commit to user
i
PROSES PRODUKSI JAMU KAPSUL HERBATHUS
DI CV. HERBALTAMA PERSADA YOGYAKARTA
BANTUL, YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Ahli
Madya Agrofarmaka di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret
Surakarta
Program Studi Diploma III Agribisnis Minat Agrofarmaka
Oleh :
MAWARDI ISDIANTO
H 3508030
PROGRAM DIPLOMA III AGRIBISNIS MINAT AGROFARMAKA
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
ii
Yang bertanda tangan di bawah ini telah membaca Laporan Tugas Akhir dengan Judul :
PROSES PRODUKSI JAMU KAPSUL HERBATHUS
DI CV. HERBALTAMA PERSADA YOGYAKARTA
Yang dipersiapkan dan disusun oleh :
MAWARDI ISDIANTO
H 3508030
Telah dipertahankan di depan dosen penguji pada tanggal : ...
dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
commit to user
iii
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat AllAh SWT atas segala nikmat
dan karunia serta hidayah-Nya yang selalu memberikan kesempatan dan
kemampuan dalam menyusun tugas akhir ini dengan baik dan lancar dengan judul
"Proses Produksi Jamu Kapsul Herbathus" di CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta.
Penyusunan tugas akhir ini merupakan syarat utama untuk mencapai gelar
Ahli Madya bagi mahasiswa D-III Agribisnis Agrofarmaka, di Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta. Dalam penyusunan tugas akhir ini, penulis
sangat menyadari bahwa laporan ini tidak dapat diselesaikan tanpa dorongan dan
bantuan baik langsung maupun tidak langsung dari berbagai pihak. Untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Prof. Dr. Ir. Bambang Pujiasmanto, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2.
Ir. Wartoyo, SP. MS selaku Koordinator Program Studi DIII Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3.
Erlyna Widariptanti, S.P, MP selaku Ketua Minat Agribisnis Program
Studi
4.
Ir. Heru Irianto, MM selaku dosen pembimbing dan penguji I atas segala
masukan dan saran yang sangat berharga bagi penulis dan Ir. Suharto Pr,
MP selaku dosen penguji II atas segala masukan dan saran yang sangat
berharga bagi penulis
5.
Bapak Nugroho Tri Haryono, S.Si, Apt. selaku
pembimbing
dari
CV.
Herbaltama Persada Yogyakarta terima kasih atas bimbingan dan
kesabarannya memberi pengarahan.
commit to user
iv
dukungan dan restu kepada penulis.
8.
Kakak dan adikku tersayang yang selalu ada untuk menghibur dan
memberi semangat untuk penulis.
9.
Teman – teman seperjuangan Diploma III Agribisnis 2008
thanks for all
10.
Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas dukungan,
dan bantuannya dalam menyelesaikan penulisan laporan tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh
karena itu kritik dan saran yang menuju sempurnanya laporan ini senantiasa kami
harapkan. Akhir kata, penulis mohon maaf bila dalam laporan ini terdapat
kata-kata yang kurang berkenan. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bemanfaat
bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca semua pada umumnya.
Surakarta,
Juni 2011
commit to user
v
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PENGESAHAN... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
I.
PENDAHULUAN ... 1
A.
Latar Belakang ... 1
B.
Tujuan ... 2
1.
Tujuan Umum ... 2
2.
Tujuan Khusus ... 3
II.
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
III.
TATA LAKSANA PELAKSANAAN ... 21
A.
Tempat Dan Waktu Pelaksanaan ... 21
1.
Tempat Pelaksanaan Magang ... 21
2.
Waktu Pelaksanaan ... 21
B.
Tata Pelaksanaan Kegiatan Magang ... 21
1.
Metode Dasar ... 21
2.
Wawancara ... 21
3.
Pelaksanaan Kegiatan Perusahaan ... 21
4.
Studi Pustaka ... 22
5.
Metode Analsis Data ... 22
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 23
A.
Kondisi Umum Perusahaan ... 23
1.
Profil Perusahaan ... 23
2.
Sejarah Singkat dan Perkembangan ... 24
3.
Lokasi Perusahaan... 25
commit to user
vi
B.
Pengelolaan Bahan Dasar ... 33
1.
Sumber dan Penerimaan Bahan Dasar ... 33
2.
Jumlah dan Penyediaan ... 33
3.
Spesifikasi Bahan Dasar... 34
4.
Penanganan Bahan Dasar ... 34
C.
Proses Produksi Jamu kapsul Herbathus ... 35
D.
Produk Akhir ... 41
E.
Pengendalian Mutu ... 43
F.
Analisis Usaha... 44
G.
Pemasaran ... 48
H.
Sanitasi ... 54
V.
PENUTUP ... 45
A.
Kesimpulan ... 46
B.
Saran... 47
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
vii
Gambar 4.1. Struktur Organisasi CV. Herbaltama Persada Yogyakarta ... 29
Gambar 4.2. Proses Penepungan Rimpang Kunir Punih ... 36
Gambar 4.3. Proses Penepungan Simplisia Pegagan dan Meniran ... 38
commit to user
viii
commit to user
1
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan negara kepulauan yang sangat luas, mempunyai
kurang lebih 35.000 pulau yang besar dan kecil dengan keanekaragaman jenis
flora dan fauna yang sangat tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan, dan dari jumlah tersebut
sebagian besar mempunyai potensi untuk dimanfaatkan sebagai tanaman
industri, tanaman buah-buahan, tanaman rempah - rempah dan tanaman
obat-obatan serta obat tradisional. Obat
tradisional bukan hal yang baru lagi bagi
masyarakat Indonesia, salah satu obat tradisional bangsa Indonesia berbentuk
jamu, yang telah dikenal sejak jaman nenek moyang.
Obat tradisional merupakan produk herbal yang menggunakan bahan
– bahan alam sebagai komponen penyusunnya. Obat tradisional dapat tersusun
dari simplisia tumbuhan, simplisia hewan maupun kombinasi keduanya dengan
takaran yang tepat sehingga menghasilkan ramuan yang memiliki khasiat obat.
Beragamnya komponen simplisia yang terkandung dalam obat tradisional
menyebabkan aktifasi senyawa metabolik sekunder dalam mengobati penyakit
memerlukan waktu yang lebih lama dibanding obat modern yang memiliki
senyawa metabolik sekunder spesifik untuk suatu penyakit. Disamping itu,
dilihat dari segi kepraktisan dalam penggunaannya, obat modern terbukti lebih
praktis dalam penggunaanya dibandingkan obat tradisional. Sehingga
masyarakat cenderung memilih obat modern dibandingkan obat tradisional.
commit to user
yang mampu berperan dalam memacu pertumbuhan perekonomian nasional.
Peningkatan mutu dan kualitas obat tradisional mutlak dilakukan
dengan penelitian – penelitian agar obat tradisional memiliki nilai jual dan
dapat bersaing dengan obat modern. Oleh sebab itu kami memilih CV.
Herbaltama Persada Yogyakarta sebagai tempat magang karena CV.
Herbaltama Persada Yogyakarta merupakan Industri Kecil Obat Tradisional
(IKOT) yang mempunyai kompetensi dalam produksi obat tradisional dan telah
memproduksi beragam obat tradisional dengan strata jamu yang memiliki
racikan berdasarkan ramuan turun temurun dan telah teruji secara empiris
sehingga produk jamu tersebut aman dikonsumsi dan memiliki khasiat sebagai
pencegahan (preventif), pengobatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) serta
peningkatan kesehatan (promotif).
B.
TUJUAN KEGIATAN
Tujuan diadakannya mata kuliah magang ini diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Tujuan Umum Magang
a.
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai hubungan antara
teori dengan penerapannya di dunia kerja serta faktor yang
mempengaruhinya sehingga dapat menjadikan bekal bagi mahasiswa
setelah terjun di masyarakat atau dunia kerja.
b.
Meningkatkan ketrampilan dan pengalaman kerja di bidang industri
pengolahan hasil pertanian.
c.
Meningkatkan wawasan mahasiswa tentang berbagai kegiatan di
industri pengolahan hasil pertanian.
Secara khusus tujuan magang di CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a.
Mempelajari prosedur dalam proses produksi jamu kapsul Herbathus
yang dimulai dari penerimaan bahan baku hingga produk jadi.
b.
