• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Hubungan Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Hubungan Persepsi Ibu dan Partisipasi Balita Ke Posyandu Dengan Kejadian Stunting Pada Balita Usia 36-59 Bulan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan Surakarta."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator gizi yang menentukan keberhasilan

peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yaitu ukuran fisik

penduduk (Depkes, 2004). Guna menyukseskan hal tersebut maka

pemerintah mencanangkan program Usaha Kesehatan Berbasis

Masyarakat (UKBM) yang salah satunya yaitu posyandu. Posyandu

merupakan pelayanan kesehatan tingkat dasar yang mempunyai

program-program perbaikan gizi antara lain penimbangan berat badan,

deteksi dini gangguan pertumbuhan pada balita, penyuluhan gizi,

pemberian vitamin A, penanganan diare dan ISPA pada balita, Pemberian

Makanan Tambahan (PMT) dan pemberian tablet Fe (Depkes, 2006).

Peningkatan kualitas SDM yang ditandai dengan ukuran fisik

tersebut dapat dilihat pada keberhasilan program posyandu yaitu deteksi

dini gangguan pertumbuhan pada balita. Dilihat secara fakta masih

banyak balita yang mengalami gangguan pertumbuhan, baik secara

mental maupun fisik. Gangguan pertumbuhan mental sering pula disebut

sebagai keterbelakangan mental, sedangkan gangguan pertumbuhan

pada fisik biasanya dikaitkan dengan balita pendek (stunting).

Menurut Allen dan Gillespie (2001), pemantauan pertumbuhan

balita sangat penting dilakukan untuk mengetahui ada atau tidak

hambatan pertumbuhan (growth faltering) sejak dini sebagai contoh yaitu

(2)

2 peningkatan angka kematian, kemampuan kognitif dan perkembangan

motorik yang rendah serta fungsi-fungsi tubuh yang tidak seimbang. Hal

ini juga berdampak pada terhambatnya peningkatkan kualitas SDM.

Prevalensi balita stunting di Indonesia masih tergolong tinggi.

Berdasarkan Riskesdas (2013), perkembangan prevalensi balita pendek

(stunting) di seluruh propinsi di Indonesia masih diatas 20% atau tepatnya

35,6%. Propinsi Jawa Tengah memiliki prevalensi balita stunting dan

severely stunting sebesar 24,5%, sedangkan di Daerah Istimewa

Yogyakarta sebesar 28,5%.

Berdasarkan Riskesdas (2010), peningkatan prevalensi stunting

tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu perilaku hidup

sehat, pelayanan kesehatan dasar, pola asuh, kemiskinan, persepsi ibu

terhadap posyandu dan tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan

posyandu. Ditambahkan oleh Widiastuti dan I Gusti (2006) yang

menjelaskan bahwa di Kota Denpasar faktor yang berhubungan dengan

pemanfaatan posyandu merupakan faktor predisposisi yaitu umur kader

dan pengetahuan kader, faktor pendukung yaitu persepsi kader tentang

peran tokoh masyarakat, petugas, sarana serta dukungan dana, faktor

kebutuhan yaitu motivasi kader dan persepsi tentang pentingnya

penimbangan balita dan faktor yang paling berpengaruh terhadap

pemanfaatan posyandu merupakan motivasi kader.

Persepsi itu sendiri dapat diartikan sebagai cara pandang

seseorang terhadap sesuatu setelah mendapatkan pengetahuan baik

secara langsung maupun tidak langsung. Persepsi mengenai posyandu

(3)

3 atau sikap positif tentang pentingnya pemanfaatan posyandu.

Terbangunnya perilaku atau sikap tersebut dapat meningkatkan

partisipasi dalam pemanfaatan posyandu. Pemanfaatan program

posyandu tersebut terbukti dapat meningkatkan status gizi balita dengan

pendekatan yang tepat dari posyandu, sehingga masyarakat dapat

merasakan langsung dampak dari pendekatan tersebut yaitu semakin

tinggi kehadiran masyarakat ke posyandu atau sering disebut dengan

partisipasi ke posyandu (Adisasmito, 2007).

Depkes (2006) menjelaskan bahwa dengan pilar utama dari

program UKBM yang dibentuk oleh pemerintah yaitu partisipasi

masyarakat sebagai bentuk kesadaran terhadap pemanfaatan pelayanan

kesehatan tingkat dasar (posyandu). Riskesdas 2013 menjelaskan

mengenai partisipasi yang dilihat dari pemantauan pertumbuhan balita

yang dilakukan setiap bulan menunjukkan bahwa persentase balita umur

6-59 bulan yang tidak pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir

cenderung meningkat dari 25,5% (2007), 23,8% (2010) menjadi 34,3%

(2013). Partisipasi ibu untuk membawa balita ke posyandu biasanya

terjadi di awal tahun dimana balita belum memiliki aktivitas sekolah.

Hal ini terjadi pada balita usia 0-3 tahun. Partisipasi balita pada

usia ini untuk mengunjungi posyandu masih >80%, sedangkan pada usia

3-5 tahun partisipasi balita ke posyandu cenderung menurun karena

balita sudah masuk usia sekolah atau prasekolah. Partisipasi balita usia

3-5 tahun menurun dikarenakan pada faktor ibu yang menganggap

bahwa balita sudah sekolah sehingga tidak perlu lagi dibawa ke posyandu

(4)

4 Partisipasi aktif masyarakat ke posyandu dalam kaitannya untuk

memantau pertumbuhan dan perkembangan balita sangat dibutuhkan.

