• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE BRAINSTORMING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN METODE BRAINSTORMING SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 78

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN

METODE BRAINSTORMING SEBAGAI UPAYA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Jamalum Purba, Rani Helvia Leonita Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Medan

Jp64.purba@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh metode brainstorming pada pendekatan konstruktivisme terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada pokok bahasan laju reaksi siswa XI IPA SMA RK Serdang Murni Lubuk Pakam. Populasi dalam penelitian sebanyak 4 kelas. Sampel penelitian sebanyak 2 kelas diambil secara acak, satu kelas sebagai eksperimen 1 dan satu kelas sebagai eksperimen 2. Pembelajaran kelas eksperimen 1 dengan pendekatan konstruktivisme menggunakan metode brainstorming dan pembelajaran kelas eksperimen 2 dengan pendekatan konstruktivisme tanpa menggunakan metode brainstorming. Rata-rata peningkatan hasil belajar kelas eksperimen 1 sebesar 52 % dan rata-rata peningkatan hasil belajar kelas eksperimen 2 adalah 38 %. Uji normalitas dan homogenitas sebagai prasyarat uji hipotesis, diperoleh hasil bahwa peningkatan hasil belajar siswa kelas eksperimen 1 dan siswa kelas eksperimen 2 dinyatakan berdistribusi normal dan homogen. Data hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan metode brainstorming dan pendekatan konstruktivisme lebih besar dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan pendekatan konstruktivisme tanpa

brainstorming. Dengan selisih gain sebesar 14% dan perbedaan peningkatan keaktifan

belajar siswa sebesar 11,98%.

Kata kunci: Konstruktivisme, brainstorming, hasil belajar

Abstract. This study aims to determine the effect of the method of brainstorming on a constructivist approach to improving student learning outcomes on the subject of the rate of reactions Students XI Senior School of Natural Sciences of RK Serdang Murni Lubuk Pakam. The population in the study of 4 classes. Samples are drawn at random two classes, one class as experiment 1 and one class as experiment 2. Learning the experimental class 1 with a constructivism approach using the method of brainstorming and learning experimental class 2 with a constructivism approach without using the method of brainstorming. The average increase in learning outcomes experimental class 1 by 52% and the average experimental class learning outcome 2 is 38%. Normality and homogeneity test as a prerequisite for hypothesis testing, the result that improving student learning outcomes and student experimental class 1 experimental class 2 otherwise normal distribution and homogeneous. Research data show that improving student learning outcomes that are taught with methods of brainstorming and constructivism approach greater than the classes taught by a constructivist approach without brainstorming. With a gain of 14% difference and the difference in students' learning activeness increase by 11.98%.

(2)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 79 PENDAHULUAN

Perubahan seseorang yang pada awalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan aktivitas yang dapat menghasilkan perubahan dalam diri seseorang, baik secara aktual maupun potensial. Perubahan yang diperoleh sesungguhnya merupakan pengetahuan baru yang ditempuh dalam jangka waktu yang lama, dimana perubahan itu terjadi karena usaha dari diri setiap individu (Komalasari, 2010). Paradigma metodologi pembelajaran saat ini disadari atau tidak telah mengalami pergeseran dari behaviorisme ke konstruktivisme. Dimana hal ini menuntut guru di lapangan harus mempunyai syarat dan kompetensi untuk dapat melakukan suatu perubahan dalam melaksanakan proses pembelajaran di kelas. Guru dituntut lebih kreatif, inovatif, tidak merasa sebagai teacher center, menempatkan siswa tidak hanya sebagai objek belajar tetapi juga sebagai subjek belajar dan pada akhirnya bermuara pada proses pembelajaran yang menyenangkan, bergembira, demokratis dan menghargai setiap pendapat (Hanafiah, 2009). Permasalahan dalam proses pembelajaran saat ini adalah bukan semata-mata karena materi yang sulit, tetapi disebabkan oleh cara pengajaran dalam menyampaikan materi yang sulit diterima siswa atau dengan kata lain ketidaktepatan dalam penggunaan model ayau metode pembelajaran dan pendekatan serta strategi dalam pembelajaran. Menurut Ausbel (dalam Dahar, 1996) belajar bermakna merupakan proses mengaitkan informasi berupa pelajaran yang baru dengan konsep-konsep yang relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa. Menurut Piaget pendekatan konstruktivisme adalah suatu pengajaran yang menekankan bahwa siswa mengkonstruksi pengetahuan atau menciptakan makna sebagai hasil pemikiran. Dengan demikian, belajar menurut konstruktivisme adalah suatu perubahan konseptual, yang dapat berubah pengkonstruksian ide baru atau merekonstruksi ide yang sudah ada

