• Tidak ada hasil yang ditemukan

Leksikostatistik Bahasa Batak Toba Dengan Bahasa Simalungun

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Leksikostatistik Bahasa Batak Toba Dengan Bahasa Simalungun"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA

SIMALUNGUN

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O

L

E

H

Nama : HARIANDI SITANGGANG

Nim : 050703011

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK

MEDAN

(2)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA

SIMALUNGUN

Skripsi

Dikerjakan

O

L

E

H

HARIANDI SITANGGANG

NIM 050703011

Pembimbing I, Pembimbing II

Drs. Baharuddin, M.Hum Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd

NIP. 131785647 NIP. 131647718

Disetujui oleh:

Departemen Bahasa Dan Sastra Daerah

Ketua,

Drs. Baharuddin Purba, M. Hum

(3)

LEKSIKOSTATISTIK BAHASA BATAK TOBA DENGAN BAHASA SIMALUNGUN

SKRIPSI SARJANA

Dikerjakan

O L E H

HARIANDI SITANGGANG NIM. 050703011

Pembimbing I, Pembimbing II

Drs. Baharuddin, M.Hum Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd

NIP. 131785647 NIP. 131647718

Skripsi ini diajukan kepada Panitia Ujian Fakultas Sastra USU Medan untuk melengkapi salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang ilmu Bahasa dan Sastra Daerah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA

DEPARTEMEN SASTRA DAERAH

PROGRAM STUDI BAHASA DAN SASTRA BATAK MEDAN

(4)

PENGESAHAN

Diterima oleh:

Panitia Ujian Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara untuk melengkapi

salah satu syarat ujian SARJANA SASTRA dalam bidang Ilmu Bahasa dan

Sastra Daerah pada Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara Medan

Pada :

Tanggal :

Hari :

Fakultas Sastra USU

Dekan

Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D.

NIP. 1312098531

Panitia Ujian

No. Nama Tanda Tangan

1. ... ( )

2. ... ( )

3. ... ( )

4. ... ( )

5. ... ( )

6. ... ( )

7. ... ( )

(5)

DISETUJUI OLEH:

FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

JURUSAN SASTRA DAERAH

Ketua Pelaksana

Drs. Baharuddin, M.Hum.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas

perlindungannya dan kasih Tuhan Yesus Kristus menyertai umat yang mengasihiNya

dan yang mengasihi sesama manusia. Terima kasih saya ucapakan atas sumbangsi

pemikiran yang sangat berguna serta pengetahuan tentang penulisan skripsi ini.

Skripsi ini dibuat untuk melengkapi syarat yang harus dipenuhi oleh setiap

mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara dalam bidang ilmu bahasa

daerah Batak pada Departemen Sastra Daerah

Judul skripsi ini adalah Kajian Leksikostaistik Bahasa Batak Toba Dengan

Bahasa Simalungun. Adapun yang menjadi alasan penulis memilih judul skripsi ini

karena judul tersebut belum ada yang menelitinya. Penulis berharap skripsi ini dapat

berguna bagi pembaca dan mengetahui tentang kajian yang akan segera diselesaikan

oleh penulis. Untuk memudahkan pemahaman tentang apa saja yang akan dibahas

dalam skripsi ini dimulai dari bab pertama pendahuluan yang terdiri atas latar

belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian dan anggapan dasar. Bab

kedua kajian pustaka yang terdiri atas kepustakaan yang relevan dan landasan teori.

Bab ketiga metode penelitian yang terdiri atas metode dasar, lokasi sumber data

penelitian, instrumen penelitian, metode pengumpulan data dan metode analisis data.

Bab keempat merupakan pembahasan tentang permasalahan yang ada pada rumusan

(7)

Penulis menyadari skripsi ini masih kurang sempurna dan memiliki banyak

kekurangan baik dari segi pemaparan serta penuliusannya oleh sebab itu penulis

menampung kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Medan, 14 Februari 2009

Penulis

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis tiada hentinya mengucapkan puji dan syukur serta terimakasih

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada dosen, teman penulis atas selesainya

skripsi ini. Selanjutnya ucapan terima kasih penulis tujukan kepada orang-orang yang

sudah banyak membantu penulis dan memberikan arahan, motivasi, bimbingan, dan

semangat maupun saran yang penulis terima dari semua pihak, sehingga setiap

kesulitan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan baik.

Pada kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis mengucapkan terima kasih

yang tidak terhingga kepada :

1. Bapak Drs. Syaifuddin, M.A. Ph.D., selaku Dekan Fakultas Sastra Universitas

Sumatera Utara, Pudek I, Pudek II, Pudek III, dan seluruh pegawai di jajaran

Fakultas Sastra Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Baharuddin, M.Hum., selaku Ketua Departemen Sastra Daerah dan

merangkap sebagai pembimbing I yang sudah memberikan arahan dan membantu

penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

3. Bapak Drs. Sumurung Simorangkir, SH, M. Pd selaku pembimbing II yang sudah

memberikan arahan , motivasi, dan masukan kepada penulis.

4. Bapak Prof. Dr. Robert Sibarani, M.S., sebagai dosen wali dan selalu

mengarahkan penulis dalam mengerjakan skripsi ini.

5. Dosen- dosen penulis yang dengan kasih sayang memberikan ilmu dengan ikhlas

menyajikan pelajaran yang baik buat penulis yang tidak dapat disebut satu per

(9)

6. Teristimewa kepada orang tua penulis yang sangat saya hormati dan sayangi yang

telah bersusah payah membimbing penulis sejak kecil hingga dewasa, yang telah

berkorban baik secara moril maupun material sehingga skripsi ini dapat selesai.

7. Teristimewa kepada Bapa Uda dan Inanguda penulis yang ada di Parapat terima

kasih telah membantu penulis baik dalam bantuan moril maupun material serta

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

8. Kepada adikku Robert Sitanggang yang setia menemani penulis dan mendukung

baik moril dan materi, terima kasih atas semua dukungannya sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.

9. Kepada Amang Boru dan Namboru P Maya di Tanjung Sari , terima kasih atas

bantuan dan motivasi yang sudah diberi kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

10.Kepada Amang Boru dan Namboru P Ganda Manik di Sindar Raya , terima kasih

atas bantuan dan motivasi yang sudah diberi kepada penulis sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi ini.

11.Teristimewa buat Riama Padang yang sudah memberikan perhatian dan kasih

sayang serta dukungan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi ini terima kasih atas semuanya.

12.Buat sobat –sobatku di Kost Tio Guntar Malau, Arjuna, Ricky Sibarani, Erbin,

Andi Boy Sirait, Diko, Lamhot yang selama ini menemani penulis nongkrong

(10)

13.Buat Stambuk’05 yang seangkatan dengan penulis saya ucapkan terima kasih buat

segala masukan dan saran teman teman sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi saya ini dengan baik

14.Buat stambuk' 06 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

15.Buat stambuk'07 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

16.Buat stambuk'08 selaku junior penulis saya ucapkan terima kasih atas

dukungannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

17.Kepada teman teman penulis semuanya yang telah mendukung penulis yang tidak

dapt saya tuliskan saya ucapkan terima kasih atas kritik dan saran yang

(11)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Anggapan Dasar ... 6

1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir... 6

1.7 Sejarah Singkat Kabupaten Simalungun ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 14

2.1 Tinjauan yang Relevan ... 14

2.2 Teori yang Digunakan ... 15

2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik ... 17

2.4 Teknik Leksikostatistik ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metode Dasar ... 28

3.2 Lokasi Penelitian ... 29

(12)

3.4 Metode Analisis Data ... 30

BAB IV PEMBAHASAN ... 33

4.1 Menghitung Kata Kerabat ... 33

4.2 Menghitung Waktu Pisah ... 67

4.3 Menghitung Jangka Kesalahan ... 70

4.4 Menghitung Prediksi Usia Kedua ... 72

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Kesimpulan ... 73

5.2 Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN:

1. Surat Ijin Penelitian

2. Surat Keterangan Penelitian

3. Daftar Kosakata

4. Daftar Informan

(13)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Bahasa adalah alat komunikasi yang memiliki peran penting dalam

bersosialisasi dengan sesama manusia untuk berkomunikasi dengan manusia yang

lain untuk menyampaikan maksud dsan tujuan masing-masing melalui bahasa. Tanpa

bahasa di masyarakat tidak dapat terjadi interaksi ataupun hubungan timbal balik

antara sesama manusia. Hampir semua ahli bahasa sepaham dengan definisi bahasa

yang mengatakan bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh seluruh

masyarakat sebagai alat komunikasi(Sibarani, 2004:35).

