• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Konsep Hipertensi Definisi

Hipertensi merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan tingginya tekanan darah.Seseorang dikatakan menderita hipertensi jika memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140mmHg dan atau tekanan darah diastolik≥90mmHg dalam pemeriksaan berulang.Hipertensi berdasarkan penyebabnya digolongkan menjadi primer atau sering disebut esensial dan hipertensi sekunder(Thomas, Stonebrook,

& Kallash, 2020).

KlasifikasiHipertensi

Klasifikasi Hipertensi berdasarkan penyebabnya digolongkan menjadi primer atau sering disebut esensial dan hipertensi sekunder.

a. Hipertensi Esensial atauPrimer

Hipertensi primer ini tidak dapat disembuhkan, hanya dapat dikontrol Lebih dari 90% penderita hipertensi menderita hipertensi primer atau esensial. Mekanisme hipertensi primer ini belum diketahui pasti, namun hipertensi primer ini biasanya turun temurun. Hal ini menunjukan bahwa faktor genetik menunjukan peranan penting dalam pathogenesis hipertensi primer.

b. Hipertensi Sekunder

Penderita hipertensi yang menderita hipertensi sekunder hanya kurang dari 1

0persen. Penderita hipertensi esensial biasanya adalah hipertensi yang

penyebabnya dari obat-obat tertentu atau penyebab lain yang efeknya dapat

meningkatkan tekanandarah. (Ali, Nathan, Funaki, Eggener, & Bakris, 2020).

(2)

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan nilai tekanan darah(Copeland, Posey, Hashmi, Gupta,

& Hanchard, 2018) Klasifikasi Sistolik

(mmHg)

Diastolik (mmHg)

Optimal <120 Dan <80

Normal 120-129 dan/atau 80-84

Normal tinggi 130-139 dan/atau 84-89

Hipertensiderajat 1 140-159 dan/atau 90-99

Hipertensiderajat 2 160-179 dan/atau 100-109

Hipertensiderajat 3 ≥180 dan/atau ≥110

Hipertensisistolik ≥140 Dan <90

Etiologi dan Faktor-faktor Resiko Hipertensi 1. Etiologi

a. Hipertensi esensial atau primer

Penyebab pasti dari hipertensi esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik sertara menjadi bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Copeland et al., 2018).

b. Hipertensi sekunder

Hipertensi sekunder penyebabnya dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid (hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Huang et al., 2019).

2. Faktor Faktor Hipertensi a. Usia

Semakin bertambahnya usia seseorang resiko terkena hipertensi pun akan

semakin meningkat. Hal ini terjadi karena kondisi alamiah yang ada pada tubuh

yang mempengaruhi jantung, permbuluh darah dan hormon. Fungsi dari organ

juga semakin menurun dengan bertambahnya usia. Semakin bertambahnya usia,

risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi dikalangan usia lanjut

cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60

tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat

seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan

berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Kenaikan tekanan darah

seiring bertambahnya usia merupakan keadaan biasa. Namun apabila perubahan

(3)

ini terlalu mencolok dan disertai faktor-faktor lain maka memicu terjadinya hipertensi dengan komplikasinya (Zielinska et al., 2020) .

b. JenisKelamin

Pria memiliki tekanan sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dibandingkan wanita pada semua suku. Survey dari badan nasional dan penelitian nutrisi melaporkan bahwa hipertensi lebih mempengaruhi wanita dibandingkan pria.

Menurut laporan sugiri di jawa tengah didapatkan angka prevalensi hipertensi 6%

pada pria dan 11% pada wanita (Anto et al., 2020).

c. Riwayat Keluarga

Jika ada riwayat keluarga dekat yang memiliki faktor keturunan hipertensi, akan mempertinggi risiko terkena hipertensi pada keturunannya. Keluarga dengan riwayat hipertensi akan meningkatkan risiko hipertensi sebesar empat kali lipat.

