• Tidak ada hasil yang ditemukan

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII MTs. NURUL HIDAYAH SINGAJAYA KABUPATEN

GARUT TAHUN AJARAN 2011/2012

M A K A L A H

Oleh:

OOH SURYAMAH NPM.1021.0258

PROGRAM STUDI PBS INDONESIA DAN DAERAH SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) SILIWANGI BANDUNG

2012

(2)

MODEL PEMBELAJARAN BERBICARA DENGAN MENGGUNAKAN METODE PROBLEM SOLVING PADA SISWA KELAS VII MTs. NURUL HIDAYAH SINGAJAYA KABUPATEN

GARUT TAHUN AJARAN

2011/2012

Ooh Suryamah NPM.1021.0258

Program Studi PBS Indonesia Dan Daerah Sekolah Tinggi Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

(STKIP) Siliwangi Bandung 2012

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa efektifkah hasil pembelajaran keterampilan berbicara dengan menggunakan metode problem solving?

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode eksperimen. Metode eksperimen yang di gunakan adalah disain pra-eksperimen. Disain ini melakukan kontrol terhadap variabel ekstra betapapun kecilnya kontrol tersebut.

Disain praeksperimen yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah disain pretes-postes satu kelompok. Disain ini menempuh tiga langkah, yakni: (1) memberikan pretes untuk mengukur variabel terikat sebelum perlakuan dilakukan, (2) memberikan perlakuan eksperimen kepada para subjek (variabel x), dan (3) memberikan tes lagi untuk mengukur variabel terikat setelah adanya perlakuan (postes).

Dari hasil analisis data yang penulis lakukan, penulis mencoba menarik beberapa simpulan yaitu:

1) Data penelitian yang diperoleh penulis, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol penyebarannya berdistribusi normal. Artinya, jumlah siswa yang kemampuannya di atas rata-rata seimbang dengan jumlah siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata

2) Metode problem soving lebih efektif dari pada metode bermain peran dalam pembelajaran berbicara. Hal ini, terbukti dari perbedaan rata-rata pertambahan pretes-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t (ttes), diperoleh t hitung = 7,63. Nilai t hitung lebih besar dari pada t tabel pada taraf kepercayaan 95% dan taraf signifikan 5% = 1,97.

3) Pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving di kelas eksperimen dan metode bermain di kelas kontrol berhasil dengan baik.

Kata kunci : Berbicara; Problem Solving

PENDAHULUAN

Bahasa itu adalah sarana atau alat bagi manusia untuk mengekspresikan diri, artinya untuk mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaannya.

Karena bahasa pada hakekatnya berfungsi sosial, untuk kepentingan sosial, untuk komunikasi sosial, untuk kehidupan bersama, maka kemampuan berbicara (berbahasa) adalah kemampuan mengungkapkan gagasan-gagasan dan perasaan- perasaannya demi kehidupan bersama, demi kemajuan bersama (Widyamartaya, 1980: 11).

Kemampuan berbicara seseorang sangat tergantung pada sejauh mana kemampuan dia menyimak kegiatan berbahasa. Begitu pula dengan kemampuan membaca dan menulis. Semakin banyak seseorang menyimak dan membaca maka semakin banyak pula hal yang dapat ia ekspresikan atau yang ia ungkapkan dalam pembicaraan maupun secara tertulisnya. Hal ini menunjukkan bahwa keempat keterampilan berbahasa ini sangat erat kaitannya satu sama lain. Keempat keterampilan inilah (menyimak,

membaca, berbicara dan menulis) yang dikenal dengan istilah Catur Tunggal Keterampilan Berbahasa.

Pengajaran bahasa Indonesia dari sekolah dasar sampai sekolah menengah atas sudah lama dirasakan tidak memberikan hasil yang memuaskan.

Para lulusan SMA tidak trampil berbahasa Indonesia baik secara lisan maupun tulisan. Mereka memang tahu tentang berbagai masalah bahasa tetapi tidak mampu mempergunakan pengetahuan itu dengan baik (Cher, 1981:210).

