• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF SISWA SMA ANTARA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM BERBANTUAN CABRI 3D DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DAN SIKAP POSITIF SISWA SMA ANTARA YANG DIBERI PENDEKATAN PBM BERBANTUAN CABRI 3D DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG."

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN PEMBELAJARAN LANGSUNG

TESIS

DiajukanUntukMemenuhiPersyaratan dalamMemperolehGelar Magister Pendidikanpada

Program StudiPendidikanMatematika

Oleh:

ELFRIDA SIDABUTAR NIM: 8136172027

PROGRAM PASCASARJANA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

i ABSTRAK

ELFRIDA SIDABUTAR. Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Sikap Positif Siswa SMA antara yang diberi Pendekatan PBM Berbantuan CABRI 3D Dengan Pembelajaran Langsung. Tesis Program Studi Pendidikan Matematika Pasca Sarjana Universitas Negeri Medan. 2015.

Kata Kunci: Pendekatan pembelajaran berbasis masalah, Cabri 3D, Pemecahan masalah, sikap positif.

(7)

ii ABSTRACT

ELFRIDA SIDABUTAR. The Differences of Mathematical Problem Solving Ability and Positive Attitude of High School Students Between Who are Received Problem Based Learning Approach Assisted CABRI 3D and Direct Instruction. Thesis Study Program Graduate Education Mathematics, State University of Medan. 2015.

Keywords: Problem-based learning approach, Cabri 3D, problem solving, positive attitude.

(8)

iii

KATA PENGANTAR

Sujud syukur penulis ucapkan pada Tuhan Yesus Kristus Yang Maha

Pengasih dan Maha Penolong sebagai penggerak sejati, pembimbing sejati, dan

penyerta sejati dari awal sampai akhir penulisan tesis ini. Tesis ini berjudul

Perbedaan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Sikap Positif Siswa

SMA antara yang diberi Pendekatan PBM Berbantuan CABRI 3D Dengan

Pembelajaran Langsung”. Penulisan tesis ini diajukan untuk memenuhi

persyaratan memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Penulisan tesis ini dapat diselesaikan berkat bantuan moral maupun

bantuan material dari banyak pihak yang tidak tersebutkan satu persatu. Tiada

kata tulus selain kata terima kasih yang sedalam-dalamnya penulis haturkan

kepada mereka yang telah meringankan beban dan membukakan pikiran selama

penulisan tesis ini. Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat yang

melimpah kepada mereka yang telah membantu penulis.

Terima kasih penulis sampaikan terutama kepada Ibu Dr. Ani Minarni,

M.Si selaku dosen pembimbing I dan Bapak Prof. Dr. P. Siagian, M.Pd sebagai

dosen pembimbing II yang telah mengorbankan pikiran dan waktu dalam

memberikan bimbingan penulisan tesis ini. Terima kasih juga kepada Bapak Dr.

Hasratuddin, M.Pd, M.Pd, Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd dan Bapak Dr.

E. Elvis Napitupulu, MS selaku dosen nara sumber sekaligus dosen penguji yang

(9)

Demikian juga penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd selaku Rektor Universitas Negeri

Medan

2. Bapak Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea, M.Pd selaku Direktur Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Edi Syahputra, M.Pd dan Bapak Dr. Hasratuddin, M.Pd,

Selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Matematika

Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

4. Para Bapak/Ibu Dosen di Program Studi Pendidikan Matematika Program

Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

5. Suster Mamerta Sinaga, S.Ag selaku Pimpinan dan SMA Swasta Santu

Petrus Sidikalang.

6. Rekan-rekan mahasiswa seperjuangan Program Studi Pendidikan

Matematika Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Khususnya

kepada Ibu Sondang Noverica Panjaitan, S.Pd, yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

7. Rekan-rekan guru SMA Swasta Santu Petrus Sidikalang yang telah banyak

membantu pelaksanaan penelitian khususnya Bapak Richard Marbun

sebagai observer dalam penelitian.

Rasa haru dan hormat yang sedalam-dalamnya penulis sampaikan kepada

orang tua, Ayahanda tercinta Kopka. Purn. Henri Sidabutar dan Ibunda tersayang

Mery Elisabet br Tampubolon yang telah berjuang melebihi kemampuannya,

dalam membantu penulisan tesis ini. Terima kasih juga kepada kakak: Mariani

(10)

v

sabar dan tekun selalu mendoakan dan mendukung penulis selama dalam masa

kuliah dan masa penulisan tesis ini. Tidak lupa juga penulis sampaikan rasa

terimakasih kepada saudari Feronika Telaumbanua atas segala dukungannya.

Penulis menyadari bahwa pada penulisan tesis ini masih jauh dari

sempurna, terdapat kelemahan dan kekurangan oleh sebab keterbatasan yang

dimiliki penulis. Oleh karena itu penulis mohon saran dan kritikan yang

membangun guna perbaikan tesis ini. Semoga tesis ini bermanfaat bagi kemajuan

pendidikan dan peningkatan mutu pendidikan Bangsa Indonesia.

Medan, 2015 Penulis,

(11)

DAFTAR ISI

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 16 2.1. Belajar dan Pembelajaran Matematika ... 20

2.2. Kemampuan Pemecahan Masalah Matemastis Siswa ... 22

2.3. Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 27

2.4. Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 31

2.5 Landasan Teoritis dan Empiris Pendekatan Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

2.6. Cabri 3D Dalam Pembelajaran Matematika ... 44

2.7. Hubungan PBM, Cabri 3D, Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis dan Sikap Positif Siswa terhadap Metamatika ... 50

