Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Masalah Koping Ketidakberdayaan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr
Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara
Karya Tulis Ilmiah
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
Gussifa Zamharira 132500046
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
2016
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis ucapkan ke hadiran Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini yang merupakan salah satu syarat untuk mengikuti tugas akhir program studi DIII Keperawatan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
Adapun judul Karya Tulis Ilmiah ini adalah : Asuhan Kepada Pasien Dengan Masalah Koping Ketidakberdayaan Di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara. Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak baik moral maupun material, untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada yang terhormat:
1. Bapak Setiawan, S.Kp, MNS, P.hD selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Ibu Roxsana Devi Tumanggor, S.Kep, Ns, MNurs (MntlHlth) selaku Dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
5. Ibu Mahnum Lailan Nasution, S.Kep, Ns, M.Kep Selaku dosen penguji karya tulis ilmiah ini
Dalam kesempatan ini juga, penulis secara khusus ingin memberikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:
1. Terutama rasa syukur dan terima kasih yang begitu mendalam kepada orang tua saya sendiri Bapak H. Bambang Hastiyanto S.H dan Ibunda yang sangat saya sayangi H.j Asma Faridasyah, serta kakak saya Febrie Hastriyana S.Si dan adik saya Jihan Fadhillah yang selalu memberikan motivasi, dukungan moral maupun material serta yang tiada henti mendoakan penulis.
2. Untuk orang terdekat saya Kak Vera, Kak Frida, Kak Emma, Kak Ova, Tiwi
3. Kepada teman-teman sains terdekat Dara Hati, Rini Maulida, Rara Zamzami, Sari Sam, Hendra, Anisya Fio dan Ridwan atas dukungan dan doa kalian kepada saya.
4. Kepada teman-teman dari DIII Keperawatan stambuk 2013 terkhusus teman terdekat saya Ai, Puput Fatma, Dchrist, Wandya serta teman satu bimbingan saya Lastri, Winda Dalimunthe, Tri Andika yang selalu saling menyemangatkan dan menguatkan, serta teman-teman Posko Zumba.
Medan, 29 Juni 2016
Gussifa Zamharira
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1
B. Tujuan Penulisan ... 2
C. Manfaat ... 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan ... 4
1. Definisi ... 4
2. Pengkajian ... 9
3. Analisa Data ... 9
4. Rumusan Masalah ... 10
5. Perencanaan ... 10
B. Asuhan Keperawatan Kasus ... 12
1. Pengkajian ... 12
2. Analisa Data ... 25
3. Rumusan Masalah ... 27
4. Perencanaan ... 28
5. Implementasi dan Evaluasi ... 32
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan ... 36
2. Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 38 LAMPIRAN
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Didalam kehidupan yang semakin maju dan modern manusia akan lebih mudah mengalami stres apabila manusia tidak mampu beradaptasi dengan lingkungannya. Kebutuhan hidup seperti kebutuhan ekonomi yang semakin meningkat dapat berdampak buruk pada individu yang tidak mampu dalam menggunakan mekanisme koping dan gagal dalam beradaptasi. Jika demikian maka individu akan mengalami berbagai penyakit baik fisik maupun mental.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi sehat dari emosional, psikologis, dan sosial yang terlihat dari hubungan interpersonal yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, serta kestabilan emosional.
Seseorang bisa dikatakan sehat jiwa apabila mampu mempertahankan kondisi fisik, mental, dan intelektual dalam suatu kondisi yang optimal melalui pengendalian diri, peningkatan aktualisasi diri, serta selalu menggunakan koping yang positif dalam menyelesaikan masalah yang terjadi (Nasir dan Muhit, 2011).
Seseorang yang mengalami stres atau ketegangan psikologik dalam menghadapi masalah kehidupan sehari-hari memerlukan kemampuan pribadi maupun dukungan dari lingkungan, agar dapat mengurangi stres, cara yang digunakan oleh individu untuk mengurangi stres itulah yang disebut dengan koping.Koping adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry, 2010).
Untuk menghadapi ketidakberdayaan pada pasien skizofrenia peran keluarga serta orang-orang terdekat perlu untuk memberikan dukungan agar dapat mengurangi stres pada pasien tersebut.
Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan mempngaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan segera terjadi (Herdman, 2012).
B. Tujuan Penulisan 1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum penulisan Karya Tulis Ilmiah ini adalah untuk memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan
2. Tujuan Khusus
1. Mampu melakukan pengkajian pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan.
2. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan.
3. Mampu merencanakan intervensi keperawatan pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan.
4. Mampu melakukan implementasi pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan.
5. Mampu melakukan evaluasi pada klien dengan masalah koping ketidakberdayaan.
3. Manfaat 1. Bagi klien
Untuk meningkatkan pengetahuan klien dalam menghadapi tekanan yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Serta dapat menyelesakan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan perawat dapat mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan dengan masalah koping ketidakberdayaan agar dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang berkualitas.
3. Bagi institusi Pendidikan
Meningkatkan kemampuan dan kualitas pendidikan mahasiswa dalam melakukan penulisan karya tulis ilmiah, dan mampu memenuhi standar kompetensi khususnya mahasiswa DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
1. Definisi
1.1 defenisi Koping
Koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Koping adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry, 2010).
Menurut Lazarus (1985), koping adalah perubahan kognitif dan perilaku secara konstan dalam upaya untuk mengatasi tuntutan internal dan atau eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi sumber individu.
