PERSEPSI MASYARAKAT KECAMATAN RAYA
TERHADAP PERPINDAHAN IBUKOTA KABUPATEN
SIMALUNGUN DARI PEMATANG SIANTAR
KE PEMATANG RAYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidkan
Oleh:
Rades Lasta Simbolon
Nim : 3103321044
PENDIDIKAN SEJARAH
FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
ABSTRAK
Rades Lasta Simbolon, NIM 3103321044. “ Persepsi Masyarakat Kecamatan Raya Terhadap Perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun Dari Pematang Siantar Ke Pematang Raya”. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Medan. Medan 2014.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Bapa, Tuhan yang maha
kasih, Tuhan Yang Maha Esa, yang telah memberikan rahmat dan karunia- Nya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Persepsi
Masyarakat Kecamatan Raya Terhadap Perpindahan Ibukota Kabupaten
Simalungun Dari Pematang Siantar Ke Pematang Raya”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu tugas dan persyaratan yang
harus diselesaikan untuk mendapatkan gelar Sarjana di Universitas Negeri Medan.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari masih banyak kekurangan, baik
dari segi bahasa, penulisan dan bentuk penyajian, mengingat keterbatasan
pengetahuan dan kemampuan dari penulis sendiri. Oleh karena itu, untuk
kesempurnaan skripsi ini, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun dari berbagai pihak.
Dalam penulisan skripsi ini, tidak terlepas dari bantuan dan bimbingan
dari berbagai pihak secara moral, spiritual maupun material sehingga skripsi ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Secara khusus, penulis menyampaikan
ucapan terimakasih kepada keluarga, yang sangat penulis cintai dan sayangi.
Ayahanda tercinta L. Simbolon, Ibunda tercinta R. Br Manurung (Alm) dan kedua
adik saya tercinta Giofan Aldhi Mahendra Simbolon dan Brian Roy Simbolon
yang selalu memberikan doa dan dukungan kepada penulis. Semoga Allah Bapa
selalu memancarkan cahaya cinta kasih-Nya kepada keluarga kita. Kepada kedua
orang tua. Tidak lupa, kepada namboru tersayang H. Br Simbolon dan Oppung
saya yang selama ini telah banyak membantu. Kiranya Tuhanlah yang membalas
kebaikan namboru dan oppung. Juga kepada seluruh keluarga yang tidak mungkin
penulis sebutkan satu per satu.
Dalam kesempatan ini penulis juga mengucapakan terimakasih kepada:
Bapak Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si selaku rektor Universitas
Negeri Medan (UNIMED)
Bapak Dr. Restu, MS selaku Dekan Fakultas, serta Pembantu Dekan I
ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd, serta semua staf di Fakultas Ilmu
Sosial. Terimakasih untuk kemudahan yang telah diberikan selama
proses penyusunan berkas.
Ibu Dra. Lukitaningsih, M.Hum, selaku ketua Jurusan Pendidikan
Sejarah, serta Dosen Penguji skripsi. Terimakasih atas kemudahan dan
bimbingan, serta ilmu yang ibu berikan kepada saya mulai dari awal
hingga penyelesaian skripsi ini.
Ibu Dra. Hafnita S.D Lubis, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan
Sejarah dan Dosen Penguji. Terimakasih atas berbagai kemudahan
yang ibu berikan kepada saya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.
Ibu Dra. Flores Tanjung, MA, selaku Dosen Pembimbing Skripsi
Terimakasih atas kesabaran ibu yang telah membimbing saya dalam
ibu berikan, semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan kesehatan
dan kebahagiaan untuk ibu.
Bapak Drs. Ponirin, M.Si, selaku Dosen Pembimbing Akademik dan
Dosen Penguji. Terimakasih untuk segala bimbingan yang bapak
berikan dalam proses perkuliahan dan penyempurnaan skripsi ini.
Kiranya Tuahanlah yang membalas kebaikan bapak.