2.8. Pembelajaran Langsung ... 52

2.9. Perbedaan Pedagogik Pembelajaran Berbasis Masalah dengan Pembelajaran Langsung ... 60

2.10. Penelitian yang Relevan ... 61

2.11. Kerangka Konseptual ... 64

2.12. Hipotesis Penelitian ... 70

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 71

3.2. Tempat dan Waktu Penelitian ... 71

3.3. Populasi dan Sampel ... 71

3.3.1. Populasi ... 71

3.3.2. Sampel ... 72

3.4. Prosedur dan Desain Penelitian ... 73

3.4.1. Prosedur Penelitian ... 73

3.4.2. Desain Penelitian ... 76

3.5. Variabel Penelitian ... 78

(12)

vii

3.5.2. VariabelTerikat ... 79

3.6. Instrumen Penelitian dan Teknik Pengumpulan Data ... 79

3.6.1. Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 80

3.6.2. Skala Sikap Positif ...83

3.6.3. Kisi-kisi Skala Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 84

3.6.4. Lembar Observasi Proses Pembelajaran ... 87

3.7. Uji Coba Instrumen ...88

3.7.1. Menghitung Validitas ...88

3.7.2. Menghitung Realiabelitas ... 90

3.7.3. Menghitung Tingkat Kesukaran Soal ... 92

3.7.4. Daya Pembeda Butir Soal ...92

3.8. Teknik analitis Data ... 93

3.8.1. Analisis Deskriptif ... 93

3.8.2. Analisis Statistik Inferensial ... 97

3.9. Jadwal dan Penelitian ... 109

3.10. Defenisi Operasional ...109

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Penelitian ... 112

4.1.1. Hasil Penelitian tentang KPM ... 113

4.1.2. Hasil Penelitian tentang SPS ... 114

4.1.3. Hasil Penelitian tentang Proses Jawaban Siswa ... 115

4.2. Analisis Deskriptif dari Hasil Penelitian ... 123

4.2.1. Analisis Deskriptif KPM ... 123

4.2.2. Analisis Deskriptif SPS ... 124

4.2.3. Analisis Deskriptif Proses Jawaban Siswa ... 126

4.3. Analisis Inferensial dari Hasil Penelitian ... 131

4.3.1. Analisis Inferensial KPM ... 131

4.3.1.1. Uji Normalitas Data ... 131

4.3.1.2. Uji Homogenitas Data ... 133

4.3.1.3. Persamaan Model Regresi ... 135

4.3.1.4. Uji Independensi Skor Pretes Terhadap Skor Postes ... 135

4.3.1.5. Uji Linearitas Model Regresi ... 138

4.3.1.6. Uji Kesamaan Model Regresi ... 140

4.3.1.7. Uji Kesejajaran Model Regresi ... 141

4.3.1.8. Uji Hipotesis Penelitian dengan ANAKOVA Sederhana ... 143

4.3.2. Analisis Inferensial SPS ... 145

4.3.2.1. Uji Normalitas Data ... 146

4.3.2.2. Uji Homogenitas Data ... 147

4.3.2.3. Persamaan Model Regresi ... 149

4.3.2.4. Uji Independensi Skor Pretes Terhadap Skor Postes ... 149

4.3.2.5. Uji Linearitas Model Regresi ... 152

4.3.2.6. Uji Kesamaan Model Regresi ... 154

(13)

4.3.2.8. Uji Hipotesis Penelitian dengan ANAKOVA Sederhana ... 157

4.4. Pembahasan Hasil Penelitian ... 161

4.4.1. Faktor Pembelajaran ... 161

4.4.2. Perbedaan Peningkatan KPM Siswa ... 167

4.4.3. Perbedaaan Peningkatan SPS ... 168

4.4.4. Proses Jawaban Siswa ... 169

4.5. Keterbatasan Hasil Penelitian ... 173

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 174

5.2. Saran ... 175

(14)

ix

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1.Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

Tabel 2.2.Langkah-langkah Pembelajaran Langsung ... 57

Tabel 2.3. Perbendaan Pedagogik Pendekatan Pembelajaran ... 62

Tabel 3.1.Rancangan Penelitian ... 77

Tabel 3.2.Tabel Wiener ...77

Tabel 3.3.Kisi-kisi Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis ... 80

Tabel 3.4.Skor Alternatif Tes Pemecahan Masalah Matematika ... 82

Tabel 3.5.Kisi-kisi Skala Sikap Positif Siswa Terhadap Matematika ... 83

Tabel 3.6.Deskripsi Indikator dan Daftar Pertanyaan Pengembangan Skala Sikap ...84

Tabel 3.7.Validitas Butir Soal Hasil Uji Coba ... 90

Tabel 3.8.Reliabilitas Hasil Uji Coba ... 91

Tabel 3.9.Kualifikasi Nilai Perolehan Tes Kemampuan Pemecahan Masalah ... 94

Tabel 3.10.Distribusi Respon Siswa (contoh) ... 95

Tabel 3.11.Perhitungan Skor Skala Sikap Positif ... 96

Tabel 3.12. Interval Proses Penyelesaian Jawaban Siswa ... 97

Tabel 3.13. Rancangan Analisis Data Untuk ANAKOVA ... 98

Tabel 3.17. Keterkaitan Rumusan Masalah, Hipotesis dan Jenis Uji Statistik yang Digunakan ... 107

Tabel 4.1. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Kontrol ... 113

Tabel 4.2. Data Hasil Penelitian KPM Dikelas Eksperimen ... 113

Tabel 4.3. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Kontrol ... 114

Tabel 4.4. Data Hasil Penelitian SPS Dikelas Eksperimen ... 114

Tabel 4.5. Rekapitulasi Rata-rata KPM ... 123

Tabel 4.6. Rekapitulasi Ketuntasan KPM ... 124

Tabel 4.7. Porsentase Kategori SPS Kelas Kontrol ... 125

Tabel 4.8. Porsentase Kategori SPS Kelas Eksperimen ... 126

Tabel 4.9. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 127

Tabel 4.10. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap I ... 127

Tabel 4.11. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ... 128

Tabel 4.12. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap II ... 128

Tabel 4.13. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ... 129

Tabel 4.14. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap III ... 129

Tabel 4.15. Data Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ... 130

Tabel 4.16. Porsentase Proses Jawaban Siswa untuk Tahap IV ... 130

Tabel 4.17. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ... 132

Tabel 4.18. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 133

Tabel 4.19. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ... 134

Tabel 4.20. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 134

Tabel 4.21. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Kontrol ... 136

Tabel 4.22. Uji Independensi KPM di Kelas Kontrol ... 136

Tabel 4.23. Penentuan Koefisien Peresamaan Regresi Kelas Ekpserimen ... 137

(15)