Mengingat manfaat dari penguasaan keterampilan berbahasa, khususnya berbicara, maka selayaknyalah dilakukan berbagai upaya untuk mencari, menggali, menemukan, maupun mengembangkan metode yang tepat untuk pembelajaran berbicara. Metode ini tentulah yang bersifat merangsang aktivitas siswa dan dianggap lebih inovatif.

Salah satu usaha untuk meningkatkan hasil pembelajaran bahasa adalah dengan menggunakan metode problem solving. Metode ini adalah sebuah metode yang didasari oleh proses berpikir reflektif

(3)

atau logis dan kritis. Metode ini bukanlah metode baru dalam dunia pendidikan di Indonesia. Metode problem solving telah lama digunakan oleh para guru di Sekolah Pendidikan Guru (SPG).

Dengan metode ini, siswa diharapkan terlatih untuk berpikir logis dan kritis sehingga mampu menghadapi dan menyelesaikan permasalahan dalam hidupnya dan yang tidak kalah penting yaitu membina dan meningkatkan kemampuan berbicara berdasarkan cara berpikir tersebut. Kurikulum 2006 sebagai acuan pembelajaran membuka peluang untuk dapat terlaksananya pembelajaran dengan menerapkan metode ini.

KAJIAN TEORI DAN METODE Pengertian Pembelajaran.

Pembelajaran adalah pengalaman belajar yang dialami oleh siswa dalam proses menguasai tujuan pengajaran (Tarigan, 1995:45).

Pengertian Berbicara

Berbicara adalah bercakap, berkata, berbahasa (KBBI, Depdikbud: 1988). Sedangkan menurut Tarigan (1990:149) adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Oleh karena itu, berbicara dalam penelitian ini adalah kemampuan dan keterampilan menyampaikan bahasa lisan yang tidak hanya sebatas berkata atau bercakap saja.

Pengertian Metode Problem Solving

Metode problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan atau jawabannya oleh siswa (Sudirman, Tabrani, Zainal, dan Toto, 1987:146). Sedangkan metode itu sendiri adalah cara yang teratur dan berpikir baik-baik untuk mencapai maksud dalam ilmu pengetahuan dan sebagainya (KBBI, Depdikbud: 1988). Mackey menjelaskan bahwa metode adalah seleksi, gradasi, merevisi, dan repetisi.

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen, yaitu metode penelitian yang bertujuan untuk meneliti kemungkinan saling hubungan sebab akibat dengan cara mengenakan suatu perlakuan kepada suatu kelompok eksperimen dan membandingkan hasilnya dengan kelas kontrol.

Metode ini digunakan untuk menerapkan (mengujicobakan) proses pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving dan membandingkan hasilnya dengan kelas kontrol yang tidak menggunakan metode tersebut.

Desain penelitian yang di gunakan adalah control group pre -test prost-tes (Arikunto, 1993:56).

Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan yang digunakan adalah sebagai berikut

1) Studi kepustakaan

Teknik ini digunakan untuk mempelajari dan mengkaji sumber-sumber kepustakaan yang dianggap penting dan relevan guna mendapatkan informasi yang bermanfaat sebagai landasan teori, bahan rujukan, bahan pembelajaran, dan sebagainya.

2) Teknik observasi

Teknik ini penulis gunakan untuk mendapatkan data tes keterampilan berbicara siswa dari aspek penampilan dan data kemampuan penulis dalam persiapan dan pelaksanaan pembelajaran.

3) Teknik analisis

Teknik analisis digunakan untuk mengumpulkan data tes keterampilan berbicara siswa dan aspek bahasa lisan yang digunakan dan isi pembicaraan.

ANALISIS DATA HASIL PENELITIAN Analisis Data Hasil Tes

Berdasarkan hasil penelitian, penulis memperoleh data hasil prates dan postes keterampilan berbicara jenis problem solving di kelas eksperimen dan jenis bermain peran di kelas kontrol. Data dalam penelitian ini berupa kalimat dialog baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol. Data tersebut masih berupa data kualitatif. Karena penelitian ini menggunakan perhitungan statistik, maka data kualitatif tersebut penulis ubah menjadi data kuantitatif.

