• Tidak ada hasil yang ditemukan

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Journal Of Management, Accounting, Economic and Business ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

91 | P a g e

ANALISIS PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENGEMBANGAN

SEKTOR POTENSIAL KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

Jeantama Akmadani

1

,

2

Dahlan Tampubolon,

3

Ando Fahda Aulia

1,2,3Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Riau, Pekanbaru

Jeantama.akmadani2945@student.unri.ac.id1

Received: 28 April 2021; Accepted: 20 Mei 2021; Published: 07 Juni 2021

Abstract (Indonesia)

Penelitian yang dilakukan di Indragiri Hilir dan Provinsi Riau bertujuan untuk mengetahui sektor-sektor yang menjadi sektor unggulan dan berpotensi menjadi sektor basis, memiliki keunggulan kompetitif atau daya saing dan spesifikasi di Kabupaten Indragiri Hilir, mengidentifikasi strategi pembangunan wilayah pada sektor unggulan dan non unggulan di Kabupaten Indragiri Hilir. Penelitian ini menggunakan model penelitian data kuantitatif berupa angka. Data-data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau dan Kabupaten Indragiri Hilir. Data yang digunakan antara lain PDRB atas dasar harga konstan provinsi Riau Tahun 2011 - 2019, dan PDRB atas dasar harga konstan kabupaten Indragiri Hilir Tahun 2011 – 2019. Menggunakan tiga alat analisis, yaitu Location Quotient (LQ), Shift Share (SS) dan Tipologi Klassen. Dan dari hasil penelitian ini memperoleh hasil jika sektor ekonomi pertama yaitu pertanian berperan sebagai sektor basis yang memiliki keunggulan kompetitif.

Kata kunci : Sektor Basis; Keunggulan Kompetitif; PDRB

Abstract (English)

The research conducted in Indragiri Hilir and Riau Province aims to find out which sectors are the leading sectors and potentially the base sector, have a competitive advantage or competitiveness and specifications in Indragiri Hilir Regency, identify regional development strategies in the leading and non-flagship sectors in Indragiri Hilir Regency. This study uses quantitative data research model in the form of numbers. The data used in this study were sourced from the Central Statistics Agency of Riau Province and Indragiri Hilir Regency. The data used include GDRP on the basis of the constant price of Riau Province in 2011 - 2019, and GDRP on the basis of the constant price of Indragiri Hilir district in 2011 - 2019. Using three analysis tools, namely Location Quotient (LQ), Shift Share (SS) and Klassen Typology. And from the results of this study obtained results if the first economic sector namely agriculture serves as a base sector that has a competitive advantage.

(2)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

92 | P a g e

PENDAHULUAN

Pembangunan daerah harus sesuai dengan kondisi potensi serta aspirasi masyarakat yang tumbuh dan berkembang. Apabila pelaksanaan prioritas pembangunan daerah kurang sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah, maka pemanfaatan sumber daya yang ada akan menjadi kurang optimal. Pembangunan ekonomi adalah usaha-usaha untuk meningkatkan taraf hidup suatu bangsa yang seringkali diukur dengan tinggi rendahnya pendapatan riil perkapita. Jadi tujuan pembangunan ekonomi di samping untuk menaikkan pendapatan riil juga untuk meningkatkan produktivitas (Suparmoko, 2012).

Pertumbuhan ekonomi adalah alat ukur dari sebuah pembangunan, hal ini dikarenakan perkembangan aktivitas sektor ekonomi dapat juga diukur melalui pertumbuhan ekonomi (Ni Luh S, 2014). Sumber daya manusia yang berkualitas dengan cepat mampu meminimalisir segala hambatan yang ada dalam upaya peningkatan kesejahteraan wilayahnya (Jerri, 2012) dalam Syapsan (2019).