Tabel 4.25. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Kontrol ... 138

Tabel 4.26. Uji Linieritas Regresi KPM di Kelas Eksperimen ... 139

Tabel 4.27. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 140

Tabel 4.28. Uji Kesamaan Dua Model Regresi KPM ... 141

Tabel 4.29. Uji Kesamaan Dua Model Regresi ... 141

Tabel 4.30. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi KPM ... 142

Tabel 4.31. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi ... 142

Tabel 4.32. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap KPM ... 143

Tabel 4.33. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian KPM ... 145

Tabel 4.34. Hasil Uji Normalitas Skor Pretes ... 147

Tabel 4.35. Hasil Uji Normalitas Skor Postes ... 147

Tabel 4.36. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Pretes ... 148

Tabel 4.37. Hasil Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 149

Tabel 4.38. Penentuan Koefisien Persamaan RegresI Kelas Kontrol ... 150

Tabel 4.39. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 150

Tabel 4.40. Penentuan Koefisien Persamaan Regresi Kelas Eksperimen ... 151

Tabel 4.41. Uji Independensi SPS di Kelas Kontrol ... 151

Tabel 4.42. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol ... 152

Tabel 4.43. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Kontrol dengan SPSS ... 152

Tabel 4.44. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen ... 153

Tabel 4.45. Uji Linieritas Regresi SPS di Kelas Eksperimen dengan SPSS ... 154

Tabel 4.46. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 155

Tabel 4.47. Uji Kesamaan Dua Model Regresi SPS ... 155

Tabel 4.48. Uji Kesamaan Dua Model SPS ... 155

Tabel 4.49. Uji Kesejajaran 2 Model Regresi SPS ... 156

Tabel 4.50. Uji Kesejajaran Model Regresi dengan SPS ... 157

Tabel 4.51. Analisis Kovarians untuk Rancangan Lengkap SPS ... 158

Tabel 4.52. Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis Penelitian SPS ... 160

Tabel 4.53. Rangkuman Perbedaan Peningkatan Rata-rata KPM ... 167

(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1. Pola Jawaban Siswa dalam Memecahkan Masalah ... 8

Gambar 3.1.Rangkuman alur Penelitian ... 108

Gambar 4.1. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Butir 1 ... 116

Gambar 4.2. Proses Jawaban Siswa di kelas kontrol Butir 1 ... 116

Gambar 4.3. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Butir 2 ... 117

Gambar 4.4. Proses Jawaban Siswa di Kelas Kontrol Butir 2 ... 118

Gambar 4.5. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eskperimen Butir 3 ... 119

Gambar 4.6. Proses Jawaban Siswa di Kelas Kontrol Butir 3 ... 119

Gambar 4.7. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Butir 4 ... 120

Gambar 4.8. Proses Jawaban Siswa di Kelas Kontrol Butir 4 ... 121

Gambar 4.9. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen Butir 5 ... 122

Gambar 4.10. Proses Jawaban Siswa di Kelas Kontrol Butir 5 ... 122

Gambar 4.11. Proses Jawaban Siswa di Kelas Eksperimen ... 170

Gambar 4.12. Proses Jawaban Siswa di Kelas Kontrol ... 170

Gambar 4.13. Proses Jawaban Siswa Dikelas Eksperimen ... 171

(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan suatu bangsa ditentukan dari bagaimana perkembangan

pendidikan bagi anak-anak bangsa itu. Kemajuan dalam satuan waktu jangka

panjang akan dapat memprediksi kualitas bangsa pada sekian puluh tahun ke

depan. Akhir dari hasil pendidikan yang terencana menghasilkan buah di mana

masyarakat rata-rata berpendidikan tinggi. Sehingga pendidikan merupakan faktor

yang paling besar peranannya dalam kelangsungan hidup manusia dan

perkembangan suatu bangsa. Begitu juga dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi (IPTEK) saat ini sangat pesat sehingga informasi yang

terjadi di belahan dunia mana pun bisa dapat kita ketahui segera, waktu dan batas

negara sudah tidak menjadi penghalang lagi, akibatnya lahirlah suatu masa atau

era globalisasi. Seiring perkembangan IPTEK tersebut, pemecahan masalah,

berfikir kritis, kreatif dan kemampuan komunikasi diduga dapat dikembangkan

melalui pembelajaran matematika.

Dua puluh tahun lalu, NRC (National Research Council, 1989:1) dari

Amerika Serikat telah menyatakan pentingnya matematika dengan pernyataan

berikut: “Mathematics is the key to opportunity.” Matematika adalah kunci ke

arah peluang-peluang. Bagi seorang siswa keberhasilan mempelajari matematika

akan membuka pintu karir yang cemerlang. Bagi pemimpin negara-negara

matematika juga sangat diperlukan dalam pengambilan keputusan dan kebijakan

(18)

2

menyiapkan warganya untuk bersaing dan berkompetisi di bidang ekonomi dan

teknologi.

Sebagai antisipasi dalam menghadapi permasalahan era globalisasi

tersebut, dunia pendidikan dituntut untuk mempersiapkan sumber daya manusia

yang bermutu, berwawasan, dan memiliki keunggulan yang kompetitif.

Sebagaimana yang tercantum dalam Undang-undang pendidikan No 20 Tahun

2003 menjelaskan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk

mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

aktif, mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Pemerintah juga menekankan melalui Permendiknas nomor 22 tahun 2001

tentang standar isi Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (Depdiknas, 2006)

bahwa matematika mendasari perkembangan kemajuan teknologi, mempunyai

peran penting dalam berbagai disiplin, dan memajukan daya pikir manusia,

matematika diserikan sejak dini disekolah untuk membekali anak dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif, serta kemampuan

berkerja sama. Semua kemampuan itu merupakan bekal dan modal penting yang

diperlukan anak dalam meniti kehidupan di masa yang akan datang dengan penuh

tantangan dan perubahan yang cepat. Matematika sangat penting perannya setiap

jenjang pendidikan. Matematika sebagai The Queen of sciences mempunyai peran

(19)

Oleh karena itu matematika sebagai mata pelajaran perlu diberikan kepada

semua peserta didik mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta

berkemampuan bekerja sama. Karena dengan belajar matematika, peserta didik

akan belajar bernalar secara kritis, kreatif dan aktif.

