• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pratindakan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pratindakan"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

37 BAB IV

HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Pratindakan

Penelitian dilakukan pada siswa kelas V di SD Negeri 11 Ngringo Tahun Ajaran 2017/2018 yang beralamat di Gunung Wijil RT03/IX, Jaten, Karanganyar.

Penelitian berfokus pada pemahaman siswa tentang konsep bangun ruang di mata pelajaran matematika.

1. Hasil Wawancara dengan Guru dan Siswa

Mengacu hasil wawancara pada guru kelas V SD Negeri 11 Ngringo yang terlampir di lampiran halaman 74, guru mengatakan Matematika merupakan mata pelajaran yang cukup sulit bagi siswa kelas V. Siswa belum memahami konsep terkait materi bangun ruang. Guru sebenarnya sudah mempersiapkan media pembelajaran berupa jaring-jaring bangun ruang supaya siswa dimudahkan dalam memahami materi telah disampaikan namun jumlah media yang sedikit dan hanya ditunjukkan kepada siswa didepan kelas. Hal tersebut mengakibatkan siswa tidak dapat berinteraksi secara langung terhadap media tersebut sehingga siswa belum dapat memahami konsep bangun ruang yang disampaikan oleh guru.

Penjelasan diatas sesuai dengan hasil wawancara dilakukan sebelumnya kepada salah satu siswa kelas V yang bernama Nabila yang terlampir pada lampiran halaman 76. Siswa tersebut sebenarnya menyukai pelajaran matematika terkait materi sifat-sifat bangun ruang dengan alasan lebih sedikit hitung-hitungan. Namun siswa tersebut merasa bahwa pembelajaran yang disampaikan guru kurang menarik untuk siswa karena siswa hanya diam mendengarkan materi yang diuraikan oleh guru dan hanya dapat melihat media yang dipegang oleh guru tanpa dapat berinteraksi langsung dengan media tersebut. Sehingga hal ini menjadi penyebab siswa menjadi kurang berminat pada pembelajaran Matematika pada materi sifat-sifat bangun ruang.

commit to user

(2)

2. Observasi Proses Pembelajaran di Kelas a. Kinerja Guru

Pengamatan pembelajaran Matematika materi sifat bangun ruang pada kelas V dilaksanakan hari Senin, 16 April 2018. Guru kelas V menjadi pengajar dan peneliti selaku observer. Hasil observasi di kelas yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran dapat diketahui bahwa guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik namun masih terdapat kekurangan. Cara mengajar guru masih teacher centre dan terkesan monoton. Model pembelajaran yang terkesan membosankan ini membuat siswa kurang tertarik dan mengakibatkan materi pembelajaran tidak tersampaikan kepada siswa dengan baik. Namun bahasa yang digunakan guru untuk mengajar sebenarnya sudah baik, benar dan lancar.

Uraian hasil pengamatan tersebut disajikan Tabel 4.1.

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Pratindakan.

Aspek Skor

I Pra Pembelajaran II Kegiatan Awal III Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran b. Pendekatan / strategi pembelajaran c. Pemanfaatan sumber belajar / media

pembelajaran

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

e. Penilaian proses dan hasil f. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir

3,00 3,00 2,50 2,83 2,00 2,75 3,00 3,00 3,00

Jumlah 25,08

Skor 26,08:9 = 2,78

Tabel 4.1. diatas menunjukkan kinerja guru pada pratindakan.

Terlihat nilai rata-rata kinerja guru mencapai 2,78 dan berkategori baik.

Namun ada aspek-aspek yang harus ditingkatkan yaitu aspek penguasaan materi dalam pembelajaran, pendekatan strategi/metode pembelajaran,

(3)

b. Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi terkait aktivitas pada siswa saat pelaksanaan pratindakan mata pelajaran Matematika pada materi sifat bangun ruang, skor aktivitas siswa secara klasikal mencapai rata-rata 1,25. Pencapaian skor tersebut dapat dikategorikan kedalam aktivitas siswa dalam pembelajaran adalah kurang baik.

c. Ketuntasan Siswa

Hasil pratindakan yang diperoleh dari nilai ulangan harian yang dilaksanakan guru pada tanggal 16 April 2018 menunjukkan bahwa sebagian besar siswa nilainya dibawah KKM. Terdapat 10 siswa (31,25%) dari (32 siswa) yang mendapatkan nilai diatas KKM yang sudah ditentukan yaitu 70. Sedangkan 22 siswa (68,75%) lainnya mendapatkan nilai dibawah KKM. Data frekuensi nilai pratindakan saat memahami konsep bangun ruang pada siswa di kelas V SD Negeri 11 Ngringo, Jaten, Karanganyar dapat disajikan Tabel 4.2.

Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Pemahaman Konsep Bangun Ruang Pratindakan.

No. Interval Frekuensi (fi)

Nilai Tengah

(xi)

fi.xi

Presentase (%)

Relatif Kumulatif 1

2 3 4 5 6

50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85

6 4 10

6 3 3

52,5 58,5 64,5 70,5 76,5 82,5

315 234 645 423 229,5 247,5

18,75 12,5 31,25 18,75 9,375 9,375

18,75 31,25 62,5 81,25 90,625

100

Jumlah 32 2094 100

Nilai rerata = 2094 : 32 = 65,44

Ketuntasan klasikal = (10 : 32) x 100% = 31,25%

Tabel 4.2. menunjukkan nilai pemahaman konsep siswa di kelas V SD Negeri 11 Ngringo dalam memahami konsep bangun ruang pada pratindakan. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.1.

commit to user

(4)

Gambar 4.1. Grafik Nilai Tes Pratindakan Siswa Kelas V SD N 11 Ngringo.

Dari Gambar 4.1. diatas diketahui bahwa pemahaman konsep bangun ruang pada siswa di kelas V SD Negeri 11 Ngringo pada pratindakan masih tergolong rendah. Tampak bahwa siswa mendapat nillai 50-55 sebanyak 6 siswa (18,75%), siswa mendapat nilai 56-61 sebanyak 4 siswa (12,5%), siswa mendapat nilai 62-67 sebanyak 10 siswa (31,25%), siswa mendapat nilai 68-73 sebanyak 6 siswa (18,75%), siswa mendapat nilai 74-79 sebanyak 3 siswa (9,375%), dan siswa mendapat nilai 80-85 sebanyak 3 siswa (9,375%).

Berdasarkan dari hasil observasi terhadap aktivitas siswa, kinerja guru, proses pembelajaran, dan ketuntasan siswa tersebut, peneliti berusaha membuat peningkatan pemahaman dari konsep serta kualitas pembelajaran Matematika materi bangun ruang melalui model pembelajaran bertipe Two Stay Two Stray (TSTS).

B. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan prasiklus yang telah dilakukan siswa di kelas V di SD Negeri 11 Ngringo Tahun Ajaran 2017/2018 yang beralamat di Gunung Wijil RT03/IX, Jaten, Karanganyar, didapatkan fakta bahwa sumber data primer dan data

0 2 4 6 8 10 12

50-55 56-61 62-67 68-73 74-79 80-85

Frekuensi

Interval Nilai

(5)

dirancang untuk diterapkan dikelas saat proses pembelajaran. Penelitian ini yang bertindak sebagai guru adalah peneliti, sedangkan pengamat saat berlangsung pembelajaran adalah guru kelas. Siklus yang dilakukan terbagi menjadi 4 tahapan dengan urutan: 1) perencanaan; 2) pelaksanaan tindakan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi. Tahapan- tahapan penelitian tindakan kelas sebagai berikut :

1. Siklus I

Model Pembelajaran Kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) diterapkan untuk meningkatkan kemampuan memahami Konsep Bangun Ruang pada Siklus I terbagi dari beberapa kegiatan. Rincian kegiatan tersebut diantaranya:

a. Perencanaan Tindakan Siklus I

Kegiatan perencanaan tindakan Siklus I dilakukan hari Senin, 14 Febuari 2018 diruang guru SD Negeri 11 Ngringo, Jaten, Karanganyar, guru dan siswa mendiskusikan terkait rancangan tindakan yang akan digunakan di penelitian ini. Fakta yang terjadi merupakan siswa menemui permasalahan dalam proses pembelajaran dimana siswa merasa bahwa pembelajaran yang dilakukan guru tidak menarik untuk siswa karena siswa hanya diam mendengarkan materi yang diuraikan oleh guru.

Diskusi yang dilakukan adalah pembuatan materi pembelajaran, dan soal tes hasil pembelajaran, selanjutnya pelaksanaan tindakan disepakati pada siklus I dilaksanakan tanggal Sabtu, 12 Mei 2018.

b. Pelaksanaan Siklus I

1) Pertemuan pertama (Sabtu, 12 Mei 2018 pada jam ke-1 dan 2).

a) Kegiatan rutin yaitu berdoa, persensi siswa dan mengkondisikan kelas.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Apersepsi.

d) Guru menjelaskan tentang konsep bangun ruang.

e) Guru mengelompokkan kelas dalam 8 kelompok, selanjutnya 4 anggota tiap kelompok bersifat heterogen. commit to user

(6)

f) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok.

g) Dua (2) siswa berkunjung ke kelompok lain, sedangkan dua siswa yang tetap tinggal di kelompok.

h) Dua (2) siswa yang bertamu bertugas mencari informasi dari kelompok lain, sedangkan dua (2) siswa yang tetap tinggal di kelompoknya memberikan serta menjelaskan informasi yang diperoleh kepada dua (2) orang yang berkunjung di kelompok tersebut.

i) Siswa kembali ke kelompoknya kemudian melakukan presentasi.

j) Guru memberikan konfirmasi tentang hasil diskusi.

k) Siswa bersama-sama dengan gurumemberi kesimpulan dari materi yang telah diajarkan sebelum pembelajaran ditutup dengan salam penutup,selanjutnya siswa diperbolehkan istirahat.

2) Pertemuan kedua (Sabtu, 12 Mei 2018 pada jam ke-5 dan 6).

a) Mengkondisikan kelas.

b) Apersepsi.

c) Menyiapkan media pembelajaran.

d) Menyusun lembar observasi guru dan siswa e) Menyusun instrumen, meliputi:

1. Kisi-kisi soal 2. Soal evaluasi

3. Kriteria penilaian mengenai materi bangun ruang

f) Guru menjelaskan kembali materi yang didiskusikan pada pertemuan sebelumnya kepada para siswa untuk mempersiapkan mereka mengerjakan soal yang akan diberikan

g) Siswa mennyelesaikan soal-soal evaluasi, sedangkan peneliti memberi pengawasan dengan baik agar hasil tes dapat mencerminkan kemampuan mereka secara mandiri.

(7)

j) Siswa bersama-sama dengan gurumenyusun kesimpulan terkait materi diajarkan sebelum menutup pembelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan istirahat dan persiapan pulang sekolah.

Hasil dari tindakan Siklus I didapatkan data sebagai berikut:

a. Siswa belum mencapai nilai rata-rata diatas KKM dari tes hasil belajar yang telah dilakukan adalah sebanyak 59,625% dari keseluruhan siswa.

b. Persentase (%) ketuntasan belajar pada siswa sebelum tindakan sebesar 31%. Pada Siklus I persentase ketuntasan belajar siswa adalah 40,625%.

c. Pengamatan

Pengamatan dilakukan dengan mengamati beberapa proses pembelajaran dan keadaan siswa saat pelaksanaan pembelajaran matematika materi bangun ruang menggunakan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS). Pengamatan dilakukan dari aktivitas siswa dan guru saat pembelajaran berlangsung. Lembar observasi guru dan siswa yang sudah disiapkan selanjutnya digunakan untuk membantu saat pengamatan berlangsung.

Lembar pengamatan diarahkan dalam poin-poin pedoman yang sudah dirumuskan peneliti dan berkonsultasi pada guru kelas. Observasi dilaksanakan oleh guru kelas ibu Sri Hartini, S.Pd. Uraian pengamatan untuk siklus I diuraiakan dengan tahapan:

1) Pertemuan I a) Kinerja Guru

Berdasarkan pengamatan di kelas yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran dapat diketahui bahwa guru mampu mengkondisikan kelas dengan baik dan menguasai kelas dengan baik. Guru mampu menguasai materi pembelajaran serta mampu mengkaitkan commit to user materi dengan pengetahuan lain yang

(8)

sesuai/relevan. Guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Media pembelajaran yang tunjukkan juga sangat memadahi. Namun ada beberapa hal yang masih dapat ditingkatkan misalnya penggunaan bahasa yang baik dan tepat.

Uraian hasil pengamatan tersebut seperti dibawah ini.

