LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA
SIMALUNGUN
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O
L
E
H
Nama : HARIANDI SITANGGANG
Nim : 050703011
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK
MEDAN
LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA
SIMALUNGUN
Skripsi
Dikerjakan
O
L
E
H
HARIANDI SITANGGANG
NIM 050703011
Pembimbing I, Pembimbing II
Drs. Baharuddin, M.Hum Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd
NIP. 131785647 NIP. 131647718
Disetujui oleh:
Departemen Bahasa Dan Sastra Daerah
Ketua,
Drs. Baharuddin Purba, M. Hum
LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA SIMALUNGUN
SKRIPSI SARJANA
Dikerjakan
O L E H
HARIANDI SITANGGANG NIM. 050703011
Pembimbing I, Pembimbing II
Drs. Baharuddin, M.Hum Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd
NIP. 131785647 NIP. 131647718
Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA
DEPARTEMEN SASTRA DAERAH
PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN
PENGESAHAN
Diterima oleh:
Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi
salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan
Sastra Daerah pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan
Pada :
Tanggal :
Hari :
Fakultas Sastra USU
Dekan
Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D.
NIP. 1312098531
Panitia Ujian
No. Nama Tanda Tangan
1. ... ( )
2. ... ( )
3. ... ( )
4. ... ( )
5. ... ( )
6. ... ( )
7. ... ( )
DISETUJUI OLEH:
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
JURUSAN SASTRA DAERAH
Ketua Pelaksana
Drs. Baharuddin, M.Hum.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas
perlindungannya dan kasih Tuhan Yesus Kristus menyertai umat yang mengasihiNya
dan yang mengasihi sesama manusia. Terima kasih saya ucapakan atas sumbangsi
pemikiran yang sangat berguna serta pengetahuan tentang penulisan skripsi ini.
Skripsi ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi oleh setiap
mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dalam bidang ilmu bahasa
daerah Batak pada Departemen Sastra Daerah
Judul skripsi ini adalah Kajian Leksikostaistik Bahasa Batak Toba Dengan
Bahasa Simalungun. Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul skripsi ini
karena judul tersebut belum ada yang menelitinya. Penulis berharap skripsi ini dapat
berguna bagi pembaca dan mengetahui tentang kajian yang akan segera diselesaikan
oleh penulis. Untuk memudahkan pemahaman tentang apa saja yang akan dibahas
dalam skripsi ini dimulai dari bab pertama pendahuluan yang terdiri atas latar
belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan anggapan dasar. Bab
kedua kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan dan landasan teori.
Bab ketiga metode penelitian yang terdiri atas metode dasar, lokasi sumber data
penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.
Bab keempat merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan
Penulis menyadari skripsi ini masih kurang sempurna dan memiliki banyak
kekurangan baik dari segi pemaparan serta penuliusannya oleh sebab itu penulis
menampung kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Medan, 14 Februari 2009
Penulis
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur serta terimakasih
kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada dosen, teman penulis atas selesainya
skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang-orang yang
sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan, motivasi, bimbingan, dan
semangat maupun saran yang penulis terima dari semua pihak, sehingga setiap
kesulitan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.
Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih
yang tidak terhingga kepada :
1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas
Sumatera Utara, Pudek I, Pudek II, Pudek III, dan seluruh pegawai di jajaran
Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah dan
merangkap sebagai pembimbing I yang sudah memberikan arahan dan membantu
penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
3. Bapak Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd selaku pembimbing II yang sudah
memberikan arahan , motivasi, dan masukan kepada penulis.
4. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., sebagai dosen wali dan selalu
mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.
5. Dosen- dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan ikhlas
menyajikan pelajaran yang baik buat penulis yang tidak dapat disebut satu per
6. Teristimewa kepada orang tua penulis yang sangat saya hormati dan sayangi yang
telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, yang telah
berkorban baik secara moril maupun material sehingga skripsi ini dapat selesai.
7. Teristimewa kepada Bapa Uda dan Inanguda penulis yang ada di Parapat terima
kasih telah membantu penulis baik dalam bantuan moril maupun material serta
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
8. Kepada adikku Robert Sitanggang yang setia menemani penulis dan mendukung
baik moril dan materi, terima kasih atas semua dukungannya sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
9. Kepada Amang Boru dan Namboru P Maya di Tanjung Sari , terima kasih atas
bantuan dan motivasi yang sudah diberi kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
10.Kepada Amang Boru dan Namboru P Ganda Manik di Sindar Raya , terima kasih
atas bantuan dan motivasi yang sudah diberi kepada penulis sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
11.Teristimewa buat Riama Padang yang sudah memberikan perhatian dan kasih
sayang serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini terima kasih atas semuanya.
12.Buat sobat –sobatku di Kost Tio Guntar Malau, Arjuna, Ricky Sibarani, Erbin,
Andi Boy Sirait, Diko, Lamhot yang selama ini menemani penulis nongkrong
13.Buat Stambuk’05 yang seangkatan dengan penulis saya ucapkan terima kasih buat
segala masukan dan saran teman teman sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi saya ini dengan baik
14.Buat stambuk' 06 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
15.Buat stambuk'07 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
16.Buat stambuk'08 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas
dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
17.Kepada teman teman penulis semuanya yang telah mendukung penulis yang tidak
dapt saya tuliskan saya ucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
UCAPAN TERIMA KASIH ... ii
DAFTAR ISI ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Anggapan Dasar ... 6
1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir... 6
1.7 Sejarah Singkat Kabupaten Simalungun ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14
2.1 Tinjauan yang Relevan ... 14
2.2 Teori yang Digunakan ... 15
2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik ... 17
2.4 Teknik Leksikostatistik ... 22
BAB III METODE PENELITIAN ... 28
3.1 Metode Dasar ... 28
3.2 Lokasi Penelitian ... 29
3.4 Metode Analisis Data ... 30
BAB IV PEMBAHASAN ... 33
4.1 Menghitung Kata Kerabat ... 33
4.2 Menghitung Waktu Pisah ... 67
4.3 Menghitung Jangka Kesalahan ... 70
4.4 Menghitung Prediksi Usia Kedua ... 72
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73
5.1 Kesimpulan ... 73
5.2 Saran ... 75
DAFTAR PUSTAKA ... 76
LAMPIRAN:
1. Surat Ijin Penelitian
2. Surat Keterangan Penelitian
3. Daftar Kosakata
4. Daftar Informan
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Bahasa adalah alat komunikasi yang memiliki peran penting dalam
bersosialisasi dengan sesama manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang
lain untuk menyampaikan maksud dsan tujuan masing-masing melalui bahasa. Tanpa
bahasa di masyarakat tidak dapat terjadi interaksi ataupun hubungan timbal balik
antara sesama manusia. Hampir semua ahli bahasa sepaham dengan definisi bahasa
yang mengatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh seluruh
masyarakat sebagai alat komunikasi(Sibarani, 2004:35).