Seluruh Bapak/Ibu dosen dilingkungan program studi Pendidikan
Sejarah. Terimakasih atas ilmu, bimbingan, serta arahan yang
diberikan selama penulis mengenyam pendidikan.
Kepada BAPPEDA Kabupaten Simalungun, saya ucapkan terima kasih
atas segala bantuannya.
Kepada Badan Kesatuan Bangsa Dan Politik Kabupaten Simalungun,
saya ucapkan terimakasi atas segala bantuannya.
Kepada Kantor Perpustakaan, Arsip Dan Dokumentasi Kabupaten
Simalungun, terimakasih atas segala bantuan yang diberikan.
Kepada BPS Kabupaten Simalungun, atas segala bantuan, saya
ucapkan terimakasih.
Kepada bapak Djapiden Purba Bwe yang bekerja di DPP Presidium
PMS (Partuha Maujana Simalungun) dan staf. Terimakasih atas
informasi dan bantuan yang diberikan.
Kepada kedua adik saya Susi Silaban dan Juliani Harahap.
Kepada teman-teman kelas “EKSTENSI SEJARAH 2010” atau
“ESJA”: Nila Sartika Tanjung, Nelita Nababan, Devi Mariana
Siahaan, Deli Novia Manurung, Hartini, Hasnaini Rosanda, Rita
Haryani Harahap, Azlisa Helmi Nasution, Evi Berutu, Aryani Lubis,
Asima Mariance Tambunan, Fahrunnisya, Maria Debara Manalu,
Valentina Debora Sembiring, Nurul Amalia, Adam Zaki, Mawardi,
Sherli Vani Sibuea, Yosi Mardiana Siahaan, Putri Hasanah, Deva
Manurung, Saulina Naibaho, Novia Maslina, Novi Wulansari, Risky
Niara, Emmy Alvionita Manik, Astuty Mendriani, Ester Aritonang.
Terimakasih untuk persahabatan yang indah, kelas yang luar biasa
kompak dan untuk semua pengalaman menyenangkan maupun sedih
yang kita lalui bersama.
Kepada “ESJA BOYS”, sahabat- sahabat laki-laki di kelas yang luar
biasa: Sahatma Arefa Wardi Sinaga, Marihot Sianturi, Berkat Gea,
Treboy Nababan, Reinhard Situmeang, Candra Terampil Hutabarat,
Jonatan Parhusip, Jenri Limbong, Ahrasani Purba dan Januari Purba.
Terimakasih buat persahabatan yang kita, untuk semua canda-tawa,
pengalaman, petualangan yang kita lakukan bersama. Semoga kelak
kita menjadi orang yang sukses dan bernilai bagi masyarakat disekitar
kita. Dan tidak lupa, Semoga kelak memiliki keluarga yang
berbahagia. Amin
Kepada Sahabat-Sahabat PANSER Fc : Abangda Daniard Lumban
Josray Sibagariang (3), Risky Parhusip (8), Tono Manihuruk (10),
Reinhard Situmeang (6) Berkat Panggabean (5), Boy Andri Hutahaian
(99) Jenri Limbong (20), Yosep Roberto Tampubolon (21), Berkat Gea
(9), Frianko Pakpahan (1), Rio Fredy Sirait (23) Treboy Nababan (13),
Radius Silaban (17), Morris Siahaan (12), Cosmos Sinaga (14) dan
PANSERNISTI semua. Terimakasih buat persahabatan kita selama
ini, untuk setiap pertandingan, canda-tawa, pengalaman dan
petualangan yang kita lalui bersama. Semoga kelak menjadi orang
yang sukses dan bernilai bagi masyarakat. Salam dari Ilcapitano
Pansero Numeru Uno Rades Lasta Simbolon (4) horasssss
Kepada sahabat- sahabat Kos Sukaria No. 138: Rio Harmoko
Simbolon, Dani Simbolon, Ida Simbolon, Santi dan Viktor Panjaitan.