Langkah-langkah untuk mengubah data kualitatif menjadi data kuantitatif yaitu menganalisis data kualitatif dengan skala penilaian beserta deskripsi kriteria penilaian keterampilan berbicara yang telah penulis susun pada bab 2. Adapun jumlah kalimat siswa hasil tes keterampilan berbicara, yaitu 840 kalimat hasil prates dan postes di kelas eksperimen dari 794 kalimat hasil prates dan postes di kelas kotrol.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Jumlah Kalimat di Kelas Ekesperimen No

Kelompok

Prates Postes

1 2 3 4 5 6

77 64 48 49 70 56

92 86 78 79 80 65

364 480

Jumlah Kalimat di Kelas Kontrol No

Kelompok

Prates Postes

(4)

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

51 52 21 28 29 45 22 26 25 32 29

83 69 65 28 36 25 - 36 31 23 38

360 434

Karena jumlah kalimat yang sangat banyak dan jumlah aspek keterampilan berbicara yang dianalisis juga banyak sedangkan waktu dan biaya yang terbatas maka penulis tidak akan mencantumkan semua hasil kali analisis melainkan hanya mencantumkan sebuah hasil sebagai contoh baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol.

Kelas eksperimen Banyak data: 43 Jumlah skor: 2055

Jumlah kuadrat skor: 99611 Rerata =

47 , 8

43 2055 =

Simpangan baku (sd):

42 9820 9961 1

43 43

) 2055 9961 (

2

= −

=

33 , 5 = 5 , 7

Kelompok eksprimen Skor tertinggi = 59 Skor terendah = 37 Rentang = 22

Panjang kelas interval (R) =

4 6 22 =

Banyak kelas interval (Bk) = 1 + 3,3 log n = 6 Banyak data (nE) = 43

Rerata (xE) = 47,8 Simpangan baku = 5,7 Kelompok Kontrol

Skor tertinggi = 65 Skor terendah = 40

Rentang = 23

Panjang kelas interval (R) = 4 Banyak kelas interval (Bk) = 7 Banyak data(nE) = 43

Rerata (XE) = 51,4

Simpangan baku = 6,7

x2hitung kelompok eksperimen : 3,701 → 3,7

x2tabel kelompok kontrol : 3,217 → 3,2

Hasil x2hitung diatas, akan dibandingkan dengan x2tabel pada taraf signifikasi (α) 5% dan taraf kepercayaan 95%

− Derajat kebebasan (dk) = Bk - 3 Kelompok eksperimen dk = 6 – 3 = 3 Kelompok kontrol dk = 7 – 4 = 3

x2tabel = x2 (1- α) (dk) pada taraf x2 baku

x2tabel kelompok eksperimen = x2 (0,95) (3) = 7,81 x2tabel kelompok kontrol = x2 (0,95) (4) = 9,49 jika x2hitung < x2tabel, maka data berdistribusi normal.

Dari perhitungan diatas, diperoleh x2 pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, yaitu:

x2hitung (3,7) < x2tabel (7,81): dan x2hitung (3,2) < x2tabel (9,49)

Maka diketahui x2hitung < x2tabel dikedua kelompok, karenanya dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok tersebut memiliki data pretes dengan Distribusi Normal. Artinya hasil penelitian berlaku untuk seluruh populasi.

Mencari thitung

9 , 26 88 , 42 26

1129 = →

=

Mx

5 , 40 19 781 =

= My

) 1129 ( 331342

2

= −

∑ x

2 2

40 15763 781 

 

− 

=

∑ y

= 33142 – 30348 = 15763 – 15249

= 993,4 = 513,9

thitung=

 

 

 

 

= 

 

 

 +

 

 

