti adalah guru kelas IV SDN Bariri.
Deskripsi Persiklus - Rencana
- Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
- Menyusun jadwal.
- Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP).
- Menyusun lembar observasi.
- Membuat alat evaluasi.
Pelaksanaan
Adapun pelaksanaan penelitian pembelajaran dilakukan dengan dua siklus untuk mendapatkan hasil yang memuaskan, kegiatan pelaksanaan diamati oleh teman sejawat.
Pengamatan menggunakan lembar observasi dalam melakukan penelitian terhadap proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pengamatan mencakup belajar mengajar, observatory hanya menggunakan tanda centang. Langkah- langkah kegiatan sesuai RPP. Adapun garis-garis besar kegiatan awal sebagai berikut:
 Kegiatan awal
 Mengecek kehadiran siswa.
 Apersepsi.
257
 Memberikan motivasi kepada siswa untuk memusatkan perhatian pada pelajaran.
 Kegiatan inti :
 Guru menjelaskan tentang cara menulis karangan sederhana secara tepat.
 Siswa disajikan beberapa topik.
 Siswa memilih salah satu topik sebagai bahan karangan.
 Penutup
 Memberikan tugas rumah/PR
 Memberikan pesan-pesan
 Observasi Siklus I
- Observasi
Pengambilan data pada kegiatan pembelajaran dilakukan dengan dua cara yaitu:
a. Dari hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti dan teman sejawat.
b. Dari hasil belajar siswa yaitu hasil tes pada siklus I.
 Refleksi
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah menganalisis data yang diperoleh pada tahap observasi. Berdasarkan hasil analisis data dilakukan refleksi guna melihat kekurangan dan kelebihan yang terjadi saat pembelajaran ditetapkan.
Kekurangan dan kelebihan ini dijadikan acuan untuk merencanakan siklus berikutnya.
Siklus II
Tahapan yang dilaksanakan pada siklus II tidak berbeda dengan siklus I, siklus II juga dalam penyajian data dari setiap tindakan disajikan secara akumulatif.
a. Perencanaan.
Dalam tahapan perencaan meliputi : 1. Menyusun rencana pembelajaran.
2. Menyusun materi pembelajaran dan menyiapkan bacaan,
258 3. Menentukan tindak lanjut dari kelemahan dan kelebihan yang terjadi pada
siklus I.
4. Menyusun instrumen observasi.
b. Pelaksanaan
Waktu dan tempat pelaksanaan tidak berubah. Kegiatan pelaksanaan perbaikan tetap mengacu pada penulisan karangan sederhana. Pengamatan dilakukan oleh teman sejawat.
c. Observasi
Observator melakukan pengamatan dengan lembar pengamatan sistematis (angket isian). Pengamatan diarahkan pada dua subjek, yakni pemberi tindakan (guru) dan penerima tindakan (siswa).
Tabel 1. Hasil Kegiatan Guru Siklus II
No. Aspek Yang dinilai
Penilaian
Ket Sangat
Baik Baik Cukup Baik
Kurang Baik
4 3 2 1
1.
2.
Pendahuluan :
a. Menyampaikan tujuan pembelajaran.
b. Apersepsi/mengaitkan pengetahuan dengan materi yang akan dipelajari.
c. Guru memotivasi siswa dengan menyampaikan pentingnya memahami penulisan karangan sederhana.
Kegiatan inti :
a. Menyampaikan materi.
259 3.
b. Menerapkan metode pemberian tugas dengan memberikan tugas pada siswa.
c. Membantu siswa yang
kesulitan dalam
menyelesaikan tugas.
d. Memberikan umpan balik terhadap hasil pekerjaan siswa.
Menutup pelajaran :
a. Membimbing siswa menyimpulkan materi.
b. Memberikan
tugas/pekerjaan rumah.
Tabel 2. Hasil Kegiatan Siswa Siklus II
No. Aspek Yang dinilai
Penilaian
Ket Sangat
Baik Baik Cukup Baik
Kurang Baik
4 3 2 1
1.
2.
Pendahuluan :
a. Memperhatikan penjelasan guru.
b. Menjawab pertanyaan guru.