Mempelajari kondisi umum perusahaan meliputi sejarah perusahaan,
perkembangan perusahaan, dan lokasi perusahaan.
c.
Mengetahui dan mempelajari manajemen perusahaan, diantaranya
mengenai
struktur
organisasi
perusahaan,
ketenagakerjaan,
kesejahteraan karyawan, hak dan kewajiban karyawan.
d.
Mengetahui dan memahami sanitasi yang diterapkan.
commit to user
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
JAMU
Di Indonesia, pemanfaatan tanaman sebagai obat-obatan juga telah
berlangsung ribuan tahun yang lalu. Tetapi penggunaan belum terdokumentasi
dengan baik. Pada pertengahan abad ke XVII seorang botanikus bernama Jacobus
Rontius (1592 – 1631) mengumumkan khasiat tumbuh-tumbuhan dalam bukunya
De Indiae Untriusquere Naturali et Medica. Meskipun hanya 60 jenis
tumbuhan yang diteliti, tetapi buku ini merupakan dasar dari penelitian
tumbuh-tumbuhan obat oleh N.A. van Rheede tot Draakestein (1637 – 1691) dalam
bukunya Hortus Indicus Malabaricus. Pada tahun 1888 di Bogor didirikan Chemis
Pharmacologisch Laboratorium sebagai bagian dari Kebun Raya Bogor dengan
tujuan menyelidiki bahan-bahan atau zat-zat yang gebterdapat dalam
tumbuh-tumbuhan yang dapat digunakan untuk obat-obatan. Selanjutnya penelitian dan
publikasi mengenai khasiat tanaman obat-obatan semakin berkembang
(Anonimus
a, 2005).
Jamu adalah minuman yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia.
Sekitar 80% penduduk Indonesia pernah menggunakan jamu. Jamu adalah produk
ramuan bahan alam asli Indonesia yang digunakan untuk pemeliharaan kesehatan,
pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, pemulihan kesehatan, kebugaran, dan
kecantikan. Ramuan bahan alam ini merupakan warisan yang diturunkan oleh
nenek moyang bangsa Indonesia, yang telah memiliki pengetahuan bagaimana
memanfaatkan bahan alam untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan dan
kecantikan. Seiring dengan perkembangan teknologi, budaya dan ilmu
pengetahuan terutama di bidang kesehatan, obat tradisional tidak hanya berupa
jamu gendong. Kini obat tradisional Indonesia terbagi atas jamu, obat herbal
terstandar dan fitofarmaka (Anonimus
b, 2006).
1.
Efek samping obat tradisional relatif lebih kecil bila digunakan secara benar
dan tepat, baik tepat takaran, waktu penggunaan, cara penggunaan, ketepatan
pemilihan bahan, dan ketepatan pemilihan obat tradisional atau ramuan
tanaman obat untuk indikasi tertentu.
2.
Adanya efek komplementer dan atau sinergisme dalam ramuan
obat/komponen bioaktif tanaman obat. Dalam suatu ramuan obat tradisional
umumnya terdiri dari beberapa jenis tanaman obat yang memiliki efek saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai efektivitas pengobatan. Formulasi
dan komposisi ramuan tersebut dibuat setepat mungkin agar tidak
menimbulkan efek kontradiksi, bahkan harus dipilih jenis ramuan yang saling
menunjang terhadap suatu efek yang dikehendaki.
3.
Pada satu tanaman bisa memiliki lebih dari satu efek farmakologi. Zat aktif
pada tanaman obat umumnya dalam bentuk metabolit sekunder, sedangkan
satu tanaman bisa menghasilkan beberapa metabolit sekunder, sehingga
memungkinkan tanaman tersebut memiliki lebih dari satu efek farmakologi.
4.
Obat tradisional lebih sesuai untuk penyakit-penyakit metabolik dan degeratif.
Perubahaan pola konsumsi mengakibatkan gangguan metabolisme dan faal
tubuh sejalan dengan proses degenerasi. Yang termasuk penyakit metabolik
antara lain diabetes (kencing manis), hiperlipidemia (kolesterol tinggi), asam
urat, batu ginjal, dan hepatitis. Sedangkan yang termasuk penyakit degeneratif
antara lain rematik (radang persendian), asma (sesak nafas), ulser (tukak
lambung), haemorrhoid (ambein/wasir) dan pikun (lost of memory). Untuk
mengobati penyakit-penyakit tersebut diperlukan waktu lama sehingga
penggunaan obat alam lebih tepat karena efek sampingnya relatif lebih kecil.
Di samping keunggulannya, obat bahan alam juga memiliki beberapa
kelemahan yang juga merupakan kendala dalam pengembangan obat tradisional
antara lain : efek farmakologisnya lemah, bahan baku belum terstandar dan
bersifat higroskopis serta volumines, belum dilakukan uji klinik dan mudah
Obat bahan alam merupakan obat yang menggunakan bahan baku berasal
dari alam (tumbuhan dan hewan). Sesuai dengan dengan regulasi pemerintah
melalui Badan POM menetapkan pengaturan jenis obat bahan alam (tanaman)
yang diproduksi oleh industri untuk dipasarkan di masyarakat sejak tahun 2004
dikelompokkan menjadi: (1) Jamu, (2) Obat Herbal Terstandar (OHT), (3)
Fitofarmaka. Jamu (Empirical based herbal medicine) adalah obat bahan alam
yang disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil,
dan cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu
tersebut dan digunakan secara tradisional. Bentuk jamu tidak memerlukan
pembuktian ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Obat
herbal terstandar (Scientific based herbal medicine) yaitu obat bahan alam yang
disajikan dari ekstrak atau penyaringan bahan alam yang dapat berupa tanaman
obat, binatang, maupun mineral. Proses ini membutuhkan peralatan yang lebih
kompleks dan mahal, serta ditunjang dengan pembuktian ilmiah berupa
penelitian-penelitian pre-klinik pada hewan. Fitofarmaka (Clinical based herbal
medicine) merupakan bentuk obat bahan alam dari bahan alam yang dapat
disejajarkan dengan obat modern karena proses pembuatannya telah terstandar
serta ditunjang oleh bukti ilmiah sampai dengan uji klinik pada manusia
(Sukardiman,2009).
Jamu dibuat dari bahan asli tumbuh - tumbuhan, daun, akar, buah-buahan
dan bunga - bungaan yang mempunyai khasiat untuk merawat kesehatan dan
kecantikan (Mursito, 1999). Kandungan senyawa kimia aktif yang terdapat pada
tanaman adalah alkaloida, flavonoida, terpenoida, steroida, tanin dan saponin
yang dapat diketahui dengan cara skrining fitokimia (Achmad, 2006).
Khasiat jamu sudah dibuktikan oleh masyarakat secara umum, terutama
jika digunakan sebagai pertolongan pertama sebelum dibawa ke fasilitas
pengobatan modern seperti puskesmas atau rumah sakit. Tidak hanya di
Indonesia, khasiat jamu atau obat tradisional juga diakui oleh masyarakat di
di Perancis 75% penduduknya menggunakan pengobatan alternatif paling tidak 1
kali; 95% rumah sakit di China memiliki klinik tradisional; sekitar 70% penduduk
India mengkonsumsi obat tradisional; bahkan di Thailand terdapat sistem terpadu
untuk pengobatan tradisional di 1120 pusat layanan kesehatan (Harmanto, 2006).
Herbathus adalah obat alami dari tanaman / Herbal Medicine. Berdasarkan
hasil penelitian dari Cina dan Belanda serta dalam ”The Journal on Indonesian
Medicine Herbs” (Puslitbang Farmasi, Depkes RI), menyatakan bahwa tanaman
Pegagan, Kunir Putih dan Meniran terbukti berkhasiat untuk obat tradisional dan
aman untuk digunakan. Dan secara sinergis sangat efektif untuk pencegahan
(preventif), pengobatan (kuratif), peningkatan kesehatan (promotif) dan
pemulihan kesehatan atau rehabilitatif (Anonimus
d, 2007).
B.
BAHAN BAKU TANAMAN MENIRAN, PEGAGAN DAN KUNIR PUTIH
1.
