• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA PADA PROSES PERKAWINAN ETNIK BATAK TOBA (KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA PADA PROSES PERKAWINAN ETNIK BATAK TOBA (KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KESANTUNAN IMPERATIF BAHASA PADA

PROSES PERKAWINAN ETNIK BATAK TOBA

(KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat MemperolehGelar Sarjana Sastra

Oleh

BEATRIX F. SIMBOLON

NIM 209210006

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Beatrix F. Simbolon, NIM 209210006. Analisis Kesantunan Imperatif Bahasa pada Proses Perkawinan Etnik Batak Toba (Kajian Pragmatik). Program Studi Sastra Indonesia. Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan.

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran kesantunan imperatif pada proses Perkawinan Etnik Batak Toba. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan agar memperoleh data secara mendetail dan menyeluruh adalah teknik simak dan teknik cakap. Dari hasil penelitian diperoleh wujud imperatif perintah sebanyak 6 data, wujud imperatif suruhan sebanyak 10 data, wujud imperatif permintaan sebanyak 11 data, wujud imperatif permohonan sebanyak 11 data, wujud imperatif desakan sebanyak 5 data, wujud imperatif bujukan sebanyak 8 data, wujud imperatif imbauan sebanyak 10 data, wujud imperatif permintaan izin sebanyak 7 data, wujud imperatif mengizinkan sebanyak 1 data, wujud imperatif harapan sebanyak 12 data, wujud imperatif anjuran sebanyak 7 data, dan pemberian ucapan selamat tidak ditemukan dalam data. Sedangkan kesantunan pragmatik tuturan deklaratif perintah sebanyak 53 data, tuturan deklaratif ajakan sebanyak 2 data, tuturan deklaratif larangan sebanyak 5 data, tuturan interogatif perintah sebanyak 15 data, tuturan interogatif permintaan sebanyak 16 data, sedangkan tuturan deklaratif ajakan dan larangan tidak ditemukan dalam data.

(7)

ii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang harus diselesaikan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sastra di Fakultas Bahasa dan Seni, Unimed. Selain untuk persyaratan akademis, karya ilmiah ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Karya ilmiah ini mungkin belum mencapai hasil yang maksimal, untuk itu saran dan masukan yang konstruktif dari pembaca sangat diharapkan. Semoga Skripsi ini bisa memberi konstribusi terhadap khasanah pengetahuan, dan semoga penelitian ini membantu terhadap kegiatan penelitian-penelitian relevan selanjutnya.

Skripsi ini dapat diselesaikan berkat masukan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar, M.Si., selaku Rektor Universitas Negeri Medan, 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Medan, serta para Wakil Dekan, Staf Pegawai, dan Administrasi,

6. Prof. Dr. Rosmawaty, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Skripsi, 7. Drs. T. R. Pangaribuan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Akademik, 8. Drs. Azhar Umar, M.Pd., dan Dr. Mutsyuhito Solin, M.Pd., sebagai

(8)

9. Seluruh Bapak/Ibu Dosen serta Staf Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan, 10. Ayahanda tercinta Bapak Drs. Japiter Simbolon, M.Si. dan Ibunda

tersayang Ibu Tiodor Naibaho yang telah banyak memberikan dorongan materi dan materiil. Adinda tersayang Rudolf Weinar Simbolon, Erwinson Klaifer Haposan Simbolon, dan Jelita Meilani Simbolon yang banyak memberikan motivasi dan juga dukungan. Serta, sahabatku Tamrin Hutagalung, S.Pd., Jefrany Mely Silaen, Rimbun Nadeak,S.S., Agus Syahputra,S.S., Sri Rejeky Manalu,S.S., Irwan Sihombing, Lusi Situngkir, Eva Manihuruk, dan Meda Waty Siboro yang membantu memberikan masukan dan ide-ide terkait penulisan Skripsi,

11. Adik-adik kost tersayang Mardimpu Sihombing, S.Pd., Lely Sihombing, Horas Sitinjak, Elistiani Aritonang, Naomi Tampubolon, Ronny Nababan, Wahayu Opino Sihombing, dan Leo Aritonang yang memberikan dukungan terkait penyelesaian Skripsi,

12. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang banyak membantu penyelesaian Skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, baik dari segi isi, maupun tulisannya. Oleh karena itu penulis, mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk perbaikan selanjutnya.