Terimakasi atas persahabatannya baik suka maupun duka.
Kepada Sahabat “SAPLAK”: Josray Sibagariang, Tono Manihuruk,
Treboy Nababan, Radius Silaban, Jenri Limbong dan Reinhard
Situmeang. Terimakasih persahabatannya mencari sesuap nasi bagi
yang punya nyali dalam segala hal.
Kepada sahabat- sahabat “PPLT UNIMED 2013 SMANTAJA”:
Hermanto Sinaga, Frisna Siburian, Fitri Siahaan, Hesri Waruwu,
Iskandar Muda Hasibuan, afsya, Widia Purba, Titin Samosir, Liliana
Sitanggang, Maya Sagala, Margaretha Pasaribu, Musepini Panjaitan,
Yose Sinambela, Yanti Arasi Sidabutar, Hetri Eva Pasaribu, Clara
Rumahorbo. Terimakasi atas persahabatannya, pengalamanya dan
canda-tawa dalam suka maupun duka. Semoga kita semua menjadi
orang yang sukses kedepannya.amin
Kepada siswa-siswi/adik- adik saya di SMA N 1 Tanah Jawa.
”SMANTAJA”. Semoga menjadi orang-orang yang sukses.
Kepada berbagai pihak yang telah membantu saya dalam
menyelesaikan skripsi ini. Saya ucapkan terimakasih.
SALAM JASMERAH!
Penulis, Juli 2014
DAFTAR ISI
ABSTRAK ...i
KATA PENGANTAR ...ii
DAFTAR ISI ...viii
DAFTAR TABEL ...xi
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN ...1
A. Latar Belakang Masal ...1
B. Identifikasi Masalah ...4
C. Pembatasan Masalah ...5
D. Rumusan Masalah ...5
E. Tujuan penelitian ...6
F. Manfaat Penelitian ...6
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...7
A. Kerangka Konseptual...7
1. Desentralisasi ...7
2. Otonomi Daerah ...9
3. Perkembangan Kota ...12
4. Persepsi Masyarakat ...16
B. Kerangka Berfikir ...18
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ...20
A. Metode Penelitian ...20
B. Sumber Data ...20
C. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data ...21
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...24
A. Keberadaan Daerah Kecamatan Raya Sebelum Menjadi Ibukota Kabupaten Simalungun ...24
1. Sejarah Simalungun ...24
2. Sejarah Perkembangan Pemerintahan Kabupaten Simalungun...25
3. Falsafah Hidup Simalungun ...28
4. Lambang Daerah ...30
5. Letak Geografis ...32
6. Wilayah Administrasi Kabupaten Simalungun Tahun 2013 ...36
7. Potensi Daerah ...38
8. Kecamatan Raya ...41
a. Kerajaan Raya ...41
b. Kecamatan Raya Sebelum Menjadi Ibukota Kabupaten Simalungun ...45
B. Latar Belakang Berpindahnya Ibukota Kabupaten Simalungun Ke Kecamatan Raya ...51
1. Peratuaran Pemerintah (PP) Nomor 70 Tahun 1999 ...51
C. Perkembangan Kecamatan Raya Setelah Menjadi Ibukota Kabupaten Simalungun ...56
1. Letak Geografis ...56
3. Pemerintahan ...58
4. Jumlah Penduduk ...60
5. Pertanian ...64
6. Infrastruktur ...67
a. Sarana Kesehatan ...67
b. Pendidikan ...71
c. Sarana Ibadah ...73
d. Sarana Transportasi ...74
e. Jaringan Listrik dan Air Minum ...75
D. Persepsi Masyarakat Kecamatan Raya Terhadap Perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun Ke Pematang Raya ...78
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...81
A. Kesimpulan ...81
B. Saran ...72
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel Uraian Hal