− +

1680 82 80

3 , 1507

4 , 7

40 1 42

1 2 40 42

9 , 513 4 , 993

5 , 19 9 , 26

63 , 7 628 , 97 7 , 0

4 , 7 942 , 0

4 ,

7 = = ⇒

Mencari ttabel

Dk = nE + nK – 2

= 42 + 40 – 2

= 80

α = 5% taraf kepercayaan 95%

ttabel = t ( 1 – α ) (dk) pada tbaku ttabel = t (1 – 0,095)(80)

= t(0,95)(80)

= t(0,95)(60) = 2,00

= t(0,95)(120) = 1,98

= 2,000 -

( 2 , 000 1 , 980 ) 60

20 −

= 2,000 – 0,3(0,02)

1,7 x 0,02

(5)

0,034.80

2,000 – 0,034 ttabel

1,966 Menguji Hipotesis

Hipotesis yang diuji adalah penggunaan metode problem solving lebih efektif dari pada metode sosiodrama dalam pembelajaran berbicara pada berbicara pada siswa Kelas VII MTs. Nurul Hidayah Singajaya

Dari perhitungan thitung : 7,63 ttabel : 1,966

Maka nilai thitung (7,63) > ttabel (1,966). Jadi hipotesis diterima. Artinya metode problem solving lebih efektif dari pada metode bermain peran dalam pembelajaran berbicara pada siswa Kelas VII MTs.

Nurul Hidayah Singajaya dapat diterima secara signifikan.

Analisis Penilaian Guru Bidang Studi Terhadap Persiapan Mengajar dan Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil guru bidang studi terhadap kemampuan menyusun persiapan mengajar (satpel) dan pelaksanaannya pada lampiran.

Pada lampiran dapat dilihat bahwa penulis mendapat nilai A sebanyak 6 buah, B sebanyak 11 buah, dan nilai C sebanyak 1 buah. Keadaan ini dapat dituangkan ke dalam perhitungan nilai-nilai pada tabel berikut ini

Persiapan Perhitungan Rata-rata Keterampilan Menyusun Persiapan

dan Pelaksanaan di Kelas Eksperimen maupun Kelas Kontrol

Nilai Rentang Skor

Nilai Tengah (x)

F Fx

A 81 – 100 90 6 450

B 61 – 80 70 11 770

C 41 – 60 50 1 50

D 21 – 40 20 - -

E 0 – 20 10 - -

ΣFx = 1360 Dari tabel di atas diketahui ΣFx = 1360 dan n sebanyak 18, maka nilai rata-rata 1360:18 = 75,5.

Dengan demikian nilai rata-rata kemampuan / keterampilan menyusun persiapan dan pelaksanaan sebesar 75,5

Untuk menginterpretasikan mean atau rata- rata dapat digunakan klasifikasi yang terdapat dalam Nurkancana, yaitu :

Tafsiran

0 – 30 Sangat Rendah

31 – 54 Rendah

60 – 74 Cukup

75 – 89 Tinggi

90 – 100 Sangat Tinggi

(Nurkancana, 1986:118)

Berdasarkan interpretasi di atas dapat dikatakan, bahwa keterampilan penulis dalam menyusun dan melaksanakan pembelajaran dengan mean (75,5) termasuk tafsiran tinggi. Artinya, penulis mampu menyusun dan melaksanakan pembelajaran baik di kelas kontrol maupun di kelas eksperimen.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil pengolahan data, maka penulis mencoba mengambil beberapa simpulan.

Adapun simpulannya adalah sebagai berikut ini : 1) Pembelajaran bahasa Indonesia yang dilansir

banyak pihak telah gagal ternyata tidak sepenuhnya benar. Hal ini dapat dilihat dari hasil pengolahan data. Rata-rata keterampilan berbicara dengan metode problem solving, yaitu 74,7 dan rata-rata keterampilan berbicara dengan metode bermain peran, yaitu 70,9. Nilai rata-rata keterampilan berbicara kedua kelompok tersebut bila ditafsirkan berdasarkan klasifikasi yang terdapat dalam nurkancana (1986:118), maka keterampilan berbicara siswa termasuk cukup baik.