Kemampuan pemerintah daerah untuk melihat sektor yang memiliki keunggulan dan kelemahan di wilayahnya menjadi semakin penting. Sektor yang memiliki keunggulan, memiliki prospek yang lebih baik untuk dikembangkan dan diharapkan dapat mendorong sektor-sektor lain untuk berkembang. Kebijakan utama yang perlu dilakukan adalah mengusahakan semaksimal mungkin agar prioritas pembangunan daerah sesuai dengan potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut. Hal ini sejalan dengan apa yang dikemukakan oleh Arsyad (2005:108) dalam Sapriadi dan Hasbiullah (2015: 72), masalah pokok dalam pembangunan daerah adalah terletak pada penekanan terhadap kebijakan - kebijakan pembangunan yang didasarkan pada kekhasan daerah yang bersangkutan (endogeneous depelovment) dengan menggunakan potensi sumber daya manusia, kelembagaan, dan sumber daya fisik secara lokal (daerah).

Berdasarkan keadaan kabupaten Indragiri Hilir yang telah diuraikan, terdapat beberapa sektor ekonomi yang memiliki keunggulan kompetitif maupun komparatif yang perlu menjadi perhatian bagi pemerintah yaitu lapangan usaha pertama pertanian yang berkontribusi paling besar diperkuat dengan luasnya lahan yang dijadikan sebagai lahan pertanian maupun perkebunan. Selain itu disusul dengan industri pengolahan yang banyak berdiri di kabupaten Indragiri Hilir khususnya industri anyaman bambu/tikar (BPS Kabupaten Indragiri Hilir, 20l7). informasi mengenai potensi-potensi yang dimiliki daerah sangat penting diperlukan untuk mendukung kebijakan pembangunan ekonomi daerah.

Masih terdapat kesenjangan informasi (Gap Information) di Kabupaten Indragiri Hilir tentang potensi-potensi yang bisa digali dan dikembangkan untuk menunjang pembangunan ekonomi daerah, sehingga analisis pola pertumbuhan ekonomi dan sektor potensial Kabupaten Indragiri Hilir perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi Kabupaten Indragiri Hilir di masa mendatang, Memperkuat daya saing dari berbagai sektor di Kabupaten Indragiri Hilir, bagi para pembuat kebijakan yang berhubungan dengan pembangunan, dapat mempersiapkan program pembangunan selanjutnya, serta terciptanya peningkatan pertumbuhan ekonomi.

(3)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

93 | P a g e

KAJIAN PUSTAKA

Menurut Tambunan (2001 : 97) dalam Taufik dan Amiruddin (2013:5), Pertumbuhan ekonomi (Economic

Growth) adalah perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang

diproduksikan dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat. Menurut Sukirno (2011:331) pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai perkembangan kegiatan dalam perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksi dalam masyarakat bertambah dan kemakmuran masyarakat meningkat.

Teori Ekonomi Basis (Economic Base Theory)

Tarigan (2007 : 28) dalam (Nailatul 2013 : 4) menjelaskan bahwa teori basis ekonomi mendasarkan pandangannya laju pertumbuhan ekonomi suatu wilayah, ditentukan oleh besarnya peningkatan ekspor dari wilayah tersebut. Perekonomian regional dapat dibagi menjadi dua sektor, yaitu kegiatan basis dan bukan basis. Kegiatan basis adalah mengekspor barang dan jasa ke tempat - tempat di luar batas-batas perekonomian masyarakat yang bersangkutan. Sedangkan kegiatan bukan basis adalah kegiatan yang tidak mengekspor, yakni hanya kegiatan yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan di dalam daerah itu sendiri (Tarigan , 2007 : 28) dalam (Nailatul 2013 : 4) .

Bertambah kegiatan basis di dalam suatu daerah akan menambah permintaan terhadap barang dan jasa di dalamnya dan menimbulkan kenaikan volume kegiatan bukan basis. Sebaliknya, berkurangnya kegiatan basis akan mengakibatkan berkurangnya pendapatan yang mengalir masuk ke dalam daerah yang bersangkutan dan turunnya permintaan terhadap produk dari kegiatan bukan basis. Untuk mengetahui sektor basis dan bukan basis antara lain menggunakan metode analisis Location Quantient dengan mengetahui kegiatan basis disuatu daerah berdasarkan potensi yang dimilikinya, maka dapat menguatkan daya saing daerah tersebut.

