Cyb
FA
UN
ber Brandi
Fa
Un
PROGR
AKULTAS
NIVERSIT
ing #Indon
acebook, T
NASKA
ntuk memen guna menca
Ilm
TIYA
L
RAM STU
S KOMUN
TAS MUHA
nesiaTanp
Twitter, da
AH PUBLIK
nuhi sebagian apai gelar Sa mu Komunika
AS ARUM S
L100090141
UDI ILMU
NIKASI DA
AMMADI
paJIL di M
an Youtub
KASI
n persyaratan arjana S-1 asi
SARI
U KOMUN
AN INFO
IYAH SU
Media Sosi
be
n
NIKASI
RMATIK
URAKART
ial
▸ Baca selengkapnya: menjadi garam dan terang di media sosial
(2)(3)Cyber Branding #IndonesiaTanpaJIL di Media Sosial
Facebook, Twitter, dan Youtube
Tiyas Arum Sari (arzha_zhe@yahoo.co.id) Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta
Abstrak
Setiap merek membutuhkan proses pengenalan pada publik yang disebut branding.
Branding merupakan proses awal pengaktifan merek dalam benak targetaudience-nya.
Dengan berkembangnya teknologi Internet, maka branding bisa dilakukan dengan lebih cepat, mudah dan murah, terutama dengan munculnya media sosial. Era cyberbranding pun dimulai dengan pemanfaatan media sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube. #IndonesiaTanpaJIL merupakan salah satu merek yang memanfaatkan dan memaksimalkan media ini. Metode dalam penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif. Sedangkan analisis yang digunakan adalah Analisis Model AIDA, yaitu Attention (Perhatian), Interest (Minat),
Desire (Keinginan) dan Action (Tindakan). Hasil penelitian yaitu targetaudience
#IndonesiaTanpaJIL adalah anak muda/remaja pengguna media sosial Facebook, Twitter dan Youtube. Sedangkan kegiatan yang dilakukan secara online seperti share informasi, upload video, upload file untuk menyamakan identitas dan atribut merek.
Key words : Cyber Branding, #IndonesiaTanpaJIL, Media Sosial
A. PENDAHULUAN
Sekarang, setiap hari merek selalu bertambah semakin banyak dan beragam. Merek-merek tersebut memiliki ciri khas dan keunikan masing-masing.
Menurut Irvan Permana merekadalah :
“Merek adalah sebuah nama, simbol, design, ataupun kombinasi dari semuanya yang dipakai untuk
mengidentifikasi sesuatu (produk, tempat, orang, perusahaan, negara,
organisasi, dan sebagainya).” (2012:2).
(World Wide Foundation), Green
Peace dll.
Semua kegiatan dan proses memperkenalkan merek kepada khalayak tersebut dinamakan branding. Dengan branding suatu merek bisa diperkenalkan, dideskripsikan lebih jelas dan bisa ditunjukkan keunggulan serta pembedanya dari merek lainnya.
Dahulu, branding hanya
diterapkan pada media konvensional. Tetapi sekarang, biaya yang dikeluarkan untuk proses branding bisa ditekan jauh lebih murah dengan munculnya Internet.
Salah satu yang menjadi favorit untuk proses branding melalui Internet ini adalah penggunaan media sosial. Penggunaan media sosial sebagai media branding ini sudah dipraktekkan dan dimaksimalkan oleh organisasi komunitas #IndonesiaTanpaJIL melalui Facebook, Twitter dan Youtube.
Organisasi ini dibentuk untuk meng-counter atau melawan
pemahaman-pemahaman Islam Liberal yang disebarkan oleh JIL (Jaringan Islam Liberal) yang dianggap #IndonesiaTanpaJIL tidak sesuai dengan syariat Islam seperti yang dituliskan dalam Qur’an dan Al-Hadits secara benar.
Menurut Abdul Mutaqin (2013) JIL ini menganggap bahwa semua agama itu benar, Islam mengukung kebebasan, tidak ada kewajiban berjilbab, memperbolehkan pernikahan beda agama, tidak percaya Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir, Al-Qur’an bukanlah kitab suci, memperbolehkan hubungan sesama jenis dsb, yang mana tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits.