Meniran (
Phyllanthus niruri
LINN)
Meniran adalah tanaman yang sebenarnya tumbuh liar dan mudah
ditemui di pekarangan rumah, kebun atau hutan. Meniran tumbuh subur di
daerah lembab dan berbatu, di antara rerumputan dan selokan. Tanaman ini
merupakan salah satu dari 700 jenis genus
Phyllanthus
yang banyak tumbuh
di Asia seperti Indonesia, Cina, Filipina dan India. Beberapa genus
Phyllanthus yang memiliki khasiat menyembuhkan di antaranya
Phyllanthus
urinaria, Phyllanthus niruri dan Phyllanthus amarus.
Klasifikasi
Kingdom
:
Plantae
Division
:
Spermatophyta
Subdivision
:
Angiospermae
Class
:
Dicotylae
Order
:
Euphorbiales
Family
:
Euphorbiaceae
Genus
:
Phyllanthus
LINN
Meniran yang banyak ditemukan di Indonesia adalah
Phyllanthus
niruri dan Phyllanthus urinaria
. Perbedaan keduannya terdapat pada warna
batangnya.
Phyllanthus niruri
berwarna hijau pucat, sedangkan
Phyllanthus
urinaria
berwarna hijau kemerahan. Keduanya memiliki daun yang kecil dan
lonjong (Sulaksana, 2002).
Semua bagian tanaman meniran dapat digunakan sebagai obat dengan
karakteristik sebagai berikut :
a.
Batang tanaman tidak bergetah, basah, berbentuk bulat, tinggi kurang dari
50 cm, bercabang dan berwarna hijau muda.
b.
Daun bersirip genap dan setiap satu tanggkai terdiri dari daun majemuk
yang mempunyai ukuran kecil berbentuk bulat telur. Panjang 5 mm dan
lebar 3 mm. Pda bagian bawah daun terdapat bintik berwarna kemerahan.
c.
Bunga melekat pada ketiak daun dan menghadap ke arah bawah. Warna
bunga putih kehijauan. Bunga ini tumbuh subur sekitar bulan April – Juni.
d.
Buah berbentuk bulat pipih berdiameter 2 – 2,5 mm, licin, berbiji seperti
bentuk ginjal, keras dan berwarna cokelat. Buah tumbuh sekitar bulan Juli
– November.
e.
Akar meniran berbentuk tunggang (tap root), yaitu akar utama yang pada
umumnya merupakan pengembangan radikula lembaga, tumbuh tegak ke
bawah dan bercabang. Pada tanaman meniran dewasa, panjang akar dapat
mencapai 6 cm. Warna akar putih kekuningan.
Iklim tropis merupakan syarat tumbuh tanaman meniran. Meniran
tumbuh subur di tempat yang lembap pada dataran rendah sampai ketinggian
1.000 meter di atas permukaan laut. Lokasi tempat meniran tumbuh secara liar
di hutan, ladang, kebun atau halaman pekarangan rumah. Pada umumnya
meniran tidak dipelihara secara intensif karena dianggap rumput biasa.
Meniran adalah salah satu tanaman yang berkhasiat menyembuhkan berbagai
penyakit. Khasiatnya telah terbukti ampuh mengobati penyakit hepatitis.
sebagai pembangkit libido. Khasiat lainya adalah peluruh air seni, gangguan
saluran pernafasan, kencing manis, diare, demam, penyakit kelamin dan cacar
(Sulaksana, 2003).
Meniran mengandung flavonoid yang menempel ke sel imun tubuh
dan memberikan sinyal intraseluler atau rangsangan untuk mengaktifkan kerja
sel imun lebih baik. Penelitian ini dilakukan oleh Dr. Drs. Suprapto Ma’at,
Apt. M.S., farmakolog dan ahli obat tradisional dari Yayasan Kanker
Wisnuwardhana, Surabaya (Permanasari, 2003).
Nicole Maxwell yang melakukan penelitian di hutan tropis Peru,
dalam interaksinya dengan suku Indian Amazon dan Shamar menemukan
penggunaan meniran sangat luas di masyarakat lokal tersebut. Terakhir, dia
bertemu dengan seorang dokter Jerman yang telah menggunakan meniran
dalam praktik medisnyadi Jerman. Dokter tersebut menceritakan bahwa 94%
pasien batu ginjal dan batu empedu yang datang kepadanya sembuh setelah
diterapi dengan produk meniran selam 1 – 2 minggu (Gusrizal, 2003).
2.
Pegagan (
Centella asiatica
)
Tanaman pegagan merupakan tanaman liar yang banyak tumbuh di
perkebunan, ladang, tepi jalan maupun kebun. Tanaman ini berasal dari Asia
Temggara, termasuk Indonesia, India, Cina, Jepanfg dan Australia kemudian
menyebar ke berbagai negara lain. Oleh karenanya, tanaman pegagan mudah
dijumpai dan mudah tumbuh di berbagai tempat di Indonesia.
Sejak zaman Sansekerta, pegagan telah digunakan untuk obat kulit,
gangguan syaraf dan memperbaiki perdaran darah. Di Jawa Barat, pegagan
banyak tumbuh di pekarangan atau di perkebunan. Masyarakat Jawa Barat
mengenal tanaman ini sebagai salah satu tanaman lalap. Di perkebunan sendiri
pegagan digunakan sebagai penutup tanah.
Di India, pegagan telah lama dimanfaatkan sebagai obat disentri. Di
India, Pakistan dan sebagaian Eropa Timur telah lama sejak ribuan tahun yang
umur), membersihkan darah dan memperlancar air seni. Dalam pengobatan
Cina pun, pegagan dikenal sebagai
miracle elixir of life
karena dapat
memperpanjang umur. Smentara itu, masyarakat di Eropa Timur
menggunakan pegagan sebagai obat lepra dan TBC.
Di Indonesia, penyebaran pegagan sangat luas, terbukti dari
banyaknya nama yang melekat pada tanaman ini. Penamaan tersebut tentu
sesuai dengan daerahnya. Namun, dalam kalangan ilmiah, pegagan
menpunyai naman Cantella asiatica dengan susunan klasifikasi sebagai
berikut :
Kerajaan
:
Plantae
Divis
:
Spermatophyta
Kelas
:
Dicotyledone
Ordo
:
Umbillales
Familia
:
Umbilliferae
(
Apiaceae
)
Genus
:
Centella
Species
:
Centella
asiatica
(Lasmadiwati, 2002).
Pegagan merupakan tanaman herba tahunan yang tumbuh menjalar
dan berbunga sepanjang tahun. Tanaman akan tumbuh subur bila tanah dan
lingkungannya sesuai hingga dijadikan penutup tanah. Jenis pegagan ada dua
macam, yaitu pegagan merah dan pegagan hijau. Pegagan yang simplisianya
disebut
Cantella
Herba
mengandung
asiaticoside,
thankuniside
isothankuniside, madecassoside, brahmoside, brahmic acid, centelloside,
carotenoids, hydrocotylin, vellarine, tanin serta garam mineral seperti kalium,
natrium, magnesium, kalsium dan besi. Zat vellarine yang terkandung
memberikan rasa pahit (Maharani, 2010).
Pegagan bersifat mendinginkan, berfungsi membersihkan darah,
memperlancar peredaran darah, peluruh kencing (diuretik), penurun panas
syaraf memori, antibakteri, tonik, antispasma, antiinfllamasi, hipotensif,
insektisida, antialergi dan stimulan. Selain itu, pegagan berfungsi
meningkatkan perbaikan dan penguatan sel – sel kulit, stimulasi pertumbuhan
kuku, rambut dan jaringan ikat. Saponin yang ada menghambat produksi
jeringan bekas luka yang berlebihan (menghambat terjadinya koloid).
Adanya kandungan asiatikosida, riboflavin dan niacin membuat
pegagan berfungsi sebagai antiinflamasi sehingga dapat diolah menjadi bahan
baku salep untuk mengobati luka. Karena berfungsi sebagai antibiotik dan
antiinflamasi maka pegagan juga berfungsi sebagai antibakteri sehingga dapat
dimanfaatkan sebagai obat radang.
Manfaat pegagan lainnya yaitu untuk pengobatan sariawan mulut,
(afthae), kusta (lepra), infeksi saluran kencing, susah kencing, lever bengakak,
mata merah bengkak, campak, tekanan darah tinggi, penyakit kulit, maag,
radang usus, batuk ,asam dan bronkitis, peluruh air seni, obat kumur, borok
(luka), ambeien, demam, sakit kepala, menambah nafsu makan, amandel,
cacingan dan kesemutan. Pegagan juga berfungsi meningkatkan sirkulasi
darah pada lengan dan kaki, mencegah varises dan salah urat, meningkatkan
daya ingat, mental dan stamina tubuh, serta menurunkan gejala stres dan
depresi (Lasmadiwati, 2002).