Data statistik membuktikan jika seseorang memiliki riwayat salah satu orang tuanya menderita penyakit tidak menular, maka dimungkinkan sepanjang hidup keturunannya memiliki peluang 25% terserang penyakit tersebut. Jika kedua orang tua memiliki penyakit tidak menular maka kemungkinan mendapatkan penyakit tersebut sebesar 60% (Thomas et al., 2020).

Faktor yang dapat di kontrol antara lain : a. Konsumsi Garam

Garam dapur merupakan faktor yang sangat berperan dalam pathogenesis

hipertensi. Garam dapur mengandung 40% natrium dan 60% klorida. Natrium

diabsorpsi secara aktif, kemudian dibawa oleh aliran darah keginjal untuk

disaring dan dikembalikan kealiran darah dalam jumlah yang cukup untuk

mempertahankan taraf natrium dalam darah. Kelebihan natrium yang jumlahnya

mencapai 90-99 % dari yang dikonsumsi, dikeluarkan melalui urin. Pengeluaran

urin ini diatur oleh hormone aldosteron yang dikeluarkan kelenjar adrenal. Orang-

orang peka natrium akan lebih mudah mengikat natrium sehingga menimbulkan

retensi cairan dan peningkatan tekanan darah. Hal ini karena garam memiliki sifat

menahan cairan, sehingga mengkonsumsi garam berlebih atau makan-makanan

yang diasinkan dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah (Schroeder,

DuBois, Sadowsky, & Hilgenkamp, 2020).

(4)

b. Konsumsi Lemak

Kebiasaan mengkonsumsi lemak jenuh erat kaitannya dengan peningkatan berat badan yang berisiko terjadinya hipertensi. Konsumsi lemak jenuh juga meningkatkan risiko aterosklerosis yang berkaitan dengan kenaikan tekanan darah (Schroeder et al., 2020).

c. Merokok

Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi (Farsalinos et al., 2020).

d. Obesitas

Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi karena beberapa makin besar massa tubuh, makin banyak pula suplai darah yang dibutuhkan untuk memasok oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Hal ini mengakibatkan volume darah yang beredar melalui pembuluh darah akan meningkat, sehingga tekanan pada dinding arteri menjadi lebih besar. Kelebihan berat badan juga meningkatkan frekuensi denyut jantung dan kadar insulin dalam darah. Peningkatan kadar insulin menyebabkan tubuh menahan natrium dan air (Tiara, 2020).

e. Kurangnya AktivitasFisik

Aktivitas fisik sangat mempengaruhi stabilitas tekanan darah. Pada orang yang tidak aktif melakukan kegiatan fisik cenderung mempunyai frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi. Hal tersebut mengakibatkan otot jantung bekerja lebih keras pada setiap kontraksi. Makin keras usaha otot jantung dalam memompa darah, makin besar pula tekanan yang dibebankan pada dinding arteri sehingga meningkatkan tahanan perifer yang menyebabkan kenaikkan tekanan darah.

Kurangnya aktifitas fisik juga dapat meningkatkan risiko kelebihan berat badan

yang akan menyebabkan risiko hipertensi meningkat(Zielinska et al., 2020).

(5)

Pengobatan Non Farmakologi Hipertensi

Pengobatan non farmakologi merupakan pengobatan tanpa obat-obatan, dengan merubah gaya hidup menjadi lebih sehat (Ananda & Tahiruddin, 2020).

Terapi non farmakologis selalu menjadi pilihan yang dilakukan penderita hipertensi karena biaya yang dikeluarkan untuk terapi farmakologis relatif mahal dan menimbulkan efek samping yang tidak diinginkan penderita, yaitu dapat memperburuk keadaan penyakit atau efek fatal lainnya. Langkah awal pengobatan hipertensi non farmakologis adalah dengan menjalani pola hidup sehat, salah satunya dengan terapi komplementer yang menggunakan bahan-bahan alami yang ada disekitar kita, seperti relaksasi otot progresif, meditasi, aromaterapi, terapi herbal, terapi nutrisi. Terapi relaksasi memberikan individu mengontrol diri ketika terjadi rasa tidak nyaman atau nyeri (Tyani, Utomo, & N, 2015).