sebelumnya. Kelompok ini yakin bahwa pembelajar dapat mengkonstruksi realitas sosial atau menafsirkannya berdasarkan persepsi atas pengalaman mereka. Oleh karena itu, teoritikus ini berkeyakinan bahwa pengetahuan individu berfungsi sebagai pengalaman, struktur mental, dan keyakinan seseorang yang digunakan untuk menafsirkan objek, peristiwa, atau fenomena alam dan sosial (Kusmana, 2010).

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siregar (2008) menunjukan bahwa penerapan pendekatan konstruktivisme melalui metode belajar bermakna dalam kooperatif pada pokok bahasan struktur atom dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 11,0%. Penelitian yang dilakukan oleh Hasibuan (2011) menunjukan bahwa pengaruh pendekatan konstruktivisme melalui model belajar berdasarkan masalah terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan struktur atom dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 5,3%. Berdasarkan hasil penelitian diatas maka konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pelajaran kimia bila dibandingkan dengan pembelajaran yang biasa dilakukan.

Untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran yang dipelajari, perlu didukung dengan penggunaan metode yang juga berpusat pada siswa. Salah satu metode pembelajaran yang berpusat pada siswa adalah metode curah pendapat (Brainstorming). Metode ini bersifat lunak dengan teknik berpikir kreatif dimana metode ini juga dapat digunakan secara umum dan dapat digunakan dalam banyak bidang (universal). Dalam penerapan metode ini, siswa dituntut untuk mempunyai pendapat tentang materi pelajaran yang diajarkan, karena setiap pendapat yang dikemukakan oleh siswa merupakan suatu informasi mentah yang nantinya akan didiskusikan lagi di dalam kelas. Dalam hal ini pendapat siswa tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar, semua yang disampaikan siswa adalah sebagai informasi

(3)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 80 tentang materi ajar yang akan dibahas.

Diakhir pembelajaran dengan metode ini siswa ditugaskan untuk membuat suatu peta pikiran dari hasil analisis masing – masing siswa.

Metode brainstorming telah digunakan dalam pembelajaran. Dahri (2008), melakukan penelitian efektivitas

genius learning yang dikombinasikan dengan

metode brainstorming dapat meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 57,72%. Pardede (2011), melakukan penelitian efektivitas penerapan genius learning yang dikombina-sikan dengan metode brainstorming

menunjukan peningkatan hasil belajar sebesar 30,24%. Menurut data penelitian di atas dapat dibuktikan bahwa penerapan metode brainstorming dapat menjadi salah satu metode pilihan dalam pelajaran kimia, karena peningkatan hasil belajar siswa dapat meningkat sekitar 40%.

Materi laju reaksi merupakan materi yang berhubungan dengan konsep dan perhitungan, dimana pokok bahasan ini sering tidak disukai siswa karena dianggap sulit. Aplikasi materi laju reaksi banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari antara lain pemanasan dengan panci tertutup dan pelarutan gula dengan air panas. Penelitian Situmorang (2011) menunjukan peningkatan hasil belajar sebesar 65,69% dalam penerapan model pelajaran REACT pada pokok bahasan laju reaksi, dan penelitian Yuyani (2010) menunjukan peningkatan hasil belajar siswa sebesar 51,90% dalam penerapan pendekatan keterampilan proses melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD pada pokok bahasan laju reaksi. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa pengajaran pokok bahasan laju reaksi dilakukan dengan cara berkelompok dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini terjadi karena interaksi antar siswa berlangsung secara signifikan dan guru hanya sebagai fasilitator dalam proses belajar mengajar

SMA Room Khatolik (RK) Serdang Murni Lubuk Pakam, merupakan salah satu

SMA swasta terbaik di kecamatan Lubuk Pakam. Minat belajar siswa disekolah ini juga cukup tinggi dan ditunjang juga dengan kedisiplinan siswa pada peratutran yang ada di sekolah tersebut. Alangkah lebih baiknya bila sistem pembelajaran di sekolah ini juga diisi dengan sistem pembelajaran yang menyenangkan. Namun sistem pembelajaran disekolah ini masih monoton belum menggunakan metode yang bervariasi sehingga perlu dilakukan inovasi pembelajaran.