Medan, Maret 2015 Penulis

Beatrix F. Simbolon

(9)
(10)

2. Kesantunan Imperatif ... 14

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitiasn ... 35

(11)

vi

B. Saran ... 106

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 4.1 Klasifikasi Wujud Pemakaian Kesantunan Imperatif………….. 38

(13)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman LAMPIRAN 1 Deskripsi dialog……… 109

(14)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Adat istiadat merupakan suatu hal yang sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat. Setiap suku-suku pasti memiliki berbagai jenis upacara adat sebagai perwujudan nilai-nilai budayanya. Suku bangsa tentu memiliki sistem tersendiri dalam melakukan upacara adat masing-masing. Dengan demikian sifatnya terbilang relatif. Secara tradisonal upacara adat terkait dengan sistem kepercayaan. Bila kepercayaan suatu kelompok masyarakat berubah, maka terjadi juga perubahan dalam subtansi upacara adat. Malah beberapa upacara tradisional ada yang ditinggalkan terutama terkait dengan kepercayaan itu sendiri.

Seiring perkembangan zaman yang sudah sangat modern dengan sistem yang serba digitalisasi, upacara adat banyak yang secara perlahan mulai menghilang. Banyak adat yang seharusnya harus dikembangkan punah oleh perkembangan zaman yang semakin tak terbendung lagi. Hilangnya budaya tersebut tentu akan mencoret identitas juga. Sebagai Negara yang memiliki beragam suku bangsa tentu hal ini menjadi kebanggan untuk Negara Indonesia. Namun jika kemajemukan budaya tersebut tidak kita lestarikan, maka Indonesia yang dikenal dengan keberagaman budaya akan kehilangan jati diri secara lambat laun.

Masyarakat Indonesia memiliki berbagai macam upacara adat, salah satunya

(15)

2

selalu dipakai oleh berbagai suku di Indonesia. Setiap suku sudah pasti memiliki proses

yang berbeda dalam menjalankannya. Walaupun memiliki perbedaan, namun masih

ditemukan persamaan. Etnik Batak Toba memiliki proses upacara yang masih dijalankan

dan dipertahankan sampai sekarang. Dalam setiap menjalankan upacara perkawinan

tersebut tentu harus memiliki kesantunan imperatif bahasa yang harus diperhatikan

karena hal tersebut merupakan keharusan yang harus dijalankan. Akan tetapi dalam

kenyataannya proses upacara tersebut terutama dalam pemakain bahasa menjadi kurang

diperhatikan.

Kesantunan adalah aturan perilaku yang ditetapkan dan disepakati bersama oleh

suatu masyarakat tertentu sehingga kesantunan sekaligus menjadi persyaratan yang

disepakati oleh perilaku sosial. Hal penting yang berkenaan dengan keberhasilan

pengaturan interaksi sosial melalui bahasa adalah strategi-strategi yang

mempertimbangkan status penutur dan mitra tutur. Keberhasilan penggunaan

strategi-strategi ini menciptakan suasana kesantunan yang memungkinkan transaksi sosial

berlangsung tanpa mempermalukan penutur dan mitra tutur. Artinya, penutur dan mitra

tutur sama-sama mendapat manfaat dari pertuturan yang terjadi dan tidak menjadi beban

bagi keduanya.

Di dalam bahasa Indonesia, kalimat imperatif ditandai dengan pemakaian

penanda kesantunan yaitu; tolong, coba, silahkan, biarlah, hendaklah, ayo (yo), harap,

anda, saudara sekalian, saudara, harus, mari, boleh, jangan, semoga, sebaiknya dan

lain-lain. Kalimat dalam bahasa Indonesia memiliki kedudukan penting, sebagai rentetan

kata-kata yang mempunyai arti dan maksud tertentu. Jenis kalimat berdasarkan fungsinya

meliputi kalimat deklaratif atau kalimat berita, introgratif atau kalimat tanya, dan kalimat

imperatif atau kalimat perintah. Ramlan (dalam Rahardi, 2005:2) menyatakan kalimat

(16)

3

yang diharapkan berupa perhatian, seperti tercermin pada pandangan mata yang

menunjukkan adanya perhatian. Kalimat tanya berfungsi menanyakan sesuatu, sedangkan

kalimat perintah mengharapkan tanggapan berupa tindakan tertentu dari orang yang

diajak berbicara.

