• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelusuran terhadap penelitian-penelitian yang terdahulu, peneliti mendapatkan informasi atau teori yang mampu memperlancar proses penelitian. Adapun beberapa hasil penelitian terdahulu yang dapat peneliti paparkan adalah sebagai berikut:

1. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rani Damayanti pada tahun 2017.

Melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Sikap Spiritual Peserta Didik Kelas I SD Dharma Widya Tengerang”. Penelitian ini dilakukan oleh Rani Damayanti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah pengembangan sikap spiritual peserta didik di SD Dharma Widya bahwa kurang baiknya sikap spiritual anak di bawah umur dan belum dipahaminya, sehingga dapat dilakukan oleh sekolah untuk membentukan sikap spiritualnya.

Pengembangan sikap spiritual dilakukan melalui beberapa kegiatan yang dilakukan di sekolah seperti praktek ajaran, praktek keagamaan dan budaya yang telah diterapkan di sekolah. Semua kegiatan tersebut melalui pembelajaran yang bersumber pada mata pelajaran Pendidikan Agama, PKn dan Budi Pekerti, oleh karena pengembangan harus ditanamkan sejak usia dini dan akan berpengaruh pada kehidupannya sehari-hari. Persamaan penelitian Rani Damayanti dengan penelitian saat ini, ialah menggunakan kualitatif deskroptif dan fokus pada sikap spiritual lebih terutama. Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah, subjek dalam penelitian adalah guru dan siswa.

2. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mochamad Abduloh pada tahun 2018.

Melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Wazifah Sebagai Upaya Pembentukan Sikap Spiritual Santri”. Penelitian yang dilakukan Mochamad Abduloh dapat menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif.

Hasil dalam penelitiannya adalah bahwa implementasi wazifah sebagai upaya pembentukan sikap spiritual santri Pondok Pesantren Assalafi Al-Fithrah Surabaya merupakan implementasi dari visi dan misi Pondoknya sendiri, yakni

(2)

8

untuk meneruskan perjuangan al-salaf al-salih melalui pelaksanaan wazifah- wazifah yang telah dituntunkan oleh al-salaf al-salih.

Dengan pelaksanaan wazifah ini secara tidak langsung santrinya telah melakukan riyadah (latihan spiritual) untuk menepuh maqamat dalam konsep KH. Achmad Asrori al- Ishaqy ra. dan diharapkan santri akan terlatih spiritualitasnya, sehingga santri dapat sampai pada tingkatan-tingkatan spiritual (maqamat) dan juga diharapkan akan terbentuk pula sikap spiritual santri, khususnya: syukur, sabar, riba, khusyuk, tawaduk. Persamaan penelitian Mochamad Abduloh dengan penelitian saat ini, ialah fokus pada sikap spiritual lebih terutama. Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah, memaparkan program wazifah sebagai membentukan sikap spiritual.

3. Penelitian ini dilakukan oleh Taufikin, pada tatun 2018. Dengan judul “Sikap Spiritual Guru dalam Pembelajaran (Studi pada guru Madrasah Aliyah Qodiriyah Harjoeinangun Dempet Demak)”. Penelitian yang dilakukan Taufikin menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Hasil dalam penelitian adalah sikap spiritual guru dalam pembelajaran, guru hendaknya memiliki konsistensi dalam mengimplementasikan sikap spiritualnya untuk menjadi teladan bagi peserta didik.

Kemudian mereka implementasikan dengan berbagai amalan baik di dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran. Di luar pembelajaran antara lain, menghafal al-Qur’an surat-surat tertentu, istighatsah, shalat malam, sedangkan pada saat pembelajaran senantiasa berdo’a bersama dengan bacaan asmaul husna dan menjaga tetap suci dengan berwudhu. Persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti ini, ialah menggunakan studi kasus. Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu ialah, fokus pada sikap spiritual guru akan tetapi penelitian sekarang fokus pada sikap spiritual mahasiswa.

4. Penelitian ini dilakukan oleh Ummu Atikah Musyawirah. MS, pada tahun 2019.

Yang berjudul “Pembentukan Sikap Spiritual Berbasis Pendidikan Agama Islam Di Madrasah Tsanawiyah Bontocinde Gowa”. Penelitian ini dilakukan Ummu Atikah Musyawirah. MS menggunakan penelitian kualitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah pembentukan sikap spiritual berbasis pendidikan

(3)

9

agama Islam memiliki format desain dalam memproses pembentukan sikap spiritual yaitu melalui penetapan silabus pembelajaran, kompetensi inti dan kompetensi dasar, indikator pencapaian , hingga pada penilaian.

Desain ini untuk memudahkan peserta didik dalam mengoptimalkan proses pembelajaran sehingga dapat membentuk sikap spirituanya. Implementasi pembentukan sikap spiritual berbasis pendidikan agama Islam dapat dilakukan dalam beberapa kegiatan yaitu: kegiatan intrakurikuler di Madrasah, kegiatan ekstrakurikuler di Madrasah, kegiatan dan lomba keagamaan di Madrasah dan budaya pembentukan sikap spiritual di Madrasah. Dari kegiatan tersebut dapat membuat peserta didik lebih memahami dan mendalami konsep dari pembentukan sikap spiritual.

Persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti ini, ialah mengunakan studi kasus dan fokus pada sikap spiritual lebih terutama. Sedangkan perbedaannya yaitu subbjek penelitiannya adalah siswa akan tetapi subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa.

