• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI. Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB II

KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN KERANGKA TEORI

2.1` Kajian Pustaka

Berdasarkan data yang telah dikumpulkan, penelitian mengenai proses morfologis, semantik atau makna, dan gairaigo dibahas dalam penelitian sebagai berikut.

Suhartini (2013) membuat penelitian yang berjudul “Analisis penggunaan Gairaigo yang diikuti verba ~suru”. Penelitian Suhartini dibahas mengenai asal-

usul, kategori, dan perbandingan gairaigo yang diikuti verba ~suru dengan padanan kata yang disebut sebagai wago atau kosakata asli dalam bahasa Jepang.

Tujuan penelitian Suhartini untuk mengetahui kata gairaigo yang diikuti verba suru dan untuk memahami perbandingannya dengan padanan kata yang ada.

Metode yang digunakan adalah dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Hasil pembahasan penelitian Suhartini adalah semua gairaigo yang diikuti verba ~suru merupakan kategori kata benda. Selain itu, gairaigo yang diikuti verba ~suru yang memiliki padanan kata dalam wago (kosakata asli bahasa Jepang) lebih sering digunakan, karena lebih populer dan mudah diucapkan.

Sebaliknya, gairaigo yang diikuti verba ~suru tidak memiliki padanannya dalam bahasa Jepang disebabkan adanya pengaruh perkembangan teknologi, masuknya budaya asing, dan semakin tinggi tingkat pendidikan di Jepang. Selain itu, asal usul gairaigo yang diikuti verba ~suru sebagian besar berasal dari bahasa Inggris.

(2)

2

Penelitian Suhartini dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang gairaigo, sedangkan penelitian ini terfokus pada proses morfologis pada gairaigo, khususnya penggabungan gairaigo dan makna yang terdapat dalam Majalah Lips volume 29. Manfaat yang didapat dari penelitian Suhartini dapat dijadikan sebagai bahan dan acuan untuk meneliti mengenai gairaigo khususnya penggabungan gairaigo.

Wahyuni (2014) menulis jurnal yang berjudul “Konstruksi Morfem Wasei- Eigo: Kajian Morfologi” dianalisis tentang wasei-eigo yang terdapat dalam

Majalah Mini edisi Desember 2012 dan surat kabar Osaka Nichinichi Shinbun.

Tujuan penelitian Wahyuni adalah untuk mendeskripsikan asal-usul wasei-eigo dalam bahasa sumbernya dan konstruksi morfem wasei-eigo. Metode yang digunakan, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif. Dalam penelitian Wahyuni digunakan teori menurut Shibasaki, Tamaoka dan Takatori Yuki (2007) tentang klasifikasi wasei-eigo. Hasil penelitian Wahyuni ditemukan klasifikasi wasei-eigo diantaranya, wasei-eigo yang mengalami perubahan makna

(imizurekata), penyingkatan wasei-eigo dalam bahasa Jepang (tanshukukata), dan wasei-eigo berupa gabungan beberapa morfem (eigo hyougen fuzaikata). Selain

itu, beberapa wasei-eigo berupa gabungan beberapa klasifikasi, yaitu wasei-eigo yang mengalami penyingkatan dan perubahan makna (imizure to tanshuku kumiawasekata) juga ditemukan dalam penelitian Wahyuni.

Penelitian Wahyuni dan penelitian ini sama-sama dianalisis tentang kajian morfologi dan kata pinjaman, sedangkan objek yang diteliti berbeda. Wasei-eigo dibahas dalam penelitian Wahyuni, sedangkan gairaigo dibahas dalam penelitian

(3)

3

ini. Selain itu, hanya arti dari kata asalnya secara singkat, yaitu bahasa Inggris dibahas dalam penelitian Wahyuni, sedangkan makna pada penggabungan gairaigo dengan menggunakan teori makna leksikal yang dikemukakan oleh

Chaer (2009) juga dibahas dalam penelitian ini. Penelitian ini juga menggunakan satu sumber data saja, yaitu majalah wanita, sehingga lebih terfokus. Selain itu, manfaat yang didapat dari penelitian Wahyuni, yaitu dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti mengenai bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada penggabungan gairaigo dengan lebih mendalam.