Mekanisme koping cara yang digunakan individu dalam menyelesaikan masalah, mengatasi perubahan yang terjadi, dan situasi yang mengancam, baik secara kognitif maupun perilaku (Nazir dan Muhit, 2011).
1.2 Sumber-Sumber Koping a. Sumber Koping Primer
Sumber koping primer merupakan suatu kemampuan individu dalam menghadapi situasi yang penuh stres dengan melibatkan kemampuan kognisi afeksi, fisiologi perilaku dan respon sosial.
Sumber koping primer ini merupakan evaluasi terhadap kesejahteraan individu. Disini individu memaknai stresor dalam hal pengertian stresor bagi inidividu sediri, intensitasnya, dan keunikan individu dalam menginterpretasi stresor.
b. Sumber Koping Skunder
Penilaian sekunder individu adalah evaluasi terhadap sumber koping, pilihan atau strategi yang dilakukan seseorang (Stuart dan Sundeen, 1987). Penilaian terhadap koping sumber sekunder
merupakan hal penting dalam menghadapi suasana kehidupan yang penuh stres.
Jadi bisa dikatakaan bahwa sumber koping primer dan skunder merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan dalam evaluasi individu.
Terdapat lima sumber utama koping dimana hal tersebut membantu individu untuk beradaptasi terhadap stres dan penyakit. Hal tersebut diantaranya finansial, kemampuan dan keterampilan individu, teknik bertahan, dukungan sosial, dan dorongan motivasi. Lazarus dan Folkman (1985) menambahkan juga beberapa sumber daya diantaranya kesehatan dan energi, keyakinan positif, pemecahan masalah dan keterampilan sosial, serta sosial dan sumber daya yang ada.
Penelitian emiris mengarahkan dukungan untuk hubungan timbal balik antara faktor predisposisi dan sumber koping ke dalam kekuatan komunitas sosial. Seperti penilaian primer, penilaian sekunder dari sumber koping melibatkan kognitif, afektif, fisik, perilaku, dan respon sosial
1. Penilaian Primer
Seseorang saat berkonsentrasi pada ketersediaan dan efektivitas dari strategi coping yang mungkin dilakukan. Tetapi penilaian sekunder lebih dari latihan intelektual belaka untuk menganalisis semua hal yang dapat dilakukan. Agaknya, proses evaluasi kompleks yang memperhitungkan pilihan koping yang tersedia, kemungkinan bahwa memberikan pilihan mengatasi, akan mencapai apa yang seharusnya dan kemungkinan bahwa seseorang dapat menerapkan strategi tertentu secara efektif.
2. Afektif
Sebelumnya menimbulkan respon cemas yang umum terjadi disempurnakan menjadi emosi spesifik yang dominan. Termasuk senang, sedih, takut, marah, penerimaan, ketidakpercayaan, antisipasi, dan kaget atau terkejut. Emosi dapat diklasifikasikan lebih lanjut sesuai dengan jenis, durasi, dan intensitas-karakteristik yang berubah dari waktu ke waktu dan peristiwa. Contohnya ketika
emosi berkepanjangan dari waktu ke waktu dapat diklasifikasikan sebagai suasana hati; ketika berkepanjangan selama jangka waktu yang lama, dapat dianggap sebagai sikap.
3. Respon Fisik
Akan mereflesikan interaksi neuroendokrin dengan melibatkan beberapa hormon pertumbuhan, prolaktin, hormon adrenokortikotropik (ACTH), luteinizing dan hormon follicle- stimulating, hormon tyroid-merangsang, vasopressin, oksitosin, epinefrin, norepinefrin, dan insulin.
4. Respon Perilaku
Akan mencerminkan baik emosi dan perubahan fisiologis yang dialami oleh individu, serta analisis kognitif tentang situasi stres.
Caplan menggambarkan empat fase interdigitating atau aspek dari respon individu untuk peristiwa stres.
Fase 1 adalah perilaku yang mengubah lingkungan stres atau memungkinkan individu untuk melarikan diri dari itu
Fase 2 adalah perilaku untuk memperoleh kemampuan baru untuk bertindak mengubah keadaan eksternal setelahnya
Fase 3 adalah perilaku intrapsikis bergantung terhadap rangsangan emosional yang tidak menyenangkan
Fase 4 perilaku intrapsikis untuk berdamai dengan situasi dan sisa gejaladengan penyesuaian internal
Konseptualisasi respon perilaku individu dalam fase ini mungkin akan membantu untuk perawat.
5. Respon Sosial
Mengevaluasi dukungan sosial yang sebenarnya tersedia untuk individu. Sejumlah penelitian telah mendokumentasikan peningkatan tingkat gangguan kejiwaan dan morbiditas medis umum dan kematian di antara orang-orang yang terisolasi secara sosial.Jadi, juga, penelitian di bidang sosiologi medis, epidemologis, psikologi organisasi dan sosial, dan stres eksperimental mengungkapkan bahwa para anggota lingkungan
sosial yang dirasakan oleh individu ditekankan sebagai "significant others" yang melayani fungsi pelindung dan restoratif kesehatan.