Tetapi pada kenyataannya permasalahan yang sering menjadi perdebatan

dikalangan para orang tua siswa, guru dan pakar pendidikan pada saat ini adalah

hasil belajar matematika siswa yang masih jauh dari kata memuaskan.

Keberhasilan pembelajaran matematika ditentukan oleh seberapa baik hasil

belajar yang dicapai siswa setelah mengikuti pelajaran. Menurut Gagne (dalam

Uno 2009: 137) hasil belajar adalah kapasitas terukur dari perubahan individu

yang diinginkan berdasarkan ciri-ciri atau variabel bawaannya melalui perlakuan

pembelajaran tertentu. Dalam pembelajaran matematika, hasil belajar yang diukur

mengacu dari berbagai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan dalam bentuk

indikator pencapaian. Terkait dengan hal hasil belajar dan kemampuan pemecahan

masalah matematis Sugiman dkk. (2009: 183-184) mengatakan ada beberapa

masalah yang dihadapi saat ini yaitu (1) muncul persepsi yang keliru tentang

pemecahan masalah, (2) lemahnya kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Ukurannya adalah tes PISA (Programme for International Student

Assesment). Hasil studi PISA 2006, Indonesia berada di peringkat ke-50 dari 57

negara peserta dengan skor rata-rata 391, sedangkan skor rata-rata internasional

500 (Kemendikbud, 2011). Hasil studi PISA 2009, Indonesia berada di peringkat

(20)

4

internasional 500 (OECD, 2010). Hasil studi PISA 2012, Indonesia berada di

peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan skor rata-rata 375, sedangkan skor

rata-rata internasional 500 (OECD, 2013) (http://litbang.kemdikbud.go.id).

Fakta dilapangan yang diungkap oleh Sappaile dari hasil penelitian yang

dilakukannya di SMA Negeri 13 Makassar tahun ajaran 2004/2005 mengatakan

bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih rendah yaitu sebesar 58%

(Jurnal Penelitian Pendidikan Unimed, nomor 13, 2006: 67). Berdasarkan hasil

penelitian tersebut penulis berkeyakinan bahwa kemampuan pemecahan masalah

matematika pada siswa sangat perlu ditingkatkan dengan menggunakan strategi

pembelajaran yang sesuai.

Dari fakta-fakta tersebut memaksa kita untuk mengevaluasi sistem

pembelajaran matematika disekolah-sekolah yang secara tidak langsung maupun

secara langsung sangat berpengaruh terhadap permasalahan tersebut. Dari

beberapa hasil pengamatan yang dilakukan oleh beberapa ahli pendidikan di

indonesia menyimpulkan bahwa faktor penyebab rendahnya hasil belajar

matematika siswa adalah faktor ekstern (yang berasal dari luar diri siswa) dan

faktor intern (yang berasal dari dalam diri siswa). Dilihat dari segi faktor ekstern

yaitu diduga kemampuan guru kurang dapat memilih metode yang cocok didalam

penyampaian pelajaran matematika yang menyebabkan proses belajar mengajar

berlangsung kurang efektif sedangkan faktor intern yaitu kurangnya pemahaman

siswa terhadap materi yang diajarkan serta perhatian dan minat yang timbul dari

diri anak tersebut. Seperti yang diungkapkan oleh Suherman (

(21)

“Konon dalam pelaksanaan pembelajaran matematika sekarang ini pada umumnya guru masih menggunakan metode konvensional yaitu guru masih mendominasi kelas, siswa pasif (datang, duduk, nonton, berlatih dan lupa). Guru memberitahukan konsep, siswa menerima bahan jadi. Demikian juga dalam latihan, dari tahun ke tahun soal yang diberikan adalah soal-soal yang itu-itu juga dan tidak bervariasi. Untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, kebanyakan siswa tidak siap terlebih dahulu dengan membaca bahan yang akan dipelajari, siswa datang tanpa bekal pengetahuan seperti membawa wadah kosong”.

Hal tersebut diperkuat oleh Sanjaya (2011: 5) yang mengatakan bahwa

salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah lemahnya proses

pembelajaran. Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk

mengembangkan kemampuan berpikir. Proses pembelajaran dikelas masih

diarahkan pada kemampuan anak untuk menghafal informasi, otak anak dipaksa

untuk memahami informasi yang diingatnya untuk menghubungkannya dengan

kehidupan sehari- hari.

Pembelajaran seperti ini adalah pembelajaran yang hanya berpusat pada

guru. Siswa hanya mendengar, memperhatikan, dan menghafal bagiamana guru

menyelesaikan soal-soal. Siswa tidak diberikan kesempatan untuk memberikan

pendapat sendiri bagaimana cara menyelesaikan soal-soal tersebut. Seyogianya,

dalam pembelajaran khususnya dalam pembelajaran matematika siswa yang

seharusnya berperan aktif sebagai seorang pebelajar. Inti dari proses

pembelajaran adalah membelajarkan pebelajar, Hamid (2007: 2-3) menyatakan

bahwa:

(22)

6

kegiatan pembelajaran diharapkan ia mampu menciptakan iklim belajar yang kondusif dan mampu membawa pebelajar ke dalam kegiatan belajar mengajar yang aktif-kreatif”.