Nishfullayli (2013) dalam jurnalnya yang berjudul “Proses Morfologis Pada Gairaigo” dianalisis tentang pembentukan pada gairaigo dalam majalah wanita

‘CREA’ edisi Agustus 2005, Jurnal Bahasa Jepang ‘Nihon go Jaanaru’ edisi Februari-September 2002, dan Jurnal Pendidikan ‘Kaigai Shijou Kyouiku’ No.

452 tahun 2010. Tujuan penelitian Nishfullayli adalah untuk dapat mendeskripsikan proses-proses morfologis pada gairaigo dalam rangka pembentukan kata sebagai penambah kekayaan kosakata bahasa Jepang. Teori yang digunakan dalam penelitian Nishfullayli, yaitu dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh Shibatani (dalam Tsujimura 2000) mengenai pembentukan kata. Metode yang digunakan, yaitu metode deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian Nishfullayli ditemukan tiga proses morfologis dari gairaigo tersebut, yaitu afiksasi, penggabungan (compounding), dan pemendekan (abbreviation). Pada penelitian Nishfullayli juga dibahas tentang perubahan kelas kata sebagai akibat dari proses morfologis tersebut.

(4)

4

Penelitian Nishfullayli dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai proses morfologis pada gairaigo, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan mengenai penggabungan gairaigo dan makna yang terkandung, sehingga lebih terfokus dan lebih mendalam pembahasannya. Selain itu, digunakan satu sumber data dalam penelitian ini, yaitu majalah wanita saja.

Manfaat yang didapat dari penelitian Nishfullayli, yaitu dapat dijadikan sebagai acuan untuk meneliti di bidang ilmu morfologi atau pembentukan pada penggabungan gairaigo lebih mendalam.

Jayanti (2014) membuat penelitian dengan judul “Variasi Komposisi dan Makna Kata Majemuk (Fukugougo) Dalam Buku Kumpulan Esai Hitori Zumou Karya Sakura Momoko”. Penelitian Jayanti dianalisis tentang variasi komposisi kata maupun kelas kata yang menghasilkan kata majemuk dan maknanya. Teori yang digunakan dalam penelitian Jayanti, yaitu teori Shibatani (1990) untuk membahas variasi kata majemuk dalam bahasa Jepang dan menggunakan teori yang dikemukakan Chaer (2009) untuk membahas makna leksikal kata majemuk.

Tujuan penelitian Jayanti adalah untuk dapat memahami variasi komposisi kata majemuk dan memahami makna yang dihasilkan dari pemajemukan dalam buku kumpulan esai Hitori Zumou karya Sakura Momoko. Metode yang digunakan adalah metode formal dengan teknik informal. Berdasarkan hasil penelitian Jayanti, ditemukan 18 jenis variasi komposisi yang terbagi menjadi 3 kategori, yaitu Native Compounds, Sino-Japanese Compounds, dan Hybrid Compounds.

Selain itu, ditemukan juga makna yang dihasilkan dari kata majemuk tersebut yaitu dibagi menjadi tiga kategori, yaitu kata majemuk yang maknanya dihasilkan

(5)

5

dari kedua kata pembentuknya, kata majemuk yang maknanya dihasilkan dari satu kata pembentuknya, dan kata majemuk yang maknanya tidak dihasilkan dari kedua kata pembentuknya.

