• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANCANGAN DAN REKAYASA ALAT BANTU UNTUK SNEI ULIR STANDAR PADA MESIN BUBUT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PERANCANGAN DAN REKAYASA ALAT BANTU UNTUK SNEI ULIR STANDAR PADA MESIN BUBUT"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANGAN DAN REKAYASA

ALAT BANTU UNTUK SNEI ULIR STANDAR PADA MESIN BUBUT

M. Elfian Hadi

(1)

, Nofriadi

(1)

, Suhardi S.

(1)

(1)

Staf Pengajar Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Padang

ABSTRACT

This research grant as a realization of engineering development, due to maximizing uses of turning machine in the making process of standard thread.

The method used was design and build model, and the result was a design with supporting tool model which is well tested. After this snei instrument finish builded and applied, the performance data showed it was better using this instrument than nothing because the efficient timing process counted by using it ensures those facts. Before using this supporting instrument the productivity recorded 190 seconds/items on average. After applying this engineering instrument, it is recorded that the production time became 33 seconds/items on average. The final conclusion, the time efficiency reached by this instrument for each product was as big as 167 seconds or 5 times faster.

Keywords: Creative improvement raising production

1. PENDAHULUAN

Kemajuan yang pesat telah terjadi dalam bidang mesin-mesin industri, pengembangan terjadi terutama dalam bidang teknologi pemotongan logam. Dalam proses produksi mesin-mesin, pabrikan kuat modal makin cenderung kepada otomatisasi, mulai dari hulu sampai ke hilir. Hal tersebut tentu tidak terjangkau oleh industri kecil menengah.

Jangankan mimpi membeli mesin baru yang canggih, bisa bertahan hidup dari mesin- mesin yang sudah ada saja sudah sangat menggembirakan. Rancang bangun alat bantu untuk snei ulir standard dalam penelitian ini menawarkan suatu alternatif yang logis, yakni dengan tambahan biaya relatif kecil, akan dapat meningkatkan kapasitas produksi lebih baik.

Penelitian ini ditujukan untuk memberdayakan mesin bubut konvensional dan mengarahkan agar teknologi proses produksi menjadi pola produksi masal dalam proses pembuatan ulir metris M6, M8 dan M12.

2 TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen produksi, kapasitas produksi seringkali dijadikan acuan untuk menghitung berbagai fariabel nilai lainnya. Diantara fariabel tersebut adalah waktu proses , material dan umur tool. Sebagai sasaran akhir dapat diketahui nilai-nilai yang akan berhungan dengan profit (keuntungan). Untuk mengendalikan waktu p roses kerja mesin, peneliti telah merancang suatu alat bantu

pembuatan ulir. Semakin singkat waktu yang terpakai selama proses untuk menghasilkan suatu produk, maka semakin besar kapasitas produk yang dapat dihasilkan persatuan waktu. Dengan catatan bahwa kegiatan yang dilakukun selama proses produksi tidak meninggalkan kaedah yang berlaku umu m (contoh: hubungan interaksi antara jenis alat potong vs kekuatan row material, kondisi pemotongan logam, dan spesifikasi mesin yang direkomendasi). Jika rambu-rambu tersebut masih ditaati, maka keuntungan optimum yang diharapkan dapat diraih secara nyata.

Adanya alat bantu kerja dapat menghemat waktu yang terbuang dalam rangkaian proses produksi. Untuk membuat suatu alat bantu dalam proses produksi yang berhubungan dengan material logam, sebaiknya dilakukan melalui perencanaan secara s i s t e m a t i s . Misalnya dengan melakukan analisa gaya- gaya yang terjadi pada alat bantu serta perhitungan-perhitungan kekuatan bahan yang digunakan dalam ko nstruksi. Dengan demikian maka alat bantu dibuat benar-benar akan memberi manfaat sesuai dengan tujuan semula. Dalam rancangan "alat bantu untuk snei ulir standard pada mesin bubut" ini, peneliti melakukan beberapa tinjauan terhadap berbagai kemungkinan yang terjadi sebagai akibat dari pembebanan saat alat bantu bekerja melakukan tugasnya.