Berdasarkan beberapa uraian di atas, maka penulis menyimpulkan bahwa

perlu diadakannya suatu gebrakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika,

pola berfikir siswa dan khususnya kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa di Indonesia agar siswa kita dapat bersaing dengan siswa-siswi dari negara

lain dan yang terpenting lagi bahwa kemampuan tersebut harus ditanamkan dalam

diri setiap siswa untuk menjadi bekal hidupnya kelak. Oleh karena itu, perubahan

paradigma mengajarkan matematika di setiap kelas di setiap tingkatan sekolah

harus selalu di suarakan. Perubahan tersebut secara sederhana dimulai dari

sebaiknya guru mengurangi dominasinya di kelas dengan menerapkan

pembelajaran matematika yang dapat melatih siswa untuk menemukan dan

membangun sendiri pengetahuannya. Dengan memberi kesempatan yang lebih

luas pada siswa untuk berinteraksi dengan teman belajarnya, maka dengan

sendirinya akan melatih siswa meningkatkan kemampuan pemahaman,

komunikasi, koneksi, penalaran, dan pemecahan masalah.

Oleh karena itu salah satu ketrampilan yang harus dimiliki siswa setelah

mengalami pembelajaran matematika yang erat kaitannya dengan karakteristik

matematika itu sendiri adalah kemampuan siswa untuk memecahan masalah

(Problem Solving). Hal ini dikarenakan jika seorang siswa berusaha memecahkan

masalah matematis didalam maupun diluar pembelajaran matematika, pada saat

yang bersamaan dia pun akan mengambil keputusan, berpikir kritis, berpikir

(23)

Gagne (dalam Uno, 2009: 135) yang menyatakan bahwa semua jenis ketrampilan

matematika tidak terpisah satu sama lain, tetapi saling terintegrasi. Sehubungan

dengan itu, pemecahan masalah merupakan latihan bagi siswa untuk berhadapan

dengan masalah dalam situasi yang tidak rutin dan kemudian siswa tersebut

diharuskan untuk menyelesaikannya.

Kemudian, menurut Hudojo (2005) yang menyatakan bahwa pemecahan

masalah merupakan salah satu bagian dari standar kompetensi atau kemahiran

matematika yang diharapkan setelah pembelajaran siswa dituntut dapat

menunjukkan kemampuan strategi untuk membuat atau merumuskan,

menafsirkan dan menyelesaikan model matematika dalam pemecahan masalah.

Sehingga dari berberapa penjelasan diatas bisa kita simpulkan bahwa pemecahan

masalah merupakan salah satu kemampuan yang penting yang harus dimiliki oleh

setiap siswa setelah pembelajaran matematika. Dengan kata lain bahwa

kemampuan pemecahan masalah adalah satu dari sekian tujuan dari proses dari

proses pembelajaran matematika disekolah.

Hal yang sama dikemukakan NCTM (1991: 209) problem solving should

be the central focus of the mathematics curriculum. As such, it is a primary goal

of all mathematics instruction and an integral part of all mathematics activity,

kemudian Suryadi, dkk (dalam Tim MKPBM, 2001: 83) pada surveinya tentang

Current Situation on Mathematics and Science Education in Bandung yang

disponsori oleh JICA juga menyatakan hal senada yaitu:

(24)

8

Peneliti melakukan riset dan observasi awal kepada siswa Kelas XI IPA 1

dan XI IPA 2 dengan memberikan soal-soal yang berkaitan dengan materi Dimesi

tiga tentang jarak dalam ruang. Jumlah siswa di kedua kelas sebanyak 80 siswa,

namun diambil 10 siswa sebagai sampel penelitian. Pengambilan sampel

dilakukan secara random sampling, yakni 5 siswa dari XI IPA 1 dan 5 siswa dari

XI IPA 2.

Permasalahan yang disajikan oleh peneliti, yakni:

1. Panjang rusuk kubus ABCD.EFGH sama dengan 2 cm. Hitunglah jarak titik A ke bidang BDE!

Sumber: Matematika kelas X, Sartono, Erlangga

Solusi permasalahan yang dijawab oleh siswa (peneliti hanya

memaparkan hasil seorang siswa sebagai contoh)

Gambar 1.1 Pola Jawaban Siswa dalam Memecahkan Masalah Terlihat bahwa keterbatasan

siswa dalam membuat sketsa yang sesuai dengan soal dan menjadi awal dari kekeliruan siswa selanjutnya

Terlihat bahwa siswa salah dalam merencanakan penyelesaian soal yang dikarenakan oleh siswa yang tidak jeli dalam membuat dan mengamati ilustrasi yang benar.

(25)

Dari salah satu contoh solusi permasalahan di atas, tampak terlihat bahwa

siswa tidak dapat memecahkan masalah dengan baik. Pertama, siswa memliki

keterbatasan dalam mengilustrasikan gambar yang dimaksud dalam soal. Dari

indikator pemecahan masalah yang pertama, siswa sudah mampu menuliskan apa

yang diketahui dengan benar. Untuk indikator pemecahan masalah kedua, siswa

belum mampu mencari unsur lain yang bisa digunakan dalam pemecahan masalah

dalam soal tersebut. Hal ini terlihat dari siswa salah dalam menyimpulkan bahwa

jarak titik A ke bidang BDE adalah setengah dari diagonal sisi alas dari kubus

tersebut. Dan untuk indikator pemecahan masalah ketiga, siswa belum mampu

menyelesaikan masalah dengan tepat. Hal ini disebabkan oleh kesalahan siswa

dalam indikator pemecahan masalah sebelumnya. Hal tersebut menjadi suatu

kesulitan untuk menyelesaikan proses pemecahan masalah dengan tepat. Pada

solusi permasalahan diatas, secara garis besar, siswa masih belum mampu

memenuhi ketiga indikator kemampuan pemecahan masalah. Hal sama kurang

lebih ditampilkan oleh hasil kerja dari 10 orang siswa yang menjadi sampel dari

pengamatan ini. Maka kesimpulan yang adalah, kemampuan pemecahan masalah

siswa masih rendah.

Dari contoh solusi masalah di atas yang telah dikerjakan oleh siswa, dapat

disimpulkan secara keseluruhan bahwa siswa masih mengalami kesulitan dalam

memecahkan masalah yang disajikan. Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa,

kemampuan pemecahan masalah yang dimiliki oleh siswa tersebut masih rendah.