Penelitian Jayanti dan penelitian ini sama-sama dianalisis mengenai kata majemuk atau penggabungan (compounding) dan makna dari proses pemajemukan, sedangkan penelitian ini lebih difokuskan pada pembahasan mengenai penggabungan gairaigo. Selain itu, penelitian ini juga dibahas mengenai tipe-tipe penggabungan, yakni tipe endosentris dan tipe eksosentris dengan menggunakan teori yang dikemukakan oleh O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996). Penelitian Jayanti memberikan kontribusi dalam penelitian ini, karena dapat dipahami bagaimana cara menganalisis makna penggabungan gairaigo, sehingga dapat dijadikan sebagai referensi dalam penelitian ini.

2.2 Konsep

Konsep adalah semua istilah atau kata kunci yang digunakan dalam suatu karya ilmiah. Adapun konsep yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

2.2.1 Proses Morfologi

Secara etimologi kata morfologi berasal dari kata morf yang berarti ‘bentuk’

dan kata logi yang berarti ‘ilmu’. Jadi, secara harfiah kata morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk’. Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti ‘ilmu mengenai bentuk-bentuk dan pembentukan kata’ (Chaer, 2008:3).

(6)

6

Proses morfologi pada dasarnya adalah proses pembentukan kata dari sebuah bentuk dasar melalui pembubuhan afiks (dalam proses afiksasi), pengulangan (dalam proses reduplikasi), penggabungan (dalam proses komposisi), pemendekan (dalam proses akronimisasi), dan pengubahan status (dalam proses konversi) (Chaer, 2008:25). Sejauh ini alat pembentuk dalam proses morfologi adalah afiks dalam proses afiksasi, pengulangan dalam proses reduplikasi, penggabungan dalam proses komposisi, pemendekan atau penyingkatan dalam proses akronimisasi, dan pengubahan status dalam proses konversi (Chaer, 2008:27).

2.2.2 Penggabungan (Compounding)

Menurut Kridalaksana (1993:164), penggabungan atau compounding adalah penggabungan dua bentuk bahasa atau lebih, sehingga dapat mempunyai fungsi sendiri, misalnya penggabungan dua morfem, kata, frase, atau klausa, sehingga membentuk satu konstruksi. Sama halnya dengan pendapat yang dikemukakan oleh Tsujimura (1996:150), penggabungan atau compounding adalah proses penggabungan dua atau lebih kata.

2.2.3 Gairaigo

Menurut Sudjianto (2009:104) gairaigo adalah kata-kata yang berasal dari bahasa asing (gaikokugo) kemudian dipakai sebagai bahasa nasional (kokugo).

Kata-kata yang termasuk gairaigo bahasa Jepang pada umumnya adalah kata-kata yang berasal dari bahasa negara-negara Eropa tidak termasuk kango yang terlebih dulu dipakai di dalam bahasa Jepang sejak zaman dulu kala. Kata-kata seperti haikingu, teema, sonata, konto, kaosu, ego, noruma, chaachan, dan sebagainya adalah gairaigo.

(7)

7

2.3 Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian diperlukan teori untuk memecahkan masalah yang dibahas dan untuk menunjang penelitian. Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut.

2.3.1 Penggabungan (Compounding)

Teori compounding atau penggabungan pada penelitian ini, yaitu menggunakan teori dari O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:151-155).

Ada beberapa cara untuk membentuk suatu kata salah satunya dengan compounding atau dengan menggabungkan kata dengan kata.

Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut dengan component rightmost ialah yang menentukan kategorinya. Dengan demikian, kata

‘greenhouse’ berkategori kata benda. Kata ‘spoonfeed’ merupakan kata kerja, karena kata ‘feed’ juga bagian dari kategori kata kerja. Kata ‘nationwide’

merupakan kata sifat, karena kata ‘wide’ juga merupakan kata sifat. Morfem yang menentukan kategori seluruh kata disebut dengan head atau inti kata.

Penggabungan yang dihasilkan biasanya berkategori kata benda, kata kerja, atau kata sifat, seperti pada diagram sebagai berikut.