1.3 Sistem Dukungan Sosial
Dukungan sosial untuk individu dimulai dalam rahim dan dikomunikasikan dalam berbagai cara untuk bayi yang baru lahir, termasuk cara dia diadakan, makan, dan menghibur. Saat kehidupan berlangsung, dukungan semakin berasal dari anggota keluarga lainnya, dari rekan-rekan di sekolah, tempat kerja, dan di masyarakat. Pada saat kebutuhan besar, dukungan dapat diberikan oleh perawat atau profesional kesehatan lainnya. Meskipundemikian, sistem pendukung sosial atau jaringan sosial yang umum dipahami, mencerminkan kompleksitas dimensi.
Mengingat kompleksitas konsep, itu tidak mengejutkan bahwa definisinya berbeda oleh berbagai peneliti dan praktisi. Definisi ini menunjukkan bahwa berbagai jenis dukungan dapat diberikan oleh sistem dukungan sosial.Meskipun diutarakan secara berbeda oleh masing-masing teori, lima fungsi umum dari jaringan sosial dapat digambarkan sebagai:
1. Dukungan emosional
2. Tugas-berorientasi pada bantuan 3. Umpan balik dan evaluasi 4. Keterkaitan sosial dan integrasi 5. Akses untuk informasi baru
Nilai jaringan sosial dalam memberikan dukungan emosional telah lama dikenal. Beberapa percaya itu adalah fungsi utama dan menyamakan dukungan dengan cinta, kasih sayang, dan pengasuhan.
Meskipun fungsi relatif dari dukungan sosial dapat dikenakan beberapa variasi, ada kesepakatan yang kuat dengan Caplan pada efeknya.
Dua bidang efeknya sangat relevan, hubungan dukungan sosial untuk membantu mencari dan adaptasi psikologis. Dalam sebuah artikel, Gourash menguraikan empat cara umum bahwa jaringan sosial bepengaruh pada pencarian bantuan:
1. Penyangga pengalaman stres yang menyingkirkan kebutuhan untuk bantuan
2. Menghalangi kebutuhan untuk bantuan profesional melalui penyediaan dukungan insrtumental dan afektif
3. Bertindak sebagai skrining dan rujukan agen untuk layanan profesional 4. Mengirimkan sikap, nilai, dan norma-norma tentang pencarian bantuan Temuan ini memiliki implikasi untuk pencegahan primer, sekunder, dan tersier.
1.4 Jenis - Jenis Mekanisme Koping
Mekanisme koping dapat didefinisikan sebagai upaya diarahkan pada manajemen stres. Ia bisa menjadi tugas yang berorientasi dan melibatkan upaya pemecahan masalah langsung untuk mengatasi ancaman itu sendiri atau intrapsikis atau ego pertahanan yang berorientasi dengan tujuan mengatur tekanan emosional seseorang (Stuart dan Sundeen, 1987).
Mekanisme koping dapat berupa konstruktif atau destruktif. Dapat dianggap konstruktif ketika kecemasan seseorang diperlakukan sebagai sinyal peringatan bahwa ada sesuatu yang salah dan individu menerimanya sebagai tantangan untuk memperjelas dan menyelesaikan masalah mendasar.
Dalam hal ini, kecemasan dapat dibandingkan dengan demam-baik berfungsi sebagai peringatan bahwa sistem sedang diserang. Setelah kerja berhasil, mekanisme koping yang konstruktif akan mengubah jalan masa lalu yang menjadi pengalaman dimanfaatkan untuk memenuhi ancaman di masa depan. Mekanisme koping destruktif, sebaliknya, digunakan untuk melindungi diri dari kecemasan tanpa menyelesaikan konflik yang menyebabkan itu. Mekanisme ini merupakan salah satu penggelapan bukannya resolusi (Stuartdan Sundeen, 1987).
2. Pengkajian
Pengkajian adalah data data yang diperlukan untuk mendukung perawat dalam mengkaji dan menentukan masalah keperawatan.
Pengkajian yang diperlukan meliputi:
1. Identitas klien meliputi nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, pendidkan, pekerjaan, alamat, diagnosa medis.
2. Keluhan utama yang dirasakan klien.
3. Riwayat kesehatan sekarang.
4. Riwayat kesehatan masa lalu.
5. Riwayat kesehatan keluarga.
6. Riwayat keadaan psikososial.
7. Status mental.
8. Pemeriksaan.
3. Analisa Data
Analisa data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang dilakukan secara sistematis untuk menentukan masalah-masalah serta kebutuhan keperawatan dan kesehatan lainnya. Pengumpulan data merupakan tahap awal dalam proses keperawatan.
Terdapat dua tipe data yaitu data subjektif dan data objektif.
1. Data Subjektif
1. Klien mengatakan tidak ada pilihan pakaian.
2. Klien mengatakan keluarga klien tidak membawaklien untuk kontrol ulang.
3. Klien mengatakan tentang biaya yang akan dikeluarkan untuk kontrol jika klien memiliki asuransi kesehatan.
4. Klien mengatakan jika biaya asuransi kesehatan yang dimilikinya tidak dikenakan biaya yang mahal klien akan rajin kontrol.
2. Data Objektif
1. Pakaian yang dipakai klien kusam dan tidak rapi.
2. Klien terlihat tidak mengerti mengenai asuransi kesehatan yang dimilikinya.
3. Klien terlihat bertanya biaya dari asuransi kesehatan yang dimilikinya.
4. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini bertujuan untuk mendiskripsikan masalah apa yang akan dicapai. Masalah keperawatan yang akan dicapai dilihat berdasarkan teori kebutuhan dasar dan hasil pengkajian kasus klien.
