• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP) (Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo)."

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS AKTIVITAS DISTRIBUSI DAN USULAN PENGGUNAAN METODE DISTRIBUTION REQUIREMENT PLANNING (DRP)

(Studi Kasus Di UD. Azam Jaya – Sidoarjo)

S

SKKRRIIPPSSII

D

DiiaajjuukkaannOOlleehh:: VINA NUR QONITA

NPM : 0732010105

JURUSAN TEKNIK INDUSTRI

FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah berkat rahmat Tuhan YME yang telah memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga Laporan Penelitian Tugas Akhir (Skripsi) dengan judul “Analisis Aktivitas Distribusi Produk Sandal Dan Usulan Penggunaan Metode Distribution Requirement Planning (DRP) di UD. Azam Jaya - Sidoarjo” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Penulisan skripsi ini dilaksanakan untuk memenuhi persyaratan kelulusan Program Sarjana Strata - 1 (S-1) di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Terselesaikannya Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya tak lepas dari bantuan banyak pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Allah SWT karena atas ijin-NYA lah laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini bisa terselesaikan tepat pada waktunya.

2. Orang Tua saya yang selalu memberikan dukungan dan doa kepada saya. 3. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto,MP. Selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Ir. Sutiyono, MT. Selaku Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

5. Bapak Dr. Ir. Minto Waluyo, MM. Selaku ketua jurusan Teknik Industri Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

6. Bapak Ir. Budi Santoso MMT. Selaku Dosen Pembimbing I 7. Bapak Ir. Joumil Aidil SZS MT. Selaku Dosen Pembimbing II 8. Dosen penguji Seminar 1 & 2 maupun Dosen Penguji Skripsi saya.

9. Bapak Saiful Mu’in selaku pimpinan perusahaan UD. Azam Jaya - Sidoarjo. 10.Ibu Lis pembimbing lapangan di UD. Azam Jaya - Sidoarjo dan Seluruh

karyawan UD. Azam Jaya - Sidoarjo yang telah meluangkan waktunya terhadap penelitian saya.

(3)

12.Seluruh Assisten Laboratorium Pemrograman Komputer dan SSI Teknik Industri Th 2011.

13.Teman-teman seangkatan khususnya Paralel C dan Semua pihak yang telah membantu penyelesaian Skripsi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu.

Dalam penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini tentunya masih terdapat banyak kekurangan, namun hal itulah yang mendorong kami untuk berbuat lebih baik. Kami mohon maaf jika penulisan Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini terdapat kesalahan, Akhirnya semoga Laporan Tugas Akhir (Skripsi) ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak.

Surabaya, 8 September 2011

Hormat kami

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR GAMBAR... vii

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah.... ... 2

1.4 Asumsi ... 3

1.5 Tujuan Penelitian ... 3

1.6 Manfaat Penelitian ... 3

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Distribusi Persediaan... 6

2.1.1 Timbulnya Persediaan... 7

2.1.2 Fungsi Persediaan ... 8

2.1.3 Jenis Persediaan ... 9

2.1.4 Biaya – Biaya dalam Sistem Persediaan ... 10

2.1.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik... 11

2.1.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item ... 12

(5)

2.2 Distribution Requirement Planning ... 16

2.2.1 Konsep Distribution Requirement Planning... 20

2.2.2 Fungsi Distribution Requirement Planning ... 22

2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman ... 23

2.4 Peramalan... 27

2.4.1 Peran Akan Teknik Peramalan ... 32

2.4.2 Prinsip-prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan... 32

2.4.3 Metode Peramalan ... 33

2.4.4 Peramalan Demand Bulanan ... 39

2.4.5 Pengujian Peramalan ... 40

2.5 Penelitian Terdahulu ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ... 51

3.2 Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel... 51

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 53

3.4 Metode Pengolahan Data ... 53

3.5 Langkah – Langkah Pemecahan Masalah ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data ... 65

4.1.1 Data Permintaan Produk Bulanan ... 65

4.1.2 Data Inventory On Hand ... 68

4.1.3 Lead Time... 68

4.1.4 Biaya Pengiriman ... 69

(6)

4.2 Pengolahan Data ... 72

4.2.1 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode Perusahaan ... 72

4.2.2 Perhitungan Biaya Ditribusi Metode DRP... 73

4.2.2.1 Menghitung EOQ dan SS... 74

4.2.2.1.1 Menghitung Economic Order Quantity ... 74

4.2.2.1.2 Menghitung Safety Stock... 75

4.2.3 Perbandingan Metode Perusahaan Dengan Metode DRP... 77

4.2.4 Membuat Diagram Pencar Data Permintaan... 78

4.2.4.1 Menghitung Mean Square Error(MSE) ... 79

4.2.4.2 Uji Verifikasi dengan Moving Range Chart ... 79

4.2.4.3 Menentukan Peramalan Demand Bulanan ... 81

4.2.4.4 Menghitung EOQ dan SS... 82

4.2.4.4.1 Menghitung Economic Order Quantity ... 83

4.2.4.4.2 Menghitung Safety Stock... 84

4.2.5 Pembuatan Total Kebutuhan Seluruh Produk ... 85

4.3 Analisa dan Pembahasan... 86

4.3.1 Perbandingan Metode Perusahaan dengan Metode DRP... 112

4.3.2 Perencanaan Distribusi Hasil Peramalan Dengan Metode DRP ... 113

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 95

5.2 Saran... 96 DAFTAR PUSTAKA

(7)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Sistem Logistik... 6

Gambar 2.2 Model Persedian Klasik ... 12

Gambar 2.3 Kurva Total Cost Minimum ... 14

Gambar 2.4 Distribution Requirement Planning ... 17

Gambar 2.5 Pola data Horison ... 29

Gambar 2.6 Pola data Musiman ... 29

Gambar 2.7 Pola data Siklus ... 30

Gambar 2.8 Pola data Trend... 30

Gambar 2.9 Grafik Moving Range ... 37

Gambar 3.1 Struktur Distribusi Produk ... 55

Gambar 3.2 Diagram Alir Pemecahan Masalah (Flow Chart) ... 58

Gambar 4.1 Diagram Pencar Data Permintaan Produk GN ... 78

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Persamaan MRP dan DRP ... 18

Tabel 2.2 Pebedaan MRP dan DRP ... 18

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP... 21

Tabel 2.3 Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart .. 25

Tabel 3.1 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap item ... 56

Tabel 4.1 Data Permintaan Produk GN... 66

Tabel 4.2 Data Permintaan Produk SL... 66

Tabel 4.3 Data Permintaan Produk SW ... 67

Tabel 4.4 Data Permintaan Produk JP... 67

Tabel 4.5 Inventory On Hand Januari 2010 ... 68

Tabel 4.6 Inventory On Hand Februari 2011 ... 68

Tabel 4.7 Lead Time... 69

Tabel 4.8 Rincian Biaya Penyimpanan ... 69

Tabel 4.9 Biaya Simpan Produk GN (Rp. 300,-/pasang/bulan)... 70

Tabel 4.10 Biaya Simpan Produk SL (Rp. 250,-/pasang/bulan) ... 70

Tabel 4.11 Biaya Simpan Produk SW (Rp. 200,-/pasang/bulan)... 71

Tabel 4.12 Biaya Simpan Produk JP (Rp. 250,-/pasang/bulan)... 71

Tabel 4.13 Biaya Simpan Produk selama 1 tahun... 72

Tabel 4.14 Total Biaya Pengiriman selama 1 tahun ... 73

Tabel 4.15 Economy Order Quantity (EOQ) (pasang) ... 75

Tabel 4.16 Safety Stock (SS)... 76

Tabel 4.17 Total Cost Disrtibution dengan DRP ... 77

Tabel 4.18 Perbandingan Hasil Total Cost ... 77

Tabel 4.19 Mean Square Error ... 79

Tabel 4.20 Perhitungan Moving Rang Chart Produk GN ... 80

Tabel 4.21 Hasil Peramalan Demand Bulanan ... 82

Tabel 4.22 Economy Order Quntity(DRP) (pasang) ... 84

Tabel 4.23 Safety Stock (SS) ... 85

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Gambaran Umum Perusahaan

Lampiran B Data Permintaan dan Plot Data untuk Peramalan Lampiran C Perhitungan EOQ