Tabel 4.3. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Siklus I Pertemuan I

Aspek Skor

I Pra Pembelajaran II Kegiatan Awal III Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran b. Pendekatan / strategi pembelajaran c. Pemanfaatan sumber belajar / media

pembelajaran

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa e. Penilaian proses dan hasil f. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir

3,50 3,50 3,25 3,50 3,50 3,25 3,00 3,00 3,50

Jumlah 30

Skor 30:9 = 3,33

Tabel 4.3. menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I dan pertemuan I mencapai skor 3,33 masuk kategori sangat baik.

b) Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa saat pelaksanaan siklus I pertemuan I mata pelajaran Matematika materi sifat bangun ruang, skor aktivitas siswa secara klasikal mencapai rata-rata 3,08. Pencapaian skor tersebut dapat dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah baik.

(9)

2) Pertemuan II a) Kinerja Guru

Berdasarkan pengamatan di kelas yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran diperoleh bahwa guru dapat mengkondisikan kelas dengan baik dan menguasai kelas dengan baik. Guru dapat menunjukkan penguasaan materi pembelajaran serta dikaitkan materi terhadap pengetahuan berbeda yang sesuai. Guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai tujuan pembelajaran yang direncanakan. Media/alat pembelajaran yang tunjukkan juga sangat memadahi. Penggunaan bahasa yang baik dan tepat oleh guru sudah ada peningkatan, namun pembelajaran secara keseluruhan masih dapat ditingkatkan.

Uraian hasil pengamatan tersebut dapat dipaparkan dibawah ini:

Tabel 4.4. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Siklus I Pertemuan II

Aspek Skor

I Pra Pembelajaran II Kegiatan Awal III Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran b. Pendekatan / strategi pembelajaran c. Pemanfaatan sumber belajar / media

pembelajaran

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa e. Penilaian proses dan hasil f. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir

3,50 3,50 3,25 3,50 3,50 3,25 3,50 3,50 3,50

Jumlah 31

Skor 31:9 = 3,44

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata hasil observasi kinerja guru pada siklus I pertemuan II mencapai skor 3,44 sehingga berkategori sangat baik.

commit to user

(10)

b) Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan dari aktivitas siswa saat pelaksanaan siklus I pertemuan II pada pembelajaran Matematika materi sifat bangun ruang, skor aktivitas siswa secara klasikal mencapai rata-rata 3,25. Pencapaian skor tersebut dapat dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah baik.

3) Ketuntasan Siswa

Tes evaluasi setelah diadakan pada siklus I, diperoleh data nilai pemahaman pada materi konsep bangun ruang. Data nilai pemahaman pada materi konsep bangun ruang siswa kelas V diperoleh dari rata-rata nilai evaluasi pada pertemuan I dan II.

Adapun data frekuensi nilai siklus I pada pemahaman materi konsep bangun ruang kelas V SD N 11 Ngringo Jaten Karanganyar dipaparkan pada tabel 4.5. dibawah ini:

Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Pemahaman Konsep Bangun Ruang Siklus I

No. Interval Frek (fi)

Nilai Tengah

(xi)

fi.xi

Presentase (%)

Relatif Kumulatif 1

2 3 4 5

54-59 60-65 66-71 72-77 78-83

6 5 11

5 5

56,5 62,5 68,5 74,5 80,5

339 312,5 753,5 372,5 402,5

18,75 15,625 34,375 15,625 15,625

18,75 34,375

68,75 84,375

100

Jumlah 32 2180 100

Nilai rerata = 2180 : 32 = 68,125

Ketuntasan klasikal = (10 : 32) x 100% = 31,25%

Tabel 4.5. menunjukkan nilai pemahaman konsep siswa kelas V SD N 11 Ngringo dalam memahami konsep bangun ruang pada pratindakan. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.2.

(11)

Gambar 4.2. Grafik Nilai Tes Siklus I Siswa Kelas V SD N 11 Ngringo.

Dari Tabel 4.5. diatas dideskripsikan bahwa pemahaman konsep bangun ruang pada siswa di kelas V SD N 11 Ngringo pada siklus I sudah tergolong cukup baik. Tampak bahwa siswa dengan nillai 54-59 sebanyak 6 siswa (18,75%), siswa dengan nilai 60-65 sebanyak 5 siswa (15,625%), siswa dengan nilai 66-71 sebanyak 11 siswa (34,375%), siswa dengan nilai 71-77 sebanyak 5 siswa (15,625%) dan siswa dengan nilai 78-83 sebanyak 5 siswa (15,625%).

Berdasarkan hasil pengamatan kepada kinerja guru, aktivitas siswa, proses pembelajaran, dan ketuntasan siswa tersebut dapat diperoleh bahwa ada peningkatan dalam pemahaman konsep serta kualitas pembelajaran Matematika konsep/materi bangun ruang melalui model pembelajaran bertipe Two Stay Two Stray (TSTS).

d. Refleksi

Tahapan selanjutnya setelah pemberian tindakan penerapan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah refleksi. Refleksi terhadap Siklus I ini menghasilkan beberapa

0 2 4 6 8 10 12

54 - 59 60 - 65 66 -71 72 - 77 78 - 83

Frekuensi

Interval

commit to user

(12)

rangkuman untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya, antara lain:

1) Ketuntasan Siswa

Setelah pelaksanaan siklus I, diketahui ada 13 siswa (40,625%) dari 32 siswa dengan nilai diatas KKM sebesar 70. Sedangkan 19 siswa (59,325%) lainnya memperoleh nilai dibawah KKM. Hasil ini menunjukkan bahwa pemahaman konsep bangun ruang siswa sudah meningkat jika dibandingkan dengan pada saat pratindakan. Namun masih perlu ditingkatkan lagi dengan mengadakan perbaikan siklus II karena siklus I ketuntasan belum mencapai 80%. Adapun langkah yang digunakan dalam memperbaiki strategi pembelajaran dan memotivasi lebih kepada siswa diharapkan lebih giat dan aktif pada pembelajaran.

2) Kinerja Guru

Berdasarkan hasil pengamatan pada kinerja guru dalam siklus I pertemuan I dilanjutkan pertemuan II diperoleh skor rata-rata 3,38 dengan presentase 84,82% dan memperoleh kategori sangat baik, tetapi masih perlu dilakukan perbaikan agar memperoleh hasil yang optimal.

3) Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan terhadap aktivitas siswa dalam siklus I pertemuan I - II, secara klasikal mencapai rata-rata 3,17 dengan presentase 79,17% dan dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah baik. Namun belum semua siswa aktif secara baik, dapat dilihat dari aktvitas diantaranya:

a) Siswa belum terbiasa dengan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS). Masih ada siswa yang belum memahami perannya di kelompok sehingga belum menjalankan peran dalam kelompok dengan baik.