3.
Temu Putih (
Curcuma Zedoria
)
Sosok tanaman
Curcuma zedoria
(Berg.) Roscoe dapat mencapai
tinggi 2 m. Salah satu ciri khas dari species ini adalah adanya warna ungu
disepanjang ibu tulang daun. Helaian daun berwarna hijau muda sampai hijau
tua dengan punggung daun berwarna pudar dan berkilat. Panjang daun antara
31 – 75 cm dan lebar daun 7 – 20 cm. Tangkai bunga langsung muncul dari
bagian perakaran sebelum munculnya daun dari permukaan tanah . Bunga
steril berwarna merah muda dan bagian ujung bunga berwarna lebih tua
dengan tangkai berwarna hijau pada permukaan tanah. Rimpang induk
menggembung pada bagian ujungnya membentuk umbi dengan kulit rimpang
berwarna putih. Antara satu rimpang dengan rimpang lainya cukup liat untuk
dipatahkan. Pada ujung-ujung akar terdapat bulatan-bulatan atau bintil-bintil
yang merupakan cadangan air. Kulit rimpang berwarna putih. Apabila diiris,
daging rimpangnya berwarna putih kearah kuning muda dan rasanya pahit.
Rimpangnya mengandung kurkuminoid (diarilheptanoid) minyak atsiri,
polisakarida dan golongan lainya. Kurkuminoid yang telah diketahui meliputi
kurkumin, demektosikurkumin, bisdemetoksinkurkumin, dan 1,7 – bis
(4-hidraksifenil)- 1,4,6 – hepatrien – 3 – on. Minyak atsiri berupa cairan kental
kuning emas yang mengandung monoterpen dan seskuiterpen.(Syukur, 2004).
Klasifikasi ilmiah tanaman rimpang temu putih adalah sebagai berikut
:
Kerajaan
:
Plantae
Divisi
:
Magnoliophyta
Kelas
:
Liliopsida
Ordo
:
Zingiberales
Famili
:
Zingiberaceae
Genus
:
Curcuma
Spesies
:
C.
zedoaria
(Anonim, 2011).
Kunyit putih (
Curcuma zedoaria
) adalah tanaman yang rimpangnya
berbentuk spesifik dan dapat dibedakan dari rimpang empon-empon lainnya.
Kunyit putih mengandung senyawa kimia, seperti kurkuminoid dan minyak
atsiri.
Tanaman kunyit adalah terna berumur panjang dengan daun besar
berbentuk elips, 3-8 buah, panjang sampai 85 cm, lebar sampai 25 cm,
pangkal daun meruncing, berwarna hijau seragam. Batang semu berwarna
hijau atau agak keunguan, tinggi sampai 1,60 m. Perbungaan muncul
berambut kasar dan rapat, saat kering tebalnya 2-5 mm, panjang 16-40 cm,
daun kelopak berambut berbentuk lanset panjang 4-8 cm, lebar 2-3,5 cm, yang
paling bawah15 berwarna hijau, berbentuk bulat telur, makin ke atas makin
menyempit dan memanjang, warna putih atau putih keunguan, tajuk bagian
ujung berbelah-belah, warna putih atau merah jambu (Mahendra, 2006).
Bentuk bunga majemuk bulir silindris. Mahkota bunga berwarna putih.
Bagian di dalam tanah berupa rimpang yang mempunyai struktur berbeda
dengan Zingiber (yaitu berupa induk rimpang tebal berdaging, yang
membentuk anakan, rimpang lebih panjang dan langsing) warna bagian dalam
kuning jingga atau pusatnya lebih pucat.
Kandungan
senyawa
kurkumin
pada
kunyit
putih
dapat
mengindikasikan
khasiatnya
sebagai
antioksidan.
Dengan
aktivitas
antioksidan yang dimilikinya, kunyit putih dapat membantu mencegah
kerusakan sel. Karena mengandung minyak atsiri, kunyit putih dapat dipakai
untuk menjaga kesehatan saluran pernapasan dan pencernaan.
Rimpang kunyit mempunyai bau khas aromatik, rasa agak pahit, agak
pedas dan dapat bertindak sebagai astringensia. Astringensia merupakan zat
yang bekerja lokal yaitu dengan mengkoagulasi protein tetapi demikian kecil
daya penetrasinya sehingga hanya permukaan sel yang dipengaruhi. Akibat
dari aksi tersebut permeabilitas membran mukosa yang kontak dengan
astringen menurun sehingga kepekaan bagian tersebut menurun pula.
Selain dikenal sebagai pereda masuk angin dan gangguan ringan
lainnya seperti maag, kunyit juga diyakini memiliki potensi besar untuk
dikembangkan sebagai herba pelengkap penyembuhan kanker.Rimpang
kunyit putih mampu menghambat laju perkembangan sel kanker dan
mencegah kerusakan gen yang menjadi salah satu penyebab timbulnya
kanker. Hal ini karena rimpangnya mengandung riboisme in activating protein
(RIP), yakni protein toksis dan kurkumin. Senyawa protein inilah yang
Kunyit putih sering disebut sebagai anti inflamasi, anti astringen, anti
panas dalam, anti diare, anti nyeri perut, anti peluruh kentut, penambah nafsu
makan, mengobati penyakit hepatitis, gangguan pencernaan, antimikroba,
antikolesterol, dan anti-HIV. Kurkumin dan atsiri menghambat pertumbuhan
tumor payudara dan usus besar, menguatkan mekanisme pertahanan tubuh
terhadap virus maupun sel kanker.
Kunyit bersifat bakterisidal terhadap bakteri gram positif, yaitu
Lactobacillus fermentum, L. bulgaricus, Bacillus cereus, B. subtilis, dan B.
megaterium Kunyit mengandung lebih dari satu senyawa yang bersifat
bakterisidal. Salah satu senyawa tersebut adalah senyawa kurkumin yang
merupakan senyawa golongan fenol yang terdiri dari dua cincin fenol simetris
dan dihubungkan dengan satu rantai hiptadiena. Senyawa fenol menghambat
pertumbuhan mikroba dengan cara merusak membrane sel yang akan
menyebabkan denaturasi protein sel dan mengurangi tekanan permukaan sel
(Mahendra, 2006).
C.
PROSES PRODUKSI
Obat tradisional merupakan produk yang dibuat dari bahan alam yang
jenis dan sifat kandungannya sangat beragam sehingga untuk menjamin mutu
obat tradisional diperlukan cara pembuatan yang baik dengan lebih
memperhatikan proses produksi dan penanganan bahan baku. Cara Pembuatan
Obat Tradisional yang Baik (CPOTB) meliputi seluruh aspek yang menyangkut
pembuatan obat tradisional, yang bertujuan untuk menjamin agar produk yang
dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditentukan sesuai
dengan tujuan penggunaannya. Mutu produk tergantung dari bahan awal, proses
produksi dan pengawasan mutu, bangunan, peralatan dan personalia yang
menangani.
Penerapan CPOTB merupakan persyaratan kelayakan dasar untuk
menerapkan sistem jaminan mutu yang diakui dunia internasional. Untuk itu
kebijakan yang ditetapkan dan tujuan yang diinginkan dapat dicapai. Dengan
demikian penerapan CPOTB merupakan nilai tambah bagi produk obat
tradisional Indonesia agar dapat bersaing dengan produk sejenis dari negara lain
baik di pasar dalam negeri maupun internasional. Mengingat pentingnya
penerapan CPOTB maka pemerintah secara terus menerus memfasilitasi industri
obat tradisional baik skala besar maupun kecil untuk dapat menerapkan CPOTB
melalui langkah-langkah dan pentahapan yang terprogram (BPOM, 2005).
Simplisia ialah bahan dari tanaman yang masih sederhana, murni, belum
tercampur atau belum diolah, kecuali dibersihkan dan dijaga dengan baik agar
tidak tercampur dengan bagian-bagian tanaman lainnya. Pengambilan simplisia
atau bagian tanaman yang berkhasiat obat dari tanaman hendaknya dilakukan
secara manual (dengan tangan), agar persyaratanpersyaratan simplisia yang
dikehendaki dapat terpenuhi (Kartasapoetra,1992).