Badudu mengatakan bahwa bahasa itu adalah alat penghubung, alat
komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yanng
berfikir, merasa dan berkeinginan. Pikiran perasaan dan keinginan baru berwujud bila
dinyatakan dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa. Kridalaksana mengatakan
bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh
masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri(Sibarani
2004:35).
Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat
sistematis dan sekaligus sistemis. Yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa
bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem
yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem
dilakukan orang dengan sangat intensif, sehingga linguistik berkembang dengan
sangat pesat, sangat luas dan mendalam. Namun bagi pemula kiranya cukup memadai
untuk membatasi diri pada struktur yang intern bahasa itu saja. Atau pada kajian yang
khusus disebut dengan mikrolinguistik.
Bahasa adalah bahasa resmi yang dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia
di segala tempat umum, seperti di sekolah, di kampus ataupun sebagai bahasa
sehari-hari disamping bahasa daerah yang ada ditempatnya masing-masing. Sebagai bahasa
pemersatu, bahasa Indonesia sangatlah mudah untuk dipelajari. Seluruh masyarakat
Indonesia wajib harus bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar supaya semua
masyarakat Indonesia bisa berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda bahasa
dan kebudayaan masing-masing.
Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa
Indonesia yang tertera dalam UUD 1945, pada Bab XV pasal 36 ayat 2, yang
menyatakan bahwa disamping bahasa resmi Negara, bahasa daerah adalah sebagai
salah satu unsur kebudayaan nasional yang dillindungi dan di lestarikan oleh Negara.
Setiap daerah yang ada di seluruh pelosok tanah air kita yang kita cintai ini memiliki
banyak bahasa daerah yang berbeda-beda bentuk dan dialek bahasa yang
beranekaragam dan seluruhnya ada di negara kita ini.
Dari berbagai jenis bahasa daerah yang tumbuh subur di Indonesia kurang
lebih ratusan jenis bahasa daerah yang ada diseluruh pelosok nusantara. Salah satu
jenis bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara adalah bahasa Batak Toba, Bahasa
Simalungun, bahasa Karo, bahasa Angkola Mandailling, bahasa Pakpak/Dairi.
pada upacara adat. Suku Batak merupakan suku yang terkenal dengan sebutan marga
sebagai garis keturunan patrinial yang secara generasi ke generasi mempunyai garis
keturunan marga yang berbeda-beda berdasarkan garis keturunannya. Bahasa Batak
ini memiliki banyak persamaan dengan bahasa subetnis lainnya.
Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia bahasa daerah
berfungsi sebagai berikut:
1. Pendukung bahasa pengantar di sekolah dasar tingkat pemula.
2. Bahasa pengantar disekolah dasar untuk memperlancar pengajaran bahasa
Indonesia dan pada mata pelajaran yang lainnya.
3. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.
4. Sebagai lambang indentitas suatu masyarakat.
Berkenaan dengan hal tersebut saya sebagai penulis ingin mengkaji lebih
dalam lagi untuk melihat hubungan kekerabatan, waktu pisah bahasa Batak tersebut
dengan bahasa sub etnis Batak tersebut sekaligus mempredikisi usia bahasa antara
kedua bahasa subetnis tersebut dengan mengkaji leksikostatistik dalam linguistik
historis komparatif.
Kajian leksikostatistik adalah teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih
cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik
kemudian berusaha menetapkan pengelompokan berdasarkan persentase kesamaan
dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa yang lain(Keraf 1996:3 ). Leksikostatistik
adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan cara menghitung
kehadirannya sekitar tahun 1950 oleh Swadesh dan dibantu oleh Less
(Ibrahim,1981:62).
1.2Rumusan Masalah
Rumusan pokok permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari
ruang lingkup topik yang akan diteliti pada uraian proposal skripsi ini. Dapat
disimpulkan bahwa rumusan masalah pada proposal skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana tingkat kekerabatan antar bahasa Batak Toba dengan bahasa
Simalungun dilihat dari kosa kata (leksikon).
2. Kapankah waktu pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa
Simalungun.
3. Berapa tahun prediksi usia antara bahasa Batak Toba dengan bahasa
1.3Tujuan Penelitian
Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta serta
pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan kebenaran
yang sanggup mengamati lebih dalam kebenaran yang sudah ada. Adapun yang
menjadi tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui persentase kekerabatan antara bahasa Batak Toba
dengan bahasa Simalungun.
2. Untuk mengetahui waktu pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa
Simalungun.
3. Untuk mengetahui prediksi usia bahasa Batak Toba dan bahasa
Simalungun.
1.4Manfaat Penelitian
Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian skripsi ini adalah sebagai
berikut:
1. Menambah khasanah pustaka bahasa dan sastra daerah sebagai
kebudayaan Indonesia
2. Menambah wawasan dan informasi tentang bahasa daerah atau linguistik
nusantara
3. Menambah wawasan tentang kajian leksikostatistik antara bahasa Batak
Toba dengan Simalungun.
1.5Anggapan Dasar
Bahasa Batak Toba dengan bahasa Simalungun merupakan bahasa yanng
memiliki banyak persamaan. Kedua bahasa ini merupakan bahasa yang belum pernah
dikaji sebelumnya secara leksikostatistik dan diyakini kesamaan kosa katanya sangat
besar persentasenya. Kesamaan kosa kata tersebutlah yang nantinya dikaji secara
leksikon berdasarkan kosa katanya secara leksikostatistik pada linguistik historis
komparatif.
1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir
Penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah
dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara
pusat dan daerah, telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk
membentuk Kabupaten/Kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status daerah
otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya
sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu Kabupaten yang
menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten
Samosir, yang berada di tengah-tengah Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian
peningkatan pemekaran Kabupaten Toba Samosir dengan melahirkan calon
Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan, mengingat sudah waktunya pelaksanaan
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Oleh karena itu, kajian dan penelitian data
perlu dilakukan untuk mendapatkan penilaian objektif dengan berdasar pada
ketentuan yang berlaku mengingat bahwa pengelolaan potensi kekayaan yang ada di
bertanggung jawab sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.