Badudu mengatakan bahwa bahasa itu adalah alat penghubung, alat

komunikasi anggota masyarakat yaitu individu-individu sebagai manusia yanng

berfikir, merasa dan berkeinginan. Pikiran perasaan dan keinginan baru berwujud bila

dinyatakan dan alat untuk menyatakan itu adalah bahasa. Kridalaksana mengatakan

bahwa bahasa itu adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang dipergunakan oleh

masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi dan mengidentifikasi diri(Sibarani

2004:35).

Sebagai alat komunikasi manusia bahasa adalah suatu sistem yang bersifat

sistematis dan sekaligus sistemis. Yang dimaksud dengan sistemis adalah bahwa

bahasa itu bukan suatu sistem tunggal, melainkan terdiri dari beberapa subsistem

yaitu subsistem fonologi, subsistem morfologi, subsistem sintaksis dan subsistem

(14)

dilakukan orang dengan sangat intensif, sehingga linguistik berkembang dengan

sangat pesat, sangat luas dan mendalam. Namun bagi pemula kiranya cukup memadai

untuk membatasi diri pada struktur yang intern bahasa itu saja. Atau pada kajian yang

khusus disebut dengan mikrolinguistik.

Bahasa adalah bahasa resmi yang dipakai oleh seluruh masyarakat Indonesia

di segala tempat umum, seperti di sekolah, di kampus ataupun sebagai bahasa

sehari-hari disamping bahasa daerah yang ada ditempatnya masing-masing. Sebagai bahasa

pemersatu, bahasa Indonesia sangatlah mudah untuk dipelajari. Seluruh masyarakat

Indonesia wajib harus bisa berbahasa Indonesia yang baik dan benar supaya semua

masyarakat Indonesia bisa berkomunikasi dengan masyarakat yang berbeda bahasa

dan kebudayaan masing-masing.

Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa

Indonesia yang tertera dalam UUD 1945, pada Bab XV pasal 36 ayat 2, yang

menyatakan bahwa disamping bahasa resmi Negara, bahasa daerah adalah sebagai

salah satu unsur kebudayaan nasional yang dillindungi dan di lestarikan oleh Negara.

Setiap daerah yang ada di seluruh pelosok tanah air kita yang kita cintai ini memiliki

banyak bahasa daerah yang berbeda-beda bentuk dan dialek bahasa yang

beranekaragam dan seluruhnya ada di negara kita ini.

Dari berbagai jenis bahasa daerah yang tumbuh subur di Indonesia kurang

lebih ratusan jenis bahasa daerah yang ada diseluruh pelosok nusantara. Salah satu

jenis bahasa daerah yang ada di Sumatera Utara adalah bahasa Batak Toba, Bahasa

Simalungun, bahasa Karo, bahasa Angkola Mandailling, bahasa Pakpak/Dairi.

(15)

pada upacara adat. Suku Batak merupakan suku yang terkenal dengan sebutan marga

sebagai garis keturunan patrinial yang secara generasi ke generasi mempunyai garis

keturunan marga yang berbeda-beda berdasarkan garis keturunannya. Bahasa Batak

ini memiliki banyak persamaan dengan bahasa subetnis lainnya.

Di dalam hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia bahasa daerah

berfungsi sebagai berikut:

1. Pendukung bahasa pengantar di sekolah dasar tingkat pemula.

2. Bahasa pengantar disekolah dasar untuk memperlancar pengajaran bahasa

Indonesia dan pada mata pelajaran yang lainnya.

3. Alat pengembangan serta pendukung kebudayaan daerah.

4. Sebagai lambang indentitas suatu masyarakat.

Berkenaan dengan hal tersebut saya sebagai penulis ingin mengkaji lebih

dalam lagi untuk melihat hubungan kekerabatan, waktu pisah bahasa Batak tersebut

dengan bahasa sub etnis Batak tersebut sekaligus mempredikisi usia bahasa antara

kedua bahasa subetnis tersebut dengan mengkaji leksikostatistik dalam linguistik

historis komparatif.

Kajian leksikostatistik adalah teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih

cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik

kemudian berusaha menetapkan pengelompokan berdasarkan persentase kesamaan

dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa yang lain(Keraf 1996:3 ). Leksikostatistik

adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan cara menghitung

(16)

kehadirannya sekitar tahun 1950 oleh Swadesh dan dibantu oleh Less

(Ibrahim,1981:62).

1.2Rumusan Masalah

Rumusan pokok permasalahan sebenarnya merupakan batasan-batasan dari

ruang lingkup topik yang akan diteliti pada uraian proposal skripsi ini. Dapat

disimpulkan bahwa rumusan masalah pada proposal skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagaimana tingkat kekerabatan antar bahasa Batak Toba dengan bahasa

Simalungun dilihat dari kosa kata (leksikon).

2. Kapankah waktu pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa

Simalungun.

3. Berapa tahun prediksi usia antara bahasa Batak Toba dengan bahasa

(17)

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian merupakan suatu usaha untuk mengumpulkan data atau fakta serta

pelaksanaan konsep untuk mencari dan memperoleh atau mendapatkan kebenaran

yang sanggup mengamati lebih dalam kebenaran yang sudah ada. Adapun yang

menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui persentase kekerabatan antara bahasa Batak Toba

dengan bahasa Simalungun.

2. Untuk mengetahui waktu pisah antara bahasa Batak Toba dengan bahasa

Simalungun.

3. Untuk mengetahui prediksi usia bahasa Batak Toba dan bahasa

Simalungun.

1.4Manfaat Penelitian

Adapun yang menjadi manfaat dari penelitian skripsi ini adalah sebagai

berikut:

1. Menambah khasanah pustaka bahasa dan sastra daerah sebagai

kebudayaan Indonesia

2. Menambah wawasan dan informasi tentang bahasa daerah atau linguistik

nusantara

3. Menambah wawasan tentang kajian leksikostatistik antara bahasa Batak

Toba dengan Simalungun.

(18)

1.5Anggapan Dasar

Bahasa Batak Toba dengan bahasa Simalungun merupakan bahasa yanng

memiliki banyak persamaan. Kedua bahasa ini merupakan bahasa yang belum pernah

dikaji sebelumnya secara leksikostatistik dan diyakini kesamaan kosa katanya sangat

besar persentasenya. Kesamaan kosa kata tersebutlah yang nantinya dikaji secara

leksikon berdasarkan kosa katanya secara leksikostatistik pada linguistik historis

komparatif.

1.6 Sejarah Singkat Kabupaten Samosir

Penerapan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah daerah

dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara

pusat dan daerah, telah mendorong munculnya aspirasi masyarakat di daerah untuk

membentuk Kabupaten/Kota baru yang bersifat otonom. Sebab dengan status daerah

otonom baru, mereka berharap akan memperoleh peluang untuk mengurus daerahnya

sendiri dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu Kabupaten yang

menjadi agenda pemekaran Kabupaten Toba Samosir adalah membentuk Kabupaten

Samosir, yang berada di tengah-tengah Provinsi Sumatera Utara. Untuk itu kajian

peningkatan pemekaran Kabupaten Toba Samosir dengan melahirkan calon

Kabupaten Samosir perlu segera dilakukan, mengingat sudah waktunya pelaksanaan

Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999. Oleh karena itu, kajian dan penelitian data

perlu dilakukan untuk mendapatkan penilaian objektif dengan berdasar pada

ketentuan yang berlaku mengingat bahwa pengelolaan potensi kekayaan yang ada di

(19)

bertanggung jawab sesuai dengan kondisi dan potensi daerah masing-masing.

Aspirasi masyarakat untuk memekarkan Kabupaten Samosir menjadi dua kabupaten,

didasarkan pada desakan masyarakat wilayah Samosir dan DPRD Kabupaten Toba

Samosir, maka Kabupaten Toba Samosir diusulkan dan direncanakan pemekarannya

yaitu :

1. Kabupaten Toba Samosir terdiri atas 10 (sepuluh) kecamatan yaitu

Kecamatan Balige, Laguboti, Silaen, Habinsaran, Porsea, Lumbanjulu,

Uluan, Pintu Pohan Meranti, Ajibata, dan Kecamatan Borbor.

2. Kabupaten Samosir terdiri atas 9 (sembilan) kecamatan yaitu Kecamatan

Pangururan, Sianjur, Mulamula, Simanindo, Nainggolan, Onan Runggu,

Palipi, dan Sitio-tio.