2) Data penelitian yang diperoleh penulis, baik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol penyebarannya berdistribusi normal. Artinya, jumlah siswa yang kemampuannya di atas rata- rata seimbang dengan jumlah siswa yang kemampuannya di bawah rata-rata

3) Metode problem soving lebih efektif dari pada metode bermain peran dalam pembelajaran berbicara. Hal ini, terbukti dan perbedaan rata-rata pertambahan prates-postes kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan menggunakan uji t (t-tes) diperoleh t hitung = 7,63. Nilai t hitung ini lebih besar dari pada t tabel pada taraf kepercayaan 95% dan taraf signifikan 5% = 1,97.

4) Kemampuan penulis dalam persiapan dan pelaksanaan pembelajaran berbicara, di kelas eksperimen (dengan metode problem solving) dan di kelas kontrol (dengan metode bermain) memperoleh nilai akhir 75,5. Berdasarkan interpretasi kriteria penilaian, nilai 75,5 berada pada rentang 75-89 yang mempunyai interfretasi tinggi (Nurkancana, 1986:118). Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penulis telah mampu melaksanakan pembelajaran berbicara sebagai penunjang keberhasilan penelitian. Dengan kata lain, pembelajaran berbicara dengan menggunakan metode problem solving di kelas eksperimen dan

(6)

metode bermain di kelas kontrol berhasil dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (1993). Prosedur Penelitian.

Jakarta: Rineka Cipta.

Badudu, J.S. (1993). Pelik-pelik Bahasa Indonesia.

Bandung: CV Pustaka Prima.

Burhan, Jazir. (1971). Problem Pengajaran Bahasa Indonesia. Bandung: Ganaco N.U.

Chair, Abdul. Dengan kurikulum (1975). Sempatkan Guru Memilih Keteampilan Berbahasa.

Majalah Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Jilid 2.

Depdikbud. (1995). Kurikulum Sekolah Menengah Umum Lampiran 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Hadi. Sutrisno (1989) Metodelogi Risearc Jilid 1 dan 11.Yogyakarta: Andi Offset.

Hamalik, Oemar. (2001). Strategi Belajar Mengajar Berdasarkan CBSA. Bandung: CV. Sinar Baru.

Keraf, Gorys (1989) Komposisi. Flores: Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti (1993) Kamus Linguistik.

Jakarta: Gramedia.

Rusyana, Yus. (1984). Bahasa dan Sastra Indonesia Dalam Gamitan Pendidikan. Bandung:

Angkasa.

Sudjana, Nana. (1985). CBSA Dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru.

Surachmad, W. (1994). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda dan Teknik. Bandung;

Tarsito.

Referensi

Dokumen terkait

Faktor-faktor yang paling mempengaruhi dari sistem penilaian kelayakan mitra di dalam menentukan periode pembiayaan mitra berdasarkan fungsi diskriminan adalah faktor pendekatan

Kasus mantan pimpinan KPK bersamaan dengan kasus rivalitas antara KPK dengan Pimpinan Polri yaitu Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri sampai dengan gugatan

Dalam rangka memenuhi standar good corporate govermance perbankan syariah dalam aspek akuntabilitas dan transparansi, diperlukan adanya pedoman kerja dan mekanisme pengawasan

Diperlukan penelitian lebih lanjut mengenai pencegahan TB paru dengan jumlah subjek yang lebih banyak dan berbeda golongan usianya, daerah yang lebih beresiko,

Respon siswa terhadap pembelajaran sebanyak 97 persen siswa mengatakan cara guru menerangkan materi pembelajaran pada multimedia adalah menarik, 100 persen siswa

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode adjacency matrix dalam optimasi rute jalan yang diterapkan dalam aplikasi dapat membantu pengguna untuk

Endapan mangan tersebut tersebar di beberapa tempat, mineralisasi mangan Golo Rawang, Kabupaten Manggarai merupakan daerah prospek yang perlu mendapat perhatian khusus karena

Tuliskan apa saja sikap terpuji yang dapat dicontoh dari kisah keteladanan Nabi Ismail a.s... Setelah selesai, mintalah orang tuamu menandatangani hasil pekerjaanmu dan