Lampiran D Perhitungan Safety Stock

Lampiran E Perhitungan Total Biaya Distribusi

Lampiran F Plot Data Permintaan Masing-masing Produk Lampiran G Tabel Forcesting Masing-masing Produk Lampiran H Total Perhitungan Moving Range Chart (MRC) Lampiran I Hasil Peramalan Demand Bulanan

Lampiran J Perhitungan EOQ

Lampiran K Perhitungan Safety Stock

(10)

ABSTRAK

Suatu perusahaan banyak dihadapkan pada masalah yang berhubungan dengan sistem distribusi. Masalah yang timbul karena konsumen berada pada lokasi yang terpisah secara geografis, hal ini mengakibatkan pentingnya untuk menyimpan persediaan pada beberapa lokasi sehingga dapat menimbulkan masalah pada manajemen dalam mengkoordinasikan sistem distribusi dari bagian pemasaran, juga pada bagian produksi yang akan menghasilkan produk terbaik. Untuk itu diperlukan adanya sistem distribusi yang baik serta persediaan produk yang tepat agar tingkat kepuasan konsumen maupun keuntungan perusahaan dapat terjaga.

UD. Azam Jaya adalah perusahaan sandal, perusahaan ini memproduksi produk Sandal di antaranya yaitu GN, SL, SW, dan JP. UD. Azam Jaya tampaknya belum memiliki satu aktivitas distribusi yang baik. Aktivitas distribusi yang dijalankan oleh perusahaan kurang efektif dan memiliki beberapa kelemahan. Diantaranya sering terjadi kelebihan atau kekurangan terhadap permintaan produk dan keterlambatan pengiriman produk. Hal ini karena pihak perusahaan belum dapat memperkirakan kapan permintaan yang akan datang dan berapa jumlah yang akan dipesan.Sehingga pihak perusahaan mengalami kekurangan persediaan produk

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan penelitian dengan metode Distribution

Requirement Planning (DRP) dengan harapan dapat dilakukan pendistribusian produk dari pabrik ke

kota distribusi secara optimal. Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi eselon. Tujuan dari Distribution

Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan

dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimun mungkin.

Hasil untuk perbandingan biaya distribusi dengan menggunakan metode perusahaan sebesar Rp. 82.458.000.- dan untuk metode DRP sebesar Rp.77.949.600.- , dengan penghematan sebesar 5,4%. Hasil penelitian didapatkan aktivitas distribusi produk adalah sebagai berikut, Produk GN: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1461 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2187 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2428 pasang. Produk SL: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1612 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2709 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2620 pasang. Produk SW: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1827 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2709 pasang, warehouse Jakarta sebanyak 2990 pasang. Produk JP: Pengiriman ke warehouse Sepanjang sebanyak 1594 pasang, warehouse Semarang sebanyak 2433 pasang,

warehouse Jakarta sebanyak 2681 pasang.

(11)

ABSTRACT

A lot of companies faced with problems related to the distribution system. Problems arise because consumers are at geographically separate location, this resulted in the need to keep inventory at multiple locations so that it can cause problems on management in co-ordinating the distribution system from the marketing department, also in the production that will produce the best products. It required a good distribution system and supply the right product to the level of customer satisfaction and company profits can b maintained.

UD. Azam Jaya is a footear company, the company manufactures products in between the GN Slippers, SL, SW, JP. UD. Azam Jaya seems not to have a good distribution activities. Distribution activities undertaken by the company are less effective and has few weaknesses. Among frequent excess or shortage of product demand and delays in product delivery. This is because the company could not predict when demand will come and how much will . The companies have a shortage of product inventory.

Given these problems, the research conducted by the method of Distribution Requirements Planning (DRP) can be done with the hope of distributing the product from the factory to the optimal distribution of cities. Distribution Requirements Planning is a method to handle th procurement of supplies in an echelon distribution network. The purpose of the Distribution Requirement Planning (DRP), which is doing a good distribution activities, so that the sucessin meeting customer demand will be more optimal , improved sales performance in fulfilling orders in a timely and appropriate amount so that distribution costs can be reduced to a minimum.

Results for comparison of distribution costs by using the methods of the company amounted to Rp. 82.458.000,- and for the DRP method of Rp. 77.949.600,-, with savings of 5,4%. The results obtained produt distribution planning I as follows, GN Products: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1461 pairs, 2187 pairs of semarang, Jakarta warehouse as many as 2428 pairs. SL Products: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1612 pairs, 2709 pairs of Semarang, Jakarta warehouse of 2620 pairs. Product SW: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1827 pairs, 2709 pairs of Semarang Jakarta Warehouse of 2990 pairs. JP Produts: Delivery to the warehouse Sepanjang many as 1594 pairs, 2433 pairs of Semarang, Jakarta warehouse as many as 2681 pairs.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Industri memiliki tingkat persaingan yang ketat dalam era pasar bebas, meskipun dalam tingkat distributor. Distributor dituntut menyalurkan produk dengan baik untuk mencegah kekosongan stok. Konsumen akan merasa puas terhadap pelayanan distributor, jika produk tersebut tiba tepat waktu, tepat jumlah dan tepat mutu. Hal ini mengakibatkan kebijakan untuk pengendalian persediaan produk pada suatu lokasi tertentu sangat penting dilakukan oleh manajemen dalam mengkoordinasikan aktivitas distribusi dari bagian pemasaran sehingga keuntungan perusahaan tetap stabil.

UD. Azam Jaya adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang sandal. Perusahaan ini memiliki berbagai jenis produk sandal. Perusahaan melakukan distribusi produknya melalui distributor yang tersebar di wilayah Sepanjang, Semarang dan Jakarta. Pengiriman produk dilakukan sesuai dengan permintaan masing-masing warehouse dengan menggunakan sarana transportasi darat.

(13)

Dengan adanya masalah tersebut, maka dilakukan aktivitas distribusi dengan metode Distribution Requirement Planning (DRP). Diharapkan dengan adanya aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal, kinerja penjualan meningkat dalam memenuhi order dengan tepat waktu dan tepat jumlah sehingga biaya distribusi dapat ditekan seminimum mungkin.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan kondisi di atas, maka yang menjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah :

”Bagaimana menganalisis aktivitas distribusi produk sesuai kapasitas persediaannya untuk permintaan produk dengan biaya distribusi minimum di UD. Azam Jaya-Sidoarjo?”