Sesuai dengan aspirasi dan argumentasi masyarakat yang disampaikan kepada

DPRD Kabupaten Toba Samosir dan Pemkab Toba Samosir serta Pemerintah

Provinsi Sumatera Utara telah ditindaklanjuti aspirasi masyarakat tersebut dengan :

1. Keputusan DPRD Kebupaten Toba Samosir Nomor 4 Tahun 2002 tentang

Pembentukan Kabupaten Samosir tanggal 20 Juni 2002.

2. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 1101/Pem/2002 tanggal 24 Juni 2002

yang ditujukan kepada Gubernur Sumatera Utara.

3. Surat Bupati Toba Samosir Nomor 135/1187/Pem/2002 tanggal 3 Juli 2002

perihal laporan tentang aspirasi masyarakat Samosir untuk membentuk

Kabupaten Samosir, yang ditujukan kepada gubernur Sumatera Utara.

4. Undang-undang No. 36 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten

(20)

Terakhir, dari setiap argumentasi dan usulan DPRD dan Bupati Toba Samosir,

usulan ini diakomodir dengan keluarnya terbentuknya Samosir sebagai kabupaten

baru merupakan langkah awal untuk melalui percepatan pembangunan menuju

masyarakat yang lebih sejahtera. Tujuan pembentukannya adalah untuk menegakkan

kedaulatan rakyat dalam rangka perwujudan sosial, mendekatkan pelayanan kepada

masyarakat dan untuk merespon serta merestrukturisasi jajaran pemerintahan daerah

dalam rangka mempercepat proses pembangunan sehingga dalam waktu yang cukup

singkat dapat sejajar dengan kabupaten lainnya, sehingga secara langsung akan

mengangkat harkat hidup masyarakat yang ada di kabupaten Samosir pada

khususnya, Provinsi Sumatera Utara pada umumnya. Luas wilayah Kabupaten

Samosir secara keseluruhan mencapai 254.715 Ha, terdiri atas daratan seluas 144.455

Ha dan perairan danau seluas 110.260 Ha. Luas dan batas perairan di kawasan Danau

Toba belum ada ketentuan yang pasti. Namun mengingat Pulau Samosir tepat berada

dan dikelilingi oleh Danau Toba, secara proporsional luas perairan Danau Toba yang

menjadi bahagian daerah Kabupaten Samosir sewajarnyalah merupakan bahagian

yang terluas dibandingkan dengan enam kabupaten-kabupaten lainnya di sekeliling

(21)

1.7Sejarah singkat Kabupaten Simalungun

Adapun yang dapat diuraikan oleh penulis mengenai sejarah singkat

kabupaten Simalungun adalah sebagai berikut:

I. Zaman Kerajaan Nagur (500 – 1295)

Setelah berakhirnya kerajaan Majapahit oleh Raja-Raja Simalungun

mengadakan pertemuan yang dinamakan Harungguan Bolon dengan para Partuanon

termasuk bekas pasukan dari Singosari dan Majapahit yang melahirkan sistem raja

Maroppat (Raja Nan Empat) yakni :

1) Kerajaan Nagur

2) Kerajaan Silau

3) Kerajaan Batangiou

4) Kerajaan Harau

Nama kumpulan raja berempat tersebut diberi nama Batak Timur Raya yang

dalam bahasa Simlaungunnya disebut Purba Desa Naualuh.

Setelah Kerajaan Batak Timur Raya pecah dan berakhir akibat perang sisanya

terpecah-pecah menjadi kerajaan-kerajaan kecil yaitu

1) Kerajaan Dolok Silau (Marga Purba Tambak)

2) Kerajaan Tanah Jawa (Marga Sinaga)

3) Kerajaan Siantar (Marga Damanik)

4) Kerajaan Pane (Marga Purba Dasuha)

(22)

II. Zaman Menentang Kolonial Belanda (1865 – 1907)

Kerajaan Raja Maroppat kembali pecah menjadi 7 kerajaan yaitu :

1. Kerajaan Dolok Silau

2. Kerajaan Tanah Jawa

3. Kerajaan Siantar

4. Kerajaan Pane

5. Kerajaan Raya

6. Kerajaan Purba

7. Kerajaan Silimakuta

Sistem struktur pemerintahan merangkap pimpinan adat dari kerajaan

tersebut terdiri atas :

a. Raja

b. Tungkat

c. Perbapaan

d. Partuanon

e. Penghulu

III. Masa Penjajahan Belanda (1907 – 1941)

Dengan Besluit (Surat Keputusan) Gubernement tanggal 12 Desember 1906

Nomor 22 (Staatblad Nomor 531) dibentuklah Afdeling Simalungun En De Karo

Landen yang dikepalai oleh Asisten Ressiden yang pertama V. C. J. Westenberg yaitu

bekas controleur tanah Karo yang berkedudukan di Seribu Dolok pada tahun 1912

(23)

Pada tahun 1907 seluruh raja-raja Simalungun telah menanda tangani kontrak

pendek dan dengan demikian sistem pemerintah di Simalungun beralih menjadi

sistem Swap Raja, dimana peran Harajaan Sudah dibatasi. Wilayah administrasi

pemerintah dibagi menjadi 7 landshappen 16 distrik dan huta (kampung).

5 Girsang Sipangan Bolon

1. Pane

2. Dolok BatuNanggar

1. Raya

2. Raya Kahean

(24)

5.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1956 terbentuklah daerah

otonom Kabupaten Simalungun. Sebanyak 16 Distrik menjadi Kecamatan yang

kemudian berkembang menjadi 17 Kecamatan yaitu dengan tambahannya Kecamatan

Dolok Pardamean.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 50 tahun 1991 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 35 tahun 1992 dilaksanakan pemekaran Kecamatan dari 17

menjadi 21 Kecamatan yaitu :

1. Kecamatan Pematang Bandar.

2. Kecamatan Huta Bayu Raja

3. Kecamatan Ujung Padang

4. Kecamatan Tapian Dolok

5. Kecamatan Siantar

6. Kecamatan Bandar

(25)

8. Kecamatan Pamatang Sidamanik

9. Kecamatan Tanah Jawa

10. Kecamatan Bosar maligas

11. Kecamatan Jorlang Hataran

12. Kecamatan Dolok Pangribuan

13. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

14. Kecamatan Pane

15. Kecamatan Dolok BatuNanggar

16. Kecamatan Raya

17. Kecamatan Raya Kahean

18. Kecamatan Dolok Silau

19. Kecamatan Silau Kahean

20. Kecamatan Purba

21. Kecamatan Silimakuta

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 2008 dilaksanakan

(26)

1. Kecamatan Siantar

2. Kecamatan Dolok Pardamean

3. Kecamatan Panei

4. Kecamatan Tanah Jawa

5. Kecamatan Hutabayu Raja

6. Kecamatan Jorlang Hataran

7. Kecamatan Dolog Paribuan

8. Kecamatan Girsang Sipangan Bolon

9. Kecamatan Purba

10. Kecamatan Raya

11. Kecamatan Silima Kuta

12. Kecamatan Dolog Silau

13. Kecamatan Raya Kahean

14. Kecamatan Silau Kahean

15. Kecamatan Bandar

16. Kecamatan Pematang Bandar

17. Kecamtan Bosar Maligas

18. Kecamatan Ujung Padang

19. Kecamatan Pematang Silimakuta

20. Kecamatan Dolog Batu Nanggar

21. Kecamatan Tapian Dolog

22. Kecamatan Sidamanik

(27)

24. Kecamatan Gunung Malinggas

25. Kecamtan Bandar Masilam

26. Kecamtan Bandar Huluan

27. Kecamatan Jawa Karaja

28. Kecamatan Hatonduhon

29. Kecamatan Pematang Sidamanik

30. Kecamatan Panombean Panei

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepustakaan yang Relevan

Untuk menulis suatu karya ilmiah, bukanlah pekerjaan yang mudah dan

gampang. Seorang penulis harus mencari dan mengumpulkan data-data yang akurat

serta buku-buku acuan yang relevan, atau yang ada hubungannya dengan objek yang

diteliti.Dalam penelitian ini penulis mengutip beberapa pendapat dari beberapa

peneliti.

Menurut Mahsun,(1995:115) “Leksikostatistik adalah metode pengelompokan bahasa yang dilakukan dengan menghitung persentase perangkat kognat (kerabat)”. Menurut Keraf,(1984: 121) Leksikostatistik itu suatu tehnik dalam pengelompokan bahasa yang lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan bahasa lain.Disamping istilah leksikostatistik dikenal juga istilah lain yaitu glotokronologi (glottochronology).