Simplisia dapat berupa simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia
pelikan atau mineral.
1.
Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh , bagian
tanaman atau eksudat tanaman. Yamg dimaksud dengan eksudat tanaman
adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau yang dengan
cara tertentu dikeluarkan dari selnya, atau zat-zat nabati lainnya yang
dengan cara tertentu dipisahkan dari tanamannya.
2.
Simplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan
atau zat-zat berguna yang dihasilkan oleh hewan.
3.
Simplisia mineral atau pelikan adalah simplisia yang berupa bahan
pelikanatau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara
sederhana dan belum berupa zat kimia murni .
Dalam pembuatan simplisia, kualitas bahan baku simplisia merupakan
faktor yang penting yang perlu diperhatikan. Sumber bahan baku dapat berupa
dari asal tumbuhan tersebut. Tumbuhan tersebut dapat berasal dari tanaman
budidaya maupun tumbuhan liar.
1.
Tanaman budidaya.
Tanaman ini sengaja dibudidaya, di Eropa dan Amerika telah
diberlakukan mengenai GAP (Good Agriculturing Practice) untuk digunakan
sebagai sumber bahan baku simplisia. Untuk itu bibit tanaman harus dipilih
yang baik, ditinjau dari penampilan dan kandungan senyawa berkhasiat, atau
dengan kata lain berkualitas atau bermutu tinggi. Dari simplisia tersebut akan
dihasilkan produk obat tradisional yang “reproducible” atau konsisten.
Terdapat faktor lain yang berpengaruh terhadap penampilan dan kandungan
kimia suatu tanaman, antara lain tempat tumbuh, iklim, pemupukan, waktu
panen, pengolahan pasca panen
2.
Tumbuhan liar.
Tumbuhan liar artinya tumbuhan tersebut tidak dibudidaya atau
tumbuh liar. Kumbuhan liar tersebut dapat dibudidayakan. Namun hal ini
jarang dilakukan oleh petani karena tradisi atau kebiasaan. Dari balai-balai
penelitian dapat kita peroleh informasi mengenai cara budidaya tanaman obat
tersebut yang semula merupakan tumbuhan liar.
3.
Simplisia dari pengepul.
Bahan simplisia yangg diperoleh dari pengepul. Dalam hal ini ada
yang berbentuk segar atau sudah merupakan simplisia. Untuk itu perlu
penanganan yang khusus tergantung dari bentuknya tadi. Sayang sampai saat
ini belum ada pengolah simplisia yang dapat diandalkan sehingga industri
jamu dapat memperoleh simplisia yang bermutu dari pengolah tersebut
(Gunawan dan Sri, 2004).
Kualitas simplisia dipengaruhi oleh faktor bahan baku dan proses
pembuatannya.
Berdasarkan bahan bakunya, simplisia bisa diperoleh dari tanaman liar
atau dari tanaman yang dibudidayakan. Jika simplisia berasal dari tanaman
yang dibudidayakan maka keseragaman umur, masa panen, dan galur (asal
usul dan garis keturunan) tanaman dapat dipantau. Sementara jika diambil dari
tanaman liar maka banyak kendala dan variabilitasnya yang tidak bisa
dikendalikan seperti asal tanaman, umur, dan tempat tumbuh.
2.
Proses Pembuatan Simplisia
Dasar pembuatan simplisia meliputi beberapa tahapan. Adapun
tahapan tersebut dimulai dari pengumpulan bahan baku , sortasi basah,
pencucian, pengubahan bentuk, pengeringan, sortasi kering, pengepakan dan
penyimpanan (Gunawan dan Sri, 2004).
Simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang
belum mengalami pengolahan apa pun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan. Simplisia dibedakan menjadi simplisia nabati, simplisia
hewani dan simplisia pelikan (mineral). Simplisia nabati adalah simplisia yang
berupa tumbuhan utuh, bagian tumbuhan atau eksudat tumbuhan. Simplisia
sebagai produk hasil pertanian atau pengumpulan tumbuhan liar (
wild crop
) tentu
saja kandungan kimianya tidak dapat dijamin selalu tetap (konstan) karena
disadari adanya variabel bibit, tempat tumbuh, iklim, kondisi (umum dan cara)
panen, serta proses pascapanen dan preparasi akhir. Walaupun ada juga yang
berpendapat bahwa variabel tersebut tidak berakibat besar pada mutu ekstrak
nantinya.
Variabel
tersebut
juga
dapat
dikompensasi
dengan
penambahan/pengurangan bahan setelah sedikit prosedur analisis kimia dan
sentuhan inovasi teknologi farmasi lanjutan sehingga tidak berdampak banyak
pada khasiat produksi. Usaha untuk menjaga variabel tersebut dianggap sebagai
usaha untuk menjaga mutu simplisia. Dalam hal simplisia sebagai bahan baku
(awal) dan produk siap dikonsumsi langsung, dapat dipertimbangkan tiga konsep
1.
Bahwa simplisia sebagai bahan kefarmasian seharusnya mempunyai tiga
parameter mutu umum suatu bahan (material), yaitu kebenaran jenis
(identifikasi), kemurnian (bebas dari kontaminasi kimia dan biologis), serta
aturan penstabilan (wadah, penyimpanan dan transportasi).
2.
Bahwa simplisia sebagai bahan dan produk konsumsi manusia sebagai obat
tetap diupayakan memiliki tiga paradigma seperti produk kefarmasian lainnya,
yaitu
Quality-Safety-Efficacy
(mutu-aman-manfaat).
3.
Bahwa simplisia sebagai bahan dengan kandungan kimia yang bertanggung
jawab terhadap respons biologis untuk mempunyai spesifikasi kimia, yaitu
informasi komposisi (jenis dan kadar) senyawa kandungan (Anonim
f,2000).
Pembuatan simplisia dilakukan dengan beberapa metode dasar seprti :
1.
Simplisia dibuat dengan cara pengeringan.
Pembuatan simplisia dengan cara ini pengeringannya dilakukan
dengan cepat, tetapi pada suhu yang tidak terlalu tinggi. Pengeringan dengan
waktu lama akan mengakibatkan simplisia yang diperoleh ditumbuhi kapang.
Pengeringan yang dilakukan pada suhu terlalu tinggi akan mengakibatkan
perubahan kimia pada kandungan senyawa aktifnya. Untuk mencegah hal
tersebut, bahan simplisia yang memerlukan perajangan perlu diatur
perajangannya sehingga diperoleh tebal irisan yang pada pengeringannya
tidak mengalami kerusakan.
2.
Simplisia dibuat dengan proses fermentasi.
Proses fermentasi dilakukan dengan saksama agar proses tersebut
tidak berkelanjutan kearah yang tidak diinginkan.
3.
Simplisia dibuat dengan proses khusus.
Pembuatan simplisia dengan cara penyulingan, pengentalan eksudat
nabati, pengeringan sari air dan proses khusus lainnya dilakukan dengan
berpegang pada prinsip bahwa simplisia yang dihasilkan harus memiliki mutu
sesuai dengan persyaratan.
Pati, talk, dan sebagainya pada proses pembuatannya memerlukan air.
Air yang digunakan harus bebas dari pencemaran racun serangga, kuman
patogen, logam berat, dan lain– lain (Anonim
g,1985).
Pada proses pembuatan simplisia dengan cara pengeringan dilakukan
dengan tahap – tahap sebagai berikut :
1.
Pengumpulan bahan baku. Kadar senyawa aktif dalam suatu simplisia
berbeda–beda antara lain tergantung pada : 1) bagian tanaman yang digunakan
2) Umur tanaman atau bagian tanaman pada saat panen 3) Waktu panen 4)
Lingkungan tempat tumbuh Waktu panen sangat erat hubunganya dengan
pembentukan senyawa aktif di dalam bagian tanaman yang akan dipanen.
Waktu panen yang tepat pada saat bagian tanaman tersebut mengandung
senyawa aktif dalam jumlah yang terbesar. Senyawa aktif tersebut secara
maksimal di dalam bagian tanaman atau tanaman pada umur tertentu. Di
samping waktu panen yang dikaitkan dengan umur, perlu diperhatikan pula
saat panen dalam sehari. Dengan demikian untuk menentukan waktu panen
dalam sehari perlu dipertimbangkan stabilitas kimia dan fisik senyawa aktif
dalam simplisia terhadap panas sinar matahari.