Teori Lokasi

Teori lokasi berlandaskan pada pengoptimalan pemanfaatan ruang yang menggambarkan posisi kegiatan ekonomi. Kegiatan ini memiliki jarak lokasi yang menimbulkan konsekuensi seperti munculnya biaya transportasi angkutan. Teori lokasi berprinsip bahwa pemanfaatan optimal dapat dilakukan apabila memperkirakan kembali pemilihan lokasi yang cocok untuk kegiatan ekonomi dalam suatu tempat.

Menurut Weber, lokasi industri dipilih berdasarkan pada prinsip meminimalisasikan biaya transportasi dan tenaga kerja yang dipengaruhi aglomerasi atau deglomerasi sehingga mendapatkan keuntungan paling besar. Keterkaitan antara biaya transportasi dan bahan baku dapat dijelaskan dengan menggunakan konsep segitiga lokasi untuk menetapkan lokasi ekonomi.

(4)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

94 | P a g e

Daya Saing Daerah

Konsep daya saing umumnya dikaitkan dengan konsep comparative advantage, yakni dimilikinya unsur-unsur penunjang proses produksi yang memungkinkan satu negara menarik investor untuk melakukan investasi ke negaranya, tidak ke negara yang lain. Menurut Departemen Perdagangan dan Industri Inggris, daya saing adalah kekuatan suatu daerah dalam memperoleh penghasilan yang dapat memperluas lapangan kerja yang berhubungan pada persaingan di dalam maupun luar daerah.

Daya saing daerah menurut Bank Indonesia didefinisikan sebagai kemampuan perekonomian daerah dalam mencapai tingkat kesejahteraan yang tinggi dan berkelanjutan dengan tetap terbuka pada persaingan domestik dan internasional. Konsep dan definisi daya saing daerah yang dikembangkan dalam penelitian tersebut didasarkan pada dua pertimbangan, yaitu: perkembangan perekonomian daerah ditinjau dari aspek ekonomi regional dan perkembangan konsep dan definisi daya saing daerah dari penelitian-penelitian terdahulu.

Berdasarkan latar belakang masalah dan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan, serta memperhatikan teori-teori yang ada maka penulis mengemukakan hipotesis yaitu :

Diduga sektor yang menjadi sektor basis, memiliki keunggulan kompetitif serta memiliki potensi di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sektor pertanian, kehutanan, perikanan dan sektor industri pengolahan dengan menggunakan analisis Location Quotient (LQ), analisis Shift Share, dan analsis Tipologi Klassen.

Didasarkan pada survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) dan didalam RPIJM Kabupaten Indragiri Hilir (2015 – 2021) yaitu Sebagian besar wilayah Kabupaten Indragiri Hilir merupakan dataran rendah, yaitu daerah endapan sungai, daerah rawa dengan tanah gambut (peat), dan daerah hutan payau (mangrove). Luasnya lahan yang sebagian besar dijadikan sebagai lahan pertanian maupun perkebunan, serta potensi perairan yang cukup luas dikembangkan sebagai usaha budidaya perikanan. Selain itu disusul dengan sektor perdagangan dan eceran, serta industri pengolahan yang banyak berdiri di kabupaten Indragiri Hilir khususnya industri anyaman bambu/tikar.

METODE PENELITIAN

Ketiga analisis yaitu Location Quotient , Shift Share dan Tipologi Klassen yang menggunakan sepuluh tahun periode dengan data PDRB.

Analisis Location Qoutient (LQ)

Metode Location Qoutient untuk mengkaji spesialisasi kegiatan ekonomi sehingga sering di gunakan untuk menentukan sektor basis yang dapat mendorong majunya atau tumbuhnya perekonomian wilayah (Tarigan, 2015: 82).

(5)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org 95 | P a g e LQ = ... 1 Keterangan :

LQ = Nilai Location Quotient

PDRBks.i = PDRB Sektor i di Kabupaten Indragiri Hilir

∑PDRBks = PDRB total di Kabupaten Indragiri Hilir PDRBr.i = PDRB Sektor i di Provinsi Riau

∑PDRBr = PDRB total di Provinsi Riau.