Kegiatan inti :
a. Memperhatikan yang disampaikan oleh guru.
b. Menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru.
260 3.
c. Menanyakan materi yang belum dipahami dan aktif dalam pembelajaran.
Penutup :
a. Merangkum/menyimpulkan materi.
b. Mencatat tugas/pekerjaan rumah.
c. Siswa antusias.
 Refleksi
Berdasarkan hasil refleksi tindakan yang dilaksanakan pada siklus I, dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada siklus II. Pelaksanaan tindakan pada siklus II disesuaikan dengan perubahan yang ingin dicapai. Hasil yang dicapai pada siklus ini dikumpulkan serta dianalisis untuk menetapkan suatu kesimpulan.
Data dan Sumber Data 1) Jenis Data
Jenis data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
2) Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru dan siswa.
 Guru
 Siswa
3) Metode Pengumpulan Data
Pengambilan data ditempuh dengan dua cara, yaitu :
 Tes, untuk mengetahui hasil belajar bahasa indonesia siswa yang diberikan setiap akhir tindakan.
 Observasi, dilakukan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
261 Pelaksanaan observasi dilakukan dengan cara mengisi lembar observasi yang telah disiapkan oleh peneliti. Observasi dilakukan untuk mengetahui bagaimana aktivitas peneliti dan siswa selama kegiatan pembelajaran.
Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
 Tes
Tes diberikan untuk mengukur tingkat keberhasilan setiap siklus dan hasil belajar siswa setelah diberikan tindakan. Tes yang digunakan berbentuk essay.
 Lembar Observasi
Instrumen non tes digunakan untuk memperoleh data tentang keaktifan siswa.
Instrumen ini berupa lembar observasi.
Teknik Analisa Data
Untuk menganalisis hasil belajar, digunakan rumus sebagai berikut:
 Daya Serap Individu:
% 100 tes x
maksimal Skor
siswa diperoleh yang
DSI  Skor
dimana : DSI = Daya Serap Individu
Siswa dikatakan tuntas individu jika persentase DSI minimal 70.
 Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal :
% 100 seluruhnya x
siswa Banyaknya
tuntas yang
siswa Banyaknya
KBK
dimana : KBK = Ketuntasan Belajar Klasikal
Tabel 3. Aspek dan skor dari tes yang diberikan adalah sebagai berikut:
NO Aspek yang dinilai Deskriptor Skor
1. Kesesuaian tema dengan isi Sesuai 3
Kurang sesuai 2
262
Tidak sesuai 1
Tidak mengerjakan 0
Skor maksimum 3
NO Aspek yang dinilai Deskriptor Skor
2. Ejaan Tepat 2
Kurang tepat 1
Tidak tepat 0
Skor maksimum 2
Indikator Kinerja
Tindakan dianggap berhasil jika ketuntasan individu mencapai 70% dan Ketuntasan Belajar Klasikal (KBK) mencapai 75% (KKM SDN Bariri), serta aktivitas siswa dan guru telah berada dalam kategori baik (80%).
Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilakukan selama 3 (tiga) bulan terhitung mulai bulan Mei hingga bulan Juli tahun pelajaran 2013/2014.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pra Tindakan
Mengawali kegiatan penelitian, peneliti melakukan studi pendahuluan pada minggu ke 4 bulan Mei tahun ajaran 2013-2014. Peneliti mengadakan pertemuan dengan Kepala SD Negeri Bariri untuk menyampaikan maksud dan tujuan peneliti yaitu melakukan penelitian di kelas IV SDN Bariri. Setelah kepala sekolah memberikan wewenang, kepala sekolah kemudian menunjuk salah seorang staf pengajar untuk bertindak sebagai observer serta bertugas untuk membantu dan bekerja sama dengan peneliti selama melaksanakan penelitian.
Peneliti dan observer kemudian membahas langkah-langkah yang akan diambil dalam pelaksanaan penelitian. Untuk mengetahui tingkat penguasaan materi siswa kelas IV SD Negeri Bariri pada materi menulis karangan sederhana, siswa terlebih dahulu diberikan tes awal pada hari Selasa tanggal 20 Mei 2014
263 (lampiran 1). Tes awal yang dilaksanakan diikuti seluruh siswa kelas IV SDN Bariri.