Tabel 1. Daftar Nama-Nama Bupati Simalungun...28
Tabel 2. Luas Daerah Menurut Kecamatan ...33
Tabel 3. Jarak Ibukota Kabupaten Ke Ibukota Kecamatan ...34
Tabel 4. Banyaknya Desa dan Kelurahan Di Setiap Kecamatan Di daerah Kabupaten Simalungun Tahun 1996 ...35
Tabel 5. Wilayah Administrasi Kabupaten Simalungun ...36
Tabel 6. Jumlah Penduduk Kecamatan Raya Tahun 1996 ...45
Tabel 7. Jumlah Sekolah Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...46
Tabel 8. Fasilitas Kesehatan Di Kecamatan Raya Tahun 1996...46
Tabel 9. Jumlah Tenaga Kesehatan Di Kecamatan Raya ...47
Tabel 10.Tanaman Pangan Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...47
Tabel 11.Tanaman Holtikultura Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...48
Tabel 12.Tanaman Perkebunan Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...48
Tabel 13. Jumlah Produksi Peternak Telur Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...49
Tabel 14. Jumlah Tempat Ibadah Di Kecamatan Raya Tahun 1996 ...49
Tabel 15. Panjang Dan Jenis Jalan Di Pematang Raya Tahun 1996 ...49
Tabel 16. Jenis Penggunaan Lahan Di Kecamatan Raya Tahun 2010 ...57
Tabel 17. Luas Wilayah Desa/ Kelurahan DI Kecamatan Raya...59
Tabel 19. Luas Wilayah, Penduduk Dan Kepadatan Penduduk
Menurut Nagori/Kelurahan ...61
Tabel 20. Banyaknya Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin ...63
Tabel 21. Komoditi Tanaman Pangan Yang Lahannya Terluas Di Desa ...64
Tabel 22. Komoditi Holtikultura Yang Lahannya Terluas Di Desa ...65
Tabel 23. Komuditi Perkebunan Yang Lahannya Terluas Di Desa ...66
Tabel 24. Tenaga Kesehatan Yang Tinggal/Menetap Di Desa/Kelurahan ...67
Tabel 25. Nama Dan Alamat Sarana Kesehatan...68
Tabel 26. Nama Dan Alamat Posyandu ...69
Tabel 27. Data Sarana Sekolah Dasar (SD ...71
Tabel 28. Data Sarana SLTP ...72
Tabel 29. Data Sarana SLTA ...73
Tabel 30. Jumlah Tempat Ibadah Di Kecamatan Raya Tahun 2011 ...73
Tabel 31. Proporsi Kondisi Dan Janis Jalan Tahun 2010 ...74
Tabel 32. Sarana Transportasi Antar Desa/Kelurahan ...74
Tabel 33. Keluarga Pengguna Listrik Tahun 2010 ...75
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sentralisasi merupakan Salah satu masalah yang dihadapi hampir seluruh
negara berkembang termasuk negara Indonesia. Sentralisasi adalah terpusatnya
kekuasaan pada pemerintah pusat. Sejak kelahirannya di Indonesia, sentralisasi
kurang memberikan kontribusi kepada dearah, padahal daerah-daerah tersebut
banyak memberi kontribusi ke pusat. Dan yang menjadi pertanyaannya,
bagaimana cara untuk menciptakan instansi pemerintahan yang mempunyai
kapasitas dan kapabilitas pemerintahan yang memadai. Untuk itu berbagai
kebijakan dan tindakan dilakukan agar pemerintahan yang diharapkan dapat
berjalan dengan lancar. Pemerintah seharusnya, mengatur relasi-relasi sosial dan
melakuka penetrasi terhadap masyarakat dan memanfaatkan sumber daya alam
(SDA) dan sumbera manusia (SDM) yang dimililki sesuai dengan aturan- aturan
tertentu untuk memajukan daerahnya.