5. Perencanaan
Pengkajian keperawatan dan perumusan diagnosa keperawatan mengawali langkah perencanaan dari proses keperawatan. Perencanaan adalah kategori dari perilaku keperawatan dimana tujuan yang berpusat pada klien dan hasil diperkirakan ditetapkan dan intervensi keperawatan dipilih untuk mencapai tujuan tersebut. Selama perencanaan, dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarganya, perawat konsultasi dengan anggota tim perawat kesehatan lainnya, menelaah literature yang berkaitan memodifikasi asuhan, dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan perawatan kesehatan klien dan penatalaksaan klinik (Potter & Perry, 2005).
Berdasarkan kriteria hasil Nursing Outcomes Classification dan Nursing Intervensi Classificationketidakmampuan koping keluarga menurut Potter & Perry (2010) adalah
Hasil dari NOC:
1. Koping keluarga: Tindakan keluarga untuk menangani stresor yang mengganggu sumber keluarga.
2. Normalisasi Keluarga: Kapasitas sistem keluarga untuk mengembangkan strategi guna mencapai fungsi optimal ketika anggota keluarga mengalami penyakit kronis ataupun disabilitas.
Intervensi NIC:
1. Terapi keluarga: membantu anggota keluarga untuk menggerakkan keluarga mereka ke arah cara hidup yang lebih produktif.
2. Dukungan keuarga: Meningkatkan nilai, minat, dan tujuan keluarga.
3. Promosi keterlibatan keluarga: memfasilitasi partisipasi keluarga dalam keluarga dan emosional fisik klien.
B. Asuhan Keperawatan Kasus 1. Pengkajian
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU
FORMAT PENGKAJIAN DATA PASIEN DI RUMAH SAKIT JIWA
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. F
Jenis Kelamin : Laki-laki
Umur : 23 Tahun
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Tidak Bekerja
Alamat : Jl. Binjai Km. 12No. 15 Kab. Deli Serdang Tanggal Masuk RS : 12 Februari2016
No. Register : 03.51.97 Ruangan/kamar : Bukit Barisan Golongan darah : -
Tanggal Pengkajian : 23 Mei 2016 Tanggal Operasi : -
Diagnosa Medis : Skizofrenia Paranoid
Genogram :
Keterangan :
1. Perempuan : 2. Laki-laki:
3. Klien :
II. KELUHAN UTAMA :
Klien merasa tidak dihargai karena di masukkan ke rumah sakit jiwa oleh abang iparnya. Klien malu dengan penyakit jiwa yang dialami sehingga tidak ingin berbicara dengan orang yang baru ia temui.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG A. Provocative/palliative
1. Apa penyebabnya
klien mengeluh takut dan malu dengan orang lain karena penyakitnya, klien juga merasa tidak dihargai karena di masukkan ke rumah sakit jiwa oleh abang kandungnya.
2. Hal-hal yang memperbaiki keadaan
Untuk memperbaiki keadaan klien sering menyendiri jika tidak ada kegiatan dan jika tidak ada yang mengajak klien berbicara.
B. Quantity/ quality 1. Bagaimana dirasakan
Klien merasa takut jika keluarganya tidak datang berkunjung lagi, klien beranggapan jika keluarganya tidak datang lagi ia tidak bisa kembali ke rumah.
2. Bagaimana dilihat
Klien terlihat kooperatif, mudah diajak berbicara dan klien sudah dapa terlihat memulai pembicaraan.
C. Severity
Klien merasa terganggu karena dirawat di rumah sakit jiwa sehingga klien tidak dapat berkumpul dengan keluarganya.
D. Time
Sampai saat ini klien masih mengalami rasa takut jika keluarganya tidak mengunjungi klien lagi sehingga klien tidak dapat pulang kerumah.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU A. Penyakit yang pernah dialami
Klien sudah pernah dirawat di rumah sakit jiwa sebanyak tiga kali.
Pada tanggal 09 Februari 2015 klien pertama kalinya dirawat di rumah sakit jiwa selama 10 hari, pada tanggal 03 Agustus 2015 klien kembali dirawat selama 42 hari dan pada tanggal 12 Februari 2016 klien kembali dirawat di ruangan Bukit Barisan.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Klien dirawat dengan baik seperti pemberian makanan pada pagi siang dan sore hari, melakukan kegiatan di pagi hari seperti senam dan melakukan kegiatan kebersihan dan minum obat secara teratur dua kali sehari.
C. Pernah dirawat/ dioperasi
Klien sampai saat ini dirawat di rumah sakit jiwa dengan diagnosa medis Skizofrenia Paranoid.
D. Lama dirawat
Klien sudah dirawat di rumah sakit jiwa sejak tanggal 12 februari 2016.
E. Alergi
Klien tidak mempunyai riwayat alergi obat dan makanan.
F. Imunisasi
Klien mengatakan mendapat imunisasi lengkap.
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA A. Orang tua
Kedua orangtua klien tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
B. Saudara Kandung
Saudara kandung klien tidak memiliki riwayat penyakit turunan.
C. Penyakit Keturunan yang ada
Tidak ada penyakit keturunan dalam keluarga klien.
D. Anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
Tidak ada anggota keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa.
E. Anggota keluarga yang meninggal
Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
F. Penyebab meninggal
Tidak ada anggota keluarga klien yang meninggal.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Klien menyadari penyakit jiwa yang dialaminya dan klien ingin segera sembuh dan pulang kerumah.