Setelah pelaksanaan tes, peneliti memeriksa hasil pekerjaan siswa untuk melihat kemampuan siswa sebagai acuan untuk memberi tindakan pembelajaran kepada siswa. Dari hasil analisis tes awal siswa, dari 8 orang siswa, secara keseluruhan hanya 2 siswa yang masuk kategori tuntas belajar dengan presentase 25% sedangkan 6 orang siswa atau 75% lainnya tidak memenuhi kategori tuntas belajar.
Hasil Tindakan Siklus I
Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan yaitu pada hari Selasa tanggal 27 Mei 2014. Dalam siklus ini dilakukan beberapa tahapan sesuai dengan perencanaan awal, yaitu pemberian informasi, tanya jawab, demonstrasi, dan pemberian tugas.
Perencanaan Tindakan Siklus I Kegiatan yang dilakukan adalah:
1. Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
2. Menyusun jadwal.
3. Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP).
4. Menyusun lembar observasi.
5. Membuat alat evaluasi.
Dengan demikian dalam tindakan siklus I terdiri atas 5 perencanaan tindakan yang kemudian akan dilanjutkan pada pelaksanaan tindakan.
Pelaksanaan Tindakan Siklus I
Pelaksanaan tindakan siklus I yang hendak dilaksanakan mengacu pada perencanaan tindakan siklus I yang terdiri atas langkah-langkah pembelajaran yang telah disusun kemudian penyajian materi dilaksanakan sebanyak 1 kali pertemuan dengan durasi waktu yang dibutuhkan adalah 2 x 35 menit dan setiap kali pertemuan atau tatap muka dilakukan pengisian lembar observasi aktivitas guru dan siswa oleh observer. Kemudian pada akhir pelaksanaan siklus dilakukan
264 evaluasi terhadap siwa guna mengetahui hasil belajar atau kemampuan siswa seiring dengan pelaksanaan tindakan siklus I, dengan mengunakan hasil tes belajar yang telah dibuat (LKS).
Hasil Tindakan Siklus I
Setiap siklus tindakan ini dilakukan observasi. Observasi terhadap aktivitas siswa dan guru di kelas dilakukan pada saat kegiatan belajar mengajar untuk mengetahui sejauh mana peningkatan aktivitas siswa dan guru serta kemampuan siswa pada materi menulis karangan sederhana.
Hasil Observasi Guru
Hasil yang didapatkan dari observasi guru (lampiran 4) yang dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar pada pertemuan siklus I, dapat dikatakan bahwa observasi guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya peran dan beberapa tindakan pada siklus I dikategorikan baik dengan persentase 88,89% dan mengenai penggunaan waktu yang dibutuhkan dari tiap item (kategori) pada masing-masing pertemuan senantiasa disesuaikan dengan kondisi dimana proses pembelajaran berlangsung.
Hasil Observasi Siswa
Hasil observasi siswa (lampiran 5) yang didapatkan dari kegiatan belajar mengajar pada siklus I, disimpulkan bahwa partisipasi siswa dalam kegiatan belajar mengajar pada siklus I masih digolongkan pada kategori cukup dengan persentase 75%.
Hasil Belajar
Untuk mengetahui indikator keberhasilan dan mengukur sejauh mana kemampuan penguasaan siswa terhadap materi yang telah diajarkan sebelumnya, maka guru menggunakan tes hasil belajar (lampiran 3). Tes evaluasi yang diberikan berupa menyusun karangan sederhana dengan memilih salah satu topik yang telah ditentukan oleh peneliti.
Hasil Tuntas Belajar Klasikal (TBK) yang diperoleh pada siklus I adalah 50%. Ini diperoleh dari hasil tes bahwa dari 8 orang siswa, hanya 4 orang yang memperoleh nilai tuntas sedangkan 4 siswa lainnya tidak tuntas. Hasil ini masih berada di bawah standar TBK yaitu 65%. Hasil dapat dilihat pada tabel 4.
