3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Pemikiran
Permasalahan utama yang dihadapi industri gula nasional yaitu rendahnya kinerja khususnya produktivitas dan efisiensi pabrik gula. Untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diperlukan upaya perbaikan secara bertahap dan dilakukan terus menerus. Agar upaya perbaikan yang dilakukan dapat secara signifikan memperbaiki kinerja pabrik gula diperlukan analisis perbaikan kinerja yang tepat.
Analisis perbaikan kinerja pada dasarnya merupakan rangkaian aktivitas yang dimulai dengan penentuan kinerja (saat ini), penentuan target kinerja (untuk masa yang akan datang), dan penentuan prioritas perbaikan (agar target kinerja dapat dicapai). Tahap analisis merupakan hal yang penting, dan pada umumnya merupakan masalah yang bersifat kompleks. Kompleksitas dalam melakukan analisis perbaikan kinerja dapat diatasi dengan memanfaatkan pengetahuan pakar dan logika fuzzy. Dengan memanfaatkan pengetahuan pakar dan logika fuzzy maka sistem penunjang keputusan menjadi lebih baik atau intelijen. Oleh karena itu, diperlukan sistem penunjang keputusan intelijen yang memudahkan untuk melakukan analisis perbaikan kinerja.
Berdasarkan hal tersebut di atas terdapat beberapa pertanyaan yang yang diharapkan dapat terjawab dari hasil penelitian ini yaitu : bagaimana model untuk menentukan kinerja pabrik gula ?, bagaimana model untuk menentukan target kinerja pabrik gula ?, bagaimana model untuk menentukan prioritas perbaikan pabrik gula, dan bagaimana model sistem penunjang keputusan intelijen yang dapat digunakan untuk melakukan analisis perbaikan kinerja pabrik gula agar tujuan analisis dapat tercapai ?. Adapun tujuan dari penelitian yaitu menghasilkan model sistem penunjang keputusan intelijen yang dapat membantu pengambil keputusan untuk melakukan analisis perbaikan kinerja pabrik gula. Model yang akan dihasilkan berupa model yang terintegrasi untuk mencapai tujuan analisis perbaikan kinerja yaitu dalam hal menentukan kinerja, target kinerja, dan prioritas perbaikan kinerja.
Tinjauan pustaka dilakukan dengan mempelajari beberapa konsep dan alat bantu yang terkait dengan tujuan penelitian melalui buku referensi, jurnal-jurnal, dan laporan penelitian terdahulu. Selanjutnya dilakukan analisis sistem, pemodelan sistem, dan implementasi model yang akan diuraikan lebih lanjut pada tahapan penelitian. Berdasarkan hasil penelitian dapat dirumuskan kesimpulan.
Selanjutnya, dapat disusun rekomendasi bagi pihak yang membutuhkan. Gambar 25 di bawah ini menunjukkan kerangka pemikiran penelitian.
Input Analysis Process Analysis Output Analysis
Outcome Analysis FENOMENA
PERUMUSAN MASALAH TUJUAN PENELITIAN
TINJAUAN PUSTAKA
ANALISIS SISTEM
REKOMENDASI IMPLEMENTASI MODEL
PEMODELAN SISTEM
KESIMPULAN
Sistem Manajemen Dialog
Sistem Manajemen Basis Data Sistem Manajemen Basis
Pengetahuan
Sistem Manajemen Basis Model
Pengukuran Kinerja Pengelompokan Pemilihan Kinerja Terbaik
Analisis Praktek Terbaik Penentuan Prioritas Perbaikan
Analisis Kebutuhan Formulasi Masalah - Konsep Perbaikan Kinerja
- Konsep Benchmarking - Konsep Pengambilan Keputusan - Konsep Sistem Intelijen - Konsep Fuzzy - Alat bantu pengambilan keputusan
Rendahnya kinerja industri gula
Identifikasi sistem
disusun berdasarkan kesimpulan
dirumuskan berdasarkan hasil penelitian
- Bagaimana model untuk menentukan kinerja PG ? - Bagiamana model untuk menentukan target kinerja PG ? - Bagaimana model untuk menentukan prioritas perbaikan kinerja PG ?