2.3.1.1 Nominal Compound (Penggabungan berkategori kata benda) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut:

a) N b) N c) N d) N

N N A N V N P N

fire engine green house scrub nurse after thought Oil well blue bird jump suit in laws

(8)

8

Pada contoh a) merupakan gabungan dari kata benda dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Contoh b) merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata benda. Morfem yang berada paling kanan ialah yang menentukan kategori, sehingga kata ‘house’ dan kata ‘bird’

dapat disebut sebagai head atau inti kata. Contoh c) merupakan gabungan dari kata kerja dengan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan yang berkategori kata benda. Morfem yang berada paling kanan atau yang disebut sebagai component rightmost ialah yang menentukan kategori. Dengan demikian, kata ‘nurse’ dan kata ‘suit’ dapat disebut sebagai head. Contoh d) pada diagram tersebut merupakan gabungan dari preposisi dan kata benda, sehingga menghasilkan penggabungan berkategori kata benda. Component rightmost pada penggabungan ‘after thought’ adalah kata ‘thought’, sedangkan component rightmost pada penggabungan ‘in laws’ adalah kata ‘laws’, sehingga dapat disebut

sebagai head atau inti kata dalam penggabungan tersebut.

2.3.1.2 Verbal Compound (Penggabungan berkategori kata kerja) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 4 kategori, yaitu sebagai berikut:

a) V b) V c) V d) V

N V A V P V V V spoon feed white wash over look drop kick steam roll dry clean under estimate break dance

(9)

9

Contoh a) dalam diagram tersebut merupakan gabungan dari kata benda dengan kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata kerja.

Kata ‘feed’ dan kata ‘roll’ merupakan morfem yang berada paling kanan dalam penggabungan tersebut, sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head atau inti kata. Contoh b) adalah gabungan dari kata sifat dengan kata kerja,

sehingga menghasilkan kata kerja. Morfem yang berada paling kanan pada penggabungan-penggabungan tersebut adalah kata ‘wash’ dan kata ‘clean’, sehingga menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh c) merupakan gabungan dari preposisi dengan kata kerja, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata kerja. Kata ‘look’ dengan kata ‘estimate’ merupakan morfem yang berada paling kanan dalam penggabungan-penggabungan tersebut, sehingga menentukan kategori dan dapat dijadikan sebagai head. Contoh d) adalah gabungan dari dari kata kerja dengan kata kerja. Dengan demikian, menghasilkan penggabungan kata kerja.

2.3.1.3 Adjectival Compound (Penggabungan berkategori kata sifat) Dalam kategori ini dibagi ke dalam 3 kategori, yaitu sebagai berikut:

a) A b) A c) A

N A A A P A nation wide red hot over ripe sky blue deep blue in grown

Contoh a) merupakan gabungan dari kata benda dengan kata sifat. Kata

‘wide’ dengan kata ‘blue’ merupakan morfem yang berada paling kanan, sehingga

(10)

10

menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head. Contoh b) merupakan gabungan dari kata sifat dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan yang memiliki kategori kata sifat. Contoh c) merupakan gabungan dari preposisi dengan kata sifat, sehingga menghasilkan penggabungan berkategori kata sifat.

Kata ‘ripe’ dengan kata ‘grown’ merupakan morfem yang berada paling kanan, sehingga menentukan kategori dan dapat disebut sebagai head dalam penggabungan-penggabungan tersebut.

2.3.2 Tipe-Tipe Penggabungan (Types of Compounds)

Menurut O’Grady, Dobrovolsky, dan Katamba (1996:154-155) ada dua macam tipe penggabungan, yaitu tipe endosentris dan tipe eksosentris. Menurut Fabb (2001:67) tipe endosentris merupakan tipe penggabungan yang memiliki head, sedangkan tipe eksosentris merupakan tipe penggabungan yang tidak

memiliki head.

Dalam banyak kasus, morfem yang berada di sebelah kanan atau yang disebut the rightmost component yang mengidentifikasi kelas kata dan juga merupakan makna inti dari keseluruhan penggabungan. Oleh karena itu, kata ‘dog food’ merupakan jenis dari ‘food’, ‘cave man’ merupakan jenis dari ‘man’, dan

lain sebagainya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan endosentris.