Apabila hasil perhitungannya menunjukkan LQ > 1, berarti merupakan sektor basis dan berpotensi untuk ekspor, sedangkan LQ < 1, berarti bukan sektor basis (sektor lokal/impor). Teknik ini memiliki asumsi bahwa semua penduduk di suatu daerah mempunyai pola permintaan yang sama dengan pola permintaan nasional (regional).

Analisis Shift Share

Penggunaan metode analisis Shift Share ialah untuk megetahui apakah ada perubahan dan pergeseran sektor perekonomian di Indragiri Hilir. Hasil analisisnya akan menunjukkan kinerja sektor ekonomi dalam PDRB Indragiri Hilir. Analisa yang dilakukan untuk mencari sektor ekonomi mana yang mampu bersaing dengan komoditas serupa di tingkatan diatasnya dan bagaimana sektor tersebut dapat berkontribusi terhadap PDRB Indragiri Hilir.

Adapun rumus yang digunakan menurut Soepono dalam (Hajeri et al., 2015) persamaan dan komponen-komponennya dalam analisis shift share adalah :

𝑫𝒊𝒋 = 𝑵𝒊𝒋 + 𝑴𝒊𝒋 + 𝑪𝒊𝒋 ... 2

Keterangan :

i = Sektor-sektor ekonomi yang diteliti

j = Variabel kabupaten yang diteliti (Indragiri Hilir)

N = Variabel provinsi yang diteliti (Riau)

Dij = Perubahan sektor i di Kabupaten Indragri Hilir

Nij = Pertumbuhan provinsi sektor i di Kabupaten Indragri Hilir

Mij = Bauran industri sektor i di Kabupaten Indragri Hilir

(6)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

96 | P a g e

Analisis Tipologi Klassen

Guna untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan perekonomian Indragiri Hilir maka digunakan analisis Tipologi Klassen yang merupakan salah satu alat analisis ekonomi regional yang dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan ekonomi masing-masing daerah. Tipologi daerah pada dasarnya membagi daerah berdasarkan dua indikator utama, yaitu pertumbuhan ekonomi daerah dan pendapatan per kapita daerah.

Menurut Sjafrizal (2008: 180) dalam (Rajab dan Rusli 2019) analisis tipologi klassen dibagi menjadi empat klasifikasi sektor, yaitu :

1. Sektor unggulan (developer sector) (kuadran I), yaitu sektor yang memililki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ > 1.

2. Sektor maju tapi tertekan (stagnant sector) (Kuadran II), yaitu pada sektor yang hanya memilki keunggulan kompetitif saja. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (+) dan LQ < 1.

3. Sektor potensial yang dapat berkembang (developing sector) (Kuadran III), yaitu sektor potensial yang hanya memiliki keunggulan komparatif saja. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (-) dan LQ > 1. 4. Sektor terbelakang (underdeveloped sector) (Kuadran IV) yaitu pada sektor ini tidak memilki keunggulan

komparatif, sehingga sektor ini disebut sektor terbelakang. Klasifikasi ini dilambangkan dengan nilai SS (-) dan LQ < 1.

Tabel 1. Klasifikasi Sektoral Menurut Tipologi Klassen

Kontribusi Sektoral LQ > 1 LQ < 1 SS (+) Sektor Unggulan (developed sector) Kuadran I

Sektor Maju tapi Tertekan (stagnant sector) Kuadran II SS (-) Sektor Potensial (developing sector) Kuadran III Sektor Terbelakang (underdeveloped sector) Kuadran IV

Laju

pertumbuhan

sektoral

(7)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

97 | P a g e

HASIL PENELITIAN

Analisis Location Quotient(LQ)

Dalam penelitian ini Analisis LQ dibagi menjadi dua periode yaitu tahun 2011-2015 dan tahun 2016-2020, bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan dalam jangka waktu lima tahun pada masing-masing periode.