1.3 Batasan Masalah

Dengan tanpa mengurangi maksud dan tujuan penelitian serta untuk menyederhanakan penelitian, maka penulis melakukan pembatasan masalah yaitu sebagai berikut :

1. Produk yang diteliti ada 4 komponen yaitu produk sandal GN, produk sandal SL, produk sandal SW, dan produk sandal JP

(14)

5. Data yang diambil adalah data permintaan yang didapatkan dari perusahaan mulai bulan Februari 2010 sampai dengan Januari 2011.

6. Service Level masing-masing distributor sebesar 90 %.

1.4 Asumsi

Dalam penelitian ini menggunakan beberapa asumsi yaitu sebagai berikut : 1. Tidak diijinkan adanya back order.

2. Harga produk tidak mengalami perubahan selama penelitian. 3. Data yang digunakan adalah valid.

1.5 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian mengenai perencanaan distribusi adalah: 1. Untuk mengetahui aktivitas pendistribusian ke tiga kota tujuan, yaitu

Sepanjang, Semarang, Jakarta.

2. Untuk menentukan total biaya distribusi yang minimum.

1.6 Manfaat Penelitian

Manfaaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :

Bagi Penulis :

1. Menambah pengetahuan penulis khususnya dalam bidang pendistribusian produk dari perusahaan sampai ke distributor.

(15)

Bagi Universitas :

1. Memberikan Informasi mengenai metode Distribution Requirement

Planning (DRP).

2. Menambah koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Surabaya.

Bagi Perusahaan :

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau informasi bagi perusahaan dengan harapan dapat digunakan sebagai referensi mengenai sistem penjadwalan distribusi produk.

1.7 Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah dalam memahami Tugas Akhir (skripsi) ini, maka berikut disajikan sistem penulisan yang akan dibahas pada bagian selanjutnya. BAB I PENDAHULUAN

Berisi gambaran umum masalah yang terdiri dari Latar Belakang, Perumusan Masalah, Batasan Masalah, Asumsi, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, dan Sistematika Penulisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

(16)

Planning, juga mencakup konsep, dan kegunaan distribusi tersebut

pada proses distribusi produk. BAB III METODE PENELITIAN

Mencakup lokasi pencarian data, metode pengumpulan data dan pengolahan data.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisi hasil dan pembahasan data yang didasarkan atas teori yang telah diuraikan di atas dengan menggunakan data-data yang telah didapat selama penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Berisi kesimpulan dari hasil pembahasan dan analisa data yang telah dikerjakan dan saran yang dianjurkan untuk pertimbangan perusahaan di masa yang akan datang.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Distribusi Persediaan

Distribusi adalah bagian yang bertangung jawab terhadap perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendaliaan aliran material dari produsen ke konsumen

dengan suatu keuntungan. Pergerakan / aliran material ini terdiri dari pasokan

yang merupakan pergerakkan dan penyimpanan bahan mentah dari pemasok ke

pabrikan, dan distribusi yang mempunyai pergerakkan barang jadi dari pabrik ke

pelanggan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar sebagai berikut :

Gambar 2.1 Sistem Logistik

(Sumber : “Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E, 1992)

Sedangkan persediaan merupakan semua barang dan bahan yang dipakai

dalam proses produksi dan distribusi perusahaan.

Jadi distribusi persediaan adalah suatu aktifitas perencanaan, pelaksanaan

dan pengendalian proses produksi dan distribusi perusahaan dari produsen hingga

sampai ke konsumen untuk memperoleh suatu keuntungan.

Distribusi sangatlah penting, sebab pada umumnya pemasok pabrikan, dan

pelanggan yang potensial tersebar luas secara geografis dengan meluasnya pasar,

tentunya akan diikuti dengan peningkatan volume produksi, maka biaya

pembelian atau biaya produksi akan berkurang, sehingga akan meningkatkan

(18)

keuntungan perusahaan untuk mendukung hal tersebut dibutuhkan sistem

distribusi yang baik.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi distribusi adalah saluran

distribusi, jenis pasar yang akan dilayani, karakteristik produk, jenis transportasi

yang digunakan.

2.1.1 Timbulnya Persediaan

Sebab-sebab diperlukannya persediaan dalam suatu sistem, baik sistem

manufaktur maupun non manufaktur dapat diklasifikasikan ke dalam lima alasan

antara lain :

1. Faktor Waktu

Bila jangka waktu pengiriman bahan relatif lama. Dalam suatu proses

produksi, pengiriman material dari supplier, pemeriksaan bahan baku, pembuat

produk dan pengiriman ke konsumen melalui persediaan perusahaan dapat

mengurangi rentang waktu dalam pemenuhan demand.

2. Faktor Ketidakseimbangan

Seringkali jumlah yang dibeli lebih besar dari pada yang dibutuhkan.

Kerena membeli dalam jumlah yang besar pada umunya lebih

ekonomis/murah, sehingga sebagian bahan/barang yang belum digunakan

disimpan sebagai persediaan.

3. Faktor yang tidak pasti

Persediaan menjadikan perusahaan memiliki “rasa aman” terhadap

kejadian-kejadian yang tidak di harapkan dan tidak terencana. Apabila terjadi

(19)

kondisi alam yang tidak pasti, maka pemenuhan kebutuhan bahan baku dapat

dilakukan dengan menggunakan persediaan yang telah ada.

4. Faktor ekonomi

Faktor ini dapat memberikan alternatif pengurangan biaya karena adanya

persediaan, perusahaan dapat membeli bahan baku ataupun berproduksi pada

tingkat yang menguntungkan. Pembelian bahan baku pada tingkat tertentu

dapat menghasilkan discount. Persediaan juga mampu untuk menstabilkan

kebutuhan mesin maupun manusia di suatu proses produksi.

5. Faktor keuntungan

Keinginan melakukan spekulasi untuk mendapatkan keuntungan besar dari

kenaikan harga barang di masa mendatang.

(Pengendalian Persediaan Suatu Pendekatan Kuantitatif”,Biegel, J.E,

1992)

2.1.2 Fungsi Persediaan

Persediaan mempunyai beberapa fungsi dalam memenuhi kebutuhan,

diantaranya adalah sebagai berikut (Sofyan Assauri, 1993, hal. 219) :

1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan

yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus

dikembalikan.

3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga

(20)

4. Mempertahankan stabilitas operasi perusahaan atau menjamin kelancaran arus

produksi.

5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.

6. Memberikan pelayanan (service) kepada langganan dengan sebaik-baiknya,

dimana keinginan langanan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan

jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau

penjualannya.

2.1.3 Jenis Persediaan

Persediaan dapat dibedakan dalam lima jenis, yaitu:

a. Persediaan bahan baku (raw materials stock) yaitu persediaan dari

barang-barang yang digunakan dalam proses produksi, dimana barang-barang tersebut

diperoleh dari sumber-sumber alam atau dibeli dari supplier yang

menghasilkan bahan baku bagi perusahaan yang menggunakannya.

b. Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process)

yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap proses yang kemudian

diproses kembali menjadi barang jadi.

c. Persediaan barang-barang pembantu atau perlengkapan (supplier stock) yaitu

persediaan barang-barang yang diperlukan dalam proses produksi untuk

membantu menghasilkan produk tetapi tidak merupakan bagian komponen

dari barang jadi.

d. Persediaan komponen produk (components stock) yaitu persediaan

(21)

yang dapat secara langsung di-assembling dengan komponen lain, tanpa

melalui proses produksi sebelumnya

e. Persediaan barang jadi (finished good stock) yaitu persediaan barang-barang

yang telah selesai diproses dan siap untuk dijual kepada pelanggan atau

perusahaan lain.