Penatalaksaan Non Farmakologi Hipertensi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan non farmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan non farmakologis dengan cara memodifikasi faktor resiko (Kerja, Karangploso, Ridho, & Solehudin, 2019). Biasanya terapi non farmakologi adalah dengan menjalani pola hidup yang sehat. Pada pasien hipertensi yang masih awal atau derajat satu dan tidak memiliki faktor resiko terkena penyakit kardiovaskular lain, dapat hanya dilakukan terapi non farmakologi saja hingga 4-6 bulan, namun apabila setelah menggunakan terapi non farmakologi dalam jangka waktu tersebut tidak memberikan perubahan tekanan darah, dapat ditambahkan dengan terapi farmakologi. Beberapa ini merupakan terapi non farmakologi yang dianjurkan:

a. PenurunanBerat Badan

Penurunan berat badan dapat dengan memperbanyak asupan sayur dan buah dan menghindari konsumsi makanan yang tidak sehat. Hal ini juga dapat menghindarkan dari penyakit diabetes dan dislipidemia

b. Mengurangi AsupanGaram

Garam dapat mengikat air dalam darah sehingga volume darah semakin

banyak, aliran darah semakin deras dan tekanan darah semakin tinggi. Maka dari

itu perlu pula mengurangi asupan garam. Sering sekali kita tidak sadar banyaknya

asupan garam pada makanan cepat saji, makanan kaleng, daging olahan dan

(6)

sebagainya.

c. Olahraga

Olahraga dianjurkan dilakukan secara teratur selama 30-60 menit/hari dapat dilakukan dengan berjalan kaki, mengayuh sepeda atau hanya menaiki tangga.

d. Mengurangi Konsumsi Alkohol

Konsumsi alkohol lebih dari 2 gelas perhari pada pria dan 1 gelas perhari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, dengan membatasi dan tidak meminum alkohol dapat membantu mengurangi tekanan darah.

e. Berhenti Merokok

Merokok merupakan faktor utama penyakit kardiovaskular. Merokok merupakan salah satu faktor yang berhubungan dengan hipertensi, sebab rokok mengandung nikotin. Menghisap rokok menyebabkan nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan kemudian akan diedarkan hingga ke otak. Di otak, nikotin akan memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas epinefrin atau adrenalin yang akan menyempitkan pembuluh darah dan memaksa jantung untuk bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi.

Manifestasi Klinis

Manisfestasi klinik muncul setelah penderita mengalami hipertensi selama bertahun-tahun, gejalanya antara lain:

a. Terjadi kerusakan susunan saraf pusat yang menyebabkan ayunan langkah tidakmantap.

b. Nyeri kepala oksipital yang terjadi saat bangun dipagi hari karena peningkatan tekanan intrakranial yang disertai mual danmuntah.

c. Epistaksis karena kelainan vaskuler akibat hipertensi yangdiderita.

- Sakit kepala, pusing dan keletihan disebabkan oleh penurunan perfusi darah akibat vasokonstriksi pembuluhdarah.

- Penglihatan kabur akibat kerusakan pada retina sebagai dampak hipertensi.

- Nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) akibat dari peningkatan

aliran darah ke ginjal dan peningkatan filtrasi oleh glomerulus.

(7)

Hipertensi sering ditemukan tanpa gejala (asimptomatik), namun tanda-tanda klinis seperti tekanan darah yang menunjukkan kenaikan pada dua kali pengukuran tekanan darah secara berturutan dan bruits (bising pembuluh darah yang terdengar di daerah aorta abdominalis atau arteri karotis, arteri renalis dan femoralis disebabkan oleh stenosis atau aneurisma) dapat terjadi. Jika terjadi hipertensi sekunder, tanda maupun gejalanya dapat berhubungan dengan keadaan yang menyebabkannya. Salah satu contoh penyebab adalah sindrom cushing yang menyebabkan obesitas batang tubuh dan striae berwarna kebiruan, sedangkan pasien feokromositoma mengalami sakit kepala, mual, muntah, palpitasi, pucat dan perspirasi yang sangat banyak (Pada, 2017).