KAJIAN TEORETIS

1. Hakekat Belajar Mengajar

Kegiatan belajar mengajar adalah inti kegiatan dalam pendidikan. Kegiatan belajar mengajar melibatkan semua komponen pengajaran, kegiatan akan menentukan sejauh mana tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai. Menurut Djamarah (2006), dalam kegiatan belajar mengajar, anak didik adalah sebagai subjek dan sebagai objek kegiatan pengajaran. Oleh karena itu, inti proses pengajaran adalah kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan pengajaran akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk mencapainya. Berbeda halnya dengan anak didik yanang tidak belajar, anak didik tidak merasakan perubahan dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah merasakan” perubahan “ yang terjadi didalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.

Mengajar bukanlah memindahkan pengetahuan dari guru ke murid, melainkan suatu kegiatan yang memungkinkan siswa membangun sendiri pengetahuannya. Mengajar berarti berpartisipasi dengan pelajar dalam bentuk pengetahuan, membuat makna, mencari kejelasan, bersikap kritis dan mengadakan justifikasi.

2. Hasil Belajar

Menurut Djamarah (2006) hasil belajar adalah hasil yang di peroleh berupa kesan-kesan yang mengakibatkan perubahan

(4)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 81 dalam diri individu sebagai hasil dari

aktivitas dalam belajar. Hasil belajar merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah menyelesaikan suatu paket belajar tertentu, yang dapat diukur dalam berbagai bentuk melalui proses evaluasi tertentu, hasil yang dicapai dapat berupa ranah kognitif (pengetahuan), afektif (sikap) dan psikomotorik (keterampilan), yang semuanya itu tercermin dalam hasil belajar siswa .

Hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan penilaian dan / atau pengukuran hasil belajar. Berdasarkan pengertian hasil belajar kita dapat menentukan tujuan utamanya adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran, dimana tingkat keberhasilan tersebut kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol. Apabila tujuan utama kegiatan hasil belajar ini sudah terealisasi, maka hasilnya dapat difungsikan dan ditunjukkan untuk berbagai keperluan (Komalasari, 2010).

3. Keaktifan Belajar Siswa

Guru merupakan penanggung jawab kegiatan proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab gurulah yang langsung memberikan kemungkinan bagi para siswa belajar dengan efektif melalui pembelajaran yang dikelolanya. Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau pengajaran masih tetap memegang peranan penting. Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai, perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat dicapai melalui alat-alat tersebut.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa guru memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu

guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Proses belajar yang bermakna adalah proses belajar yang melibatkan berbagai aktivitas para siswa. Untuk itu guru harus berupaya untuk mengaktifkan kegiatan belajar mengajar tersebut. Selanjutnya tingkat keaktifan belajar siswa dalam suatu proses pembelajaran juga merupakan tolak ukur dari kualitas pembelajaran itu sendiri.

Pembelajaran dikatakan berhasil dan berkualitas apabila seluruhnya atau setidak-tidaknya sebagian besar (75%) peserta didik terlibat secara aktif, baik fisik, mental maupun sosial dalam proses pembelajaran, di samping menunjukkan kegairahan belajar yang tinggi, semangat belajar yang besar, dan rasa percaya pada diri sendiri. Agar siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran, maka diperlukan berbagai upaya dari guru untuk dapat membangkitkan keaktifan mereka. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka hendaknya guru merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas-tugas yang dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya.

4. Pendekatan Mengajar

Setiap orang akan mengerjakan sesuatu, maka orang tersebut mestinya menetapkan sasaran yang hendak dicapai. Untuk mencapai sasaran yang hendak dicapai seseorang memilih pendekatan yang tepat sehingga diperoleh hasil yang optimal,

(5)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 82 jadi pendekatan pembelajaran adalah cara

yang ditempuh guru dalam pelaksnaan pembelajaran agar konsep yang disajikan bisa beradaptasi dengan siswa. Metode mengajar adalah cara mengajar, satu bagaian dari pendekatan mengajar.

