• Tidak ada hasil yang ditemukan

Contoh Makalah Lengkap Format Microsoft Word Makalah Ulumul Qur

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Contoh Makalah Lengkap Format Microsoft Word Makalah Ulumul Qur"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Ulumul Qur’an (Muhkam Mutasyabih)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Al-Quran, kalam Tuhan yang dijadikan sebagai pedoman dalam setiap aspek kehidupan umat Islam, tentunya harus dipahami secara mendalam. Pemahaman Al-Quran dapat diperoleh dengan mendalami atau menguasai ilmu-ilmu yang tercangkup dalam ulumul quran. Dan menjadi salah satu bagian dari cabang keilmuan ulumul quran adalah ilmu yang membahas tentang Muhkam Mutasyabbih ayat.

Sehubungan dengan persoalan ini, Ibn Habib An-Naisabari pernah mengemukakan tiga pendapat mengenai kaitan ayat-ayat Al-Qur’an terhadap muhkam-mutasyabih.

(2)

ا ررل ببتركك تتمرككحتاب ا هبتبي ممرثب تتلرصمكفب نتمك دبلمر نت مبيتككحر يتبكخر رر ) 1 (

Kedua, seluruh ayat Al-Qur’an adalah mutasyabih berdasarkan firman Allah dalam QS. Az-Zumar : 39, sebagai berikut :

لتقب وتقري مك اولمعا يلع اكم مكتن ينا اع لم فوسف نوملعت ) 39 (

Ketiga, pendapat yang paling tepat, ayat-ayat Al-Qur’an terbagi dalam dua bagian, yaitu muhkan dan mutasyabih berdasarkan firman Allah dalam QS. ‘Ali Imran : 7, sebagai berikut :

وه ا يذل زنا ل كيلع بتكلا هنم ا تي تمكحم نه ا م بتكلا و ا رخ تهبشتم اماف ا نيذلا يف ولق مهب غيز نوعبتيف ام اشت هب هنم ءاغتبا ةنتفلا ءاغتباو هليو امو ملعي أت هليو لا هللا رلاو نوخس ىف ملعلا وقي نول ا انم هب لك نم دنع انبر امو ذي رك لا بابللااولوا

(3)

(tentang ayat muhkam mutasyabih-red) terdapat perbedaan-perbedaan.

Berdalih agar tidak terjadi ketimpangan dalam memahami ayat-ayat Al-Quran khususnya dalam ranah Muhkam Mutasyabbih, maka kelompok kami menyusun makalah yang membahas tentang kedua hal tersebut dengan judul “ Al-Muhkam Al-Mutasyabih”. Untuk keterangan lebih lanjut mengenai ketentuan dan hal-hal yang berhubungan dengan Muhkam dan Mutasyabbih, akan dijelaskan dalam bab berikutnya yaitu bab pembahasan.

Rumusan Masalah

Dalam suatu karangan ilmiah haruslah disusun secara sistematis dan runtut sesuai dengan ketentuan yang ada. Maka dari itu perlu untuk menyusun suatu rumusan masalah yang menjadi batu pijakan untuk pembahasan pada makalah ini. Adapun rumusan masalah tersebut ialah sebagai berikut:

(4)

2. Bagaimana sebab-sebab adanya Muhkam dan Al-Mutasyabih?

3. Apa macam-macam dari Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?

4. Bagaimana sikap para ulama terhadap adanya ayat-ayat Al-Mutasyabih?

5. Apa faedah dari adanya Al-Muhkam dan Al-Mutasyabih?

Tujuan Pembelajaran

Adanya suatu diskusi dalam kelas yang kita lakukan sudah barang tentu semuanya mempunyai tujuan masing-masing dan boleh jadi tujuan tersebut berbada ataupun sama. Sedang pembelajaran pada saat ini yaitu dengan judul “Muhkam Al-Mutasyabih” mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah :

1. Dapat mengetahui pengertian dari Muhkam dan Al-Mutasyabi

(5)

3. Dapat mengerti macam-macam dari Muhkam dan Al-Mutasyabih.

4. Dapat membedakan bagaimana sikap para ulama terhadap adanya ayat-ayat Al-Mutasyabih

5. Dapat memahami faedah dari adanya Muhkam dan Al-Mutasyabih.

BAB II

PEMBAHASAN

Pengertian Al-Muhkam Al-Mutasyabih

(6)

menahan binatang itu”, juga bisa diartikan,”saya memasang ‘hikmah’ pada binatang itu”. Hikmah dalam ungkapan ini berarti kendali.Muhkam berarti (sesuatu) yang dikokohkan, jadi kalam Muhkam adalah perkataan yang seperti itu sifatnya. Mutasyabih secara bahasa berarti tasyabuh, yakni bila salah satu dari 2 (dua) hal itu tidak dapat dibedakan dari yang lain, karena adanya kemiripan diantara keduanya secara konkrit maupun abstrak. Jadi, tasyabuh Al-Kalam adalah kesamaan dan kesesuaian perkataan, karena sebagainya membetulkan sebagian yang lain