2.1 Diameter Poros

Untuk menghitung besarnya dimensi suatu

(2)

Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No.1, Juni 2007 ISSN 1829-8958 konstruksi poros dari alat bantu yang akan

mendukung snei (beban lentur murni) dapat menggunakan rumus[3, hal. 244]:

σ

a = M1/z

= M1/( π/132)ds3

= 10.2 M1/ds3

ds = (10.2 M1/

σ

a)1/3 … (1)

dimana:

σ

a = Tegangan izin bahan M1= Momen lentur

Z = Momen tahanan bahan Ds = diameter poros 2.2 Gaya geser

Untuk menghitung besarnya gaya geser yang terjadi pada snei dapat dihitung menggunakan rumus[3, hal. 93]:

F g = τ g x A . . . ( 2 ) dimana

T = Torsi T = FR

R = jari-jari rata-rata (D+d)/2 2.3 Luas penampang ulir

Untuk menghitung luas penampang material teriris dapat digunakan rumus:

A= π/4 (D2- d2) /2 x S … (3) dimana :

A = Luas penampang S = Besarnya pergeseran 2.4 Perhitungan Daya

Untuk menghitung daya penggerak material dapat digunakan rumus:

P = TxW ... (4)

dimana :

P = Daya

W = Kecepatan sudut

Sebagai contoh pembebanan dimaksud adalah beban lentur, beban puntir atau beban lain seperti beban tarik, beban tekan bahkan mungkin pula terjadi beban kombinasi diantara beban- beban tersebut.

2.5 Tegangan Puntir

Untuk perhitungan puntiran yang terjadi dapat menggunakan rumus[2, hal. 13-1]

:

τ p = Mp/Wp … (5)

dimana:

τ p = tegangan puntir mp = momen puntir wp = momen perawatan 2.6 Pemilihan bahan

Pengetahuan dasar tentang pemilihan bahan- bahan yang akan digunakan pada suatu konstruksi mesin adalah suatu hal yang sangat penting.

Seorang perencana harus memahami langkah- langkah pembuatan alat bantu yang direncanakan.

Dapat menghitung kekuatan bahan yang dibutuhkan dan dapat memilih jenis bahan yang sesuai untuk keperluan tersebut.

Bertolak dari uraian di atas maka setiap perencana alat-alat bantu, perlu memiliki pengetahuan bahan, terutama pengetahuan tentang sifat-sifat dan karakteristik bahan bahan/material yang akan digunakan pada konstruksi. Semua itu akan sangat mendukung keberhasilan dalam pemilihan bahan yang dipakai kemudian hari.

Hal-hal yang perlu diperhatikan didalam pemilihan bahan antara lain:

1. Bahan mudah didapat 2. Bahan mampu dimesin

Maksudnya adalah bahan-bahan tersebut ada dipasaran dan bisa dikerjakan dengan mesin-mesin perkakas, seperti: mesin bubut, mesin frais, mesin gerinda dan lain-lain.

2.7 Analisa gaya dan daya

Sesuai dengan prinsip kerja dari alat ini yaitu waktu penyenaian berlangsung, benda kerja dalam keadaan berputar. Senai yang dijepit bergerak mendekati. Benda kerja sambil melakukan penyayatan dan menjauhi benda kerja setelah melakukan penyayatan s e s u a i dengan arah putaran mesin bubut. Ketika material berputar berlawanan arah jarum jam, senai bergerak menuju spindel/chuck. Sebaliknya jika material diputar searah jarum jam, gerakan senai menjauhi chuck. Benda kerja dijepit oleh chuck, sehingga saat penjepit berlangsung timbul puntiran pada material.

Besarnya momen puntir (Mp) dan gaya geser (Fg) disana tergantung kepada: Bahan benda kerja, diameter benda kerja dan ukuran snei yang dipakai.

Berikut ini ditunjukkan langkah-langkah penganalisaan gaya-gaya yang terjadi pada alat bantu snei yang direncanakan. Data perhitungan ini didasarkan kepada:

(3)

1. Ukuran senai M12 2. Beban statis v = 3 3. Bahan yang diulir ST 37 3. METODOLOGI

Metode Penelitian ini dimulai dengan suatu desain rancangan alat bantu produksi yang meliputi disain bentuk dan ukuran. Sebelum model sungguhan dibangun dilakukan perencanaan prototipe, dan pemilihan bahan yang akan digunakan pada konstruksi.