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, yang di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoritis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered

approach)).

a. Pendekatan Konstruktivisme

Pendekatan konstrutivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan supaya lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal (Hanafiah, 2009).

Menurut Suprijono (2010), gagasan konstruktivisme mengenai pengetahuan dapat dirangkum sabagai berikut : 1) Pengetahuan bukanlah gambaran dunia kenyataan belaka, tetapi selalu merupakan konstruksi kenyataan melalui kegiatan subjek. 2) Subjek membentuk skema kognitif, kategori, konsep, dan struktur yang perlu untuk pengetahuan. 3) Pengetahuan dibentuk dalam struktur konsep seseorang. Struktur konsep membentuk pengetahuan jika konsep itu berlaku dalam berhadapan dengan pengalaman – pengalaman seseorang.

Dalam pandangan konstruktivisme, peran guru adalah menyediakan suatu sarana agar siswa dapat membangun sendiri pengetahuan di dalam benaknya. Guru dapat memberikan fasilitas untuk proses ini dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka sendiri dan membelajarkan siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan tahap-tahap yang dapat membawa kepemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri yang menemukan atau mendapatkan pemahaman tersebut (Slavin, 1994).

Hakikat pembelajaran berdasarkan teori konstruktivistik adalah non-objectif, bersifat temporer, selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar merupakan sebagai penyusunan pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaborasi, dan refleksi serta interpretasi. Kusmana (2010), menyatakan beberapa hal yang perlu mendapat perhatian pembelajaran konstrukstivistik, yaitu : (1) mengutamakan pembelajaran yang konstektual atau belajar yang bersifat nyata dalam kontek yang relevan, (2) mengutamakan proses belajar daripada hasil, (3) menanamkan pembelajaran dalam konteks pengalaman sosial peserta didik, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya mengkonstruksi pengalaman yang dimiliki peserta didik. b. Karakteristik Pendekatan

Konstruk-tivisme

Setiap pendekatan pembelajaran memiliki karakteristik dan prinsip tersendiri, begitu pula pendekatan konstruktivisme. Hanafiah (2009), menyatakan karakteristik pembelajaran kontruktivis adalah sebagai berikut: 1) Proses pembelajaran berpusat pada peserta didik sehingga peserta didik diberi peluang besar untuk altif dalam proses pembelajaran. 2) Proses pembelajaran merupakan proses integrasi pengetahuan baru dengan pengetahuan lama yang dimiliki peserta didik. 3) Berbagai pandangan yang berbeda di antara peserta didik dihargai dan

(6)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 83 sebagai tradisi dalam proses pembelajaran. 4)

Peserta didik didorong untuk menemukan berbagai kemungkinan dan mensitesiskan secara integritas. 5) Proses pembelajaran berbasis masalah dalam rangka mendorong peserta didik dalam proses pencarian (inquiry) yang lebih alami, 6) Proses pembelajaran mendorong terjadinya koperatif dan kompetitif dikalangan peserta didik secara aktif, kreatif, inovatif, dan menyenangkan. 7) Proses pembelajaran dilakukan secara konstektual, yaitu peserta didik dihadapkan kedalam pengalaman nyata.

Pembelajaran yang berorientasi konstruktivis menekankan pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif melalui proses pembelajaran yang bermakna. Guru tidak mampu memberikan semua pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok ataupun diskusi. Pembelajaran dikatikan dengan kehidupan nyata atua masalah yang disimuliasikan. Dengan demikian pengetahuan akan keterampilan akan didapat, perilaku akan terbentuk atas kesadaran sendiri atau kesadaran diri si pelajar. (http://krizi. wordpress.com/2011/09/12/pendekatan-konstruktivis/).

c. Desain Pembelajaran Konstruktivistik Sebuah desain yang dikemukakan dan dikembangkan menggunakan pendekatan konstruktivistik terdiri atas beberapa komponen penting. Menurut Pribadi (2009), beberapa komponen penting dalam pendekatan konstrukstivistik yaitu situasi, pengelompokan, pengaitan, pertanyaan, eksibisi, dan refleksi.

