• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kawasan pesisir Indonesia menjadi tempat tinggal yang paling diminati oleh penduduk karena Indonesia merupakan negara kepulauan dengan jumlah penduduk yang bertempat tinggal dalam radius 50 km dari garis pantai lebih dari 110 juta jiwa atau sekitar 60% dan sebanyak 42 daerah kota; 181 daerah kabupaten juga terdapat pada kawasan pesisir (Soenarno, 2003). Peningkatan jumlah penduduk di kawasan pesisir menyebabkan kawasan ini menjadi sangat rentan mengalami kerusakan. Salah satu kawasan yang memiliki sumber daya alam yang tinggi, tetapi terancam rusak oleh faktor manusia (Triyono, 2009) adalah Gumuk pasir Parangtritis di Kabupaten Bantul, Yogyakarta.

Menurut Dahm (2005) gumuk pasir merupakan pelindung alami kawasan pesisir (natural coastal defence) dari berbagai sumber ancaman eksternal seperti peningkatan muka air laut (sea level rise), tsunami, dan abrasi. Gumuk pasir, sebagai sumber daya alam yang tak ternilai harganya, juga mendapat ancaman internal terutama dari aktivitas manusia seperti konversi lahan, penambangan, penggunaan langsung seperti berjalan kaki, sun bathing, berkuda, balapan motor atau mobil, serta penggunaan secara tidak langsung seperti pembuatan jeti ataupun groin di sekitar kawasan gumuk pasir (Pye, dkk, 2007).

Penelitian kawasan Gumuk pasir Parangtritis telah dilakukan oleh Dartoyo (2013) melalui aerial photograph. Penelitiannya berupa analisis perbandingan luasan kawasan gumuk pasir tahun 1974 dan 2013 yang diketahui bahwa pada tahun 1974 luas area kawasan gumuk pasir yaitu 456 Ha, namun sampai dengan tahun 2013 kawasan gumuk pasir yang tidak ditutupi oleh vegetasi maupun bangunan adalah 41 ha. Penurunan luasan kawasan Gumuk pasir menunjukkan bahwa pengelolaan kawasan ini belum terlihat maksimal. Kawasan ini seolah-olah menjadi tidak terlalu penting karena tidak memberikan banyak manfaat yang bisa

(2)

Indikasi kerusakan kawasan gumuk pasir Parangtritis diawali dari munculnya ketidakseimbangan proses-proses di alam. Kawasan gumuk pasir terbentuk oleh tiga proses alam yang bekerja yaitu proses fluvial, proses marin, dan proses aeolin. Sampai saat ini proses-proses tersebut menjadi terganggu bersamaan dengan telah dilakukan rekayasa keteknikan maupun intervensi manusia.

Penambangan pasir yang dilakukan oleh masyarakat di sungai dan adanya kebijakan pembangunan check dam oleh Dinas PU di bagian hulu secara tidak langsung memberikan dampak pada berkurangnya material sedimen berupa pasir di bagian hilir (Susmayadi, 2010). Kekurangan persediaan material sedimen berpengaruh pada terhambatnya proses-proses geomorfologi yaitu fluvial, marine dan aeolin. Salah satu bentuk terganggunya proses-proses alam di kawasan ini adalah terjadinya abrasi pantai. Abrasi pantai terjadi karena persediaan material yang berasal dari Sungai Opak di bagian hilir berkurang dan energi gelombang laut tetap konstan maka energi gelombang yang dilepas tidak sebanding dengan material yang ada di bagian hilir yang menerima energi tersebut sehingga terjadi pengikisan pantai (erosi) (Susmayadi, 2010). Pengikisan pantai berdampak pada penurunana kestabilan kawasan gumuk pasir.

Kestabilan kawasan gumuk pasir tidak lepas dari dinamika pesisir yang bekerja. Faktor yang mempengaruhi dinamika pesisir diketahui ada 7 diantaranya yaitu astrodinamik, aerodinamik, hidrodinamik, morfodinamik, ekodinamik, geodinamik dan antropodinamik (Susmayadi, 2010). Fokus kajian penelitian adalah antropodinamik. Analisis pertama, mengetahui nilai ekonomi total kawasan Gumuk pasir Parangtritis dengan metode TEV (Total Economy Valuation). Analisis kedua, arahan pemanfaatan kawasan Gumuk pasir Parangtritis berdasarkan metode TEV (Total Economy Valuation). Nilai ekonomi kawasan diharapkan mampu memberikan gambaran kepada para perencana kawasan pesisir khususnya perencana pengelolaan gumuk pasir pesisir bahwa nilai ini sangat penting untuk diketahui karena selama ini nilai dari jasa lingkungan khususnya tidak pernah dimasukkan sebagai bahan pertimbangan dalam perumusan perencanaan pengembangan suatu kawasan yang berakibat

(3)

pada terabaikannya peran dari jasa lingkungan. Jasa lingkungan yang semakin terabaikan berdampak pada semakin meningkatnya kerusakan lingkungan.