Aspirasi masyarakat untuk memekarkan Kabupaten Samosir menjadi dua kabupaten,
didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten Toba
Samosir, maka Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya
yaitu :
1. Kabupaten Toba Samosir terdiri atas 10 (sepuluh) kecamatan yaitu
Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Habinsaran, Porsea, Lumbanjulu,
Uluan, Pintu Pohan Meranti, Ajibata, dan Kecamatan Borbor.
2. Kabupaten Samosir terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan
Pangururan, Sianjur, Mulamula, Simanindo, Nainggolan, Onan Runggu,
Palipi, dan Sitio-tio.
Sesuai dengan aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada
DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemkab Toba Samosir serta Pemerintah
Provinsi Sumatera Utara telah ditindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan :
1. Keputusan DPRD Kebupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang
Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni 2002.
2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002
yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.
3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002
perihal laporan tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk
Kabupaten Samosir, yang ditujukan kepada gubernur Sumatera Utara.
4. Undang-undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten
Terakhir, dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir,
usulan ini diakomodir dengan keluarnya terbentuknya Samosir sebagai kabupaten
baru merupakan langkah awal untuk melalui percepatan pembangunan menuju
masyarakat yang lebih sejahtera. Tujuan pembentukannya adalah untuk menegakkan
kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada
masyarakat dan untuk merespon serta merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah
dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang cukup
singkat dapat sejajar dengan kabupaten lainnya, sehingga secara langsung akan
mengangkat harkat hidup masyarakat yang ada di kabupaten Samosir pada
khususnya, Provinsi Sumatera Utara pada umumnya. Luas wilayah Kabupaten
Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715 Ha, terdiri atas daratan seluas 144.455
Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha. Luas dan batas perairan di kawasan Danau
Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat berada
dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau Toba yang
menjadi bahagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan bahagian
yang terluas dibandingkan dengan enam kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling
1.7Sejarah singkat Kabupaten Simalungun
Adapun yang dapat diuraikan oleh penulis mengenai sejarah singkat
kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:
I. Zaman Kerajaan Nagur (500 – 1295)
Setelah berakhirnya kerajaan Majapahit oleh Raja-Raja Simalungun
mengadakan pertemuan yang dinamakan Harungguan Bolon dengan para Partuanon
termasuk bekas pasukan dari Singosari dan Majapahit yang melahirkan sistem raja
Maroppat (Raja Nan Empat) yakni :
1) Kerajaan Nagur
2) Kerajaan Silau
3) Kerajaan Batangiou
4) Kerajaan Harau
Nama kumpulan raja berempat tersebut diberi nama Batak Timur Raya yang
dalam bahasa Simlaungunnya disebut Purba Desa Naualuh.
Setelah Kerajaan Batak Timur Raya pecah dan berakhir akibat perang sisanya
terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yaitu
1) Kerajaan Dolok Silau (Marga Purba Tambak)
2) Kerajaan Tanah Jawa (Marga Sinaga)
3) Kerajaan Siantar (Marga Damanik)
4) Kerajaan Pane (Marga Purba Dasuha)
II. Zaman Menentang Kolonial Belanda (1865 – 1907)
Kerajaan Raja Maroppat kembali pecah menjadi 7 kerajaan yaitu :
1. Kerajaan Dolok Silau
2. Kerajaan Tanah Jawa
3. Kerajaan Siantar
4. Kerajaan Pane
5. Kerajaan Raya
6. Kerajaan Purba
7. Kerajaan Silimakuta
Sistem struktur pemerintahan merangkap pimpinan adat dari kerajaan
tersebut terdiri atas :
a. Raja
b. Tungkat
c. Perbapaan
d. Partuanon
e. Penghulu
III. Masa Penjajahan Belanda (1907 – 1941)
Dengan Besluit (Surat Keputusan) Gubernement tanggal 12 Desember 1906
Nomor 22 (Staatblad Nomor 531) dibentuklah Afdeling Simalungun En De Karo
Landen yang dikepalai oleh Asisten Ressiden yang pertama V. C. J. Westenberg yaitu
bekas controleur tanah Karo yang berkedudukan di Seribu Dolok pada tahun 1912
Pada tahun 1907 seluruh raja-raja Simalungun telah menanda tangani kontrak
pendek dan dengan demikian sistem pemerintah di Simalungun beralih menjadi
sistem Swap Raja, dimana peran Harajaan Sudah dibatasi. Wilayah administrasi
pemerintah dibagi menjadi 7 landshappen 16 distrik dan huta (kampung).
5 Girsang Sipangan Bolon
1. Pane
2. Dolok BatuNanggar
1. Raya
2. Raya Kahean
5.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1956 terbentuklah daerah
otonom Kabupaten Simalungun. Sebanyak 16 Distrik menjadi Kecamatan yang
kemudian berkembang menjadi 17 Kecamatan yaitu dengan tambahannya Kecamatan
Dolok Pardamean.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 1991 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 35 tahun 1992 dilaksanakan pemekaran Kecamatan dari 17
menjadi 21 Kecamatan yaitu :
1. Kecamatan Pematang Bandar.
2. Kecamatan Huta Bayu Raja
3. Kecamatan Ujung Padang
4. Kecamatan Tapian Dolok
5. Kecamatan Siantar
6. Kecamatan Bandar
8. Kecamatan Pamatang Sidamanik
9. Kecamatan Tanah Jawa
10. Kecamatan Bosar maligas
11. Kecamatan Jorlang Hataran
12. Kecamatan Dolok Pangribuan
13. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
14. Kecamatan Pane
15. Kecamatan Dolok BatuNanggar
16. Kecamatan Raya
17. Kecamatan Raya Kahean
18. Kecamatan Dolok Silau
19. Kecamatan Silau Kahean
20. Kecamatan Purba
21. Kecamatan Silimakuta
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2008 dilaksanakan
1. Kecamatan Siantar
2. Kecamatan Dolok Pardamean
3. Kecamatan Panei
4. Kecamatan Tanah Jawa
5. Kecamatan Hutabayu Raja
6. Kecamatan Jorlang Hataran
7. Kecamatan Dolog Paribuan
8. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon
9. Kecamatan Purba
10. Kecamatan Raya
11. Kecamatan Silima Kuta
12. Kecamatan Dolog Silau
13. Kecamatan Raya Kahean
14. Kecamatan Silau Kahean
15. Kecamatan Bandar
16. Kecamatan Pematang Bandar
17. Kecamtan Bosar Maligas
18. Kecamatan Ujung Padang
19. Kecamatan Pematang Silimakuta
20. Kecamatan Dolog Batu Nanggar
21. Kecamatan Tapian Dolog
22. Kecamatan Sidamanik
24. Kecamatan Gunung Malinggas
25. Kecamtan Bandar Masilam
26. Kecamtan Bandar Huluan
27. Kecamatan Jawa Karaja
28. Kecamatan Hatonduhon
29. Kecamatan Pematang Sidamanik
30. Kecamatan Panombean Panei
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kepustakaan yang Relevan
Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan
gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat
serta buku-buku acuan yang relevan, atau yang ada hubungannya dengan objek yang
diteliti.Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat dari beberapa
peneliti.
