BAB I
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi yang kian meningkat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hal ini dapat ditandai dengan meningkatnya aktifitas bisnis di dalam negeri baik dalam skala kecil, menengah, maupun besar.
Indonesia pun sudah memasuki era ekonomi kreatif, dimana keberadaan ilmu pengetahuan dan ide sebagai motor dalam perkembangan ekonominya [1]. Seperti yang dilansir dalam sebuah artikel pada The Jakarta Globe berjudul “Indonesia Seen Leading SE Asian Online Shopping Boom” Indonesia telah dipersiapkan untuk memimpin tren belanja online di kawasan Asia Tenggara karena akses internet yang semakin meningkat dan bertambahnya investor yang melakukan investasi pada perusahaan startup digital [2]. Kabar mengenai banyaknya investasi yang masuk ke Indonesia didukung juga oleh survey yang dilakukan oleh lembaga Price Waterhouse Coopers (PWC) pada APEC CEO Summit tahun 2014 menempatkan Indonesia pada posisi ketiga terbaik yang akan menerima investasi asing setelah China dan Amerika Serikat. Indonesia memperolah angka sebesar 57% responden CEO yang menyatakan akan meningkatkan investasi selama 12 bulan kedepan [3]. Banyaknya investor yang masuk ke Indonesia tentu menjadi kabar baik bagi perkembangan industri di Indonesia, baik skala kecil, menengah maupun besar, termasuk juga industri startup digital. Berbagai ide baru yang diciptakan oleh perusahaan startup inilah yang akan mengendalikan bisnis transaksi elektronik di tingkat dunia [4].
Startup merupakan suatu organisasi yang dirancang untuk menemukan model bisnis yang tepat agar dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal [5].
Kombinasi dari desain model bisnis dan pelanggan, serta pengembangan secara cepat dan tangkas adalah kunci utama yang dapat menolong para penemu bisnis dalam menemukan model bisnis yang akan digunakan. Startup yang berhasil bukan merupakan hasil dari gen yang baik, bukan pula dibentuk dalam waktu dan tempat yang tepat. Suatu keberhasilan dari startup dapat diusahakan melalui proses
yang tepat yang dapat dipelajari, serta dapat diajarkan [5]. Hasil survey yang dipublikasikan oleh majalah Forbes bahwa 90% startup yang sedang berkembang mengalami kegagalan [6]. Ada beberapa faktor yang menyebabkan perusahaan startup pada akhirnya mengalami kegagalan, diantaranya karena ketidakharmonisan tim, pola pemasaran yang buruk, tidak dibutuhkan oleh masyarakat, tidak ada pendanaan, proses pembangunan produk yang berjalan terlalu lama, serta produk yang tidak berfungsi dengan maksimal [7].
Beberapa karakteristik startup yang didefinisikan oleh Rama Mamuaya adalah sebagai berikut: (1) Usia perusahaan kurang dari 4 tahun, (2) Jumlah pegawai kurang dari 20 orang, (3) Pendapatan kurang dari US$100.000 / tahun, (4) Masih dalam tahap berkembang, (5) Umumnya beroperasi dalam bidang teknologi, (6) Produk yang dibuat berupa aplikasi dalam bentuk digital [8]. Pada umumnya industri startup digital di Indonesia terbagi menjadi beberapa jenis berdasarkan produk atau layanan yang dihasilkan, seperti startup yang fokus pada pengembangan game, startup aplikasi edukasi, startup e-commerce, atau startup yang menawarkan jasa pengembangan perangkat lunak.
Berdasarkan data yang diambil dari sebuah situs penyedia informasi peringkat startup lingkup global yaitu www.startupranking.com, terdapat beberapa perusahaan startup yang sukses dan sampai pada peringkat 100 besar dalam skala global. Sebagian besar diantaranya merupakan perusahaan startup yang fokus pada bisnis e-commerce. Daftar perusahaan startup digital asal Indonesia yang sukses seperti terlihat pada Gambar 1.1
Gambar 1.1 Daftar Startup Digital Indonesia (Sumber: http://www.startupranking.com/top/indonesia)
Perusahaan startup dapat diibaratkan sebagai sebuah institusi yang dirancang untuk memberikan atau menciptakan produk baru maupun layanan di bawah kondisi yang sangat tidak pasti [9]. Dihadapkan pada besarnya tingkat ketidakpastian dan risiko, banyak perusahaan startup tidak mampu membuat perencanaan untuk masa mendatang melalui sebuah pemikiran dan perencanaan strategis. Meskipun fakta bahwa tingkat kelangsungan hidup bisnis startup hanya 50% dalam 5 tahun pertama, banyak dari pemilik usaha percaya bahwa suatu perencanaan strategis tidak diperlukan dan terlalu sulit untuk diterapkan. Namun beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa perusahaan skala kecil menengah yang merumuskan strategi ternyata mampu lebih unggul dari para pesaingnya [10].