B. Konsep Diri :
- Gambaran diri : Klien menyukai seluruh bentuk tubuhnya, klien berusaha untuk cepat sembuh.
- Ideal diri : Klien ingin sembuh dan pulang ke rumah berkumpul dengan keluarga.
- Harga diri : Klien merasa kurang dihargai oleh keluarga karena klien dimasukkan ke rumah sakit jiwa oleh kakak iparnya dan klien merasa malu karena penyakitnya.
- Peran diri : Klien berperan sebagai anak ke enam dari sepuluh.
bersaudara di dalam keluarga.
- Identitas : Klien sebagai anak laki-laki tertua dan sebagai adik ke enam dari ke lima kakaknya.
C. Keadaan Emosi
Emosi klien dalam keadaan tenang.
D. Hubungan sosial - Orang yang berarti
Orang tua dan adik perempuan - Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga terjalin dengan baik
- Hubungan dengan orang lain
Klien berhubungan baik dengan orang sekitarnya - Hambatan berhubungan dengan orang lain
Karena malu klien lebih memilih untuk menyendiri. Dampak malu yang terjadi pada klien yaitu:
1. Klien menarik diri kepada orang yang baru dikenalnya 2. Klien tidak mau memulai pembicaraan dengan orang lain 3. Saat berbicara kontak mata klien kurang
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Klien menganut agama islam dan yakin terhadap Tuhannya yaitu Allah.
- Kegiatan ibadah : Selama dirawat di rumah sakit jiwa klien jarang melakukan ibadah seperti shalat dikarenakan klien merasa terganggu dengan suasana ruangan yang ramai dan ribut.
VII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran : Klien sadar penuh (compos mentis).
- Penampilan : Klien memakai pakaian yang kusam, rambut pendek bewarna hitam lurus, kulit kering.
- Pembicaraan : Saat dilakukan pengkajian klien terlihat lambat saat menjawab pertanyaan.
- Afek : Afek klien datar.
- Interaksi selama wawancara : Selama dilakukan wawancara klien kooperatif, interaksi berjalan dengan baik.
- Persepsi : Klien tidak memiliki gangguan persepsi.
- Proses pikir : Klien mampu menjawab setiap pertanyaan dengan baik.
- Isi pikir : Selama wawancara klien mampu menjawab pertanyaan dan berbicara sesuai dengan topik pembicaraan.
- Waham : Klien tidak memiliki waham.
- Memori : Klien mampu mengingat
kejadian sewaktu pertama kalinya klien dirawat di rumah sakit jiwa.
VIII. PEMERIKSAAN FISIK A. Keadaan Umum
Klien memiliki kesadaran penuh, cara berjalan klien menyeret, cara berbicara dengan pelan, pakaian klien kusam, kulit bersih tidak ada lesi, kulit kering, rambut berminyak, kuku kaki dan tangan bersih tidak panjang.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 37˚C
- Tekanan darah : 110/80 mmHg
- Nadi : 77x/menit
- Pernapasan : 18x/menit
- TB : 163 Cm
- BB : 60 Kg
C. Pemeriksaan Head to toe Kepala dan rambut
- Bentuk : Bentuk kepala klien simetris dan tidak ditemukan benjolan atau kelainan.
- Ubun-ubun : Normal, tidak terdapat kelainan.
- Kulit kepala : Kulit kepala klien bersih tidak ada ketombe, tidak ada kutu, rambut berminyak.
Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut
: Penyebaran rambut merata, warna rambut hitam dan pendek.
- Bau : Rambut klien berbau
- Warna kulit : Sawo matang
Wajah
- Warna kulit : Sawo matang
- Struktur wajah : Simetris dan tidak ditemukan adanya kelainan
Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan
: Klien memiliki mata yang lengkap dan simetris antara mata kiri dan mata kanan.
- Palpebra : Tidak ditemukan adanya kelainan.
- Konjungtiva dan sclera : Berwarna merah.
- Pupil : Reaksi terhadap cahaya baik.
- Kornea dan iris : Tidak ditemukan adanya kelainan
- Visus : Tidak dilakukan pemeriksaan - Tekanan bola mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi
: Tidak ditemukan adanya kelainan
dan letaknya di medial.
- Lubang hidung : Lubang hidung simetris antara kiri dan kanan.
- Cuping hidung : Tidak ditemukan pernapasan cuping hidung.
Telinga
- Bentuk telinga : Klien memiliki dua telinga dengan bentuk yang normal dan simetris antara kiri dan kanan.
- Ukuran telinga : Simetris antara kiri dan kanan.
- Lubang telinga : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Ketajaman pendengaran : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Bibir klien simetris dan lembab.
- Keadaan gusi dan gigi : Gigi lengkap tidak berlubang, gigi bewarna kuning bersih tidak ada sisa makanan yang
tertinggal,gusi bewarna merah.
- Keadaan lidah : Lidah bersih bewarna merah muda, tidak terdapat sisa makanan.
- Orofaring : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Leher
- Posisi trachea : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Thyroid : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Suara : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Kelenjar limfe : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Vena jugularis : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Denyut nadi karotis : Tidak dilakukan pemeriksaan.
Pemeriksaan integument
- Kebersihan : Kulit bersih tidak berminyak, tidak ada lesi dan
pembengkakan.
- Kehangatan : Suhu tubuh dalam keadaan normal 37 ̊ C.
- Warna : Bewarna sawo matang.
- Turgor : Kembali cepat dalam < 2 detik.