(13)

b) Siswa belum terbiasa dengan pembelajaran dengan metode diskusi kelompok. Pembelajaran masih didominasi oleh siswa yang pandai didalam kelompoknya.

c) Siswa belum memahami beberapa materi pembelajaran yang disampaikan guru.

Hasil analisis dan refleksi untuk siklus I, maka peneliti mengambil langkah-langkah dalam perbaikan diantaranya:

a) Guru memotivasi secara lebih pada siswa untuk mengikuti pembelajaran dengan baik.

b) Guru mengarahkan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran terutama ketika diskusi kelompok. Dengan mengarahkan siswa diharapkan siswa ikut dalam pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) yang baik.

c) Guru memberikan pemahaman materi dengan lebih baik.

2. Siklus II

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif dengan Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam memahami konsep/pengertian materi bangun ruang pada Siklus II terbagi dari beberapa kegiatan. Rincian kegiatan tersebut adalah:

a. Perencanaan Tindakan Siklus II

Aktivitas perencanaan tindakan II dilakukan di hari Senin, 14 Mei 2018 di ruang guru SD Negeri 11 Ngringo Jaten, Karanganyar mempersiapkan siklus II untuk memperbaiki hasil pada siklus I dengan mempertimbangkan kekurangan yang ada pada kegiatan siklus I.

Perbaikan yang dilakukan adalah dengan saat pergantian jam guru sudah siap di depan kelas saat guru jam sebelumnya keluar kelas agar guru dapat mendorong para siswa untuk aktif dan semangat saat diskusi maupun prensentasi.

commit to user

(14)

b. Pelaksanaan Siklus II

1) Pertemuan pertama (Sabtu, 19 Mei 2018 pada jam ke-3 dan 4).

a) Kegiatan rutin mengkondisikan kelas tanpa diawali doa dan persensi.

b) Menyampaikan tujuan pembelajaran.

c) Apersepsi.

d) Guru menjelaskan tentang konsep bangun ruang.

e) Guru mengelompokkan kelas menjadi 8 kelompok, sehingga tiap kelompok berisi 4 anggota bersifat heterogen.

f) Siswa mengerjakan lembar kerja kelompok.

g) Dua (2) siswa berkunjung ke kelompok lain, sedangkan dua (2) siswa tetap tinggal dalam kelompok.

h) Dua siswa yang bertamu bertugas mencari informasi dari kelompok lain, sedangkan dua (2) siswa tetap tinggal dalam kelompok memberikan serta menjelaskan informasi yang diperoleh kepada dua (2) orang yang bertamu di kelompok tersebut.

i) Siswa kembali ke kelompok masing-masing kemudian melakukan presentasi.

j) Guru memberikan konfirmasi tentang hasil diskusi.

k) Siswa bersama-sama dengan guru membuat kesimpulan dari materi diajarkan sebelum menutup pembelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan istirahat.

2) Pertemuan kedua (Sabtu, 19 Mei 2018 pada jam ke-5 dan 6).

a) Mengkondisikan kelas.

b) Apersepsi.

c) Menyiapkan media pembelajaran.

d) Menyusun lembar observasi siswa dan guru e) Menyusun instrumen, meliputi:

(15)

3) Kriteria penilaian mengenai materi bangun ruang

f) Guru mengulas kembali materi yang didiskusikan pada pertemuan sebelumnya kepada para siswa untuk mempersiapkan mereka mengerjakan soal yang akan diberikan

g) Siswa mennyelesaikan soal-soal evaluasi, sedangkan peneliti memberi pengawasan dengan baik agar hasil tes dapat mencerminkan kemampuan mereka secara mandiri.

h) Guru meminta lembar jawab soal hasil tes.

i) Guru memberikan konfirmasi tentang hasil tes.

j) Siswa bersama-sama dengan gurumenyusun kesimpulan terkait materi diajarkan sebelum menutup pembelajaran dengan salam penutup dan siswa diperbolehkan istirahat dan persiapan pulang sekolah.

Hasil dari tindakan siklus II didapatkan data diantaranya:

a. Siswa telah mencapai nilai rata-rata diatas KKM dari tes hasil belajar yang telah dilakukan adalah sebanyak 75,09% dari keseluruhan siswa kelas V.

b. Persentase ketuntasan belajar siswa sebelum tindakan sebesar 31%.

Pada siklus I dengan persentase ketuntasan dari siswa sebanyak 40,625%, Pada siklus II persentase (%) ketuntasan belajar siswa sebanyak 81,25%.

c. Pengamatan

Observasi pada siklus ke II masih dilakukan seperti siklus I, yaitu untuk mengamati sikap siswa selama proses belajar mengajar.

Mekanisme pengamatan dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran dan keadaan siswa saat pelaksanaan pembelajaran matematika materi bangun ruang dengan mempergunakan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS). Pengamatan dilakukan untuk mengetahui aktivitas siswa dan guru saat pembelajaran.

commit to user

(16)

Lembar pengamatan guru dan siswa yang dipersiapkan guna membantu saat pengamatan berlangsung.

Lembar pengamatan diarahkan pada poin-poin pedoman yang dirumuskan oleh peneliti berkonsultasi dengan guru kelas. Observasi dilakukan oleh guru kelas ibu Sri Hartini, S.Pd. Adapun uraian pengamatan/observasi pada siklus I diantaranya:

1) Pertemuan I a) Kinerja Guru

Berdasarkan pengamatan di kelas yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran diketahui bahwa guru mampu mengkondisikan kelas dengan baik dan menguasai kelas dengan baik. Guru dapat mendiskripsikan penguasaan materi belajar mengajar serta mampu mengaitkan materi dengan pengetahuan berbeda yang selaras. Guru mampu melaksanakan pembelajaran dengan tujuan belajar mengajar yang telah ditentukan.

Alat/media belajar mengajar yang tunjukkan juga sangat memadahi. Guru sudah meningkatkan pembelajaran dengan baik dengan penggunaan bahasa yang baik dan tepat. Uraian hasil pengamatan tersebut seperti diuraikan pada Tabel 4.6.

Tabel 4.6. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Siklus II Pertemuan I

Aspek Skor

I Pra Pembelajaran II Kegiatan Awal III Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran b. Pendekatan / strategi pembelajaran c. Pemanfaatan sumber belajar / media

pembelajaran

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa e. Penilaian proses dan hasil f. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir

3,50 3,50 3,50 3,50 3,75 3,75 3,50 3,50 4,00

Jumlah 32,50

(17)

Tabel 4.6. menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengamatan/observasi kinerja guru pada siklus II pertemuan I diperoleh skor 3,61 berkategori sangat baik.

b) Aktivitas Siswa

Dari hasil observasi dari aktivitas siswa saat pelaksanaan siklus II pertemuan I pada pembelajaran Matematika dengan materi sifat-sifat bangun ruang, secara klasikal skor aktivitas siswa dengan rata-rata 3,50. Pencapaian skor tersebut dapat dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah sangat baik.