265 Tabel 4. Analisis Siklus I
No Nama Siswa
Butir Soal/Skor
Skor Skor Max
DSI (%)
DSI Max (%)
Ketuntasan
1/3 2/2 Ya Tidak
1. Elvina Tombo 3 1 4 5 80 100 √
2. Raemon Ragi 1 1 2 5 40 100 √
3. Ratfianti
Malonta 0 0 0 5 0 100
√
4. Falen Kawu 1 0 1 5 20 100 √
5. Sindi Bengko 2 2 4 5 80 100 √
6. Eka Bengko 3 1 4 5 80 100 √
7. Priscilia Sume 0 0 0 5 0 100 √
8. Daris Taropo 3 2 5 5 100 100 √
Skor Yang diperoleh 13 7 20 40 400 800 4 4
Skor
Maksimal 24 16 Tuntas Klasikal (%) 50
Daya Serap Klasikal (%) 50
Refleksi siklus I
Berdasarkan hasil analisis data dan observasi yang dilakukan, diketahui bahwa siswa secara klasikal masih perlu diberikan pembelajaran yang lebih baik.
Walaupun dalam beberapa hasil analisis telah menunjukan kategori baik seperti pada penilaian aktivitas guru, namun pada observasi aktivitas siswa masih berada pada kategori cukup, sehingga perlu diberikan tindakan lanjutan. Ketuntasan belajar siswa secara klasikal juga belum mencapai indikator kinerja yakni 65%.
Untuk itu perlu dilakukan refleksi untuk menilai apa saja yang menjadi kelemahan dan kelebihan dalam pembelajaran ini sehingga dapat dilakukan perbaikan pada siklus II. Pada tabel 4.1 menjelaskan kelebihan dan analisis penyebab keberhasilan siklus I. Tabel 4.2 menjelaskan mengenai kelemahan dan
266 rekomendasi yang perlu dilakukan perbaikan agar hasil yang dicapai pada siklus II dapat lebih maksimal lagi.
Tabel 4. Kelebihan Siklus I Dan Analisis Penyebab
No Kelebihan Analisis Penyebab
1. Pada umumnya siswa
menunjukkan minat yang besar pada pelajaran
Guru memberikan strategi yang membuat siswa merasa tertantang.
Tabel 5. Kelemahan Siklus I, Analisis Penyebab dan Rekomendasi
No Kelemahan Analisis Penyebab Rekomendasi
1. Sebagian siswa masih belum paham tentang penempatan huruf kapital yang tepat.
Siswa kurang memperhatikan
penjelasan guru tentang penempatan huruf kapital secara tepat.
Guru harus lebih banyak memberikan latihan tugas tentang penempatan huruf kapital kepada siswa.
2. Sebagian siswa belum mampu menyusun kalimat dengan baik.
Siswa kurang berlatih dalam membuat kalimat.
Guru harus lebih banyak memberikan latihan tugas membuat kalimat kepada siswa.
Sesuai dengan data tabel di atas, terlihat bahwa kelemahan pada tindakan siklus I lebih banyak jika dibandingkan dengan kelebihannya. Berdasarkan kelebihan dan kekurangan, maka disusun perencanaan perbaikan pada siklus II.
Hasil Siklus II
Tindakan siklus II dilaksanakan pada hari selasa tanggal 3 bulan Mei 2014 dan dilakukan dalam 1 kali pertemuan dengan durasi 2 x 35 menit kegiatan belajar mengajar.
Perencanaan Tindakan Siklus II
Tahap ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
 Membuat skenario pembelajaran yang terdiri dari kegiatan awal, kegiatan inti dan kegiatan akhir.
267
 Menyusun jadwal.
 Menyusun rencana perbaikan pembelajaran (RPP).
 Menyusun lembar observasi.
 Membuat alat evaluasi.
Pelaksanaan Tindakan Siklus II
Pelaksanaan tindakan pada siklus II pada umumnya sama dengan pelaksanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I. Pelaksanaan tindakan pada siklus II mengacu pada perencanaan tindakan yang dilakukan pada siklus I yang tujuannya tidak lain adalah memperbaiki kelemahan pembelajaran pada siklus I yang sudah direvisi.