Rahardi (2005:71) mengungkapkan kalimat imperatif mengandung maksud

memerintah atau meminta agar mitra tutur melakukan sesuatu sebagaimana diinginkan si

penutur. Kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia dapat berkisar antara suruan yang

sangat keras atau kasar sampai dengan permohonan yang sangat halus atau santun.

Kalimat imperatif dapat pula berkisar antara suruhan untuk melakukan sesuatu sampai

dengan larangan untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa

kalimat imperatif dalam bahasa Indonesia itu kompleks dan banyak variasinya.

Hal ini sejalan dengan penelitian Tuty Gustina Purba mengenai

“Kesantunan Imperatif dalam Bahasa Batak Toba di Balige Tobasa”. Namun, dari

penelitian tersebut Tuty hanya meneliti wujud pemakaian kesantunan imperatif

dalam konteks “Dalihan Na Tolu” secara umum percakapan masyarakat di

Tobasa. Beranjak dari penelitian Tuty, maka peneliti tertarik meneliti bagaimana kesantunan imperatif dalam proses upacara Etnik Batak Toba.

Dari pemaparan di atas maka penulis tertarik untuk mengkaji penelitian

mengenai “Analisis Kesantunan Imperatif Bahasa pada Proses Upacara

Perkawinan Etnik Batak Toba (Kajian Pragmatik).”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa masalah yang dapat

(17)

4

1. Wujud pemakaian kesantunan imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba.

2. Proses upacara perkawinan pada Etnik Batak Toba

3. Penyimpangan prinsip kesantunan imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba

4. Strategi kesantunan imperatif pada proses perkawinan Etnik Batak Toba.

C. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah yang diteliti oleh peneliti adalah menganalisis wujud

pemakaian kesantunan imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak

Toba (Kajian Pragmatik).

D. Rumusan Masalah

Adapun hal yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu

1. Bagaimanakah gambaran wujud pemakaian imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba?

2. Bagaimanakah gambaran wujud kesantunan imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba?

E. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui wujud pemakaian imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba.

2. Untuk mengetahui wujud kesantunan imperatif bahasa pada proses upacara perkawinan Etnik Batak Toba.

F. Manfaat penelitian

(18)

5

1. Dari segi teoretis, penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih lanjut baik sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para pembaca tetang kesantunan imperatif, khususnya kesantunan imperatif bahasa pada proses perkawinan Etnik Batak Toba.

(19)

108

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Wujud pemakaian kesantunan imperatif bahasa pada proses perkawinan Etnik Batak Toba dibagi menjadi wujud imperatif dan kesantunan imperatif. Wujud imperatif pragmatik (perintah, suruhan, permintaan, permohonan, desakan, bujukan, imbauan, permintaan izin, mengizinkan, harapan, ajuran). Kesantunan pragmatik (kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan deklaratif dan kesantunan pragmatik imperatif dalam tuturan interogatif).

Dari hasil penelitian diperoleh wujud imperatif perintah sebanyak 6 data, suruhan sebanyak 10 data, permintaan sebanyak 11 data, permohonan sebanyak 11 data, desakan sebanyak 5 data, bujukan sebanyak 8 data, imbauan sebanyak 10 data, permintaan izin sebanyak 7 data, mengizinkan sebanyak 1 data, harapan sebanyak 12 data, anjuran sebanyak 7 data, dan pemberian ucapan selamat tidak ditemukan dalam data. Sedangkan kesantunan pragmatik Tuturan Deklaratif Perintah sebanyak 53 data, Tuturan Deklaratif ajakan 2 data, Tuturan Deklaratif Larangan 5 data, Tuturan Interogatif Perintah 15 data, Tuturan Interogatif Permintaan 16 data, sedangakan tuturan deklaratif ajakan dan larangan tidak ditemukan dalam data. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam upacara adat Batak Toba memiliki kesantunan imperatif yang sangat santun. Terlihat pada kalimat yang menunjukkan kehormatan si penutur kepada lawan tuturnya.