5. Penelitian ini dilakukan oleh Asep Nursobah, Andewi Suhartini, Hasan Basri dan Tuti Hayat, pada tahun 2019. Dengan judul “Strengthening Student’s Spiritual Attitude Through Reflecting Learning Experiences by Teaching Materials Utilization”. Penelitian yang dilakukan Asep Nursobah, Andewi Suhartini, Hasan Basri dan Tuti Hayat menggunakan metode kuantitatif. Hasil dalam penelitian ini yaitu memperkuatkan sikap spiritual dan sikap sosial siswa dengan melalui bahan ajar karena sikap spiritual dan sikap sosial merupakan kompetensi yang penting untuk diperoleh siswa dengan melalui proses pembelajaran langsung dan tidak langsung.

Di antara faktor-faktor yang menentukan keberhasilah penguatan sikap spiritual dan sosial dalam belajar adalah bahan ajar yang kemungkinkan siswa untuk memahami pengalaman yang diperoleh. Dalam hal ini kebermaknaan bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran PAI untuk menguatkan kompetensi sikap spiritual dan sosial siswa, sehingga akan menunjukkan bahwa bahan ajar dapat memberi pemanfaatan kepada siswanya.

Memiliki persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti ini, ialah fokus pada memperkut sikap spiritualnya. Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian

(4)

10

terdahulu dengan penelitian ini, ialah siswa sebagai subjek dalam penelitian dan menggunakan metode kuantitatif.

6. Penelitian ini dilakukan oleh Safira Nur Aulia Sally dan A. Busyairi, pada tahun 2019. Dengan judul “Strategi Guru Kelas Sekolah Dasar dalam Pengembangan Sikap Spiritual Siswa”. Penelitian yang dilakukan Safira Nur Aulia Sally dan A. Busyairi menggunakan pendekatan penelitian kualitatif deskriptif. Hasil dalam penelitian ini adalah strategi guru kelas dalam pengembangan sikap spiritual siswa untuk membuat perencanaan pembelajaran terkait kegiatan spiritual seperti: melafadzkan asmaul husna, kegiatan shalat dhuha, hafalan surat-surat pendek, shalat dzuhur berjamaah, kegiatan baca tulis Al-Qur’an, kegiatan pada bulan Ramadhan, infaq setiap Jumat, toleransi dalam beribadah dan pemberian teladan sikap dari guru secara langsung.

Dengan demikian, perencanaan tersebut dilaksanakan di kelas melalui penyampaian klasikal maupun praktikum di masjid dan di kelas, dan di akhir semester di adakan evaluasi atas perencanaan pembelajaran yang telah dilaksanakannya. Untuk faktor penunjang dalam mengembangkan sikap spiritual siswa adalah bekerja sama dengan stakeholder, letak sekolah yang dekat dengan masjid, guru yang memiliki kemampuan mengajar baca tulis al- Qur’an dan sekolah yang berbasis agama Islam. Sedangkan faktor penghambatannya adalah pergaulan siswa yang sulit dikontrol, kondisi lingkungan siswa yang tidak kondusif, dan terbatasnya waktu guru dalam membimbing siswa.

Penelitian ini memiliki persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti ini, ialah menggunakan deskriptif kualitatif dan fokus pada sikap spiritual lebih terutama.

Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu dengan penelitan ini yaitu subjeknya dan lebih condong pada strategi guru dalam pengembangan sikap spiritual.

7. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Farhan Sifa Nugraha dan Dahwadin pada tahun 2019. Melakukan penelitian dengan judul “Implementasi Kompetensi Sikap Spiritual Kurikulum 2013 Pada Proses Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA)”. Penelitian yang dilakukan Farhan Sifa Nugraha dan Dahwadin menggunakan pendekatan

(5)

11

kualitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah bahwa Implementasi Kompetensi Sikap Spiritual dapat dikembangkan dan diterapkan dalam proses pembelajaran pada mata pelajaran pendidikan Agama Islam.

Implementasi penilaian kompetensi sikap spiritual harus dilakukan dalam setiap kegiatan pembelajaran di dalam kelas dan di luar kelas selama berada di lingkungan sekolah. Di dalam kelas dilakukan selama proses pembelajaran dilaksanakan sedangkan di luar kelas dilakukan saat siswa berada pada jam istirahat dan saat kegiatan ibadah shalat dhuhur dan jumat. Memiliki peesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah, fokus pada sikap spirirtual. Sedangkan memiliki perbedaannya yaitu, subjek penelitian adalah siswa.

8. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Muhammad Ichsan Muchtar pada tahun 2017. Melakukan penelitian dengan judul “Pengembangan Instrumen Sikap Spiritual pada Siswa Sekolah Dasar”. Penelitian yang dilakukan Muhammad Ichsan Muchtar menggunakan metode Research and development.

Hasil penelitian ini adalah pengembangan instrumen sikap spiritual pada siswa, sikap spiritual yang baik akan membentuk serta membangun karakter siswa dan melahirkan pribadi yang utuh mampu dalam bertindak bijaksana, beriman, dan bertakwa.

Masalah dalam penelitian ini adalah dimensi dan indikator yang mendasari konsep sikap spiritual pada siswanya. Memiliki persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, ialah fokus pada sikap spiritual lebih terutama.

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang ialah, menggunakan metode kuantitatif.

9. Penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Darmansyah pada tahun 2014.

Melakukan penelitian dengan judul “Teknik Penilaian Sikap spiritual dan sosial dalam Pendidikan Karakter di Sekolah Dasar 08 Surau Gadang Nanggalo”.

Penelitian ini yang dilakukan Darmansyah dapat menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dari penelitian ini adalah dalam proses pembelajaran guru mengimplementasi model pendekatan tema yang terintegrasi menghendaki semaksimal mungkin melalui berbagai kegiatan dan bentuk- bentuk pembelajaran yang inovatif.