1. Situasi, komponen ini menggambarkan secara komprehensif tentang maksud dan tujuan dilaksanakannya aktivitas pembelajaran. Selain itu, dalam komponen situasi juga tergambar tugas – tugas yang perlu diselesaikan oleh sisiwa agar mereka memiliki makna dari pengalaman belajar yang telah dilalui

2. Pengelompokan, komponen pengelompokan dalam aktivitas pembelajaran berbasis pendekatan konstruksivisme memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan interaksi dengan sejawat. Pengelompokan sangat bergantung pada situasi atau pengalaman belajar yang ingin dilalui oleh siswa. Pengelompokan dapat dilakukan secara acak (random) atau didasarkan pada kriteria tertentu (porposive).

3. Pengaitan, komponen pengaitan dilakukan untuk menghubungkan pengetahuan yang btelah dimiliki oleh siswa dengan pengetahuan yang baru. Bentuk – bentuk kegiatan pengaitan sangat bervariasi, misalnya melalui pemecahan masalah atau melaui topik – topik yang spesifik.

4. Pertanyaan, pengajuan pertanyaan merupakan hal penting dalam aktivitas pembelajaran. Pertanyaan akan memunculkan gagasan asli yang merupakan inti dari pendekatan pembelajaran konstruktivistik. Dengan munculnya gagasan – gagasan yang bersifat orisinil, siswa dapat membangun pengetahuan di dalam dirinya.

5. Eksibisi, komponen eksibisi dalam pembelajaran konstruksivisme memberi kesempatan untuk sisiwa untuk dapat menunjukan hasil belajar setelah mengikuti suatu pengalaman belajar. Pengetahuan seperti apa yang telah dibangun oleh siswa setelah mengikuti proses pembelajaran dengan

menggunakan penddekatan

konstruktivistik.

6. Refleksi, komponen ini pada dasarnya memberi kesempatan kepada guru dan siswa untuk berpikir kritis tentang pengalaman belajar yang telah mereka tempuh baik personal maupun kolektif. Refleksi juga memberi kesempatan kepadda siswa untuk berpikir tentang aplikasi dari pengetahuan yang telah mereka miliki.

(7)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 84 d. Metode Belajar Brainstorming

Metode brainstorming (curah gagasan atau curah pendapat) merupakan suatu teknik yang efektif untuk mengetahui apa yang telah diketahui oleh siswa. Tujuan utamanya adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda dalam waktu yang singkat.

Berbeda dengan diskusi dimana gagasan dari seseorang dapat ditanggapi (didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada metode

brainstorming pendapat orang lain tidak

untuk ditanggapi. Tujuan curah pendapat adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat, informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan

(mind-mapping) untuk menjadi bahan

pembelajaran bersama bagi siswa. (http://www.scribd.com/doc/56617129/MOD

EL-Brainstorming-and-Mind-Mapping). e. Desain Metode Pembelajaran

Brainstorming

Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.

Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat, komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode brainstorming. Adalah sebagai

berikut : 1) Pemberian informasi dan motivasi, guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan pemikirannya. 2) Identifikasi, pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta penjelasan. Hal ini agar kreativitas peserta didik tidak terhambat. 3) Klasifikasi, semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok. Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain. 4) Verifikasi, kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya. Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta argumentasi-nya. 5) Konklusi (Penyepakatan), guru / pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap paling tepat. (http://www.farhan- bjm.web.id/2011/09/pengertian-metode-pembelajaran.html)

METODOLOGI PENELITIAN

Populasi dalam penelitian adalah seluruh siswa Kelas XI Jurusan IPA SMA RK Serdang Murni Lubuk Pakam sebanyak 4 kelas dengan jumlah siswa 172 orang. Sampel penelitian sebanyak dua kelas yang dipilih secara acak. Satu kelas sebagai kelas eksperimen 1 yaitu kelas yang diajar dengan menerapkan pendekatan konstruktivisme menggunakan metode brainstorming dan satu kelas yang lain sebagai kelas eksperimen 2 yang diajar dengan menerapkan pendekatan

(8)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 85 konstruktivisme tanpa menggunakan metode

brainstorming. Sampel setiap kelas berjumlah 28 orang.

Instrumen yang digunakan untuk memperoleh data adalah test tertulis pilihan berganda. Tes digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi pelajaran laju reaksi sehingga dapat diketahui pengaruh setiap perlakauan yang ditetapkan pada kedua kelas eksperimen.