(20)

109

Penelitian menunjukkan bahwa dalam setiap proses hampir semua menggunakan kalimat yang menandakan wujud imperatif seperti yang dijelaskan di atas. Dalam upacara adat Perkawinan Etnik Toba memang sangat rumit terlihat dari proses yang sangat panjang dan setiap kalimat yang diucapkan oleh penutur dan lawan tutur menggunakan penanda kesantunan yang sangat baik.

B. Saran

(21)

110

DAFTAR PUSTAKA

Alisjahbana, S. Takdir. 1978. Tatabahasa Baru Bahasa Indonesia. Jakarta: Dian Rakyat.

Irianto, Sulistyowati. 2005. Perempuan Diantara Berbagai Pilihan Hukum. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Keraf, Gorys. 1991. Tatabahasa Rujukan Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Grasindo.

Koentjaraningrat. 1993. Ritus Peralihan di Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia. Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University

Press.

Masinambow. 2003. Hukum dan Kemajemukan Budaya. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-prinsip Analisis Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.

Nadar. F. X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nainggolan, Tagor. 2006. Batak Toba di Jakarta. Medan: Bina Media.

Pardede,Lumongga. Masisisean di Ulaon Adat Batak Toba.Cetakan ke III 2012. Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia.

Yogyakarta: Erlangga.

Siagian, Bernard. 2009. Enkulturasi Iman. Pematangsiantar: Lembaga Studi Pembangunan dan Budaya.

Simanjuntak, Bungaran Antonius. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba Hingga 1945. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Sudaryanto. 1992. Metode Linguistik Ke Arah Memahami Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

(22)

111

1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

Surakhmad, W. 2000. Metode Penelitian Ilmiah. Yogyakarta: Dianloka. Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

blog.fisip.uns.ac.id/2011/06/07/etika-jawa-sebuah-analisa-falsafi-tentang-kebijaksanaan-hidup-jawa/franz magnis suseno.

Ilmalyaqien. 2012. Wujud Pragmatik Imperatif Pada Acara Televisi “Wisata Hati”. Malang: Universitas Negeri Malang.

Gambar

Tabel 4.1   Klasifikasi Wujud Pemakaian Kesantunan Imperatif…………..      38

Referensi

Dokumen terkait

Buat Pertanyaan 5 Soal Beserta Jawaban Dari Materi Presentasi masing-masing Kelompok Setelah UTS. Dikerjakan Boleh dengan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman gen hormon pertumbuhan (GH- Msp I) intron 3 pada kerbau lokal dengan metode PCR-RFLP yang dapat dijadikan sebagai

dengan an kon konsep sep yang yang dina dinamak makan an seb sebagai agai Detterence Detterence yang yang dida didasark sarkan an kepa kepada da sedemikian tingginya

dilakukan menggunakan metode freeze thaw dengan suhu penyimpanan yang berbeda dalam interval waktu tertentu untuk mempercepat terjadinya perubahan yang biasa terjadi pada

Sedangkan hasil pengujian cuplikan setelah dinitridasi menunjukkan bahwa makin tinggi tekanan reaktor plasma pada proses nitridasi, makin tinggi kekerasan yang dihasilkan

9 Maka, Gedung Komersial dengan Pendekatan Arsitektur Neo-Vernakuler adalah sebuah wujud fisik yang merupakan hasil dari kegiatan konstruksi sebagai tempat manusia

Dengan demikian hasil perhitungan ini dapat diambil suatu keputusan bahwa akuntansi konservatif (X 1 ), size perusahaan (X 2 ), dan default risk (X 3 ), secara simultan

kebutuhan dirumuskan sebagai suatu kesenjangan ( discrepancy view ) kondisi nyata ( reality ) dengan kondisi yang diharapkan ( ideality ). Dengan kata lain evaluasi