(Manajemen Persediaan”,Yamit, Z., 2005)

2.1.4 Biaya-biaya Dalam Sistem Persediaan

Tujuan dari adanya pengaturan persediaan adalah untuk menentukan

bahan baku dan barang jadi pada jumlah yang tepat, waktu yang tepat, dan biaya

rendah, untuk itu ada empat parameter yang perlu diperhatikan :

1. Biaya Pembelian (purchasing cost)

Biaya pembelian adalah biaya yang keluarkan untuk membeli barang.

Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan

harga satuan.

Biaya pembelian manjadi faktor penting ketika harga yang tergantung

pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity

discount atau price break, dimana harga barang perunit akan turun bila

jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan,

komponen biaya pembelian ini tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem

persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per unit tidak

dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya

(22)

ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang

yang harus disimpan.

2. Biaya Pengadaan (procurement cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas dua jenis sesuai asal usul barang, yaitu

biaya pemesanan (Ordering Cost) bila barang yang diperlukan diperlukan

diperoleh dari pihak luar (Supplier) dan biaya pembuatan (Setup Cost) bila

barang diperoleh dengan memproduksi sendiri.

3. Biaya Pemesanan (ordering cost)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk

mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya menentukan

pemasok (Supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya

pengangkutan, biaya pengiriman dan seterusnya. Biaya ini di asumsikan

konstan untuk setiap kali pesan.

4. Biaya Penyimpanan (holding cost/carrying cost)

Biaya penyimpanan yaitu semua pengeluaran yang timbul akibat

menyimpan barang atau biaya yang diperlukan untuk mengadakan dan

memelihara persediaan.

(Manajemen Persediaan”,Yamit, Z., 2005)

2.1.5 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri

dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order

(23)

2.1.5.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan

dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari

EOQ dapat dilihat pada gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

Gambar 2.2 Model Persediaan Klasik

(Richard J. Tersine, 1994, 4 th, hal 93).

Dimana :

Q = Ukuran lot

Q/2 = Rata - rata persediaan

B = Titik order kembali

ac = ce = Interval antar order

ab = cd = ef = lead time

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi

sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan.

2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui.

3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia.

(24)

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat

digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan

(strorage).

7. Tidak ada quantity discount.

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan

pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B Pemesahan B Pembelian B Annual Biaya

Total   

 

2 HQ Q CR RP Q

TC   

Dimana:

R = Permintaaan tahunan dalam unit

P = Biaya pembelian dari sebuah item

C = Biaya pemesanan tiap kali pesan

H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun

Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit

F = Fraksi biaya penyimpanan

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan

total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

0 Q CR 2 H dQ dTC 2   

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR

Q* 

(25)

2C HR *

Q R

m 

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m

* Q m

1

T  

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan

demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan

dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada

Q dalam pemesanan total biaya mannual :

 

Q* PR HQ*

TC  

Gambar 2.3 Kurva Total Cost Minimum

(26)

2.1.5.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint

Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai adalah :

a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui

dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak

ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan

datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item

diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan

menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total

holding cost selama periode tertentu, dimana :

Rpi Q

D ki K

Cost Ordering Total

Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan

item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua

itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah
(27)

Total holdingcost dapat diformulasikan :

QRpi 2 h Cost Holding Total Sehingga :

  Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

h ki K Rpi *

Q  

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 * T  

Sumber : (Nasution, A. H., 2004, Hal 235-236)

2.2Distribution Requirement Planning

Istilah DRP memiliki dua pengertian yang berbeda, yaitu : distribution

requirement planning dan distribution resource planning.

Distribution Requirement Planning adalah berfungsi menentukan kebutuhan-kebutuhan untuk mengisi kembali inventori pada distribution center. Sedangkan

Distribution Resource Planning merupakan perluasan dari distribution requirement planning yang mencakup lebih dari sekadar sistem perencanaan dan

pengendalian pengisian kembali inventori, tetapi ditambah dengan perencanaan

(28)

: warehouse space, tenaga kerja, uang, fasilitas transportasi dan warehousing.

Termasuk di sini adalah keterkaitan dari replenishment system ke financial system

dan penggunaan simulasi sebagai alat untuk meningkatkan performansi sistem.

(Gasperz, Vincent, 2004, hal 300-301)

Distribution Requirement planning merupakan aplikasi dari angka logika

Material Requirement Planning (MRP). Persediaan Bill of Material (BOM) pada

MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distribution Requirement

Planning (DRP) menggunakan logika Time Phased On Point (TPOP) untuk

memerlukan pengadaan kebutuhan pada jaringan (Richard J. Tersine, Principle

Inventory and Material Management, 1998).

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan

pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan

persediaan pada level yang lebih tinggi.

Konsep umum DRP dapat dilihat dalam gambar 2.4

Gambar 2.4 Distribution Requirement Planning

(29)

Persamaan : 1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama. 2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama. 3. Membedakan Independent demand dan dependent demand. 4. Metode berlaku untuk dependent demand.

5. Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu.

Tabel 2.1. Persamaan MRP dan DRP

MRP DRP

Untuk kegiatan manufakturing. Untuk kegiatan distribusi. Menghitung kebutuhan tiap

komponen.

Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi.

Cocok untuk pabrik jenis rakitan. Cocok untuk sistem distribusi bertingkat.

Biasanya untuk bahan baku/ penolong.

Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

MRP adalah proses dari atas, yaitu

dari Master Production Schedule

ke kebutuhan tiap komponen.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke Distritibution Center dan Warehouse Center.

Perbedaan :

Semua kebutuhan komponen bersifat dependent.

Kebutuhan Retail bersifat

Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat

Dependent.

(Indrajit, Eko & Djokopranoto, Richardus, (2003), Grasindo- Jakarta. hal 249)

Tabel 2.2. Perbedaan MRP dan DRP

.

(James H. Green, PhD, 2nd , Mc. Grow-Hill, Inc., 1987, hal. 222).

Gambar 2.5 Perbedaan MRP dan DRP

Pada gambar 2.5 diperlihatkan perbedaan struktur dari MRP dan DRP.

(30)

komponen. Untuk MRP, langkah awalnya adalah melakukan perencanaan (JIP)

untuk kemudian tiap-tiap komponen dapat dijadwalkan kebutuhannya.

Sedangkan pada gambar (b) merupakan struktur distribusi (BOD) terlihat

1 sumber penawaran (SS) terdiri dari 3 pusat distribusi (DC). Pada DRP, langkah

awalnya adalah membuat perencanaan permintaan dari masing-masing pusat

distribusi untuk kemudian sumber penawaran melakukan eksekusi berupa

pemenuhan kebutuhan tiap-tipa pusat distribusi.