Tabel 2. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) tahun 2011-2015 (Periode Pertama)

Lapangan Usaha Hasil Analisis Location Quotient(LQ) Tahun 2011-2015 Rata-rata LQ 2011 2012 2013 2014 2015

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2,145 2,096 2,009 1,960 1,929 2,028 B. Pertambangan dan Penggalian 0,014 0,015 0,029 0,031 0,026 0,023 C. Industri Pengolahan 1,037 1,050 1,043 1,000 0,978 1,022 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,903 0,872 0,850 0,803 0,765 0,839 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 1,247 1,227 1,170 1,121 1,105 1,174 F. Konstruksi 0,686 0,685 0,685 0,652 0,638 0,669 G. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,777 1,653 1,579 1,557 1,557 1,625 H. Transportasi dan Pergudangan 1,427 1,350 1,320 1,275 1,248 1,324 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 1,130 1,071 1,043 1,003 0,998 1,049 J. Informasi dan Komunikasi 0,830 0,805 0,778 0,749 0,748 0,782 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,715 0,713 0,668 0,694 0,642 0,686 L. Real Estate 0,987 0,946 0,915 0,888 0,873 0,922 M, N. Jasa Perusahaan 0,686 0,636 0,597 0,547 0,529 0,599 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 1,174 1,145 1,116 1,080 1,078 1,118 P. Jasa Pendidikan 1,099 1,073 1,051 1,026 1,011 1,052 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,845 0,798 0,759 0,732 0,719 0,771 R, S, T, U. Jasa lainnya 1,129 1,063 1,023 0,974 0,899 1,018

(8)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

98 | P a g e

Tabel 3. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) tahun 2016-2020 (Periode kedua)

Lapangan Usaha Hasil Analisis Location Quotient(LQ) 2016-2020 Rata-rata LQ 2016 2017 2018 2019 2020

A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 1,896 1,834 1,772 1,747 1,731 1,796 B. Pertambangan dan Penggalian 0,027 0,040 0,062 0,007 0,058 0,039 C. Industri Pengolahan 0,954 0,921 0,906 0,881 0,882 0,909 D. Pengadaan Listrik dan Gas 0,749 0,757 0,767 0,670 0,628 0,714 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 1,098 1,192 1,157 1,139 1,136 1,144 F. Konstruksi 0,631 0,624 0,608 0,592 0,593 0,610 G. Perdagangan Besar dan Eceran;

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 1,523 1,506 1,494 1,472 1,534 1,506 H. Transportasi dan Pergudangan 1,239 1,212 1,184 1,180 1,274 1,218 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan

Minum 0,995 1,000 0,986 0,973 1,025 0,996 J. Informasi dan Komunikasi 0,738 0,733 0,722 0,697 0,670 0,712 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 0,632 0,617 0,605 0,597 0,583 0,607 L. Real Estate 0,884 0,890 0,885 0,879 0,872 0,882 M, N. Jasa Perusahaan 0,537 0,528 0,526 0,502 0,524 0,523 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

dan Jaminan Sosial Wajib 1,059 1,047 1,031 1,002 1,003 1,028 P. Jasa Pendidikan 1,033 1,012 1,009 0,978 0,973 1,001 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 0,754 0,706 0,702 0,689 0,667 0,704 R, S, T, U. Jasa lainnya 0,890 0,884 0,873 0,840 0,860 0,869

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) pada periode pertama tahun 2011-2015 menghasilkan 9 sektor yang masuk dalam kategori basis,antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2. Industri Pengolahan

3. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 4. Perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor 5. Transportasi dan pergudangan

6. Penyediaan akomodasi dan makan minum

7. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 8. Jasa pendidikan

(9)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

99 | P a g e

Berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) pada periode kedua tahun 2016-2020 menghasilkan 6 sektor yang masuk dalam kategori basis,antara lain adalah sebagai berikut :

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan

2. Pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang 3. Perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil dan sepeda motor 4. Transportasi dan pergudangan

5. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 6. Jasa pendidikan.