Penetapan pilihan dilakukan berlandaskan kepada perhitungan-perhitungan kekuatan bahan.

Keterangan gambar 1. Landasan 2. Kaki poros 3. Poros peluncur 4. Penggerak snei

5. Rel pemasangan kaki rumah snei 6. Kaki rumah snei

7. Landasan kaki rumah snei 8. Pengunci landasan 9. Rumah snei

Gambar 1 Desain alat bantu untuk snei ulir standard pada mesin bubut.

Cara kerja alat bantu:

1.Rumah snei didekatkan hingga mata snei kontak dengan ujung material.

2.Mesin bubut dihidupkan sehingga benda kerja berputar mengikuti putaran spindel.

3.Proses penguliran terjadi dan alat bantu bergerak menuju arah spindel.

4.Jika panjang ulir tercapai, stop spindel, dan arah putaran spindel dibalik.

5.Alat bantu akan kembali ke posisi awal meninggalkan ulir yang dibuatnya.

3.1 Pembuatan model

Setelah analisa gaya-gaya diiakukan, diperoleh data mengenai besarnya dimensi

berbagai komponen pendukung dari alat bantu.

Selanjutnya berdasarkan kepada desain dan ukuran yang ditetapkan dibangunlah sebuah model alat bantu untuk snei ulir standard pada mesin bubut.

3.2 Pengujian fungsi alat bantu model

Setelah alat selesai dibangun maka dilakukan uji pakai untuk mengetahui apakah alat bantu yang dibuat dapat berfungsi sesuai dengan perencanaan peruntukannya.

Dalam uji coba operasional (performance) dilakukan pencatatan data mengenai waktu yang terpakai selama proses pekerjaan berlangsung.

Jika telah diperoleh beberapa data yang dianggap falid maka dihitung waktu rata rata yang terpakai untuk s a t i a p proses penguliran dan hasil akhirnya d i t a n d i n g k a n d e n g a n d a t a y a n g d i p e r o l e h m e l a l u i p r o s e s p e n g u l i r a n y a n g t a n p a a l a t b a n t u .

Dari pembandingan tersebut akan diperoleh angka persentase yang m e n y a t a k a n s e b a g a i p e r f o r m a n c e d a r i a l a t b a n t u h a s i l r a n c a n g a n , sebagaimana dilakukan.

pembangunan model konstruksi.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Perhitungan kekuatan

Untuk menghasilkan konstruksi yang baik maka perlu dilakukan pemilihan bahan yang sesuai dengan peruntukannya. Agar pemilihan benar- benar efektif maka perlu dilakukan pengujian bahan baik secara teoritis maupun praktis.

4.2 Momen puntir

Mp = τ p x .Wp dimana

τ p = 0,5

σ

t[2, hal. 13-1

τ p = tegangan puntir (N/mm2) Mp = Mornen puntir (Nmm) Wp = momen tahanan puntir mm3

σ

Max. bahan = 37 kg/mm2

σ

Max = 37 kg/mm2x 9,81 m/dt2

σ

Max = 362,97 N/mm2

Tegangan tank izin bahan adalah:

σ

t =

σ

t max bahan / v

σ

t = 362,97 N/mm2

(4)

Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No.1, Juni 2007 ISSN 1829-8958 3

σ

t = 1 2 0 , 9 9 N/mm2 τ p = 5x120,99 N/mm2

= 60,495 N/mm3 Wp = π /16d3 Wp = π /16.123

= 339,29 mm3 Maka

Mp = τ p x Wp Mp = 60,495

Jadi momen puntir (Mp) yang terjadi pada poros alat bantu adalah sebesar 20525,349 Nmm.

4.3 Gaya Geser

Besarnya gaya geser yang terjadi ketika penyenaian menggunakan senai M12 adalah sama dengan besarnya tegangan geser dikali luas penampang yang digeser.