(6)

12

Analisis konteks yang dilaksanakan di Sekolah ini yaitu implementasi produk evaluasi dari penelitian dapat menemukan bahwa pemahaman guru tentang konsep dan implementasi penilaian sikap spiritual dan sosial masih rendah, rendahnya kompetensi guru dalam mengevaluasi sikap spiritual dan sosial telah berdampak negative terhadap prestasi siswa pada kompetensi inti dalam kurikulum berbasis karakter.

Hasil yang terdapat dalam penelitian ini menunjukkan bahwa teknik penilaian sikap spiritual dan sosial dalam pendidikan karakter melalui suatu model evaluasi yang dapat diterapkan oleh guru untuk mengevaluasi sikap spiritual dan sosial siswa bahwa terdapat 4 model seperti: evaluasi mandiri, observasi guru, peer assessment dan jurnal harian. Memiliki persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini, ialah menggunakan studi kasus.

Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu dengan penelitan sekarang ialah, siswa sebagai subjeknya dan lebih condong pada teknik penilaian sikap spiritual dan sosial.

10. Penelitian ini dilakukan oleh Ni’matul Izza, pada tahun 2020. Dengan judul

“Self Regulation Model in the Devolopment of Spiritual Attitudes MIN 1 Jombang”. Penelitian yang dilakukan Ni’matul Izza dapat menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Hasil dalam penelitian ini adalah pengembangan sikap spiritual melalui model regulasi diri para siswa dalam menjaga keistiqamahan untuk melakukan ibadah wajib cenderung dari model extenal regulation, yaitu model yang dipengaruhi oleh orang lain untuk menjalankannya, dan adanya pegaruh tersebut yang kemudian mendorong siswa untuk menjalankan setiap saat dan terus menerus dan menjadi kebiasaan, sehingga tanpa di perintah orang lain siswa akan mengerjakannya sendiri, model regulasi diri berubah menjadi model intrinsically motivated behavior yang dimana ia merasa bahwa ibadah merupakan aktivitas yang sangat berharga yang perlu dikerjakan.

Memiliki persamaan penelitian terdahulu dengan peneliti ini, ialah menggunakan deskriptif kualitatif dan fokus pada sikap spiritual lebih terutama.

Sedangkan perbedaan yang dimiliki penelitian terdahulu dengan penelitian

(7)

13

sekarang ialah, subjek penelitiannya. Adapun orientasinya memaparkan suatu model regulasi diri untuk pengembangan sikap spiritual.

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui persamaan dan perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu fokus pada sikap spiritual lebih utama. Sedangkan perbedaannya yaitu subjek dalam penelitian lebih kepada siswa dan ada beberapa penelitian terdahulu menggunakan metode kuantitatif.

B. Tinjauan Pustaka

Tinjauan pustaka berguna sebagai modal awal peneliti ketika terjun di lapangan. Pada bagian ini terdapat teori-teori yang dapat digunakan oleh peneliti sebagai acuan ketika meneliti.

1. Pengertian Sikap Spiritual a. Sikap Spiritual

An attitude is an individual’s disposition to react with a certain degree of favorableness or unfavorableness to an object, behavior, person, institution, or event to any other discriminable aspect of the individual’s.1 Jadi sikap sebagai diposisi seseorang untuk beraksi dengan tingkah laku tertentu yang dinilai suka atau tidak suka, atau kepositifan atau kenegatifan terhadap suatu obyek. Sikap adalah suatu ungkapan perasaan, pikiran dan tingkah laku untuk berindak dengan cara tertentu terhadap suatu objek atau situasi yang tertentu.2 Sikap merupakan komponen penting dalam jiwa manusia yang akan mempengaruhi perilaku seseorang. Sikap mempengaruhi segala keputusan yang kita ambil maupun yang

1 Icek Ajzen, “Attitude Theory and the Attitude-Behavior Relation”, In Krebs, D. and Schmidt, P. (Eds), New Directions in Attitude Measurement, January 1993, 41

2 Gde Dita Wijaya, Wayan Widiana, Dewa Nyoman Sudana, “Analisis Rekonstruksi Sikap Spiritual Siswa Kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng,” e-Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 No. 1 (2016), 2

(8)

14

kita pilih.3 Karena sikap sebagai pencerminan seseorang atas setiap tingkah lakunya.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), spiritual adalah berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan (rohani atau batin).4 Spiritual dalam bahasa Inggris berasal dari kata “spirit” yang berarti bathin, ruhani, dan keagamaan.5

Menurut Webster kata “spirit” berasal dari kata benda bahasa latin

“spritus” yang berarti napas dan kata kerja “spirare” yang berarti untuk bernapas, melihat asal katanya, untuk hidup adalah untuk bernapas dan memiliki napas artinya memiliki spirit.6 Menjadi spiritual berarti mempunyai ikatan yang lebih kepada hal yang bersifat kerohanian atau kejiwaan dibandingkan hal yang bersifat fisik atau material.7 Spiritual merupakan kebangkitan atau pencerahan diri dalam mencapai makna hidup dan tujuan hidup.