Dari media sosial ini pula #IndonesiaTanpaJIL bisa merekrut
endorser-endorser untuk ikut
Keunikan lainnya adalah #IndonesiaTanpaJIL menerapkan prinsip D.I.Y. (Do It Yourself), yaitu semua kebutuhan untuk melaksanakan aksi dikerjakan sendiri dan oleh biaya sendiri (mandiri).
Peneliti tertarik dengan pergerakan ini karena beberapa hal, yang pertama #IndonesiaTanpaJIL ini kurang eksis di media mainstream, sehingga mereka bergerak di media sosial.
Bandingkan dengan pergerakan
online yang muncul dan menjadi besar
setelah mendapat blow up dari media, seperti Gerakan Koin Prita, Gerakan 1.000 Sandal Jepit Buat Aal, serta Gerakan Koin Cinta untuk Bilqis.
Kedua, #IndonesiaTanpaJIL merupakan pergerakan anti JIL yang dekat dengan isu agama tetapi bisa merangkul orang-orang yang tidak dekat dengan isu agama serta mampu menggerakkan mereka melalui media
sosial. Seperti komunitas beatbox, musik underground, break dance dll.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Komunikasi
Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (social relations).
Harrold D. Laswell mendefinisikan komunikasi sebagai:
“Suatu cara yang nyaman untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan sebagai berikut : “Who, Says What, To Whom, In With Channel, With What Effect” (Rosmawaty, 2010 : 17).
Dalam penelitian kali ini, komunikasi yang digunakan adalah komunikasi pemasaran.
2. Komunikasi Pemasaran
Penggabungan dari dua kajian: pemasaran dan komunikasi menghasilkan kajian “baru” yang diberi nama komunikasi pemasaran (marketingcommunication).
“Kegiatan komunikasi yang ditujukan untuk menyampaikan pesan kepada
targetaudience dengan menggunakan sejumlah media dan
berbagai saluran yang dapat dipergunakan dengan harapan terjadinya tiga tahapan perubahan, yaitu : perubahan pengetahuan, perubahan sikap, dan perubahan tindakan yang dikehendaki”. (Soemanagara, 2008 : 4).
Salah satu kegiatan komunikasi pemasaran yang mampu memperkuat posisi merek adalah
branding.
3. Branding
Branding adalah proses
pengenalan merek pada publik. Proses branding ini merupakan keseimbangan tentang apa yang ingin diekpresikan oleh sebuah merek tertentu, dan bagaimana impresi yang ditangkap oleh
audience tentang merektersebut.
Proses branding yang dahulunya hanya dilakukan dengan media konvensional, Sekarang menjadi lebih mudah, murah dan cepat sejak dilahirkannya teknologi
Web 2.0. Dengan perkembangan
teknologi Web 2.0, Branding dapat dilakukan dengan media online.
4. Web 2.0
Modern, cepat, tak terbatas ruang dan waktu, akses luas dan komunikasi dua arah merupakan karakteristik yang dimiliki Web 2.0.
Perkembangan teknologi ini berdampak terhadap strategi
online, mengubah gaya hidup
masyarakat dari konvensional menjadi online. Hal ini akan memungkinkan merek untuk beradaptasi dengan lingkungan yang semakin menjadi digital. (Bandyopadhayay, Subir, 2009).
5. Media Sosial
Menurut Nurudin Media sosial adalah :
Melalui media sosial ini semua bisa dilakukan secara cepat, efektif, efisien, interaktif dan variatif, serta cakupannya yang luas tanpa terbatas ruang dan waktu.
Inilah era conversation, Kecepatan informasi yang dikirim serta feed back yang didapat membuat media sosial menjadi media favorit.
Media sosial yang memiliki
impact besar tersebut, dimanfaatkan
berbagai pihak untuk mem-branding sebuahmerek. Era cyber branding pun dimulai dengan pemanfaatan media sosial ini.
6. CyberBranding
Sekarang, proses branding juga melibatkan media sosial seperti Facebook, website, Twitter, Blog dan Youtube. Sehingga strategi yang digunakan harus disesuaikan dengan media yang dipakai.