Distribution Requirement Planning didasarkan pada peramalan kebutuhan

pada level terendah dalam jaringan tersebut yang akan menentukan kebutuhan

persediaan pada level yang lebih tinggi.

Pengolahan data dengan metode DRP dimulai dengan perhitungan Safety

Stock (SS) untuk mengetahui batasan inventory agar tidak terjadi stock out.

Kemudian dilakukan perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) untuk

mengetahui berapa jumlah produk yang harus disediakan baik oleh masing –

masing warehouse.

Formulasi Safety Stock adalah :

L . D -B S

Reorder Point:

L Z DL B 

Dimana :

S = SafetyStock

B = Titik reorder

D = Rata - rata demand

(31)

Zα = Standard deviasi permintaan

EOQ ditentukan dengan melihat dengan melihat demand bulanan tiap item

pada masing-masing distributor.

Nilai EOQ dirumuskan :

H C Rm 2

EOQ  

Rm = Rata – rata permintaan tiap bulan (unit)

= 12

D

C = Biaya Pengiriman (Rp./kirim)

H = Biaya Penyimpanan (Rp./unit/bulan)

2.2.1. Konsep Distribution Requirement Planning

Distribution Requirement Planning adalah suatu metode untuk menangani

pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini

menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk

memenuhi struktur pengadaannya. Berapapun banyaknya level yang ada dalam

jaringan distribusi, semuanya merupakan variabel yang dependent kecuali level

yang langsung memenuhi consumer.

Distribution Requiremeni Planning lebih menekankan pada aktivitas

pengendalian dari pada kegiatan pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan

mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode

ini dapat memprediksi masalah-masalah sebelum masalah-masalah tersebut

(32)

Distribution Requirement Planning tiap Warehouse dan item ditabulasikan

sebagai berikut :

X Distribution Center

On Hand Balance : Lead Time : Safety Stock : Order Quantity :

Period

Past

Due 1 2 3 4 5 6 7 8

Gross Requirement Schedule Receipts Projected On Hand

Net Requirements

Planned Order Receipts

Planned Order Release (Richard J. Tersine, 1994, 4 th, hal 93).

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk tiap Warehouse

Langkah - langkah dasar DRP adalah sebagai berikut

1. Gross Requirement merupakan permintaan tiap bulan.

2. Scheduled Reciepts, dikenal juga dengan jadwal penerimaan adalah

3. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule

Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

4. Net Requirement mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled

Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross

Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt

+ Projected On Hand Periode sebelumnya).

5. Planned Order Receipt ukuran rencana penerimaan dalam suatu periode pada

saat dibutuhkan. Diisikan pada periode yang sama dengan Net Requiremen

(33)

6. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned

Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order

Receipt dengan Lead Time.

(Richard J. Tersine, 1994, hal 348)

2.2.2. Fungsi Distribution Requirement Planning

Distribusi Requirement Planning sangat berperan baik untuk sistem

distribusi. Dengan kebutuhannya persediaan time phasing pada tiap level jaringan

distribusi. DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem

benar-benar terjadi.

Perencanaan horizon dan Distribution Requirement Planning seharusnya

adalah sekurang-kurangnya sama dengan lead time kumulatif, perencanaan

kembali dan jaringan dilakukan secara periodik biasanya sekurang-kurangnya

sekali seminggu.

Keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :

1) Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun.

2) DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari

distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

3) DRP menyediakan masukan untuk perencanaan penjadwalan distribusi

dari sumber penawaran ke titik distribusi.

2.2.3 Sistem Distribusi Tarik (Pull)

Pada sistem pull, setiap pusat distribusi daerah (agen) menentukan apa

(34)

Distribusi (agen) toko bertindak independent satu sama lain dan memesan

kebutuhannya sendiri tanpa memperhatikan kebutuhan agen yang lain, stock yang

tersedia pada distributor maupun jadwal produksi tiap lokasi menentukan

rencana sendiri dan biasanya memiliki safety stock sendiri.

Sistem pull tradisional ini bereaksi terhadap permintaan tanpa

mengantisipasinya. Tidak ada komunikasi antara agen dan sumbernya,

komunikasi terjadi secara khusus pada saat pemesanan. Hal ini menyebabkan

permintaan yang sangat fluktuatif pada sumbernya. Sehingga dibutuhkan safety

stock yang besar pada sumbernya, selain safety stock pada agen.

Kelebihan sistem pull ini adalah agen dapat beroperasi secara otonom

(tidak tergantung pada sumber atau agen lainnya), selain itu pengeluaran atas

pemrosesan data dan komunikasinya dilakukan pada saat dilakukan pemesanan.

Namun kelemahannya adalah pesanan ditempatkan tanpa mengetahui dan

menyeimbangkan dengan agen lainnya, serta tanpa memperhatikan stock yang

ada dan jadwal produksi.

(Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-468)

2.2.4 Sistem Distribusi Dorong (Push)

Pada sistem ini perkiraan kebutuhan untuk tiap agen ditotal per periode

dan produksi dijadwalkan serta persediaan yang ada di alokasikan ke

masing-masing agen.

Sistem perusahaan mempertimbangkan total proyeksi kebutuhan

(35)

penerimaan dari sumber (pabrik) serta menciptakan kuantitas yang tersedia untuk

tiap agen dan pengecer.

Karakteristik sistem push ini adalah sebagi berikut :

 Ramalan dibuat oleh distribusi

 Manajer dapat menerima, menyusun atau membatalkan pesanan.

(Nasution, Arman Hakim, 2006, hal 466-468)

2.3 Penentuan Ukuran Lot dan Stock Pengaman

Penentuan ukuran lot dalam distribusi dipengaruhi oleh beberapa faktor

seperti frekuensi pengiriman, EOQ, ukuran kapasitas konsumen serta jumlah total

yang dibutuhkan.

Teknik-teknik penentuan ukuran lot diantaranya sebagai berikut :

1. EOQ

2. Lot For Lot (LFL)

3. Fixed Order Interval (FOI)

4. Periode Order Quantity (POQ)

5. Least Unit Cost

6. Least Total Cost

7. Part Periode Balancing

8. Wagner Within Algoritma

9. Fixed Periode Requirement

Ukuran lot tidak didasarkan pada minimum biaya penyimpanan dan biaya

pemesanan, bila biaya penyimpanan tidak diidentifikasikan baik secara marginal

(36)

Kebutuhan stock pengaman dalam suatu sistem multi eselon berbeda

untuk tiap-tiap lokasi. Secara umum stock pengaman tidak dapat diasumsikan

untuk semua eselon, namun disentralisasikan untuk masing-masing eselon. Bila

item tersebut berharga mahal dengan demand yang relative murah, entralisasi

stock pengaman merupakan alternatif terbaik, sebaliknya bila item tersebut

berharga atau mempunyai biaya yang cukup rendah demand yang cukup tinggi,

maka, alternatif terbaik adalah desentralisasi stock pengaman pada level terendah

untuk meningkatkan service level.

Formulasi stock pengaman adalah

S = BDL

Dimana :

S : Stock Pengaman

B : Titik Reorder

D : Rata-rata Demand Harian

L : Lead Time

Penentuan titik reorder (B) yang digunakan untuk menentukan stock

pengaman tidak dapat digunakan teknik atau cara yang biasa dipakai, serta

mempertimbangkan tingkat servive level yang diinginkan. Formulasinya

berdasarkan tingkat service level yang digunakan.