Transformasi kebijakan menjadi suatu tindakan untuk membuat
perubahan dalam memperbaiki sistem pemerintahan. Sejak Indonesia merdeka,
wacana tentang desentralisasi semakin berkembang sejalan dengan dasar-dasar
hukum yang mendukungnya. Seperti yang kita ketahui, landasan utama politik
desentralisasi ini adalah pasal 18 UUD 1945. Atas dasar itu dirumuskanlah
sejumlah peraturan, sampai akhirnya lahir UU No.5 Tahun 1974 tentang
pokok-pokok Pemerintahan di Dearah berupaya mencari keseimbangan antara kebijakan
daerah. Tetapi karena wacana perdebatan tentang desentralisasi berlangsung di
alam politik yang tidak kompetitif, maka wacana tentang konsep desentralisasi
kembali redup.
Sejak awal tahun 1990-an kembali berkembang wacana di antara para
pemerhati pemerintahan tentang desentralisasi pemerintahan di Indonesia. Konsep
otonomi yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 mendapat
sorotan dan kajian kritis.
Dalam buku Saleh dkk (2004:15) Ada dua pendapat yang muncul pada saat itu yaitu Pertama, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 masih relevan, hanya belum dilaksanakan secara konsisten. Kedua, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 sudah harus diganti dikarenakan sistem ini bernuansa sentralistik.
Setelah jatuhnya rezim Presiden Suharto, bangsa Indonesia menaruh
harapan besar terhadap perubahan-perubahan sistem bernegara. Berbagai
kebijakan administrasi harus cepat dilakukan untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat. Dari berbagai wacana tersebut, pemerintahan Presiden Habibie
kemudian mengambil kesimpulan bahwa kebijakan desentralisasi yang baru
diperlukan demi penyelamatan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan
Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 harus diubah. Hal ini
ditandai dengan diberlakukannya Undang- Undang Nomor. 22 Tahun 1999
tentang Otonomi Dearah dan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999.
Inilah peraturan baru, semangat otonomi daerah baik dari segi struktur
maupun isi, yang diharapakan memberi warna lain terhadap praktek
sederajat dalam hal otonomi daerah. Namun titik berat bagi pelaksanaan otonomi
daerah tetap berada di kabupaten / kotamadya dengan alasan faktor pendekatan
pelayanan kepada masyarakat. Pemekaran akan mempersingkat rentang kendali
antara pemerintah dan masyarakat, khususya bagi daerah yang belum terjangkau
oleh fasilitas pemerintahan. Pemekaran daerah juga diapresiasikan untuk
memperbaiki pemerataan pembangunan dan pemekaran memungkinkan sumber
daya mengalir ke daerah yang masih belum berkembang. Selain itu pemekaran
derah juga akan mengembangkan demokrasi lokal melalui pembagian kekuasaan
pada tinggkat yang lebih kecil.
Bahwa sesuai dengan Pasal 5 ayat (1) Undang-undang Nomor 22 Tahun
1999 tentang Pemerintahan Daerah, Daerah dibentuk berdasarkan pertimbangan
kemampuan ekonomi, potensi daerah, sosial budaya, sosial politik, jumlah
penduduk, luas daerah dan pertimbangan lain yang memungkinkan
terselenggaranya Otonomi Daerah.
Dengan dijadikannya kota Pematang Siantar sebagai kota madya, maka
pemerintah Kabupaten Simalungun mencari pengganti ibukota Kabupaten
Simalungun yang baru. Kecamatan Siantar hampir menjadi pengganti kota
Pematang Siantar menjadi ibukota Kabupaten Simalungun , namun dikarenakan
salah satu syarat utama menjadi ibukota pengganti harus 15 kilometer dari
ibukota yang lama.