Sedangkan menurut terminologi (istilah), muhkam dan mutasyabih diungkapkan para ulama, seperti berikut ini :

Ayat-ayat muhkam adalah ayat yang maksudnya dapat diketahui dengan gamblang, baik melalui takwil ataupun tidak. Sedangkan ayat-ayat mutasyabih adalah ayat yang maksudnya hanya dapat

diketahui Allah, seperti saat kedatangan hari kiamat, keluarnya dajjal, dan huruf-huruf muqatha’ah. (Kelompok Ahlussunnah)

(7)

mutasyabih adalah ayat yang harus diimani, tetapi tidak harus

diamalkan.

Mayoritas Ulama Ahlul Fiqh yang berasal dari pendapat Ibnu Abbas mengatakan, lafadz muhkam adalah lafadz yang tak bisa ditakwilkan melainkan hanya satu arah/segi saja. Sedangkan lafadz yang mutasyabbih adalah lafadz yang bisa ditakwilkan dalam beberapa arah/segi, karena masih sama (semakna-red).

Dari pengertian-pengertian ulama diatas, sudah dapat disimpulkan bahwa inti pengertian dari ayat-ayat muhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat muhkam itu nash (kata yang menunjukkan sesuatu yang dimaksud dengan terang dan tegas) dan zhahir

(makna lahir). Adapun pengertian dari ayat-ayat mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas. Yang termasuk dalam kategori ayat-ayat mutasyabih adalah mujmal (global), mu’awwal (harus ditakwil), musykil, dan mubham (ambigius).

(8)

Para ulama berbeda pendapat tentang apakah arti ayat-ayat mutasyabih dapat diketahui oleh manusia, atau hanya Allah saja

yang mengetahuinya. Sumber perbedaan mereka terdapat dalam pemahaman struktur kalimat pada QS. ‘Ali Imran : 7

Dalam memahami ayat tersebut, muncul dua pandapat. Yang pertama, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm di-athaf-kan pada lafazh Allah, sementara lafazh yaaquluna sebagai hal. Itu artinya, bahwa ayat-ayat mutasyabih pun diketahui orang-orang yang mendalami ilmunya. Yang kedua, Wa al-rasikhuna fi al-‘ilm sebagai mubtada’ dan yaaquluna sebagai khabar. Itu artinya bahwa ayat-ayat mutasyabih hanya diketahui oleh Allah, sedangkan orang-orang

yang mempelajari ilmunya hanya mengimaninya.

Ada sedikit ulama yang berpihak pada ungkapan gramatikal yang pertama. Seperti Imam An-Nawawi, didalam Syarah Muslim,

(9)

Para ulama sesungguhnya juga mengetahuinya. Jika tidak, apa bedanya mereka dengan orang awam?”.

Namun sebagian besar sahabat, tabi’in, generasi sesudahnya, terutama kalangan Ahlussunnah berpihak pada gramatikal

ungkapan yang kedua. Seperti pendapat dari :

Al-Bukhari, Muslim, dan yang lainnya mengeluarkan sebuah riwayat dari Aisyah yang mengatakan bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda ketika mengomentari QS. ‘Ali Imran ayat 7 :

“Jika engkau menyaksikan orang-orang yang mengikuti ayat-ayat mutasyabih untuk menimbulkan fitnah dan untuk mencari-cari takwilnya, orang itulah yang dicela Allah, maka berhati-hatilah menghadapi mereka.”

Ibn Abu Dawud, dalam Al-Mashahif, mengeluarkan sebuah

riwayat dari Al-A’masy. Ia menyebutkan bahwa diantara qira’ah Ibn Mas’ud disebutkan :

(10)

Imam Malik pernah ditanya mengenai pengertian lafadz istawa. Ia mengatakan: Istawa adalah diketahui. dan bagaimananya adalah sesuatu yang tidah diketahui. Bertanya tentangnya adalah Bid’ah.

Sedang Ar-raghib Al-Ashfahany mengambil jalan tengah dalam masalah ini. Beliau membagi mutasyabih dari segi kemungkinan mengetahuinya menjadi tiga bagan:

Bagian yang tak ada jalan untuk mengetahuinya, seperti waktu tibanya hari kiamat.

