PAPUA DAN KEAM ANAN KITA
Oleh: Muradi
Eskalasi aksi kekerasan di Papua kembali meningkat paska
tertembaknya w arga Negara Jerman dua minggu lalu. Hal yang membedakan
dari aksi kekerasan sebelumnya adalah adanya dugaan keterlibatan oknum
anggota aparat keamanan. Situasi tersebut tentu saja tidak cukup baik bagi
kondusifitas keamanan Indonesia secara umum. Mengingat isu-isu
kemerdekaan Papua relative sensitif karena liputan media internasional, di
mana posisi Indonesia dinilai tidak cukup baik sebagai Negara yang tidak
aman dan raw an konflik. Hal tersebut menjadi kebalikan dari pernyataan
pemerintah bahw a Indonesia secara umum kondusif dan aman.
Isu kemerdekaan Papua dan kepentingan asing bercampur dengan
masalah kesejahteraan orang Papua. Hal tersebut ditambah lagi dengan
keengganan pemerintah untuk sesegera mungkin menyelesaikan masalah.
Unit Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (UP4B) yang dibentuk
oleh Presiden Yudhoyono seolah hanya menjadi pemanis belaka dari
permasalahan Papua yang sangat kompleks. Keberadaan UP4B yang
dipimpin Bambang Pramono tidak menyentuh substansi permasalahan ang
ada di Papua. Permasalahan ekonomi dan harga diri orang Papua menjadi
bagian yang tidak terpisahkan dari langkah penyelesaian kasus di Papua,
sehingga isu separatisme menjadi sesuatu yang terus diangkat.
Bahw a kemudian pemerintah telah menyimpulkan bahw a masalah
Papua dapat diselesaikan dengan meningkatkan kesejahteraannya, namun
sulit terjadi apabila praktik di lapangan pendekatan kekerasan masih
digunakan untuk meredam pergolakan. Ada ketidaksinkronan antara
kebijakan politik di tingkat pusat dengan praktik di lapangan. Tak heran
apabila hampir setiap saat terjadi konflik dan praktik kekerasan di bumi
Penulis adalah Staf Pengajar Ilmu Pemerintahan, FISIP Universitas Padjadjaran. Alamat:, Jl.
Saturnus Utara XIV No. 1, Kompleks Margahayu Raya, Bandung. Phone: 022
cendraw asih. Parahnya, kondisi ini tidak secara tanggap diselesaikan oleh
pemerintah, sehingga aksi kekerasan juga meluas.
Arti Keamanan Papua
Memandang masalah keamanan Papua harus dengan semangat upaya
membangun kesejahteraan dan harga diri rakyat Papua. Hal ini penting
ditegaskan agar koneksifitas antara semangat untuk memisahkan diri dalam
bentuk gerakan separatisme dengan kepentingan asing dapat diputus, dan
berganti menjadi kepentingan keutuhan Indonesia. Analisis pemerintah
sudah benar dengan membentuk UP4B sebagai jaw aban atas upaya
mensejahterakan rakyat Papua dengan pembangunan infrastruktur yang
berkesinambungan. Namun hal tersebut juga harus dibarengi oleh praktik
yang lebih mengedepankan persaudaraan dan pendekatan persuasif, tidak
lagi dengan pendekatan kekerasan.
Konteks ini berarti bahw a keamanan di papua yang kondusif akan
memberikan efek positif bagi pencitraan Indonesia di dunia internasional.
Akan hal tersebut perlu digarisbaw ahi mengingat bahw a masalah
kemerdekaan Papua masih menjadi agenda sejumlah organisasi asing. Belajar
dari penyelesaian masalah di Aceh, seharusnya permasalahan di Papua pun
tidak akan serumit saat ini. Sebab karakteristik permasalahannya identik;
masalah kesejahteraan dan harga diri. Sehingga apabila pemerintah lebih
dapat berbesar hati, dan mampu mengontrol aparat keamanannya di Papua,
maka hampir dapat dipastikan penciptaan kondusifitas keamanan di Papua
dapat segera terw ujud.
Ada tiga hal yang harus diperhatikan pemerintah terkait dengan
penciptaan kondusifitas keamanan di Papua, yakni: Pertama, pemerintah
harus mengevaluasi keberadaan aparat keamanan yang ada di Papua, baik
dari unsur TNI, Polri, maupun BIN. Sebab, bila sinyalemen itu benar bahw a
ada keterlibatan oknum aparat keamanan, maka secara institusi ada
Papua. Sehingga butuh evaluasi menyeluruh hingga pada tahap penarikan
menyeluruh dan menggantinya dengan yang baru.
Kedua, pemerintah harus memberikan kewenangan kepada Pemda
untuk dapat mengkoordinasikan institusi keamanan yang ada di Papua
maupun Papua Barat agar lebih efektif dalam penanganan konflik dan
kekerasan. Hal ini merupakan bagian dari amanat Undang-undang
Penanggulangan Konflik Sosial (UU PKS), yang meski belum ada peraturan
pemerintahnya sebagai prasyarat sebuah undang-undang dapat digunakan.
Namun dalam kasus Papua, agaknya pelibatan Pemda dalam penyelesaikan
konflik dan kekerasan menjadi sangat penting untuk dilakukan.
Ketiga, pemberian kew enangan praktis yang lebih luas kepada P4B
agar dapat secara institusi merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi
program yang dibuat dengan pelibatan lebih efektif DPRD dan Pemda
setempat agar juga ikut aktif dalam mengawasi program UP4B yang berjalan.
Langkah ini senafas dengan kebijakan otonomi khusus Papua, di mana peran
potensi lokal menjadi strategis dalam berbagai perumusan kebijakan terkait
dengan papua dan Papua Barat.
Dengan tiga hal tersebut, pemerintah memandang kondusifitas
keamanan sangat strategis, sebagai bagian tidak terpisahkan dari lingkup
NKRI. Sebab, esensi yang harus ditegaskan adalah bahw a keraw anan dan
aksi kekerasan yang terjadi di Papua hanya akan mencitrakan Indonesia tidak
cukup baik di dunia internasional. Sehingga keamanan Papua memiliki arti
strategis sebagai bagian dari masalah yang harus diselesaikan dalam lingkup