Internet menyediakan ruang yang beragam bagi perkembangan
merek. Cyber brand harus bekerja lebih keras dibanding offline brand untuk mendapatkan preverensi positif, karena cyber brand harus menciptakan identitas dari nol. (Saaksjarvi, Maria and Saeed Samiee, 2011:169-177).
Dengan cyber branding,
pengelola merek harus bekerja lebih keras dan lebih berhati-hati karena sifat dari media yang digunakan sendiri yaitu Internet, sangat cepat dan tidak dapat diprediksi.
a. CyberBranding Melalui Media
Sosial
Cyber branding yang
paling banyak dipakai dan disukai adalah dengan pemanfaatan media sosial Facebook, Twitter, website, Blog dan Youtube.
Disamping itu, dari media sosial ini juga pengelola merek bisa menciptakan brand
Membentuk sebuah image ditengah-tengah publik tentang merek yang dikelola tersebut. b. CyberBranding
#IndonesiaTanpaJIL di Media Sosial Facebook, Twitter dan Youtube
Organisasi komunitas #IndonesiaTanpaJIL pun memanfaatkan teknologi yang sedang booming saat ini yaitu media sosial, seperti Facebook, Twitter, dan Youtube.
Facebook dan Twitterdigunakan untuk berbagi
informasi tentang bahaya Islam Liberal yang dihasung JIL, serta kegiatan-kegiatan yang mereka lakukan untuk meng-counter isu-isu tentang Islam Liberal, sedangkan Youtube digunakan
untuk memperlihatkan visualisasi iklan, testimoni dan
kegiatan #IndonesiaTanpaJIL.
Dalam berkomunikasi melalui media sosial yang digunakan, memang tidak akan ditemukan sebuah tempat yang terlihat. Sebab, tempat tersebut seperti atmosfer yang ada tetapi tidak bisa dilihat oleh mata.
Dalam menjalin komunikasi di dunia maya, kita
bagai menginjak dunia baru seperti halusinasi yang memang ada tetapi tidak bisa diketahui dimana sebenarnya tempat itu.
C.METODE
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif kualitatif.
Pertimbangan dalam memilih ketiga narasumber tersebut adalah :
1. Akmal Sjafril merupakan salah satu pionir pencetus organisasi ini, melalui sepak terjangnya juga organisasi ini semakin besar dan mampu merangkul berbagai lapisan masyarakat.
2. Riza Sativianti sebagai Admin Twitter sebab Melalui Twitter inilah #IndonesiaTanpaJIL terbentuk, mendistibusikan informasi serta mampu merangkul berbagai jenis masyarakat. Untuk itulah informasi
dari admin Twitter #IndonesiaTanpaJIL perlu digali lagi.
3. Muhammad Rizaldy Latief selaku ketua #IndonesiaTanpaJIL chapter Bandung yang merupakan chapter yang paling aktif menerapkan cyber
branding yang kemudian
direalisasikan menjadi aksi nyata.
Karena keterbatasan waktu penelitian dan akses terhadap narasumber, Maka wawancara hanya
bisa dilakukan melalui email antara tanggal 28 Mei sampai 20 Juni 2013.
D. ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Pada penelitian ini peneliti menggunakan teknik analisis data model AIDA yaitu Attention, Interest,
Desire, dan Action sebagai berikut :
Analisis
1. Attention (Perhatian)
Perhatian utama dari #IndonesiaTanpaJIL adalah terhadap segala bentuk pemikiran
Islam Liberal yang dipelintir dan tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-Hadits, yang mulai merebak di kalangan anak muda yang dimotori oleh JIL.
2. Interest (Minat)
dari segala pengaruh pemikiran Islam Liberal yang dibawa oleh JIL melalui media sosial Facebook, Twitter dan Youtube. Jadi Target
Audience dari #IndonesiaTanpaJIL
adalah remaja/anak muda.
3. Desire (Keinginan)
Keinginan dari #IndonesiaTanpaJIL yaitu menghapuskan segala pengaruh JIL
mengenai pemikiran Islam Liberal yang ada di masyarakat dengan memanfaatkan media sosial Facebook, Twitter dan Youtube sebagai alat propaganda gerakan.