Service level 95 %, artinya bahwa probabilitas 95 % dari permintaan

tersebut tidak akan melebihi dari permintaan selama periode masa tenggang.

(37)

Resiko kehilangan biaya berkaitan erat dengan tingkat pelayanan. Tingkat

pelayanan sebesar 95% menunjukkan bahwa resiko kehabisan persediaan sebesar

5 %.

Tingkat Pelayanan = 100% - resiko kehabisan stock

(Rangkuti.F,(2004), PT. Raja Grafindo Persada - Jakarta)

Tabel 2.4 Formulasi titik reorder berdasarkan Distribusi Normal Standart

Titik Reorder Tingkat Service Level

L

DL3,09D 99,90%

L

DL2,58D 99,50%

L

DL2,33D 99%

L

DL1,96D 97,50%

L

DL1,64D 95%

L

DL1,28D 90%

L

DL1,04D 85%

L

DL0,85D 80%

L

DL0,67D 75%

[image:37.595.199.426.250.604.2]

(Richard J Tersine, Principles of Inventory and Material, Fourth Edition, 1998)

Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan

reorder point. Misal kita menggunakan tingkat pelayanan 95 %, maka untuk

menghitung safety stock kita menggunakan rumus reorder point DL1,64D L,

(38)

Perhitungan untuk mencari persediaan pengaman dapat dengan

menggunakan deviasi standar, atau dapat langsung dengan menggunakan MAD.

Perlu dicatat bahwa perhitungan persediaan pengaman dengan menggunakan

rumus standar deviasi ada kekurangan, yaitu perhitungan standar deviasi

menyangkut perhitungan perkalian, pangkat, akar, dan cukup rumit. Untuk lebih

mempermudah dalam perhitungan dapat digunakan rumus MAD (mean absolute

debviation). Formulasi MAD adalah :

Persediaan Pengaman = MAD X Faktor Pengaman Keterangan :

- MAD = pemakain barang selama waktu pemesan.

- Faktor Pengaman = faktor keaman yang dihitung untuk MAD, yang

besarnya tergantung dari tingkat layanan.

Contoh perhitungan berikut ini akan lebih menjelaskan penggunaan rumus

tersebut. Berapa besarnya persediaan pengaman yang paling optimal apabila

ditetapkan bahwa tingkat layanan yang dikehendaki adalah 95% dan diketahui

bahwa jumlah pemakaian selama tiga puluh (30) kali waktu pemesanan, sebagai

berikut :

26 5 20 13 18 13 13 7 19 19 9 22 33 10 5 18 9 9 10 3 18 10 10 7 13 13 17 17 17 17

satuan

MAD 5.2

30 156 30 ) 14 17 ( .... ) 13 14 ( ) 14 26 (      

Sehingga, Deviasi Standar = 5.20 X 1.25 = 6.50 satuan

(39)

2.4 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan

di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas,

waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang

ataupun jasa. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat

kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial,

ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. Oleh

karena itu peramalan yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan

dalam pengambilan keputusan manajemen. (Nasution, A. H., 2004, Hal 235-236).

Sasaran peramalan dapat di kategorikan berdasar jangka waktunya ke

dalam sasaran jangka panjang, jangka menengah, jangka pendek, dan segera.

(baroto,teguh, 2002, Hal 22).

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horison waktu masa

depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori :

a) Peramalan jangka pendek.

Permalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi, umumnya

kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan

pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugsan kerja, dan

tingkat produksi.

b) Peramalan jangka menengah.

Peramalan jangka menengah atau Intermediate, umumnya mencakup

hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk

merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas,

(40)

c) Peramalan jangka panjang.

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka

panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal,

lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan

(Litbang).

Terdapat dua jenis model peramalan yang utama, yaitu: model deret berkala

(time series) dan model regresi (kausal). Pada jenis pertama, pendugaan masa

depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan

masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan

menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke

masa depan.

Model kausal di pihak lain mengasumsikan bahwa faktor yang diramalkan

menunjukkan suatu hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.

Langkah penting dalam memilih suatu metode deret berkala (time series) yang

tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang

paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji. Pola data dapat dibedakan menjadi

empat jenis (Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 ) :

1. Pola Horizontal (H)

Terjadi bilamana nilai data berfluktuasi di sekitar nilai rata-rata yang konstan.

Deret seperti itu adalah “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya. Suatu produk

yang penjualannya tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu

(41)

[image:41.595.158.475.99.259.2]

Gambar 2.5. Pola Data Horizontal

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

2. Pola Musiman (S)

Terjadi bilamana suatu deret dipengaruhi oleh faktor musiman (misalnya

kuartal tahun tertentu, bulanan, atau hari-hari pada minggu tertentu).

Penjualan dari produk seperti minuman ringan, es krim, dan bahan bakar

pemanas ruang semuanya menunjukkan jenis pola ini.

Gambar 2.6. Pola Data Musiman Kuartalan

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

3. Pola Siklis (C)

Terjadi bilamana datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi jangka panjang

seperti yang berhubungan dengan siklus bisnis. Penjualan produk seperti

mobil, baja, dan peralatan utama lainnya menunjukkan jenis pola ini. S S F W S S F W S S F W

1979 1980 1981 1982

Y

[image:41.595.163.488.444.596.2]
(42)

waktu Y

1972 73 74 75 76 77 78 79 80 81 waktu Y

[image:42.595.169.479.90.240.2]

Gambar 2.7. Pola Data Siklus

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

4. Pola trend (T)

Terjadi bilamana terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka panjang

dalam data. Penjualan banyak perusahaan, produk bruto nasional (GNP) dan

berbagai indikator bisnis atau ekonomi lainnya mengikuti suatu pola trend

selama perubahannya sepanjang waktu.

Gambar 2.8. Pola Data Trend

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 10 )

Banyak deret data mencakup kombinasi dari pola-pola di atas. Metode

peramalan yang dapat membedakan setiap pola harus dipakai bila diinginkan

adanya pemisahan komponen pola tersebut. Demikian pula, metode alternatif

[image:42.595.169.477.442.598.2]
(43)

sehingga nilai mendatang dapat diramalkan.

Metode peramalan kualitatif atau teknologis, di lain pihak, tidak

memerlukan data yang serupa seperti metode peramalan kuantitatif. Input yang

dibutuhkan tergantung pada metode tertentu dan biasanya merupakan hasil dari

pemikiran intuitif, perkiraan (judgment), dan pengetahuan yang telah didapat.

Pendekatan teknologis seringkali memerlukan input dari sejumlah orang yang

terlatih secara khusus. Metode teknologis dibagi menjadi dua bagian, yaitu

metode eksploratoris dan normatif. Metode eksploratoris (seperti Delphi, kurva-S,

analogi, dan penelitian morfologis) dimulai dengan masa lalu dan masa kini

sebagai titik awalnya dan bergerak ke arah masa depan secara heuristik,

seringkali dengan melihat semua kemungkinan yang ada. Metode normatif,

seperti matriks keputusan, pohon relevansi (relevance trees), dan analisa sistem

dimulai dengan menetapkan sasaran dan tujuan yang akan datang, kemudian

bekerja mundur untuk melihat apakah hal ini dapat dicapai, berdasarkan kendala,

sumberdaya, dan teknologi yang tersedia.