Selian tes pilihan berganda instrument lembar observasi juga digunakan untuk mengamati aktivitatas belajar siswa. Indikator penilaian lembar observasi adalah (a) mengajukan pertanyaan, (b) memberikan jawaban, (c) keaktifan berdiskusi, (d) membuat kesimpulan. Setiap indicator dengan 4 deskripsi penilaian

Penelitian ini menggunakan rancangan Group Pretest-Post Test Design (Rancangan uji awal dan akhir).

Sebelum kedua sampel diberikan perlakuan terlebih dahulu diberi tes awal untuk mengetahui kemampuan awal siswa kedua kelas eksperimen. Tahap berikutnya dilakukan pembelajaran yang berbeda yaitu kelas eksperimen 1 diajar dengan penerapan metode brainstorming dengan pendekatan konstruktivisme dan kelas eksperimen 2 diajar dengan pendekatan konstruktivisme tanpa metode brainstorming. Pada akhir proses pembelajaran diberi tes akhir untuk mengetahui hasil belajar siswa. Data pre-test dan post-test yang diperoleh dianalisis untuk melihat peningkatan hasil belajar.

Tahapan-tahapan yang dilakukan dalam menganalisis data yaitu uji peningkatan hasil belajar (gain), uji normalitas menggunakan uji Chi Kuadrat, uji homogenitas menggunakan uji farians dan pengujian hipotesis menggunakan uji t yaitu uji t pihak kanan.

Hipotesa yang akan diuji dalam penelitian ini adalah Peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode

brainstorming menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih besar dari peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan

pendekatan konstruktivisme tanpa metode

brainstorming pada pokok bahasan laju

reaksi. Hipotesa diterima jika harga t hitung > dari harga ttabel pada taraf sihnifikansi 5 %.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari hasil pengolahan data diperoleh nilai rata-rata tes awal kelas eksperimen I sebesar 30,19 dan nilai postest sebesar 66,72, dengan nilai terendah 45,45 dan nilai tertinggi 81,82. Sedangkan pada kelas eksperimen 2 diperoleh nilai rata-rata pretest 30,84 dan postest 57,85, dengan nilai terendah 40,91 dan nilai tertinggi 77,27.

Analisis data penelitian menunjukkan bahwa gain di kelas eksperimen 1 mencapai 52% , dengan 2 orang (7,14 %) siswa kategori tinggi, 24 orang (85,72 %) siswa kategori sedang serta 2 orang (7,14 %) siswa kategori rendah. Sedangkan gain di kelas eksperimen 2 mencapai 38% dengan kategori 20 orang (71,43 %) siswa kategori sedang dan 8 orang (28,57 %) siswa kategori rendah

(9)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 86 .

Besar peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode brainstorming dan pendekatan

kontruktivisme dibandingkan dengan kelas yang diajarkan dengan menggunakan pendekatan konstruktivisme tanpa metode brainstorming pada pokok bahasan laju reaksi sebesar 14 %.

Berdasarkan hasil analisis dua prasyarat yang harus dipenuhi agar uji hipotesis dapat dilakukan yaitu uji normalitas dan homogenitas. Data dinyatakan normal dan homogen.

Berdasarkan pengujian statistik diperoleh harga t hitung sebesar 3,35 > dari harga t tabel 1,69, maka hipotesis dapat diterima. Terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode brainstorming menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi dari peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan konstruktivisme tanpa metode brainstorming pada pokok bahasan laju reaksi

(10)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 87 Selain mengukur hasil belajar siswa,

penilaian aktivitas belajar siswa juga dilakukan untuk melihat keterlibtan siswa dalam proses pembelajaran. Penilaian aktivitas belajar siswa dilakukan setiap pertemuan. Penilaian bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan keaktifan siswa di kelas yang diajarkan menggunakan pendekatan konstruktivisme dengan metode brainstorming dengan pendekatan konstruktivisme tanpa menggunakan metode brainstorming. Setelah dianalisis diperoleh rata-rata keaktifan siswa pada kelas yang diajarkan menggunkan pendekatan konstruktivisme dengan metode brainstorming eksperimen sebesar 67,26%, sedangkan rata-rata keaktifan siswa pada kelas yang diajar dengan pendekatan konstruktivisme tanpa menggunakan metode brainstorming adalah 55,28%. Sehingga dapat disimpulkan pengaruh penggunaan metode brainstorming pada penerapan pendekatan konstruktivisme pada materi laju reaksi dapat meningkatkan keaktifan siswa sebesar 11,98%.