Menurut Mahsun,(1995:115) “Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung persentase perangkat kognat (kerabat)”. Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu tehnik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.Disamping istilah leksikostatistik dikenal juga istilah lain yaitu glotokronologi (glottochronology).
Glotokronologi adalah suatu teknik dalam linguistik historis yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu ataun perhitungan usia bahasa-bahasa kerabat. Dalam kenyataan kedua bidang tersebut selau dipakai secara bergandengan, karena untuk menghitung usia bahasa dengan teknik glotokronologi harus digunakan oleh leksikostatistik. Sebaliknya untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik tersirat juga masalah waktu, yang menjadikan lansdasan bagi pengelompokan itu. Dengan demikian leksikostatistik atau glotokronologi dapat dibatasi pengertiannya adalah sebagai suatu teknik yang berusaha menemukan keterangan-keterangan atau data-data untuk suatu tingkat waktu yang agak tua dalam bahasa guna menentukan usia bahasa dan pengelompokan bahasa bahasa yang berkerabat.
Dalam penulisan skripsi ini diwajibkan untuk melakukan penelitian lapangan
karena dalam bahasa ada dialek yang dapat dijumpai didaerah yang berbeda akibat
menentukan dialek bahasa yang digunakan oleh penulis dan sekaligus mewakili
bahasa tersebut termasuk dialek yang ada di daerah penelitian tersebut Penulis juga
melakukan penelitian kepustakaan dan mencari buku-buku yang berhubungan dengan
judul skripsi penulis.
Penulis sendiri meneliti di Desa Cinta Maju Tamba Nagodang Kecamatan
Sitio-tio Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba, bahasa Simalungun di Desa
Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun. Dalam skripsi
Verawati yang memakai 809 kosa kata yang dikutip dari buku Mahsun dan Swades
dengan judul skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Karo,
Ika Indriani memakai 809 kosa kata yang di kutip dari buku Mahsun dan Keraf pada
skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak Toba , Fitriana Sinaga memakai 809 kata
dari buku Keraf dan Mahsun dengan judul skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak
Simalungun dengan Bahasa Karo, sedangkan peneliti memakai 809 kata dari buku
Keraf dan Mahsun. Walaupun ketiga peneliti tersebut membahas tentang kajian
leksikostatistik bahasa, namun banyak dijumpai perbedaan dan kesamaan diantara
bahasa bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakat pada dearah
pengamatan.
2.2 Teori yang Digunakan
Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan
berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan
suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi
Adapun teori penulis gunakan adalah teori Linguistik Historis Komparatif
yakni bidang linguistik yang menyelidiki perumpunan, penemuan, dan
perekonstruksian bahasa purba yang menurunkan bahasa tersebut. Dalam
pembahasan penulis menggunakan buku Keraf yang berjudul Linguistik Historis
Bandingan dan daftar leksikon yang penulis gunakan adalah data dari dalam buku
Mahsun yang diyakini dapat memecahkan pokok persoalan dan sudah terbukti yang
akan dikaji oleh penulis. Sebagai dasar pembahasan penulis mencakup semua
prosedur yang terdapat dalam buku tersebut. Dalam buku Mahsun daftar glos yang
digunakan ada sebanyak 809 kata, namun setelah peneliti kembali daftar glos tersebut
ada kesalahan penulisan dan pengeditan yang mengakibatkan kekeliruan dalam
penulisan nomor yang berganda. Hasil akhir dari data buku Mahsun tersebut ada 809
kata.
Teknik leksikostatistik yaitu:
a. Mengumpulkan kosa kata
b. Menghitung kata kerabat
c. Menghitung waktu pisah
d. Menghitung jangka kesalahan
Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih
cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk
kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase
Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian
mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana
hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.
2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik
Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak
dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya dan
bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123)
Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :
1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan
dengan bagian lainnya.
Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar
yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus
merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.
Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya,
setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan
metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun
sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada
semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.
Kosa kata dasar itu meliputi :
a. Bagian tubuh
b. Kata ganti, sapaan, dan acuan
d. Kehidupan desa dan masyarakat
e. Rumah dan bagian-bagiannya
f. Peralatan dan perlengkapan
g. Makanan dan minuman
h. Tumbuh-tumbuhaan, bagian, buah, dan hasil olahannya
i. Binatang dan bagiannya
j. Waktu, musim, keadaan alam, benda, alam dan arah
k. Gerak dan kerja
l. Perangai, sifat, dan warna
m. Penyakit
n. Pakaian dan perhiasan
o. Bilangan dan ukuran
Penulis mengusulkan sekitar 809 kosa kata dasar yang dianggap universal,
artinya dianggap ada pada kedua bahasa tersebut.
2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.
Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada
dalam suatu bahasa, suatu persentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 tahun.
Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 809 kosa kata,
sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah 1.000 tahun
3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama
Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya
akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa
bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%.
Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua
bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus
: 80.5% x N. di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan
1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 809 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah
1000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 809 kata = 651,245, dibulatkan menjadi
651 kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 651 kata = 524,1 kata atau
dibulatkan menjadi 524 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar
yang tinggal adalah 80,5% x 524 kata = 421,82 kata atau dibulatkan menjadi 422
kata.pada 1000 tahun keempat kosa kata dasar tinggal 80,5% x 422 kata = 339,71
kata atau dibulatkan menjadi 340 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000 tahun
kelima maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% x 340 kata = 273,7 kata atau
dibulatkan menjadi 274 kata dan seterusnya.
4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung
waktu pisah kedua bahasa tersebut.
Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat
menghitung usia atau waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun kalau
diketahiu persentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun
kedua bahasa kerabat itu masing –masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam
Misalnya persentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa
adalah 500 tahun yang lalu.
Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan persentase
kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf:
1984: 125):
Persentase Kata Kerabat
Jumlah kata kerabat
antara bahasa Batak Toba
dan bahasa Simalungun
(N x 19% - N)
Persentase kata
kerabat(N: 2 x 19%-N)
Usia (waktu pisah)
antara bahasa Batak
Toba dan bahasa
121-98
Persentase retensi kata kerabat setiap seribu tahun adalah 80,5 %. Usia pisah
dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing bahasa dalam seribu
2.4 Teknik Leksikostatistik
Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil
langkah yang merupakan teknik metode leksikostatistik seperti :
1. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar
Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih
adalah mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti. Pada
kesempatan ini penulis menggunakan daftar yang disusun oleh Mahsun yang berisi
809 kata. Sebenrnya daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata
sudahlah yang merupakan daftar yang baik. Namun, kecenderungan dan kajian ini
adalah semakin singkat suatu daftar semakin besar pula peluang untuk membuat
kesalahan. Atau dengan kata lain, semakin banyak daftar yang kita susun maka
semakin kecil peluang kesalahnya. Oleh karena itulah penulis menggunakan daftar
Mahsun, selain daftarnya lebih banyak, kosa katanya juga terdiri atas kata-kata yang
sesuai dengan keadaan kultural kedua bahasa yang dibandingkan.
2. Menghitung Kata Kerabat
Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak
Toba dan bahasa Bahasa Simalungun benar-benar berbeda seperti contoh berikut ini:
a. Gloss yang tidak diperhitungkan
Glos yang tidak diperhitungkan dalam penetapan kata kerabat maupun no
kerabat. Glos yang tidak diperhitungkan itu adalah kata-kata yang kosong, yaitu gloss
yang tidak ada katanya baik dalam satu bahasa maupun dalam dua bahasa. Semua
kata pinjaman dari bahasa-bahasa kerabat maupun dalam bahasa non kerabat. Lebih
Pinjaman dari bahasa kerabat sejauh mungkin ditetapkan dengan
membandingkannya dengan unsur-unsur lain, seperti pada contoh tabel berikut ini:
No Glos Bahasa Batak
Toba
Bahasa Bahasa Simalungun
1 Surau --- ---
2 Kasau ---- ----
3 Kelenteng ---- ----
4 Khitanan ---- ----
5 Dukun sunat --- ---
6 Upacara turun kesungai anak yang telah dikitan
--- ---
7 Pemukul beduk --- ---
b. Pengisolasian morfem terikat
Bila dalam data yang telah dikumpulkan itu terdapat morfem terikat maka
sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata kerabat atau non kerabat
semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu. Dengan mengisolasi morfem
terikat tersebut lebih mudah untuk menetapkan apakah satu pasangan kata
menunjukkan kesamaan atau tidak seperti pada contoh tabel berikut:
Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Simalungun
Tangan Sipangido(pangido) Tangan
Jadi kata yang diperhitungkan adalah kata dasar yang berarada di dalam
kurung yang terdapat pada tabel diatas.
c. Penetapan kata kerabat
1. Pasangan itu identik artinya kata-kata yang sama dengan sebuah kata atau
gloss diantara kedua bahasa yang diperbandingkan, seperti contoh berikut
ini:
2. Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis artinya bila perubahan
fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur
serta tinggi frekwensinya maka bentuk yang berimbang antara kedua
bahasa tersebut adalah berkerabat, seperti pada tabel contoh berikut:
Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Bahasa Simalungun
Jari Jari-jari Jajari
Telunjuk Panuduh Tutuduh
Gloss Bahasa BatakToba Bahasa Bahasa Simalungun
Dagu Osang Osang
Geraham Ngadol Ngadol
Kita Hita Hita
Lesung Losung Losung
Kandang Handang Harang
Para Para-para Parapian
Kacang Hassang Kasang
3. Kemiripan serta fonetis artinya bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah
kata tersebut mengandung korespondensi fonemis tetapi pasangan kata
tersebut mengalami kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris
yang sama maka pasangan kata tersebut adalah berkerabat, seperti pada
contoh tabel berikut ini:
Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Bahasa Simalungun
Mencari lului Torihi
Mendengar bege Tangar, bogei
Memberi tahu Paboa Patugah
Mengikat Sakkut Rahut
Menginjak
dengan satu kaki
Dege Dogei
4. Satu fonem berbeda artinya bila dalam suatu pasangan itu terdapat
perbedaan satu fonem tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi
karena pengaruh lingkungan yang dimasuki oleh bahasa tersebut,
sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan tersebut tidak
tersebut merupakan kata yang berkerabat, seperti pada contoh tabel
berikut ini:
Gloss Bahasa Toba Bahasa Simalungun
Gigi seri Gugat Gugut
Ompong Lobangon Lubangon
Perut Butuha Bituha
Kamar Bilut Biluk
Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang
dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase kekerabatan antara
kedua bahasa itu.persentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa,
yaitu 809 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak dapat diperhitungkan
karena kosong atau pinjaman. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa
Bahasa Simalungun hanya terdapat 802 pasangan kata yang lengkap, 7 gloss tidak
diperhitungkan. Dari 809 pasangan yang ada terdapat 502 pasangan kata kerabat, atau
hanya 62,05 % kata kerabat. Dengan selesainya menetapkan persentase kata kerabat,
maka akan dapat dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah
kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari
perhitungan kata kerabat yaitu : 62,05 % kata kerabat, dan 802 pasangan kata yang
3. Menghitung Waktu Pisah
Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata
kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut :
W =
r
C
.
log
2
.
log
Dimana :
W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.
r : Retensi, atau persentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga
indeks
C : Persentase kerabat
BAB III
METODE PENELITAN
3.1 Metode Dasar
Prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas
masalah adalah metode. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan
metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah metode pengelompokan
bahasa yang dilakukan dengan menghitung persentase perangkat kognat (Mahsun,
1995 : 115). Kosa kata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosa kata dasar (basic
vocabulary) yang meliputi kata-kata ganti, kata-kata bilangan, sistem kekerabatan,
anggota badan, alam dan sekitarnya, serta alat perlengkapan sehari-hari yang sudah
ada sejak permulaan. Penerapan metode leksikostatistik bertumpu pada asumsi dasar
( Keraf , 1984 : 123) yaitu :
a. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.
b. Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. c. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.
d. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahsa tersebut.
Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu diambil
langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah-langkah tersebut sekaligus merupakan teknik-teknik
Di antara langkah-langkah yang sangat diperlukan adalah :
1. Mengumpulkan kosa kata dasar kata kerabat.
2. Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa yang berkerabat.
3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa.
4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu
pisah yang lebih cepat.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut :
1. Metode Kepustakaan yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan
dengan penulisan skripisi ini.
2. Metode observasi yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian melakukan
pengamatan tempat, jumlah, dan pemakai (penutur), bahasa serta prilaku selama
pelaksaan penggunaan bahasa berlangsung.
3. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara kepada informan yang
dianggap memenuhi syarat-syarat sebagai informan untuk dapat mengumpulkan
data yang dibutuhkan dengan menggunakan teknik rekam dan catatan.
4. Metode Kuesioner yaitu melakukan penelitian dengan memberikan daftar
pertanyaan yang diisi oleh masyarakat setempat dan hasil jawaban tersebut
Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut (Mahsun, 1995 :106) adalah:
1. Berjenis kelamin pria atau wanita
2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)
3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desa itu
4. Berstatus sosial menengah 5. Pekerjaannya bertani dan buruh 6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat jasmani dan rohani
8. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan sederajat)
3.2 Lokasi Sumber Data dan Instrumen Penelitian
Lokasi sumber data penelitian adalah Desa Cinta Maju Tamba Kecamatan
Sitio-tio Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba. Adapun alasan yang
melatarbelakangi penulis menentukan daerah penelitian tersebut karena masyarakat
didaerah tersebut penutur bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun adalah di desa
Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun. Didaerah penelitian
kedua di desa Bangun Raya, penulis memilih menjadi lokasi penelitian juga karena
di daerah tersebut penutur bahasa Simalungun. Penulis melakukan penelitian
diperlukan beberapa instrumen demi tercapainya data yang maksimal.
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan atau
mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan
alat rekam (tape recorder), daftar pertanyaan (kuesioner), pulpen (alat tulis), dan alat
3.4 Metode Analisis Data
Tahap untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah menganalisisnya.
Sehubungan dengan teknik yang penulis gunakan yakni teknik leksikostatistik, maka
untuk menganalisis data dilakukan dengan menerapkan prosedur yang sudah ada.
Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah sebagai berikut:
1. Menghitung Kata Kerabat, yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah
ditentukan seperti :
a. Glos yang tidak diperhitungkan
b. Pengisolasian morfem terikat
c. Penetapan kata kerabat.
Untuk menghitung persentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984:
127):
C = x100%
G K
Di mana
C = cognates atau kata kerabat
K = jumlah kosa kata kerabat
G = jumlah glos
2. Menghitung Waktu Pisah.
Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata
kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut (Keraf: 1984:
r
W = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium)tahun yang lalu
r = retensi atau persentase konstan dalam 1000, atau disebut juga
indeks
C = persentase kerabat
Log = logaritma dari
3. Menghitung jangka kesalahan
Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan kesalahan standar,
yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan
dengan rumus berikut ini (Keraf: 1984:132):
S =
n c c(1− )
Di mana:
S = Kesalahan standar dalam persentase kata kerabat
c = Persentase kata kerabat
n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non
kerabat)
Hasil dari kesalahan ini jumlahkan dengan persentase kerabat untuk
mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan
BAB IV
PEMBAHASAN
4.1Menghitung Kata Kerabat
Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak
Toba dan bahasa Simalungun benar-benar berbeda seperti contoh berikut ini:
1. Gloss yang tidak diperhitungkan
No Glos Bahasa Batak
Toba
Bahasa Bahasa Simalungun
1 Surau --- ---
2 Kasau ---- ----
3 Kelenteng ---- ----
4 Khitanan ---- ----
5 Dukun sunat --- ---
6 Upacara turun kesungai anak yang telah dikitan
--- ---
51. Ompong Lobangon Lubangon V
58. Pergelangan tangan Pargolangan Pargolangan V
59. Perut Siubeon Boltok -
72. Telinga Parange, pinggol Pinggol,
Panangar
V
74. Tembuni Tali Pusok, Tali
kulit sejak lahir
Sihat Kamah, hamah -
laki laki kecil
Ucok Ussok V
laki laki remaja
Doli Garama -
95. Panggilan untuk
laki laki tua
118. Ibu dari orang tua Ompung boru Ompung daboru V
119. Isteri Pardijabu,
Parsonduk bolon
Parinangonni -
120. Isteri adik laki laki
ayah
Inanguda Inang tongah V
121. Isteri adik laki laki
ibu
Nantulang Anturang V
122. Isteri kakak laki laki
ayah
Inangtua Inangtua, inong
godang
V
123. Isteri kakak laki laki
ibu
Nantulang Anturang V
124. Isteri dari saudara Anggi boru Kaha, anggi -
125. Isteridari saudara
orang tua
Tulang Inangtua, inang
godang
Inang tua Inangtua, Inang
135. Orang tua dari
suami
Amang Simatua,
Inang simatua
Simatua dalahi V
136. Orang tua dari isteri Amang simatua,
inang Simatua
Marhotripe Satangga,
nasatangga
Tulang Panggis, bapa
tongah
147. Suami/isteri saudara
isteri
Hela, parumaen Hela, parmaen V
150. Suami kakak
perempuan dari
ayah
Amangboru Amangkela V
perempuan dari ibu anturang
152. Hamil Denggan
pamatang
Boratan rumah -
153. Bekerja ditempat
orang yang
mengadakan
pesta/meninggal
Marhobas Marhobas V
154. Bertunangan Martumpol Martunangan V
marujung
ngoluh
171. Penghulu Ulu punguan Ulu ni huta V
172. Upacara cuci perut
wanita hamil tujuh
bulanan
Mambosuri Bere
horas-horas
188. Kandang kambing Handang hambing Harang
hambing
V
189. Kandang kerbau Handang horbo Harang horbou V
342. Tebu Tobu Tobu V
Marpese Indung ni
369. Katak Sibagur Polang -
370. Kelelawar Arip arip, haluang Likkaboh -
371. Kerbau Horbo Horbou V
372. Kucing Huting Huting V
373. Kunang kunang Salimputput Salimpotpot V
500. Berjalan Dalan Dalan V
Bada mussung Martinggil -
547. Membawa dengan
tangan ( jinjing)
Hintang Hatting V
sesuatu hadiah dll)
Dapot Dapot V
565. Memutar(
meggunakan tali )
Mamiu Poroh
566. Menakutkan Biar Biar V
568. Menarik ( benda
590. Menginjak dengan
dua kaki
786. Sembilan belas Sampulu sia Sappuluh siah V
dua ikat kecil
Dua ikkat Dua ikat V
797. Ukuran padi dua
puluh lima ikat
Dua pulu lima
ikkat
Dua puluh lima
ikat
V
798. Ukuran padi dua
ratus liam puluh
ikat besar
Dua ratus lima
pulu ikkat
Dua ratus lima
puluh ikat
Saratus ikkkat Seratus ikat V
802. Ukuran padi seribu
ikat besar
Keterangan
( - ) Tidak berkerabat
( V ) Kata yang berkerabat
( X ) Tidak mempunyai pasangan kata
Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang
dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase kekerabatan antara
kedua bahasa itu. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun
hanya terdapat 802 pasangan kata yang lengkap, 7 gloss tidak diperhitungkan dan
502 kata yang berkerabat dan 300 kata yang tidak berkerabat. Untuk menghitung
persentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984: 127):
C = x100%
G K
Diketahui K = 502 kata
G = 809 kata
Ditanya C = x100%
G K
C =
809 502
× 100 %
4.2 Menghitung Waktu Pisah
Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata
kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut :
W =
W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.