- Kelembaban : Kulit kering.
- Kelainan pada kulit : Tidak ditemukan adanya Kelainan pada kulit.
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan : Tiga kali sehari
- Nafsu/selera makan : Klien makan tiga kali sehari, dalam sekali makan klien menghabiskan satu piring nasi.
- Nyeri ulu hati : Tidak merasakan adanya nyeri pada ulu hati.
- Alergi : Tidak ada alergi makanan.
- Mual dan muntah : Klien tidak ada merasakan mual dan muntah.
- Jumlah dan jenis makanan
: Satu porsi dengan jenis nasi, lauk dan sayur.
- Waktu pemberian cairan/minum
: Pagi, siang, dan sore.
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah)
: Klien tidak mengalami kesulitan dalam
mengunyah dan menelan makanan.
II. Perawatan diri/ personal hygine
- Kebersihan tubuh : Kebersihan tubuh klien baik, klien mandi tiga kali sehari, bau tubuh klien tidak tercium.
- Kebersihan gigi : Gigi dan mulut bersih, klien menyikat gigi pada pagi hari, warna gigi klien kuning.
- Keberishan kuku kaki dan tangan
: Kuku kaki dan tanggan klien rapi dan pendek.
III. Pola kegiatan aktivitas
Mandi dan makan dilakukan klien secara mandiri, BAB dan BAK dilakukan secara mandiri tanpa bantuan perawat atau orang lain, klien mandi 3 kali sehari, ganti pakaian dilakukan secara mandiri. Saat pagi hari klien biasanya mencuci baju atau mencuci piring.
IV. Pola Eliminasi 1. BAB
- Pola BAB : 1x/hari - Karakteristik feses : Lembek - Riwayat
perdarahan
: Tidak ditemukan adanya kelainan - BAB terakhir : Sehari yang lalu
- Diare : Klien tidak mengalami diare
- Penggunaan laktasif
: Tidak menggunakan laktasif
2. BAK
- Pola BAK : 6-8 x/hari
- Karakter urine : Tidak dilakukan pemeriksaan.
- Nyeri/rasa
terbakar/kesulitan BAK
: Tidak ditemukan nyeri/rasa
terbakar/kesulitan BAK
- Riwayat penyakit ginjal/ kandung kemih
: Tidak ada riwayat penyakit ginjal/kandung kemih
- Penggunaan diuretik
: Tidak menggunakan diuretik.
- Upaya mengatasi masalah
: Tidak ditemukan adanya masalah
V. Mekanisme koping
- Adaptif : Klien mampu berbicara dengan orang lain - Maladaptif : Saat bertemu dengan
orang yang baru dikenal klien merasa malu karena menderita sakit jiwa
2. Analisa Data
Data penyebab Masalah keperawatan Ds :
- Klien mengatakan tidak ada pilihan pakaian
Do:
- Pakaian yang dipakai klien kusam dan tidak rapi
Faktor kendala lingkungan
Ketidakmampuan mendapatkan pakaian
Hambatan memilih pakaian
Hambatan mempertahankan
penampilan yang memuaskan
Defisit perawatan diri : berpakaian
Defisit perawatan diri : berpakainan
Ds :
- Klien mengatakan keluarga tidak membawa klien untuk kontrol
- Klien mengatakan jika penyakit klien kambuh keluarga langsung
membawa klien ke rumah sakit
Kesulitan ekonomi
Konflik keluarga
Ketidakefektifan
manajemen regimen trapeutik keluarga
Ketidakefektifan
manajemen regimen terapeutik keluarga
Ds :
- Klien mengatakan tentang biaya jika klien asuransi kesehatan
- Klien mengatakan jika biaya asuransi kesehatan yang dimilikinya tidak dipungut biaya klien akan rajin kontrol.
Do :
- Klien terlihat tidak mengerti tentang asuransi kesehatan yang dimilikinya untuk mengambil obat
- Klien terlihat bertanya biaya dari asuransi
kesehatannya
Kesulitan ekonomi
Konflik keluarga
Kurang pengetahuan
Ketidakberdayaan
Ketidakefektifan manajemen kesehatan keluarga
Ketidakefektifan
manajemen kesehatan diri
3. Rumusan Masalah
1. Masalah Keperawatan
1. Defisit perawatan diri: berpakaian.
2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen kesehatan-diri.
2. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit perawatan diri: berpakaian berhubungan dengan kendala lingkungan ditandai dengan tidak ada pilihan pakaian, hambatan memilih pakaian.
2. Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga
berhubungan dengan konflik keluarga; kesulitan ekonomi yang ditandai dengan keluarga tidak membawa klien untuk kontrol kerumah sakit.
3. Ketidakefektifan manajemen regimen kesehatan-diri berhubungan dengan kurang pengetahuan; kesulitan ekonomi; ketidakberdayaan yang ditandai dengan ketidaktahuan fungsi asuransi kesehatan yang dimiliki; tidak ada yang mengajak kontrol ke rumah sakit.
4. Perencanaan Hari/Tanggal No.
Dx
Perencanaan keperawatan
Selasa, 24 Mei 2016
1. Tujuan dan Indikator Hasil
Dalam 1x6 jam klien mampu menunjukkan perawatan diri berpakaian. Dengan skala 4 pada indikator :
1. Mampu memilih pakaian
Rabu, 25 Mei 2016
2. Tujuan dan Indikator Hasil
Dalam keluarga akan mampu menunjukkan partisipasi keluarga dalam perawatan profesional.