2.
Sortasi Basah. Sortasi basah dilakukan untuk memisahkan kotoran – kotoran
atau bahan – bahan asing lainya dari bahan simplisia. Misalnya pada simplisia
yang dibuat dari akar suatu tanaman obat, bahan – bahan seperti tanah, kerikil,
rumput, batang, daun, akar yang telah rusak, serta pengotor lainya harus
dibuang.
3.
Pencucian.
Pencucian dilakukan untuk menghilangkan tanah dan pengotoran
lainya yang melekat pada bahan simplisia. Pencucian dilakukan dengan air
bersih, misalnya air dari mata air, air dari sumur atau air PAM. Pencucian
terutama dilakukan terhadap simplisia organ tanaman bawah tanah untuk
mencuci sisa-sisa tanah yang melekat. Untuk simplisia jumlah besar
ditempatkan di atas alat seperti jaring-jaring. Air yang digunakan dapat dari
berbagai sumber namun tetap harus memperhatikan kemungkinan adanya
pencemaran.
4.
Perajangan. Beberapa jenis bahan simplisia perlu mengalami proses
perajangan. Perajangan bahan simplisia dilakukan untuk mempermudah
proses pengeringan, pengepakan dan penggilingan. Tanaman yang baru
diambil jangan langsung dirajang tetapi dijemur dengan keadaan utuh selama
1 hari. Perajangan dapat dilakukan dengan pisau, dengan alat mesin perajang
khusus sehingga diperoleh irisan tipis atau potongan dengan ukuran yang
dikehendaki.
5.
Pengeringan. Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang
tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama.
Dengan mengurang kadar air dan menghentikan reaksi enzimatik akan
dicegah penurunan mutu atau perusakan simplisia.
6.
Sortasi kering. Sortasi setelah pengeringan sebenarnya merupakan tahap
akhir pembuatan simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan benda – benda
asing seperti bagian – bagian tanaman yang tidak diinginkan dan pengotr –
pengotor lain yang masih ada dan tertinggal pada simplisia kering.
7.
Pengepakan dan penyimpanan. Pada penyimpaan simplisia perlu diperhatikan
beberapa hal yang dapat mengakibatkan kerusakan simplisia, yaitu cara
pengepakan, pembungkusan dan pewadahan, persyaratan gudang simplisia,
cara sortasi dan pemeriksaan mutu, serta cara pengawetanya. Penyebab
kerusakan pada simplisia yang utama adalah air dan kelembaban. Cara
pengemasan simplisia tergantung pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan
pengemasaan. Bahan dan bentuk pengemasan harus sesuai, dapat melindungi
dari kemungkinan kerusakan simplisia, dan dengan memperhatikan segi
pemanfaatan ruang untuk keperluan pengangkutan maupun penyimpananya.
8.
Pemeriksaan mutu. Pemeriksaan mutu simplisia dilakukan pada waktu
Simplisia yang diterima harus berupa simplisia murni dan memenuhi
persyaratan umum untuk simplisia seperti yang disebutkan dalam Buku
Farmakope Indonesia, Ekstra Farmakope Indonesia ataupum Materia Medika
commit to user
22
III.
TATALAKSANA DAN PELAKSANAAN
A.
Tempat dan Waktu Pelaksanaan
1.
Tempat Magang
Magang
ini
dilaksanakan
di
CV.
Herbaltama
Persada
YogyakartaWiyoro Baru III No.21 RT.10 Baturetno, Banguntapan, Bantul
Yogyakarta 55197Telp. 0274 - 9131100, 0274 - 4439101, Hp.08122736443
email : herbaltama@yahoo.com
2.
Waktu Pelaksanaan
Magang dilaksanakan pada tanggal 21 Februari sampai 21 Maret 2011.
B.
Metode Pelaksanaan
Adapun metode yang digunakan dalam pelaksanaan magang ini yaitu :
1.
Metode Dasar
Metode dasar yang digunakan dalam penyusunan laporan adalah
metode deskriptif analitik, yaitu metode penerapan permasalahan sehingga
nmemusatkan perhatian pada permasalahan yang ada pada masa sekarang dan
bertitik tolak dari data yang dikumpulkan, dianalisis dan disimpulkan dalam
konteks teori–teori yang ada dan dari penelitian terdahulu.
2.
Wawancara
Metode wawancara adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan cara menanyakan berbagai pertanyaan kepada sumber secara
langsung. Wawancara dilakukan dengan cara mencatat ataupun merekam
jawaban dari sumber wawancara yang sebelumnya telah disiapkan daftar
pertanyaan yang akan ditanyakan terlebuh dahulu.
3.
Pelaksanaan Kegiatan Magang Perusahaan
Salah satu metode pelaksanaan dalam mengumpulkan data ini adalah
dengan melaksanakan magang di CV. Herbaltama Persada Yogyakarta yang
dilaksanakan pada tanggal 21 Februari sampai 21 Maret 2011. Dengan
dengan cara terjun langsung ke lapangan dan melaksanakan semua kegiatan
yang berhubungan dengan data yang dibutuhkan.
4.
Studi Pustaka
Dengan metode ini mahasiswa dapat membandingkan data yang ada
dilapangan dengan teori yang ada di dalam buku. Buku–buku yang
mendukung data yang ada di lapangan digunakan sebagai tinjauan pustaka
yang akan menguatkan data yang diperoleh. Studi pustaka ini dapat berasal
dari buku luar negeri, dalam negeri, jurnal ataupun berasal dari internet.
5.
Metode Analisis Data
Data yang tekumpul dianalisis dengan menggunakan tabulasi
representatif yaitu dengan menganalisa data yang telah terkumpul dengan
analisis kualitatif. Pada kasus–kasus tertentu mahasiswa dapat pula
menjelaskan secara lebih mendalam berdasarkan teori-teori atau keterangan
commit to user
24
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Kondisi Umum Perusahaan
1.
Profil Perusahaan
Sehat dengan herbal Alami, begitulah awal pemikiran pendiri
perusahaan dalam usaha pengembangan herbal. Sumber daya alam Indonesia
yang melimpah menjadi modal yang sangat berharga dalam upaya
pengembangan produk-produk herbal. Dengan bahan baku dalam negeri yang
melimpah, menjadikan harga bahan baku dan produk herbal lokal sangat
terjangkau oleh masyarakat, juga memiliki daya saing yang tinggi dibanding
produk sejenis dari luar negeri. Efek samping yang rendah dan tingkat
keamanan yang tinggi juga menjadikan produk-produk herbal semakin banyak
diminati dan dipercaya masyarakat untuk kesehatan. Herbaltama Persada
Yogyakarta Yogyakarta berusaha memperkenalkan dan mensosialisasikan
penggunaan herbal alami untuk kesehatan, baik untuk pencegahan (preventif),
pengobatan (kuratif), pemulihan (rehabilitatif) maupun peningkatan
(promotif) kesehatan. Selain memperkenalkan dan mensosialisasikan
penggunaan obat herbal, CV. Herbaltama Persada Yogyakarta juga
memproduksi produk-produk herbal yang siap dimanfaatkan dan dikonsumsi
oleh masyarakat. Kualitas yang terjaga, keamanan yang terjamin dan harga
yang terjangkau menjadikan produk-produk herbal perusahaan ini siap
bersaing dan pantas menjadi produk Mitra Herbal Anda.
CV. Herbaltama Persada Yogyakarta Yogyakarta telah memiliki surat
ijin produksi sebagai Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) dan beberapa
surat ijin dan sertifikat lainnya, sehingga produk yang dihasilkan oleh CV.
Herbaltama Persada Yogyakarta dapat dipertanggungjawabkan kemanan dan
khasiatnya sebagai obat tradisional. Secara lebih rinci surat ijin dan sertifikat
Nama Perusahaan
: CV. Herbaltama Persada Yogyakarta
Yogyakarta
SIUP
: 510/DP/Ki/331/V/2008
TDP
: 504/DP/CV/110/V/2008
Ijin Dep.Kes. RI
: SP No.487/12.02.2002
Ijin Produksi / IKOT
: 448/6147/IV.2
Sertifikat Halal Cangkang Kapsul : No. 00140012700600
Penanggung Jawab Teknis
: Nugroho Tri Haryono, S.Si, Apt.