Zubaedi mengatakan bahwa spiritual berarti sesuatuyang mendasar, penting, dan mampu menggerakkan serta memimpin cara berpikir dan bertingkah laku seseorang.8 Spiritial adalah dasar bagi tumbuhnya harga diri, nilai-nilai, moral, dan rasa memiliki. Spiritual memberi arah dan arti pada kehidupan.9

Sikap spiritual dapat disebut denagn sikap keagamaan. Sebagaimana, Widnyani mengatakan, sikap spiritual adalah sikap dan perilaku untuk melaksanakan syari’at Islam (ajaran agama) yang telah ditentu.10 Dari pendapat antropologi, bahwa agama merupakan sumber nilai moral dan kaidah-kaidah

3 Dewi Gayatri, “Mendesain Instrumen Pengukuran Sikap,” Jurnal Perawatan Indonesia, Vol. 8 No. 2 (September, 2004), 76

4 Siti januari, Wartono, Muhammad Yasykur, Peran Pondok Pesantren Darussunnah Dalam Meningkatkan Sikap Spiritual Masyarakat Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, diakses pada 11 Agustus 2020 dari https://docplayer.info/123744506-Prosa-pai-prosiding-al- hidayah-pendidikan-agama-islam-e-issn-xxxx-xxxx.html

5 Ujud Supriaji dan Umnu Kebumen, “Konsep Pendidikan Spiritual,” Ejournal, Cakrawla:

Studi Manajemen Pendidikan Islam Dan Studi Sosial, Vol. 3 No. 1 (2019), 21

6 Sugeng sejati, “Perkembangan Spiritual Remaja dalam Perspektif Ahli”, Jurnal Hawa, Vol. 1 No. 1 (Januari- Juni, 2019), 94

7 Aminatuz Zahroh, “Spiritual Entrepreneur,” Iqtishoduna, Vol. 4 No. 1 (April, 2014), 109

8 H. Hasanah, I G. Nurjaya, M. Astika, “Pengintegrasian Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dalam Pembelajaran Teks Ulasan Film/ Drama di Kelas XI MIPA SMA Negeri 3 Singaraja,” e- Journal Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Undiksha, Vol. 7 No. 2 (2017), 3

9 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, (Jakarta: 2011), 410

10 Gde Dita Wijaya, Wayan Widiana, Dewa Nyoman Sudana, “Analisis Rekonstruksi Sikap Spiritual Siswa Kelas IV dan V SD Gugus XIII Kecamatan Buleleng,” e-Jurnal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, Vol. 4 No. 1 (2016), 2

(9)

15

untuk saling berinteraksi dalam suatu kelompak masyarakat. Nilai-nilai agama secara umum sangat disakralkan sebagai proses utama dari sistem hukum dan kaidah sosial untuk membentukan dalam keluarga sehingga masyarakatnya.11

Sikap spiritual sebagai sikap yang berkaitan dengan moral yang dapat memberikan pemahaman agar membedakan sesuatu yang benar dan yang salah berdasarkan keimanan dan ketakwaan kepada Allah.12 Jadi sikap spiritual adalah sikap yang akan membentukkan seorang untuk memiliki akhlak dan etika yang baik dalam kehidupannya.

Berdasarkan penejelasan di atas bahwa sikap spiritual sebagai sikap yang memberikan jalan yang benar dan tulus dalam mencapaikan tujuan hidup untuk membentuk seorang memiliki akhlak dan etika yang baik dalam kehidupannya, sehingga bisa membedakan suatu yang benar dan salah atas dasar keimanan dan ketakwaan kapada Allah.

b. Dimensi-dimensi sikap spiritual

Dimensi sikap spiritual yaitu iman, takwa, akhlakul karimah, dan syukur:13 1) Iman adalah membenarkan dengan hati, mengucapkan dengan lisan dan

diamalkan dengan perbuatan. Menurut Al-Juwaini menegaskan bahwa iman adalah pembenaran di dalam hati kemudian diucapkannya dengan lisan akan keberadaan Tuhan.14 Sedangkan pengertian iman dalm Al- Qur’an, akan mendapat dua pengertian dasar,15 yaitu:

a) Iman dengan perngertian membenarkan (قيدصتلا)adalah membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu

11 Siti januari, Wartono, Muhammad Yasykur, Peran Pondok Pesantren Darussunnah Dalam Meningkatkan Sikap Spiritual Masyarakat Desa Iwul Kecamatan Parung Kabupaten Bogor, diakses pada 11 Agustus 2020 dari https://docplayer.info/123744506-Prosa-pai-prosiding-al- hidayah-pendidikan-agama-islam-e-issn-xxxx-xxxx.html

12 Evi Gusviani, “Analisis Kemunculan Sikap Spiritual dan Sikap Sosial dalam Kegiatan Pembelajaran IPA Kelas IV SD yang Menggunakan KTSP dan Kurikulum 2013”, EduHumaniora, Vol. 8 No. 1 (Januari, 2016)

13 Ummu Atikah Musyawirah. MS, “Bembentukan Sikap Spiritual Berbasis Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Bontocinde GOwa”, (Tesis Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Malang 2019), 5

14 Tsuroya Kiswati, Al-Juwaini: Peletak Dasar Teologi Rasional Dalam Islam, (Jakarta: 2005), 188

15 Pengertian iman, diakses pada tanggal 12 January 2021 dari http://eprints.walisongo.ac.id/6900/3/BAB%20II.pdf

(10)

16

hadist shahih diceritakan bahwa Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab- kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT.

b) Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal: segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukuman yang telah digariskan oleh syara’.

Jadi, iman itu bukan hanya pengucapan yang dilakukan oleh bibir serta mewujudkan dalam bentuk perbuatan dan tingkah laku akhlakiah yang baik dalam sehari-harinya. Contohnya, orang yang dikatakan beriman apabila ia meyakini dan mengamalkan ajaran agamanya dengan baik yang diwujudkan dalam perilaku sehari-hari seperti rajin sholat, rutin mengaji.

2) Takwa adalah kumpulan semua kebaikan yang hakikatnya merupakan tidakan seseorang untuk melindungi diri dari hukuman Allah dengan ketundukan taat kepada-Nya. Menurut bahasa adalah takut, sedangkan menurut istilah menjalani apa yang telah disyariatkan-Nya serta menjauhi segala apa yang dilarang-Ny.16

Contohnya, seorang dikatakan bertakwa yaitu seorang yang menjaga diri dari kemusyrikan, dosa dari kejahatan dan hal-hal yang meragukannya.