Berikut contoh-contoh lain dari penggabungan endosentris.

Contoh Arti

Steamboat sebuah perahu yang bertenaga uap Airplane sebuah kendaraan yang bergerak

melalui udara air hose

sebuah selang yang dilalui udara

(11)

11

air field lapangan untuk tempat pesawat mendarat

fire truck kendaraan yang digunakan untuk memadamkan api

bath tub tempat untuk mandi

bath towel handuk yang digunakan setelah mandi

Ada sebagian kecil yang termasuk ke dalam tipe eksosentris, meskipun makna kata per kata dari penggabungan tersebut tidak sesuai. Dengan demikian,

‘greenbottle’ bukan jenis dari sebuah ‘bottle’ melainkan jenis dari seekor lalat.

Sama halnya dengan kata ‘redneck’ bukan jenis dari ‘neck’ melainkan pekerja orang kulit putih yang bekerja secara politik di daerah pedesaan. Selain itu, kata

‘sugar daddy’ juga yang dimaksud bukan ‘ayah bergula’ melainkan seorang kekasih wanita yang dilimpahi hadiah dari seorang pria yang jauh lebih tua darinya. Penggabungan-penggabungan tersebut dinamakan eksosentris.

2.3.3 Makna Leksikal

Menurut Chaer (2009:60) makna leksikal dapat diartikan sebagai makna yang bersifat leksikon, bersifat leksem, atau bersifat kata. Karena itu dapat pula dikatakan makna leksikal adalah makna yang sesuai dengan referennya, makna yang sesuai dengan hasil observasi alat indera, atau makna yang sungguh- sungguh nyata dalam kehidupan kita. Umpamanya kata tikus makna leksikalnya adalah sebangsa binatang pengerat yang dapat timbulnya penyakit tifus. Makna ini tampak jelas dalam kalimat Tikus itu mati diterkam kucing, atau dalam kalimat Panen kali ini gagal akibat serangan hama tikus. Kata tikus pada kedua kalimat itu jelas merujuk kepada binatang tikus, bukan kepada yang lain. Tetapi, dalam

(12)

12

kalimat Yang menjadi tikus di gudang kami ternyata hitam bukanlah dalam makna leksikal karena tidak merujuk kepada binatang tikus melainkan kepada seorang manusia, yang perbuatannya memang mirip dengan perbuatan tikus.

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1961 tentang Pendaftaran Tanah yang?. menjadi dasar untuk mengatur lebih lanjut kegiatan

Dengan kata lain, pemilik sertifikat Berkaitan dengan sertifikat sebagai tanda bukti hak yang bersifat kuat,. sertifikat yang diterbitkan oleh Kantor Pertanahan

Tradisi yang dilakukan oleh masyarakat di desa penulis (desa Bakalan Kalinyamatan Jepara) dan juga di masyarakat Jawa pada umumnya dalam menghadapi peristiwa kematian, hampir

[r]

Al-Ghazali telah mengubah atau paling tidak telah berusaha merubah istilah-istilah yang sulit menjadi mudah bagi pemahaman orang awam.Melalui pendekatan sufistik, al-

Selama praktik mengajar di SD Negeri Gedongkiwo, praktikan mendapat banyak pengetahuan dan pengalaman bahwa seorang guru dituntut untuk lebih memahami setiap siswanya

Berdasarkan hasil evaluasi yang telah dilaksanakan, maka bersama ini Panitia Pengadaan Barang dan Jasa Satuan Kerja Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa Timur

Berdasarkan Surat Penetapan Pemenang Pemilihan Langsung Nomor : 027/ 14 / PP.Gdg.Sukorejo/ 405.21/ 2012, tanggal 11 Juli 2012, maka diumumkan kepada para Peserta