Dengan skala 3 pada indikator:
1. Mampu berpartisipasi dalam perencanaan perawatan
2. Mampu berpartisipasi dalam menyediakan perawatan.
3. Mampu berpartisipasi dalam keputusan bersama dengan pasien.
Jumat, 27 Mei 2016
3 Tujuan dan Indikator Hasil
Dalam waktu 1x6 jam klien mampu menunjukkan manajemen diri : Penyakit akut. Dengan skala 3 pada indikator:
1. Mampu mematuhi aturan pengobatan Jumat, 27
Mei 2016
4 Tujuan dan Indikator Hasil
Dalam waktu 1x6 jam klien mampu menunjukkan manajemen diri: penyakit kronis. Dengan skala 3 pada indikator:
1. Mampu mengikuti aturan pengobatan
Selasa, 24 Mei 2016
No.
Dx
Rencana Tindakan Rasional
1. Bantuan perawatan diri berpakaian
Dengan aktivitas :
1. Informasikan pasien mengenai
ketersediaan pilihan pakaian
2. Sediakan pakaian pribadi, dengan tepat
1) Informasi mengenai ketersediaan pilihan
pakaian akan sangat
berguna bagi pasien untuk memberikan pilihan
pakaian yang sesuai untuk meningkatkan kenyamanan penggunaan pakaian.
2) Pakaian
pribadi yang tepat untuk pasien sangat berguna untuk meningkatkan rasa nyaman dalam
menggunakan pakaian yang sesuai agar tidak
tercampur
dengan
pakaian pasien lainnya.
Rabu, 25 Mei 2016
2. Dukugan pengasuhan Dengan aktivitas :
1. Mengkaji tingkat pengetahuan caregiver
2. Mengkaji tingkat pengetahuan caregiver terkait dengan perannya (untuk menyediakan perawatan)
3. Menyediakan informasi mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien
1) Mengukur tingkat pengetahuan caregiver dalam memberikan dukungan pengasuhan 2) Mengukur
tingkat pengetahuan caregiver terkait dengan perannya
untuk dapat menyediakan perawatan
yang tepat bagi pasien
3) Menyediakan informasi
yang sesuai sangat penting untuk
memenuhi apa yang menjadi keinginan pasien
3. Mobilisasi keluarga
1. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam
perencanaan dan pelaksanaan terapi pasien dan perubahan gaya hidup
2. Ajatkan pemberian perawatan di rumah mengwnai terapi pasien yang sesuai.
Mobilisasi keluarga 1) Melakukan
kolaborasi dengan anggota
keluarga guna melakukan pelaksanaan
terapi dan perubahan
gaya hidup yang sesuai kepada pasien.
2) Mengajarkan anggota
keluarga untuk pemberian terapi
perawatan di rumah yang sesuai dengan kebutuhan pasien.
5. Implementasi dan Evaluasi No.
Dx
Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
1. Selasa, 24 Mei 2016
Bantuan perawatan diri berpakaian:
1. Informasikan pasien mengenai ketersediaan pilihan pakaian.
2. Sediakan pakaian pribadi, dengan tepat
S:
1. Klien mengatakan
pakaian yang tersedia
terbatas.
O:
1. Pakaian yang dipakai klien kusam
2. Pakaian yang dipakai klien terlihat longgar 3. Pakaian yang
tersedia terbatas
A: Masalah tidak teratasi
P:
Rencana tindakan yang dilakukan bantu perawatan diri berpakaian.
1) Tanyakan
kepada perawat ruangan
mengenai
ketersediaan pakaian.
2) Menyarankan kepada klien dan perawat ruangan untuk memberitahu keluarga agar menyediakan pakaian pribadi yang sesuai.
2. Rabu, 25 Mei 2016
Dukugan pengasuhan
1. Mengkaji tingkat pengetahuan caregiver 2. Mengkaji tingkat
pengetahuan caregiver
terkait dengan perannya (untuk menyediakan
perawatan) 3. Menyediakan
informasi mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien
S:
1. klien mengatakan keluarga tidak membawa
klien untuk kontrol
2. klien mengatakan keluarga tidak menanyakan
apa yang menjadi
keinginan pasien O: -
A:
Masalah tidak teratasi
P:
Rencana tindakan
yang akan dilakukan yaitu mengajarkan
keluarga untuk memberikan
dukungan pengasuhan.
3. Rabu, 25 Mei 2016
Mobilisasi keluarga
1. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan terapi pasien dan perubahan gaya hidup
2. Ajarkan pemberian perawatan di rumah mengenai terapi pasien yang sesuai.
S:
1. Klien mengatakan
klien tidak diberikan
perawatan oleh keluarga saat dirumah
2. Klien mengatakan saat penyakit jiwanya
kambuh
keluarga akan langsung
membawa klien ke rumah sakit jiwa.
O: - A:
Masalah tidak teratasi
P:
Rencana
keperawatan yang akan dilakukan yaitu mengajarkan keluarga untuk pemberian
perawatan dirumah mengenai terapi yang dibutuhkan.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada Tn. F dengan masalah koping ketidakberdayaan dan melakukan pembahasan teoritis dengan kasus, maka pada kesempatan ini menarik beberapa kesimpulan dan memberikan beberapa saran sesuai dengan penerapan proses keperawatan dapat diambil kesimpulan sekiranya dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi pemberian asuhan keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr Muhammad Ildrem Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.