Bagian manusia menemukan sebab-sebab mengetahuinya, seperti lafadz-lafadz yang ganjil, sulit difahami namun bisa ditemukan artinya.

Bagian yang terletak di antara dua urusan itu yang hanya diketahui oleh Ulama’ yang mumpuni saja.

Sebab-Sebab Adanya Ayattasyabbih

(11)

Mutasyabih, dan menjadikan ayat Muhkam sebagai bandingan ayat yang Mutasyabih.

Pada garis besarnya sebab adanya ayat – ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an ialah karena adanya kesamaran maksud syara’ dalam ayat – ayat-Nya sehingga sulit dipahami umat, tanpa dikatakan dengan arti ayat lain, disebabkan karena bisa dita’wilkan dengan bermacam – macam dan petunjuknya pun tidak tegas, karena sebagian besar merupakan hal – hal yang pengetahuanya hanya dimonopoli oleh Allah SWT saja.

Adapun adanya ayat Mutasyabihat dalam Al – Qur’an desebabkan 3 (tiga) hal :

A. Kesamaran Lafal

1. Kesamaran Lafal Mufrad, dibagi menjadi 2 (dua) :

a. Kesamaran lafal Mufrad Gharib (asing)

(12)

binatang ternakmu), sehingga jelas dimaksud Abban adalah rerumputan.

b. Kesamaran Lafal Mufrad yang bermakna Ganda. Kata Al – Yamin bisa bermakna tangan kanan, keleluasan atau sumpah.

Kesamaran dalam Lafal Murakkab

Kesamaran dalam lafal Murakkab itu disebabkan karena lafal yang Murakkab terlalu ringkas, terlalu luas atau karena susunan kalimatnya kurang tertib.

B. Kesamaran pada Makna Ayat

Kesamaran pada makna ayat seperti dalam ayat – ayat yang menerangkan sifat – sifat Allah, seperti sifat rahman rahim-Nya, atau sifat qudrat iradat-Nya, maupun sifat – sifat lainnya. Dan seperti makna dari ihwal hari kiamat, kenikmatan surga, siksa kubur, dan sebagainya manusia bisa mengerti arti maksud ayat-Nya, sedangkan mereka tidak pernah melihatnya.

C. Kesamaran pada Lafal dan Makna Ayat

(13)

“Dan bukanlah kebijakan memasuki rumah – rumah dari belakangnya, akan tetapi kebijakan itu ialah kebijakn orang – orang yang bertakwa”.

Sebab kesamaran dalam ayat tersebut terjadi pada lafalnya, karena terlalu ringkas, juga terjadi pula pada maknanya, karena termasuk adat kebiasaan khusus orang arab. Hingga dalam memahami ayat ini akan sulit bagi orang-orang yang bukan termasuk orang arab. Dan sejatinya ayat ini adalah diperuntukkan untuk orang yang sedang melaakukan ihrom baik haji maupun umroh.

Macam Macam Ayat Mutasyabihat

Menurut Abdul Jalal, macam – macam ayat Mutasyabihat ada 3 (tiga) macam :

(14)

Ayat – ayat yang Mutasyabihat yang dapat diketahui oleh semua orang dengan jalan pembahasan dan pengkajian yang mendalam. Contoh : pencirian mujmal, menentukan mutasyarak, mengqayyidkan yang mutlak, menertibkan yang kurang tertib, dst.

Ayat – ayat Mutasyabihat yang hanya dapat diketahui oleh para pakar ilmu dan sains, bukan oleh semua orang, apa lagi orang awam. Hal ini termasuk urusan – urusan yang hanya diketahui Allah SWT dan orang – orang yang rosikh (mendalam) ilmu pengetahuan.

2.5Faedah Ayat-Ayat Muhkamat dan Ayat-Ayat Mutasyabihat

Dalam pembahasan ini perlu dijelaskan faedah atau hikmah ayat muhkam lebih dahulu sebelum menerangkan faedah ayat-ayat mutasyabihat.

(15)

a)Menjadi rahmat bagi manusia, khususnya orang kemampuan bahasa Arabnya lemah. Dengan adanya ayat-ayat muhkam yang sudah jelas arti maksudnya, sangat besar arti dan faedahnya bagi mereka.

b)Memudahkan bagi manusia mengetahui arti dan maksudnya. Juga memudahkan bagi mereka dalam menghayati makna maksudnya agar mudah mengamalkan pelaksanaan ajaran-ajarannya.

c)Mendorong umat untuk giat memahami, menghayati, dan mengamalkan isi kandungan Al-Quran, karena lafal ayat-ayatnya telah mudah diketahui, gampang dipahami, dan jelas pula untuk diamalkan.

d)Menghilangkan kesulitan dan kebingungan umat dalam mempelajari isi ajarannya, karena lafal ayat-ayat dengan sendirinya sudah dapat menjelaskan arti maksudnya, tidak harus menuggu penafsiran atau penjelasan dari lafal ayat atau surah yang lain.