1.2. Rumusan masalah penelitian

Gumuk pasir Parangtritis merupakan kawasan fenomenal yang menyita perhatian banyak orang. Tercatat sedikitnya 1,77 juta orang pernah mengunjungi kawasan ini di tahun 2012 (Yanti, 2015). Perkembangan sektor ekonomi di kawasan Gumuk pasir Parangtritis saat ini terus meningkat (Baranews, 2015).

Priyadi (Liputan 6.com, 2015) menyampaikan bahwa Gumuk pasir parangtritis sudah ditetapkan sebagai geoheritage, tetapi kawasan tersebut terganggu dengan adanya tanamaan, bangunan, serta tambak. Kegiatan tersebut tidak bisa dipersalahkan secara total karena jika ditinjau dari segi hukum, hal ini sesuai dengan misi ketiga dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul tahun 2011-2015 yaitu meningkatkan kesejahteraan rakyat dengan cara mengembangkan ekonomi lokal. Namun, menjadi tidak bersinergi jika menilik misi keempat dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Bantul tahun 2011-2015 yaitu meningkatan kewaspadaan terhadap risiko bencana dengan memperhatikan penataan ruang dan pelestarian lingkungan.

Secara yuridis, pelestarian lingkungan menjadi fokus sasaran pembangunan, tetapi faktanya kondisi luasan kawasan Gumuk pasir Parangtritis terus mengalami penurunan. Menurut Suroyo luasan gumuk pasir yang semula mencapai 84 hektare, kini tinggal 30 hektar (Radar Jogja, 2015) karena adanya peningkatan di sektor ekonomi (Alfiyah, 2013). Gambar 1.1 menyajikan gambar alih fungsi lahan di kawasan Gumuk pasir Parangtritis.

(4)

Penduduk memanfaatan kawasan gumuk pasir secara langsung dengan cara mengonversinya. Alih fungsi kawasan gumuk pasir menjadi areal kegiatan pariwisata dan pertanian mempercepat proses penurunan luasan kawasan gumuk pasir (Dartoyo, 2013). Perubahan fungsi kawasan gumuk pasir menjadi areal kegiatan pariwisata dan pertanian bertujuan untuk meningkatkan ekonomi, namun faktanya kegiatan ini merupakan suatu alat yang digunakan untuk membenarkan upaya eksploitasi suatu kawasan (Haridhira, 2013). Kegiatan ekonomi yang dilakukan di sana merupakan tindakan yang bersifat jangka pendek dan cenderung mengabaikan kepentingan jangka panjang. Hal yang dirasa sangat merugikan adalah upaya eksploitasi suatu kawasan untuk kepentingan ekonomi berujung pada terjadinya kerusakan lingkungan (Barbier, 1997).

Peningkatan sektor ekonomi yang berdampak pada terancamnya luasan kawasan Gumuk pasir Parangtritis disebabkan oleh nilai manfaat ekonomi kawasan ini tidak diperhitungkan dalam rencana pembangunan wilayah khususnya kawasan gumuk pasir pesisir. Nilai manfaat suatu sumberdaya hanya dinilai jika mempunyai nilai pasar. Padahal, belum ada nilai manfaat ekonomi kawasan Gumuk pasir Parangtritis yang diperhitungkan sesuai dengan nilai pasar.

Akibatnya, nilai manfaat barang dan jasa lingkungan yang tidak mempunyai nilai pasar cenderung tidak dihitung dan diabaikan (Emerton, 1998). Nilai barang dan jasa lingkungan selama ini adalah nol sehingga berdampak pada pemanfaatan

Gambar 1.1. a dan b adalah gambar alih fungsi kawasan Gumuk pasir Parangtritis menjadi area pertanian c adalah gambar rumah-rumah permanen

di kawasan Gumuk pasir Parangtritis d adalah warung-warung makan di kawasan Gumuk pasir Parangtritis (Sumber: Dokumen pribadi, 2013)

(5)

sumberdaya lingkungan yang berlebihan (Hassal & Associates Pty Ltd, 2001).