r : Retensi, atau persentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga
indeks
C : Persentase kerabat
Log : logaritma dari
Rumus di atas dapat diselesaikan dengan mengikuti tahap-tahap berikut :
1. Mula-mula mengenai logaritma C dan R dalam daftar logaritma :
Untuk mendapatkan log. C yakni log. 0,62 maka mula-mula harus di
cari logaritma dari 0,62 dan 0,63 selisih logaritma kedua bilangan itu dibagi
dua, dan hasilnya ditambahkan kepada log. 0,62 atau dikurangi dengan hasil
log. 0,63
Jadi menurut tabel di atas log. 0,62 :
Log. 0,62 = -0,478
Log. 0,63 = -0,462
Selisihnya = -0, 016: 2 = -0,008
Dengan demikian log. 0,62 adalah -0,502 yaitu :
-0,462+ (-0,008) = -0,470
-0,478 – (-0,008) = -0,470
Demikian juga dilakukan hal yang sama untuk mencari log. r yakni 0,805
dibulatkan menjadi 0,80
Log. 80 = -0,223
Log. 81 = -0,211
Selisihnya = -0,012 : 2 = -0,006
Dengan demikian log. 0,80 adalah -0,217 yaitu :
-0,211+ (-0,006 ) = -0,217
-0,223- (-0,006) = -0,217
2. Kemudian logaritma r dikalikan dengan dua
3. Hasil logaritma C dibagi dengan hasil dari (2)
4. Hasil dari pembagian dalam no. (3) menunjukakan waktu pisah dalam suatu
dikalikan dengan 1000. tetapi karena perpisahan itu tidak terjadi dalam satu
tahun tertentu lebih baik dipertahankan dalam bentuk satuan ribuan tahun
(millennium).
Dengan mempergunakan data-data dari hasil perbandingan antara bahasa
Batak Toba dengan bahasa Simalungun sebagai sudah dikemukakan dalam
langkah-langkah penetapan kata kerabat di atas, maka perhitungan waktu pisah menurut
rumus di atas adalah sebagai berikut :
W = 1,082
Jadi, perhitungan waktu pisah bahasa Batak Toba dengan bahasa Simalungun
adalah 1,082 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain perhitungan waktu pisah
bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun dapat dinyatakan sebagai berikut :
a. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diperhitungkan
merupakan satu bahasa tunggal sekitar 1,082 ribuan tahun yang
lalu
b. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diperkirakan mulai
berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad IX masehi
Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam satuan
tahun tertentu yakni 1,082 ribuan tahun lalu, tetapi harus terjadi berangsur- angsur,
maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Untuk maksud
tersebut harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindarkan kesalahan
4.3 Menghitung jangka kesalahan
Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan
standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar
diperhitungkan dengan rumus berikut :
S=
n c c(1− )
Dimana :
S = Kesalahan standar dalam persentase kata kerabat
c = Persentase kata kerabat
n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun Non-kerabat).
Perhitungan dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut :
1. 1 dikurangi c;
2. c dikalikan dengan hasil dari (1)
3. Hasil dari (2) dibagi dengan n ;
4. Menarik akar atas hasil dari (3)
5. Hasil dari (4) merupakan jangka kesalahan dari persentase kata kerabat
atas dasar 0,70 perkiraan mengenai kebenaran yang sesungguhnya.
Bila rumus di atas kita terapkan dalam bahasa Batak Toba dan bahasa
Simalungun, maka kesalahan standar bagi kedua bahasa itu adalah :
Hasil dari kesalahan standar ini (0,0003) dijumlahkan dengan persentase
kerabat untuk mendapatkan c baru: 0,62 + 0,0003 = 0,6203. dengan c yang baru ini
sekali lagi dihitung waktu pisah dengan menggunakan rumus waktu pisah pada
teknik no. c
Seperti sudah dikemukakan di atas untuk memperoleh jangka kesalahan,
maka waktu yang lama (1,082) dikurangi dengan waktu yang baru (1,101) = 19 tahun
dengan catatan setelah waktu pisah bahasa tersebut sebelum dikurangkan terlebih
dahulu dikali seribu, atau hasil akhir dikalikan seribu untuk menghubungkannya
dengan tahun sekarang, angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi dengan
waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu.
4.4 Menghitung prediksi usia kedua bahasa
Jadi, dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar 70 %
dari keadaan sebenarnya), maka prediksi umur atau usia bahasa Batak Toba dan
bahasa Simalungun dapat dinyatakan sebagai berikut :
1. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa
tunggal pada 1082 + 19 tahun yang lalu.
2. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa
tunggal pada 1068-1101 tahun yang lalu
3. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diprediksikan usianya
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian teoritis yang dikemukakan pada kajian Leksikostatistik
memberi perbandingan antara bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun yang
diperoleh dari objek penelitian yaitu di desa Tamba Nagodang Kecamatan Sito-tio
Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba dan Bahasa Simalungun di Desa
Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun serta buku-buku
yang mendukung dan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, maka penulis
dapat menarik kesimpulan setelah menganalisis dari bab pertama sampai pada bab
keempat adalah sebagai berikut:
1. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya
sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud
dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam
interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya.
2. Bahasa selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh yang di
dapat dari lingkungan.
3. Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang
lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara
berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan
bahasa lain.
4. Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang
dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase
kekerabatan antara kedua bahasa itu. Dari 809 kata untuk bahasa Batak
Toba dan bahasa Simalungun hanya terdapat 802 pasangan kata yang
lengkap, 7 kata yang tidak diperhitungkan dan 502 kata yang berkerabat.
5. Prediksi umur atau usia bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun dapat
dinyatakan sebagai berikut :
a. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa
tunggal pada 1082 + 19 tahun yang lalu.
b. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa
tunggal pada 1068-1101 tahun yang lalu
c. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diprediksikan usianya
Saran
Pada akhirnya setelah memperhatikan dan menganalisa mengenai
Leksiokostatistik bahasa Batak Toba di Samosir dan bahasa Simalungun, penulis
dapat memberi saran :
1. Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa
Indonesia yang tertera dalam UUD 1945, pada Bab XV pasal 36 ayat 2,
yang menyatakan bahwa disamping bahasa resmi Negara, bahasa daerah
adalah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dillindungi dan
di lestarikan oleh Negara agar ditingkat dan bukan hanya simbol tertulis
belaka karena setiap daerah yang ada di seluruh pelosok yang kita cintai
ini memiliki banyak bahasa daerah yang berbeda-beda bentuk dan dialek
bahasa yang beranekaragam dan seluruhnya ada di negara kita ini.