2) Pertemuan II a) Kinerja Guru

Berdasarkan pengamatan di kelas yang dilakukan saat kegiatan pembelajaran diketahui bahwa guru mampu mengkondisikan kelas dengan baik dan menguasai kelas dengan baik. Guru dapat menunjukkan penguasaan materi belajar mengajar serta dapat merelasikan materi terhadap pengetahuan berbeda yang sesuai. Guru dapat melaksanakan pembelajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Media pembelajaran yang ditunjukkan juga sangat memadahi. Guru sudah meningkatkan pembelajaran dengan baik dengan menggunakan bahasa yang tepat dan baik. Uraian hasil pengamatan tersebut dapat digambarkanpada Tabel 4.7.

Tabel 4.7. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Siklus I Pertemuan II

Aspek Skor

I Pra Pembelajaran II Kegiatan Awal III Kegiatan Inti

a. Penguasaan materi pembelajaran b. Pendekatan / strategi pembelajaran c. Pemanfaatan sumber belajar / media

pembelajaran

d. Pembelajaran yang memicu dan memelihara keterlibatan siswa

4,00 4,00 3,50 3,67 4,00 4,00 commit to user

(18)

e. Penilaian proses dan hasil f. Penggunaan bahasa IV Kegiatan Akhir

4,00 3,50 4,00

Jumlah 34,67

Skor 34,67:9 = 3,85

Tabel 4.7. menunjukkan bahwa rata-rata hasil pengamatan/observasi pada kinerja guru di siklus II pertemuan II mencapai skor 3,85 berkategori sangat baik.

b) Aktivitas Siswa

Hasil pengamatan dengan aktivitas siswa saat pelaksanaan siklus II pertemuan II mata pelajaran Matematika materi sifat- sifat bangun ruang, skor aktivitas siswa secara klasikal mencapai rata-rata 3,75. Pencapaian skor tersebut dapat dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah sangat baik.

3) Ketuntasan Siswa

Tes evaluasi dilakukan di siklus II, diperoleh data nilai pemahaman konsep materi bangun ruang. Data nilai pemahaman konsep bangun ruang siswa kelas V diperoleh dari nilai rata-rata evaluasi pertemuan I dan pertemuan II. Adapun data frekuensi nilai siklus I pada pemahaman konsep materi bangun ruang kelas V SD N 11 Ngringo Jaten Karanganyar dapat dipaparkan pada tabel 4.8.

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Data Hasil Nilai Pemahaman Konsep Bangun Ruang Siklus II

No. Interval Frekuensi (fi)

Nilai Tengah

(xi)

fi.xi

Presentase (%)

Relatif Kumulatif 1

2 3 4 5 6

60-65 66-71 72-77 78-83 84-89 90-95

5 6 11

4 5 1

62,5 68,5 74,5 80,5 86,5 92,5

312,5 411 819,5

322 432,5

92,5

15,625 18,75 34,375

12,5 15,625

3,125

15,625 34,375 68,75 81,25 96,875

100

Jumlah 32 2390 100

Nilai rerata = 2390 : 32 = 74,69

(19)

Tabel 4.8. menunjukkan nilai pemahaman konsep siswa kelas V SD Negeri 11 Ngringo dalam memahami konsep bangun ruang pada pratindakan. Data tersebut dapat disajikan dalam bentuk Grafik 4.3.

Gambar 4.3. Grafik Nilai Tes Siklus II Siswa Kelas V SD N 11 Ngringo.

Berdasarkan Tabel 4.8. dapat digambarkan bahwa pemahaman konsep bangun ruang siswa di kelas V SD Negeri 11 Ngringo pada siklus II tergolong baik. Tampak bahwa siswa dengan nilai 60-65 sebanyak 5 siswa (15,625%), siswa dengan nilai 66-71 sebanyak 6 siswa (18,75%), siswa dengan nilai 71-77 sebanyak 11 siswa (34,375%), siswa dengan nilai 78-83 sebanyak 4 siswa (12,5%), siswa dengan nilai 84-89 sebanyak 5 siswa (15,625%) dan siswa dengan nilai 90-95 sebanyak 1 siswa (3,125%).

Dari hasil observasi pada kinerja guru, aktivitas siswa, proses pembelajaran, dan ketuntasan siswa tersebut diketahui bahwa terjadi peningkatan terhadap pemahaman konsep serta kualitas pembelajran Matematika materi bangun ruang melalui model pembelajran bertipe Two Stay Two Stray (TSTS).

0 2 4 6 8 10 12

60 66 72 78 84 90

Frekuensi

Interval

commit to user

(20)

d. Refleksi

Tahapan yang dilakukan selanjutnya setelah pemberian tindakan dengan menjalankan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah refleksi. Refleksi dilakukan terhadap Siklus II ini menghasilkan beberapa rangkuman untuk memperbaiki kegiatan pembelajaran pada siklus selanjutnya, antara lain :

1) Ketuntasan Siswa

Setelah pelaksanaan siklus II, dapat diketahui bahwa terdapat 26 siswa (81,25%) dari 32 siswa dengan nilai diatas KKM sebanyak 70. Sedangkan 6 siswa (18,75%) lainnya memperoleh nilai dibawah KKM. Hasil ini menunjukkan bahwa siswa memahami konsep bangun ruang dengan peningkatan persentasi jika dibandingkan dengan pada saat pratindakan dan siklus I dengan ketuntasan lebih dari 80%.

2) Kinerja Guru

Dari hasil pengamatan dengan kinerja guru pada siklus II pertemuan I dan II diperoleh rata-rata skor 3,73 dengan presentase 92,84% dan memperoleh kategori sangat baik. Guru telah menerapkan pembelajaran dengan model kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dengan sangat baik. Dimana guru mampu mempersiapkan kegiatan pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan baik, guru mampu menjelaskan indikator pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan baik, guru mampu mengondisikan proses kegiatan berkelompok dengan menerapankan proses pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan baik serta guru mampu mengevaluasi proses pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) dengan baik. Namun hasil kinerja guru masih dapat ditingkatkan agar didapatkan hasil yang lebih optimal.