Salah satu kawasan yang minim informasi nilai barang dan jasa lingkungan yang sesuai dengan nilai pasar adalah kawasan Gumuk pasir Parangtritis. Nilai ini perlu diketahui karena berguna untuk mengevalusi pemanfaatan kawasan Gumuk pasir Parangtritis pesisir khususnya kawasan pariwisata yang berbasis pada ekonomi dan lingkungan. Outcome yang diperoleh dari evaluasi ini adalah untuk pengelolaan gumuk pasir pesisir yang berkelanjutan.

Kawasan gumuk pasir merupakan wilayah yang cukup luas dengan berbagai elemen yang menyertainya sehingga penelitian ini difokuskan pada penilaian ekonomi total dari kawasan gumuk pasir. Penilaian ini digunakan untuk mengkritisi keberadaan berbagai sektor ekonomi yang sedang berlangsung di sana. Apakah layak atau tidak layak untuk berada di sana. Kelayakan sektor ekonomi yang berkembang di sana harus dibuktikan dengan data yang rasional dan aktual yang mampu dipahami oleh banyak orang dan masyarakat umum.

Kelayakan ini dianalisis dengan menggunakan cost benefit analysis (analisis biaya manfaat) dari masing masing nilai penyusun TEV (Total Economic Valuation).

Berdasarkan latar belakang dan permasalahan yang telah diuraikan maka perlu diadakan penelitian mengenai area Gumuk pasir Parangtritis, Bantul, Yogyakarta.

Penelitian ini difokuskan pada pertanyaan berikut ini:

1. Berapa nilai ekonomi total kawasan Gumuk pasir Parangtritis berdasarkan metode TEV (Total Economy Valuation)?

2. Bagaimana arahan pemanfaatan kawasan Gumuk pasir Parangtritis berdasarkan nilai ekonomi total kawasan Gumuk pasir Parangtritis?

I.3. Tujuan

Mengacu pada dua point utama rumusan permasalahan penelitan maka tujuan penelitian sebagai berikut:

1. Mengetahui nilai ekonomi total kawasan Gumuk pasir Parangtritis berdasarkan metode TEV (Total Economy Valuation)

(6)

2. Menentukan strategi pengelolaan kawasan Gumuk pasir Parangtritis berdasarkan konsep nilai ekonomi total kawasan Gumuk pasir Parangtritis.

I.4. Manfaat

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Menambah pemahaman ilmu geomorfologi khususnya geomorfologi kepesisiran gumuk pasir. Pemahaman ilmu geomorfologi kepesisiran semakin banyak dibutuhkan untuk menjawab semua permasalahan- permasalahan kepesisiran.

2. Memberikan usulan pengelolaan gumuk pasir pesisir yang berkelanjutan khususnya alternatif pengendalian dari berbagai faktor pemicu kerusakan terutama tindakan yang dilakukan manusia di kawasan Gumuk pasir Parangtritis.

I.5. Keaslian Penelitian

Keaslian penelitian secara rinci dijelaskan pada Tabel 1.1.

(7)

No Judul Tujuan Metode Hasil 1. Sand Dune Conservation Zone

Based On Tsunami Inundation Hazard In Parangtritis Coastal Area, Bantul Regency, Yogyakarta, Special Privinces : Remote Sensing and GIS Application (Putri, 2011)

1. Membuat distribusi spatial bahaya genangan Tsunami menggunakan remote sensing dan aplikasi GIS

2. Membuat scenario bahaya genangan Tsunami

3. Membuat peta zona sand dune menggunakan analisis data SAR

4. Membuat zona konservasi sand dune berdasarkan distribusi bahaya genangan tsunami dan analisis zona regulasi pesisir

1. Metode InSAR 2. Gis dan SAR

interferometry

1. Peta zona konsevasi sand dune mencakup tiga bagian yaitu CRZ I yaitu zona ekologi yang sangat sensitive sehingga tidak diperkenankan ada kegiatan manusia;CRZ II yaitu zona yang dikembangkan untuk area pertanian;

CRZ III yaitu area pedesaan

2. Identifikasi Pengaturan Zonasi Konservasi Gumuk Pasir Pparangtritis Berdasarkan Pertimbangan Analisis Tapak (Spatial), Persepsi, Dan Aspirasi Masyarakat (Kusumabrata, 2014)

1. Mengidentifikasi zona inti gumuk pasir Parangtritis secara spatial berdasarkan parameter lingkungan fisik parameter biotik(kerapatan vegetasi)