2. Di era globalisasi ini bahasa daerah sudah semakin terkikis oleh sebab itu
kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam suku harus melestarikan
budaya dan bahasa ibu (basic vocabulary) agar terpelihara dengan baik.
3. Pembelajaran bahasa daerah dan aksara Batak supaya diberlakukan pada
sekolah sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah lanjutan
sebagai upaya yang nyata dan merupakan bukti yang sangat baik dalam
pelestarian bahasa dan sastra etnik yang ada diseluruh pelosok tanah air
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Chaer, Abdul, 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.
Ibrahim, Abd. Syukur, 1985. Linguistik Komparatif(Sajian Bunga Rampai).
Surabaya: PT Usaha Nasional.
Idrus, Fahmi,…….. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: PT Greisinda Press.
Indriani, Ika, 2008. Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Pakpak
Dairi. Fakultas Sastra USU. Medan.
Keraf, Goris. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.
Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.
--- 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta. PT Grafindo Persada.
Nababan, P. W. J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.
Parera, Jos Daniel. 1986. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta:
Nusa Indah.
Ridwan, T. A. 1995. Dasar-Dasar linguistik. Medan: STBA Harapan.
Sibarani, Robert, 2004. Antropolinguistik.Medan: PT Poda
Sibarani, Robert.2004. Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/
Daerah. Medan, USU.
Warneck, J, 2001. Kamus Bahasa Batak Toba – Bahasa Indonesia. Medan: Bina
Media.
Lampiran 3
DAFTAR KOSAKATA
No Glos Bahasa Batak Toba Bahasa Simalungun
1. Alis Salibon Alis
2. Bahu Abara Abara
3. Betis Bitis, botohon Bitis
4. Bibir Pamangan Bibir
5. Bulu dada Imbulu ni andora Ambulu ni tonton
6. Bulu ketiak Imbulu ni gedek gedek Ambulu ni kihik
7. Bulu kuduk Imbulu ni tariti Ambulu ni borgok
8. Bulu roma Marsisir imbulu Manorgi ambulu
9. Dada Andora Tonton
10. Daging Pamatang Akkula, daging
11. Dagu Osang Osang
12. Dahi Pardompahan Pardompakan
13. Darah Mudar Daroh
14. Geraham Ngadol Ngadol
15. Gigi Ipon Ipon
16. Gigi seri Panggugat Gugut
17. Gigi yang bertumpuk
tumbuhnya
Pinjilon Padehal
18. Gigi yang menonjol
keluar
Tuja Dungil
19. Gusi Siratan Gusi
20. Hati Ate ate Atei
21. Hidung Parnianggoan, Igung Igung
23. Isi tulang Umok ni holi holi Utok-utok ni holi-holi
24. Jantung Pusu pusu Pusu-pusu
25. Janggut Janggut Janggut
26. Jari Jari jari Jajari
27. Jari manis Jari tonggi Amborita
28. Jari tengah Jari tonga Tutu alang
29. Kaki Simanjojak, pat Nahei
30. Kelingking Dihil Didihil
31. Kemaluan laki laki Situmorjok Natu
32. Kemaluan perempuan Situmeak Tete
33. Kepala Simanjujung Ulu
34. Kerongkongan Aru aru Tolonan
35. Ketiak Gitik gitik Kihik
36. Kuku Sisilon Sisilon
37. Kulit Huling kuling Hulit
38. Kumis Mise Gumis
39. Kutu Hutu Hutu
40. Leher Rungkung Borgok
41. Lemak Lambiak Lambuyak
42. Lengan Pargolangan Batokan
43. Lidah Dila Dila
50. Mulut Pamangan, papangan Babah
52. Otak Utok utok Otak
53. Paha Hae hae Hae-hae
54. Pantat Ihur Tombom
55. Paru paru Andora Orak-orak
56. Pelipis Imbulu mata, imbulu
simalolong
Ambulu mata
57. Pelupuk mata Topi mata Tepih mata
58. Pergelangan tangan Pargolangan tangan Pargolangan ni tangan
59. Perut Siubeon Boltok
60. Pinggang Gonting Binongei
61. Pinggul Tambon Popat
62. Pundak Abara Takkuhuk
63. Punggung Tanggurung Gurung
64. Pusar Pusok Hapisoran
65. Rambut Jambulan, Obut Jambulan, Ambulu
66. Rusuk Rusuk Kokak, rusuk
67. Siku Sukki Attolis
68. Susu Tarus Tadah, nunuk, nenneh
69. Tangan Sipangido, sipanjalo Tangan
70. Telapak kaki Jampal ni simanjojak Jappal
71. Telapak tangan Jampal ni simanjalo Tapak ni tangan
72. Telinga Siparange, pinggol Pinggol, Panangar
73. Telunjuk Sipanudu Tutuduh
74. Tembuni Pusok, Pusor Pusar
75. Tengkuk Rungkung Takkuhuk
76. Tubuh Pamatang, Badan Akkula, badan
77. Tulang kering Holi ni pat Holi ni nahei
78. Tulang rahang Osang-osang Ungar-ungar
80. Ubun ubun Sambubu Salimbubu
81. Urat Urat urat Urat
82. Usus Butuha Bituha
83. Warna hitam pada kulit
sejak lahir
Landong Kamah, hamah
Kata ganti, sapaan, dan
acuan
84. Dia Imana Ia
85. Kami Hanami Hanami
86. Kamu Hamu Ham, ho
87. Kamu sekalian Hamu sude Nasiam haganup
88. Kita Hita Hita
89. Laki laki Baoa Dalahi
90. Nama Goar Goran
91. Panggilan untuk laki laki
kecil
Ucok Ussok
92. Panggilan untuk gadis
kecil
Butet Butet
93. Panggilan untuk gadis
remaja
Anak boru, namarbaju Anak boru sampean
bunga, anak boru
marlajar
94. Panggilan untuk laki laki
remaja
Doli doli Marlajar garama
95. Panggilan untuk laki laki
tua
Ompung Ompung dalahi
96. Panggilan untuk
perempuan tua
Ompung boru Ompung daboru
97. Perempuan Borua Daboru