Analisis Shift Share

Hasil Analisis Shift Share dipengaruhi beberapa komponen, yaitu: pertumbuhan provinsi (Nij), komponen bauran industri (Mij), keunggulan kompetitif (Cij), jumlah keseluruhan (Dij). Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil dari Analisis Shiftt Share

Lapangan Usaha Nij Mij Cij Dij A. Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 17.694.218,82 -17.687.772,57 -111,60 6.334,65 B. Pertambangan dan Penggalian 164.029,97 -164.083,27 336,14 282,84 C. Industri Pengolahan 9.206.852,22 -9.202.696,28 573,94 4.729,88 D. Pengadaan Listrik dan Gas 14.549,41 -14.537,08 -3,52 8,81 E. Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah,

Limbah dan Daur Ulang 6.504,86 -6.504,20 0,75 1,42 F. Konstruksi 1.683.327,33 -1.682.650,99 134,84 811,18 G. Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi

Mobil dan Sepeda Motor 4.879.315,86 -4.877.855,20 357,37 1.818,03 H. Transportasi dan Pergudangan 348.648,74 -348.605,75 33,82 76,80 I. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 157.023,82 -157.004,51 17,74 37,05 J. Informasi dan Komunikasi 185.012,63 -184.843,89 -1,94 166,80 K. Jasa Keuangan dan Asuransi 202.259,47 -202.178,27 1,05 82,25 L. Real Estate 265.362,62 -265.245,57 30,19 147,23 M, N. Jasa Perusahaan 954,84 -954,51 -0,07 0,27 O. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan

(10)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

100 | P a g e

P. Jasa Pendidikan 170.379,68 -170.314,20 19,03 84,51 Q. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 42.955,97 -42.918,71 -1,95 35,31 R, S, T, U. Jasa lainnya 136.387,29 -136.325,66 -10,78 50,85

Dari hasil analisis diatas tergambarkan bahwa kinerja dari masing-masing sektor pada tahun 2011-2020 bisa disimpulkan bekerja dengan baik, ini terlihat dari nilainya yang positif. Apabila nilai Dij menunjukkan nilai positif, maka terjadi peningkatan kinerja ekonomi dari sektor tersebut (Wahyuningtas, 2013). Nilai pertumbuhan regional (Nij) pada tahun 2011-2020 yang paling cepat Kabupaten Indragiri Hilir adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan perikanan sebesar 17.694.218,82 kedua sektor Industri Pengolahan sebesar 9.206.852,22, dan yang ketiga sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor sebesar 4.879.315,86 apabila pertumbuhan rata-rata Provinsi Riau dijadikan pembanding. Sementara itu sektor yang memiliki pertumbuhan regional dikategorikan pertumbuhan lambat namun memiliki pertumbuhan rata-rata lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan rata-rata Provinsi Riau ialah sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang dan sektor Jasa Perusahaan sebesar 6.504,86 dan 954,84.

Jika nilai (Mij) menunjukkan angka positif, maka memiliki arti sektor i yang maju, dan sektor tersebut memiliki pertumbuhan lebih tinggi dari pada pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan. Berbanding terbalik jika nilai (Mij) menunjukkan angka negatif, maka sektor i menunjukkan pertumbuhan yang lambat.. Hasil analisis diatas menjelaskan bahwa semua sektor menunjukan hasil negatif maka dari itu pemerintah harus lebih memperhatikan sektor-sektor lapangan usaha agar dapat menigkatkan pertumbuhan ekonomi.

Sedangkan komponen keunggulan kompetitif (Cij) diketahui bahwa sektor perekonomian yang menghasilkan komoditas yang memiliki keunggulan kompetitif adalah sektor pertambangan dan penggalian, sektor industri pengolahan, sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang, sektor konstruksi, sektor perdagangan besar dan eceran; reparasi mobil dan sepeda motor, sektor transportasi dan pergudangan, sektor penyediaan akomodasi dan makan minum, sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor real estate, sektor administrasi pemerintahan, pertahanan dan jaminan sosial wajib dan sektor jasa pendidikan. Adapun sektor yang memiliki nilai paling tinggi ialah sektor Industri pengolahan sebesar 573,94.