2.Melakukan pemetaan persepsi dan aspirasi masyarakat terkait wawasan tentang gumuk pasir parangttitis

1. Analisis deskritif kualitatif dengan menggunakan metode wawancara, data sekunder, survei lapangan

1. Kawasan gumuk pasir diarahkan untuk kegiatan berikut ini (1) zona inti pusat penelitian, (2) zona inti jasa pariwisata, (3) zona inti pertanian, (4) zona inti perlindungan, (5) zona inti pembuka angina, (6) zona rawan bencana

2. Masyarakat menyadari dan mendukung adanya konservasi gumuk ppasir tetapi perlu batasan wilayah Tabel 1.1. Ringkasan penelitian terdahulu

(8)

No Judul Tujuan Metode Hasil analisis tapak dan aspirasi

masyarakat 3. Karakteristik Deflasi Dan

Dampaknya Terhadap Pariwista Di Kawasan Parangtritis (Malawani, 2014)

1. Mengetahui besar deflasi pasri di kawasan parangtritis

2. Mengetahui karakteristik deflasi pada kawasan parangtritis

3. Menemukenali dampak deflasi terhadap aktivitas pariwisata di kawan parangtrtitis

1. Survei lapangan dengan metode purposeive sampling dan accidental sampling

2. Analisis kuantitatif dengan menggunakan metode Bagnold

1. Pengukuran besar deflasi diakukan pada siang dan malam hari dengan nilainya yaitu sebagai berikut deflasi pada siang har i sebasar 87,08 gram /cm/jam dan deflasi pada malam hari sebesar 3,39 gram /cm/jam

2. ukuran butir pasir yang terdeflassi yaitu berkisar 0.318 mm – 0.395 mm 3. Dampaknya yaitu gangguan pada mata

dan masuknya pasir ke tubuh jalan sehingga mengancam keselamatan pelaku wisata

4. Pengaruh Breakwater Terhadap Dinamika Pantai Di Desa Bahari

Kecamatan Sampolawa

Kabupaten Buton Sulawesi Selatan (Bima, 2003)

1. Mengetahui proses dan tingkat erosi pada sisi pantai di bagian tenggara groin 2. Mengetahui penyebab

terjadinya peningkatan laju pertumbuhan deposisi pada sisi pantai di bagian barat laut groin dan kolam pelabuhan

1. Menggunakan data lapangan yaitu sandtrap, wash and dbackwash, arah dan arus laut, kecepatan

2. data sekender : gelombang

3. menggunakan metode survei lapngan

4. Analisis kuantitatif

1. Keterdapatan groin menyebabkan terhambatnya tranpor sedimen antara sisi pantai bagian tenggara groin dan sisi pantai bagian barat groin.

2. Transpor sedimen ke arah tenggara pada musim angin barat yang terjadi pada sisi bagian ternggara groin rata rata 118,00 m3 /hari. Transpor sedimen kea rah barat laut saat musim angina timur rat-rata 10,05 118,00 m3/hari.

3. transpor sedimen ke arah tenggara lebih lebih besar dari pada tranpor

Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan penelitian terdahulu

(9)

No Judul Tujuan Metode Hasil

4. keterdapatan groin menghambat gerakan sedimen, bahkan energi gelombang saat musim angin timur tidak dapat lagi mengangkut sedimen di belakan offshore breakwater ke arah barat laut karena terhalang oleh groin.

Sebaliknya pada musim angina barat gerakan sedimen dari arah barat laut ke arah tenggara akan terhambat di belakang offshore breakwater.

5. Analisis Spasial Temporal Morfodinamika Pantai Parangtritis Periode Tahun 1976 -2009 (Susmayadi, 2010)

1. Mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika pantai di parangtritis pada periode tahun 1976-2009 2. menyusun model konseptual

pengelolaan dinamika pantai di parangtritis

1. data primer (orientasi garis pantai, perkiraan akresi dan erosi, jarak garis pantai, profil pantai, kecepatan arus susur pantai, kecepatan angina, penentuan,

parameter gelombang,

konstanta pasang

1. Faktor yang mempengaruhi terjadinya dinamika pantai di daerah parangtritis yaitu berdasarakan proses vulkanik (tingkat erupsi dan magma), proses fluvial (perubahan musim, pembanguan dam, aktivitas penambangan pasir), proses marin tipe gelombang, tinggi gelombang, tinggi hempasan gelombang, kecepatan angina, kecepatan arus susur pantai dan tipe pasang surut.