- Bagaimana model sistem penunjang keputusan intelijen untuk analisis perbaikan kinerja
Menghasilkan model sistem penunjang
keputusan intelijen untuk analisis perbaikan
kinerja
Gambar 25 Kerangka Pemikiran Penelitian
3.2 Tahapan Penelitian
Tahapan penelitian terbagi dalam tiga tahap yaitu tahap analisis sistem, pemodelan sistem, dan implementasi model yang digambarkan sebagai berikut :
KONDISI RIIL KINERJA INDUSTRI GULA
PENGETAHUAN PAKAR
KONSEP PERBAIKAN
KINERJA
ANALISIS KEBUTUHAN
FORMULASI MASALAH
IDENTIFIKASI SISTEM
ANALISIS SISTEM
HASIL ?
MODEL SISTEM PENUNJANG KEPUTUSAN INTELIJEN UNTUK ANALISIS PERBAIKAN KINERJA
PABRIK GULA SESUAI SISTEM MANAJEMEN DIALOG
SISTEM MANAJEMEN BASIS DATA
SISTEM MANAJEMEN BASIS PENGETAHUAN
SISTEM MANAJEMEN BASIS MODEL
Pengelompokan Pengukuran kinerja
Pemilihan Kinerja Terbaik Analisis Praktek Terbaik
PEMODELAN SISTEM
Penentuan Prioritas Perbaikan
IMPLEMENTASI MODEL
TIDAK SESUAI
Gambar 26 Tahapan Penelitian
3.2.1 Analisis Sistem
Merujuk pada Eriyatno (2003), analisis sistem dilakukan pada tahap awal penyelesaian masalah dengan pendekatan sistem. Tahap analisis sistem terdiri dari analisis kebutuhan, formulasi masalah, dan identifikasi sistem. Merujuk pada Eriyatno (2003), langkah awal yang dilakukan dalam pengkajian suatu sistem adalah analisis kebutuhan. Oleh karena itu, analisis sistem dimulai dengan analisis kebutuhan berbagai pemangku kepentingan (stakeholders) yang terkait secara langsung maupun tidak langsung dengan analisis perbaikan kinerja industri gula.
Pemangku kepentingan (stakeholders) terdiri atas sekelompok orang (terorganisasi atau tidak), organisasi, dan institusi yang penting untuk keberhasilan perbaikan kinerja industri gula. Oleh karena itu, jumlah stakeholders terbatas dan pemilihannya harus dilakukan secara selektif. Merujuk pada Widjaja (2010) pendekatan untuk memilih atau menentukan siapa saja stakeholders bagi sebuah sistem dapat digunakan pendekatan stakeholders value. Pendekatan stakeholders value menggunakan pola pemikiran berdasarkan sebab-akibat (cybernetics).
Pendekatan stakeholders value terdiri dari 1) pendekatan strategic stakeholders value, 2) pendekatan ethically critical stakeholder value, dan 3) kombinasi dari pendekatan strategic stakeholders value dan ethically critical stakeholder value. Pendekatan strategic stakeholders value mempertimbangkan kelompok orang, organisasi, dan institusi yang sesuai terutama berdasarkan besarnya value yang mereka miliki dalam mengidentifikasi stakeholders. Oleh karena itu, stakeholder tertentu dipilih karena mereka menguasai sesuatu yang sangat valuable. Sedangkan pendekatan ethically critical stakeholder value mempertimbangkan kelompok orang, organisasi, dan institusi yang terkena dampak positif atau negatif. Oleh karena itu, solusi atas konflik kepentingan diperlukan.
Pendekatan yang dipilih dalam mengidentifikasi stakeholders terkait dengan sistem analisis perbaikan kinerja yaitu kombinasi dari pendekatan stakeholders value dan ethically critical stakeholder value. Permasalahan yang terkait dengan analisis perbaikan kinerja industri gula dapat terjadi karena adanya
konflik kebutuhan antar stakeholder atau pelaku sistem yang terlibat, keterbatasan sumberdaya, dan kendala eksternal. Oleh karena itu diperlukan formulasi masalah untuk mengetahui permasalahan utama yang dihadapi.