Ramalan teknologis terutama digunakan untuk memberikan petunjuk, untuk

membantu perencana dan untuk melengkapi ramalan kuantitatif, bukan untuk

memberikan suatu ramalan numerik tertentu. Karena sifat dan biayanya, ramalan

kuantitatif digunakan sangat eksklusif untuk keadaan jangka menengah dan

panjang seperti perumusan strategi, pengembangan produk dan teknologi baru,

(44)

2.4.1 Peran Akan Teknik Peramalan

Komitmen tentang peramalan telah tumbuh karena beberapa faktor :

Pertama, adalah karena meningkatnya kompleksitas organisasi dan

lingkungannya hal ini akan menjadikan semakin sulit bagi pengambil keputusan

untuk mempertimbangkan semua faktor secara memuaskan.

Kedua, dengan meningkatkan ukuran organisasi, maka bobot dan kepentingan

suatu keputusan telah meningkat pula, lebih banyak keputusan yang memerlukan

telaah peramalan khusus dan analisis yang lengkap.

Ketiga, lingkungan dari kebanyakan organisasi telah berubah dengan cepat

sehingga keterkaitan yang harus dimengerti oleh organisasi berubah-rubah dan

pengamalan memungkinkan bagi organisasi untuk mempelajari keterkaitan yang

baru secara lebih cepat.

Keempat, pengambilan keputusan telah semakin sistematis yang melibatkan

justifikasi tindakan secara gambling (eksplisit).

2.4.2 Prinsip-Prinsip Dalam Menggunakan Peramalan Permintaan

Pengelolaan dan strategi logistik dapat dilakukan secara efektif apabila

dilandasi oleh beberapa prinsip penggunaan peramalan. Prinsip-prinsip ini secara

singkat dapat dijelaskan sebagai berikut. Sebelum hal tersebut di bicarakan lebih

lanjut, perlu disadari bahwa yang sedang dibicarakan adalah mengenai suatu

peramalan, bukan suatu kepastian. Oleh karena itu, perlu di ingat hukum pertama

dan utama dari peramalan, yaitu peramalan dijamin mleset, atas dasar hukum

inilah prinsip-prinsip peramalan di letakkan. (Indrajit, Eko & Djokopranoto,

(45)

1. Peramalan yang baik pun masih memungkinkan kesalahan yang signifikan.

2. Peramalan memerlukan monitor dan perhitungan perkiraan kesalahan.

3. Ketidakpastian, yang mungkin besar, harus selalu diantisipasi dan

diperhitungkan.

4. Semua sistem peramalan selalu didasari oleh model yang bersifat implisit atau

eksplisit.

5. Peramalan sering kali juga didasarkan atas peramalan agregat yang perlu

dipecah-pecah menjadi komponen produk, letak geografis, atau

komponen-komponen lain.

2.4.3 Metode Peramalan

Di dalam perencanaan produksi untuk suatu perusahaan perlu diketahui

adanya unsur utama, yaitu peramalan produksi dan perkiraan produksi.

Penyusunan perencanaan produksi tanpa dilengkapi dengan peramalan dan

perkiraan produksi akan menjadi suatu perencanaan produksi yang kurang

lengkap. Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan

kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan

menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang

berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk

melaksanakan perhitungan peramalan penjualan

a. Model Peramalan Kualitatif

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi,

emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan

(46)

peramalan dengan model kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi

seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam

judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan

maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai :

1. Juri Opini Eksekutif

2. Metode Delphi

3. Gabungan Tenaga Penjualan

4. Survey Pasar

b. Model Peramalan Kuantitatif

Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

a. Tersedia informasi tentang masa lalu.

b. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik.

c. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus berlanjut

di masa mendatang.

Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat

dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan

metode regresi atau kausal (Spyros M, Steven C, Victor E, 1995, hal. 9) :

1. Metode Time Series

Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan

nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode

peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam

(47)

penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan

mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan

pola tersebut dapat diuji.

2. Metode Kausal

Dengan mengasumsikan bahwa faktor yang diperkirakan/diramalkan

menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel

bebas. Maksud dari model kausal adalah menemukan bentuk hubungan

tersebut dan menggunakannya untuk meramalkan nilai mendatang dari

variabel tidak bebas.

c. Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

Untuk mengurangi kesalahan sistematis yang terjadi bila rata-rata bergerak

dipakai pada berkecenderungan, maka dikembangkan metode rata-rata bergerak

linier (linier moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata

bergerak yang kedua. Rata-rata bergerak ganda ini merupakan rata -rata bergerak

dari rata-rata bergerak, dan menurut simbol dituliskan sebagai MA (MxN) dimana

artinya adalah MA M-periode dari MA N-periode.

Jadi prosedur peramalan rata-rata bergerak linier meliputi tiga aspek, yaitu:

1. Penggunaan rata-rata bergerak tunggal pada waktu t (ditulis S’t).

2. Penyesuaian yang merupakan perbedaan antara rata-rata bergerak tunggal dan

ganda pada waktu t (dituiis S’t – S”t).

3. Penyesuaian untuk kecenderungan dari periode t ke periode t+1 (atau

ke periode t+m jika kita ingin meramalkan m periode ke muka)

Penyesuaian ke 2 paling efektif bila trend bersifat linier dan komponen

(48)

kenyataan bahwa MA tunggal tertinggal (lags) di belakang deret data yang

menunjukkan trend.

Secara umum pembahasan tersebut dapat diformulasikan sebagai berikut :

N X ... X X X '

S t t 1 t 2 t N 1 t        

 ... (1)

N S ... S S S "

S t t 1 t 2 t N 1 t        

 ... (2)

t t

t t t

t S' S' S" 2S' S"

a      ... (3)

t t

t S' S"

1 N

2

b

 ... (4)

m . b a

Ftmtt ... (5)

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Dimana :

- Persamaan (1) mempunyai asumsi bahwa saat ini kita berada pada periode

waktu t dan mempunyai nilai masa lalu sebanyak N.MA (N) tunggal

dituliskan dengan S't.

- Persamaan (2) menganggap bahwa semua rata-rata bergerak tunggal (S')

telah dihitung. Dengan persamaan ini pula kita menghitung rata-rata

bergerak N-periode dari nilai-nilai S' tersebut. Rata-rata bergerak ganda

dituliskan sebagai (S").

- Persamaan (3) mengacu pada penyesuaian Moving Average tunggal (S',),

dengan perbedaan (S',- S").

- Persamaan (4) menentukan taksiran kecenderungan dari periode waktu yang

satu ke periode waktu berikutnya.

(49)

periode ke depan dari t.

d. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Ganda : Metode Dua Parameter dari Holt.

Metode pemulusan eksponensial Ganda dari Holt tidak menggunakan rumus

pemulusan berganda secara langsung, tetapi memuluskan nilai trend dengan

parameter yang berbeda-beda dari parameter yang digunakan pada deret asli.