2.Model konseptual dalam penelitian ini mengakomodasi kepentingan berbagai Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan penelitian terdahulu

(10)

No Judul Tujuan Metode Hasil 3. analisis deskriptif

kuanitaif 4. konsep kausalitas

ekuilibrium dinamik.

6. Dinamika Proses Geomorfologi Pantai Utara Jawa Antara Sungai Cisanggarang Dan Sungai Pemali Kabupaten Brebes Jawa Tengah (Priyono, 1998)

1. Mengetahui mekanisme kerja /prilaku factor –faktor yang mempengaruhi dinamika proses geomorfologi pantai 2. Mengetahui sebaran dinamika

prses geomorfologi dearah penelitian

1. Survei lapangan, data sekunder, uji laboratorium menggunakana purposive

sampling dengan mempertimbangka an : bentuk garis pantai, prses geomorfik, dan persebarannya

1. mekanisme kerja faktor-faktor yang mempengaruhi dinamika proses geomorfologi pantai berlangsung secara interaktif. Angin musim barat yang kuat menyebabkan terjadinya gelombang dan arus laut yang mampu mengangkut material sedimen pola arus yang terjadi pada musim barat menyebabkan terjadinya pusaran arus setelah melewati ujung cisanggarang.

Akibatnya proses erosi tersebut terangkut kea rah sisi tengah dengan kekuatan yang semakin melemah sehingga terjadi sedimentasi secara sinamis. Keadaan ini dipicu oleh factor pasang surut dengan jangkauan (95 cm) dan bathrimetri (0-5 m) yang menunjukkan pantai landau.

2. sebaran dinamika proses geomorfologi pantai dibagi menjadi empat keadaan yaitu : pantai (1)bertambah maju sepanjang musim, (2)berkurang saat musim barat pada sisi timur sungai Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan penelitian terdahulu

(11)

No Judul Tujuan Metode Hasil

Cisanggarang kea rah sisi tengah.

(3)Berkurang saat musim timur pada sisi barat sungai Pemali kea rah tengah . (4)k esetimbangan dinamis peralihan sisi timur dan barat dengan sisi tengah

7 Kajian pengelolaan pesisir berbasis tipologi, morfodinamika dan kerentanan bencana (studi kasus pesisir kabupaten tanah lau, Kalimantan selatan (Setiawan, 2016)

1. Mengetahui tipologi dakn karakter ilayah pesisir barat dan selatan Kabupaten Tanah Laut

2. Menganalsis potensi bencana berdasarkan morfodinamika dan kerantanan di wilayah pesisir barat dan selatan Kabupaten Tanah Laut

3. strategi adaptasi dan mitigasi bencana dalam pengelolaan di pesisir barat dan selatan Kabupaten Tanah Laut

1. mengunakan data

primer dan

sekunder

2. tipologi pesisir berdasarkan

klasifikasi shepard, indeks kerentanan pesisir, perubahan penggunaan lahan 3. teknik survei

lapangan,

wawancara, dan observasi , GIS dan remote sensing

1. jenis tipologi di kedua pesisir adalah jenis pengendapan

Lanjutan Tabel 1.1. Ringkasan penelitian terdahulu

Gambar

Gambar 1.1. a dan b adalah gambar alih fungsi kawasan Gumuk pasir Parangtritis menjadi area pertanian c adalah gambar rumah-rumah permanen

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Hasil studi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Raheman dan Nasr (2007) menyatakan bahwa working capital turnover ratio berpengaruh positif

Untuk mengetahui efek mukolitik dari ekstrak maka dilakukan pengujian aktivitas mukolitik terhadap penurunan viskositas mukus usus sapi dengan konsentrasi yang

Perbedaan yang jelas antara ketentuan yang ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik dengan Buku ke III Kompilasi Hukum

factory telah menguasai program keahlian sesuai program diklat masing-masing. Maka pelaksanaan teaching factory di SMK N 5 Surakarta dilaksanakan oleh peserta

Informan penelitian ini adalah mahasiswa PGSD UMS angkatan tahun 2013, DPM (dosen pembimbing magang) dan guru pamong. Metode analisis data menggunakan analisis

Rumus luas segitiga dapat digunakan untuk menghitung luas segiempat, segilima, segienam dan segi banyak lainnya. Dengan kata lain

Sumatera Persada Energi ( SPE ) sebagai debitor. SPE adalah salah satu contoh masalah kepailitan, akibatnya pemesanan barang mengalami penurunan dan biaya