2.
Sejarah singkat dan perkembangan
CV. Herbaltama Persada Yogyakarta Yogyakarta adalah perusahaan
yang bergerak di bidang produksi obat tradisional. CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta didirikan oleh bapak Nugroho Tri Haryono, S.Si, Apt. yang
merupakan seorang apoteker alumni Universitas Gajah Mada (UGM)
Yogyakarta. Beliau mendapatkan gelar tersebut pada tahun 1999. Sebelum
terjun ke dunia obat tradisional, beliau menjadi salah satu dosen pengajar di
Universitas tersebut. Dua tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2001 beliau
bergabung dengan PT. Herbal Nusantara dan mendapat amanah untuk
menjabat sebagai asisten apoteker di perusahaan tersebut. PT. Herbal
Nusantara merupakan perusahaan yang memproduksi obat tradisional (jamu)
yang telah memiliki cabang di berbagai daerah.
Karena prestasinya di perusahaan tersebut, beliau dipercaya untuk
menempati posisi apoteker menggantikan apoteker sebelumnya. Pada tahun
2003 PT. Herbal Nusantara mengalami masalah internal dan manajemen yang
tidak sehat dan berujung pada runtuhnya perusahaan tersebut. Pada tahun
yang sama, bapak Nugroho mulai merintis usahanya di bidang industri obat
tradisional. Awalnya tempat produksi jamu masih bersama dengan rumah
kontrakan bapak Nugroho yang terletak di Kota Gede, Yogyakarta. Beliau
Produk jamu yang dihasilkan berupa minuman instan berbentuk
serbuk. Karena respon positif konsumen terhadap produk jamunya, bapak
Nugroho mulai mendaftarkan industri obat tradisionalnya dan baru
mendapatkan ijin sebagai Industri Kecil Obat Tradisional (IKOT) pada tangga
27 April 2005. Dengan keluarnya surat ijin tersebut, maka kepercayaan
konsumen terhadap produk jamu dari CV. Herbaltama Persada Yogyakarta
semakin bertambah. Selain itu berkat surat ijin tersebut, bapak Nugroho dapat
dapat melebarkan sayap untuk mengembangkan usahanya dengan
memanfaatkan bantuan dana dari berbagai sumber.
Produk yang dihasilkan tidak lagi berbentuk serbuk minuman instant,
tetapi telah mengalami kemajuan dengan produk yang dikemas dalam kapsul
dan produk teh herbal. Bahkan salah satu produk jamu kapsul dari CV.
Herbaltama Persada Yogyakarta telah mendapatkan kepercayaan dari YPKI
(Yayasan Peduli Kanker Indonesia) sebagai salah satu produk yang
direkomendasikan YPKI bagi penderita kanker di Indonesia.
Berkat keberhasilan tersebut, sekarang CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta memiliki tempat produksi tersendiri yang telah sesuai dengan
peraturan BPOM terkait tempat produksi obat tradisional. Meski demikian,
CV. Herbaltama Persada Yogyakarta masih tergolong industri rumah tangga
karena peralatan yang digunakan mayoritas masih menggunakan peralatan
sederhana.
3.
Lokasi Perusahaan
CV. Herbaltama Persada Yogyakarta mempunyai dua tempat
produksi. Kantor CV. Herbaltama Persada Yogyakarta yang sekaligus sebagai
tempat penerimaan bahan baku dan pengolahan sampai menjadi simplisia
beralamat Wiyoro Baru III No.21 RT.10 Baturetno, Banguntapan, Bantul
Yogyakarta. Sedangkan tempat pengapsulan, pengemasan sampai produk jadi
Lokasi CV. Herbaltama Persada Yogyakarta memiliki banyak
keuntungan
a.
Tidak terlalu jauh dengan pasar bahan baku.
b.
Alat trasportasi mudah dijangkau.
c.
Tenaga kerja yang mudah dan murah.
d.
Terdapat fasilitas listrik dan telepon.
e.
Lingkungan masyarakat yang mendukung.
f.
Tanah yang luas untuk ekspansi.
g.
Dekat dengan tempat tinggal pemilik.
4.
Struktur Organisasi
Menurut Badan POM RI dalam Pedoman Cara Pembuatan Obat
Tradisional yang Baik (CPOTB), Personalia hendaklah mempunyai
pengetahuan, pengalaman, ketrampilan dan kemampuan yang sesuai dengan
tugas dan fungsinya, dan tersedia dalam jumlah yang cukup. Mereka
hendaklah dalam keadaan sehat dan mampu menangani tugas yang
dibebankan kepadanya. CV. Herebaltama Persada Yogyakarta mempunyai
personalia dengan keahlian, ketrampilan dan pengalaman kerja yang berbeda
– beda sesuai jabatan yang diamanahkan kepadanya. Pembagian wewenang
dan tanggungjawab setiap personalia dapat dilihat dari struktur organisasi CV.
Herebaltama Persada Yogyakarta (Gambar 4.1).
Penjelasan terkait jabatan setiap personalia mengenai wewenang dan
tanggungjawab berdasarkan struktur organisasi CV. Herebaltama Persada
Yogyakarta adalah sebagai berikut :
a.
Direkur : merupakan jabatan tertinggi dalam CV. Herebaltama Persada
Yogyakarta. Direktur dijabat oleh bapak Nugroho Tri Haryono, S.Si, Apt
yang meruapakan pemilik perusahan.
1)
Wewenang : Direktur mempunyai wewenang dalam pengambilan
keputusan tertinggi dalam menangani permasalahan dan tantangan
2)
Tanggungjawab : Direktur bertanggungjawab atas segala sesuatu
yang berkaitan dengan mekanisme perusahaan, mengayomi
karyawan dan bertanggungjawab dalam upaya pengembangan
perusahaan dari berbagai lini, mengadakan pelatihan – pelatihan
yang dapat meningkatkan keahlian dan ketrampilan personalia dalam
industri obat tradisional.
b.
Apoteker penanggung jawab teknis : merupakan jabatan yang mempunyai
peranan penting dalam perkembangan perusahaan terkait pengendalian
mutu produk dan penelitian – penelitian yang dapat memunculkan produk
– produk unggulan dari CV. Herbaltama Persada Yogyakarta. Apoteker
penanggung jawab teknis dijabat oleh Nugroho Tri Haryono, S.Si, Apt.
1)
Wewenang : mengetahui hasil pemeriksaan terkait kontrol kualitas
mulai dari bahan baku sampai produk akhir.
2)
Tanggungjawab : bertanggungjawab penuh kepada direktur
mengenai kontrol kualitas bahan baku sampai produk jadi,
bertanggungjawab dalam penelitian – penelitian yang dapat
meningkatkan mutu produk dan memunculkan produk unggulan
perusahaan.
c.
Kepala kontrol kualitas : merupakan jabatan yang mempunyai
tanggungjawab penuh terhadap kontol kualitas mulai dari bahan baku
sampai produk jadi. Menurut Badan POM RI dalam Pedoman Cara
Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB), Dalam struktur
organisasi perusahaan, bagian produksi dan pengawasan mutu hendaklah
dipimpin oleh orang yang berbeda dan tidak ada keterkaitan
tanggungjawab satu sama lain. Posisi Kepala kontrol kualitas
CV.Herbaltama Persada Yogyakarta dijabat oleh Sri Suparyani, Apt yang
hanya menempati jabatan tersebut dan tidak memiliki keterikatan dengan
yang akan membantunya dalam menjalankan tugasnya untuk mengontrol
kualitas bahan baku sampai produk jadi.
1)
Wewenang : menetapkan persetujuan atas bahan awal, produk
antara, produk ruahan dan produk jadi yang telah memenuhi
spesifikasi, atau menolaknya apabila tidak memenuhi spesifikasi,
atau yang dibuat tidak sesuai prosedur dan kondisi yang telah
ditetapkan.
2)
Tanggungjawab : Bertanggungjawab kepada Apoteker dan Direktur
mengenai semua tugas pengawasan mutu yang meliputi penyusunan,
verifikasi dan penerapan semua prosedur pengawasan mutu.
d.
Kepala produksi : sesuai pedoman CPOTB, kepala produksi dijabat oleh
orang yang berbeda dengan posisi Kepala kontrol kualitas. Posisi ini
dijabat oleh Umi Asih yang telah mempunyai pengalaman dan
ketramplilan dalam produksi obat tradisional. Kepala produksi
membawahi beberapa supervisor yang akan membantunya dalam
menjalankan proses produksi.