Glotokronologi adalah suatu teknik dalam linguistik historis yang berusaha mengadakan pengelompokan dengan lebih mengutamakan perhitungan waktu ataun perhitungan usia bahasa-bahasa kerabat. Dalam kenyataan kedua bidang tersebut selau dipakai secara bergandengan, karena untuk menghitung usia bahasa dengan teknik glotokronologi harus digunakan oleh leksikostatistik. Sebaliknya untuk mengadakan pengelompokan bahasa dengan metode leksikostatistik tersirat juga masalah waktu, yang menjadikan lansdasan bagi pengelompokan itu. Dengan demikian leksikostatistik atau glotokronologi dapat dibatasi pengertiannya adalah sebagai suatu teknik yang berusaha menemukan keterangan-keterangan atau data-data untuk suatu tingkat waktu yang agak tua dalam bahasa guna menentukan usia bahasa dan pengelompokan bahasa bahasa yang berkerabat.

Dalam penulisan skripsi ini diwajibkan untuk melakukan penelitian lapangan

karena dalam bahasa ada dialek yang dapat dijumpai didaerah yang berbeda akibat

(29)

menentukan dialek bahasa yang digunakan oleh penulis dan sekaligus mewakili

bahasa tersebut termasuk dialek yang ada di daerah penelitian tersebut Penulis juga

melakukan penelitian kepustakaan dan mencari buku-buku yang berhubungan dengan

judul skripsi penulis.

Penulis sendiri meneliti di Desa Cinta Maju Tamba Nagodang Kecamatan

Sitio-tio Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba, bahasa Simalungun di Desa

Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun. Dalam skripsi

Verawati yang memakai 809 kosa kata yang dikutip dari buku Mahsun dan Swades

dengan judul skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Karo,

Ika Indriani memakai 809 kosa kata yang di kutip dari buku Mahsun dan Keraf pada

skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak Toba , Fitriana Sinaga memakai 809 kata

dari buku Keraf dan Mahsun dengan judul skripsinya Leksikostatistik Bahasa Batak

Simalungun dengan Bahasa Karo, sedangkan peneliti memakai 809 kata dari buku

Keraf dan Mahsun. Walaupun ketiga peneliti tersebut membahas tentang kajian

leksikostatistik bahasa, namun banyak dijumpai perbedaan dan kesamaan diantara

bahasa bahasa yang digunakan dalam keseharian masyarakat pada dearah

pengamatan.

2.2 Teori yang Digunakan

Teori merupakan suatu prinsip dasar yang terwujud di dalam bentuk dan

berlaku secara umum yang akan mempermudah seorang penulis dalam memecahkan

suatu masalah yang dihadapi. Teori yang digunakan untuk membimbing dan memberi

(30)

Adapun teori penulis gunakan adalah teori Linguistik Historis Komparatif

yakni bidang linguistik yang menyelidiki perumpunan, penemuan, dan

perekonstruksian bahasa purba yang menurunkan bahasa tersebut. Dalam

pembahasan penulis menggunakan buku Keraf yang berjudul Linguistik Historis

Bandingan dan daftar leksikon yang penulis gunakan adalah data dari dalam buku

Mahsun yang diyakini dapat memecahkan pokok persoalan dan sudah terbukti yang

akan dikaji oleh penulis. Sebagai dasar pembahasan penulis mencakup semua

prosedur yang terdapat dalam buku tersebut. Dalam buku Mahsun daftar glos yang

digunakan ada sebanyak 809 kata, namun setelah peneliti kembali daftar glos tersebut

ada kesalahan penulisan dan pengeditan yang mengakibatkan kekeliruan dalam

penulisan nomor yang berganda. Hasil akhir dari data buku Mahsun tersebut ada 809

kata.

Teknik leksikostatistik yaitu:

a. Mengumpulkan kosa kata

b. Menghitung kata kerabat

c. Menghitung waktu pisah

d. Menghitung jangka kesalahan

Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang lebih

cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara statistik, untuk

kemudian berusaha menetapkan pengelompokan itu berdasarkan persentase

(31)

Dengan demikian, yang ingin dicapai dalam teknik ini adalah kepastian

mengenai usia bahasa, yaitu mengenai kapan sebuah bahasa muncul dan bagaimana

hubungannya dengan bahasa-bahasa kerabat lainnya.

2.3 Asumsi Dasar Leksikostatistik

Ada empat macam asumsi dasar yang dapat dipergunakan sebagai titik tolak

dalam usaha mencari jawaban mengenai usia bahasa, atau secara tepatnya dan

bilamana terjadi diferensiasi antara dua bahasa atau lebih (Keraf: 1984: 123)

Asumsi-asumsi dasar tersebut adalah :

1. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan

dengan bagian lainnya.

Kosa kata yang sukar berubah dalam asumsi dasar adalah kosa kata dasar

yang merupakan kata-kata yang sangat intim dalam kehidupan bahasa sekaligus

merupakan unsur-unsur yang menentukan mati hidupnya suatu bahasa.

Kosa kata yang diambil dalam metode leksikostatistik dibatasi jumlahnya,

setelah diadakan penilaian yang ketat dan pengujian-pengujian untuk menerapkan

metode ini secara baik. Yang ingin dicapai dalam seleksi ini adalah dapat disusun

sebuah daftar yang bersifat universal, artinya kosa kata yang dianggap harus ada pada

semua bahasa sejak awal mula perkembangannya.

Kosa kata dasar itu meliputi :

a. Bagian tubuh

b. Kata ganti, sapaan, dan acuan

(32)

d. Kehidupan desa dan masyarakat

e. Rumah dan bagian-bagiannya

f. Peralatan dan perlengkapan

g. Makanan dan minuman

h. Tumbuh-tumbuhaan, bagian, buah, dan hasil olahannya

i. Binatang dan bagiannya

j. Waktu, musim, keadaan alam, benda, alam dan arah

k. Gerak dan kerja

l. Perangai, sifat, dan warna

m. Penyakit

n. Pakaian dan perhiasan

o. Bilangan dan ukuran

Penulis mengusulkan sekitar 809 kosa kata dasar yang dianggap universal,

artinya dianggap ada pada kedua bahasa tersebut.

2. Retensi (ketahanan ) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa.

Asumsi dasar yang kedua mengatakan bahwa dari kosa kata dasar yang ada

dalam suatu bahasa, suatu persentase tertentu selalu akan bertahan dalam 1.000 tahun.

Kalau asumsi ini diterima, maka dari sebuah bahasa yang memiliki 809 kosa kata,

sesudah 1.000 tahun akan bertahan 80,5%, dan dari sisanya sesudah 1.000 tahun

(33)

3. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama

Setelah menguji beberapa bahasa dengan asumsi dasar ketiga ini, hasilnya

akan menunjukan bahwa dalam tiap 1000 tahun, kosa kata dasar suatu bahasa

bertahan dengan angka-angka rata-rata 80,5%.

Apabila kita ingin menghitung retensi ( ketahanan) kosa kata dasar kedua

bahasa dengan mempergunakan asumsi dasar kedua, dapat dinyatakan dengan rumus

: 80.5% x N. di mana N adalah jumlah kosa kata dasar yang ada pada awal kelipatan

1000 tahun kedua bahasa. Sehingga dari 809 kosakata dasar (N) suatu bahasa sesudah

1000 tahun pertama akan tinggal 80,5% x 809 kata = 651,245, dibulatkan menjadi

651 kata, sesudah 1000 tahun kedua akan tinggal 80,5% x 651 kata = 524,1 kata atau

dibulatkan menjadi 524 kata. Selanjutnya sesudah 1000 tahun ketiga kosa kata dasar

yang tinggal adalah 80,5% x 524 kata = 421,82 kata atau dibulatkan menjadi 422

kata.pada 1000 tahun keempat kosa kata dasar tinggal 80,5% x 422 kata = 339,71

kata atau dibulatkan menjadi 340 kata. Demikian selanjutnya sesudah 1000 tahun

kelima maka kosa kata dasarnya tinggal 80,5% x 340 kata = 273,7 kata atau

dibulatkan menjadi 274 kata dan seterusnya.

4. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung

waktu pisah kedua bahasa tersebut.

Berdasarkan asumsi dasar yang kedua, ketiga, dan keempat, kita dapat

menghitung usia atau waktu pisah bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun kalau

diketahiu persentase kata kerabat kedua bahasa itu. Dan karena dalam tiap 1000 tahun

kedua bahasa kerabat itu masing –masing akan kehilangan kosa kata dasarnya dalam

(34)

Misalnya persentase kata kerabatnya adalah 80, 5%, maka waktu pisah kedua bahasa

adalah 500 tahun yang lalu.