4. Action (Tindakan)
Tindakan yang dilakukan #IndonesiaTanpaJIL melalui media sosial Facebook, Twitter dan Youtube untuk meng-counter pemahaman Islam Liberal adalah :
Share segala informasi mengenai
Pemikiran Islam Liberal yang dibawa JIL melalui Facebook dan Twitter, Uploading video kegiatan,
testimoni dan iklan melalui Youtube, serta Uploading file baik format flyer, logo maupun segala informasi dan data tentang #IndonesiaTanpaJIL dengan prinsip D.I.Y. melalui email untuk menyamakan identitas merek agar kesatuan merek tetap utuh.
Dengan analisis AIDA ini, peneliti mendapatkan berbagai temuan-temuan sebagai berikut :
1. Attention : JIL menyebar pemikiran
Islam Liberal melalui online
Pemahaman Islam Liberal yang dibawa oleh JIL disebarkan kepada masyarakat secara online terutama melalui media sosial Twitter.
Sehingga #IndonesiaTanpaJIL merasa harus melawan kembali dengan media sosial juga untuk mengedukasi masyarakat.
2. Interest
a. Target audience atau TA dari
m memiliki ta muda. Pen tersebut b lapangan Selain lebih berdampak saat ini m media yang dan disukai
Christi
nentuan targ berdasarkan
bahwa, generasi kena pemah
ng mulai m a untuk ana m tahap belaj
dience adal
l
nggunaan m ndonesiaTanp
berbagai p praktis, mu besar pada media sosia g paling ba oleh generas iany
pkan bahwa
a Septembe na Facebook d situs InsideF mber 2010, ju
sia mencapa ini mendudu pengguna Fac
JIL ju
ce yaitu an
rget audien ak muda yan
ar agama. lah penggu
media sos paJIL ju pertimbanga urah, cepat d
penggunany di Indonesia ya
FB.com per terlihat b media sos
di dunia setel Inggris dan d taranya adal usia dibawah 18
a lain ju erikut :
3.1. Grafik pen a Tahun 2012 y
media.kompas 12/01/23/remaj media-depressi
ri data diat bahwa may sial adalah an
da dan Kreat ah satu car n #Indonesia
lah Amerika S dari jumlah ini lah remaja 8 tahun”. (201
uga dipapa
ngguna Facebo yang disarikan
siana.com/new-ja-rentan-terha ion-429669.htm
3. Desire
a. Media sosial sebagai alat propaganda gerakan.
Selain sebagai sarana untuk merangkul anak muda, media sosial Facebook, Twitter dan Youtube juga bisa dipakai sebagai alat propaganda untuk mempengaruhi opini khalayak dan target audience.
Sehingga dengan penggunaan media sosial tersebut mampu mempengaruhi khalayak akan keberadaan dan tujuan dari merek yang dihasung tersebut.
b. Edukasi melalui media sosial Facebook, Twitter dan Youtube
Organisasi komunitas #IndonesiaTanpaJIL selalu mengedepankan perdamaian dan
edukasi kepada masyarakat. Melalui media sosial yang dipakai seperti Facebook, Twitter dan Youtube.
c. Menumbuhkan awareness melalui media sosial Facebook, Twitter dan Youtube.
Dengan media sosial, diharapkan masyarakat menjadi lebih sadar, lebih paham dan lebih waspada akan kehadiran pemikiran-pemikiran Islam Liberal di lingkungannya sehari-hari yang dimotori oleh JIL.
4. Action
a. Kegiatan #IndonesiaTanpaJIL di ranah online
Kegiatan yang dilaksanakan
#IndonesiaTanpaJIL terkait pelaksanaan cyber branding secara
online diantaranya :
1) Facebook dan Twitter
a) Share informasi kegiatan #ITJ
di chapter/daerah sekaligus
upload poster kegiatan serta
bahaya pemahaman Islam Liberal oleh orang-orang JIL. b) Retweet, kultwit, dan diskusi
dengan tema Sepilis (Sekulerisme Pluralisme Liberalisme) dan Islam.
c) Share link berita dari media
2) Youtube : Uploading video kegiatan, testimoni dan iklan.