Identifikasi sistem diperlukan sebagai dasar pengembangan model analiss perbaikan kinerja industri gula. Cara melakukan identifikasi sistem yaitu dengan menggambarkan sistem yang dikaji dalam bentuk diagram input-output. Diagram input-output menggambarkan masukan dan keluaran serta pengendalian dari model yang dirancangbangun. Input terdiri atas masukan yang terkendali dan masukan yang tidak terkendali, sedangkan output terdiri atas keluaran yang dikehendaki dan keluaran yang tidak dikehendaki. Melalui mekanisme pengendalian maka keluaran yang tidak dikehendaki menyebabkan perlunya peninjauan kembali terhadap masukan yang terkendali.
3.2.2 Pemodelan Sistem
Tahap pemodelan sistem merupakan tahap rancangbangun sistem penunjang keputusan intelijen untuk analisis perbaikan kinerja pabrik gula. Pada tahap ini dilakukan rancangbangun untuk sistem manajemen dialog, sistem pengolahan terpusat, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan, dan sistem manajemen basis model.
Sistem Manajemen Dialog
Rancangbangun sistem manajemen dialog memperhatikan tiga komponen utama dari sistem interaktif yaitu aplikasi, presentasi dan control dialog.
Presentasi merupakan komponen yang bertanggungjawab atas tampilan antarmuka, termasuk output dan input yang tersedia bagi pengguna (user). Control dialog merupakan komponen yang mengatur komunikasi antara presentasi dan aplikasi. Sedangkan aplikasi antarmuka merupakan aplikasi semantik yang disediakan sebagai antarmuka.
Komponen dialog dirancangbangun dalam bentuk perangkat keras dan perangkat lunak yang menjadi sarana antarmuka antara pemakai dengan prototype. Komponen dialog akan mengumpulkan input dan menyajikan output dalam prototype. Pada tahap ini, juga akan ditentukan jenis gaya dialog yang digunakan.
Sistem Pengolahan Terpusat
Untuk dapat mengakses keseluruhan data dan informasi yang disediakan dalam prototype diperlukan sistem pengolahan terpusat. Sistem pengolahan terpusat dirancangbangun untuk mengatur keseluruhan interaksi antara sistem manajemen dialog, sistem manajemen basis data, sistem manajemen basis pengetahuan, dan sistem manajemen basis model.
Sistem Manajemen Basis Data
Sistem manajemen basis data merupakan perangkat lunak sistem yang memungkinkan para pemakai membuat, mengakses, mengontrol, dan memelihara basis data dengan cara yang praktis dan efisien. Secara singkat, rancangbangun sistem manajemen basis data terdiri dari identifikasi pengguna, identifikasi model data yang digunakan, penentuan bahasa, dan identifikasi basis data yang digunakan.
Sistem Manajemen Basis Pengetahuan
Sistem manajemen basis pengetahuan dirancangbangun untuk mendukung subsistem lain dengan memberikan kecerdasan untuk memperbesar pengetahuan bagi pengambil keputusan. Komponen ini menyediakan keahlian yang diperlukan untuk memecahkan beberapa aspek masalah dan memberikan pengetahuan yang dapat meningkatkan prototype.
Sistem Manajemen Basis Model
Sistem manajemen basis model dirancangbangun untuk membuat model dengan menggunakan bahasa pemrograman, alat sistem pendukung keputusan, pembaruan dan perubahan model, dan manipulasi data model. Peran direktori model yang terhubung ke sistem manajemen basis model sama dengan direktori database. Direktori model berfungsi sebagai katalog dari semua model dan perangkat lunak lainnya pada basis model. Sistem manajemen basis model berisi elemen-elemen : 1) eksekusi model, yang mengontrol jalannya model; 2) integrasi model, yang mengarahkan output suatu model untuk diproses model lainnya; 3) perintah (Comman Processor Model), yang berfungsi untuk menerima dan menginterpretasikan instruksi-instruksi pemodelan dari komponen antarmuka
pengguna, eksekusi model atau fungsi-fungsi integrasi elemen-elemen tersebut beserta antarmukanya dengan komponen sistem pendukung keputusan.