Parameter pemulusan ekponensial ganda didapat dengan menggunakan

2 konstanta pemulusan (dengan nilai diantara 0 dan 1) dan 3 persamaan :



t 1 t 1

t

t X 1 S b

S   

t t 1

 

t 1

t S S 1 b

b    

m . b S m

Ft   tt

(Spyros M, Steven C, Victor E,1995, hal. 8)

Persamaan pertama menyesuaikan St secara langsung untuk trend periode

sebelumnya, yaitu bt - 1 dengan menambahkan nilai pemulusan terakhir, yaitu St - 1.

Persamaan kedua meremajakan trend, yang ditujukan sebagai perbedaan antara 2

nilai pemulusan terakhir, karena mungkin masih terdapat sedikit kerendoman,

maka hal ini dihilangkan oleh pemulusan dengan δ (gamma) trend pada periode

terakhir (St - St - 1), dan menambahkan dengan. taksiran trend sebelumnya

dikalikan dengan (1 - δ). Persamaan ketiga digunakan untuk ramalan kemuka.

Trend bt dikalikan dengan jumlah periode ke muka yang diramalkan m dan

ditambahkan pada nilai dasar St.

(50)

plot di tersebut data setelah ) ball eye ( mata bola ) slope ( kemiringan taksiran B 2 X X X X B X S 1 1 1 1      

e. Metode Pemulusan (Smoothing) Eksponensial Tunggal

Kasus yang paling sederhana dari pemulusan (smoothing) eksponensial

tunggal dapat dikembangkan dari persamaan (1) atau secara lebih khusus dari

suatu variasi pada persamaan tersebut yaitu sebagai berikut:

          N X N X F

Ft 1 t t t N ... (1)

Misalkan observasi yang lama XtN tidak tersedia sehingga tempatnya

digantikan dengan suatu nilai pendekatan (aproksimasi). Salah satu pengganti

yang mungkin adalah nilai ramalan periode sebelumnya Ft. Dengan melakukan

substitusi ini persamaan (1) menjadi persamaan (2) dan dapat ditulis kembali

sebagai persamaan (3).

         N F N X F

F t t

t 1

t ... (2)

Substitusi persainaan (1) ke persamaan (2)

t t 1 t F N 1 1 X N 1 F               

 ... (3)

Dari persamaan (3) dapat dilihat bahwa ramalan ini

 

Ft1 didasarkan atas

pembobotan observasi yang terakhir dengan suatu nilai bobot

 

1 N dan

pembobotan ramalan yang terakhir sebelumnya

 

Ft dengan suatu bobot

 

(51)

suatu konstanta antara nol (jika N tak terhingga) dan 1 (jika N = 1). Dengan

mengganti

 

1 N dengan a, persamaan (3) menjadi:

t t

1

t X 1 F

F    ... (4)

Persamaan ini merupakan bentuk umum yang digunakan dalam menghitung

ramalan dengan metode pemulusan eksponensial.

Cara lain untuk menuliskan persamaan (4) adalah dengan susunan sebagai

berikut:

t t

t

1

t F X F

F    ... (5)

Secara sederhana:

 

t t

1

t F e

F   ... (6)

Dimana et adalah kesalahan ramalan (nilai sebenamya dikurangi ramalan) untuk

periode t dari 2 bentuk Ft1 ini dapat dilihat bahwa ramalan yang dihasilkan dari

SES secara sederhana merupakan ramalan yang lalu ditambah suatu bentuk

penyelesaian untuk kesalahan yang terjadi pada ramalan terakhir. Dalam bentuk

ini terbukti jika  mempunyai nilai mendekati 1, maka ramalan yang baru akan

mencakup penyesuaian kesalahan yang besar pada ramalan sebelumnya. (Spyros,

Makridakis, 199,. Edisi Kedua. Erlangga, Jakarta, Hal 79)

2.4.4Peramalan Demand Bulanan

Antisipasi terhadap adanya kesalahan peramalan dilakukan dengan

menyediakan stock pengaman (safety stock) untuk tiap item pada masing-masing

warehouse dimana besarnya safety stock didasarkan atas besarnya standart deviasi

kesalahan peramalan adalah:

MAD 1.25 

(52)

Dimana :

 = Standart deviasi kesalahan peramalan

MAD = Mean Absolute Deviation

Untuk distribusi normal, standart deviasi dapat didekati dengan formulasi

1.25 x MAD. Hubungan antara standart deviasi dengan MAD sangat penting dalam

menentukan convidence limit dari peramalan dan untuk menentukan level safety

stock dalam sistem persediaan (Tersine, 1988).

2.4.5. Pengujian Peramalan

Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan metode MRC (Moving

Range Chart). Tujuan metode ini adalah untuk memeriksa peramalan-peramalan

yang telah dilakukan, apakah data hasil peramalan sudah dalam kondisi yang

terkendali atau belum.

Langkah-langkah dalam pembuatan MRC adalah sebagai berikut : (Biegel,

1992, hal 65)

1. Menghitung Rentang Bergerak (Moving Range)

MR = │(d’t - dt ) – (d’t - 1 – dt - 1)│

Dimana :

dt : data aktual tahun tertentu

d’t : data hasil peramalan tahun tertentu

2. Menghitung Rata-rata Bergerak

MR =

1  

(53)

3. Menghitung Batas-batas control

Batas Atas (BA) = + 2.66 MR

Batas Bawah (BB) = - 2.66 MR

4. Menghitung Titik-titik Simpangan (d’t-dt) ke dalam peta kendali

Fungsi peramalan yang terpilih dapat dipergunakan, apabila semua titik

berada dalam batas kontrol. Tetapi bila mendapatkan suatu titik tak terkendali (out

of kontrol), maka kita akan mencari peramalan yang baru.

Gambar 2.9Bagan Peta Kendali (John E. Biegel ; 1992)

Kondisi Out Control, yaitu :

1. Jika ada titik (Y,-Yt) yang berada diluar batas control (>BA

atau <BB)

2. Aturan tiga titik

Dari tiga buah titik yang berurutan, apakah dua titik atau lebih terdapat dalam

salah satu daerah A.

3. Aturan lima titik

Dari lima buah titik yang berurutan, apakah empat titik atau lebih terdapat

dalam satu daerah B.

BA (Batas Atas)

A = 2/3 . BA

B = 1/3 . BA

Gari

Gambar

Gambar 2.2 Model Persediaan Klasik
Gambar 2.4 Distribution Requirement Planning
Tabel 2.1.  Persamaan MRP dan DRP
Tabel di atas menunjukkan hubungan antara tingkat pelayanan dengan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Diharapkan dengan adanya perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal,

Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan

Sistem pendistribusian perusahaan pada saat ini belum memberikan sebuah perencanaan atau gambaran untuk permintaan pada masa yang akan datang, sehingga permintaan

Hasil penelitian didapatkan perencanaan distribusi metode perusahaan, Total Cost dari distribusi meliputi data permintaan produk, harga produk, biaya pemesanan,

Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP), yaitu melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan

Tujuan dari Distribution Requirement Planning (DRP) , yaitu melakukan perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, sehingga keberhasilan dalam pemenuhan permintaan

Diharapkan dengan adanya perencanaan dan penjadwalan aktivitas distribusi yang baik, keberhasilan dalam pemenuhan permintaan pelanggan akan menjadi lebih optimal,

Hasil penelitian didapatkan perencanaan distribusi metode perusahaan, Total Cost dari distribusi meliputi data permintaan produk, harga produk, biaya pemesanan,