3) Aktivitas Siswa

(21)

presentase 90,625% dan dikategorikan kedalam aktivitas siwa dalam pembelajaran adalah sangat baik. Dengan catatan kekurangan dalam pembelajaran siklus I sudah diperbaiki oleh guru pada pembelajaran siklus II yaitu dengan memberikan motivasi belajar lebih kepada siswa serta memberikan pengarahan lebih baik dalam kegiatan pembelajaran mengunakan metode diskusi kelompok digabungkan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Dan yang paling utama adalah guru sudah memberikan pemahaman materi dengan lebih baik supaya siswa dapat menerima pemahaman materi dengan baik.

Hasil analisis bersamaan dengan refleksi pada siklus II, maka peneliti membuat kesimpulan bahwa tindakan sudah berhasil ssuai indikator ketuntasan mencapai 81,25% atau diatas indikator ketuntasan dari peneliti yaitu 80%, maka penelitian ini tidak dilanjutkan hanya sampai siklus II.

C. Perbandingan Hasil Tindakan Antar Siklus

Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dijalankan dalam dua (2) siklus selanjutnya dua (2) pertemuan pada tiap siklusnya. Tiap siklus dilakukan empat (4) tahapan yaitu:1) Perencanaan, 2) Tindakan, 3) Observasi/Pengamatan, dan 4) refleksi. Terkait hasil observasi dan analisis data terhadap siklus I dan II, pemahaman siswa meningkat pada konsep bangun ruang maupun kinerja guru dan aktivitas siswa dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) oleh siswa kelas V SD Negeri 11 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2017/2018.

Pada akhirnya, terlihat skor pemahaman mengalami peningkatan pada pratindakan, siklus I dan II. Perbandingan peningkatan per siklus tersebut dipaparkan seperti dibawah ini:

1. Peningkatan Nilai Pemahaman Konsep Siswa

Peningkatan dari pemahaman konsep bangun ruang di siswa kelas V SDN 11 Ngringo dapat digambarkan pada Tabel 4.9. commit to user

(22)

Tabel 4.9. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II

No. Interval Nilai

Pratindakan Siklus I Siklus II f Persentase

(%) f Persentase

(%) f Persentase (%) 1.

2.

3.

4.

5.

6.

50–56 57–63 64–70 71–77 78–84 85–91

6 6 12

3 5 0

18,75 18,75 37,5 9,375 15,625

0

1 8 13

5 5 0

3,125 25 40,625 15,625 15,625

0

0 0 9 13

6 4

0 0 28,125 40,625 18,75

12,5 Perbandingan daftar frekuensi nilai pemahaman konsep pada Tabel 4.9 disajikan dengan grafik di gambar 4.4. seperti dibawah ini:

Gambar 4.4. Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Bangun Ruang Oleh Siswa kelas V SDN 11 Ngringo.

Tabel 4.9. dan Gambar 4.4. menunjukkan bahwa perbandingan daftar frekuensi skor pemahaman konsep pratindakan, siklus I dan II. Penjelasan perbandingan tersebut dapat disajikan seperti dibawah ini:

a. Pada pratindakan ada 6 (18,75%) siswa dengan nilai 50 – 56, pada siklus I ada 1 (3,125%) siswa dengan nilai 50 – 56 dan pada siklus II tidak terdapat siswa (0%) dengan nilai 50 – 56.

0 2 4 6 8 10 12 14

50 - 56 57 - 63 64 - 70 71 - 77 78 - 84 85 - 91

Frekuensi

Interval

Pratindakan Siklus I Siklus II

(23)

b. Pada pratindakan ada 6 (18,75%) siswa yang memperoleh nilai antara 57 – 63, pada siklus I ada 8 (25%) siswa dengan nilai 57 – 63 dan pada siklus II tidak ada siswa (0%) dengan nilai 57 – 63.

c. Pada pratindakan ada 12 (37,5%) siswa dengan nilai 64 – 70, pada siklus I ada 13 (40,625%) siswa dengan nilai 64 – 70 dan pada siklus II terdapat 9 (28,125%) siswa dengan nilai 64 – 70.

d. Pada pratindakan ada 3 (9,375%) siswa dengan nilai 71 – 77, pada siklus I terdapat 5 (15,625%) siswa dengan nilai 71 – 77 dan pada siklus II memperoleh 13 (40,625%) siswa dengan nilai 71 – 77.

e. Pada pratindakan ada 5 (15,625%) siswa yang memperoleh nilai antara 78 – 84, pada siklus I memperoleh 5 (15,625%) siswa mendapat nilai antara 78 – 84 dan pada siklus II memperoleh 6 (18,75%) siswa yang memperoleh nilai antara 78 – 84.

f. Pada pratindakan tidak terdapat siswa (0%) dengan nilai 85 – 91, pada siklus I tidak ada siswa (0%) dengan nilai 85 – 91 dan pada siklus II memperoleh 4 (12,5%) siswa yang memperoleh nilai antara 85 – 91.

Berdasarkan nilai perhitungan pemahaman konsep terlihat pada Tabel 4.9. dan gambar 4.4. tersebut siswa dengan nilai ≥ 70 (KKM) meningkat.

Pada pratindakan sebanyak 10 siswa, siklus I diperoleh 13 siswa dan siklus II berjumlah 26 siswa. Penerapan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat direfleksikan siswa memahami konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN 11 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2017/2018.

2. Ketuntasan Klasikal Pemahaman Konsep Siswa

Peningkatan ketuntasan kalsikal dalam memahami konsep bangun ruang kelas V SDN 11 Ngringo mulai dari pratindakan, siklus I dan II dipaparkan pada Tabel 4.10. seperti dibawah ini:

commit to user

(24)

Tabel 4.10. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Bangun ruang.

Keterangan Ketuntasan Klasikal

Jumlah Siswa Persentase (%) Pratindakan

Siklus I Siklus II

10 13 26

31,25 40,625

81,25

Berdasarkan data ini dinyatakan bahwa ketuntasan belajar siswa meningkat diawali pada siklus I selanjutnya siklus II. Grafik perbandingan ketuntasan klasikal pada siswa tiap siklus dipaparkan melalui Gambar 4.5.

seperti dibawah ini:

Gambar 4.5. Perbandingan Ketuntasan Klasikal Siswa Terhadap Pemahaman Konsep Bangun Ruang.

Berdasarkan gambar 4.5. dapat diketahui bahwa pada pratindakan hanya terdapat 31,25% siswa yang nilainya telah mencapai ketuntasan. Pada siklus I meningkat mencapai 40,6%, dan siklus II dengan 81,25%.