Merujuk pada Swanson (1996) mengenai tujuan dari analisis perbaikan kinerja dan tinjauan pustaka yang telah dilakukan maka pada sistem manajemen basis model akan dirancangbangun basis model yaitu model pengelompokan, model pengukuran kinerja, model pemilihan kinerja terbaik, model analisis praktek terbaik, dan model penentuan prioritas perbaikan.
Model Pengelompokan
Model Pengelompokan dirancangbangun dengan tujuan untuk mengelompokkan pabrik gula yang memiliki karakteristik yang serupa.
Tahapan yang dilakukan dalam merancangbangun model pengelompokan ditunjukkan pada Gambar 27. Tahapan diawali dengan studi dokumentasi mengenai model pengelompokan. Pendekatan yang digunakan untuk mengelompokan pabrik gula yaitu klasifikasi. Merujuk pada Kusnawi (2007), klasifikasi merupakan fungsi pembelajaran yang memetakan (mengklasifikasi) sebuah unsur (item) data ke dalam salah satu dari beberapa kelas yang sudah didefinisikan. Metode yang digunakan dalam klasifikasi yaitu decision tree.
Merujuk pada Larose (2005) dan Kusnawi (2007), decision tree adalah struktur flowchart yang menyerupai tree (pohon), dimana setiap simpul internal menandakan suatu tes pada atribut, setiap cabang merepresentasikan hasil tes, dan simpul daun merepresentasikan kelas atau distribusi kelas. Alur pada decision tree di telusuri dari simpul akar ke simpul daun yang memegang prediksi kelas.
Decision tree mudah untuk dikonversi ke aturan klasifikasi (classification rules).
Tahap berikutnya yaitu studi dokumentasi mengenai karakteristik pabrik gula dilanjutkan dengan identifikasi karakteristik pembeda pabrik gula.
Berdasarkan karakteristik pembeda pabrik gula, selanjutnya dilakukan identifikasi jumlah kelompok dan identifikasi kesamaan ukuran yang digunakan.
Tahap selanjutnya yaitu pembuatan decision tree. Berdasarkan decision tree dapat diidentifikasi aturan-aturan yang akan digunakan untuk mengelompokkan pabrik gula.
Mulai
Studi Dokumentasi Karakteristik Pabrik Gula
Identifikasi Karakteristik Pembeda
Pabrik Gula Karakteristik
Pembeda Pabrik Gula Identifikasi
Jumlah Kelompok
Identifikasi Kesamaan Ukuran
Pembuatan Decision Tree
Aturan Pengelompokan
Model dan Skema Pengambilan Keputusan
Pengelompokan Studi Dokumentasi
Model Pengelompokan Model Konseptual Pengelompokan
Pabrik Gula
Selesai
Gambar 27 Tahapan Rancangbangun Model Pengelompokan
Model Pengukuran Kinerja
Model pengukuran kinerja bertujuan untuk menentukan nilai kinerja setiap pabrik gula. Pengukuran kinerja yang dilakukan adalah untuk kinerja input, kinerja proses, dan kinerja output yang direpresentasikan sebagai kinerja strategis, kinerja operasional, dan kinerja taktis. Tahapan yang dilakukan dalam rancangbangun model pengukuran kinerja ditunjukkan pada Gambar 28.
Tahap awal yang dilakukan berkaitan dengan rancangbangun model pengukuran kinerja yaitu studi dokumentasi model pengukuran kinerja. Studi dokumentasi model pengukuran kinerja menghasilkan model konseptual pengukuran kinerja pabrik gula. Pendekatan yang digunakan dalam proses
pengukuran kinerja pada model pengukuran kinerja PG adalah Fuzzy Expert System (FES).