(11)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

101 | P a g e

Analisis Tipologi Klassen

Tabel 5. Hasil Analisis Klasifikasi Sektoral Tipologi Klassen

Kontribusi Sektoral

LQ > 1 LQ < 1 SS (+)

Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan

Industri Pengolahan

Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang

Transportasi dan Pergudangan

Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum

Real Estate

Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib

Jasa Pendidikan

KUADRAN I (SEKTOR MAJU DAN TUMBUH PESAT)

 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial

 Jasa lainnya

 Jasa Perusahaan

KUADRAN II (SEKTOR

MAJU TAPI TERTEKAN) SS (-)  Konstruksi

 Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

 Informasi dan Komunikasi

 Jasa Keuangan dan Asuransi

KUADRAN III (SEKTOR POTENSIAL ATAU MASIH DAPAT BERKEMBANG DENGAN CEPAT)

 Pertambangan dan Penggalian  Pengadaan Listrik dan Gas KUADRAN IV (SEKTOR RELATIVE TERTINGGAL) Hasil dari analisis Tipologi klassen iyalah membagi menjadi empat kuadran. Yang termasuk kedalam kuadran I (Sektor maju dan tumbuh pesat) adalah Sektor Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan, Sektor Industri Pengolahan , Sektor Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang, Sektor Transportasi dan Pergudangan, Sektor Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum, Sektor Real Estate, Sektor Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib, dan Sektor Jasa Pendidikan.

Laju

pertumbuhan

sektoral

(12)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

102 | P a g e

Yang termasuk dalam Kuadran II (Sektor maju tapi tertekan) adalah Sektor Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, Sektor Jasa lainnya dan Sektor Jasa Perusahaan. Serta yang termasuk kedalam Kuadran III (Sektor potensial atau masih dapat berkembang dengan cepat) adalah Sektor Konstruksi, Sektor Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor, Sektor Informasi dan Komunikasi dan Sektor Jasa Keuangan dan Asuransi. Dan yang terakhir Kadran IV (Sektor relative tertinggal) adalah Sektor Pertambangan dan Penggalian ,dan Sektor Pengadaan Listrik dan Gas.

PENUTUP

Hasil analisis Location Quotient (LQ) , analisis Shift Share dan analisis Tiipologi Klassen menunjukkan bahwa sektor yang menjadi sektor basis (unggulan) dan sektor yang memiliki keunggulan kompetitif serta memiliki potensi di Kabupaten Indragiri Hilir adalah sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dan sektor industri pengolahan.

Sebagai rekomendasi, khususnya bagi pemerintah Kabupaten Indragiri Hilir dalam upaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi agar lebih mengutamakan pengembangan sektor unggulan/ basis yaitu sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan. Sektor sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan sebagai sektor unggulan memiliki kontribusi tinggi dalam perekonomian Kabupaten Indragiri Hilir, sehingga perlu mendapatkan prioritas pengembangan dengan tidak mengabaikan sektor- sektor lainnya dan menjadi sektor keunggulan kompetitif serta dalam jangka pendek, menengah atau panjang dapat memberikan dampak yang tinggi pula bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat di Kabupaten Indragiri Hilir.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Pusat Statistik. (2015). Produk Domestik Regional Bruto. Bps.

Badan Pusat Statistik. (2017). Kabupaten Indragiri Hilir Dalam Angka 2017. Kabupaten Indragiri Hilir : Badan Pusat Statistik Kabupaten Indragiri Hilir .

Badan Pusat Statistik. (2017). Propinsi Riau Dalam Angka 2017. Propinsi Riau : Badan Pusat Statistik Propinsi Riau.

Chandra, Taufik dan Amiruddin. (2013). Analisis pertumbuhan ekonomi dan pengembangan sektor potensial di kota makassar. Jurnal Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 1–24.

Hajeri, Erilinda Yurisinthae, dan Eva Dolorosa.(2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian di

Kabupaten Kubu Raya. Jurnal ekonomi Bisnis dan Kewirausahaan, 253-269.