Hal tersebut merupakan suatu fakta yang membuktikan bahwa kemampuan

(26)

10

pula oleh kenyataan bahwa, kemampuan pemecahan masalah matematika siswa

masih rendah disebabkan oleh siswa tidak bisa secara benar untuk

menggambarkan ilustrasi yang diharapkan oleh soal-soal dalam materi geometri

yang menyebabkan siswa tidak bisa mengamati sketsa tersebut dengan benar.

Selain sebab tersebut, dapat pula disimpulkan bahwa, siswa kurang memahami

konsep matematis dari jarak dalam ruang yang sudah pernah mereka pelajari

dikelas X. Kemampuan pemecahan masalah siswa tampak masih jauh dari

harapan dalam pembelajaran matematika. Selain dikarenakan ketidakmampuan

siswa dalam mengaplikasikan konsep matematis dalam permasalahan sehari-hari,

penyebab lainnya (baca: kemampuan pemecahan masalah) adalah kurangnya

maksimalnya guru dalam memberikan soal-soal yang berbasis masalah yang dapat

mengembangkan kemampuan pemecahan masalah.

Dari berbagai uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemecahan masalah

perlu ditingkatkan di dalam pembelajaran matematika. Soejadi (1991)

menyatakan bahwa dalam matematika kemampuan pemecahan masalah bagi

seseorang siswa akan membantu keberhasilan siswa tersebut dalam kehidupan

sehari-hari. Sagala (2009) juga menyatakan bahwa menerapkan pemecahan

masalah dalam proses pembelajaran penting, karena selain para siswa mencoba

menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah, mereka juga termotivasi untuk

bekerja keras. Diperkuat oleh Hudojo (1988) yang menyatakan bahwa pemecahan

masalah merupakan suatu hal yang sangat essensial didalam pengajaran

matematika, disebabkan (1) siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang

(27)

intelektual akan timbul dari dalam, (3) potensi intelektual siswa meningkat. Akan

tetapi fakta dilapangan menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah

siswa masih rendah. Hal ini didasarkan pada hasil penelitian menurut Wardani

(2002) bahwa secara klasikal kemampuan pemecahan masalah matematika belum

mencapai taraf ketuntasan belajar.

Selain kemampuan pemecahan masalah, ada hal lain yang perlu dimiliki

siswa yaitu sikap positif siswa terhadap matematika. Karena sikap siswa juga

merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan seseorang

dalam belajar matematika. Menurut LaPierre (dalam Azwar: 2007: 5), sikap

didefenisikan sebagai suatu pola perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif,

predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam situasi sosial, atau secara sederhana,

sikap adalah respon terhadap stimulus sosial yang telah terkondisikan. Sikap

merujuk kepada status mental seseorang yang dapat bersifat positif dan negatif.

Menurut Ruseffendi (1991: 234) siswa mengikuti pelajaran dengan

sungguh-sungguh, menyelesaikan tugas dengan baik, berpartisifasi aktif dalam diskusi,

mengerjakan tugas-tugas rumah dengan tuntas dan selesai pada waktunya, dan

merespon dengan baik tantangan dari bidang studi menunjukkan bahwa siswa itu

berjiwa atau bersikap positif. Lebih jauh lagi Ruseffendi (1991) menyatakan

bahwa sikap positif terhadap matematika berkorelasi positif dengan prestasi

belajarnya.

Jika seseorang tidak memandang matematika sebagai subjek yang penting

untuk dipelajarai serta manfaatnya untuk berbagai hal, sulit baginya untuk

(28)

12

itu, menyadari pentingnya sikap positif siswa terhadap matematika maka guru

memiliki peranan penting untuk dapat menumbuhkan sikap tersebut dalam diri

siswa, salah satunya adalah melalui model pembelajaran yang dikembangkan

didalam kelas.

Menurut pengamatan Ruseffendi (dalam Saragih: 2007: 7) anak-anak yang

menyenangi matematika hanya pada permulaan mereka berkenalan dengan

matematika yang sederhana, makin tinggi tingkatan sekolahnya dan makin sukar

matematika yang dipelajarinya akan semakin berkurang minatnya. Dari uraian itu

menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif siswa

terhadap matematika merupakan faktor yang sangat penting bagi perkembangan

kognitif anak dan dapat mempengaruhi hasil belajar matematika siswa itu sendiri.

Selanjutnya dari sekian banyak model pembelajaran, model Pembelajaran

Berbasis Masalah (PBM) merupakan model yang efektif untuk pembelajaran

proses berpikir tingkat tinggi (Suprihatiningrum, 2012: 216). Mempunyai

kemampuan berfikir tingkat tinggi artinya siswa sudah memiliki kecakapan

berfikir yang cukup untuk memecahkan masalah-masalah matematis yang ada di

dalam pembelajaran matematika maupun di dalam kehidupannya sehari hari.

Ditambah dengan penggunaan media pembelajaran matematika tersebut yang

menarik diramalkan akan semakin menarik minat siswa dalam pembelajaran

matematika dan memudahkan guru untuk mengarahkan siswa untuk mencapai

indikator kemampuan yang diharapkan oleh guru itu sendiri.

Pada model pembelajaran berbasis masalah (PBM) ini, siswa dihadapkan

(29)

matematika, melibatkan siswa melakukan proses doing math secara aktif,

mengemukakan kembali ide matematika dalam membentuk pemahaman baru.

Oleh karena itu, kecenderungan untuk meningkatnya kemampuan pemecahan

masalah matematis menjadi lebih terbuka. Hal senada diutarakan oleh Arends

(2008) bahwa salah satu model pembelajaran konstruktivis yang mengaktifkan

siswa dalam berkolaborasi untuk memecahkan masalah adalah model

pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah ini menurut

Arends (2008) memiliki esensi yaitu menyajikan berbagai kondisi pemasalahan

yang real, yang nantinya akan dipecahkan oleh siswa melalui berbagai

penyelidikan dan investigasi.