Mulai
Studi Dokumentasi Model Pengukuran Kinerja
Model Konseptual Pengukuran Kinerja
Pabrik Gula Identifikasi
Ukuran Kinerja Proses Internal
Ukuran Kinerja Proses Internal Identifikasi
Keterkaitan Ukuran Kinerja Misi dan Visi
Industri Gula Nasional
Identifikasi Kualifikasi Kinerja dan
Ukuran Kinerja
Kualifikasi Kinerja Kualifikasi Ukuran Kinerja
Fuzzifikasi
Identifikasi Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran Kinerja
Identifikasi Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran Kinerja
Aturan-aturan untuk Proses Pengukuran
Penentuan Metode Defuzzifikasi
Model dan Skema Pengambilan Keputusan Pengukuran Kinerja
Selesai
Gambar 28 Tahapan Rancangbangun Model Pengukuran Kinerja
Tahap selanjutnya yaitu identifikasi kriteria dan ukuran-ukuran kinerja pada proses internal pabrik gula. Identifikasi ukuran kinerja dilakukan melalui studi dokumentasi dilanjutkan dengan konfirmasi pakar. Identifikasi awal ukuran- ukuran kinerja yang akan digunakan disesuaikan dengan pendekatan yang
digunakan yaitu melakukan identifikasi terhadap ukuran-ukuran kinerja input, proses dan output. Ukuran-ukuran kinerja input terkait dengan kemampuan sumberdaya. Ukuran-ukuran kinerja proses terkait dengan tugas-tugas manufaktur. Ukuran-ukuran kinerja output terkait dengan prioritas kompetisi.
Ukuran-ukuran kinerja yang direkomendasikan pakar sebagai kriteria pengukuran kinerja dieavaluasi keterkaitannya. Evaluasi dilakukan berdasarkan studi dokementasi dan konfirmasi pakar. Ukuran-ukuran kinerja yang akan digunakan pada proses selanjutnya adalah ukuran-ukuran kinerja yang memiliki keterkaitan dengan visi dan misi yang dicanangkan pemerintah dan keterkaitan antar ukuran-ukuran kinerja (input-proses-output).
Tahap berikutnya yaitu identifikasi kualifikasi kinerja dan ukuran kinerja.
Kualifikasi (skala penilaian) untuk menentukan setiap kategori pada setiap jenis kinerja ditentukan berdasarkan pertimbangan pakar. Nilai kinerja untuk setiap jenis kinerja diperoleh dari agregasi nilai ukuran kinerja yang menjadi kriteria dalam pengukuran kinerja. Kualifikasi (skala penilaian) untuk menentukan setiap kategori pada setiap ukuran kinerja ditentukan berdasarkan studi dokumentasi dan konfirmasi pakar.
Selanjutnya dilakukan proses fuzzifikasi. Fungsi keanggotaan ditetapkan dengan terlebih dahulu melakukan identifikasi semesta pembicaraan, nama himpunan fuzzy, domain, jenis kurva untuk merepresentasikan himpunan fuzzy, dan parameter untuk setiap jenis kinerja. Fungsi keanggotaan direpresentasikan dalam bentuk kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data (setiap nilai ukuran kinerja) ke dalam nilai keanggotaannya (derajat keanggotaan) yang memiliki interval antara nol sampai dengan satu.
Tahap berikutnya adalah identifikasi aturan-aturan yang akan digunakan pada proses pengukuran kinerja. Aturan-aturan direpresentasikan dalam bentuk If – then – rules. If – then – rules merupakan kaidah-kaidah yang menjelaskan relasi logika antara nilai-nilai parameter yang digunakan dan diidentifikasi berdasarkan seluruh kemungkinan kombinasi kategori nilai ukuran-ukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja dan masukan pakar untuk kesimpulan kategori nilai kinerja.
Tahap terakhir yaitu proses penentuan metode defuzifikasi. Metode defuzifikasi yang dipilih yaitu metode centroid. Dengan menggunakan metode
centroid, maka solusi crisp diperoleh dengan cara mengambil titik pusat daerah fuzzy.
Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik bertujuan untuk menentukan pabrik gula berkinerja terbaik secara keseluruhan maupun untuk setiap jenis kinerja (kinerja strategis, kinerja operasional, kinerja taktis) pada setiap kelompok pabrik gula. Hasil pemilihan pada setiap kelompok pabrik gula akan digunakan sebagai standar kinerja pembanding bagi setiap pabrik gula pada kelompok yang sama, baik untuk kinerja keseluruhan maupun per jenis kinerja.