Berdasarkan prinsip itu, waktu pisah kedua bahasa kerabat dengan persentase

kata kerabat yang diketahui adalah seperti tertera dalam tabel berikut ini (Keraf:

1984: 125):

Persentase Kata Kerabat

Jumlah kata kerabat

antara bahasa Batak Toba

dan bahasa Simalungun

(N x 19% - N)

Persentase kata

kerabat(N: 2 x 19%-N)

Usia (waktu pisah)

antara bahasa Batak

Toba dan bahasa

(35)

121-98

Persentase retensi kata kerabat setiap seribu tahun adalah 80,5 %. Usia pisah

dalam ribuan tahun harus dibagi dua, karena masing-masing bahasa dalam seribu

(36)

2.4 Teknik Leksikostatistik

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu mengambil

langkah yang merupakan teknik metode leksikostatistik seperti :

1. Mengumpulkan Kosa Kata Dasar

Unsur yang paling penting dalam membandingkan dua bahasa atau lebih

adalah mengumpulkan daftar kosakata dasar dari bahasa-bahasa yang diteliti. Pada

kesempatan ini penulis menggunakan daftar yang disusun oleh Mahsun yang berisi

809 kata. Sebenrnya daftar yang disusun oleh Morris Swadesh yang berisi 200 kata

sudahlah yang merupakan daftar yang baik. Namun, kecenderungan dan kajian ini

adalah semakin singkat suatu daftar semakin besar pula peluang untuk membuat

kesalahan. Atau dengan kata lain, semakin banyak daftar yang kita susun maka

semakin kecil peluang kesalahnya. Oleh karena itulah penulis menggunakan daftar

Mahsun, selain daftarnya lebih banyak, kosa katanya juga terdiri atas kata-kata yang

sesuai dengan keadaan kultural kedua bahasa yang dibandingkan.

2. Menghitung Kata Kerabat

Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak

Toba dan bahasa Bahasa Simalungun benar-benar berbeda seperti contoh berikut ini:

a. Gloss yang tidak diperhitungkan

Glos yang tidak diperhitungkan dalam penetapan kata kerabat maupun no

kerabat. Glos yang tidak diperhitungkan itu adalah kata-kata yang kosong, yaitu gloss

yang tidak ada katanya baik dalam satu bahasa maupun dalam dua bahasa. Semua

kata pinjaman dari bahasa-bahasa kerabat maupun dalam bahasa non kerabat. Lebih

(37)

Pinjaman dari bahasa kerabat sejauh mungkin ditetapkan dengan

membandingkannya dengan unsur-unsur lain, seperti pada contoh tabel berikut ini:

No Glos Bahasa Batak

Toba

Bahasa Bahasa Simalungun

1 Surau --- ---

2 Kasau ---- ----

3 Kelenteng ---- ----

4 Khitanan ---- ----

5 Dukun sunat --- ---

6 Upacara turun kesungai anak yang telah dikitan

--- ---

7 Pemukul beduk --- ---

b. Pengisolasian morfem terikat

Bila dalam data yang telah dikumpulkan itu terdapat morfem terikat maka

sebelum mengadakan perbandingan untuk mendapatkan kata kerabat atau non kerabat

semua morfem terikat itu harus diisolir terlebih dahulu. Dengan mengisolasi morfem

terikat tersebut lebih mudah untuk menetapkan apakah satu pasangan kata

menunjukkan kesamaan atau tidak seperti pada contoh tabel berikut:

Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Simalungun

Tangan Sipangido(pangido) Tangan

(38)

Jadi kata yang diperhitungkan adalah kata dasar yang berarada di dalam

kurung yang terdapat pada tabel diatas.

c. Penetapan kata kerabat

1. Pasangan itu identik artinya kata-kata yang sama dengan sebuah kata atau

gloss diantara kedua bahasa yang diperbandingkan, seperti contoh berikut

ini:

2. Pasangan itu memiliki korespondensi fonemis artinya bila perubahan

fonemis antara kedua bahasa itu terjadi secara timbal balik dan teratur

serta tinggi frekwensinya maka bentuk yang berimbang antara kedua

bahasa tersebut adalah berkerabat, seperti pada tabel contoh berikut:

Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Bahasa Simalungun

Jari Jari-jari Jajari

Telunjuk Panuduh Tutuduh

Gloss Bahasa BatakToba Bahasa Bahasa Simalungun

Dagu Osang Osang

Geraham Ngadol Ngadol

Kita Hita Hita

Lesung Losung Losung

(39)

Kandang Handang Harang

Para Para-para Parapian

Kacang Hassang Kasang

3. Kemiripan serta fonetis artinya bila tidak dapat dibuktikan bahwa sebuah

kata tersebut mengandung korespondensi fonemis tetapi pasangan kata

tersebut mengalami kemiripan secara fonetis dalam posisi artikulatoris

yang sama maka pasangan kata tersebut adalah berkerabat, seperti pada

contoh tabel berikut ini:

Gloss Bahasa Batak Toba Bahasa Bahasa Simalungun

Mencari lului Torihi

Mendengar bege Tangar, bogei

Memberi tahu Paboa Patugah

Mengikat Sakkut Rahut

Menginjak

dengan satu kaki

Dege Dogei

4. Satu fonem berbeda artinya bila dalam suatu pasangan itu terdapat

perbedaan satu fonem tetapi dapat dijelaskan bahwa perbedaan itu terjadi

karena pengaruh lingkungan yang dimasuki oleh bahasa tersebut,

sedangkan dalam bahasa lain pengaruh lingkungan tersebut tidak

(40)

tersebut merupakan kata yang berkerabat, seperti pada contoh tabel

berikut ini:

Gloss Bahasa Toba Bahasa Simalungun

Gigi seri Gugat Gugut

Ompong Lobangon Lubangon

Perut Butuha Bituha

Kamar Bilut Biluk

Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang

dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase kekerabatan antara

kedua bahasa itu.persentase kata kerabat dihitung dari jumlah pasangan yang sisa,

yaitu 809 kata dikurangi dengan kata atau gloss yang tidak dapat diperhitungkan

karena kosong atau pinjaman. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa

Bahasa Simalungun hanya terdapat 802 pasangan kata yang lengkap, 7 gloss tidak

diperhitungkan. Dari 809 pasangan yang ada terdapat 502 pasangan kata kerabat, atau

hanya 62,05 % kata kerabat. Dengan selesainya menetapkan persentase kata kerabat,

maka akan dapat dilakukan prosedur berikut, yaitu menghitung usia dan waktu pisah

kedua bahasa tersebut. Untuk maksud tersebut hendaknya diperhatikan dua hal dari

perhitungan kata kerabat yaitu : 62,05 % kata kerabat, dan 802 pasangan kata yang

(41)

3. Menghitung Waktu Pisah

Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata

kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut :

W =

r

C

.

log

2

.

log

Dimana :

W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.

r : Retensi, atau persentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga

indeks

C : Persentase kerabat

(42)

BAB III

METODE PENELITAN

3.1 Metode Dasar

Prosedur yang digunakan untuk mendekati masalah dan mencari jawaban atas

masalah adalah metode. Untuk menyelesaikan skripsi ini, penulis menggunakan

metode leksikostatistik. Metode leksikostatistik adalah metode pengelompokan

bahasa yang dilakukan dengan menghitung persentase perangkat kognat (Mahsun,

1995 : 115). Kosa kata yang menjadi dasar perhitungan adalah kosa kata dasar (basic

vocabulary) yang meliputi kata-kata ganti, kata-kata bilangan, sistem kekerabatan,

anggota badan, alam dan sekitarnya, serta alat perlengkapan sehari-hari yang sudah

ada sejak permulaan. Penerapan metode leksikostatistik bertumpu pada asumsi dasar

( Keraf , 1984 : 123) yaitu :

a. Sebagian dari kosa kata suatu bahasa sukar sekali berubah bila dibandingkan dengan bagian lainnya.

b. Retensi (ketahanan) kosa kata dasar adalah konstan sepanjang masa. c. Perubahan kosa kata dasar pada semua bahasa adalah sama.

d. Bila persentase dari dua bahasa kerabat (cognate) diketahui, maka dapat dihitung waktu pisah kedua bahsa tersebut.

Untuk menerapkan keempat asumsi dasar di atas, maka perlu diambil

langkah-langkah tertentu. Langkah-langkah-langkah tersebut sekaligus merupakan teknik-teknik

(43)

Di antara langkah-langkah yang sangat diperlukan adalah :

1. Mengumpulkan kosa kata dasar kata kerabat.

2. Menetapkan pasangan-pasangan mana dari kedua bahasa yang berkerabat.

3. Menghitung usia atau waktu pisah kedua bahasa.

4. Menghitung jangka kesalahan untuk menetapkan kemungkinan waktu

pisah yang lebih cepat.