3) Akhlakul karimah adalah akhlak yang baik dan terpuji yaitu aturan atau norma yang mengatur hubungan antar sesama manusia dengan Tuhan dan alam semesta. Menurut Al-Ghazali menggunakan perkataan munjiyat yang berarti segala sesuatu yang memberikan kemenangan atau kejayaan.17 Jadi, akhlakul karimah berarti tingkah laku yang terpuji yang merupakan tanda kesempurnaan iman seseorang kepada Allah, yang dilahirkan berdasarkan sifat-sifat terpuji.

16 Moh. Arif, “Membangun Kepribadian Muslim Melalui Takwa dan Jihad,” Jurnal Studi Agama dan Pemikiran Islam, Vol. 7 No. 2 (Desember 2013), 345

17 Pembinaan Akhlakul karimah, diakses pada tanggal 15 Januari 2021 dari http://repository.uin-suska.ac.id/13114/7/7.%20BAB%20II_2018577PAI.pdf

(11)

17

Manusia akan menjadi sempurna jika mempunyai akhlak terpuji serta menjauhkan segala akhlak tercela.18 Contohnya, seorang yang bersikap atau berpikir positif, merendahkan diri dan tidak sombong dalam menjalani hidup.

4) Syukur adalah bentuk rasa pengakuan dan memberikan pujian terhadap nikmat yang Allah berikan yang disertai ketaatan kepada Allah.

Contohnya, seseorang mengucapkan “Alhamdulillah” sebagai tanda rasa syukur atas nikmat Allah, yaitu menyerahkan atas segala pemberian Allah kepadanya, berdasarkan apa yang telah diperintahkan-Nya, untuk menjalankan perintah dan menjauhi ldari larangan-Nya. Jadi semua itu dilaksanakan atau dijalankan dengan penuh rasa syukur kepada-Nya.19

c. Cara mengembangkan sikap spiritual

Untuk mewujudkan sikap spiritual dapat dilakukan dengan melalui pendekatan pembiasaan, keteladanan, dan pendekatan persuasif atau mengajak kepada warga sekolah dengan cara yang halus, dengan memberikan alasan dan prospek baik yang bisa meyakinkan mereka.20 Sedangkan pendapat Abdul Majid, terdapat beberapa cara yang bisa digunakan dalam mengembangkan sikap spiritual, sebagai berikut:

1) Tunjukkan Teladan

Kata keteladanan berasal dari kata teladan yang berartinya perbuatan yang dapat ditiru atau dicontoh.21 Demikian itu arti keteladana dinyatakan dalam Bahasa arab, istilah keteladanan diungkapkan dengan uswah yang berarti penyembuhan dan perbaikan.22

18 Firdaus, “Membentuk Pribadi Berakhlakul Karimah Secara Psikologis”, Jurnal Al- Dzikra, Vol. XI No. 1 (Januari- Juni 2017), 57

19 Ummu Atikah Musyawirah. MS, “Bembentukan Sikap Spiritual Berbasis Pendidikan Agama Islam di Madrasah Tsanawiyah Bontocinde GOwa”, (Tesis Magister Pendidikan Agama Islam Universitas Muhammadiyah Malang, Malang 2019), 6

20 Ni’matul Izza, “Model Regulasi Diri dalam Pengembangan Sikap Spiritual MIN 1 Jombang,” Al-Farqan, Vol. VIII No. 2 (September 2019- Febtember 2020), 36

21 Kamus Besar Indonesia, kata teladan, diakses pada tanggal 8 Agustus 2020 dari https://jagokata.com/arti-kata/keteladanan.html

22 Nurul Hidayah, “Metode Keteladanan Dalam Pendidikan Islam,” TA’ALLUM, Vol. 03 No. 02 (November, 2015), 137

(12)

18

Keteladan merupakan suatu tindakan atau sesuatu yang bisa ditiru oleh orang lain, sehingga orang yang diikuti itu disebut dengan teladan.23 Namun keteladanan yang dimaksud adalah keteladanan yang baik. Dari penjelasan tersebut dapat diartikan bahwa metode keteladanan adalah salah satu cara pendidikan yang diterapkan dengan memberi contoh-contoh yang baik, yakni berupa perilaku yang nyata, khususnya ibadah dan akhlak.24

2) Arahkan atau memberikan bimbingan

Menurut Rocchman Natawidjaja mengemukakan bahwa bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkeseimbangan supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sendiri, sehingga dia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak secara wajar, sesuai dengan tutunan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya.25

3) Motivasi atau dorongan

Motovasi berasal dari kata motif (motive) dapat diartikan dorongan.26 Motivasi dapat dikatakan sebagai dorongan psikologis pada seseorang sehingga melakukan tindakan untuk mencapai tujuan tertentu baik secara sadar maupun tidak sadar. Hal ini didukung oleh Syaiful, yang menguatkan bahwa motivasi adalah gejala psikologis dalam bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tetentu.27

4) Zakiyah (murni, suci, bersih)

Zakiyah merupakan suatu nilai kesucian diri, keikhlasan dalam beramal atau beribadah, dan keridhaan terhadap Allah yang harus ditanamkan dari kecil,

23 Zulfa Khadiyah, “Implementasi Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Sikap Spiritual Siswa Tunagrahita Di SLB Al-Chusnaini Pekarungan,” (Kripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya 2018), 33

24 Ibid., 33-34

25 Endang Switri, Bimbingan Konseling Anak Usia Dini, 21, diakses pada 11 Agustus 2020 darihttps://books.google.co.th/books?id=Jg5DwAAQBAJ&pg=PA22&dq=bimbingan+merupakan

&hl=th&sa=X&ved=2ahUKEwjb84z7_5HrAhUDT30KHfiKCnIQ6AEwAnoECAMQAg#v=onep age&q=bimbingan%20merupakan&f=false

26 Halid Hanafi, La Abu, Zainuddin, Ilmu Pendidikan Islam, (Yogyakarta: 2018), 198

27 Achmad Badaruddin, Peningkatan Motivasi Belajar Siswa Melalui Konseling Klasikal, (Jakarta: 2015), 13

(13)

19

karena jiwa anak yang masih labil dan suci sehingga muncul di dalam dirinya rasa malu ketika berlebih-lebihan.