Berdasarkan data hasil penelitian dan pengujian hipotesa terbukti bahwa peningkatan hasil belajar siswa yang diajar dengan metode brainstorming menggunakan pendekatan konstruktivisme lebih tinggi dari peningkatan hasil belajar siswa yang diajarkan dengan pendekatan konstruk-tivisme tanpa metode brainstorming pada pokok bahasan laju reaksi sebesar 14 %. Pengaruh penggunaan metode brainstorming pada penerapan pendekatan konstruktivisme pada materi laju reaksi dapat meningkatkan keaktifan siswa sebesar 11,98%.

Hal ini sesuai dengan penelitian Elvinawati (2011) yang menyatakan bahwa penerapan konstruktivisme dan model peta konsep dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar mahasiswa pada mata kuliah kimia pemisahan. Hasil penelitian ini juga sesuai dengan penelitian Yezita dkk (2012) yang menyatakan bahwa bahan ajar interaktif matematika berbasis konstruktivisme dapat melatih siswa dalam mengkonstruksi sendiri pengetahuannya saat pembelajaran bersama guru di sekolah maupun dalam belajar mandiri di rumah.

Hasil penelitian ini juga didukung oleh hasil penelitian Dahri (2008) metode brainstorming yang dikombinasikan dengan genius learning meningkatkan hasil belajar siswa sebesar 57,72%. Hasil penelitian Pardede (2011), penerapan metode brainstorming dapat meningkatkan hasil belajar sebesar 30,24%.

Pendekatan konstruktivisme dalam belajar merupakan salah satu pendekatan yang lebih berfokus kepada peserta didik sebagai pusat dalam proses pembelajaran. Pendekatan ini disajikan agar lebih merangsang dan memberi peluang kepada peserta didik untuk belajar berpikir inovatif dan mengembangkan potensinya secara optimal. Pembelajaran yang berorientasi konstruktivis menekankan pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif melalui proses pembelajaran yang bermakna. guru memegang peranan penting terhadap proses belajar siswa melalui pembelajaran yang dikelolanya. Untuk itu guru perlu menciptakan kondisi yang memungkinkan terjadinya proses interaksi yang baik dengan siswa, agar mereka dapat melakukan berbagai aktivitas belajar dengan efektif. Dalam menciptakan interaksi yang baik diperlukan profesionalisme dan tanggung jawab yang tinggi dari guru dalam usaha untuk membangkitkan serta mengembangkan keaktifan belajar siswa. Sebab segala keaktifan siswa dalam belajar sangat menentukan bagi keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran. Proses belajar yang

(11)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 88 bermakna Guru tidak mampu memberikan

semua pengetahuan kepada siswa. Oleh karena itu siswa dapat belajar dari teman melalui kerja kelompok ataupun diskusi. Pembelajaran dikaitkan dengan kehidupan nyata atau masalah yang disimuliasikan. Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan akan didapat, perilaku akan terbentuk atas kesadaran sendiri atau kesadaran diri si pelajar. Pembelajaran yang berorientasi konstruktivis menekankan pemahaman sendiri secara aktif, kreatif dan produktif melalui proses pembelajaran yang bermakna yang pada akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1) Peningkatan hasil belajar siswa dengan metode brainstorming menerapkan pendekatan kontruktivisme lebih besar dibandingkan dengan pendekatan konstruktivisme tanpa menggunakan metode brainstorming, 2) Besar selisih peningkatan hasil belajar sebesar 14%

Daftar Pustaka

Arif,S.,(2011),http://elearning.unesa.ac.id/m yblog/m-saikhul-arif/tugas-makalah-1- pengertian-strategi-metode-teknik-dan-taktik. (Diakses tanggal 12 Februari 2012)

Arikunto ,S., (2009), Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Penerbit Bumi Aksara

Dahri, S., (2008), Efektifitas Genius Learning Strategi Yang Dikombinasikan Dengan Metode Brainstorming Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa., Skripsi, FMIPA, Medan: Unimed. De Porter, B., dan Readon, N., (2000),