Sesuai dengan aspirasi masyarakat yang berkembang dan dengan
daerah-daerah yang ingin memisahkan diri dari daerah induknya, ataupun
mendirikan ibukota yang baru untuk pemerataan perkembangan daerah. Menurut
Astuti (2012:2) Dalam rangka memingkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan serta pembangunan daerah. Maka Drs. Djabanten
Damanik yang pada saat itu menjabat sebagai bupati Simalungun dan ketua
DPRD Simalungun, Letkol J.D Girsang, yang merupakan tokoh pengusul
terhadap pemerintah pusat guna penetapan Kecamatan Raya menjadi Ibukota
Simalungun, yang selanjutnya oleh pemerintah pusat. Hal ini mendapatkan respon
dengan dikeluarkanya PP No 70 tahun 1999 yang berintikan memindahkannya
ke Kecamatan Raya.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk
mengetahui bagaimana proses perpindahan ibukota kabupaten Simalungun di
tahun 1999 dari kota Pematang Siantar ke kota Pematang Raya hingga
perkembangan kabupaten ini pada tahun 2013.
B. Identifikasi Masalah
Dari uraian di atas, terdapat pada latar belakang masalah, maka
permasalahan dalam penelitian ini dapat di identifikasikan sebagai berikut:
1. Sentralisasi sebagai dampak munculnya desentralisasi
2. Kebijakan pemerintah dengan mengeluarkan Undang- Undang (UU)
3. Proses perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun dari Pematang Siantar ke
Pematang Raya
C. Pembatasan Masalah
Sebagaimana uraian pada latar belakang masalah, peneliti merasa perlu
membuat pembatasan masalah yang terbatas pada: Persepsi Masyarakat
Kecamatan Raya Terhadap perpindahan Ibukota Kabupaten Simalungun dari
Pematang Siantar ke Pematang Raya.
D. Rumusan Masalah
Mengingat luasnya cakupan masalah, maka peneliti merasa perlu membuat
rumusan masalah untuk mempermudah beberapa kajian dalam penelitian ini,
yakni sebagai berikut :
1. Bagaimana keberadaan daerah Kecamatan Raya sebelum menjadi ibukota
Kabupaten Simalungun?
2. Bagaimana Latar Belakang berpindahnya ibukota kabupaten Simalungun ke
Pematang Raya?
3. Bagaimana perkembangan Kecamatan Raya setelah menjadi ibukota dari
Kabupaten Simalungun ( 1999 – 2013 )?
4. Bagaimana persepsi masyarakat Simalungun terhadap berpindahnya ibukota
E. Tujuan Penelitian
Semua kegiatan pada umumnya berorentasi kepada tujuan tertentu, maka
dalam penelitian ini yang ingin dicapai adalah :
1. Untuk mengetahui latar belakang berpindahnya ibukota Kabupaten
Simalungun dari Pematang Siantar ke Pematang Raya
2. Untuk menjelaskan perkembangan Pematang Raya sejak Pematang Raya
menjadi ibukota ( 1999 – 2013 )
3. Untuk menjelaskan persepsi masyarakat Kecamatan Raya terhadap
perpindahan ibukota Kabupaten Simalungun ke Pematang Raya
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Memberi informasi kepada akademisi, masyarakat maupun pemerintah tentang
proses berpindahnya ibukota Kabupaten Simalungun dari Pematang Siantar ke
Pematang Raya dan perkembangannya ( 1999 – 2013)
2. Sebagai bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang relevan
dengan topik penelitian
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dalam penelitian ini, dan
dihubungkan dengan tujuan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan
bahwa.
1. Pemindahan ibukota Kabupaten Simalungun sesuai ketentuan Pasal 5 ayat
(3) Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 70 Tahun 1999. Tentang
Pemindahan Ibukota Daerah Kebupaten Simalungun Dari Dilayah daerah
Kota Pematang Piantar Ke Kecamatan Raya Di Wlayah Daerah Kabupaten
Simalungun.
2. Terpilihnya Kecamatan Raya menjadi Ibukota Kabupaten Simalungun
dipandang memenuhi syarat untuk dijadikan lokasi Ibukota yang baru bagi
Daerah Kabupaten Simalungun. syarat tersebut antara lain:
a. Kecamatan Raya berada di tengah-tengah wilayah Kabupaten
Simalungun.
b. Kecamatan Raya masih kental dengan budaya/adat istiadat
Simalungun.