Pemilihan Kinerja Terbaik secara Keseluruhan
Tahapan rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan ditunjukkan pada Gambar 29.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Keseluruhan Model Konseptual Pemilihan Kinerja Terbaik
Keseluruhan Penentuan Fungsi Kriteria
Pemilihan Tipe Preferensi
Penentuan Nilai Parameter
Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Keseluruhan Selesai
Gambar 29 Tahapan Rancangbangun Model Pemilihan Kinerja Terbaik Keseluruhan
Tahap awal dalam merancangbangun model pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan adalah studi dokumentasi mengenai model pemilihan kinerja terbaik.
Pendekatan yang digunakan untuk memilih pabrik gula berkinerja terbaik secara keseluruhan yaitu PROMETHEE.
Selanjutnya dilakukan penentuan fungsi kriteria, pemilihan tipe preferensi, dan penentuan nilai parameter. Proses penentuan fungsi kriteria, pemilihan tipe preferensi, dan penentuan nilai parameter dilakukan dengan diskusi dan konfirmasi pakar.
Pemilihan Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja
Tahapan rancangbangun model pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja ditunjukkan pada Gambar 30. Tahap awal dalam merancangbangun model pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja adalah studi dokumentasi mengenai model pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja. Pemilihan kinerja terbaik per jenis kinerja dilakukan dengan menggunakan pendekatan Sorting. Selanjutnya dilakukan pemilihan algoritma sorting yang akan digunakan.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Pemilihan Kinerja Terbaik
Per Jenis Kinerja Model Konseptual Pemilihan Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja
Pemilihan Algoritma Sorting
Model dan Skema Pengambilan Keputusan Pemilihan
Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja Selesai
Gambar 30 Tahapan Rancangbangun Model Pemilihan Kinerja Terbaik Per Jenis Kinerja
Model Analisis Praktek Terbaik
Model Analisis Praktek Terbaik bertujuan untuk mengidentifikasi praktek terbaik yang menghasilkan kinerja terbaik. Tahapan rancangbangun model analisis praktek terbaik ditunjukkan pada Gambar 31.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Analisis Praktek Terbaik
Pendefinisian Praktek Terbaik
Identifikasi faktor penentu
Praktek Terbaik Model dan Skema Pengambilan Keputusan Analisis Praktek
Terbaik Selesai
Gambar 31 Tahapan Rancangbangun Model Analisis Praktek Terbaik
Tahap awal dalam merancangbangun model analisis praktek terbaik adalah studi dokumentasi mengenai model analisis praktek terbaik. Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis praktek terbaik adalah root cause analysis.
Root cause analysis dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar ukuran dan faktor penentu yang menentukan kinerja.
Pendefinisian praktek terbaik merujuk pada Jaffar dan Zairi (2000) dan masukan dari pakar. Selanjutnya, dilakukan identifikasi faktor penentu praktek terbaik. Hasil identifikasi faktor penentu praktek terbaik dikonfirmasi oleh pakar.
Model Penentuan Prioritas Perbaikan
Model penentuan prioritas perbaikan bertujuan untuk menentukan prioritas perbaikan yang harus dilakukan oleh pabrik gula. Tahapan rancangbangun model penentuan prioritas perbaikan ditunjukkan pada Gambar 32.
Mulai
Studi Dokumentasi Model Penentuan Prioritas
Perbaikan
Penentuan Kriteria Prioritas Perbaikan
Penentuan Bobot Kriteria Prioritas Perbaikan
Selesai
Model dan Skema Pengambilan Keputusan Penentuan Prioritas
Perbaikan
Gambar 32 Tahapan Rancangbangun Model Penentuan Prioritas Perbaikan
Tahap awal dalam merancangbangun model penentuan prioritas perbaikan adalah studi dokumentasi mengenai hal-hal yang terkait dengan penentuan prioritas perbaikan. Penentuan prioritas perbaikan menggunakan pendekatan yang menyerupai framework yang dikembangkan oleh Davies dan Kochar (2000) berupa diagnostik atau penelusuran secara sistematis untuk memilih praktek terbaik. Adapun penentuan kriteria dan bobot kriteria prioritas perbaikan berdasarkan masukan pakar.