5) Sebuah proses pembiasaan dalam belajar, bersikap dan berbuat

Untuk upaya menciptakan kebiasaan yang baik, terdapat dua upaya yang dapat digunakan melalui cara-cara berikutnya:

a) Melalui bimbingan dan latihan. Membiasakan akal pikiran untuk mengkaji suatu pendirian-pendirian yang tidak diyakini kebenarannya.

b) Dengan cara mengkaji aturan-aturan Allah yang terdap di alam raya yang bentuknya amat teratur.

6) Ingatkan

Kegiatan mengingatkan ini sudah menjadi hal yang biasa bagi seorang guru, yakni hal ini sering kali dilakukan oleh seorang guru, oleh karena siswa masih membutuhkan arahan, bimbingan, nasihat yang benar. Kegiatan mengingatkan ini bukan hanya siswa, tetapi mahasiswa juga sangat mebutuhkan arahan, bimbingan dan nasihat yang benar.

7) Drill (pengulangi)

Pendapat Nana Sudjana, bahwa cara pengulangan atau metode Drill merupakan suatu kegiatan yang melakukan hal yang sama, berulang-ulang secara sungguh-sungguh yang bertujuan untuk memperkuatkan atau menyempurnakan suatu keterampilan agar menjadi bersifat permanen.

8) Aplikasikan/ organisasikan

Dalam kegiatan mengajar hendaknya guru mampu menvisualisasikan ilmu pengetahuan pada dunia praktis, atau mampu berfikir lateral untuk mengembangkan aplikasi ilmu tersebut dalam berbagai bidang kehidupan.

Mengenai pembelajaran pada aspek spiritual maka sangat efektif jika langsung dipraktekkan pada kehidupan sehari-harinya.

9) Heart (hati)

Kekuatan spiritual terletak pada kelurusan dan kebersihan hati nurani, roh, pikiran, jiwa, dan emosi. Guru harus mampu mendidik murid dengan menyertakan nilai-nilai spiritual. Guru harus mampu membangkitkan dan membimbing kekuatan spiritual yang sudah ada pada muridnya sehingga hatinya akan tetap bening.

(14)

20 10) Pola pembiasaan

Kata pembiasaan berasal dari kata dasar biasa. Menurut Kamus Bahasa Indonesia bahwa kata biasa memiliki arti lazim atau umum seperti sediakala, sudah menjadi hal yang tidak dapat terpisah dari kehidupannya atau sudah menjadi adat.28 Adanya prefiks pe dan prefiks an menunjukkan arti proses, sehingga pembiasaan dapat diartikan dengan proses membuat sesuatu atau seseorang menjadi terbiasa. Kaitannya dengan metode pengajaran dalam pendidikan Islam, dapat dikatakan bahwa pembiasaan adalah sebuah cara yang dapat dilakukan untuk membiasakan anak didik berfikir, bersikap dan bertindak sesuai dengan tuntutan ajaran agama Islam.29

11) Modeling

Seseorang dapat membelajari sikap dengan melalui proses modelling, yaitu pembentukan sikap melalui proses asimilasi atau proses mencontoh. Salah satu karakteristik anak didik yang sedang berkembang adalah keinginannya untuk melakukan peniruan (imitasi). Hal yang ditiru itu adalah perilaku- perilaku yang didemonstrasikan oleh orang yang menjadi idolanya. Prinsip peniruan ini yang dimaksud dengan modeling.

2. Faktor- faktor yang mempengaruhi sikap spiritual

Menurut Taylor, Lillis & Le Mone dan Craven & Hirnle, faktor-faktor yang penting dapat mempengaruhi sikap spiritual seseorang, sebagai berikut:30 a. Pertimbangan tahap perkembangan

Dari hasil penelitian bahwa manusia mempunyai persepsi tentang Tuhan dan bentuk sembahyang yang berbeda menurut usia, seks, agama dan kepribadian manusia.

b. Keluarga

28 Kamus Bahasa Indonesia (KBBI), Kata biasa, diakses pada 10 Agustus 2020 dari https://jagokata.com/arti-kata/biasa.html

29 Zulfa Khadiyah, “Implementasi Kegiatan Keagamaan dalam Meningkatkan Sikap Spiritual Siswa Tunagrahita Di SLB Al-Chusnaini Pekarungan,” (Kripsi Fakultas Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, Surabaya 2018), 40

30 Sri Hartati Sinaga, “Hubungan Pengetahuan Perawat dengan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Spiritualitas pada Pasien Stroke di RSUD Dr. Pirngadi Kota Medan”(Skripsi Fakultas Perawatan Universiatas Sumatera Utara, Medan 2014), 12-13

(15)

21

Peran orang tua sangat menentukan perkembangan spiritual seseorang anak.