Untuk menunjang pembelajaran yang mengaktifkan siswa dan

membiasakan siswa menghadapi dan mengatasi masalah-masalah matematis

ditambah untuk menimbulkan motivasi belajar siswa yang berdampak pada sikap

positif siswa terhadap matematika adalah dengan memanfaatkan media

pembelajaran berupa alat peraga dalam pembelajaran matematika disekolah.

Karena menurut Suprihatiningrum (2013: 317)

“Tidak semua yang dipelajari siswa adalah hal-hal yang konkret. Banyak pula konsep-konsep abstrak yang menuntut pemahaman siswa dalam mempelajarinya. Untuk mempermudah siswa dalam mempelajari hal-hal abstrak dapat digunakan media.”

Media belajar matematika terbagi atas dua jenis menurut sifatnya, yaitu

visual dan virtual, kemudian bahan dan alat yang dikenal dengan software dan

hardware itulah yang secara sempit dinamakan media pembelajaran

(30)

14

diduga dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, siswa dapat belajar secara

individual maupun berkelompok dengan bantuan komputer. Hal ini sesuai dengan

yang diinginkan oleh UU RI No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen pasal 20

butir b, bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru dan dosen

berkewajiban untuk meningkatkan dan mengambangkan kualifikasi akademik dan

kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,

teknologi dan seni (Depdiknas, 2006c). Oleh karena itu guru yang profesional

adalah guru yang mampu meramu, merancang, dan menemukan media

pembelajaran yang dapat memudahkan dan memotivasi siswanya dalam proses

belajar. Misalnya, dengan adanya penggunaan gambar-gambar yang bergerak

(animasi) dalam mendeskrispsikan konsep matematika, disamping akan

mengkonkritkan materi matematika yang bersifat abstrak juga menambah daya

penguatan (inforcement) serta dapat membangkitkan minat baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan belajar (Hamalik, 2001).

Salah satu media yang dapat digunakan dalam pembelajaran matematika

adalah media berbasis computer dengan software yang digunakan adalah Cabri

3D, karena software ini dapat mempersembahkan pembelajaran yang dinamik,

berorientasi pada eksperimental, observasi, eksplorasi, yang konjuktur dan

karakteristik dari software ini sangat mempunyai peranan yang penting dalam

membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan

pemahaman konsep siswa akan materi geometri khususnya pada ruang dimensi 3.

Agar tujuan ini tercapai maka sangat baik apabila diterapkan pendekatan

(31)

Software Cabri 3D adalah salah satu software atau perangkat lunak yang

sangat membantu siswa dalam proses belajar. Pemanfaatan Software Cabri 3D

dalam pembelajaran dikelas merupakan suatu inovasi baru dalam pembelajaran

matematika, karena yang selama ini kita ketahui bahwa dalam pembelajaran lebih

didominasi oleh guru, akan tetapi dengan mengguanakan Software Cabri 3D

siswa dapat mengemabangkan cara belajarnya dengan lebih baik.

Penggunanan Software Cabri 3D selain dapat mengakomodasi siswa yang

lamban juga dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran,

memudahkan siswa untuk menyerap apa yang disampaikan oleh guru, sehingga

terjadi simulasi karena tersedianya animasi geometri, warna dan musik yang dapat

manambah realisme. Pernyataan ini diperkuat oleh Hamalik (1994) yang

menyatakan bahwa penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar

mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan

motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh

psikologi terhadap siswa. Selain membangkitkan motivasi dan minat belajar

siswa, media pembelajaran juga dapat meningkatkan kemampuan pemcahan

masalah matematis siswa.

Berdasarkan permasalahan diatas, peneliti mencoba mengkolaborasikan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah dengan berbantuan media komputer

(Software Cabri 3D), yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan

pemecahan masalah siswa dan menimbulkan sikap positif siswa terhadap

matematika. Software Cabri 3D dalam kolaborasi ini, diharapkan bisa

(32)

16

sehingga pembelajaran yang dialami siswa lebih menyenangkan dan tidak

membosankan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka dapat diuraikan beberapa hal yang

perlu diungkap secara mendalam terkait dengan pembelajaran matematika

berdasarkan pendekatan pembelajaran berbasis maslah yaitu: (1) apakah

pembelajaran berbasis masalah berbantuan media Software Cabri 3D dapat

meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif dalam

matematika siswa pada jenjang sekolah menengah atas?, (2) bagaimana kinerja

dan pola keragaman jawaban yang dibuat siswa dalam menyelesaikan masalah

kontekstual?, dan (3) bagaimana pengaruh kemampuan matematika siswa

terhadap kemampuan pemecahan masalah dan sikap positif dalam matematika?.

Oleh karena itu penelitian ini berjudul, “Perbedaan Kemampuan Pemecahan

Masalah Matematis dan Sikap Positif Siswa SMA antara yang diberi Pendekatan

PBM Berbantuan CABRI 3D Dengan Pembelajaran Langsung”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, dapat

diidentifikasikan bahwa masalah-masalah yang menyebabkan kurang berhasilnya

siswa dalam pembelajaran matematika sekolah, antara lain:

1. Kemampuan pemecahkan masalah matematis masih siswa rendah.

2. Sikap positif siswa terhadap matematika tergolong rendah.

3. Pemanfaatan software Cabri 3D sebagai media pembelajaran matematika

(33)

4. Pembelajaran matematika masih terbiasa dengan metode ceramah dan

hafalan.

5. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah masih jarang diterapkan

disekolah.

6. Dalam melaksanakan pembelajaran, guru kurang mampu mengaktifkan siswa,

sehingga pembelajaran kurang menyenangkan.

7. Guru masih mendominasi pembelajaran di dalam kelas (teacher center).

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah diatas, masalah

penelitian dibatasi pada:

1. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa dengan menerapkan

pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan Cabri 3D di kelas X

SMA.

2. Sikap positif siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah berbantuan Cabri 3D di kelas X SMA.

3. Proses jawaban siswa dengan menerapkan pendekatan pembelajaran berbasis

masalah.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, yang menjadi rumusan masalah

(34)

18

1. Apakah perbedaan peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa yang diajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah

berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran langsung?