Kesimpulan yang dapat diambil yaitu:
Koping adalah suatu usaha individu untuk mengatasi stres psikologis (Potter & Perry, 2010). Ketidakberdayaan adalah persepsi bahwa tindakan seseorang secara signifikan tidak akan memengaruhi hasil; persepsi kurang kendali terhadap situasi saat ini atau situasi yang akan segera terjadi (, 2011)
Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus Koping Ketidakberdayaan yang dilakukan kepada Tn. F berusia 23 tahun, dengan diagnosa medis skizofrenia yang telah dirawat sejak tanggal 12 februari 2016 di ruang Bukit Barisan Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr Muhammad Ildrem Provinsi Sumatera Utara.
Setelah dilakukan pengkajian terdapat data subjektif yang mengatakan bahwa klien mengeluh merasa malu dengan orang lain karena penyakit jiwa yang di deritanya sehingga klien lebih memilih tidak berbicara dengan orang yang baru klien temui. Klien beranggapan jika keluarganya tidak datang lagi klien tidak akan bisa kembali kerumah. Klien juga mengatakan jika asuransi kesehatan yang klien miliki memiliki biaya yang tidak mahal klien akan rajin kontrol ulang saat sudah kembali kerumah.
B. Saran
1. Bagi klien
Untuk meningkatkan pengetahuan klien dalam menghadapi tekanan yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik. Serta dapat menyelesakan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam baik secara kognitif maupun perilaku.
2. Bagi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan perawat dapat mempertahankan dan meningkatkan asuhan keperawatan dengan masalah koping ketidakberdayaan agar dapat memberikan Asuhan Keperawatan yang berkualitas.
3. Bagi institusi Pendidikan
Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan terus meningkatkan kualitas dan kuantitas dalam pembekalan, pengetahuan, dan keterampilan terutama dalam pemberian asuhan keperawatan dengan masalah koping, serta tindakan-tindakan yang diambil dalam membuat asuhan keperawatan koping ketidakberdayaan.
DAFTAR PUSTAKA
Bulechek (2016). Nursing Interventions Clasification. Edisi 6. Indonesia.
Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).
Herdman, T. H (2012). NANDA Internasional Nursing Diagnoses : Defenitions and Classifications, 2012-2014. Oxford : Wilay-Blackwell.
Keliat, B.A (1999). Penatalaksanaan Stres. Jakarta: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress Appraisal and Coping. New York:
Publishing Company.
Moorhead (2016). Nursing Outcomes Classification. Edisi 6. Indonesia.
Editor bahasa Indonesia Nurjannah, Tumanggor (2016).
Natsir, Muhit. (2011). Dasar-dasar Keperawatan Jiwa : Pengantar dan Teori.
Jakarta : Salemba Medika.
Potter & Perry (2010). Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Indonesia.
Stuart, Sundeen. (1987). Principles and Practice of Psychiatric Nursing. 3𝑟𝑟𝑟𝑟 ed.
St. Louis: Mosby Company.
LAMPIRAN
CATATAN PERKEMBANGAN No.
Dx
Hari/Tanggal Implementasi Keperawatan Evaluasi (SOAP)
4. Selasa, 24 Mei 2016
3. Informasikan pasien mengenai ketersediaan pilihan pakaian.
4. Sediakan pakaian pribadi, dengan tepat
S:
2. Klien mengatakan
pakaian yang tersedia
terbatas.
O:
4. Pakaian yang dipakai klien kusam
5. Pakaian yang dipakai klien terlihat longgar 6. Pakaian yang
tersedia terbatas
A: Masalah tidak teratasi
P:
Rencana tindakan yang dilakukan bantu perawatan diri berpakaian.
3) Tanyakan
kepada perawat ruangan
mengenai
ketersediaan pakaian.
4) Menyarankan kepada klien dan perawat ruangan untuk memberitahu keluarga agar menyediakan pakaian pribadi yang sesuai.
5. Rabu, 25 Mei 2016
4. Mengkaji tingkat pengetahuan caregiver 5. Mengkaji tingkat
pengetahuan caregiver
terkait dengan perannya (untuk menyediakan
perawatan) 6. Menyediakan
informasi mengenai pasien sesuai dengan apa yang menjadi keinginan pasien
S:
3. Klien mengatakan keluarga tidak membawa
klien untuk kontrol
4. Klien mengatakan keluarga tidak menanyakan
apa yang menjadi
keinginan pasien O: -
A:
Masalah tidak teratasi
P:
Rencana tindakan
yang akan dilakukan yaitu mengajarkan
keluarga untuk memberikan
dukungan pengasuhan.
6. Rabu, 25 Mei 2016
3. Kolaborasi dengan anggota keluarga dalam perencanaan dan pelaksanaan terapi pasien dan perubahan gaya hidup
4. Mengajarkan
pemberian perawatan di rumah mengenai terapi pasien yang sesuai.
S:
3. Klien mengatakan
klien tidak diberikan
perawatan oleh keluarga saat dirumah
4. Klien mengatakan saat penyakit jiwanya
kambuh
keluarga akan langsung
membawa klien ke rumah sakit jiwa.
O: - A:
Masalah tidak teratasi
P:
Rencana
keperawatan yang
akan dilakukan yaitu mengajarkan keluarga untuk pemberian
perawatan dirumah mengenai terapi yang dibutuhkan.