(16)

a)Memperlihatkan kelemahan akal manusia. Akal sedang dicoba untuk meyakini keberadaan ayat-ayat mutasyabih sebagaimana Allah memberi cobaan pada badan untuk beribadah. Seandainya akal yang merupakan anggota badan paling mulia itu tidak diuji, tentunya seseorang yang berpengetahuan tinggi akan menyombongkan keilmuannya sehingga enggan tunduk kepada naluri kehambaannya. Ayat-ayat mutasyabih merupakan sarana bagi penundukan akal terhadap Allah karena kesadaraannya akan ketidakmampuan akalnya untuk mengungkap ayat-ayat mutasyabih itu.

(17)

c)Membuktikan kelemahan dan kebodohan manusia. Sebesar apapun usaha dan persiapan manusia, masih ada kekurangan dan kelemahannya. Hal tersebut menunjukkan betapa besar kekuasaan Allah SWT, dan kekuasaan ilmu-Nya yang Maha Mengetahui segala sesuatu.

d)Memperlihatkan kemukjizatan Al-Quran, ketinggian mutu sastra dan balaghahnya, agar manusia menyadari sepenuhnya bahwa kitab itu bukanlah buatan manusia biasa, melainkan wahyu ciptaan Allah SWT.

e)Mendorong kegiatan mempelajari disiplin ilmu pengetahuan yang bermacam-macam.

(18)

BAB III

PENUTUP

Simpulan

Uhkam adalah ayat-ayat yang maknanya sudah jelas, tidak samar lagi dan tidak menimbulkan pertanyaan jika disebutkan. Sedang mutasyabih adalah ayat-ayat yang maknanya belum jelas.

Ulamak berbeda pendapat dalam hal memahami ayat-ayat mutasyabih, yaitu antara bisa tidaknya manusia memahami/memaknai ayat-ayat mutasyabihat.

(19)

Terdapat tiga macam ayat mutasyabih yaitu ayat yang tidak bisa difahami oleh manusia, yang bisa difahami semua orang dengan pemahaman yang dalam dan ayat yang bisa difahami oleh pakarnya saja.

Terdapat hikmah adanya ayat-ayat muhkamat dan mutasyabihat yang secara garis besar masuk pada tataran pemafaman dan penggunaan logika akal.

Saran

(20)

Daftar Pustaka

Al-Qattan, Manna’ Khalil. 2009, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an, Bogor:Lintera Antar Nusa

Anwar, Rosihon. 2004, Ulumul Qur’an. Bandung: Pustaka Media

Djalal, Abdul, 2008, Ulumul Quran. Surabaya: Dunia Ilmu

Hadi, Abd. 2010, Pengantar Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran,

Surabaya:Graha Pustaa Islamic Media

(21)

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, 2012, Studi Al-Qur’an.

Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press

Zenrif, MF. 2008. Sintesis Paradigma Studi Al-Quran, Malang:UIN

Malang Perss

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel, 2012, Studi Al-Qur’an.

Surabaya : IAIN Sunan Ampel Press

MF. Zenrif, Sintesis Paradigma Study Al-Quran, (Malang: UIN-Malang Perss, 2008),25

Mana’ Khalil Al-Qattan,

Tim Penyusun MKD

Abdul Jalal, Ulumul Qur’an, Surabaya: Dunia Ilmu, 2008, hal. 239

Rosihon Anwar, Ulumul Qur’an, (Bandung:Pustaka Setia,2004), 128

Mana’ Khalil Al-qattan, 307

(22)

Tim Penyusun MKD,

Acep Hermawan, Ulumul Quran: ilmu Untuk Memahami Waahyu, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), 146

Abd. Hadi, Pengantar Study ilmu-Ilmu Al-Quran, (Surabaya: Graha Pustaka Islamic Multimedia, 2010), 222

Abdul Jalal,

Abd, Jalal

Di Presentasikan di IAIN Sunan Ampel Surabaya kelas Muamalah D.

Referensi

Dokumen terkait

Basis data adalah kumpulan informasi yang disimpan di dalam komputer secara sistematik sehingga dapat diperiksa menggunakan suatu program komputer

Baru dibangun atau direnovasi bangunan dapat memiliki sejumlah besar bahan kimia "off- penyerangan dgn gas beracun", sehingga menimbulkan apa yang disebut