Sehubungan dengan indikator kecapaian yang ditetapkan peneliti yaitu 80%

siswa mendapat nilai ≥ 70 (KKM), maka penelitian tindakan kelas (PTK) ini berhenti pada siklus II dengan ketuntasan 81,25%.

3. Kinerja Guru

Kemampuan guru dalam mengajar terus meningkat. Data hasil

0,00%

10,00%

20,00%

30,00%

40,00%

50,00%

60,00%

70,00%

80,00%

90,00%

Pratindakan Siklus I Siklus II

Presentase Ketuntasan

(25)

pratindakan, siklus I dan siklus II. Data perbandingan kinerja guru dapat tergambar pada Tabel 4.11.

Tabel 4.11. Perbandingan Kinerja Guru dalam Pembelajaran Pratindakan, Siklus I dan Siklus II.

No. Keterangan Skor Rata-rata Skor

1. Pratindakan 2,78 2,78

2.

3.

Siklus I Pertemuan I Siklus I Pertemuan II

3,33 3,44

3,38 4.

5.

Siklus II Pertemuan I Siklus II Pertemuan II

3,61 3,85

3,73

Berdasarkan Tabel 4.11. dapat dijelaskan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan. Pada pratindakan kinerja guru hanya mencapai skor 2,78, pada siklus I terus meningkat dengan 3.38 selanjutnya siklus II mencapai skor 3,73.

4. Aktivitas Siswa

Peningkatan aktivitas siswa mulai dari pratindakan, siklus I dan siklus II dapat dilihat pada Tabel 4.12. sebagai berikut:

Tabel 4.12. Perbandingan Aktivitas Siswa pada Pratindakan, Siklus I dan Siklus II.

No. Keterangan Skor Rata-rata Skor

1. Pratindakan 1,25 1,25

2.

3.

Siklus I Pertemuan I Siklus I Pertemuan II

3,08 3,25

3,17 4.

5.

Siklus II Pertemuan I Siklus II Pertemuan II

3,50 3,75

3,625

Berdasarkan Tabel 4.12. dapat diketahui bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) mengalami peningkatan aktivitas siswa saat belajar mengajar. Pada pratindakan aktivitas siswa hanya mencapai skor 1,25, pada siklus I terjadi peningkatan menjadi 3,17 dan siklus II mencapai skor 3,625.

commit to user

(26)

D. Pembahasan 1. Pratindakan

Untuk mengetahui kondisi awal siswa tentang pemahaman konsep bangun ruang pada siswa di kelas V SDN 11 Ngringo Jaten Karanganyar tahun pelajaran 2017/2018, peneliti terlebih dahulu mengadakan wawancara kepada guru dan beberapa siswa kelas V terkait mata pelajaran Matematika terutama materi bangun ruang. Hasil wawancara dengan beberapa siswa dan guru kelas yang diadakan pada tanggal 14 Februari 2018, diketahui bahwa dalam proses pembelajaran Matematika di SDN 11 Ngringo masih kurang optimal. Pembelajaran mengalami kecenderungan terpusat pada guru dan minimnya pemanfaatan media pembelajaran serta minat siswa yang kurang dalam mata pelajaran Matematika pada materi bangun ruang. Hal ini dibuktikan dengan dengan hasil observasi peneliti terhadap proses pembelajaran Matematika pada 16 April 2018 yang ditunjukkan bahwa proses pembelajaran bersifat konvensional. Siswa mengalami kecenderungan pasif karena pembelajaran berpusat pada guru. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya siswa kurang tertarik terhadap pembelajaran dan lebih senang mengobrol sesama teman sebangkunya sehingga mengabaikan penjelasan dari guru. Beberapa fakta inilah yang berpengaruh pada rendahnya pemahaman siswa pada konsep-konsep materi yang telah diajarkan.

Dari hasil tes pratindakan yang diadakan pada 16 April 2018 menunjukkan bahwa siswa pemahaman yang rendah terhadap konsep materi bangun ruang. Dari 32 siswa hanya 10 siswa (31,25%) dengan nilai diatas KKM yang ditentukan yaitu 70. Dengan kata lain, sebanyak 22 siswa (69,75%) siswa belum mampu memahami materi secara baik. Kualitas proses pembelajaran masih kurang baik dibuktikan hasil observasi aktivitas siswa dan kinerja guru yang masih rendah. Skor rata-rata kinerja guru baru mencapai 2,78 dengan kategori baik, aktivitas siswa mencapai skor 1,25 dengan kategori kurang baik. Sehingga diperlukan solusi untuk pemecahan

(27)

bertipe Two Stay Two Stray (TSTS) diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep materi bangun ruang.

2. Siklus I

Berdasarkan permasalahan yang ditemukan peneliti pada pratindakan, peneliti memperbaiki pembelajaran Matematika dengan materi bangun ruang dengan penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) siswa di kelas V SDN 11 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2017/2018.

Pelaksanaan siklus I pembelajaran Matematika dengan materi bangun ruang dilakukan pada hari Sabtu 12 Mei 2018 dalam dua (2) pertemuan.

Pertemuan I pada jam pelajaran ke-1 dan 2 dan pertemuan II dilakukan jam pelajaran ke-5 dan 6. Hasil pada siklus I ditunjukkan terdapat peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru. Pada siklus I, skor rata-rata kinerja guru mencapai 3,38 termasuk kategori sangat baik, sedangkan skor rata-rata aktivitas siswa mencapai 3,17 berkategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru disertai dengan peningkatan ketuntasan siswa.

Ketuntasan siswa dalam siklus I meningkat sebesar 40,625% atau 13 siswa sedangkan siswa yang belum tuntas 59,375% atau 19 siswa. Namun masih perlu ditingkatkan karena untuk ketuntasan siswa belum mencapai target yang ditentukan yaitu 80%.

Adanya peningkatan-peningkatan pada siklus I, tidak akan bebas dari berbagai hambatan. Kendala-kendala itu adalah: a) siswa kurang terbiasa menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS); b) siswa belum terbiasa dengan belajar mengajar dengan metode diskusi kelompok; c) siswa yang pandai mendominasi diskusi kelompok; d) terdapat siswa belum dapat menjalankan tugasnya sebagai tuan rumah maupun tamu dengan penuh tanggung jawab; e) siswa-siswa belum memahami beberapa materi yang disampaikan guru, baik saat diskusi maupun saat evaluasi. Kendala-kendala tersebut menyebabkan proses belajar kurang maksimal, sehingga perlu adanya tindak lanjut berupa perbaikan untuk

commit to user

(28)

mencapai indikator yang ditetapkan. Tindak lanjut dilakukan pada siklus II dengan mempertimbangkan pemecahan masalah dari siklus I.