Dengan menerapkan metode pemberian tugas ini diharapkan agar pelaksanaan tindakan siklus II dapat lebih baik dibandingkan dengan hasil yang diperoleh pada siklus I, sehingga indikator pencapaian hasil belajar dapat mencapai hasil yang diharapkan.
Hasil Observasi Guru
Hasil yang diperoleh pada tindakan siklus II mengenai observasi guru (lampiran 9) dalam rangka pelaksanaan tindakan metode pemberian tugas, terlihat adanya peningkatan di mana aktivitas akhir yang diperoleh meningkat menjadi kategori sangat baik dari kategori baik yang sebelumnya pada siklus I.
Observasi guru dalam melakukan kegiatan belajar mengajar khususnya peran dan beberapa tindakan yang dilakukan dengan tetap mengacu pada hasil yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus I mengalami peningkatan. Peran guru dalam kegiatan belajar mengajar pada pelaksanaan tindakan siklus II berlangsung lebih baik dari pada sebelumnya. Segala kelemahan-kelemahan yang direvisi telah dilakukan dan mengalami perbaikan pada siklus II, kelemahan yang dapat teratasi pada siklus II tidak lain adalah guru dapat lebih baik menerapkan metode pemberian tugas dari pada sebelumnya, guru mampu memperbaiki kelemahan siswa dalam penempatan huruf kapital yang tepat dan menyusun kalimat yang benar melalui pemberian contoh dan pemberian tugas secara kontinyu atau berulang-ulang.
268 Selanjutnya, secara umum pelaksanaan tindakan siklus II yang diterapkan sama dengan pelaksanaan tindakan sebelumnya, dan proses pembelajaran berlangsung lebih baik dari pembelajaran sebelumnya.
Berdasarkan data observasi aktivitas guru, jumlah skor yang diperoleh adalah 35 dari skor maksimal 36, dengan demikian presentase nilai rata-rata adalah 97,22%. Hal ini berarti taraf keberhasilan guru menurut observer dalam kategori baik untuk siklus I dan sangat baik untuk siklus II.
Hasil Observasi Siswa
Untuk hasil observasi siswa dimana pada siklus I direvisi dengan melaksanakan tindakan lanjutan, dalam hal ini tindakan yang dilakukan menuju pada tindakan siklus II dengan perencanaan tindakan yang sama dengan sebelumnya. Selain data yang didapatkan pada hasil observasi guru, didapatkan pula data hasil observasi siswa yang dilakukan oleh observer.
Data menunjukan bahwa skor interprestasi yang diperoleh pada pelaksanaan tindakan siklus II mengalami peningkatan dari pelaksanaan tindakan siklus I, yaitu dari 75% menjadi 81,25%%. Peningkatan ini didasarkan oleh hasil pengamatan dan penilaian secara langsung yang dilakukan oleh observer terhadap kegiatan siswa selama kegiatan belajar mengajar siswa berlangsung.
Hasil Belajar
Setelah kegiatan belajar mengajar berakhir maka pada hasil evaluasi dari siklus II digunakan sebagai indikator hasil belajar yang dicapai guna mengukur secara kuantitatif hasil belajar siswa. Hasil dari pelaksanaan evaluasi pada siklus II akan menentukan seberapa besar ketuntasan belajar klasikal rata-rata yang diperoleh siswa di dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan metode pemberian tugas.