3.3 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan metode-metode sebagai berikut :

1. Metode Kepustakaan yaitu penulis mencari buku-buku yang berhubungan

dengan penulisan skripisi ini.

2. Metode observasi yaitu penulis langsung turun ke lokasi penelitian melakukan

pengamatan tempat, jumlah, dan pemakai (penutur), bahasa serta prilaku selama

pelaksaan penggunaan bahasa berlangsung.

3. Metode wawancara yaitu melakukan wawancara kepada informan yang

dianggap memenuhi syarat-syarat sebagai informan untuk dapat mengumpulkan

data yang dibutuhkan dengan menggunakan teknik rekam dan catatan.

4. Metode Kuesioner yaitu melakukan penelitian dengan memberikan daftar

pertanyaan yang diisi oleh masyarakat setempat dan hasil jawaban tersebut

(44)

Adapun syarat-syarat sebagai informan menurut (Mahsun, 1995 :106) adalah:

1. Berjenis kelamin pria atau wanita

2. Berusia antara 25-65 tahun (tidak pikun)

3. Orang tua, istri atau suami informan lahir dan dibesarkan di desa itu serta jarang atau tidak pernah meninggalkan desa itu

4. Berstatus sosial menengah 5. Pekerjaannya bertani dan buruh 6. Dapat berbahasa Indonesia 7. Sehat jasmani dan rohani

8. Berpendidikan (minimal tamatan SD dan sederajat)

3.2 Lokasi Sumber Data dan Instrumen Penelitian

Lokasi sumber data penelitian adalah Desa Cinta Maju Tamba Kecamatan

Sitio-tio Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba. Adapun alasan yang

melatarbelakangi penulis menentukan daerah penelitian tersebut karena masyarakat

didaerah tersebut penutur bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun adalah di desa

Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun. Didaerah penelitian

kedua di desa Bangun Raya, penulis memilih menjadi lokasi penelitian juga karena

di daerah tersebut penutur bahasa Simalungun. Penulis melakukan penelitian

diperlukan beberapa instrumen demi tercapainya data yang maksimal.

Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk mendapatkan atau

mengumpulkan data yang diperlukan. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan

alat rekam (tape recorder), daftar pertanyaan (kuesioner), pulpen (alat tulis), dan alat

(45)

3.4 Metode Analisis Data

Tahap untuk menyelesaikan data yang terkumpul adalah menganalisisnya.

Sehubungan dengan teknik yang penulis gunakan yakni teknik leksikostatistik, maka

untuk menganalisis data dilakukan dengan menerapkan prosedur yang sudah ada.

Adapun prosedur yang harus diikuti sebagai analisis data adalah sebagai berikut:

1. Menghitung Kata Kerabat, yakni dengan mengikuti prosedur yang sudah

ditentukan seperti :

a. Glos yang tidak diperhitungkan

b. Pengisolasian morfem terikat

c. Penetapan kata kerabat.

Untuk menghitung persentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984:

127):

C = x100%

G K

Di mana

C = cognates atau kata kerabat

K = jumlah kosa kata kerabat

G = jumlah glos

2. Menghitung Waktu Pisah.

Waktu pisah antara dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata

kerabatnya, dapat dihitung dengan mempergunakan rumus berikut (Keraf: 1984:

(46)

r

W = waktu perpisahan dalam ribuan (melenium)tahun yang lalu

r = retensi atau persentase konstan dalam 1000, atau disebut juga

indeks

C = persentase kerabat

Log = logaritma dari

3. Menghitung jangka kesalahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya digunakan kesalahan standar,

yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar diperhitungkan

dengan rumus berikut ini (Keraf: 1984:132):

S =

n c c(1− )

Di mana:

S = Kesalahan standar dalam persentase kata kerabat

c = Persentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun non

kerabat)

Hasil dari kesalahan ini jumlahkan dengan persentase kerabat untuk

mendapatkan c baru. Dengan c yang baru ini sekali lagi dihitung waktu pisah dengan

(47)

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1Menghitung Kata Kerabat

Setelah dilalui penelitian/analisis maka dapat diterapkan bahwa bahasa Batak

Toba dan bahasa Simalungun benar-benar berbeda seperti contoh berikut ini:

1. Gloss yang tidak diperhitungkan

No Glos Bahasa Batak

Toba

Bahasa Bahasa Simalungun

1 Surau --- ---

2 Kasau ---- ----

3 Kelenteng ---- ----

4 Khitanan ---- ----

5 Dukun sunat --- ---

6 Upacara turun kesungai anak yang telah dikitan

--- ---

(48)
(49)
(50)

51. Ompong Lobangon Lubangon V

58. Pergelangan tangan Pargolangan Pargolangan V

59. Perut Siubeon Boltok -

72. Telinga Parange, pinggol Pinggol,

Panangar

V

(51)

74. Tembuni Tali Pusok, Tali

kulit sejak lahir

Sihat Kamah, hamah -

laki laki kecil

Ucok Ussok V

laki laki remaja

Doli Garama -

95. Panggilan untuk

laki laki tua

(52)
(53)

118. Ibu dari orang tua Ompung boru Ompung daboru V

119. Isteri Pardijabu,

Parsonduk bolon

Parinangonni -

120. Isteri adik laki laki

ayah

Inanguda Inang tongah V

121. Isteri adik laki laki

ibu

Nantulang Anturang V

122. Isteri kakak laki laki

ayah

Inangtua Inangtua, inong

godang

V

123. Isteri kakak laki laki

ibu

Nantulang Anturang V

124. Isteri dari saudara Anggi boru Kaha, anggi -

125. Isteridari saudara

orang tua

Tulang Inangtua, inang

godang

Inang tua Inangtua, Inang

(54)

135. Orang tua dari

suami

Amang Simatua,

Inang simatua

Simatua dalahi V

136. Orang tua dari isteri Amang simatua,

inang Simatua

Marhotripe Satangga,

nasatangga

Tulang Panggis, bapa

tongah

147. Suami/isteri saudara

isteri

Hela, parumaen Hela, parmaen V

150. Suami kakak

perempuan dari

ayah

Amangboru Amangkela V

(55)

perempuan dari ibu anturang

152. Hamil Denggan

pamatang

Boratan rumah -

153. Bekerja ditempat

orang yang

mengadakan

pesta/meninggal

Marhobas Marhobas V

154. Bertunangan Martumpol Martunangan V

(56)

marujung

ngoluh

171. Penghulu Ulu punguan Ulu ni huta V

172. Upacara cuci perut

wanita hamil tujuh

bulanan

Mambosuri Bere

horas-horas

188. Kandang kambing Handang hambing Harang

hambing

V

189. Kandang kerbau Handang horbo Harang horbou V

(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)

342. Tebu Tobu Tobu V

Marpese Indung ni

(64)

369. Katak Sibagur Polang -

370. Kelelawar Arip arip, haluang Likkaboh -

371. Kerbau Horbo Horbou V

372. Kucing Huting Huting V

373. Kunang kunang Salimputput Salimpotpot V

(65)
(66)
(67)
(68)
(69)

500. Berjalan Dalan Dalan V

Bada mussung Martinggil -

(70)
(71)

547. Membawa dengan

tangan ( jinjing)

Hintang Hatting V

sesuatu hadiah dll)

Dapot Dapot V

565. Memutar(

meggunakan tali )

Mamiu Poroh

566. Menakutkan Biar Biar V

(72)

568. Menarik ( benda

590. Menginjak dengan

dua kaki

(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)

786. Sembilan belas Sampulu sia Sappuluh siah V

dua ikat kecil

Dua ikkat Dua ikat V

797. Ukuran padi dua

puluh lima ikat

Dua pulu lima

ikkat

Dua puluh lima

ikat

V

798. Ukuran padi dua

ratus liam puluh

ikat besar

Dua ratus lima

pulu ikkat

Dua ratus lima

puluh ikat

Saratus ikkkat Seratus ikat V

802. Ukuran padi seribu

ikat besar

(81)

Keterangan

( - ) Tidak berkerabat

( V ) Kata yang berkerabat

( X ) Tidak mempunyai pasangan kata

Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang

dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase kekerabatan antara

kedua bahasa itu. Dari 809 kata untuk bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun

hanya terdapat 802 pasangan kata yang lengkap, 7 gloss tidak diperhitungkan dan

502 kata yang berkerabat dan 300 kata yang tidak berkerabat. Untuk menghitung

persentase kata kerabat digunakan rumus (Keraf:1984: 127):