3. Perkembangan Kecamatan Raya umumnya dan Pemantang Raya khususnya
setelah berpindahnya ibukota Kabupaten Simalungun Ke Pematang Raya.
Pembangunan sarana dan prasarana di Kecamatan Raya khusunya di
Pematang Raya sangat berkembang seperti jalan, sekolah, pasar, rumah
sakit, bandar udara, lapas, PLTA dll.
4. Persepsi masyarakat Kecamatan Raya terhadap pemindahan Ibukota
Kabupaten Simalungun sangat positif walaupun dengan berbagai alasan
yang berbeda.
B. Saran
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
1. Diharapakan kepada Pemerintah Kabupaten Simalungun pemindahan
ibukota Kabupaten Simalungun dari Pematang Siantar ke Kecamatan Raya
bukan hanya pemindahan infrastruktur pemerintahan semata tetapi juga
memberi kesejahteraan kepada masyarakat Simalungun umumnya dan
masyarakat Kecamatan Raya Khususnya dalam hal pembangunan sumber
daya alam (SDA)dan sumber daya manusia (SDM).
2. Masyarakat Kabupaten Simalungun diharapkan mendorong dan mengawasi
pemerintahan dalam melaksanakan proses pembangunan Kabupaten
Simalungun yang sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan untuk
Daftar Pustaka
Abdullah Rozali. 1999. Pelaksanaan Otonomi Luas Dan Isu Federalisme
Sebagai Suatu Alternatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Ahmad Abu, Sholeh Munawar.1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Rineka Cipta.
Asshiddiqie, Jimly. 2009. Komentar Atas Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia. Jakarta: Sinar Grafika.
Bintarto.1983. Interaksi Desa –Kota dan Permasalahannya. Jakarta: Ghalia
Indonesia.
BPS Kabupaten Simalungun Tahun 1996
BPS Kabupaten Simalungun Tahun 2011
BPS Kabupaten Simalungun Tahun 2013
Hastuti, Retno. 2012. Atlas Tematik Kabupaten Simalungun. Klaten :Intan Pariwara.
Huda, Ni’matul. 2005. Otonomi Daerah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Ivancevich, John M dkk. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta: Erlangga
Kantor Perpustakaan, Arsip dan Dokumentasi Simalungun
Milen, Anneli .2004. Pengangan Dasar Pengembangan Kapasitas. Yogyakarta: Pembaruan.
Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Oentarto S.M dkk. 2004. Menggagas Format Otonomi Dearah Masa Depan. Jakarta: Samitra Media Utama
Purba , M.D. 1977. Mengenal Kepribadian Asli Rakyat Simalungun. Medan: M.D. Purba.
Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Saleh dkk. 2004. Ryaas Rasyid Percikan Pemikiran Sang Penggagas Otonomi
Daerah (Versi Media Massa). Jakarta: Belantika.
Setiadi, Elly M dan Usman Kolip. 2013. Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group..
Solihin, Dadang. 2001. Kamus Istilah Otonomi Daerah. Jakarta: Lembaga Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan.
Suryadi, Budi. 2007. Sosiologi Politik (Sejarah, Defenisi, dan Perkembangan
Konsep). Yogyakarta : IRCiSoD.
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset
Widjaja, HAW. 2011. Otonomi Daerah dan Daerah Otonom. Jakarta: P.T Raja Grafindo Persada.
Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah Peratuaran Pemerintah (PP) Nomor 70 Tahun 1999 Tentang Pemindahan Ibukota
Daerah Kabupaten Simalungun Dari Wilayah Daerah Kota Pematang Siantar ke Kecamatan Raya di Wilayah Daerah Kabupaten Simalungun
Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok Pemerintahan
di Dearah berupaya mencari keseimbangan antara kebijakan desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan dalam pelaksanaan otonomi daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987, pasal 1
Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 Pasal 5 ayat (1)