Merujuk pada Suryadi dan Ramdhani (2002), verifikasi model dilakukan pada setiap sub model melalui perunutan secara terstruktur, yaitu dengan menjelaskan model berdasarkan komponen-komponen model beserta
argumentasi yang menjadi dasar penentuan pada setiap komponen model. Proses verifikasi model dilakukan dengan konsultasi dan konfirmasi pakar yang terkait dengan sistem yang dimodelkan.
Validasi model dilakukan dengan uji coba model (Suryadi dan Ramdhani 2002) pada 11 pabrik gula yang terdiri dari enam pabrik gula berskala kecil (kapasitas giling < 3000 TCD), dua pabrik gula berskala menengah (kapasitas giling 3000 sampai dengan 6000 TCD), dan tiga pabrik gula berskala besar (kapasitas giling > 6000 TCD). Adapun metode produksi (khususnya pada proses pemurnian nira) yang digunakan 11 pabrik gula adalah sama yaitu sulfitasi. Data yang digunakan adalah data kinerja tahun 2008. Melalui uji coba model dapat diketahui apakah rancangbangun model dan keluarannya dapat dipercaya atau tidak. Hasil uji coba dikonfirmasi oleh satu orang pakar dari PTPN X untuk menentukan apakah model dapat diimplementasikan atau tidak.
Model analisis perbaikan kinerja dapat direkomendasikan apabila hasil verifikasi dan validasi model menunjukkan bahwa model yang dirancangbangun telah sesuai dengan tujuan rancangbangun model.
3.2.3 Implementasi Model
Pada tahap ini dilakukan analisis terhadap hasil implementasi model pada 11 pabrik gula dengan menggunakan data kinerja tahun 2008. Selain itu, juga dilakukan pengukuran kinerja dengan menggunakan target kinerja berdasarkan ukuran kinerja terbaik dalam kelompok.
3.3 Waktu dan Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tahun 2007 sampai dengan tahun 2010.
Pengambilan data khususnya untuk keperluan validasi model dipilih Jawa Timur ( khususnya PTPN X). Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut :
1. Lokasi terpilih mewakili daerah Jawa yang berkontribusi sebesar 60% dari total produksi gula nasional
2. Jenis perusahaan dalam lokasi terpilih mewakili BUMN yang memiliki keleluasaan untuk saling memperbandingkan antar kinerja pabrik gula dan dilakukan analisis praktek terbaik nya
3. Kapasitas giling yang dimiliki seluruh pabrik gula dalam perusahaan dan lokasi terpilih dapat mewakili pabrik gula dengan skala kecil, menengah, dan besar.
3.4 Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pengumpulan data, informasi dan pengetahuan dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara sebagai berikut : 1) Studi dokumentasi dilakukan dengan mempelajari permasalahan industri gula melalui laporan penelitian, artikel, koran atau buku yang berisi tentang permasalah kinerja industri gula, 2) Studi literatur dilakukan dengan cara mengeksplorasi literatur-literatur yang berkaitan dengan penyelesaian masalah dan literatur-literatur lain yang relevan dengan bidang kajian, 3) Survai pakar (pengisian kuestioner, diskusi, dan rekomendasi atau konfirmasi pakar), dan 4) Akuisisi pengetahuan pakar dilakukan dengan menggunakan metode akuisisi wawancara, diskusi masalah dan deskripsi masalah tentang pola berpikir para pakar dalam menilai kinerja pabrik gula dan mengidentifikasi praktek terbaik yang dilakukan oleh pabrik gula dengan kinerja terbaik pada setiap kelompok pabrik gula. Jumlah pakar yaitu tiga orang yang terdiri dari satu orang pakar dari pabrik gula, satu orang pakar dari P3GI, dan satu orang pakar dari PTPN X.