Dari hasil evaluasi siklus II tersebut diperoleh ketuntasan belajar klasikal mencapai 100% dengan rincian dari 8 siswa, seluruhnya dinyatakan tuntas sesuai KKM SD Negeri Bariri pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Hasil dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Analisis Siklus II
269 No Nama Siswa
Butir Soal/Skor
Skor Skor Max
DSI (%)
DSI Max (%)
Ketuntasan
1/2 2/2 Ya Tidak
1. Elvina Tombo 2 2 4 4 100 100 √
2. Raemon Ragi 2 1 3 4 75 100 √
3. Ratfianti
Malonta 1 2 3 4 75 100
√
4. Falen Kawu 1 2 3 4 75 100 √
5. Sindi Bengko 2 2 4 4 100 100 √
6. Eka Bengko 2 2 4 4 100 100 √
7. Priscilia Sume 1 2 3 4 75 100 √
8. Daris Taropo 2 2 4 4 100 100 √
Skor Yang diperoleh 13 15 28 32 700 800 8 0 Skor
Maksimal 24 16 Tuntas Klasikal (%) 100
Daya Serap Klasikal (%) 87.5 Refleksi Siklus II
Hasil yang diperoleh pada siklus I, masih terdapat beberapa kelemahan (tabel 6) oleh karena itu, guru mencoba membuat alternatif tidakan untuk menutupi kekurangan pada siklus 1 tersebut yang selanjutnya diperbaiki pada siklus II. Pada tabel 7 menjelaskan tentang kekurangan pada siklus 1 dan dilakukan perbaikan pada siklus II serta kelebihan siklus II.
Tabel 6. Kekurangan Siklus I, Perbaikannya Dan Kelebihan Siklus II
No Kelemahan Perbaikan Kelebihan Siklus II
270 1. Sebagian siswa masih
belum paham tentang penempatan huruf kapital yang tepat.
 Sebelum memberi tugas, banyak memberi contoh tentang penempatan huruf kapital yang tepat.
 Lebih teliti
memperhatikan cara siswa dalam
menyelesaikan tugas yang diberikan.
 Siswa lebih paham tentang
penempatan huruf kapital dalam kalimat.
2. Sebagian siswa belum mampu menyusun kalimat dengan baik.
 Memberikan latihan secara berulang-ulang.
 Membimbing siswa yang butuh bimbingan khusus.
 Siswa sudah mampu menyusun kalimat dengan baik.
Pembahasan
Dengan penerapan metode pemberian tugas dalam penelitian ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi membuat karangan sederhana.
Terlihat adanya perubahan setelah dilaksanakan tindakan. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan ketuntasan belajar klasikal yang terdapat pada siklus I dengan persentase tuntas 50% menjadi 100% pada akhir pelaksanaan siklus II. Walaupun demikian pada siklus I masih terdapat beberapa hal yang perlu direvisi untuk lebih ditingkatkan pada siklus II. Selain hasil belajar, pada pembelajaran ini juga diamati aktivitas siswa dan aktivitas guru.
Sesuai dengan hasil observasi, aktivitas guru pada siklus I (lampiran 4) berada pada kategori baik dan aktivitas siswa (lampiran 5) diperoleh berada dalam kategori cukup. Akan tetapi aktivitas siswa pada siklus I ini belum optimal, sebab pada umumnya siswa belum seluruhnya siap menerima materi, hal ini disebabkan karena sebagian siswa belum sepenuhnya menanggapi materi yang diberikan, dikarenakan ada beberapa siswa yang daya serapnya terhadap materi masih
271 rendah. Masih ada siswa yang belum memahami tentang penggunaan huruf kapital yang tepat dan cara menyusun kalimat yang baik dan benar, karena selama ini proses pembelajaran masih berpusat pada guru sementara pemberian tugas bagi siswa masih kurang.
Pada siklus II, respon yang diberikan siswa cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan siklus I, dimana pada hasil observasi aktivitas siswa diperoleh persentase 81,25%. Jika dibandingkan dengan siklus I, aktivitas siswa meningkat 6,25%. Kekurangan pada siklus I sudah dapat diperbaiki guru pada siklus II yaitu pada siklus I masih ada siswa yang belum memahami tentang penggunaan huruf kapital yang tepat dan cara menyusun kalimat yang baik dan benar, karena selama ini proses pembelajaran masih berpusat pada guru sementara pemberian tugas bagi siswa masih kurang. Untuk mengatasinya guru banyak memberikan contoh-contoh dan latihan tugas kepada siswa serta membimbing siswa yang membutuhkan bimbingan khusus.
Implementasi penerapan metode pemberian tugas dalam meningkatkan hasil belajar siswa sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar siswa karena:
 Penerapan metode pemberian tugas dapat menilai hasil belajar siswa secara menyeluruh melalui tes format dan aktivitas siswa.