Disebabkan keluarga merupakan lingkungan yang terdekat dan menjadi lingkungan pertama seseorang dalam mempersepsikan kehidupan di dunia, maka pandangan seseorang pada umumnya diwarnai oleh pengalaman mereka dalam berhubungan dengan orang tua dan saudaranya.

c. Latar belakang etnik dan budaya

Sikap, keyakinan dan nilai dipengaruhi oleh latar belakang etnik dan sosial budaya. Pada umumnya seseorang akan mengikuti tradisi agama dan spiritual keluarga.

d. Pengalaman hidup sebelumnya

Pengalaman hidup baik yang positif maupun pengalaman negatif dapat mempengaruhi sikap spiritual seseorang. Sebaliknya juga dipengaruhi oleh bagaimana seseorang mengertikan secara spiritual kejadian atau pengalaman tersebut.

e. Krisis dan perubahan

Kritis dan perubahan dapat menguatkan kedalam spiritual seseorang. Krisis sering dialami ketika seseorang menghadapi penyakit, penderitaan, proses penuaan, kehilangan dan bahkan kematian. Perubahan dalam kehidupan dan krisis yang dihadapi tersebut merupakan pengalaman spiritual selain juga pengalaman yang bersifat fisikal dan emosional.

Sedangkan menurut Syamsul Yusuf terdapat dua faktor yang akan dapat mempengaruhi perkembangan spiritual manusia, yaitu:31

a. Faktor internal

Sejak lahir setiap manusia sudah dibekali akal dan kepercayaan terhadap suatu zat yang mempunyai kekuatan untuk mendatangkan kebaikan atau kemudhoratan seperti yang telah firmankan Allah Swt, dalam Al-qur’an surat Ar-Rum ayat 30:32

31 ibid

32 QS. Ar-Rum [30]: 30

َكِل ََٰذ ۚ ِ هاللَّ ِقْل َخِل َلي ِدْبَت َلَ ۚ ا َهْيَلَع َساهنلا َرَطَف يِتهلا ِ هاللَّ َت َر ْطِف ۚ اًفيِن َح ِني ِ دلِل َكَه ْج َو ْمِقَ أَف َنو ُمَلْعَي َلَ ِساهنلا َرَث ْكَأ هن ِك ََٰل َو ُمِ يَقْلا ُني ِ دلا

(16)

22

Fitrah Allah, maksudnya ciptaan Allah. Manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama yaitu agama tauhid. Kalau ada manusia tidak beragama tauhid, maka hal itu tidaklah wajar. Mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.

b. Faktor eksternal

Menurut Syamsul Yusuf disini adalah lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Adanya keserasian antara keluarga, sekolah dan masyarakat akan dapat memberikan dampak positif, termasuk dalam pembentukan jiwa keagamaan dalam dirinya sendiri. Dengan demikian penjelasan masing- masing lingkungan adalah sebagai berikut:

1) Lingkungan Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan yang pertama bagi setiap individu. Tentunya dalam hal ini orang tua menjadi orang yang paling bertanggung jawab dalam menumbuhkan perkembangan kecerdasan beragama pada anaknya. Peran orang tua dibebankan tanggung jawab untuk membimbing potensi kesadaran beragama dan pengalaman agama dalam diri anaknya secara nyata dan benar.

2) Lingkungan Sekolah

Lingkungan sekolah adalah lingkungan kedua bagi manusia setelah keluarga. Karena hampir setengah hari menghabiskan waktu untuk bersama teman dan gurunya disekolah. Tentunya segala sesuatu yang ada di sekolah akan menjadi model untuk ditiru oleh anaknya.

3) Lingkungan Masyarakat

Lingkungan masyarakat juga turut mempengaruhi perkembangan sikap spiritual pada seseorang. Lingkungan masyarakat yang dimaksud meliputi lingkungan rumah sekitarnya tempat bermain, televisi, serta media cetak seperti buku cerita maupun komik yang paling banyak digemari oleh seseorang. Sebagaimana Syamsul Yusuf, mengatakan bahwa lingkungan

Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah) agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.

(17)

23

masyarakat adalah situasi atau kondisi interaksi sosial secara potensial yang berpengaruh terhadap perkembangan fitrah beragama atau kesadaran beragama individu.

Dari penjelasan di atas terdapat kesimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi sikap spiritual manusia, yaitu dari faktor internal pembawaan anak, sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat.

3. Lingkungan Pergaulan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata lingkungan berarti daerah (kawasan dsb.) yang termasuk disdalamnya, semua yang mempengarui pertumbuhan, manusia atau hewan.33 Lingkungan juga dapat diartikan menjadi segala sesuatu yang ada di sekitar manusia dan mempengaruhi perkembangan kehidupan manusia.34

Menurut Kamus Besar Indonesia (KBBI), pergaulan berasal dari kata Gaul artinya hidup berteman atau bersahabat. Pergaulan merupakan salah satu cara untuk seorang berinteraksi dengan lingkungannya.35 Karena manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantual orang lain.