Untuk menghitung sisi miring (a) adalah sebagai herikut: (Nmm Wp)

Fg = τ g x A Dimana:

Fg = gaya geser τ g = tegangan geser A = luas penampang geser

Jika tegangan geser (τ g) = 0,5 (τ t ) tegangan tarik

Maka

τ g = 0,5 x 120,44 N/mm2

= 60,22 N/mm2

Untuk mengetahui luas penampang A yang bergeser dan tersayat oleh snei diasumsikan sama dengan memb uat benda bulat,

”Gambar(2)”

d D

Gambar 2. Penampang baut

Bentuk penampang yang diulir segitiga, berarti yang disayat sisi miring seperti terlihat pada ”Gambar (3)”

Gambar 3. Penampang Ulir segitiga Untuk menghitung sisi miring ulir (a)

a

(d2-d1)/2+ (D-d2)/2

= sin 60

a = Sin 60(10,8 - 10,1)/2 + (12 - 10,8)12

= 0,82 mm

Sedangkan untuk kedua sisi miring a = 2 x 0,82 mm

= 1,64 mm

Jadi luas penampang (A) adalah A = π/4 (D2 - d2)12 - (a) x S

A = π/4 (122 - 10,82)/2 = 21,105 mm2 (= setengah lingkaran)

Untuk satu lingkaran dihitung sebagai dua kalinya

(A) = 2x 21,105 mm2

= 42,21 mm2

Gaya yang bekerja adalah sebesar:

Fg = 60,495 N/mm2x 42,21 mm2

= 2553,28 N

Jadi besarnya gaya geser terjadi pada ulir adalah s e b e s a r 2553,28 N

4.4 Perhitungan Daya

Untuk rnenghitung kebutuhan daya, digunakan rumus gerak melingkar rotasi sebagai barikut:

P = Fr . W dimana :

F.R =T

R rata-rata = (D + d)/ 2 R = (12 + 10,1)/2

= 11,05 mm

(5)

Torsi = Fg . R dimana

P = daya (watt) R = jari-jari (mm) T = torsi (Wm)

W = kecepatan sudut (rad/det) T = 2553,28 N . 11,05 mm

= 28213,74 Nmm

= 28,2 N/m Maka :

P = T . W dimana :

n = putaran terendah mesin (30rpm) W = 2Rn/60

(kecepatan sudut dalam rad/det)

= 2 π..30 rpm/60

P = 28,2 N/m x 3,14 rad/det

= 88,59 watt

= 88,59 watt/744 (Hp)

= 0,1 Hp.

4.5 Perhitungan sudut puntir

Panjang maksimum (L max) benda kerja yang dihitung adalah M6. Hal ini digunakan karena senai M6 memiliki panjang yang lebih dibandingkan dengan ukuran M8, M10 atau M12.

Dengan mengetahui sudut puntir pada M6 maka dapat dihitung panjang maksimum (Lmax) benda kerja sebagai berikut:

Bahan y a n g a k a n diberi ulir a d a l a h ST37 dan faktor keamanan untuk bahan yang bekerja statis (V=3).

Pada M6 momen puntir yang bekerja adalah tegangan puntir dikali momen tahanan puntir.

Mp = τ p. Wp.

dimana

τt = τm a x bahan / faktor keamanan τm a x= T t bahan x grafitasi

τm a x= 37 Kg/mm2x 9,81 m/det2

= 362,97 N/mm2 τt = tegangan tarik i z i n

= 362,97/3

= 120,99 N/mm2 Tegangan puntir

τ p = Mp/Wp dimana:

τ p = 0,5 τt

τ p = 0,5 . 120,99 N/mm2

= 6 0 , 4 9 5 N/mm2 Wp = π / 1 6 x d3 Wp = n/16 x 63

= 42,4 mm3 Maka:

Mp = 50,495 x 42,4

= 2564,988 Nmm.

Jadi momen puntir yang bekerja pada Snei M6

= 2564,988 Nmm

Dengan diketahui besar momen puntir dan diameter dapat dihitung sudut puntir (0)benda kerja

(θ) = Mp.L/lp.G L = θ . Ip.G/Mp dimama:

G = Modulus geser bahan ST37

= 80.000 Nm2

Ip = Momen inertia penampang Ip = π/32.d4

Ip = 3,14/32x64 Ip = 127,23mm4

L = (0,5.127,23mm.80.000 N/m2) 2564,988 N/mm

L = 1984 mm

Panjang maksimum dari ulir 1984 mm, sedangkan panjang poros tempat gerakan rumah snei direncanakan 400 mm.

Jadi gerakan rumah snei sepanjang poros masih aman.