Pada penelitian ini penulis akan mengambil dua sampel perusahaan startup digital sebagai obyek penelitian. Kedua startup digital tersebut adalah Gongsin
Internasional Transindo dan Tonjoo Corp. Sebagai perusahaan yang berfokus pada pengembangan perangkat lunak berupa aplikasi web dan mobile, tentu sebuah perencanaan strategis SI/TI perlu disusun agar pemanfaatan TIK dapat berjalan maksimal. Kedua perusahaan tersebut mewakili dua jenis perusahaan startup digital yang berkembang di Indonesia yaitu product base dan service base dengan waktu yang sama yaitu kurang lebih dua tahun telah menjalankan perusahaan.
Pengembangan sebuah sistem informasi yang tidak direncanakan secara sistematis akan mengakibatkan organisasi tersebut tidak memiliki skala prioritas proyek pengembangan TI. Hal ini akan berdampak pada penurunan produktivitas organisasi [11]. Ini menjadi sangat penting bagi perusahaan startup agar proses pengembangan dapat berjalan dengan baik, serta dapat meningkatkan produktivitas perusahaan. Perencanaan strategis sistem informasi adalah pendekatan sistematis untuk menentukan cara mana yang paling efektif dan efisien berkaitan dengan kepuasan pemenuhan kebutuhan informasi [12]. Perencanaan tersebut dibutuhkan untuk menyesuaikan gerak langkah organisasi dengan sistem informasi agar seirama dengan perkembangan organisasi untuk memenuhi kebutuhan sistem informasi organisasi di masa yang akan datang [13].
Keselarasan strategi bisnis dan TI juga menjadi poin penting dalam kelangsungan hidup setiap organisasi. Keselarasan antara strategi bisnis dan TI tersebut akan mengarahkan organisasi untuk dapat merealisasikan manfaat dari investasi TI dalam rangka menciptakan keunggulan kompetitif bisnis yang berkesinambungan [14]. Maka dari itu diperlukan adanya suatu perencanaan strategis SI/TI yang tepat untuk diimplementasikan pada bisnis startup agar tercipta keselarasan strategi bisnis dan TI organisasi.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut. Perusahaan startup digital semakin banyak berkembang di Indonesia, namun tidak banyak dari perusahaan startup tersebut yang mampu bersaing dan bertahan. Beberapa di antaranya justru mengalami kegagalan. Beberapa hal yang menyebabkan kegagalan terkait dengan proses keselarasan strategi TI dan strategi bisnis yang berlangsung di dalamnya. Dalam upaya menciptakan suatu kondisi
seimbang antara strategi bisnis dan strategi TI yang saling mendukung satu sama lain maka diperlukan adanya suatu perencanaan strategis yang tepat dan sesuai untuk diimplementasikan pada bisnis startup.
1.3. Keaslian Penelitian
Penelitian ini dilakukan tidak terlepas dari hasil penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan dan kajian.
Berdasarkan referensi yang berhasil dikumpulkan ada beberapa penelitian yang terkait dengan topik perencanaan strategis mengunakan berbagai metode dan pengukuran kematangan keselarasan strategis yang juga berkaitan dalam sebuah proses perencanaan strategis.
Perbandingan penelitian sebelumnya dan penelitian yang dilakukan oleh penulis ditampilkan dalam Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Perbandingan Penelitian Sebelumnya dan Penelitian oleh Penulis
No Peneliti dan Tahun Topik Metode Hasil
1. Agus dan Zainal, 2007
Model Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada Industri Penyiaran Televisi Dengan Pendekatan Blue Ocean Strategy Dan Balanced Scorecard [15]
Blue Ocean Strategy (BOS), Balanced
Scorecard (BSC)
Model PSSI
2. Setiawan, 2009 Pemilihan EA Framework [16]
Zachman Framework, FEAF, TOGAF
Perbandingan Pemilihan EA Framework 3. Wedhasmara, 2009 Langkah-Langkah
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Dengan Menggunakan Metode Ward And Peppard [17]
Metodologi
Ward-Peppard Model PSSI Ward Peppard
4. Maulana dan Sensuse, 2011
Perancangan Strategis Sistem Informasi:
Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji Dan Umrah Dep.