Komplikasi

Komplikasi pada penderitahipertensimenurutmenyerang organ-organ vital antar lain:

a. Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium tidak terpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.

b. Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif sehingga gagal ginjal. Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotic menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

c. Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke. Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.

Perawatan Hipertensi Pada Masa Pandemi

Adapun perawatan pada pasien hipertensi terumatam di masa pandemic

ialah dengan cara rutin melakukan cek kesehatan, menghindari atau tidak

merokok, melakukan aktivitas fisik yang baik dan sebaiknya memenuhi kriteria

FITT (frequency, intensity, time, type) seperti jalah sehat, menerapkan diet sehat,

(8)

mengatur pola istirahat, dan pengelolaan stress (Susanti, Anita, & Susanto, 2021).

Pemerintah sampai saat ini terus mengupayakan untuk mendorong masyarakat melakukan gaya hidup yang lebih sehat melalui kampanye GERMAS (Gerakan Masyarakat Hidup Sehat) dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2017.

Melakukan aktivitas fisik, makan buah dan sayur, tidak merokok, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, melakukan cek kesehatan berkala menjaga kebersihan lingkungan dan menggunakan jamban merupakan langkah yang dianjurkan GERMAS. Selain itu, pemerintah juga menciptakan program gaya hidup sehat seperti PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), Posbindu PTM, dan CERDIK (cek kesehatan secara rutin, enyahkan asap rokok, rajin aktivitas fisik, diet, istirahat cukup dan kelola stress). Program ini diciptakan oleh pemerintah untuk penanggulangan hipertensi di Indonesia, tetapi tidak menutup kemungkinan program tersebut dapat diterapkan untuk masyarakat umum. Program tersebut dapat menjadi pedoman untuk mengimplementasikan hidup sehat di masa pandemik saat ini dengan mengambil beberapa kebiasaan yang sederhana (Saludung & Malinti, 2021).

Konsep Covid-19 Pengertian Covid-19

Coronavirus adalah keluarga besar virus yang dapat menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia. Coronavirus (Covid-19) merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh virus baru yang tiba-tiba muncul pada akhir tahun 2019.

Pada 11 Maret lalu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi menyatakan wabah Covid-19 sebagai pandemi. Riset membuktikan bahwa virus ini tergolong dalam genus Betacoronavirus, yaitu Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) dan Middle East Respiratory Syndrome (MERS) meski tingkat kematiannya lebih rendah, Covid-19 sejauh ini mengakibatkan jumlah kematian yang lebih tinggi dibandingkan gabungan SARS dan MERS yang masing-masing terjadi pada 2002- 2003 dan 2012-2019 (Suppawittaya, Yiemphat, & Yasri, 2020).

Penyebab Covid-19

Covid-19 disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 (Severe Acute Respiratory

Syndrome Coronavirus-2) yang berasal dari hewan dan dapat ditularkan melalui

manusia. Hal ini karena hewan yang terinfeksi virus tersebut menjadi sumber

(9)

makanan bagi manusia, seperti kelelawar. Covid-19 dapat ditularkan dengan cepat pada antar manusia karena kontak yang erat dengan pasien terinfeksi, oleh karena itu mempermudah proses penularan. Penularannya dapat melalui Droplet yang mengandung virus SARS-CoV-2 ke udara ketika batuk atau bersin oleh pasien terinfeksi, sehingga Droplet tersebut dapat terhirup oleh manusia lain yang tidak terinfeksi melalui hidung dan mulut (Yanti & Hayatun, 2019).

Gejala Covid-19

Virus Covid-19 biasanya dengan cepat menyebar dari satu orang ke orang lain melalui tetesan pernapasan yang dihasilkan selama batuk dan bersin. Ini dianggap paling menular ketika orang-orang bergejala, meskipun penularan mungkin sebelum gejala muncul pada pasien. Waktu mulai terpapar dan timbulnya gejala umumnya antara dua dan 14 hari, dengan rata-rata lima hari.