2. Apakah perbedaan peningkatan sikap positif terhadap matematika dari siswa

yang diajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan

Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang diajar dengan pembelajaran

langsung?

3. Apakah proses jawaban siswa yang diajar melalui pendekatan pembelajaran

berbasis masalah berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang diajar

dengan pembelajaran langsung?

1.5. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah peningkatan kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa yang diajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis

masalah berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang diajar dengan

pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui apakah peningkatan sikap positif terhadap matematika dari

siswa yang diajar melalui pendekatan pembelajaran berbasis masalah

berbantuan Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang dengan pembelajaran

(35)

3. Untuk mengetahui apakah proses jawaban siswa yang mendapat

pembelajaran dengan pendekatan pembelajaran berbasis masalah berbantuan

Cabri 3D lebih baik daripada siswa yang mendapat pembelajaran langsung.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :

1. Bagi siswa

Masukan bagi siswa dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

matematis dan sikap positif siswa terhadap matematika.

2. Bagi guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru matematika dalam memilih

pendekatan pembelajaran yang dapat mengoptimalkan kegiatan belajar

mengajar di sekolah.

3. Bagi sekolah

Memberikan informasi kepada pihak sekolah tentang pentingnya pendekatan

pembelajaran baru dalam pembelajaran matematika.

4. Bagi peneiti lain

Sebagai bahan masukan awal bagi peneliti lain dalam melakukan kajian

(36)

178

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Larning. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Arends, Richard I. 2008. Learning to Teach:Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Putaka Belajar.

Arikunto, S. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2006. Standar Isi Kurikulum Berbasis Kompetensi (KTSP) Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BSNP.

Depdiknas. 2007. Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Sekolah Menengah Atas. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika. Jakarta. Pusat kurikulum. Balitbang Depdiknas.

Fleischman, H. L., Paul J. Hopstock, Marisa P. Pelczar. 2010. Highlights from PISA 2009. U. S : Institute of Education Science. (Online) http://nces.ed. gov/pubs2011/2011004.pdf [20 Januari 2014].

Hamalik, O. 2014. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Bandung: Bumi Aksara.

Hamzah, H. M. Ali, Muhlisrarini. 2014. Perencanaan Dan Strategi Pembelajaran Matematika. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Haryani, D. 2011. Pembelajaran Matematika Dengan Pemecahan Masalah Untuk Menumbuhkembangkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Penelitian, Pendidikan, dan Penerapan MIPA, UNY,14 Mei 2011 (Online) http://eprints.uny.ac.id/718/1/PM16%20Desti %20 Haryani.pdf [10 Oktober 2013].

Hudojo, H. 2005. Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika. Malang: UM Press.

Kadir. 2015. Statistikas Terapan: Contoh dan Analisis Data dengan Program SPSS/Lisrel dalam Penelitian. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

(37)

Kusnendi. 2008. Model-Model Persamaan Struktural Satu dan Multigroup Sampel dengan Lisrel. Bandung: Alfabeta.

Martinus, Surawan. 2008. Sukses Menyelesaikan TOEFL Structure. Yogyakarta: IndonesiaTera.

NTCM. 2000. Principles and Standarts for mathematics. Reaston. VA: NTCM.

Netter, J. 1974. Applied Linier Statistical Model. Illions: Richard D. Erwin, INC.

Ruseffendi, E. T. 1991. Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya Dalam Pengajaran Matematika Untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.

Sadiman, Arif S, dkk. 2008. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatnya. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Sagala, H. S. 2009. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sani, R. Abdullah. 2013. Inovasi Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara.

Sanjaya, W. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Edisi 1, cetakan ke-6. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.

Saragih, S. 2007. Mengembangkan Kemampuan Berpikir Logis dan Komunikasi Matematika Siswa Sekolah Menengah Pertama Melalui Pendekatan Matematika Realistik. Disertasi tidak dipublikasikan. Bandung: Program Pascasarjana UPI Bandung.

Sinaga, B. 1999. Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Kelas I SMU dengan Bahan Kajian Fungsi Kuadrat. Tesis. Surabaya: PPs IKIP (tidak dipublikasi).

Sudjana. 2001. Metoda Statistika. Bandung: Penerbit Tarsito.

Sudjono, Anas. 2010. Pengantar Statistika Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers.

Suprihatiningrum, Jamil. 2012. Strategi Pembelajaran: Teori dan Aplikasi. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.

Sutikno, M. Sobry. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Holistica.

(38)

180

Tan, O. S. 2003. Problem-based Learning Innovation. Singapore: Thomson.

TIMSS (Trens in Mathematics Sciens Study). 2009. Tersedia online http://nces.cd.gov/timms/result07.asp.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Grup.

Wardhani, S. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs

Untuk Optimalisasi Pencapaian Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK

Matematika.

Gambar

Gambar 1.1  Pola Jawaban Siswa dalam Memecahkan Masalah

Referensi

Dokumen terkait

to control the unconscious mind of his wife with inception process of dreams, but it is failed, His wife died and it makes a mental traumatic for Cobb. The last

Data dalam penelitian ini adalah sebuah campur kode dan gaya bahasa sarkasme pada pementasan ludruk Kirun yang berjudul Campursari Gobyok.. Sumber data dalam penelitian

Sehingga mahasiswa pada akhirnya dapat memahami prosedur penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material pada tingkat laporan keuangan dan

Disarankan bagi pimpinan rumah sakit untuk mengoptimalkan memberikan motivasi kerja perawat seperti memberikan penghargaan, mendengarkan keluhan perawat

L’utilisation De La Technique Asosiasi Dans L’apprentissage De La Production Écrite Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu..

Deskripsi hasil pembelajaran kooperatif tipe talking stick .... Deskripsi Hasil Menejemen

Tujuan penelitian berisi uraian tentang tujuan penelitian secara spesifik yang ingin dicapai dari penelitian yang hendak dicapai (Mahsun, 2005: 41). Tujuan

Proposal for immediate actions Marsa Maroc - Improvement of operating performance.. - Road map to reduce the container