McFarlan Strategic Grid, ITIL
Blue print Perencanaan Strategis
Agama RI [18]
5. Widyaningsih, 2012
Perencanaan Strategis Sistem Informasi Pada Institusi Pendidikan Tinggi Menggunakan Analisis Critical Success Factors [19]
Analisis value chain, Analisis
CSF, dan
principal component analysis
Blue print Perencanaan Strategis
6. Wulandari, 2012 Pengukuran Tingkat Kematangan
Keselarasan Strategi Bisnis dan Strategi Teknologi Informasi Pada Badan Perijinan Terpadu (BPT) Kabupaten Sragen) [20]
SAMM Hasil tingkat
kematangan organisasi dan rancangan
rekomendasi bagi BPT Kab.
Sragen
7. Kurniawan dan
Suhardi, 2013 Enterprise
Architecture Design for Ensuring Strategic
Business IT
Alignment [21]
TOGAF,
SAMM Model Enterprise Architecture
8. Arifin, 2013 Perancangan Ulang Rencana Strategis Sistem Informasi Menggunakan Metode Togaf Framework Dan IT Balanced Scorecard [22]
IT BSC,
TOGAF ADM, Matriks Mc Farlan
Rancangan Ulang dari Rencana
Strategis SI Kab.
Banyuwangi
9. Marcel, 2013 Penilaian Tingkat Kematangan
Keselarasan Strategi Bisnis dan TI pada Universitas [23]
SAMM Hasil tingkat
kematangan dan rekomendasi bagi universitas 10. Wibowo, 2015 Perencanaan Strategis
SI Menggunakan Pendekatan Ward and Peppard dan IT Balanced Scorecard [24]
Ward Peppard,
IT BSC Rencana
Strategis SI Dishubkominfo Kab. Cilacap
11. Masithoh, 2015 Pengembangan
Rencana Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi UGM dengan Menggunakan Framework TOGAF dan COBIT 5 [25]
TOGAF,
COBIT 5 Rencana
Strategis TIK UGM
12. Melkior, 2015 Rencana Strategis Pengembangan E- Government
Pemerintah Provinsi Papua [26]
Analisis PEST, Analisis SWOT, Zachman
Framework, McFarland Strategic Grid
Rencana Induk Pengembangan E-Government Provinsi Papua untuk jangka
waktu 10
(sepuluh) tahun:
2015 – 2025 13. Penulis Perencanaan Strategis
dan untuk Industri Startup Digital
Ward Peppard dan SAMM
Perencanaan strategis SI/TI bagi industri startup digital Dari uraian di atas, penelitian-penelitian sebelumnya umumnya dilakukan pada organisasi pemerintah, sementara pada organisasi profit skala kecil dan menengah masih sedikit dilakukan. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah dalam merancang rencana strategi SI/TI yang selaras dengan proses bisnis industri startup digital maka akan digunakan kombinasi metode yaitu kerangka kerja Ward Peppard sebagai panduan dalam merancang rencana strategis dan SAMM sebagai pengukuran kematangan keselarasan strategi bisnis dan TI sekaligus rekomendasi yang diusulkan berdasarkan tingkat kematangan organisasi.
Kelebihan dari kerangka kerja Ward Peppard adalah alur perencanaan yang mudah dan lengkap, tetapi dengan tingkat kerumitan yang rendah. Tahapan kerangka kerja Ward Peppard juga sesuai dengan kondisi perusahaan startup dengan mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal perusahaan yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan bisnis startup. Pengukuran keselarasan mengunakan metode SAMM dianggap sebagai kunci dalam membantu perusahaan di seluruh dunia untuk mengerti, mendefinisikan dan menjangkau arah perencanaan strategis yang tepat dalam memanfaatkan teknologi informasi [20].
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk membuat suatu perencanaan strategis sistem informasi dan teknologi informasi yang dapat membantu meningkatkan keselarasan strategi bisnis dan TI dalam pengembangan bisnis startup digital.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah :
1. Terciptanya suatu perencanaan strategis TI yang dapat membantu dalam proses pengembangan bisnis startup.
2. Identifikasi tingkat kematangan keselarasan strategi bisnis dan strategi TI sehingga organisasi dapat mengetahui kemajuan apa saja yang sudah dilakukan serta dapat menentukan langkah-langkah yang tepat meningkatkan keselarasan strategi yang dimiliki.
3. Sebagai gambaran untuk penerapan kerangka kerja Ward dan Peppard dalam perencanaan strategis TI dalam pengembangan bisnis startup.
4. Perencanaan strategis TI yang baik akan membuat investasi TI pada bisnis startup yang akan dilakukan menjadi lebih efektif dan efisien.
5. Menjadi bahan penelitian masa depan untuk bidang yang berkaitan dengan perencanaan strategis TI yang sesuai dengan proses bisnis pada industri startup.