Kata pergaulan bisa sama dengan interaksi. Sebagaimana menurut teori interaksi sosial yang dikemukakan oleh Thaibaut dan Kelley, yang merupakan pakar dari teori interaksi, pengertian interaksi adalah peristiwa yang saling mempengaruhi dengan yang lain, baik berupa perilaku dan cara percakapan.36

Lingkungan pergaulan adalah salah satu tempat seseorang untuk bergaul atau berbaur dengan orang yang ada disekitarnya sehingga didalamnya terjadi interaaksi yang akan mempengaruhi pribadi seseorang baik secara langsung

33 Perngertian Kata Lingkungan, , diakses pada tanggal 25 December 2020 dari https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-lingkungan/

34 Indasah, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), (Yogyakarta:2020), 18-19 (CV Budi Utama)

35 Moh. Fendri Bukoting, Arten Mobonggi dan Selviyanti Kaawoan, “Dampak Pergaulan Bebas terhadap Peningkatan Angka Putus Sekolah di Desa Kuala Utara Kecamatan Kaidipang Kabupaten Bolaang Mongondow Utara”, Jurnal Pendidikan Islam & Budi Pekerti, Vol. 1, No. 1, (Februari 2020), 4

36 Teori Interaksi, diakses pada tanggal 25 December 2020 dari http://digilib.iainkendari.ac.id/1570/3/BAB%20II.pdf?fbclid=IwAR1WaHXUunUZfe3d4MQv8- vnwkXUZTWFnA_xoq8WN3PcuIcgZViK4EVo9gM

(18)

24

maupun tidak langsung. Lingkungan pergaulan bisa menjadikan tempat untuk berkembangan perilaku terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan. Demikian juga lingkungan pergaulan yang kurang baik dapat mempengaruhi perkembangan jiwa seseorang. Lingkungan dan pergaulan yang tidak baik akan mempengaruhi seseorang dalam melanggar norma-norma yang ada disekitarnya atau ada dalam masyarakatnya.37 (Yunita, 2009)

Situasi lingkungan pergaulan sangat menentukan perkembangan moral seseorang, dilihat dari siapa dan dengan siapa mereka bergaul, lingkungan seperti apa, dan apa yang terjadi dalam pergaulan mereka itu.38

a. Macam-macam lingkungan pergaula

Menurut Ahmadi dan Uhbiyati, banyak sekali macam-macam pergaulan yang ada di lingkungan sekitar terdapat seseorang beraktivitas.

Pergaulan ini dapat dibedakan:39

1) Menurut siapa yang terlibat dalam pergaulan ini maka pergaulan dapat dibedakan menjadi:

a) Pergaulan anak dengan anak

b) Pergaulan anak dengan orang dewasa

c) Pergaulan orang dewasa dengan orang dewasa

2) Dipandang dari bidangnya, maka pergaulan dapat dibedakan menjadi:

a) Pergaulan yang bersifat ekonomis b) Pergaulan yang bersifat seni c) Pergaulan yang bersifat paedagosis

3) Ditinjau dari pergaulan itu, dapat digunakan rentangan-rentangan untuk membedakannya menjadi:

37 Apri Sulistianingsih, “Hubungan Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi dengan Sikap Sek Bebas pada Remaja,” (Kripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta 2010), 23

38 Novita Anggriani, M. Husen, Martunis, “Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok dalam Meningkatkan Etika Pergaulan Siswa SMK Negeri 1 Kluet Selatan”, Jurnal Ilmiah Mahasiswa Bimbingan dan Konseling SKIP Unsyiah, Vol. 1 No. 1 (2016), 66

39 Nur Aini, “Pengaruh Pergaulan Lingkungan Terhadap Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Siswa SMP Negeri 1 Kecamatan Terusan Nunyai”, (Kripsi Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Metro Lampung, Lampung 2018), 47-48

(19)

25

a) Pergaulan ekonomi dan tidak ekonomis b) Pergaulan seni dan bukan seni

c) Pergaulan paedagosis dan tidak paedagosis

Berdasarkan macam-macam lingkungan pergaulan di atas, maka dapat dikatakan sebagai pengaruh dalam perkembangan seseorang.

4. Pengertian Mahasiswa

Kata mahasiswa terdiri atas dua kata yaitu dari kata “maha” dan “siswa”

yang artinya “maha” yaitu besar sedangkan “siswa” yaitu seorang pelajar. Jadi mahasiswa adalah orang yang berlajar di perguruan tinggi baik di universitas, institut atau akademi. Mahasiswa bisa disebut seseorang yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi.

Pengertian mahasiswa dalam peraturan pemerintah RI No. 30 tahun 1990 adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar di perguruan tinggi tertentu.

Mahasiswa sebagai individu yang berkembang menjadi pribadi yang memiliki sikapnya cukup tinggi untuk berperikehidupan yang maju dan bahagia.

Selanjutnya menurut Sarwono mahasiswa adalah setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di perguruan tinggi dengan batas usia sekitar 18-30 tahun.40 Mahasiswa merupakan suatu kelompok dalam masyarakat yang memperoleh statusnya karena ikatan dengan perguruan tinggi. Dalam penelitian ini khususnya mahasiswa asli dari Thailand (negeri kerajaan dan mayoritasnya Budha).

40 Harum Gafur, Mahasiswa dan Dinamika Dunia Kampus, (Bandung: 2015), 17

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Massa Cabai Perwakktu pada Suhu 400C Grafik menunjukkan pengeringan dengan suhu 40°C hingga cabai dinyatakan kering dengan penurunan massa cabai kurang lebih seperempat

Meskipun tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dan kejadian demensia namun dari penelitian ini didapatkan bahwa aktifitas fisik, mental, spiritual, dan sosial

Isi modul ini : Ketakbebasan Linier Himpunan Fungsi, Determinan Wronski, Prinsip Superposisi, PD Linier Homogen Koefisien Konstanta, Persamaan Diferensial Linier Homogen

 Peserta didik diberi stimulus atau rangsangan untuk melihat, mengamati, membaca contoh teks cerpen, dan memusatkan perhatian pada materi struktur dan ciri kebahasaan

Penerapan media poster untuk meningkatkan partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan kewarganegaraan.. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Sertifikasi Bidang Studi NRG

Berbagai permasalahan yang terjadi di Indonesia mengenai penyebaran Injil yang dilakukan oleh misionaris dari Eropa yang memiliki budaya barat dan bersifat keras