Quantum Teaching Di Ruang Kelas Teremahan. Herwono, Bandung: Penerbit Kaifa,

Djamarah, S., (2006), Startegi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta,

Elvinawati, (2011), Optimalisasi Pembela-jaran Kimia Pemisahan Melalui Penerapan Pendekatan Konstruktivisme Dan Model Peta Konsep, Jurnal Exacta, Vol. IX No. 1 Juni 2011

Farhan.,(2011), http://www.farhan-bjm.web.id/2011/09/pengertian-metode pembelajaran.html. (Diakses Tanggal 12 Februari 2012).

Hanafiah, N., dan Suhana., (2009), Konsep Strategi Pembelajaran, Bndung: Refika Aditama,

Hasibuan, A., (2011), Pengaruh Pendekatan Konstruksivisme Melalui Model Pembeljaran Berdasarkan Masalah Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Struktur Atom., Skripsi, Medan: FMIPA Unimed,

Ilham, A., (2009) (http://abangilham. wordpress.com/2009/03/31/pentingnya-upaya-guru-dalam mengembangkan-keaktifan-belajar-siswa/) (Diakses Tanggal 09 Aprili 2012)

Komalasari, K., (2010), Pembelajaran Konstektual: Konsep dan Aplikasi. Bandung: Refika Aditama,

Krisiyanto., (2011), http://krizi.wordpress. com/2011/09/12/pendekatan-konstruk-tivis (Diakses tanggal 12 Februari 2012).

Kusmana, S., (2010), Model Pembelajaran Siswa Aktif, Jakarta: Penerbit Sketsa Aksara Lalitya,

Pardede, S.M.L,. (2011), Efektivitas Penerapan Genius Learning Yang Dikombinasikan Dengan Metode Brainstorming., Skripsi, Medan: FMIPA, Unimed.

Pribadi, B., (2009) Model Sistem Pembelajaran, Jakarta: Dian Rakyat.

(12)

Pelangi Pendidikan, Vol. 23 No. 1. Juni 2016 89 Siregar, S.M., (2008), Pengaruh Penerapan

Konstruksivisme Melalui Metode Pembelajaran Bermakna Dalam Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Struktur Atom., Skripsi, Medan: FMIPA, Unimed.

Situmorang, D.K., (2011), Penerapan Model Pembelajaran REACT (Relating, Experiencing, Applying, Cooperating, Transfeing) Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Kelas XI SMA Methodist Indonesia Lubuk Pakam 2010/2011., Skripsi, Medan: FMIPA Unimed.

Sudjana, N., (2008), Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya,

Suprijono, A., (2010), Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,

Yezita, E., Rosha, M., Yerizon,M(2012), Mengkonstruksi Pengetahuan Siswa Pada Materi Segitiga Dan Segiempat Menggunakan Bahan Ajar Interaktif Matematika Berbasis Konstruktivisme, :Jurnal Pendidikan Matematika , Vol. 1 No. 1 (2012) Hal. 54-59

Yuyani, N., (2010), Pengaruh Pendekatan Keterampilan Proses melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Laju Reaksi Di SMA N 1 T.A. 2009/2010., Skripsi, Medan: FMIPA Unimed

http://www.scribd.com/doc/56617129/MOD EL-Brainstorming-and-MindMapping (Diakses Tanggal 10 Februari 2012)

Referensi

Dokumen terkait

penulis mampu menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “ Deteksi Iris Mata Untuk Menentukan Kelebihan Kolesterol Menggunakan Ekstraksi Ciri Moment Invariant

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang yang telah melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga pada kesempatan kali ini penulis dapat

[r]

1.1.a) forests within nature reserves and national parks (forests designated only for nature conservation not compromising productive needs) excluding forests within landscape

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa memberikan rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga penuli s

 Mengidentifikasi paragraf narasi yang meliputi unsur: tokoh, alur, sudut pandang, dan latar berdasarkan hasil transformasi lirik lagu.  Menulis paragraf narasi berdasarkan

where the describes the annual total risk of the individual asset while being described literaly into the total risk of the return/gain of the NAV movements,

The students are expected to get accustomed to making summary in order to find the main idea of the story and also to avoid copy-paste activity (plagiarism). It proved that