Data (primer dan sekunder) dan informasi yang diperoleh, diolah dan dianalisa sesuai dengan kebutuhan dengan menggunakan berbagai pendekatan yang telah ditetapkan. Adapun tahapan pengolahan data ditunjukkan pada Gambar 33.
Pengukuran kinerja dilakukan untuk seluruh pabrik gula dalam kelompok.
Pendekatan yang digunakan dalam proses pengukuran kinerja yaitu Fuzzy Expert System (FES). Hasil pengukuran kinerja diperoleh melalui aggregasi nilai setiap ukuran kinerja untuk setiap jenis kinerja (strategis, operasional, taktis). Sistem inferensi fuzzy (proses perumusan pemetaan dari input ke output dengan menggunakan logika fuzzy) yang digunakan adalah metode Mamdani. Adapun
proses defuzzifikasi atau pengubahan output fuzzy ke output crisp (bernilai tunggal) adalah metode Centroid (nilai tunggal dari variabel output dihitung dengan menemukan nilai variabel dari center of gravity suatu fungsi keanggotaan untuk nilai fuzzy). Output dari model pengukuran kinerja adalah nilai kinerja per jenis kinerja untuk setiap pabrik gula.
Pengelompokan Pabrik Gula Alat analisis :
Klasifikasi Pengukuran Kinerja
Pabrik Gula Alat analisis : Fuzzy Expert System
Analisis Praktek Terbaik Alat analisis : Root Cause Analysisis
Pemilihan Kinerja Terbaik Alat analisis : PROMETHEE dan Sorting
Penentuan Prioritas Perbaikan Alat analisis :
Diagnostic Mulai
Selesai
Gambar 33 Tahapan Pengolahan Data
Pengelompokan dilakukan berdasarkan karakteristik pembeda pabrik gula.
Jumlah kelompok ditentukan berdasarkan karakteristik pembeda pabrik gula.
Pendekatan yang digunakan untuk mengelompokkan pabrik gula adalah klasifikasi. Output dari model pengelompokan pabrik gula berupa kelompok pabrik gula beserta anggotanya sesuai dengan karakteristik pembeda pabrik gula.
Berdasarkan nilai kinerja per jenis kinerja dilakukan pemilihan kinerja terbaik secara keseluruhan maupun per jenis kinerja. Pendekatan yang digunakan untuk pemilihan kinerja (keseluruhan) terbaik yaitu PROMETHEE. Pendekatan yang digunakan untuk pemilihan kinerja (strategis atau operasional atau taktis) terbaik yaitu metode Sorting (berdasarkan urutan nilai kinerja dari yang tertinggi sampai dengan terendah). Output dari model pemilihan kinerja terbaik yaitu : 1)
urutan prioritas berdasarkan nilai kinerja keseluruhan untuk setiap kelompok pabrik gula, 2) urutan prioritas berdasarkan nilai kinerja strategis untuk setiap kelompok pabrik gula, 3) urutan prioritas berdasarkan nilai kinerja operasional untuk setiap kelompok pabrik gula, dan 4) urutan prioritas berdasarkan nilai kinerja taktis untuk setiap kelompok pabrik gula.
Berdasarkan ukuran-ukuran kinerja dan keterkaitannya, dilakukan identifikasi lebih lanjut terhadap penyebab kinerja beserta praktek terbaik.
Pendekatan yang digunakan untuk melakukan analisis praktek terbaik adalah root cause analysis. Melalui diskusi dan konfirmasi pakar, root cause analysis dapat digunakan untuk mengidentifikasi hubungan sebab akibat antar ukuran dan faktor yang menentukan kinerja. Output dari model analisis praktek terbaik yaitu : keterkaitan antar ukuran kinerja yang digunakan dan fakor yang cukup penting untuk dipertimbangkan serta identifikasi praktek terbaik yang bisa dilakukan pabrik gula.
Hasil pemilihan kinerja terbaik digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan. Pendekatan yang digunakan untuk menentukan prioritas perbaikan adalah diagnostic. Output dari model penentuan prioritas perbaikan berupa prioritas perbaikan pada pabrik gula dan saran perbaikan berdasarkan praktek terbaik.