1)
Wewenang : mempunyai wewenang dalam pengambilan keputusan
dalam serangkaian proses produksi.
2)
Tanggungjawab : tanggungjawab dalam manajemen produksi yang
meliputi semua pelaksanaan kegiatan, peralatan, personalia produksi,
area produksi dan pencatatan.
e.
Supervisor : merupakan jabatan yang diamanahkan kepada karyawan
senior yang telah berpengalaman dan terampil dalam proses produksi
maupun pengontrolan kulaitas di CV. Herbaltama Persada Yogyakarta.
Hal ini sesuai dengan Pedoman CPOTB yang dikeluarkan oleh Badan
POM yang berbunyi : “Hendaklah dijabarkan kewenangan dan
tanggungjawab personil-personil lain yang ditunjuk untuk menjalankan
DIREKTUR
APOTEKER PENANGGUNG JAWAB TEKNIS
KEPALA KONTROL KUALITAS Sri Suparyani, Apt.
KEPALA PRODUKSI Umi Asih Nugroho, S.Si, Apt
SUPERVISOR
SUPERVISOR SUPERVISOR
SUPERVISOR
[image:38.595.125.510.184.566.2]SUPERVISOR SUPERVISOR
Gambar 4.1. Struktur Organisasi CV. Herbaltama Persada Yogyakarta
terlatih dalam jumlah yang memadai, untuk melaksanakan supervisi
langsung di setiap bagian produksi dan unit pemeriksaan mutu”.
1)
Wewenang : menjadi tangan kanan kepala kualitas kontrol atau
kepala produksi sesuai posisinya yang dapat menggantikan tugas
kelapa kualitas kontrol atau kepala produksi saat tidak berada di
tempat sehingga mekanisme pengontrolan kualitas dan proses
produksi tetap berjalan.
2)
Tanggungjawab : bertanggungjawab atas berjalannya proses
pengontrolan kualitas maupun proses produksi.
Melihat dari bagan maupun uraian mengenai struktur organisasi di
atas, dapat dilihat bahwa struktur organisasi tersebut mempunyai kelebihan
dan kekurangan. Kelebihan dari struktur dengan beberapa jabatan dipegang
oleh seorang yang sama adalah dapat memaksimalkan sumber daya manusia
yang ada, sehingga dapat meminimalisir pengeluaran. Akan tetapi hal tersebut
dengan adanya rangkap jabatan tersebut akan riskan terhadap kekurang
profesionalan dan totalitas pegawai dalam mengemban jabatan yang
diamanahkan kepadanya.
Adapun karyawan-karyawan yang bekerja dalam CV. Herbaltama
Persada Yogyakarta terbagi menjadi dua yaitu :
a.
Karyawan yang tidak berhubungan langsug dengan proses produksi.
b.
Karyawan yang berhubungan langsung dengan proses produksi.
Karyawan – karyawan yang mengkoordinasi langsung pada
proses produksi adalah sebagai berikut :
-
Bagian pengadaan barang
-
Bagian gudang 1 oragng
-
Bagian penepakan 1 orang
-
Bagian proses produksi kapsul 1 orang
-
Bagian pengayakan 1 orang
-
Bagian pengemasan dan pelabelan
Pada aplikasi kerja setiap karyawan melaksanakan setiap
produksi karena belum ada diferensiasi pekerjaan dan proses
produksinya tergolong masih sederhana sehingga tidak menuntut
keahlian khusus dari setiap karyawannya. Karyawan pria menangani
dan mengurusi bagian gudang dan pencampuran bahan baku, oven dan
pekerjaan yang lebih membutuhkan tenaga yang kuat. Sedangkan
karyawan wanita mengurusi bagian yang tidak banyak membutuhkan
tenaga, namun membutuhkan ketelitian dan kerapian.
5.
Tenaga Kerja dan Jam Kerja
Karyawan pria menangani dan mengurusi bagian gudang dan
pencampuran bahan baku, oven dan pekerjaan yang lebih membutuhkan
tenaga yang kuat. Sedangkan karyawan wanita mengurusi bagian yang tidak
banyak membutuhkan tenaga, namun membutuhkan ketelitian dan kerapian.
sekitar lokasi pendirian, hal ini ditujukan untuk menyerap tenaga kerja serta
mengurangi pengangguran desa setempat.
Semua personil yang langsung terlibat dalam kegiatan pembuatan
hendaklah dilatih dalam pelaksanaan pembuatan Pelatihan hendaklah
dilakukan secara berkelanjutan. Catatan hasil pelatihan hendaklah dipelihara,
dan keefektifannya hendaklah dievaluasi secara periodic, sesuai dengan
prinsip - prinsip Cara Pembuatan yang Baik (CPOTB).
a.
Ketenaga kerjaan
1)
Masuk kerja
CV. Herbaltama Persada Yogyakarta memberlakukan jam
kerja mulai hari senin sampai sabtu dengan jam kerja pukul 08.00
sampai pukul 16.00. Untuk jam istirahat dari pukul 12.00-13.00 WIB
untuk makan siang. Sedangkan untuk hari jumat istirahat mulai pukul
11.30 sampai pukul 13.00 WIB karena memberikan kesempatan
kepada pekerja yang beragama islam untuk melaksanakan sholat jumat
dan pada hari sabtu jam kerja sampai pukul 13.00. Kadang di CV
Herbaltama Persada Yogyakarta mengadakan lembur kerja apabila
permintaan jamu di pasaran banyak sehingga untuk mengejar target
permntaan.
2)
Sistem gaji
Sistem gaji yang diterapkan di CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta memberikan gaji pada setiap karyawan berdasarkan
prestasi (lemburan), lama karyawan tersebut bekerja (karayawan
bagian produksi bahan baku sampai serbuk dan karyawan bagian
pengapsulan). Sedangkan gaji minimum UMR hanya diberikan untuk
pembayaran gaji dilakukan setiap bulan yaitu setiap awal bulan,
sedangkan untuk gaji lemburan atau gaji bagian finishing diberikan
setiap mingguan.
Sistem gaji yang berlaku di CV. Herbaltama Persada
Yogyakarta ada 2 macam yaitu harian dan borongan. Untuk karyawan
harian gaji perbulan sesuai UMR yang ditentukan perusahaan,
sedangkan gaji borongan tiap seribu kapsul mendapat upah Rp.
10.000,00
3)
Hak dan kewajiban karyawan
a)
Hak karyawan
-
Mendapatkan gaji tiap bulan
-
Menikmati fasilitas-fasilitas yang disediakan perusahaan
-
Menikmati tunjangan-tunjangan yang diberikan perusahaan
-
Mendapat izin cuti dari perusahaan
b)
Kewajiban karyawan
-
Mematuhi dan melaksanakan peraturan yang diberlakukan di
CV Herbaltama Persada Yogyakarta
-
Bersedia menerima sangsi atau pemutusan kerja jika terbukti
melakukan kesalahan.
-
Menjaga kedisiplinan dan kebersihan.
-
Melaksanakan kerja dan menjalin hubungan yang baik
diantara sesama karyawan.
4)
Kesejahteraan karyawan
Tunjangan yang diberikan di CV Herbaltama Persada
Yogyakarta berupa Tunjangan Hari Raya (THR) yang diberikan
pada saat menjelang hari raya, yang besarnya sejumlah gaji
karyawan satu bulan penuh.
b)
Keselamatan Kerja
Pengertian keselamatan kerja adalah peraturan yang berisi
tindakan pencegahan kecelakaan kerja serta kerugian yang
diakibatkannya. Tiap karyawan wajib mendapatkan keselamatan
kerja dan kesehatan. Perusahaan telah memberikan jaminan
keselamatan kerja yang baik yaitu seperti menyediakan baju
seragam. Perusahaan juga menyediakan penutup hidung sekali
pakai (masker) bagi karyawannya.
c)
Cuti
Cuti diberikan selama hari raya dan sisanya adalah jatah
yang dapat diambil sewaktu-waktu. Untuk karyawan yang hamil
dan akan melahirkan diberi cuti selama 3 bulan yang biasanya
diambil setelah melahirkan serta libur 3 hari bagi karyawan yang