Husna, N. (2013). Analisis Pengembangan Potensi Ekonomi Lokal Untuk Menguatkan Daya Saing Daerah Di Kabupaten Gresik. Jurnal Administrasi Publik Mahasiswa Universitas Brawijaya, 1(1), 188–196.

(13)

Vol 02. No. 02, 2021

TRIANGLE

Journal Of Management, Accounting, Economic and Business

http://trianglesains.makarioz.org

103 | P a g e

Rajab, A., & Rusli. (2019). Penentu Sektor-Sektor Unggulan Yang Ada Pada Kabupaten Takalar Melalui Analisis Tipologi Klassen. GROWTH Jurnal Ilmiah Ekonomi Pembangunan, 1(1), 16–38.

Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPIJM) Kabupaten Indragiri Hilir 2015-2021. (2012).

Tembilahan: Pemerintah Daerah Kota Tembilahan.

Sapriadi, & Hasbiullah. (2015). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian Kabupaten Bulukumba.

Jurnal Iqtisaduna, 1(1), 71–86.

Sugiarthi, Ni Putu ,Dwi Eka R ,dan Ni Luh S. (2014). Pengaruh PAD,DAU, dan Silpa padaBelanja Modal dengan Pertumbuhan Ekonomi sebagai Pemoderasi. E-Jurnal Akuntansi. Universitas Udayana. Denpasar.

Sukirno, Sadono. (2011). Makro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. Rajawali Pers. Jakarta.

Suparmoko, M. (2012). Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan Daerah. Andi. Yogyakarta.

Syapsan, S. (2019). Analisis Penentuan Sektor Unggulan Perekonomian dan Formulasi Strategi Pengembangannnya di Kabupaten Indragiri Hilir.

Ekonomikawan. Jurnal Ilmu Ekonomi Dan Studi Pembangunan, 19(1), 100–113.

Tarigan, Robinson. (2007). Ekonomi Regional, Teori dan Aplikasi. Edisi keempat. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Wahyuningtas, R, A Rusgiyono, dan Y Wilandari. (2013). Analisis Sektor unggulan Menggunakan Data PDRB :

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi Sektoral Menurut Tipologi Klassen  Kontribusi Sektoral  LQ &gt; 1  LQ &lt; 1  SS (+)  Sektor Unggulan  (developed sector)                                              Kuadran I
Tabel 2. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) tahun 2011-2015 (Periode Pertama)  Lapangan Usaha  Hasil Analisis Location Quotient(LQ) Tahun 2011-2015
Tabel 3. Hasil Analisis Location Quotient (LQ) tahun 2016-2020 (Periode kedua)  Lapangan Usaha  Hasil Analisis Location Quotient(LQ) 2016-2020
Tabel 4. Hasil dari Analisis Shiftt Share
+2

Referensi

Dokumen terkait

Selain tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, pengelola air dan/atau penyelenggara air minum yang melakukan tindak pidana sebagaimana diatur dalam

Pada hari ini Selasa, tanggal Lima Belas bulan September tahun Dua ribu lima belas, yang bertandatangan dibawah ini Pejabat Pengadaan pada Dinas Pertanian Kabupaten Humbang

Penataan Kawasan Kampung Jenggot Pekalongan sebagai Kampung Wisata Produksi Batik dengan Konsep Sustainable Settlement.. ARIEFIANA ZULFIDA (L2B009043) BERITA ACARA

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 6 ayat (1).. Permen Pendidikan

diri untuk melaksanakan kegiatan yang terancang dan terkoordinir yang ingin dicapai pada tahun. 2014, dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala dan yang

PUSAT INFORMASI, PEMASARAN DAN PROMOSI INDUSTRI KERAJINAN KUNINGAN JUWANA..

Selain itu, untuk mencapai keselarasan pada pertumbuhan ekonomi, investasi dan pengeluaran pemerintah, maka perlunya suatu manajemen atau pengelolaan yang terorganisir

Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan apakah perceived ease-of-use (persepsi akan kemudahan) , perceived usefulness (persepsi akan kemanfaatan) , trust