3) Email : Uploading file baik format flyer, logo maupun segala
informasi dan data tentang #IndonesiaTanpaJIL dengan prinsip D.I.Y.
b. Artworkonline #IndonesiaTanpaJIL
Kegiatan yang pernah dilaksanakan #IndonesiaTanpaJIL di media online adalah Artwork Competition, yaitu lomba desain
gambar poster anti JIL sebagai wujud penolakan terhadap keberadaan JIL di Indonesia.
c. Prinsip DoItYourself (D.I.Y.)
#IndonesiaTanpaJIL dengan online Dalam pelaksanaan prinsip D.I.Y. ini juga diterapkan dalam media online, yaitu dengan
penggunaan email dalam hal penyebaran logo dan format flyer yang akan dipakai untuk menggelar aksi.
d. Branding dengan hashtag yang
terintegrasi pada logo #IndonesiaTanpaJIL
Logo #IndonesiaTanpaJIL menggunakan hashtag. Hashtag disini juga memiliki kelebihan yaitu secara otomatis akan menjadi
hyperlink dari kata yang disisipi
hashtag tersebut, yang mana tidak
dimiliki oleh media konvensional. e. Dakwah kreatif melalui akun
Twitter #IndonesiaTanpaJIL (@TanpaJIL)
#IndonesiaTanpaJIL juga ingin menampilkan sisi lain dari Islam yaitu dakwah kreatif, melalui akun Twitternya @TanpaJIL.
dipahami dan tidak monoton/membosankan karena disajikan dengan bahasa-bahasa redaksional anak muda yang ringan.
f. Salam satu jari sebagai keyvisual
#IndonesiaTanpaJIL juga memiliki key visual tersendiri untuk pergerakannya, yaitu salam satu jari.
Seperti kalimat syahadat bahwa Asshadu alla illaha illallah
wa ashhadu anna
muhammadarrasullulah yang
memiliki arti bahwa tiada Tuhan selain Allah dan nabi Muhammad adalah utusan Allah.
Itu semua direpresentasikan melalui salam satu jari yaitu hanya satu telunjuk yang diacungkan, bahwa Tuhan hanya satu yaitu Allah SWT dan tidak ada Tuhan lain selain Allah SWT.
g. Penggunaan video di Youtube
Selain dengan kajian-kajian pemikiran Islam di dunia nyata, #IndonesiaTanpaJIL juga
meng-counter pemikiran Islam Liberal
yang dibawa JIL melalui unggahan-unggahan video di Youtube secara online.
Pembahasan
1. #IndonesiaTanpaJIL melakukan propaganda online
#IndonesiaTanpaJIL
memanfaatkan media sosial sebagai alat propaganda gerakan secara
online. Propaganda melalui media
sosial ternyata memiliki dampak dan pengaruh yang besar dalam proses pelaksanaannya, seperti yang disampaikan Widianto Indrawan bahwa :
“Menjadikan media online dan jejaring sosial sebagai media ampuh untuk merancang strategi...”.
2. Target audience #IndonesiaTanpaJIL
Pengguna media sosial seperti Facebook, Twitter dan Youtube meningkat dan semakin populer serta didominasi oleh kalangan remaja/anak muda.
Karena dalam kesehariannya, anak muda masih sangat labil dan golongan yang paling mudah terpengaruh serta antusias ketika menerima teknologi yang sedang populer saat itu.
Sehingga target audience
#IndonesiaTanpaJIL yang utama adalah anak muda pengguna media sosial.
3. Implementasi prinsip Do It Yourself Salah satu ciri yang menjadikan #IndonesiaTanpaJIL unik adalah penerapan prinsip Do It Yourself atau biasa disingkat Prinsip D.I.Y.. Prinsip ini menerapkan bahwa apapun aksi yang dilakukan oleh troops, akan dilaksanakan sesuai kemampuan dari tiap individu tersebut, baik kemampuan fisik maupun materi.
Penyebaran segala informasi yang dibutuhkan oleh troops di tiap daerah/chapter dalam pelaksanaan prinsip ini dilakukan secara online. Seperti penyebaran format flyer, logo #IndonesiaTanpaJIL, serta verifikasi video sebelum diunggah di Youtube dilakukan dengan berkirim email antara pengurus dan troops yang ingin melakukan aksi.