C = x100%

G K

Diketahui K = 502 kata

G = 809 kata

Ditanya C = x100%

G K

C =

809 502

× 100 %

(82)

4.2 Menghitung Waktu Pisah

Waktu pisah antar dua bahasa kerabat yang telah diketahui persentase kata

kerabatnya ,dapat di hitung dengan mempergunakan rumus berikut :

W =

W : Waktu perpisahan bahasa dalam ribuan (milenium) tahun yang lalu.

r : Retensi, atau persentase konstan dalam 1000 tahun, atau disebut juga

indeks

C : Persentase kerabat

Log : logaritma dari

Rumus di atas dapat diselesaikan dengan mengikuti tahap-tahap berikut :

1. Mula-mula mengenai logaritma C dan R dalam daftar logaritma :

(83)

Untuk mendapatkan log. C yakni log. 0,62 maka mula-mula harus di

cari logaritma dari 0,62 dan 0,63 selisih logaritma kedua bilangan itu dibagi

dua, dan hasilnya ditambahkan kepada log. 0,62 atau dikurangi dengan hasil

log. 0,63

Jadi menurut tabel di atas log. 0,62 :

Log. 0,62 = -0,478

Log. 0,63 = -0,462

Selisihnya = -0, 016: 2 = -0,008

Dengan demikian log. 0,62 adalah -0,502 yaitu :

-0,462+ (-0,008) = -0,470

-0,478 – (-0,008) = -0,470

Demikian juga dilakukan hal yang sama untuk mencari log. r yakni 0,805

dibulatkan menjadi 0,80

Log. 80 = -0,223

Log. 81 = -0,211

Selisihnya = -0,012 : 2 = -0,006

Dengan demikian log. 0,80 adalah -0,217 yaitu :

-0,211+ (-0,006 ) = -0,217

-0,223- (-0,006) = -0,217

2. Kemudian logaritma r dikalikan dengan dua

3. Hasil logaritma C dibagi dengan hasil dari (2)

4. Hasil dari pembagian dalam no. (3) menunjukakan waktu pisah dalam suatu

(84)

dikalikan dengan 1000. tetapi karena perpisahan itu tidak terjadi dalam satu

tahun tertentu lebih baik dipertahankan dalam bentuk satuan ribuan tahun

(millennium).

Dengan mempergunakan data-data dari hasil perbandingan antara bahasa

Batak Toba dengan bahasa Simalungun sebagai sudah dikemukakan dalam

langkah-langkah penetapan kata kerabat di atas, maka perhitungan waktu pisah menurut

rumus di atas adalah sebagai berikut :

W = 1,082

Jadi, perhitungan waktu pisah bahasa Batak Toba dengan bahasa Simalungun

adalah 1,082 ribuan tahun yang lalu. Atau dengan kata lain perhitungan waktu pisah

bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun dapat dinyatakan sebagai berikut :

a. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diperhitungkan

merupakan satu bahasa tunggal sekitar 1,082 ribuan tahun yang

lalu

b. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diperkirakan mulai

berpisah dari suatu bahasa proto kira-kira abad IX masehi

Karena mustahil bahwa perpisahan antara dua bahasa terjadi dalam satuan

tahun tertentu yakni 1,082 ribuan tahun lalu, tetapi harus terjadi berangsur- angsur,

maka harus ditetapkan suatu jangka waktu perpisahan itu terjadi. Untuk maksud

tersebut harus diadakan perhitungan tertentu untuk menghindarkan kesalahan

(85)

4.3 Menghitung jangka kesalahan

Untuk menghitung jangka kesalahan biasanya dipergunakan kesalahan

standar, yaitu 70% dari kebenaran yang diperkirakan. Kesalahan standar

diperhitungkan dengan rumus berikut :

S=

n c c(1− )

Dimana :

S = Kesalahan standar dalam persentase kata kerabat

c = Persentase kata kerabat

n = Jumlah kata yang diperbandingkan (baik kerabat maupun Non-kerabat).

Perhitungan dapat dilakukan dengan mengikuti urutan berikut :

1. 1 dikurangi c;

2. c dikalikan dengan hasil dari (1)

3. Hasil dari (2) dibagi dengan n ;

4. Menarik akar atas hasil dari (3)

5. Hasil dari (4) merupakan jangka kesalahan dari persentase kata kerabat

atas dasar 0,70 perkiraan mengenai kebenaran yang sesungguhnya.

Bila rumus di atas kita terapkan dalam bahasa Batak Toba dan bahasa

Simalungun, maka kesalahan standar bagi kedua bahasa itu adalah :

(86)

Hasil dari kesalahan standar ini (0,0003) dijumlahkan dengan persentase

kerabat untuk mendapatkan c baru: 0,62 + 0,0003 = 0,6203. dengan c yang baru ini

sekali lagi dihitung waktu pisah dengan menggunakan rumus waktu pisah pada

teknik no. c

Seperti sudah dikemukakan di atas untuk memperoleh jangka kesalahan,

maka waktu yang lama (1,082) dikurangi dengan waktu yang baru (1,101) = 19 tahun

dengan catatan setelah waktu pisah bahasa tersebut sebelum dikurangkan terlebih

dahulu dikali seribu, atau hasil akhir dikalikan seribu untuk menghubungkannya

dengan tahun sekarang, angka inilah yang harus ditambah dan dikurangi dengan

waktu yang lama untuk memperoleh usia atau waktu pisah kedua bahasa itu.

4.4 Menghitung prediksi usia kedua bahasa

Jadi, dengan memperhitungkan angka dalam jangka kesalahan standar 70 %

dari keadaan sebenarnya), maka prediksi umur atau usia bahasa Batak Toba dan

bahasa Simalungun dapat dinyatakan sebagai berikut :

1. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa

tunggal pada 1082 + 19 tahun yang lalu.

2. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa

tunggal pada 1068-1101 tahun yang lalu

3. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diprediksikan usianya

(87)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Berdasarkan uraian teoritis yang dikemukakan pada kajian Leksikostatistik

memberi perbandingan antara bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun yang

diperoleh dari objek penelitian yaitu di desa Tamba Nagodang Kecamatan Sito-tio

Kabupaten Samosir untuk bahasa Batak Toba dan Bahasa Simalungun di Desa

Bangun Raya Kecamatan Raya Kahean Kabupaten Simalungun serta buku-buku

yang mendukung dan yang berkaitan dengan penulisan skripsi ini, maka penulis

dapat menarik kesimpulan setelah menganalisis dari bab pertama sampai pada bab

keempat adalah sebagai berikut:

1. Bahasa merupakan salah satu unsur-unsur kebudayaan yang peranannya

sangat penting sebagai sarana komunikasi untuk menyampaikan maksud

dan pokok pikiran manusia serta mengekspresikan dirinya di dalam

interaksi kemasyarakatan dan pergaulan hidupnya.

2. Bahasa selalu berubah sesuai dengan perkembangan dan pengaruh yang di

dapat dari lingkungan.

3. Leksikostatistik adalah suatu teknik dalam pengelompokan bahasa yang

lebih cenderung mengutamakan peneropongan kata-kata (leksikon) secara

(88)

berdasarkan persentase kesamaan dan perbedaan suatu bahasa dengan

bahasa lain.

4. Sesudah menetapkan kata-kata kerabat dengan prosedur seperti yang

dikemukakan di atas, maka dapat ditetapkan besarnya persentase

kekerabatan antara kedua bahasa itu. Dari 809 kata untuk bahasa Batak

Toba dan bahasa Simalungun hanya terdapat 802 pasangan kata yang

lengkap, 7 kata yang tidak diperhitungkan dan 502 kata yang berkerabat.

5. Prediksi umur atau usia bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun dapat

dinyatakan sebagai berikut :

a. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa

tunggal pada 1082 + 19 tahun yang lalu.

b. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun merupakan bahasa

tunggal pada 1068-1101 tahun yang lalu

c. Bahasa Batak Toba dan bahasa Simalungun diprediksikan usianya

(89)

Saran

Pada akhirnya setelah memperhatikan dan menganalisa mengenai

Leksiokostatistik bahasa Batak Toba di Samosir dan bahasa Simalungun, penulis

dapat memberi saran :

1. Pembinaan bahasa daerah yang tumbuh berdampingan dengan bahasa

Indonesia yang tertera dalam UUD 1945, pada Bab XV pasal 36 ayat 2,

yang menyatakan bahwa disamping bahasa resmi Negara, bahasa daerah

adalah sebagai salah satu unsur kebudayaan nasional yang dillindungi dan

di lestarikan oleh Negara agar ditingkat dan bukan hanya simbol tertulis

belaka karena setiap daerah yang ada di seluruh pelosok yang kita cintai

ini memiliki banyak bahasa daerah yang berbeda-beda bentuk dan dialek

bahasa yang beranekaragam dan seluruhnya ada di negara kita ini.