3. Siklus II

Siklus II pembelajaran Matematika materi bangun ruang dilaksanakan saat hari Sabtu 19 Mei 2018 dalam dua pertemuan. Pertemuan I pada jam pelajaran ke-3 dan 4 dan pertemuan II pada jam pelajaran ke-5 dan 6. Hasil pada siklus II menunjukkan meningkatnya aktivitas siswa dan kinerja guru.

Siklus II menunjukkan rata-rata skor kinerja guru mencapai 3,73 berkategori sangat baik, sedangkan rata-rata skor aktivitas siswa mencapai 3,625 berkategori sangat baik. Peningkatan aktivitas siswa dan kinerja guru disertai dengan peningkatan ketuntasan siswa. Ketuntasan siswa pada siklus I mengalami peningkatan yaitu 81,25% (26 siswa) sedangkan siswa yang belum mencapai ketuntasan 18,75% (6 siswa). Hasil perhitungan ini maka ketuntasan siswa pada siklus II sudah mencapaitarget yang ditentukan yaitu 80% sehingga dinyatakan berhasil selanjutnya tindakan kelas ini dihentikan.

Uraian pembahasan ini dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS), siswa dapat memahami konsep bangun ruang pada siswa kelas V SDN 11 Ngringo Jaten Karanganyar pada tahun pelajaran 2017/2018. Penelitian ini selaras dengan Danang Wahyu Setiawan dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Gaya Melalui Model Pembelajaran Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Karangasem 3 Tahun Ajaran 2014 / 2015”. Hasilnya adalah ketuntasan klasikal yang dicapai oleh siswa sebesar 61,29% atau 19 siswa pada siklus I, 80,65% (25 siswa) pada siklus II. Penelitian yang dilakukan Danang Wahyu Setiawan tersebut relevan dengan penelitian ini.

Persamaannya keduanya menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan pemahaman konsep. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Danang Wahyu Setiawan meneliti materi Gaya sedangkan peneliti meneliti mengenai materi

(29)

Penelitian ini mampu meningkatkan prestasi belajar siswa dengan materi bangun ruang di SDN 11 Ngringo. Hal ini relevan dengan penelitian dari Ayu Setyani dengan judul “Peningkatan Pemahaman Konsep Sifat-Sifat Magnet Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) Pada Siswa Kelas V SD Negeri Pengkol 01 Tahun Ajaran 2013 / 2014”. Hasilnya adalah ketuntasan klasikal yang dicapai oleh siswa sebesar 72% atau 18 siswa pada siklus I, 92% atau 23 siswa pada siklus II.

Penelitian yang dilakukan Ayu Setyani tersebut relevan pada penelitian yang dilakukan penulis. Persamaannya keduanya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dalam meningkatkan pemahaman konsep. Perbedaannya adalah penelitian yang dilakukan Ayu Setyani meneliti materi Sifat-Sifat Magnet sedangkan peneliti meneliti mengenai Bangun Ruang. Kedua penelitian tersebut menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) mampu perubahan positif pemahaman konsep siswa dan sejalan dengan penelitian yang saya lakukan berhasil memberi peningkatan pemahaman konsep siswa. Ditunjukkan bahwa pemahaman konsep suatu materi bisa ditingkatkan menggunakan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS).

Pemahaman konsep dapat ditingkatkan hal ini ditunjukkan pada proses belajar mengajar, juga diamati di saat tes evaluasi dimana siswa mampu memberikan penjelasan sifat-sifat bangun ruang dan macam-macam bangun ruang beserta ciri-cirinya. Selanjutnya, siswa paham terhadap konsep bangun ruang dan relevandengan teori terkait pemahaman konsep dijelaskan bahwa seseorang yang paham akan suatu konsep apabila ia mampu mengerti dan memaknai apa yang telah dipelajarinya sehingga siswa mampu memanfaatkan serta mampu melakukan penyelesaian permasalahan berhubungan dengan apa yang telah dipelajari. Kemudian siswa mampu menggunakan pengetahuan tersebut dalam situasi baru.

Secara keseluruhan, penerapan model pembelajaran kooperatif dengan tipe Two Stay Two Stray (TSTS) meningkatan pemahaman konsep maupun commit to user

(30)

kualitas proses pembelajaran Matematika materi bangun ruang. Peningkatan terjadi jika ada perubahan positif atau cenderung lebih baik dari kondisi sebelumnya, yaitu peningkatan dari pratindakan ke siklus I dan dari siklus I ke siklus II. Peningkatan mampu dilihat dari mean kelas, ketuntasan klasikal dan presentase kualitas proses belajar mengajardisetiap siklus.

Berdasarkan data hasil penelitian tersebut diambil kesimpulan bahwa, penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray (TSTS) dapat meningkatkan pemahaman konsep bangun ruang pada siswa kelas V SD Negeri 11 Ngringo Jaten Karanganyar Tahun Ajaran 2017/2018.

Gambar

Tabel 4.1 Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Pratindakan.
Tabel 4.2.  Distribusi  Frekuensi  Data  Hasil  Nilai  Pemahaman  Konsep  Bangun  Ruang Pratindakan
Gambar 4.1.  Grafik Nilai Tes Pratindakan Siswa Kelas V SD N 11 Ngringo.
Tabel 4.3. Hasil Observasi Kinerja Guru Kelas Siklus I Pertemuan I
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan wawancara dengan guru serta anak TK dan SD (kelas 1) di Surabaya, permasalahan yang terjadi adalah sejak dini tidak dibiasakan untuk dekat dengan dunia olahraga

a) Kegiatan Administratif Manajemen. Kegiatan administratif pendidikan tidak terlepas dari proses manajemen. Administratif dalam pandangan Shulhan adalah seluruh kegiatan dalam

[r]

Pemilihan tipe seven segment pada perancangan tugas akhir ini disesuaikan dengan IC decoder yang digunakan, tipe MAN5760 dipilih karena menggunakan metode common

Beauty and Sadness describes the love story of the main character Otoko.. with Oki whom she loves since she is

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa karyawan Universitas Sanata Dharma sudah melaksanakan prinsip 5S dalam melaksanakan pekerjaannya serta tidak ada perbedaan sikap

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi, kecernaan nutrien, perubahan bobot badan, dan status fisiologi kambing Bligon jantan yang diberi perlakuan pembatasan pakan

He knew a bit about sentient weapons, artifacts of great power and great ego, and he understood that Entreri, after decades of enslavement, could not begin to control Charon’s