4. Branding melalui logo dan key visual
secara online
#IndonesiaTanpaJIL juga melakukan branding melalui logo dan
key visual “Salam Satu Jari” mereka
secara online.
Hashtag disini juga memiliki
kelebihan yaitu secara otomatis akan menjadi hyperlink dari kata yang disisipi hashtag tersebut, yang mana tidak dimiliki oleh media konvensional apapun.
5. Daya tarik Youtube
dalam bentuk audio visual. video yang telah di upload ke dalam Youtube bisa diakses kapan saja dan dimana saja asalkan ada koneksi dengan Internet, mudah di download oleh siapa saja, mudah di share kepada siapapun, dapat diputar berulang-ulang dan tentunya gratis.
Itulah mengapa media ini juga menjadi salah satu media yang digandrungi oleh masyarakat terutama anak muda. Sebab audio visual yang bagus akan menjadi daya tarik sendiri untuk para target
audience.
6. Media sosial sebagai peningkat kesadaran merek
Media sosial ini juga dipakai
#IndonesiaTanpaJIL untuk meningkatkan kesadaran merek
(brandawareness) pada publik. Dengan penggunaan Facebook,
Twitter dan Youtube #IndonesiaTanpaJIL berharap agar khalayak menjadi sadar akan
keberadaan mereka di dunia maya dengan penerapan cyber branding ini.
E.KESIMPULAN
Kesimpulan yang bisa diambil peneliti dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :
1. #IndonesiaTanpaJIL melakukan cyber
branding melalui media sosial
dikarenakan target audience #IndonesiaTanpaJIL adalah anak muda/remaja pengguna media sosial Facebook, Twitter dan Youtube.
2. Kegiatan yang dilaksanakan #IndonesiaTanpaJIL secara online diantaranya :
1) Facebook dan Twitter
a) Share informasi kegiatan #ITJ
di chapter/daerah sekaligus
upload poster, serta informasi
seputar bahaya pemahaman Islam Liberal oleh JIL.
b) Retweet, kultwit dandiskusi
(Sekulerisme Pluralisme Liberalisme) dan Islam.
c) Share link berita dari media
Islam mengenai tema Sepilis. 2) Youtube : Uploading video
kegiatan, testimoni dan iklan.
3) Email : Uploading file baik
format flyer, logo maupun segala informasi dan data tentang #IndonesiaTanpaJIL dengan prinsip D.I.Y.
F. PERSANTUNAN
Dalam kesempatan ini, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Bpk. Joko Sutarso dan Ibu Palupi, selaku Pembimbing I dan II yang selalu memberikan koreksi, arahan, dukungan dan motivasi kepada peneliti agar penelitian ini bisa selesai tepat waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Bandyopadhyay, Subir. 2009.
Contemporary Research In E-Branding. New York : IGI Global.
Indrawan, Widianto. Propaganda Media
Online dan Media.http://kicaubintaro.co.id/propa
ganda-media-online-dan-media-sosial/, diakses 2 September 2013, pukul 10.00 WIB.
Juditha, Christiany. 2011. Hubungan
Penggunaan Situs Jejaring Sosial Facebook Terhadap Perilaku Remaja di Kota Makassar. Volume 13, No. 1,
Juni 2011.
Mutaqin, Abdul. 2013. Kyai Kocak Vs
Liberal. Jakarta : Penerbit Salsabila
Nurudin. 2012. Media Sosial Baru dan
Munculnya Revolusi Proses Komunikasi. Yogyakarta : Buku
Litera.
Permana, Irvan. 2012. Brand is like a
donut, its yummy and worth to share.
Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer. Rosmawaty. 2010. Mengenal Ilmu
Komunikasi, Metacommunicatoris Ubiquitous. Widya Padjadjaran.
Saaksjarvi, Maria dan Saeed Samiee. 2011.
Relationship Among Brand Identity, Brand Image and Brand Preference : Differences Between Cyber and Extension Retail Brands Over Time. Journal of Interactive Marketing.
Volume 25.
Soemanagara. 2008. Strategic Marketing