 Penerapan metode pemberian tugas meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam pembelajaran.
 Dengan penerapan metode pemberian tugas makin membuat siswa memahami tentang materi pembelajaran karena latihan yang berulang-ulang.
Dengan demikian mengacu pada hasil penerapan tindakan siklus I dan siklus II bahwa penerapan metode pemberian tugas sangat tepat digunakan pada materi penulisan karangan sederhanan, di mana diperoleh presentase peningkatan hasil belajar untuk tuntas belajar klasikal yaitu sebesar 6,25%. Dengan hasil data yang diperoleh di atas, semakin mendukung fakta bahwa penerapan metode pemberian tugas ini perlu diterapkan dalam proses pembelajaran sebab dapat meningkatkan hasil belajar serta pemahaman siswa terhadap materi pelajaran yang sedang berlangsung.
272 Ada beberapa contoh perbaikan penggunaan tanda baca, kata dan kalimat dari para siswa yang dapat dilihat pada tabel 8
Tabel 8. Contoh Perbaikan Siswa
Nama Siklus I Siklus II
Raemon Ragi
Belum paham untuk menempatkan huruf kapital di awal nama seseorang.
Telah memahami bahwa setiap huruf awal untuk nama orang harus menggunakan huruf kapital.
Falen Kawu Pada akhir kalimat jarang menggunakan tanda titik.
Telah menggunakan tanda titik pada tiap akhir kalimat.
Priscilia Sume
Tidak tahu menempatkan tanda tanya pada kalimat tanya.
Telah mengetahui penempatan tanda tanya.
IV. PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis penelitian tindakan kelas, maka diperoleh kesimpulan bahwa penerapan metode pemberian tugas pada siswa kelas IV SD Negeri Bariri menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar dari siklus I ke siklus II. Hal ini dapat dilihat dari ketuntasan klasikal pada siklus I yaitu 50% (kategori kurang), meningkat pada siklus II menjadi 100% (kategori baik). Persentase keaktifan siswa dari siklus I yaitu 75% (kategori cukup) meningkat pada siklus II menjadi 81,25% (kategori baik) seiring dengan peningkatan partisipasi guru yang pada siklus I hanya 87,5% (kategori baik), pada siklus II meningkat menjadi 95% (kategori sangat baik).
Saran
273 Sesuai dengan hasil penelitian dan analisa data serta kesimpulan, maka peneliti menyarankan sebagai berikut:
 Kepada pengajar hendaknya mempertimbangkan metode pemberian tugas dapat diajukan sebagai prioritas untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
 Di dalam pemeriksaan tugas hendaknya pengajar memeriksa dengan teliti hasil pekerjaan siswa.
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Lukman, dkk, 1996. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan. Jakarta: Depdikbud.
Alwasilah, A. Chaedar, 2005. Pokoknya Menulis. Cetakan Pertama. Bandung: PT.
Kiblat Buku Utama.
Darmadi, Kaswan & Rita Nirbaya, 2008. Bahasa Indonesia Untuk SD dan MI Kelas IV. Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen Pendidikan Nasional.
Dwi, Prana & Slamet 1996. Kebahasaan dan Membaca dalam Bahasa Indonesia.
Depdikbud, bagian Proyek Penataran Guru SLTP setara D-III.
Erlin, 2010. Peningkatan kemampuan menggunakan huruf kapital dalam kalimat siswa kelas V SDN Palu melalui Metode Pemberian Tugas. Palu: FKIP
UNTAD.
Hasani, Aceng, 2005. Ikhwal Menulis. Serang: Universitas Sultan Agung Tirtayasa Press.
Keraf, Gorys. 1995. Komposisi. Ende: Nusa Indah
Kosasih, 2003. Psikologi Kependidikan. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.
Muliono, Anton dkk, 2007. Kamus Besar Bahasa Indonesia Indonesia. Edisi ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Mumisa, 2009. Peningkatan Kemampuan membaca Huruf Kapital Dengan Menggunakan Metode Penugasan Pada siswa. Palu: FKIP UNTAD.