Balita usia 3-5 tahun yang sudah positif stunting dapat dikejar

pertumbuhannya dengan cara sistem tumbuh kejar, akan tetapi

perkembangan sistem motorik balita tidak dapat di kejar dikarenakan

sudah terjadi gangguan sejak dini serta sudah menjadi akibat dari

stunting itu sendiri.

Berdasarkan data survey pendahuluan yang dilakukan pada

tanggal 22 Juni 2014 di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta

didapatkan bahwa prevalensi balita pendek dan sangat pendek pada

tahun 2012 sebesar 12,5%, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 16,6%.

Hal ini menunjukkan bahwa terdapat peningkatan balita stunting di sekitar

wilayah kerja Puskesmas Gilingan tersebut sebesar 4,1%. Hal ini apabila

dibiarkan akan menimbulkan dampak yang buruk yaitu semakin

meningkatnya jumlah balita pendek dan sangat pendek (stunting) di

daerah tersebut, sehingga peningkatan kualitas sumber daya manusia di

daerah tersebut dapat terhambat.

Data persepsi yang diperoleh dari wawancara 15 responden dapat

disimpulkan bahwa 86,67% ibu balita yang berdomisili di wilayah kerja

Puskesmas Gilingan yang tepatnya di kelurahan Gilingan memiliki

persepsi terhadap posyandu yang tidak mendukung mengenai konsep

posyandu. Sebagian besar ibu balita beranggapan bahwa keberadaan

posyandu belum bermanfaat, sehingga masih ada ibu balita yang belum

memanfaatkan keberadaan posyandu. Hal ini menyebabkan tingkat

(5)

5 sekunder (D/S) tahun 2012 di Puskesmas Gilingan Surakarta didapatkan

hasil sebesar 73,2%, sedangkan pada tahun 2013 sebesar 71,65%

sehingga dapat disimpulkan bahwa masyarakat belum memanfaatkan

posyandu sebagai pusat pelayanan kesehatan tingkat desa dengan

semestinya. Hal ini masih jauh dari yang diharapkan pemerintah yaitu

kehadiran balita ke posyandu >80% (Depkes, 2006).

Berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk meneliti tentang

hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu dengan

kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Gilingan Surakarta.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang diatas penulis dapat menarik sebuah

rumusan masalah yaitu “apakah ada hubungan persepsi ibu dan

partisipasi balita ke posyandu dengan kejadian stunting pada balita usia

36-59 bulan di wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta?”

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke

posyandu dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di

wilayah kerja Puskesmas Gilingan Surakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mendeskripsikan persepsi ibu tentang posyandu, partisipasi balita

ke posyandu dan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di

(6)

6 b. Menganalisis hubungan persepsi ibu balita tentang posyandu

dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah

kerja Puskesmas Gilingan.

c. Menganalisis hubungan partisipasi balita ke posyandu dengan

kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja

Puskesmas Gilingan.

d. Menginternalisasikan nilai-nilai keislaman di kalangan ibu balita

dalam merawat dan menjaga balita.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Dinas Kesehatan Kota Surakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan

tambahan pustaka tentang partisipasi balita ke posyandu dan status

gizi balita untuk merancang perencanaan pembangunan kesehatan

kedepannya khususnya program – program gizi.

2. Bagi Puskesmas Gilingan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

tentang partisipasi balita ke posyandu dan status gizi balita untuk

merancang perencanaan pembangunan kesehatan kedepannya

khususnya program – program gizi.

3. Bagi Masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Gilingan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi

kepada masyarakat mengenai status gizi balita dan fungsi

(7)

7 E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup materi dalam penelitian dibatasi pada pembahasan

mengenai hubungan persepsi ibu dan partisipasi balita ke posyandu

dengan kejadian stunting pada balita usia 36-59 bulan di wilayah kerja

Referensi

Dokumen terkait

Apabila Tertanggung tidak meninggal dunia akan tetapi mengalami Cacat Tetap Seluruhnya atau Sebagian, maka Penanggung akan membayarkan manfaat asuransi sebesar persentase dari

The principal supervision is controlled by the head of Educational Service of Central Magelang, supervisor, and the leader of school board; (2) the academic supervision

Simpulan penelitian ini adalah dengan penerapan pembelajaran bola gantung dapat meningkatkan hasil belajar lompat jauh gaya menggantung pada siswa kelas X-IPA 3SMA N 1 Teras

Government has done many efforts to increase education quality in every education level by increasing school management by applying school based management and operational

Berdasarkan penelitian sebagian besar responden mengalami anemia sedang pada kehamilannya dikarenakan pada kehamilannya mereka mempunyai pola makan yang tidak baik sehingga kebutuhan

Begitu juga dalam karya tari Driasmara karya Sunarno yang didalamnya mengandung makna nilai kehidupan rohani pada seseorang yang sedang dilanda cinta seperti yang ditulis

Pengawet alami biasanya tidak terlalu lama dapat mengawetkan paling lama 1 bulan, harga mahal, dan aman. Sedangkan pengawet buatan harganya murah, dapat

Terkadang media massa menjadi alat penopang kesuksesan suatu event atau program-program acara, dalam hal ajang musik LAIF ini peran sebuah media massa sangatlah besar, bukan