Gejala umum berupa demam, batuk, bersin dan sesak napas. Komplikasi mungkin termasuk pneumonia, sakit tenggorokan, dan sindrom gangguan pernapasan akut.

Pasien yang terinfeksi virus iniakan mengalami flu biasa. 80% pasien akan menunjukkan gejala penyakit yang ringan. Orang dewasa memiliki kekebalan tubuh yang baik untuk melawan infeksi tetapi kerugiannya adalah lebih mungkin menyebarkan infeksi (Bala & Kumar, 2020).

Dampak Covid-19

Penyebaran Covid-19 sangat pesat berbahaya dan berdampak luas pada berbagai sektor, seperti sosial dan sektor ekonomi(Yenti Sumarni, 2020). Pandemi COVID-19 telah terus-menerus mempengaruhi semua aspek biologis, psikologis, sosial, dan budaya (Setyawan & Lestari, 2020). Pandemi Covid sangat mempengaruhi jiwa, kesehatan individu dan negara nasional secara universal.

Sejumlah besar individu, keluarga dan komunitas telah mengalami shock, trauma, ketakutan, kecemasan dan kesedihan eksistensial (Zagorski, Pawar, Rahimian, &

Forman, 2020).

Penanganan Covid-19

Sejakawalmaret 2020, pemerintah Republik Indonesia mulai

memberlakukan pembatasan jarak sosial (menjaga jarak sosial, menghindari orang

banyak), dan jarak fisik (menjaga jarak antar orang minimal 1,8 meter), bahkan

beberapa daerah telah menerapkan Skala Besar Batasan Sosial (PSBB). Hal

(10)

tersebut dilakukan sebagai bentuk pengendalian penyebaran virus Covid-19 karena tidak adanya vaksin (Supriyatna, Kinasih, Darniwa, & Jaenudin, 2020).

Menurut (Setyawan & Lestari, 2020), upaya yang dilakukan berupa terapi suportif

abolisi gejala. Tindakan pencegahan yang disarankan termasuk mencuci tangan

dengan sabun, menutupi mulut saat batuk, menjaga jarak 1 meter dari orang lain

dan memantau serta mengisolasi diri selama empat belas hari bagi orang-orang

yang dicurigai terinfeksi.

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi hipertensi berdasarkan nilai tekanan darah(Copeland, Posey, Hashmi, Gupta,  &amp; Hanchard, 2018)  Klasifikasi  Sistolik  (mmHg)  Diastolik (mmHg)  Optimal  &lt;120  Dan  &lt;80  Normal  120-129  dan/atau  80-84

Referensi

Dokumen terkait

Manfaat dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan peneliti dalam mengetahui Gambaran Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang Lansia UPT

PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 6 TAHUN 201 I TENTANG RETRIBUSI IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN.. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Jika saat ini Anda memilih menggunakan Ethernet, tetapi Anda telah merencanakan untuk suatu saat nanti memerlukan kecepatan transfer yang lebih tinggi -- sehingga memerlukan

Dalam penulisan tugas akhir ini, penulis membatasi permasalahan pada alat kontrol untuk pengasutan motor fasa tiga dimana proses pencacahan dilakukan berdasarkan banyaknya pulsa

Dalam banyak kasus, sebuah perusahaan e-commerce bisa bertahan tidak hanya mengandalkan kekuatan produk saja, tapi dengan adanya tim manajemen yang handal, pengiriman yang tepat

Metode dari penelitian ini adalah penelitian deskriptif observasional-retrospekstif, teknik total sampling dengan mempergunakan data sekunder pasien balita

Membayar uang pendaftaran khusus bagi calon siswa yang berdomisili di luar kota Blitar, sedangkan siswa yang berdomisili di kota Blitar bebas uang pendaftaran

Pelayanan perawatan kesehatan rumah diberikan kepada individu dan keluarga sesuai kebutuhan mereka, dengan perencanaan dan koordinasi yang dilakukan oleh pelayanan kesehatan