2. Di era globalisasi ini bahasa daerah sudah semakin terkikis oleh sebab itu

kita sebagai bangsa Indonesia yang beragam suku harus melestarikan

budaya dan bahasa ibu (basic vocabulary) agar terpelihara dengan baik.

3. Pembelajaran bahasa daerah dan aksara Batak supaya diberlakukan pada

sekolah sekolah mulai dari tingkat Sekolah Dasar sampai Sekolah lanjutan

sebagai upaya yang nyata dan merupakan bukti yang sangat baik dalam

pelestarian bahasa dan sastra etnik yang ada diseluruh pelosok tanah air

ini.

(90)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul, 1994. Linguistik Umum. Jakarta. Rineka Cipta.

Ibrahim, Abd. Syukur, 1985. Linguistik Komparatif(Sajian Bunga Rampai).

Surabaya: PT Usaha Nasional.

Idrus, Fahmi,…….. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia.Surabaya: PT Greisinda Press.

Indriani, Ika, 2008. Leksikostatistik Bahasa Batak Toba dengan Bahasa Pakpak

Dairi. Fakultas Sastra USU. Medan.

Keraf, Goris. 1984. Linguistik Bandingan Historis. Jakarta: PT Gramedia.

Mahsun. 1995. Dialektologi Diakronis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

--- 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta. PT Grafindo Persada.

Nababan, P. W. J. 1993. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: PT Gramedia.

Parera, Jos Daniel. 1986. Studi Linguistik Umum dan Historis Bandingan. Jakarta:

Nusa Indah.

Ridwan, T. A. 1995. Dasar-Dasar linguistik. Medan: STBA Harapan.

Sibarani, Robert, 2004. Antropolinguistik.Medan: PT Poda

Sibarani, Robert.2004. Seminar Nasional Kebahasaan dan Kesusastraan Indonesia/

Daerah. Medan, USU.

Warneck, J, 2001. Kamus Bahasa Batak Toba – Bahasa Indonesia. Medan: Bina

Media.

(91)
(92)
(93)
(94)
(95)

Lampiran 3

DAFTAR KOSAKATA

No Glos Bahasa Batak Toba Bahasa Simalungun

1. Alis Salibon Alis

2. Bahu Abara Abara

3. Betis Bitis, botohon Bitis

4. Bibir Pamangan Bibir

5. Bulu dada Imbulu ni andora Ambulu ni tonton

6. Bulu ketiak Imbulu ni gedek gedek Ambulu ni kihik

7. Bulu kuduk Imbulu ni tariti Ambulu ni borgok

8. Bulu roma Marsisir imbulu Manorgi ambulu

9. Dada Andora Tonton

10. Daging Pamatang Akkula, daging

11. Dagu Osang Osang

12. Dahi Pardompahan Pardompakan

13. Darah Mudar Daroh

14. Geraham Ngadol Ngadol

15. Gigi Ipon Ipon

16. Gigi seri Panggugat Gugut

17. Gigi yang bertumpuk

tumbuhnya

Pinjilon Padehal

18. Gigi yang menonjol

keluar

Tuja Dungil

19. Gusi Siratan Gusi

20. Hati Ate ate Atei

21. Hidung Parnianggoan, Igung Igung

(96)

23. Isi tulang Umok ni holi holi Utok-utok ni holi-holi

24. Jantung Pusu pusu Pusu-pusu

25. Janggut Janggut Janggut

26. Jari Jari jari Jajari

27. Jari manis Jari tonggi Amborita

28. Jari tengah Jari tonga Tutu alang

29. Kaki Simanjojak, pat Nahei

30. Kelingking Dihil Didihil

31. Kemaluan laki laki Situmorjok Natu

32. Kemaluan perempuan Situmeak Tete

33. Kepala Simanjujung Ulu

34. Kerongkongan Aru aru Tolonan

35. Ketiak Gitik gitik Kihik

36. Kuku Sisilon Sisilon

37. Kulit Huling kuling Hulit

38. Kumis Mise Gumis

39. Kutu Hutu Hutu

40. Leher Rungkung Borgok

41. Lemak Lambiak Lambuyak

42. Lengan Pargolangan Batokan

43. Lidah Dila Dila

50. Mulut Pamangan, papangan Babah

(97)

52. Otak Utok utok Otak

53. Paha Hae hae Hae-hae

54. Pantat Ihur Tombom

55. Paru paru Andora Orak-orak

56. Pelipis Imbulu mata, imbulu

simalolong

Ambulu mata

57. Pelupuk mata Topi mata Tepih mata

58. Pergelangan tangan Pargolangan tangan Pargolangan ni tangan

59. Perut Siubeon Boltok

60. Pinggang Gonting Binongei

61. Pinggul Tambon Popat

62. Pundak Abara Takkuhuk

63. Punggung Tanggurung Gurung

64. Pusar Pusok Hapisoran

65. Rambut Jambulan, Obut Jambulan, Ambulu

66. Rusuk Rusuk Kokak, rusuk

67. Siku Sukki Attolis

68. Susu Tarus Tadah, nunuk, nenneh

69. Tangan Sipangido, sipanjalo Tangan

70. Telapak kaki Jampal ni simanjojak Jappal

71. Telapak tangan Jampal ni simanjalo Tapak ni tangan

72. Telinga Siparange, pinggol Pinggol, Panangar

73. Telunjuk Sipanudu Tutuduh

74. Tembuni Pusok, Pusor Pusar

75. Tengkuk Rungkung Takkuhuk

76. Tubuh Pamatang, Badan Akkula, badan

77. Tulang kering Holi ni pat Holi ni nahei

78. Tulang rahang Osang-osang Ungar-ungar

(98)

80. Ubun ubun Sambubu Salimbubu

81. Urat Urat urat Urat

82. Usus Butuha Bituha

83. Warna hitam pada kulit

sejak lahir

Landong Kamah, hamah

Kata ganti, sapaan, dan

acuan

84. Dia Imana Ia

85. Kami Hanami Hanami

86. Kamu Hamu Ham, ho

87. Kamu sekalian Hamu sude Nasiam haganup

88. Kita Hita Hita

89. Laki laki Baoa Dalahi

90. Nama Goar Goran

91. Panggilan untuk laki laki

kecil

Ucok Ussok

92. Panggilan untuk gadis

kecil

Butet Butet

93. Panggilan untuk gadis

remaja

Anak boru, namarbaju Anak boru sampean

bunga, anak boru

marlajar

94. Panggilan untuk laki laki

remaja

Doli doli Marlajar garama

95. Panggilan untuk laki laki

tua

Ompung Ompung dalahi

96. Panggilan untuk

perempuan tua

Ompung boru Ompung daboru

97. Perempuan Borua Daboru

Gambar

TABEL LOGARITMA
Gambar Peta Kabupaten Simalungun
Gambar Peta Kabupaten Samosir

Referensi

Dokumen terkait

Suatu kata tambah tergolong kepura-puraan jika kata tambah itu menyatakan suatu tindakan yang tersebut pada frasa verbal sebagai unsur intinya dan dilakukan dengan tidak

Pengumpulan data dilakukan penulis dengan menggunakan metode simak, karena cara yang digunakan untuk memperoleh data adalah menyimak penggunaan bahasa yang diteliti (Mahsun,

Penelitian kuantitatif adalah suatu proses menemukan pengetahuan yang menggunakan.. data berupa angka sebagai alat menemukan keterangan mengenai apa yang ingin

Secara  umum  semantik  dapat  didefinisikan  sebagai  kajian  makna  dalam  bahasa  atau  kajian  makna  kebahasaan.  Kajian  makna  bahasa  tentu  dapat 

disimpulkan bahwa frasa adalah satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau. lebih yang tidak memiliki predikat

Jadi penduduk mayoritas adalah penduduk bermarga dari Humbang Hasundutan dan Samosir ditambah dari kelompok marga lain yang datang sebagai panombang (pencari

Contoh (9), menjelaskan bahwa ‘adik’ berperan sebagai pelaku sekaligus sebagai agen, sebab partisipan ini yang melakukan suatu tindakan pada bendanya, sedangkan ‘bola’

dengan Pakpak Dair i” dengan menggunakan teori Linguistik Historis Komparatif dengan menggunakan kosakata Mahsun yang berjumlah 809 kata. Metode yang digunakan adalah