Gambar 4. instalsi pengujian pada mesin bubut

(6)

Jurnal Teknik Mesin Vol. 4, No.1, Juni 2007 ISSN 1829-8958

4.6 Pembahasan

Setelah alat bantu selesai dibuat dan diuji coba untuk produksi, ternyata alat bantu dapat befungsi dengan baik sebagaimana mestinya. Pengambilan data dilakukan terhadap proses pekerjaan penguliran secara tanpa alat bantu sebanyak 11 kali, dimana ukuran ulir yang dibuat adalah sama M6. Data-data tersebut disusun dalam “Tabel (1)”

berikut:

Tabel 1. Waktu proses tanpa alat bantu No

Waktu Proses detik

L Maks

mm

1 190 10

2 190 10

3 189 10

4 190 10

5 190 10

6 190 10

7 190 10

8 191 10

9 190 10

10 190 10

11 190 10

Selanjutnya diukur waktu proses penguliran dengan alat bantu dan hasilnya seperti ditampilkan pada “Tabel (2)” berikut ini.

Tabel 2. Waktu proses mengunakan alat bantu

No

Waktu Proses detik

L Maks

mm

1 33 10

2 34 10

3 32 10

4 32 10

5 32 10

6 32 10

7 33 10

8 35 10

9 32 10

10 33 10

11 35 10

Dari kedua proses pekerjaan tersebut diperoleh data-data tentang nomor material, panjang penguliran, dan waktu proses.

Dari data pada “Tabel (1)” dapat dihitung rata- rata waktu yang terpakai untuk proses penyenaian satu baut adalah selama 190 detik.

Dari data pada “Tabel (2)” dapat pula dihitung waktu rata-rata dalam proses kerja penyenaian, setelah memakai alat bantu adalah sebesar 33 detik.

Berdasarkan data tersebut dapat dihitung

prestasi peningkatan produksi yang mampu dicapai oleh alat bantu ini.

5. KESIMPULAN

Setelah melakukan pengujian secara seksama terhadap kinerja alat bantu pembuatan ulir standar yang direkayasa, terbukti bahwa alat bantu tersebut dapat memberikan kontribusi yang nyata. Alat ini mampu bekerja dengan baik dan dapat beradaptasi terhadap pasangan mata snei ulir (M6, M8 dan M12). Waktu produksi rata-rata sebelum menggunakan alat bantu adalah 190 detik/produk, setelah digunakan alat bantu, proses produksi hanya membutuhkan waktu rata-rata 33 detik/produk.

PUSTAKA

1. RS Khurmi Gupta, Machine design, Eurasia Publishing House, New Delhi, 1982

2. Sularso Kiyokatsu suga, Elemen Mesin, Pradnya Paramita, Jakarta, 1983

3. Timoshenko, Dasar Perhitungan Kekuatan Bahan, Rista Agung, Jakarta, 1986

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi, penentuan harga yang dilakukan dalam pelelangan menuju pada konsep keadilan dengan tujuan untuk melindungi penjual maupun pembeli supaya tidak menimbulkan

Desain tabel gejala berfungsi untuk menampilkan daftar gejala kehamilan yang sering dialami oleh pengguna, kemudian sistem memproses data gejala yang telah dipilih dan

Kemampuan citra Landsat 7 untuk pemetaan perubahan penutup lahan di Jawa telah dikaji oleh Poniman dan Nurwadjedi (2008). Tidak seperti halnya citra Landsat atau

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji Peran Komitmen Organisasi dalam Memediasi Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Organizational Citizen Behavior (OCB)

Kemudian ditinjau dari aspek tujuh indikator pemahaman konsep pada daya serap siswa bahwa daya serap tertinggi terdapat pada indikator mengklasifikasikan dengan

(3) Alsin yang diproduksi di dalam negeri atau yang dimasukkan dari luar negeri harus memenuhi standar mutu atau persyaratan teknis minimal yang ditetapkan

Memperhatikan informasi pada Contoh 2 angka 1 di atas, dalam hal utang dan biaya pinjaman sehubungan dengan penghasilan dari persewaan tanah dan bangunan sebesar

Penelitian dilakukan dengan tujuan mengetahui pengaruh proporsi tepung beras Mentik Wangi-Tomat terhadap sifat fisikokimia Thick Tomato Ketchup yang dihasilkan